Upload
others
View
9
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
6
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1. Definisi Koperasi
Koperasi (cooperative) berasal dari kata co-operation yang artinya kerja
sama. Bentuk kerja sama juga dikenal dengan istilah gotong royong. Definisi
koperasi yang lebih detail disampaikan oleh ILO (International Labour
Organization) sebagai berikut.
“Cooperative defined as an association of persons usually of limited
means, who have voluntarily joined together to achieve a common economic end
through the formation of a democratically controlled business organization,
making equitable contribution to the capital required and accepting a fair share
of the risk and benefits of the undertaking”
Berdasarkan definisi tersebut terdapat 6 elemen yang mendasari
terbentuknya koperasi yaitu, perkumpulan orang, kesukarelaan, terdapat tujuan
ekonomi yang ingin dicapai, organisasi bisnis yang dijalankan secara demokratis,
terdapat kontribusi yang adil dan anggota menerima resiko dan manfaat secara
seimbang.
2.2. Persediaan (Inventory)
2.2.1. Definisi persediaan
PSAK No.14.6 menjelaskan persediaan merupakan aset yang tersedia
untuk dijual dalam kegiatan usaha biasa, proses produksi, atau dalam bentuk
bahan, perlengkapan untuk digunakan dalam proses produksi maupun pemberian
jasa (IAI, 2018:14.2). Persediaan diukur dengan mencari nilai terendah antara
biaya perolehan dan nilai realisasi neto (Warren, 2014:165).
7
2.2.2. Komponen persediaan
Persediaan terdapat pada perusahaan dagang dan manufaktur. Klasifikasi
persediaan berdasarkan sektor usaha adalah sebagai berikut (Ardiyos, 2010:171):
a. Persediaan barang dagang
Merupakan persediaan yang dibeli untuk dijual kembali tanpa merubah
wujud aslinya. Persediaan ini terdapat di sektor usaha dagang.
b. Persediaan bahan baku
Persediaan bahan baku merupakan persediaan dari barang – barang
berwujud yang digunakan dalam proses produksi, dapat diperoleh dari sumber–
sumber alam ataupun dibeli dari supplier atau dari perusahaan yang menghasilkan
bahan baku bagi perusahaan pabrik yang menggunakannya.
c. Persediaan barang dalam proses (BDP)
Persediaan BDP adalah persediaan yang berada dalam masa pemrosesan.
Persediaan ini menggambarkan biaya bahan langsung, tenaga kerja langsung, dan
overhead atas barang yang sudah mulai dikerjakan tetapi belum selesai.
d. Persediaan barang jadi
Pada perusahaan manufaktur, barang yang sudah selesai diproduksi dan
siap dijual disebut persediaan barang jadi. Posisi barang jadi di perusahaan
manufaktur sama seperti persediaan barang dagang di perusahaan dagang.
8
2.2.3. Metode penilaian
Persediaan yang ada di perusahaan harus dapat dinilai. Untuk menilai
persediaan, arus masuk dan keluar dapat dihitung menggunakan beberapa metode
diantaranya (M.Reeve, 2012:351):
a. First-in, First-out (FIFO)
FIFO memiliki asumsi bahwa barang yang dibeli awal dianggap akan lebih
awal dijual atau digunakan, dan harga pokok perolehan barang yang dibeli lebih
awal akan dibebankan lebih dahulu sebagai harga pokok penjualan. Cost flow is in
the order in which the costs were incurred.
b. Last-in, Fist-out (LIFO)
Metode LIFO merupakan kebalikan dari metode FIFO. Cash flow is in the
reverse order in which the costs were incurred. Namun metode LIFO tidak
diperbolehkan menurut IFRS karena dapat menurunkan kualitas laporan keuangan
(balance sheet). Persediaan yang disajikan tidak sesuai dengan recent cost level of
inventory atau tidak up to date.
c. Average Cost
Metode average cost atau disebut juga metode rata-rata tertimbang adalah
metode yang digunakan untuk menghitung biaya perunit persediaan berdasarkan
rata-rata antara jumlah unit dan harga perolehan unit. Cost flow is an average of
the costs (Harrison, 2012:252).
9
2.3. Kas Kecil (Petty Cash)
2.3.1. Definisi kas kecil
Kas adalah aset keuangan yang digunakan untuk kegiatan operasional
perusahaan. Kas merupakan aset yang paling likuid (Kieso, 2014:185). Menurut
PSAK no. 2.6 kas terdiri atas saldo kas (cash on hand) dan rekening giro (demand
deposits). Setara Kas (Cash Equivalent) adalah investasi yang sifatnya sangat
likuid, berjangka pendek dan yang dengan cepat dapat dijadikan kas dalam jumlah
tertentu tanpa menghadapi resiko perubahan nilai yang signifikan (IAI, 2018:2.2-
2.3). Kas kecil merupakan salah satu komponen setara kas.
Keperluan pengeluaran dalam jumlah kecil, entitas tidak mungkin
melakukannya dengan menggunakan cek karena tidak efisien. Untuk memenuhi
kebutuhan pengeluaran kas dalam jumlah kecil entitas membentuk dana kas kecil
(Warren, 2017:135). Jumlah dana kas kecil disesuaikan dengan kebutuhan entitas.
Semakin besar ukuran entitas dan kebutuhan pengeluaran jumlah pengeluaran kas
kecil besar, maka akan dibentuk kas kecil dalam jumlah besar. Tetapi untuk
organisasi dengan ukuran kecil dan tidak banyak pengeluaran yang dilakukan,
nilai kas kecil yang dibentuk kecil (Martani, 2014:182).
2.3.2. Metode pengukuran
Dalam pengukuran kas kecil terdapat dua metode yang digunakan dalam
perusahaan, antara lain :
a. Sistem Dana Tetap (Imperst Fund System)
Imperst Fund System adalah mekanisme kas kecil dimana dana
dipertahankan tetap (Martani, 2015:182). Artinya jika terjadi pengeluaran kas,
10
tidak dibukukan terlebih dahulu. Jurnal akan dibuat pada saat pengisian kembali
yang akan mengurangi kas perusahaan. Sehingga dana as kecil akan tetap sama.
b. Sistem Dana Berubah (Fluctuation Fund System)
Fluctuation Fund System artinya kas kecil akan memiliki saldo yang tidak
tetap. Pengeluaran akan langsung dicatat mengurangi kas kecil. Sehingga pada
akhir periode tidak ada penggantian saldo melainkan hanya ada penambahan saldo
kas kecil (Martani, 2015:183).
2.4. Stock Opname
Untuk menentukan jumlah barang yang ada di perusahaan pada suatu
periode dapat melalui beberapa cara, salah satunya adalah stock opname. Stock
opname adalah perhitungan barang pada awal dan akhir periode, cara ini
merupakan ketentuan yang harus dilakukan oleh manajemen untuk menentukan
jumlah persediaan akhir, supaya dapat menyajikan laporan keuangan yang akurat
(Heri, 2011:396).
Stock opname berpengaruh terhadap persediaan, khususnya untuk meminta
pertanggungjawaban atas ketelitian dan keandalan data persediaan. Stock opname
harus dilakukan oleh tim yang terdiri dari fungsi pemegang kartu fisik,
penghitung, dan fungsi pengecek. Terdapat beberapa asumsi yang mungkin terjadi
akibat selisih persediaan. Salah saji potensial, aktivitas pengendalian yang
diperlukan, dan pengujian pengendalian untuk aktivitas penghitungan fisik
persediaan adalah sebagai berikut (Mulyadi, 2010:247):
11
Tabel 2.1
Salah Saji Potensial, Aktivitas Pengendalian Yang Diperlukan, Dan Pengujian
Pengendalian Untuk Aktivitas Penghitungan Fisik Persediaan
Sumber : Auditing Edisi Enam (Mulyadi, 2010:247)
Tahap
Aktivitas
Salah Saji
Potensial Aktivitaas Pengendalian
Pengujian
Pengendalian
Penghitungan
Fisik
Persediaan dihitung
salah.
Pemisahan penghitungan
dengan pengecek.
Penggunaan peralatan dan
metode penghitungan yang andal.
Lakukan
pengamatan terhadap
penghitungan
fisik persediaan.
Persediaan dihitung lebih dari satu kali.
Penghitungan kartu penghitungan fisik
persediaan bernomor urut
tercetak.
Lakukan hitung uji.
Kompilasi Tidak semua hasil perhitungan fisik
dicatat dalam daftar
hasil perhitungan
fisik persediaan.
Pemegang kartu persediaan fisik harus
mempertanggungjawabkan
pemakaian kartu dan
pencatatannya ke dalam daftar hasil perhitungan
fisik persediaan.
Lakukan pengujian
kompilasi.
Penentuan
cost
Cost barang salah
dicantumkan.
Pengecekan independen
pencantuman cost persediaan.
Lakukan
pengujian cost.
Salah perhitungan
perkalian kuantitas dengan harga pada
daftar hasil
perhitungan fisik.
Pengecekan independen
terhadap perkalian kuantitas dengan harga
pada daftar hasil
perhitungan fisik.
Lakukan
pengamatan terhadap prosedur
dan pelaksanaan
kembali.
Adjustment Buku pembantu persediaan tidak
diadjust
berdasarkan hasil
perhitungan fisik.
Pengecekan secara independen posting ke
dalam buku pembantu
persediaan.
Lakukan adjustment test.
Salah posting akun
persediaan
Pertanggungjawaban kartu
penghitungan fisik bernomor urut tercetak.
Panduan akun dan review
pemberian kode akun.
Lakukan
pengamatan terhadap prosedur
dan pelaksanaan
kembali.
12
Tabel 2.2
Program Pengujian Substantif Terhadap Persediaan
Kategori Pengujian Substantif
Prosedur Awal 1. Dapat pemahaman mengenai bisnis dan bidang usaha
klien dan tentukan:
a. Signifikasi harga pokok penjualan (HPP) dan
persediaan bagi perusahaan.
b. Pemicu-pemicu ekonomi kunci yang berpengaruh
terhadap HPP, laba kotor, dan kemungkinan
keusangan persediaan.
c. Seberapa banyak perusahaan memiliki barang
konsinyasi.
d. Ada tidaknya komitmen pembelian dan konsentrasi
kegiatan dengan pemasok tertentu.
2. Lakukan prosedur-prosedur awal atas saldo persediaan
dan catatan yang akan diuji lebih lanjut:
a. Telusuri saldo awal persediaan ke kertas kerja tahun
lalu.
b. Review aktivitas dalam rekening persediaan dan
selidiki ayat-ayat jurnal yang terkait.
c. Verifikasi jumlah dalam catatan dan daftar persediaan
serta periksa kecocokannya dengan saldo akhir di buku
besar persediaan.
Prosedur
Analitis
3. Lakukan prosedur analitis
a. Review pengalaman dan trend bidang usaha.
b. Periksalah analisis perputaran persediaan.
c. Review hubungan antara saldo persediaan dengan
pembelian terakhir, produksi, dan kegiatan penjualan.
d. Bandingkan saldo persediaan dengan taksiran volume
penjualan.
13
Kategori Pengujian Substantif
Pengujian
Detail
Transaksi
4. Pilihlah suatu sampek ayat-ayat jurnal yang dibukukan
ke rekening persediaan.
5. Atas dasar satu sampel, telusur data pembelian,
produksi, produksi selesai, dan catatan penjualan ke
rekening persediaan.
6. Ujilah pisah batas pembelian, penjualan dan retur
penjualan,
Pengujian
Detail Saldo
7. Observasi perhitungan fisik persediaan yang dilakukan
klien.
a. Tentukan waktu dan luasnya pengujian.
b. Evaluasi kecukupan rencana perhitungan persediaan
yang dibuat klien.
c. Observasi ketelitian perhitungan yang dilakukan klien
dan lakukan pengujian per hitungan.
d. Hitung semua kartu barang dan formulir berita acara
yang digunakan untuk penghitungan fisik.
8. Ujilah ketelitian pencatatan dalam daftar persediaan.
a. Hitung ulang penjumlahan dan perkalian antara
kuantitas dengan harga per unit.
b. Telusuri hasil uji perhitungan ke daftar persediaan.
c. Cocokan barang yang tercantum dalam daftar
persediaan ke kartu perhitungan persediaan
d. Rekonsiliasi hasil perhitungan fisik dengan catatan dan
saldo buku besar dan review ayat jurnal penyesuaian.
9. Ujilah penetapan harga persediaan. Periksalah faktur-
faktur pembelian yang telah dibayar.
10. Konfirmasi persediaan yang disimpan di gudang.
11. Periksalah perjanjian konsinyasi dan kontrak-kontrak.
14
Kategori Pengujian Substantif
Pengujian
Detail saldo:
Estimasi
Akuntansi
12. Evaluasi penetapan nilai bersih persediaan:
a. Periksalah faktur penjualan setelah akhir tahun dan
lakukan pengujian mana yang lebih rendah antara
harga pasar dan harga pokok.
b. Bandingkan persediaan dengan katalog penjualan yang
berlaku sekarang dan laporan penjualan.
c. Ajukan pertanyaan mengenai persediaan lambat laku,
kelebihan atau persediaan usang dan tentukan perlu
d. Evaluasi proses manajemen untuk menaksir nilai
bersih bisa direalisasi dengan menggunakan informasi
tentang trend bidang saha, trend perputaran
persediaan, persediaan lambat laku.
Prosedur
Diwajibkan
13. Observasi perhitungan fisik persediaan yang termasuk
dalam tahap 7
Penyajian dan
Pengungkapan
14. Bandingkan penyajian di laporan dengan prinsip
akuntansi yang berlaku.
a. Konfirmasi kesesuaian persediaan yang digadaikan
atau dijaminkan.
b. Review penyajian dan pengungkapan persediaan
dalam konsep draft persediaan dan tentukan
kesesuaiannya dengan prinsip akuntansi yang berlaku.
Sumber: Auditing I (Heri, 2011:169-171)
2.4.1. Dokumen
Dokumen merupakan data atau berkas yang digunakan sebagai dasar untuk
melakukan pencatatan. Dokumen untuk melakukan stock opname dapat dibedakan
menjadi dua jenis, yaitu dokumen sumber dan dokumen pendukung (Mulyadi,
2010:243).
15
Tabel 2.3
Dokumen-Dokumen Yang Diperlukan Untuk Melaksanakan Stock Opname
Transaksi Dokumen Sumber Dokumen Pendukung
Jenis Keterangan Jenis Keterangan
Stock
opname
Kartu
penghitungan
fisik
(inventory
tag)
Merekam hasil
penghitungan
fisik baik oleh
penghitung
maupun
pengecek.
Adjustment
catatan
akuntansi
Kartu
memorial
Dasar
pencatatan
koreksi
Daftar hasil
penghitungan
fisik
(inventory
summary
sheet)
Hasil
penghitungan
fisik yang siap
digunakan
Sumber: Auditing Edisi Enam (Mulyadi, 2010:243)
2.4.2. Catatan akuntansi
Catatan akuntansi yang digunakan dalam stock opname berupa buku
pembantu persediaan dan jurnal umum. Buku pembantu persediaan digunakan
untuk menampung koreksi-koreksi berdasarkan data yang dikumpulkan dalam
daftar hasil stock opname. Jurnal umum digunakan untuk mencatat adjustment
persediaan berdasarkan data yang dikumpulkan dalam daftar hasil penghitungan
fisik (Mulyadi, 2010:244).
2.5. Petty Cash Opname
Petty cash opname artinya pemeriksaan terhadap kas kecil perusahaan dan
membandingkan jumlah antara catatan akuntansi kas kecil dengan jumlah kas
kecil yang dipegang pada saat periode tertentu. Pelaksanannya harus tepat pada
tanggal neraca. Jika terdapat selisih, maka harus dikonfirmasi dan diadakan
adjustment.
16
2.5.1. Prosedur petty cash opname
Salah satu cara melaksanakan pemeriksaan terhadap kas adalah dengan
menggunakan Pengujian substantif. Pengujian substantif adalah prosedur-
prosedur yang didesain untuk menguji kesalahan dalam nilai rupiah yang
mempengaruhi langsung kebenaran dari saldo-saldo dalam laporan keuangan.
Tabel 2.4
Program Pengujian Substantif Terhadap Kas Kecil
Kategori Pengujian Substantif
Prosedur Awal 1. Lakukan prosedur awal atas saldo akun kas kecil yang
akan diuji lebih lanjut.
a. Usut saldo kas kecil yang tercantum di neraca
dengan saldo di buku besar.
b. Hitung kembali saldo akun kas kecil dalam buku
besar.
c. Lakukan review terhadap mutasi dan jumlahnya
sesuai sumber posting.
d. Usut kesesuaian posting pendebitan dan
penkreditan akun kas kecil ke jurnal.
Prosedur Analitik 2. Lakukan prosedur analitik, dengan membandingkan
saldo kas kecil dengan jumlah yang dianggarkan di
periode sebelumnya.
Pengujian
terhadap
Transaksi Rinci
3. Lakukan pengujian pisah batas transaksi kas kecil
4. Periksalah adanya kemungkinan penggelapan kas
dengan cara lapping penerimaan dan pengeluaran kas
kecil.
Pengujian
terhadap Akun
Rinci
5. Hitung kas kecil yang ada di tangan klien.
6. Periksa adanya bon-bon atau bukti pengeluaran yang
masih ada di kasir.
17
Kategori Pengujian Substantif
Verifikasi
Penyajian dan
Pengungkapan
Kas Kecil
7. Bandingkan penyajian akun kas kecil dengan prinsip
akuntansi yang digunakan.
a. Lakukan wawancara dengan pihak manajemen
mengenai batasan penggunaan kas kecil klien.
Sumber: Auditing Edisi Enam (Mulyadi, 2010:377-378)
2.5.2. Dokumen
Dalam aktivitas dana kas kecil, dokumen-dokumen yang digunakan antara
lain sebagai berikut (Mulyadi, 2010:376):
a. BKK (Bukti Kas Keluar)
Dokumen ini berfungsi sebagai perintah pengeluaran kas dari fungsi
akuntansi kepada fungsi kas sebesar yang tercantum. Dokumen ini
diperlukan saat pembentukan dana kas kecil dan pada saat pengisian
kembali dana kas kecil.
b. Bukti pengeluaran kas kecil
Dokumen ini dibuat untuk mempertanggungjawabkan pemakaian dana kas
kecil. Dalam sistem saldo tetap, bukti dokumen ini dilampiri dengan
dokumen pendukungnya dan disimpan dalam arsip sementara oleh
pemegang dana kas kecil untuk keperluan pengisian kembali, sedangkan
dalam sistem saldo berfluktuasi, dokumen ini dilampiri dengan dokumen
pendukungnya dan diserahkan oleh pemegang dana kas kecil kepada
fungsi akuntansi untuk dicatat dalam jurnal pengeluaran dana kas kecil.
18
c. Permintaan pengisian kembali kas kecil
Dokumen ini dibuat oelh pemegang dana kas kecil untuk meminta
pengisian kembali dana kas kecil. Dalam sistem saldo tetap maka jumlah
pengisian kembali dana kas kecil sebesar jumlah uang tunai yang
dikeluarkan sesuai yang tercantum dalam bukti pengeluaran kas kecil yang
dikumpulkan dalam arsip pemegang dana kas kecil. Dalam sistem saldo
berfluktuasi, pengisian kembali didasarkan sesuai kebutuhan pengeluran
uang tunai yang diperkirakan oleh pemegang dana kas kecil.
2.5.3. Catatan akutansi
Catatan yang dibuat dalam sistem dana kas kecil terdiri dari (Mulyadi,
2010:375):
a. Jurnal pengeluaran kas
Jurnal ini digunakan untuk mencatat pengeluaran kas dalam pembentukan
dana kas kecil dan dalam pengisian kembali kas kecil. Pada sistem dana
tetap, jurnal ini memuat pengeluaran yang dilakukan menggunakan kas
kecil.
b. Jurnal pengeluaran kas kecil
Jurnal ini merupakan jurnal khusus untuk mencatat pengeluaran dana kas
kecil sekaligus sebagai alat distribusi pendebitan yang timbul sebagai
akibat pengeluaran dana kas kecil. Jurnal ini digunakan hanya dalam
sistem saldo berfluktuasi.