13
6 BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Definisi Koperasi Koperasi (cooperative) berasal dari kata co-operation yang artinya kerja sama. Bentuk kerja sama juga dikenal dengan istilah gotong royong. Definisi koperasi yang lebih detail disampaikan oleh ILO ( International Labour Organization) sebagai berikut. “Cooperative defined as an association of persons usually of limited means, who have voluntarily joined together to achieve a common economic end through the formation of a democratically controlled business organization, making equitable contribution to the capital required and accepting a fair share of the risk and benefits of the undertakingBerdasarkan definisi tersebut terdapat 6 elemen yang mendasari terbentuknya koperasi yaitu, perkumpulan orang, kesukarelaan, terdapat tujuan ekonomi yang ingin dicapai, organisasi bisnis yang dijalankan secara demokratis, terdapat kontribusi yang adil dan anggota menerima resiko dan manfaat secara seimbang. 2.2. Persediaan (Inventory) 2.2.1. Definisi persediaan PSAK No.14.6 menjelaskan persediaan merupakan aset yang tersedia untuk dijual dalam kegiatan usaha biasa, proses produksi, atau dalam bentuk bahan, perlengkapan untuk digunakan dalam proses produksi maupun pemberian jasa (IAI, 2018:14.2). Persediaan diukur dengan mencari nilai terendah antara biaya perolehan dan nilai realisasi neto (Warren, 2014:165).

BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Definisi Koperasi

  • Upload
    others

  • View
    9

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Definisi Koperasi

6

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1. Definisi Koperasi

Koperasi (cooperative) berasal dari kata co-operation yang artinya kerja

sama. Bentuk kerja sama juga dikenal dengan istilah gotong royong. Definisi

koperasi yang lebih detail disampaikan oleh ILO (International Labour

Organization) sebagai berikut.

“Cooperative defined as an association of persons usually of limited

means, who have voluntarily joined together to achieve a common economic end

through the formation of a democratically controlled business organization,

making equitable contribution to the capital required and accepting a fair share

of the risk and benefits of the undertaking”

Berdasarkan definisi tersebut terdapat 6 elemen yang mendasari

terbentuknya koperasi yaitu, perkumpulan orang, kesukarelaan, terdapat tujuan

ekonomi yang ingin dicapai, organisasi bisnis yang dijalankan secara demokratis,

terdapat kontribusi yang adil dan anggota menerima resiko dan manfaat secara

seimbang.

2.2. Persediaan (Inventory)

2.2.1. Definisi persediaan

PSAK No.14.6 menjelaskan persediaan merupakan aset yang tersedia

untuk dijual dalam kegiatan usaha biasa, proses produksi, atau dalam bentuk

bahan, perlengkapan untuk digunakan dalam proses produksi maupun pemberian

jasa (IAI, 2018:14.2). Persediaan diukur dengan mencari nilai terendah antara

biaya perolehan dan nilai realisasi neto (Warren, 2014:165).

Page 2: BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Definisi Koperasi

7

2.2.2. Komponen persediaan

Persediaan terdapat pada perusahaan dagang dan manufaktur. Klasifikasi

persediaan berdasarkan sektor usaha adalah sebagai berikut (Ardiyos, 2010:171):

a. Persediaan barang dagang

Merupakan persediaan yang dibeli untuk dijual kembali tanpa merubah

wujud aslinya. Persediaan ini terdapat di sektor usaha dagang.

b. Persediaan bahan baku

Persediaan bahan baku merupakan persediaan dari barang – barang

berwujud yang digunakan dalam proses produksi, dapat diperoleh dari sumber–

sumber alam ataupun dibeli dari supplier atau dari perusahaan yang menghasilkan

bahan baku bagi perusahaan pabrik yang menggunakannya.

c. Persediaan barang dalam proses (BDP)

Persediaan BDP adalah persediaan yang berada dalam masa pemrosesan.

Persediaan ini menggambarkan biaya bahan langsung, tenaga kerja langsung, dan

overhead atas barang yang sudah mulai dikerjakan tetapi belum selesai.

d. Persediaan barang jadi

Pada perusahaan manufaktur, barang yang sudah selesai diproduksi dan

siap dijual disebut persediaan barang jadi. Posisi barang jadi di perusahaan

manufaktur sama seperti persediaan barang dagang di perusahaan dagang.

Page 3: BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Definisi Koperasi

8

2.2.3. Metode penilaian

Persediaan yang ada di perusahaan harus dapat dinilai. Untuk menilai

persediaan, arus masuk dan keluar dapat dihitung menggunakan beberapa metode

diantaranya (M.Reeve, 2012:351):

a. First-in, First-out (FIFO)

FIFO memiliki asumsi bahwa barang yang dibeli awal dianggap akan lebih

awal dijual atau digunakan, dan harga pokok perolehan barang yang dibeli lebih

awal akan dibebankan lebih dahulu sebagai harga pokok penjualan. Cost flow is in

the order in which the costs were incurred.

b. Last-in, Fist-out (LIFO)

Metode LIFO merupakan kebalikan dari metode FIFO. Cash flow is in the

reverse order in which the costs were incurred. Namun metode LIFO tidak

diperbolehkan menurut IFRS karena dapat menurunkan kualitas laporan keuangan

(balance sheet). Persediaan yang disajikan tidak sesuai dengan recent cost level of

inventory atau tidak up to date.

c. Average Cost

Metode average cost atau disebut juga metode rata-rata tertimbang adalah

metode yang digunakan untuk menghitung biaya perunit persediaan berdasarkan

rata-rata antara jumlah unit dan harga perolehan unit. Cost flow is an average of

the costs (Harrison, 2012:252).

Page 4: BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Definisi Koperasi

9

2.3. Kas Kecil (Petty Cash)

2.3.1. Definisi kas kecil

Kas adalah aset keuangan yang digunakan untuk kegiatan operasional

perusahaan. Kas merupakan aset yang paling likuid (Kieso, 2014:185). Menurut

PSAK no. 2.6 kas terdiri atas saldo kas (cash on hand) dan rekening giro (demand

deposits). Setara Kas (Cash Equivalent) adalah investasi yang sifatnya sangat

likuid, berjangka pendek dan yang dengan cepat dapat dijadikan kas dalam jumlah

tertentu tanpa menghadapi resiko perubahan nilai yang signifikan (IAI, 2018:2.2-

2.3). Kas kecil merupakan salah satu komponen setara kas.

Keperluan pengeluaran dalam jumlah kecil, entitas tidak mungkin

melakukannya dengan menggunakan cek karena tidak efisien. Untuk memenuhi

kebutuhan pengeluaran kas dalam jumlah kecil entitas membentuk dana kas kecil

(Warren, 2017:135). Jumlah dana kas kecil disesuaikan dengan kebutuhan entitas.

Semakin besar ukuran entitas dan kebutuhan pengeluaran jumlah pengeluaran kas

kecil besar, maka akan dibentuk kas kecil dalam jumlah besar. Tetapi untuk

organisasi dengan ukuran kecil dan tidak banyak pengeluaran yang dilakukan,

nilai kas kecil yang dibentuk kecil (Martani, 2014:182).

2.3.2. Metode pengukuran

Dalam pengukuran kas kecil terdapat dua metode yang digunakan dalam

perusahaan, antara lain :

a. Sistem Dana Tetap (Imperst Fund System)

Imperst Fund System adalah mekanisme kas kecil dimana dana

dipertahankan tetap (Martani, 2015:182). Artinya jika terjadi pengeluaran kas,

Page 5: BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Definisi Koperasi

10

tidak dibukukan terlebih dahulu. Jurnal akan dibuat pada saat pengisian kembali

yang akan mengurangi kas perusahaan. Sehingga dana as kecil akan tetap sama.

b. Sistem Dana Berubah (Fluctuation Fund System)

Fluctuation Fund System artinya kas kecil akan memiliki saldo yang tidak

tetap. Pengeluaran akan langsung dicatat mengurangi kas kecil. Sehingga pada

akhir periode tidak ada penggantian saldo melainkan hanya ada penambahan saldo

kas kecil (Martani, 2015:183).

2.4. Stock Opname

Untuk menentukan jumlah barang yang ada di perusahaan pada suatu

periode dapat melalui beberapa cara, salah satunya adalah stock opname. Stock

opname adalah perhitungan barang pada awal dan akhir periode, cara ini

merupakan ketentuan yang harus dilakukan oleh manajemen untuk menentukan

jumlah persediaan akhir, supaya dapat menyajikan laporan keuangan yang akurat

(Heri, 2011:396).

Stock opname berpengaruh terhadap persediaan, khususnya untuk meminta

pertanggungjawaban atas ketelitian dan keandalan data persediaan. Stock opname

harus dilakukan oleh tim yang terdiri dari fungsi pemegang kartu fisik,

penghitung, dan fungsi pengecek. Terdapat beberapa asumsi yang mungkin terjadi

akibat selisih persediaan. Salah saji potensial, aktivitas pengendalian yang

diperlukan, dan pengujian pengendalian untuk aktivitas penghitungan fisik

persediaan adalah sebagai berikut (Mulyadi, 2010:247):

Page 6: BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Definisi Koperasi

11

Tabel 2.1

Salah Saji Potensial, Aktivitas Pengendalian Yang Diperlukan, Dan Pengujian

Pengendalian Untuk Aktivitas Penghitungan Fisik Persediaan

Sumber : Auditing Edisi Enam (Mulyadi, 2010:247)

Tahap

Aktivitas

Salah Saji

Potensial Aktivitaas Pengendalian

Pengujian

Pengendalian

Penghitungan

Fisik

Persediaan dihitung

salah.

Pemisahan penghitungan

dengan pengecek.

Penggunaan peralatan dan

metode penghitungan yang andal.

Lakukan

pengamatan terhadap

penghitungan

fisik persediaan.

Persediaan dihitung lebih dari satu kali.

Penghitungan kartu penghitungan fisik

persediaan bernomor urut

tercetak.

Lakukan hitung uji.

Kompilasi Tidak semua hasil perhitungan fisik

dicatat dalam daftar

hasil perhitungan

fisik persediaan.

Pemegang kartu persediaan fisik harus

mempertanggungjawabkan

pemakaian kartu dan

pencatatannya ke dalam daftar hasil perhitungan

fisik persediaan.

Lakukan pengujian

kompilasi.

Penentuan

cost

Cost barang salah

dicantumkan.

Pengecekan independen

pencantuman cost persediaan.

Lakukan

pengujian cost.

Salah perhitungan

perkalian kuantitas dengan harga pada

daftar hasil

perhitungan fisik.

Pengecekan independen

terhadap perkalian kuantitas dengan harga

pada daftar hasil

perhitungan fisik.

Lakukan

pengamatan terhadap prosedur

dan pelaksanaan

kembali.

Adjustment Buku pembantu persediaan tidak

diadjust

berdasarkan hasil

perhitungan fisik.

Pengecekan secara independen posting ke

dalam buku pembantu

persediaan.

Lakukan adjustment test.

Salah posting akun

persediaan

Pertanggungjawaban kartu

penghitungan fisik bernomor urut tercetak.

Panduan akun dan review

pemberian kode akun.

Lakukan

pengamatan terhadap prosedur

dan pelaksanaan

kembali.

Page 7: BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Definisi Koperasi

12

Tabel 2.2

Program Pengujian Substantif Terhadap Persediaan

Kategori Pengujian Substantif

Prosedur Awal 1. Dapat pemahaman mengenai bisnis dan bidang usaha

klien dan tentukan:

a. Signifikasi harga pokok penjualan (HPP) dan

persediaan bagi perusahaan.

b. Pemicu-pemicu ekonomi kunci yang berpengaruh

terhadap HPP, laba kotor, dan kemungkinan

keusangan persediaan.

c. Seberapa banyak perusahaan memiliki barang

konsinyasi.

d. Ada tidaknya komitmen pembelian dan konsentrasi

kegiatan dengan pemasok tertentu.

2. Lakukan prosedur-prosedur awal atas saldo persediaan

dan catatan yang akan diuji lebih lanjut:

a. Telusuri saldo awal persediaan ke kertas kerja tahun

lalu.

b. Review aktivitas dalam rekening persediaan dan

selidiki ayat-ayat jurnal yang terkait.

c. Verifikasi jumlah dalam catatan dan daftar persediaan

serta periksa kecocokannya dengan saldo akhir di buku

besar persediaan.

Prosedur

Analitis

3. Lakukan prosedur analitis

a. Review pengalaman dan trend bidang usaha.

b. Periksalah analisis perputaran persediaan.

c. Review hubungan antara saldo persediaan dengan

pembelian terakhir, produksi, dan kegiatan penjualan.

d. Bandingkan saldo persediaan dengan taksiran volume

penjualan.

Page 8: BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Definisi Koperasi

13

Kategori Pengujian Substantif

Pengujian

Detail

Transaksi

4. Pilihlah suatu sampek ayat-ayat jurnal yang dibukukan

ke rekening persediaan.

5. Atas dasar satu sampel, telusur data pembelian,

produksi, produksi selesai, dan catatan penjualan ke

rekening persediaan.

6. Ujilah pisah batas pembelian, penjualan dan retur

penjualan,

Pengujian

Detail Saldo

7. Observasi perhitungan fisik persediaan yang dilakukan

klien.

a. Tentukan waktu dan luasnya pengujian.

b. Evaluasi kecukupan rencana perhitungan persediaan

yang dibuat klien.

c. Observasi ketelitian perhitungan yang dilakukan klien

dan lakukan pengujian per hitungan.

d. Hitung semua kartu barang dan formulir berita acara

yang digunakan untuk penghitungan fisik.

8. Ujilah ketelitian pencatatan dalam daftar persediaan.

a. Hitung ulang penjumlahan dan perkalian antara

kuantitas dengan harga per unit.

b. Telusuri hasil uji perhitungan ke daftar persediaan.

c. Cocokan barang yang tercantum dalam daftar

persediaan ke kartu perhitungan persediaan

d. Rekonsiliasi hasil perhitungan fisik dengan catatan dan

saldo buku besar dan review ayat jurnal penyesuaian.

9. Ujilah penetapan harga persediaan. Periksalah faktur-

faktur pembelian yang telah dibayar.

10. Konfirmasi persediaan yang disimpan di gudang.

11. Periksalah perjanjian konsinyasi dan kontrak-kontrak.

Page 9: BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Definisi Koperasi

14

Kategori Pengujian Substantif

Pengujian

Detail saldo:

Estimasi

Akuntansi

12. Evaluasi penetapan nilai bersih persediaan:

a. Periksalah faktur penjualan setelah akhir tahun dan

lakukan pengujian mana yang lebih rendah antara

harga pasar dan harga pokok.

b. Bandingkan persediaan dengan katalog penjualan yang

berlaku sekarang dan laporan penjualan.

c. Ajukan pertanyaan mengenai persediaan lambat laku,

kelebihan atau persediaan usang dan tentukan perlu

d. Evaluasi proses manajemen untuk menaksir nilai

bersih bisa direalisasi dengan menggunakan informasi

tentang trend bidang saha, trend perputaran

persediaan, persediaan lambat laku.

Prosedur

Diwajibkan

13. Observasi perhitungan fisik persediaan yang termasuk

dalam tahap 7

Penyajian dan

Pengungkapan

14. Bandingkan penyajian di laporan dengan prinsip

akuntansi yang berlaku.

a. Konfirmasi kesesuaian persediaan yang digadaikan

atau dijaminkan.

b. Review penyajian dan pengungkapan persediaan

dalam konsep draft persediaan dan tentukan

kesesuaiannya dengan prinsip akuntansi yang berlaku.

Sumber: Auditing I (Heri, 2011:169-171)

2.4.1. Dokumen

Dokumen merupakan data atau berkas yang digunakan sebagai dasar untuk

melakukan pencatatan. Dokumen untuk melakukan stock opname dapat dibedakan

menjadi dua jenis, yaitu dokumen sumber dan dokumen pendukung (Mulyadi,

2010:243).

Page 10: BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Definisi Koperasi

15

Tabel 2.3

Dokumen-Dokumen Yang Diperlukan Untuk Melaksanakan Stock Opname

Transaksi Dokumen Sumber Dokumen Pendukung

Jenis Keterangan Jenis Keterangan

Stock

opname

Kartu

penghitungan

fisik

(inventory

tag)

Merekam hasil

penghitungan

fisik baik oleh

penghitung

maupun

pengecek.

Adjustment

catatan

akuntansi

Kartu

memorial

Dasar

pencatatan

koreksi

Daftar hasil

penghitungan

fisik

(inventory

summary

sheet)

Hasil

penghitungan

fisik yang siap

digunakan

Sumber: Auditing Edisi Enam (Mulyadi, 2010:243)

2.4.2. Catatan akuntansi

Catatan akuntansi yang digunakan dalam stock opname berupa buku

pembantu persediaan dan jurnal umum. Buku pembantu persediaan digunakan

untuk menampung koreksi-koreksi berdasarkan data yang dikumpulkan dalam

daftar hasil stock opname. Jurnal umum digunakan untuk mencatat adjustment

persediaan berdasarkan data yang dikumpulkan dalam daftar hasil penghitungan

fisik (Mulyadi, 2010:244).

2.5. Petty Cash Opname

Petty cash opname artinya pemeriksaan terhadap kas kecil perusahaan dan

membandingkan jumlah antara catatan akuntansi kas kecil dengan jumlah kas

kecil yang dipegang pada saat periode tertentu. Pelaksanannya harus tepat pada

tanggal neraca. Jika terdapat selisih, maka harus dikonfirmasi dan diadakan

adjustment.

Page 11: BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Definisi Koperasi

16

2.5.1. Prosedur petty cash opname

Salah satu cara melaksanakan pemeriksaan terhadap kas adalah dengan

menggunakan Pengujian substantif. Pengujian substantif adalah prosedur-

prosedur yang didesain untuk menguji kesalahan dalam nilai rupiah yang

mempengaruhi langsung kebenaran dari saldo-saldo dalam laporan keuangan.

Tabel 2.4

Program Pengujian Substantif Terhadap Kas Kecil

Kategori Pengujian Substantif

Prosedur Awal 1. Lakukan prosedur awal atas saldo akun kas kecil yang

akan diuji lebih lanjut.

a. Usut saldo kas kecil yang tercantum di neraca

dengan saldo di buku besar.

b. Hitung kembali saldo akun kas kecil dalam buku

besar.

c. Lakukan review terhadap mutasi dan jumlahnya

sesuai sumber posting.

d. Usut kesesuaian posting pendebitan dan

penkreditan akun kas kecil ke jurnal.

Prosedur Analitik 2. Lakukan prosedur analitik, dengan membandingkan

saldo kas kecil dengan jumlah yang dianggarkan di

periode sebelumnya.

Pengujian

terhadap

Transaksi Rinci

3. Lakukan pengujian pisah batas transaksi kas kecil

4. Periksalah adanya kemungkinan penggelapan kas

dengan cara lapping penerimaan dan pengeluaran kas

kecil.

Pengujian

terhadap Akun

Rinci

5. Hitung kas kecil yang ada di tangan klien.

6. Periksa adanya bon-bon atau bukti pengeluaran yang

masih ada di kasir.

Page 12: BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Definisi Koperasi

17

Kategori Pengujian Substantif

Verifikasi

Penyajian dan

Pengungkapan

Kas Kecil

7. Bandingkan penyajian akun kas kecil dengan prinsip

akuntansi yang digunakan.

a. Lakukan wawancara dengan pihak manajemen

mengenai batasan penggunaan kas kecil klien.

Sumber: Auditing Edisi Enam (Mulyadi, 2010:377-378)

2.5.2. Dokumen

Dalam aktivitas dana kas kecil, dokumen-dokumen yang digunakan antara

lain sebagai berikut (Mulyadi, 2010:376):

a. BKK (Bukti Kas Keluar)

Dokumen ini berfungsi sebagai perintah pengeluaran kas dari fungsi

akuntansi kepada fungsi kas sebesar yang tercantum. Dokumen ini

diperlukan saat pembentukan dana kas kecil dan pada saat pengisian

kembali dana kas kecil.

b. Bukti pengeluaran kas kecil

Dokumen ini dibuat untuk mempertanggungjawabkan pemakaian dana kas

kecil. Dalam sistem saldo tetap, bukti dokumen ini dilampiri dengan

dokumen pendukungnya dan disimpan dalam arsip sementara oleh

pemegang dana kas kecil untuk keperluan pengisian kembali, sedangkan

dalam sistem saldo berfluktuasi, dokumen ini dilampiri dengan dokumen

pendukungnya dan diserahkan oleh pemegang dana kas kecil kepada

fungsi akuntansi untuk dicatat dalam jurnal pengeluaran dana kas kecil.

Page 13: BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Definisi Koperasi

18

c. Permintaan pengisian kembali kas kecil

Dokumen ini dibuat oelh pemegang dana kas kecil untuk meminta

pengisian kembali dana kas kecil. Dalam sistem saldo tetap maka jumlah

pengisian kembali dana kas kecil sebesar jumlah uang tunai yang

dikeluarkan sesuai yang tercantum dalam bukti pengeluaran kas kecil yang

dikumpulkan dalam arsip pemegang dana kas kecil. Dalam sistem saldo

berfluktuasi, pengisian kembali didasarkan sesuai kebutuhan pengeluran

uang tunai yang diperkirakan oleh pemegang dana kas kecil.

2.5.3. Catatan akutansi

Catatan yang dibuat dalam sistem dana kas kecil terdiri dari (Mulyadi,

2010:375):

a. Jurnal pengeluaran kas

Jurnal ini digunakan untuk mencatat pengeluaran kas dalam pembentukan

dana kas kecil dan dalam pengisian kembali kas kecil. Pada sistem dana

tetap, jurnal ini memuat pengeluaran yang dilakukan menggunakan kas

kecil.

b. Jurnal pengeluaran kas kecil

Jurnal ini merupakan jurnal khusus untuk mencatat pengeluaran dana kas

kecil sekaligus sebagai alat distribusi pendebitan yang timbul sebagai

akibat pengeluaran dana kas kecil. Jurnal ini digunakan hanya dalam

sistem saldo berfluktuasi.