Upload
others
View
11
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
13 Universitas Kristen Petra
2. LANDASAN TEORI
2.1 Definisi Strategi
Mintzberg (1991) memperluas dan mendefinisikan strategi dalam “5 P’s of
strategy”, yaitu (dalam Solihin, 2012, p. 25-28):
1. Strategy as a Plan
Strategi sebagai sebuah perencanaan terdahulu secara sadar dan sengaja
mendahului berbagai tindakan yang akan diilakukan, yang kemudian
dikembangkan dan diimplementasikan agar mencapai suatu tujuan.
2. Strategy as a Ploy
Strategi merupakan suatu manuver yang spesifik untuk memberi isyarat
mengancam kepada pesaing perusahaan.
3. Strategy as a Pattern
Sebuah pola yang menunjukan adanya serangkaian tindakan yang
dilakukan oleh manajemen dalam mengejar sebuah tujuan.
4. Strategy as a Position
Berbagai keputusan yang dipilih perusahaan untuk memosisikan
organisasi perusahaan di dalam lingkungan perusahaan.
5. Strategy as a Perspective
Perspektif dari para strategist (pembuat keputusan strategis) di dalam
memandang dunianya.
Berikut ini merupakan tabel perbandingan teori mengenai strategi yang
diungkapkan oleh beberapa sumber yang berbeda, diantaranya:
14 Universitas Kristen Petra
Tabel 2.1 Perbandingan Teori Definisi Strategi
Mintzberg (1991) dalam Solihin (2012)
Memperluas dan mendefinisikan strategi dengan “5 P’s of Strategy”, yaitu: strategy as a plan, strategy as a ploy, strategy as a pattern, strategy as a position, dan strategy as a perspective.
David (2012) Aksi potensial, membutuhkan keputusan manajemen puncak, dan sumber daya yang besar.
Hunger & Wheelen (2009) Rumusan perencanaan komprehensif dalam mencapai misi dan tujuan.
Robert (2008) Metode untuk bergerak dari satu posisi ke posisi yang lain.
Suyanto (2009) Suatu rencana permainan untuk mencapainya.
Sumber: Mintzberg (1991) dalam Solihin (2012); David (2012); Hunger &
Wheelen (2009); Robert (2008); Suyanto (2009); (diolah peneliti)
Dari beberapa teori mengenai strategi di atas, tanpa mengecilkan teori dari
sumber-sumber yang ada, dalam penelitian ini menggunakan definisi strategi
menurut Mintzberg (1991) yang diungkapkan (dalam Solihin, 2012, p. 25-28).
Alasan memilih untuk menggunakan teori dari Mintzberg (1991), dikarenakan
teori ini memberikan penjelasan yang memuaskan terhadap berbagai fenomena
strategi dalam dunia bisnis dan bukan melihat strategi sebagai salah satu dari
rencana saja.
2.1.1 Perumusan Strategi
Perumusan strategi merupakan “pengembangan visi dan misi, identifikasi
peluang dan ancaman eksternal suatu organisasi, kesadaran akan kekuatan dan
kelemahan internal, penetapan tujuan jangka panjang, pencarian strategi-strategi
alternatif, serta pemilihan strategi tertentu untuk mencapai tujuan (David, 2012, p.
6).
Berikut ini merupakan tabel perbandingan teori mengenai perumusan
strategi yang diungkapkan oleh beberapa sumber yang berbeda, diantaranya:
15 Universitas Kristen Petra
Tabel 2.2 Perbandingan Teori Perumusan Strategi
David (2012) Pengembangan visi dan misi, identifikasi peluang dan ancaman eksternal, kekuatan dan kelemahan internal, penetapan tujuan jangka panjang, pencarian strategi alternative, pemilihan strategi.
Hunger & Wheelen (2009) Pengembangan rencana jangka panjang manajemen efektif dari kesempatan dan ancaman, kekuatan dan kelemahan.
Griffin & Ebert (2007) Penciptaan program yang luas untuk menetapkan dan mencapai sasaran.
Sumber: David (2012); Hunger &Wheelen (2009); Griffin & Ebert (2007);
(diolah peneliti)
Dari beberapa teori mengenai perumusan strategi di atas, tanpa
mengecilkan teori dari sumber-sumber yang ada, dalam penelitian ini
menggunakan perumusan strategi menurut David (2012). Alasan memilih untuk
menggunakan teori dari David (2012), dikarenakan teori ini menjabarkan dengan
lengkap cakupan dalam perumusan strategi. Sehingga peneliti mampu memahami
pengertian dari perumusan strategi dengan jelas.
2.1.2 Jenis-jenis Strategi
Terdapat beberapa macam alternatif strategi yang dapat dipilih oleh
perusahaan untuk mewujudkan visinya. Jenis strategi digolongkan ke dalam
empat kategori, yaitu:
1. Strategi integrasi:
a. Forward integration
b. Backward integration
c. Horizontal integration
2. Strategi intensif:
a. Market penetration
b. Market development
c. Product development
16 Universitas Kristen Petra
3. Strategi diversifikasi:
a. Concentric diversification
b. Horizontal diversification
c. Conglomerate diversification
4. Strategi defensif:
a. Retrenchment
b. Divestiture
c. Liquidation
(Mulyadi, 2007, p. 512-513).
Tabel 2.3 Kategori Strategi, Definisi, dan Contoh Penerapannya
JENIS STRATEGI DEFINISI CONTOH
Strategi Integrasi: Forward Integration Strategi untuk
memperoleh kepemilikan atau meningkatkan pengendalian atas distributor atau pengecer.
Perusahaan yang menempuh strategi ini akan memfokuskan pembukaan mata rantai baru di hilir operasinya.
Backward Integration Strategi untuk mencari kepemilikan atau meningkatkan pengendalian atas perusahaan pemasok.
Perusahaan yang menempuh strategi ini akan memfokuskan pembukaan mata rantai baru di hulu operasinya, atau dengan supply chain management.
Horizontal Integration Strategi untuk mencari kepemilikan atau meningkatkan pengendalian atas pesaing.
Perusahaan membeli perusahaan lain yang menjadi pesaing bisnisnya.
Strategi Intensif: Market Penetration Strategi untuk mencari
pangsa pasar untuk produk atau jasa dalam pasar sekarang melalui peningkatan usaha pemasaran.
Perusahaan menempuh kampanye besar-besaran untuk meningkatkan pangsa pasarnya.
Market Development Strategi untuk memperkenalkan produk atau jasa ke dalam daerah geografis baru.
Perusahaan membuka cabang baru di daerah pemasaran baru untuk memperkenalkan produk
17 Universitas Kristen Petra
atau jasa yang telah ada. Product Development Strategi untuk
meningkatkan penjualan dengan meng-improve produk atau jasa yang ada sekarang atau dengan mengembangkan produk atau jasa baru.
Perusahaan mengembangkan produk atau jasa baru untuk meningkatkan penjualannya.
Strategi Diversifikasi: Concentric Diversification
Menambah produk atau jasa baru yang berkaitan dengan produk atau jasa lama.
Perusahaan menambah produk atau jasa baru yang masih berkaitan dengan produk atau jasa lama.
Horizontal Diversification
Menambah produk atau jasa baru bagi customer sekarang, yang tidak berkaitan dengan produk atau jasa lama.
Perusahaan memperluas operasinya ke produk atau jasa baru yang tidak berkaitan dengan produk atau jasa yang sekarang.
Conglomerate Diversification
Menambah produk atau jasa baru yang tidak berkaitan satu dengan lainnya.
Perusahaan memperluas operasinya ke usaha yang tidak berkaitan satu dengan lainnya.
Strategi Defensif: Retrenchment Mengelompokan bisnis
kembali melalui pengurangan biaya dan aktiva untuk membalik keadaan penjualan dan laba yang semakin menurun.
Perusahaan memutuskan hubungan kerja dengan 30% karyawannya sebagai bagian rencana restrukturisasi usahanya.
Divestiture Menjual divisi atau bagian dari suatu perusahaan.
Perusahaan menjual divisi produk tertentu yang memberikan kontribusi 25% terhadap penjualan perusahaan secara keseluruhan.
Liquidation Menjual seluruh aktiva perusahaan, sebagian, untuk nilai berwujudnya.
Perusahaan dinyatakan likuidasi, menutup seluruh usahanya. Perusahaan sudah beroperasi selama dua tahun dalam kondisi bangkrut.
Sumber: Mulyadi (2007)
(sambungan)
18 Universitas Kristen Petra
Berikut ini merupakan tabel perbandingan teori mengenai jenis-jenis
strategi yang diungkapkan oleh beberapa sumber yang berbeda, diantaranya:
Tabel 2.4 Perbandingan Teori Jenis-jenis Strategi
Mulyadi (2007)
Jenis strategi digolongkan ke dalam 4 kategori: strategi integrasi (forward integration, backward integration, horizontal integration), strategi intensif (market penetration, market development, product development), strategi diversifikasi (concentric diversification, horizontal diversification, conglomerate diversification), strategi defensive (retrenchment, divestiture, liquidation).
Hunger & Wheelen (2012)
Jenis strategi dikelompokkan ke dalam 3 kategori orientasi strategi (grand strategy). Strategi pertumbuhan: Concentration (vertical growth, horizontal growth), Diversification (concentric, conglomerate). Strategi stabilitas (pause/procced with caution, no change, profit). Strategi penciutan usaha (turnaround, captive company, divestment, bangkruptcy/liquidation).
David (2012)
Jenis strategi dikategorikan menjadi 11 tindakan: integrasi ke depan, integrasi ke belakang, integrasi horizontal, penetrasi pasar, pengembangan pasar, pengembangan produk, diversifikasi terkait, diversifikasi tak terkait, penciutan, divestasi, likuidasi.
Sumber: Mulyadi (2007); Hunger & Wheelen (2009); David (2012);
(diolah peneliti)
Dari beberapa teori mengenai jenis-jenis strategi di atas, tanpa
mengecilkan teori dari sumber-sumber yang ada, maka diggunakan teori kategori
strategi, definisi, dan contoh penerapannya menurut Mulyadi (2007). Alasan
menggunakan teori menurut Mulyadi (2007), dikarenakan sumber ini memberikan
tambahan penjelasan mengenai conglomerate diversification dalam strategi
diversifikasinya, yang mana sumber lain tidak memberikan penjelasan selengkap
teori dari sumber yang dipakai oleh peneliti dalam penelitian ini.
Dalam penelitian ini, juga ditambahkan lima strategi generik Michael
Porter untuk menambah jenis strategi yang ada. Strategi ini memungkinkan
19 Universitas Kristen Petra
perusahaan untuk memperoleh keunggulan kompetitif dari tiga landasan yang
berbeda: kepemimpinan biaya (cost leadership), diferensiasi (differentiation), dan
fokus (focus) (David, 2012, p. 273).
Kepemimpinan biaya (cost leadership) menekankan produk yang
mempunyai standar dengan biaya per unit yang sangat rendah untuk konsumen
yang peka terhadap harga. Terdapat dua tipe alternatif dalam kepemimpinan
biaya, yaitu tipe 1 dan tipe 2. Tipe 1 adalah strategi biaya rendah (low-cost) yang
menawarkan produk atau jasa kepada konsumen pada harga terendah yang ada di
pasar. Tipe 2 adalah strategi nilai terbaik (best-value) yang menawarkan produk
atau jasa kepada konsumen pada harga terbaik yang ada di pasar. Strategi nilai
terbaik ini bertujuan untuk menawarkan serangkaian produk atau jasa kepada
konsumen pada harga yang serendah mungkin dibandingkan dengan produk
pesaing dengan produk yang serupa. Sasaran dari strategi tipe 1 dan tipe 2 adalah
pasar yang besar (David, 2012, p. 273-274).
Tipe 3 dari strategi generik Porter adalah diferensiasi. Diferensiasi
(differentiation) adalah sebuah strategi yang bertujuan menghasilkan produk atau
jasa yang dianggap unik di dalam sebuah industri dan diarahkan kepada konsumen
yang peka terhadap harga (David, 2012, p. 274).
Fokus (focus) berarti memproduksi produk dan jasa yang memenuhi
kebutuhan sekelompok konsumen. Dua tipe dari strategi fokus adalah tipe 4 dan
tipe 5. Tipe 4 adalah strategi fokus biaya rendah (low-cost focus) yang
menawarkan produk atau jasa kepada konsumen pada harga terendah yang
tersedia di pasar. Tipe 5 adalah strategi fokus nilai terbaik (best-value focus) yang
menawarkan produk atau jasa kepada konsumen dengan nilai harga terbaik yang
ada di pasar. Strategi fokus nilai terbaik ini bertujuan untuk menawarkan kepada
konsumen mengenai produk atau jasa yang lebih baik memenuhi selera dan
permintaan dibandingkan produk pesaing. Target dari strategi tipe 4 dan tipe 5
adalah pasar yang kecil. Perbedaan tipe 4 dan tipe 5 adalah strategi tipe 4
menawarkan produk atau jasa kepada ceruk konsumen pada harga terendah,
sedangkan strategi tipe 5 menawarkan produk atau jasa kepada konsumen pada
20 Universitas Kristen Petra
harga yang lebih tinggi namun dengan fitur tambahan yang lebih banyak sehingga
dianggap memiliki nilai terbaik (David, 2012, p. 274).
Lima strategi Porter tersebut menyiratkan pengaturan organisasional,
prosedur pengendalian, dan sistem intensif yang berbeda. Perusahaan yang lebih
besar umumnya bersaing menggunakan strategi kepemimpinan biaya dan/atau
diferensiasi, sedangkan perusahaan yang lebih kecil bersaing menggunakan
strategi fokus. Dalam hal ini Porter menekankan perlunya penyusunan strategi
untuk melakukan analisis biaya dan manfaat untuk mengevaluasi peluang bersama
antara perusahaan yang telah dan yang berpotensi. Beberapa aktivitas dan sumber
daya membantu keunggulan kompetitif dengan cara menekan biaya atau
meningkatkan diferensiasi (David, 2012, p. 274). Lima strategi generik Porter
diilustrasikan pada gambar 2.1 berikut ini.
STRATEGI GENERIK
Gambar 2.1 Lima Strategi Generik Porter
Sumber: David (2012)
Keterangan:
Tipe 1 : Kepemimpinan Biaya – Biaya Rendah
Tipe 2 : Kepemimpinan Biaya – Biaya TInggi
Tipe 3 : Diferensiasi
Tipe 4 : Fokus – Biaya Rendah
Tipe 5 : Fokus – Nilai Terbaik
UK
UR
AN
PA
SA
R
Besar
Kecil
-
Tipe 3
Tipe 1
Tipe 2
-
Tipe 3
Tipe 4
Tipe 5
Kepemimpinan Diferensiasi Fokus
Biaya
21 Universitas Kristen Petra
1. Strategi Kepemimpinan Biaya (Tipe 1 dan Tipe 2)
Perusahaan yang menggunakan strategi kepemimpinan biaya rendah (tipe
1) atau strategi nilai terbaik (tipe 2) harus mencapai keunggulan kompetitif
dengan cara yang sulit ditiru oleh pesaing. Jika pesaing dapat dengan mudah
meniru strategi kepemimpinan biaya, maka keunggulan kompetitif tersebut
tidak akan bertahan lama untuk memberikan hasil yang besar di pasar. Untuk
menjalankan strategi kepemimpinan biaya supaya berhasil, sebuah perusahaan
harus memastikan bahwa total biaya yang dikeluarkan dalam seluruh
kegiatannya harus lebih rendah dari biaya yang dikeluarkan oleh pesaing.
Terdapat dua cara untuk mencapai hal tersebut, yaitu:
a. Menjalankan kegiatan secara lebih efektif dari pesaing dan mengontrol
kegiatan yang bisa mendongkrak biaya kegiatan yang dilakukan.
Kegiatan yang bisa dilakukan misalnya mengubah tata letak
perusahaan, menguasai teknologi baru, menyederhanakan desain
produk, mengupayakan cara untuk dapat beroperasi dengan kapasitas
penuh, dan seterusnya.
b. Memperbarui keseluruhan nilai dalam perusahaan untuk
menghindarkan kegiatan yang dapat menambah biaya. Misalnya
mencari pemasok dan distributor yang baru, menjual produk secara
online, mengalokasikan ulang fasilitas perusahaan, dan seterusnya.
Pada saat menjalankan strategi kepemimpinan biaya, perusahaan harus
berhati-hati untuk tidak menggunakan cara seperti pemotongan harga, karena
bisa jadi laba yang didapatkan terlalu rendah atau bahkan tidak ada laba sama
sekali. Strategi kepemimpinan biaya, baik tipe 1 atau tipe 2 sangat efektif
apabila digunakan dalam kondisi seperti di bawah ini :
1) Ketika persaingan harga antarpenjual pesaing sangat ketat,
2) Ketika produk penjual pesaing pada pokoknya sama dan pasokan
tersedia dari semua penjual,
3) Ketika ada cara untuk mencapai diferensiasi produk yang memiliki
nilai bagi pembeli,
22 Universitas Kristen Petra
4) Ketika sebagian besar pembeli menggunakan produk dengan cara yang
sama,
5) Ketika pembeli memiliki daya tawar yang kuat untuk meminta
penurunan harga, dan
6) Ketika perusahaan yang baru muncul datang dengan menggunakan
harga yang rendah untuk perkenalan dan menarik pembeli.
Beberapa resiko yang mungkin muncul dari strategi kepemimpinan biaya
adalah bahwa kemungkinan pesaing akan meniru strategi tersebut, sehingga
menyebabkan penurunan laba dalam industri secara keseluruhan; bahwa
berbagai terobosan bisa muncul, sehingga menyebabkan strategi kurang
efektif; atau bahwa ketertarikan pembeli beralih ke fitur lain selain harga
(David, 2012, p. 276-277).
2. Strategi Diferensiasi (Tipe 3)
Strategi diferensiasi dikatakan berhasil apabila perusahaan mampu
membebankan harga yang lebih tinggi untuk produknya dan tetap
mempertahankan loyalitas konsumen. Karena dalam hal ini konsumen sudah
terpikat oleh diferensiasi produk yang dihasilkan perusahaan. Diferensiasi
pada produk bisa mencakup layanan yang superior, ketersediaan komponen
yang lengkap, penampilan produk, umur manfaat, atau kemudahan
penggunaan.
Resiko dalam menjalankan strategi diferensiasi ini adalah produk yang
dihasilkan kurang mendapatkan penilaian yang baik dari konsumen untuk
menjual dengan harga yang lebih tinggi. Apabila ini terjadi, maka strategi
kepemimpinan harga akan lebih mudah mengalahkan strategi diferensiasi.
Resiko lain adalah perusahaan pesaing kemungkinan akan mencari cara untuk
meniru diferensiasi yang ada dengan cepat. Oleh karena itu, perusahaan harus
mencari sumber-sumber pembeda yang tahan lama dan tidak dengan mudah
dapat ditiru oleh pesaing. Strategi diferensiasi akan sangat efektif apabila
dalam kondisi sebagai berikut:
23 Universitas Kristen Petra
a. Ketika ada banyak cara untuk mendiferensiasi produk atau jasa dan
banyak pembeli yang memandang perbedaan sebagai sesuatu yang
bernilai
b. Ketika kebutuhan dan penggunaan pembeli beraneka ragam
c. Ketika tidak banyak perusahaan pesaing yang mengikuti pendekatan
diferensiasi serupa
d. Ketika perubahan teknologi berlangsung cepat dan kompetisi terjadi di
sekitar produk yang berubah dengan cepat
(David, 2012, p. 278-279).
3. Strategi Fokus (Tipe 4 dan Tipe 5)
Strategi fokus paling efektif ketika konsumen mempunyai kebutuhan
khusus dan ketika perusahaan pesaing tidak berusaha untuk menspesialisasi
diri pada target yang sama. Resiko dalam menjalankan strategi fokus adalah
kemungkinan bahwa pesaing akan menyadari strategi fokus yang berhasil dan
menirunya atau kebutuhan khusus konsumen berpindah ke produk-produk
yang diinginkan oleh pasar secara keseluruhan. Perusahaan yang
menggunakan strategi fokus ini biasanya fokus pada kelompok-kelompok
konsumen, pasar geografis, atau lini produk untuk dapat melayani pasar yang
lebih kecil dengan lebih baik. Strategi fokus ini bisa digunakan secara efektif
apabila dalam kondisi sebagai berikut:
a. Ketika ceruk target pasar besar, menguntungkan dan sedang
bertumbuh,
b. Ketika pemimpin pasar tidak melihat ceruk pasar penting bagi
kebutuhan perusahaan,
c. Ketika pemimpin pasar menganggap terlalu mahal atau sulit untuk
memenuhi kebutuhan khusus dari ceruk pasar target disamping tetap
memperhatikan kebutuhan konsumen,
d. Ketika perusahaan memiliki banyak ceruk dan segmen yang berbeda,
e. Ketika tidak banyak perusahaan pesaing yang berusaha berspesialisasi
di segmen target yang sama
(David, 2012, p. 280-281).
24 Universitas Kristen Petra
2.2 Definisi Hotel
Surat keputusan Menparpostel No. KM 37/PW.340/MPPT-86, Bab 1,
Pasal 1, Ayat (b) dalam SK (Surat Keputusan) mengungkapkan bahwa, hotel
adalah “suatu jenis akomodasi yang mempergunakan sebagian atau seluruh
bangunan untuk menyediakan jasa penginapan, makanan, dan minuman serta jasa
penunjang lainnya bagi umum yang dikelola secara komersial” (dalam
Sulastiyono, 2011, p. 6-7).
Berikut ini merupakan tabel perbandingan teori mengenai definisi hotel
yang diungkapkan oleh beberapa sumber yang berbeda, diantaranya:
Tabel 2.5 Perbandingan Teori Definisi Hotel
Menparpostel No. KM 37/PW. 340/MPPT-86 (dalam Sulastiyono, 2011)
Jenis akomodasi yang mempergunakan sebagian atau seluruh bangunan untuk menyediakan jasa penginapan, makanan, dan minuman serta jasa penunjang lainnya bagi umum yang dikelola secara komersial.
Hotel Proprietors Act (1956) dalam Sulastiyono (2011)
Perusahaan dikelola pemiliknya dengan menyediakan pelayanan makanan, minuman, dan fasilitas kamar serta mampu membayar dengan jumlah yang wajar sesuai pelayanan tanpa adanya perjanjian khusus.
Grolier Electronic Publishing Inc. (1995) dalam Sulastiyono (2011)
usaha komersial yang menyediakan tempat menginap, makanan, dan pelayanan-pelayanan lain untuk umum.
Sumber: Sulastiyono (2011); (diolah peneliti)
Dari beberapa teori mengenai definisi hotel di atas, tanpa mengecilkan
teori dari sumber-sumber yang ada, dalam penelitian ini peneliti menggunakan
definisi hotel menurut Menparpostel No. KM 37/PW.340/MPPT-86, Bab 1, Pasal
1, Ayat (b) (dalam Sulastiyono, 2011, p. 6-7). Alasan peneliti memilih untuk
menggunakan teori dari Menparpostel, dikarenakan teori ini menyimpulkan
keseluruhan dari definisi hotel yang ada, selain itu definisi hotel ini mengacu
kepada pengertian hotel di Indonesia. Yang mana obyek peneliti tepatnya berada
di Indonesia.
25 Universitas Kristen Petra
2.2.1 Klasifikasi Hotel
Menurut Departemen Pariwisata, Pos, dan Telekomunikasi melalui
Direktorat Jendral Pariwisata (SK. No. KM 37/PW.304/MPPT-86), penggolongan
hotel ditandai dengan bintang, yang disusun mulai dari hotel berbintang 1 sampai
dengan yang tertinggi adalah hotel dengan bintang 5. Secara garis besar kriteria
yang digunakan untuk penggolongan hotel tersebut didasarkan pada unsur-unsur
persyaratan sebagai berikut:
1. Phisik
a. Besar/kecilnya hotel atau banyak/sedikitnya jumlah kamar tamu.
b. Kualitas, lokasi, dan lingkungan bangunan.
c. Fasilitas yang tersedia untuk tamu, seperti ruang penerima tamu,
dapur, toilet, dan telepon umum.
d. Perlengkapan yang tersedia, baik bagi karyawan, tamu maupun bagi
pengelola hotel. Peralatan yang dimiliki oleh setiap departemen, baik
yang digunakan untuk keperluan pelayanan tamu, ataupun untuk
keperluan pelaksanaan kerja karyawan.
e. Kualitas bangunan merupakan kualitas bahan-bahan bangunan, seperti
kualitas lantai, dinding, termasuk juga tingkat kekedapan terhadap api
dan suara yang datang dari luar ataupun dari dalam hotel.
f. Tata letak ruang, dan ukuran ruang.
2. Operasional/Manajemen
a. Struktur organisasi dengan uraian tugas dan manual kerja secara
tertulis bagi masing-masing jabatan yang tercantum dalam organisasi.
b. Tenaga kerja, spesialisasi, dan tingkat pendidikan karyawan
disesuaikan dengan persyaratan peraturan penggolongan hotel.
3. Pelayanan
a. Keramahtamahan, sopan, dan mengenakan pakaian seragam hotel.
b. Pelayanan diberikan dengan mengacu pada kebutuhan-kebutuhan dan
keinginan-keinginan tamu.
c. Untuk hotel bintang 4 dan 5, pelayanan dibuka selama 24 jam
(dalam Sulastiyono, 2011, p. 11-12).
26 Universitas Kristen Petra
2.2.2 Manajemen Penyelenggaraan Hotel
Yang dimaksud dengan manajemen penyelenggaraan hotel adalah suatu
kegiatan penyelenggaraan usaha hotel yang didasari oleh konsep-konsep dan
fungsi-fungsi manajemen. Kompleksitas kegiatan penyelenggaraan hotel,
menuntut para manajer hotel menggunakan kemampuannya untuk menyusun,
menggunakan strategi manajemen atau manajemen operasional, serta strategi
dalam dalam menghadapi para pesaingnya. Strategi manajemen dan strategi
persaingan pada dasarnya bertujuan untuk dapat meningkatkan kinerja hotel.
Adapun strategi manajemen dan persaingan akan berkaitan dengan upaya-upaya
berikut:
1. Peningkatan kemampuan pengelola untuk menggunakan teknik-teknik
manajemen pengelolaan yang dapat meningkatkan volume penjualan,
mengurangi tingkat kegagalan produksi (seperti tingkat pembatalan
pesanan kamar atau no-show).
2. Meningkatkan produktivitas pelayanan, yang mana pelayanan pada
dasarnya adalah suatu aktivitas ekonomi yang menghasilkan waktu,
tempat, bentuk dan kebutuhan-kebutuhan psikologis yang diperlukan oleh
seseorang. Perubahan terhadap kebutuhan dan keinginan tamu, harus
diikuti dengan perubahan cara bekerja individu-individu dalam organisasi.
3. Memperluas penetrasi pasar, kemudian memberikan harga jual produk
yang kompetitif dengan tujuan peningkatan dan memelihara penjualan
(Sulastiyono, 2011, p. 13-14).
2.3 Analisis Eksternal
Menganalisis lingkungan eksternal (peluang dan ancaman) bagi
perusahaan yang mencakup lingkungan makro dan lingkungan industri.
27 Universitas Kristen Petra
2.3.1 Lingkungan Makro
Kekuatan-kekuatan eksternal lingkungan makro dapat dibagi menjadi lima
kategori luas, yaitu:
1. Kekuatan ekonomi
Faktor ekonomi memiliki dampak langsung terhadap daya tarik potensial.
Adapun variabel-variabel ekonomi yang sering kali merepresentasikan
peluang dan ancaman bagi organisasi meliputi: tingkat pendapatan yang bisa
dikeluarkan, tingkat suku bunga, tingkat inflasi, tingkat pasar uang, defisit
anggaran pemerintah, tren produk domestik bruto, fluktuasi harga, tarif pajak,
dan tingkat produktivitas pekerja.
2. Kekuatan sosial, budaya, demografis, dan lingkungan
Perubahan sosial, budaya, demografis dan lingkungan memiliki dampak
yang besar atas hampir semua produk, jasa, pasar, dan konsumen. Tren-tren
sosial, budaya, demografis, dan lingkungan membentuk cara orang hidup,
bekerja, memproduksi, dan mengonsumsi. Tren-tren baru itu menciptakan
jenis konsumen yang berbeda dan, konsekuensinya, menciptakan kebutuhan
akan produk, jasa, dan strategi yang berbeda pula. Adapun variabel-variabel
sosial, budaya, demografis, dan lingkungan yang penting meliputi: pendapatan
perkapita, gaya hidup, lingkungan dalam kota, rata-rata pendapatan yang
dikeluarkan, peraturan pemerintah, dan wilayah georgafis.
3. Kekuatan politik, pemerintah, dan hukum
Pemerintah baik pusat maupun daerah merupakan pembuat regulasi,
deregulasi, penyubsidi, pemberi kerja, dan konsumen utama organisasi.
Faktor-faktor politik, pemerintahan, dan hokum, karenanya, dapat
merepresentasikan peluang atau ancaman utama baik bagi organisasi kecil
maupun besar. Undang-undang, badan pembuat peraturan, dan kelompok
kepentingan khusus dapat memberi dampak yang besar terhadap strategi dari
organisasi. Adapun variabel-variabel politik, pemerintahan, dan hukum
meliputi: regulasi atau deregulasi pemerintah, perubahan dalam undang-
28 Universitas Kristen Petra
undang perpajakan, tarif khusus, undang-undang perlindungan alam, peraturan
khusus daerah dan pusat.
4. Kekuatan teknologi
Perubahan dan penemuan teknologi yang revolusioner memiliki dampak
yang dramatis terhadap organisasi. Kekuatan teknologi merepresentasikan
peluang dan ancaman besar yang harus dipertimbangkan dalam perumusan
strategi. Kemajuan teknologi bisa secara dramatis memengaruhi produk, jasa,
pasar, pemasok, distributor, pesaing, konsumen, proses produksi, praktik
pemasaran, dan posisi kompetitif organisasi.
5. Kekuatan kompetitif
Mengidentifikasi perusahaan pesaing dan menentukan kekuatan,
kelemahan, kapabilitas, peluang, ancaman, tujuan, dan strategi mereka.
Mengumpulkan dan mengevaluasi informasi tentang pesaing penting bagi
perumusan strategi yang berhasil. Mengidentifikasi pesaing utama tidak selalu
mudah karena banyak perusahaan memiliki divisi-divisi yang bersaing di
industri yang berbeda
(David, 2012).
Berikut ini merupakan tabel perbandingan teori mengenai lingkungan
makro yang diungkapkan oleh beberapa sumber yang berbeda, diantaranya:
Tabel 2.6 Perbandingan Teori Lingkungan Makro
David (2012) Kekuatan ekonomi, sosial, budaya, demografis, lingkungan, politik, pemerintah, hukum, teknologi, dan kompetitif.
Mulyadi (2007) Kekuatan Politik, hukum, ekonomi, teknologi, dan sosial.
Hunger & Wheelen (2009) Kekuatan ekonomi, hukum, politik, teknologi, dan sosiokultural.
Sumber: David (2012); Mulyadi (2007); Hunger & Wheelen (2009);
(diolah peneliti)
29 Universitas Kristen Petra
Dari beberapa teori mengenai lingkungan makro di atas, tanpa
mengecilkan teori dari sumber-sumber yang ada, dalam penelitian ini
menggunakan teori menurut David (2012). Alasan menggunakan teori ini,
dikarenakan lingkungan makro yang dijelaskan dalam teori ini menggambarkan
lingkungan eksternal yang lebih spesifik dan luas dari teori yang dikemukakan
oleh sumber lainnya. Oleh karena itu, diharapkan teori menurut David (2012) ini
menjadi pedoman untuk menganalisa tren dan kejadian eksternal perusahaan
secara lebih spesifik.
2.3.2 Lingkungan Industri (Porter’s Five-Forces Model)
Porter’s Five-Forces Model merupakan salah satu pendekatan yang
digunakan secara luas untuk mengembangkan strategi dalam banyak industri pada
intensitas persaingan di antara perusahaan yang bervariasi. Porter’s Five-Forces
terdiri dari lima kekuatan persaingan yaitu persaingan antarperusahaan saingan
(rivalry among competiting firms), potensi masuknya pesaing baru (potential
entry of new competitors), potensi pengembangan produk-produk pengganti
(potential development of subtitute products), daya tawar pemasok (bargaining
power of supplier), dan daya tawar konsumen (bargaining power of buyers).
Ilustrasi Model Lima Kekuatan Porter (Porter’s Five-Forces Model) dapat dilihat
pada gambar 2.2 berikut ini.
Gambar 2.2 Model lima kekuatan Porter
Sumber: David (2012)
Potensi pengembangan produk-produk pengganti
Daya tawar konsumen Persaingan antarperusahaan saingan
Daya tawar pemasok
Potensi masuknya pesaing baru
30 Universitas Kristen Petra
1. Persaingan Antarperusahaan Saingan (Rivalry Among Competiting Firms)
Dalam sebagian besar industri, perusahaan memiliki ketergantungan satu
dengan yang lain. Persaingan yang digerakkan oleh satu perusahaan dapat
dipastikan akan mempengaruhi para pesaingnya, dan mungkin menyebabkan
pembalasan atau usaha-usaha perlawanan. Intensitas persaingan berhubungan
dengan beberapa faktor, yaitu:
a. Jumlah pesaing: Pesaing sangat beraneka ragam dan tidak memiliki
ukuran serta kekuatan yang sama. Apabila pesaing sangat bervariasi,
maka ada banyak ruang bagi perusahaan untuk mencoba strategi-
strategi baru yang kemudian akan ditiru oleh perusahaan lainnya. Jika
para pesaing memiliki kesamaan dalam hal ukuran, maka mereka akan
saling mengamati secara hati-hati untuk memastikan bahwa mereka
dapat menghadapi semua gerakan pesaing.
b. Tingkat pertumbuhan industri: Pertumbuhan industri yang cepat
biasanya memberikan sejumlah kesempatan bagi banyak perusahaan
untuk tumbuh di dalamnya. Walaupun demikian, ketika industri
tumbuh secara perlahan, ada perusahaan yang tidak dapat melanjutkan
pertumbuhan penjualannya kecuali ia mengambil alih penjualan
pesaing.
c. Karakteristik produk atau jasa: Jika produk atau jasa perusahaan
secara mendasar sama, maka produk atau jasa tersebut sama dengan
komoditas. Apabila switching cost-nya rendah, pelanggan akan
berpindah dari satu pemasok ke pemasok lain untuk mengurangi biaya
mereka, sehingga memperkuat persaingan antar pemasok.
d. Jumlah biaya tetap: Jika biaya tetap perusahaan tinggi, perusahaan
sebaiknya memotong harga di bawah biaya total paling tidak untuk
menutupi biaya tetapnya.
e. Kapasitas: Apabila satu-satunya cara yang dapat digunakan oleh
perusahaan untuk meningkatkan volume adalah meningkatkan
kapasitas dengan membangun pabrik baru, maka hal tersebut dapat
31 Universitas Kristen Petra
terpenuhi jika kapasitas pabrik baru mampu menjaga supaya harga unit
tetap serendah mungkin.
(Hunger & Wheelen, 2009, p. 125-127).
2. Potensi Masuknya Pesaing Baru (Potential Entry of New Competitors)
Pesaing baru dalam industri biasanya membawa kapasitas baru, sebagai
usaha untuk mendapatkan keuntungan dari pasar saham, dan sumber daya
penting. Potensi masuknya pesaing tergantung adanya penghalang masuk dan
reaksi-reaksi yang dapat diharapkan dari pesaing-pesaing yang sudah ada.
Beberapa penghalang masuk (barriers to entry) adalah sebagai berikut:
a. Skala ekonomi: Skala ekonomi merupakan keunggulan biaya yang
berhubungan dengan ukuran besar. Menghalangi pesaing baru dengan
memaksa mereka untuk memasuki industri pada skala besar (biasanya
dengan biaya tinggi), dan resiko balas dendam dari perusahaan-
perusahaan yang sudah ada, atau masuk dalam industri dengan skala
kecil dan menerima kerugian biaya.
b. Diferensiasi produk: Identifikasi merek menciptakan penghalang
masuk dengan memaksa pesaing untuk memberikan pengeluaran yang
cukup untuk mengatasi loyalitas pelanggan yang sudah ada.
c. Persyaratan modal: Kebutuhan untuk menginvestasikan sumber daya
keuangan dalam jumlah yang sangat besar akan menciptakan akan
menciptakan penghalang masuk yang signifikan, terutama jika
digunakan untuk menutup biaya-biaya seperti R&D.
d. Biaya untuk berpindah (switching cost): Switching cost merupakan
biaya yang dikeluarkan satu kali oleh pembeli ketika ia berpindah dari
satu pemasok ke pemasok lain. Jika switching cost tinggi, pesaing baru
harus menawarkan perbaikan-perbaikan yang utama dalam biaya atau
kinerja, untuk memikat pelanggan potensial beralih dari pemasok
sekarang.
e. Independensi ukuran kerugian biaya: Perusahaan yang sudah mapan
mungkin memiliki keunggulan biaya yang tidak mudah ditiru oleh
32 Universitas Kristen Petra
pesaing baru. Keunggulan itu mungkin berupa kekayaan pengetahuan
produk yang dilindungi oleh paten, akses untuk bahan mentah yang
lebih baik, lokasi yang lebih baik, atau subsidi pemerintah.
f. Kebijakan pemerintah: Pemerintah dapat memberikan penghalang
masuk ke suatu industri dengan menerapkan persyaratan lisensi dan
membatasi akses kepada bahan baku
(Hunger & Wheelen, 2009, p. 124-125).
3. Potensi pengembangan produk-produk pengganti (potential development
of subtitute products)
Dalam sebuah industri, perusahaan berkompetisi ketat dengan produsen
produk-produk pengganti di industri lain. Dengan adanya produk-produk
pengganti dapat menentukan batas untuk harga yang dapat dibebankan
sebelum konsumen beralih ke produk pengganti. Batas tertinggi dari harga
setara dengan batas tertinggi laba dan kompetisi yang lebih intens
antarpesaing. Besarnya sebuah tekanan kompetitif yang berasal dari
pengembangan produk pengganti biasanya ditunjukkan oleh rencana pesaing
untuk mengembangkan kapasitas produksi, selain tingkat penjualan dan laba.
Tekanan kompetitif dari produk pengganti bertambah, ketika harga produk
pengganti menurun dan ketika biaya peralihan konsumen menurun. Kekuatan
kompetitif produk pengganti dapat diukur melalui penelitian terhadap pangsa
pasar dari produk tersebut dan juga dari rencana perusahaan untuk
meningkatkan kapasitas produksi dan penetrasi pasar (David, 2012, p. 149).
4. Daya tawar pemasok (bargaining power of supplier)
Pemasok bisa saja menggunakan kekuatan tawar-menawar yang dimiliki
dengan mengancam akan menaikkan harga atau menurunkan mutu produk
atau jasa yang dijual pada perusahaan. Kelompok pemasok dikatakan kuat jika
situasinya adalah sebagai berikut (Lukiastuti & Hamdani, 2011):
a. Para pemasok didominasi oleh beberapa perusahaan dan lebih
terkonsentrasi.
b. Pemasok tidak menghadapi produk pengganti lain.
33 Universitas Kristen Petra
c. Suatu perusahaan bukan merupakan pelanggan yang penting bagi
kelompok pemasok.
d. Produk pemasok merupakan input penting bagi kegiatan usaha
pembeli.
e. Produk yang dihasilkan oleh kelompok pemasok mengalami
diferensiasi atau pemasok telah menciptakan biaya peralihan. Yang
dimaksud denga biaya peralihan di sini adalah biaya satu kali yang
harus dikeluarkan pembeli bilamana ia beralih dari produk pemasok
tertentu ke produk pemasok lainnya. Biaya peralihan ini meliputi biaya
pelatihan kembali karyawan, biaya peralatan perlengkapan yang baru,
biaya maupun waktu untuk menguji atau menerima sumber daya baru,
kebutuhan terhadap suatu bantuan teknis sebagai akibat dari
ketergantungan pada bantuan teknis penjualan, serta proses rancang
ulang produk.
f. Kelompok pemasok memperlihatkan ancaman yang meyakinkan untuk
melakukan integrasi ke depan
(dalam Dewi, 2012, p. 26-27).
5. Daya tawar konsumen (bargaining power of buyers)
Daya tawar konsumen mempunyai kekuatan yang cukup besar dalam
persaingan ketika konsumen membeli dalam jumlah besar. Perusahaan pesaing
bisa saja menawarkan layanan khusus untuk mendapatkan loyalitas konsumen
pada saat daya tawar konsumen kuat. Daya tawar konsumen juga akan lebih
tinggi ketika produk yang dibeli merupakan produk yang standar atau tidak
terdiferensiasi. Jika demikian, konsumen sering kali dapat menegosiasikan
harga jual. Konsumen dapat memiliki daya tawar yang semakin besar dalam
kondisi-kondisi berikut:
a. Jika konsumen dapat dengan mudah dan murah beralih ke merk atau
pengganti pesaing.
b. Jika konsumen menduduki tempat yang sangat penting bagi penjual.
c. Jika penjual menghadapi masalah menurunnya permintaan konsumen.
d. Jika konsumen memegang informasi tentang produk, harga dan biaya.
34 Universitas Kristen Petra
e. Jika konsumen memegang kendali mengenai apa dan kapan mereka
bisa membeli produk tersebut (David, 2012, p. 151).
Mengenai definisi lingkungan industri (Porter’s five-forces model), setelah
peneliti melakukan telaah terhadap teori dari sumber-sumber yang ada, peneliti
mendapatkan kekurangan dan kelebihan masing-masing teori mengenai lima
kekuatan persaingan Porter. Sehingga peneliti menyimpulkan secara keseluruhan
lima kekuatan persaingan Porter menurut David (2012), Hunger & Wheelen
(2009), dan Lukiastuti & Hamdani (2011).
2.4 Analisis Internal
Menganalisis lingkungan internal (kekuatan dan kelemahan) perusahaan
yang mencakup fungsi manajemen dan fungsi bisnis.
2.4.1 Fungsi Manajemen
Fungsi manajemen (Functions of management) terdiri atas lima aktivitas
pokok: perencanaan, pengorganisasian, pemotivasian, penempatan staf, dan
pengendalian. Yang dijabarkan sebagai berikut:
1. Perencanaan (planning)
Perencanaan merupakan jembatan yang penting antara masa kini dan masa
depan yang mampu meningkatkan kemungkinan tercapainya hasil yang
diinginkan. Perencanaan memampukan perusahaan untuk mempertimbangkan
berbagai faktor yang relevan dan berfokus pada masa yang terpenting.
Perencanaan terdiri atas semua aktivitas manajerial yang terkait dengan
persiapan di masa depan. Tugas-tugas khususnya mencakup peramalan,
penetapan tujuan, penggunaan strategi, pengembangan kebijakan, dan
penentuan sasaran.
35 Universitas Kristen Petra
2. Pengorganisasian (organizing)
Pegorganisasian mencakup semua aktivitas manajerial yang menghasilkan
struktur tugas dan hubungan otoritas. Tugas-tugas khususnya mencakup
rancangan organisasional, spesialisasi pekerjaan, deskripsi kerja, spesifikasi
kerja, rentang kendali, kesatuan komando, koordinasi, rancangan pekerjaan,
dan analisis kerja.
3. Pemotivasian (motivation)
Pemotivasian merupakan upaya-upaya menuju pembentukan perilaku
manusia. Topik-topik spesifiknya mencakup kepemimpinan, komunikasi,
kelompok kerja, modifikasi perilaku, delegasi otoritas, pengayaan pekerjaan,
kepuasan kerja, pemenuhan kebutuhan, perubahan organisasional, semangat
kerja karyawan, dan semangat kerja manajerial.
4. Penempatan Staf (staffing)
Aktivitas penempatan staf berpusat pada manajemen personalia atau
sumber daya manusia. Termasuk di dalamnya adalah administrasi gaji dan
upah, tunjangan karyawan, wawancara, rekrutmen, pemecatan, pelatihan,
pengembangan manajeen, keamanan karyawan, tindakan alternatif, peluang
kerja yang setara, hubungan dengan serikat pekerja, pengembangan karier,
riset personalia, kebijakan pendisiplinan, prosedur keluhan, dan kehumasan.
5. Pengendalian (controlling)
Pengendalian mengacu pada semua aktivitas manajerial yang diarahkan
untuk memastikan bahwa hasil-hasil aktualnya sejalan dengan yang
direncanakan. Area pentingnya mencakup pengendalian kualitas,
pengendalian keuangan, pengendalian penjualan, pengendalian persediaan,
pengendalian pengeluaran, analisis varians, imbalan, dan sanksi
(David, 2012).
Berikut ini merupakan tabel perbandingan teori mengenai fungsi
manajemen yang diungkapkan oleh beberapa sumber yang berbeda, diantaranya:
36 Universitas Kristen Petra
Tabel 2.7 Perbandingan Teori Fungsi Manajemen
David (2012) Perencanaan, pengorganisasian, pemotivasian, penempatan staf, pengendalian.
Madura (2011) Perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan, pengendalian.
Amirullah & Budiyono (2004) Perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, pengendalian.
Sumber: David (2012); Madura (2011); Amirullah & Budiyono, H. (2004);
(diolah peneliti)
Dari beberapa teori mengenai fungsi manajemen di atas, tanpa
mengecilkan teori dari sumber-sumber yang ada, penelitian ini menggunakan teori
menurut David (2012). Alasan menggunakan teori ini, dikarenakan memberikan
penjabaran fungsi manajemen secara lebih lengkap dimulai dari perencanaan,
pengorganisasian, pemotivasian, penempatan staf, dan pengendalian. Yang mana
sumber lain hanya menggambarkan garis besarnya saja seperti: Madura (2011)
pada perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan, dan pengendaliannya,
dan/atau Amirullah & Budiyono (2004) pada perencanaan, pengorganisasian,
pengarahan, pengendalian.
2.4.2 Fungsi Bisnis
Fungsi bisnis (Functions of business) meliputi pemasaran, keuangan,
produksi dan operasional, sumber daya manusia, dan sistem informasi. Yang
dijabarkan sebagai berikut :
1. Pemasaran
Pemasaran dapat dideskripsikan sebagai proses pendefinisian,
pengantisipasian, penciptaan, serta pemenuhan kebutuhan dan keinginan
konsumen akan produk dan jasa. Pemasaran sangat penting dalam
keberlangsungan hidup sebuah perusahaan, yang mana keberhasilannya
tergantung pada setiap keputusan yang diambil oleh manajer pemasaran.
Tugas utama manajer pemasaran adalah mempengaruhi tingkat, waktu, dan
karakter permintaan dalam suatu cara yang akan membantu perusahaan
37 Universitas Kristen Petra
mencapai tujuan-tujuannya. Manajer pemasaran merupakan penghubung
utama perusahaan kepada konsumen dan pada pesaingnya, oleh karena itu
manajer pemasaran harus memperhatikan beberapa hal penting berikut ini:
a. Posisi dan segmentasi pasar
Posisi pasar menunjuk pada pilihan bidang-bidang khusus bagi
konsentrasi pemasaran dan dapat diekspresikan dalam bentuk pasar,
produk, dan lokasi geografis. Melalui penelitian pasar, perusahaan
mempraktikkan segmentasi pasar dengan beragam produk atau jasa
untuk membantu manajer menemukan posisi mana yang akan dikejar,
jenis produk baru apa yang akan dikembangkan, dan bagaimana
memastikan bahwa produk-produk perusahaan tidak bersaing secara
langsung satu sama lain.
b. Bauran pemasaran
Bauran pemasaran menunjukkan kombinasi tertentu variabel-variabel
kunci di bawah pengawasan perusahaan yang dapat dipakai untuk
mempengaruhi permintaan dan memperoleh keunggulan kompetitif.
Variabel-variabel tersebut adalah produk, harga, promosi, dan
distribusi.
2. Keuangan
Kondisi keuangan sering kali dianggap sebagai ukuran tunggal terbaik
posisi kompetitif perusahaan dan daya tariknya bagi investor. Menentukan
kekuatan dan kelemahan keuangan suatu organisasi sangat penting untuk
merumuskan strategi secara efektif. Faktor keuangan sering mengubah strategi
yang ada dan menggeser rencana penerapan. Analisis rasio keuangan adalah
metode yang paling luas digunakan untuk menentukan kekuatan dan
kelemahan suatu organisasi dalam area investasi, pembiayaan, dan dividen.
Oleh karena itu di bagian keuangan harus memperhatikan hal berikut ini:
a. Financial leverage
Dari sudut pandang strategis, bidang keuangan harus dianalisis untuk
melihat sebaik apa dana ditangani. Bauran dana jangka pendek dan
jangka panjang yang diperoleh dari luar harus sesuai dengan tujuan,
38 Universitas Kristen Petra
strategi, dan kebijakan perusahaan. Konsep financial leverage (rasio
total hutang terhadap total aktiva) sangat berguna dalam menguraikan
penggunaan hutang untuk meningkatkan laba yang tersedia bagi
pemegang saham.
b. Capital budgeting
Pengetahuan dan kegunaan teknik capital budgeting (penganggaran
modal) merupakan sumber daya keuangan yang penting. Bagian
keuangan harus menganalisis dan membuat peringkat pada investasi-
investasi yang dilakukan perusahaan.
3. Produksi dan Operasional
Fungsi produksi/operasi merupakan suatu bisnis yang mencakup semua
aktivitas yang mengubah input menjadi barang atau jasa. Aktivitas
produksi/operasi seringkali merepresentasikan bagian terbesar dari asset
manusia dan modal suatu perusahaan. Adapun fungsi-fungsi dasar manajemen
produksi menurut David (2012), yaitu:
a. Proses – Keputusan proses berkaitan dengan rancangan sistem
produksi fisik. Berbagai keputusan spesifiknya mencakup pilihan
teknologi, tata letak fasilitas, analisis alur proses, lokasi fasilitas, dan
pengendalian proses.
b. Kapasitas – Keputusan kapasitas berkaitan dengan penentuan tingkat
output optimal bagi organisasi, tidak terlalu banyak dan juga tidak
terlampau sedikit. Keputusan-keputusan spesifiknya meliputi
peramalan, perencanaan, fasilitas, penjadwalan, dan perencanaan
kapasitas.
c. Persediaan – Keputusan persediaan menyangkut pengelolaan bahan
mentah, proses pengerjaan, dan barang jadi.
d. Angkatan kerja – Keputusan angkatan kerja berkaitan dengan
pengelolaan tenaga kerja dan manajerial. Berbagai keputusan
spesifiknya meliputi rancangan kerja, pengukuran kerja, standar kerja,
dan teknik-teknik motivasi.
39 Universitas Kristen Petra
e. Kualitas – Keputusan kualitas bertujuan untuk memastikan bahwa
barang/jasa berkualitas tinggilah yang diproduksi. Keputusan-
keputusan spesifiknya meliputi pengendalian (kontrol) kualitas,
penjaminan kualitas, dan pengendalian biaya.
4. Sumber daya manusia (SDM)
Sumber daya manusia digunakan oleh perusahaan untuk pencapaian tujuan
perusahaan. Meningkatkan kesesuaian antara individu dengan pekerjaan-
pekerjaan yang ada merupakan tugas utama manajer SDM. Kualitas
kesesuaian ini berpengaruh terhadap kinerja, kepuasan karyawan, dan
perputaran tenaga kerja. Departemen SDM seharusnya menggunakan job
analysis (analisis jabatan), yang merupakan alat untuk mendapatkan informasi
deskripsi pekerjaan mengenai apa yang harus dicapai oleh setiap pekerjaan
dari segi kualitas dan kuantitas. Deskripsi pekerjaan yang terbaru, yang
didasarkan pada analisis jabatan yang logis, sangatlah penting bagi proses
seleksi, penilaian, pelatihan dan pengembangan karyawan yang tepat;
administrasi upah dan gaji; negosiasi tenaga kerja; dan peringkasan sumber
daya manusia perusahaan dari segi kategori keterampilan karyawan.
5. Sistem informasi
Informasi mengubungkan semua fungsi bisnis dan menyediakan landasan
bagi semua keputusan manajerial. Tujuan sistem informasi manajemen adalah
meningkatkan kinerja sebuah bisnis dengan cara meningkatkan kualitas
keputusan manajerial. Dengan demikian, sistem informasi manajemen yang
efektif mengumpulkan, mengodekan, menyimpan, menyintesis, dan menyajika
informasi sedemikian rupa sehingga mampu menjawab berbagai pertanyaan
operasi dan startegi. Inti sistem informasi adalah basis data yang berisi
beragam dokumen dan data yang penting bagi manajer. Merancang dan
mengelola aliran informasi dalam sebuah perusahaan dengan cara-cara yang
dapat meningkatkan produktivitas dan pengambilan keputusan merupakan
tugas utama manajer sistem informasi. Informasi harus dikumpulkan,
40 Universitas Kristen Petra
disimpan dan digabungkan dalam suatu metode tertentu sehingga nantinya
dapat menjadi jawaban atas pertanyaan-pertanyaan operasional dan strategis.
Sistem informasi perusahaan dapat berupa kekuatan ataupun kelemahan
dalam ketiga aspek manajemen strategis. Sistem informasi tidak saja dapat
membantu dalam pengamatan lingkungan dan pengendalian berbagai kegiatan
perusahaan, tetap juga dapat berfungsi sebagai senjata strategis dalam upaya
mendapatkan keunggulan kompetitif. Sistem informasi dapat memenuhi empat
tujuan utama, yaitu:
a. Sistem informasi dapat memberikan sinyal peringatan masalah-
masalah yang berasal baik dari luar maupun dalam perusahaan.
b. Sistem informasi dapat mengotomatisasi operasi-operasi klerikal.
c. Sistem informasi dapat membantu para manajer dari berbagai hirarki
untuk membuat keputusan-keputusan rutin (terprogram).
d. Sistem informasi dapat menyediakan informasi yang perlu bagi
manajemen untuk membuat suatu keputusan strategis (tidak
terprogram)
(Hunger & Wheelen, 2009).
Berikut ini merupakan tabel perbandingan teori mengenai fungsi bisnis
yang diungkapkan oleh beberapa sumber yang berbeda, diantaranya:
Tabel 2.8 Perbandingan Teori Fungsi Bisnis
Hunger & Wheelen (2009) Pemasaran, keuangan, operasi, sumber daya manusia, dan sistem informasi.
Amirullah & Budiyono (2004) Pemasaran, keuangan, operasional, dan sumber daya manusia. (sumber ini tidak menjelaskan mengenai sistem informasi).
Madura (2011) Pemasaran, keuangan, produksi, dan sumber daya manusia. (sumber ini tidak menjelaskan mengenai sistem informasi).
David (2012) Pemasaran, keuangan, produksi/operasi, dan sistem informasi. (sumber ini tidak menjelaskan mengenai sumber daya manusia).
Sumber: Hunger & Wheelen (2009); Amirullah & Budiyono (2004); Madura
(2011); David (2012); (diolah peneliti)
41 Universitas Kristen Petra
Dari beberapa teori mengenai fungsi bisnis di atas, tanpa mengecilkan
teori dari sumber-sumber yang ada, dalam penelitian ini menggunakan teori dari
Hunger & Wheelen (2009). Alasan menggunakan teori dari Hunger & Wheelen
(2009), dikarenakan sumber ini memberikan penjelasan yang spesifik dan lengkap
mengenai fungsi bisnis yang ingin dianalisis dalam perusahaan. Sedangkan
sumber lainnya tidak menjelaskan secara lengkap fungsi bisnis yang dibutuhkan
dalam penelitian ini.
2.5 Tahapan Analitis Perumusan Strategi
Ada tiga tahapan analitis perumusan strategi. Yang mana tahap pertama
(tahap input), tahap kedua (tahap pencocokan), serta tahap ketiga (tahap
keputusan), yang akan dijelaskan dengan lengkap dalam sub bab derajat dua dan
tiga berikut ini.
2.5.1 Tahap Input
Alat-alat input mendorong para penyusun strategi untuk mengukur
subjektivitas selama tahap awal proses perumusan strategi. Membuat berbagai
keputusan kecil dalam matriks input menyangkut signifikansi relatif faktor-faktor
internal dan ekternal memungkinkan para penyusun strategi untuk secara lebih
efektif menciptakan serta mengevaluasi strategi alternatif. Penilaian intuitif yang
baik selalu dibutuhkan dalam menentukan bobot dan peringkat yang tepat (David,
2012, p. 325).
2.5.1.1 Matriks Evaluasi Faktor Eksternal (EFE)
Matriks Evaluasi Faktor Eksternal (External Factor Evaluation – EFE
Matrix) memungkinkan para penyusun strategi untuk meringkas dan
mengevaluasi informasi ekonomi, sosial, budaya, demografis, lingkungan, politik,
pemerintahan, hukum, teknologi, dan kompetitif. Matriks EFE dapat
dikembangkan dalam lima langkah sebagai berikut:
42 Universitas Kristen Petra
1. Buat daftar faktor-faktor eksternal utama sebagaimana yang disebutkan
dalam proses analisis eksternal. Masukan faktor-faktor eksternal tersebut,
termasuk peluang dan ancaman, yang memengaruhi perusahaan dan
industrinya. Daftar terlebih dahulu peluangnya, kemudian ancamannya.
Buat sespesifik mungkin dengan menggunakan persentase, rasio, dan
perbandingan jika dimungkinkan.
2. Berilah pada setiap faktor tersebut bobot yang berkisar dari 0,0 (tidak
penting) sampai 1,0 (sangat penting). Bobot itu mengindikasikan
signifikansi relative dari suatu faktor terhadap keberhasilan perusahaan.
Jumlah total seluruh bobot yang diberikan pada faktor itu harus sama
dengan 1,0.
3. Berilah peringkat antara 1 sampai 4 pada setiap faktor eksternal utama
untuk menunjukan seberapa efektif strategi perusahaan saat ini dalam
merespon faktor tersebut, di mana 4 = responnya sangat bagus, 3 =
responnya di atas rata-rata, 2 = responnya rata-rata, dan 1 = responnya di
bawah rata-rata. Peringkat didasarkan pada keefektifan strategi
perusahaan.
4. Kalikan bobot setiap faktor dengan peringkatnya untuk menentukan skor
bobot.
5. Jumlahkan skor rata-rata untuk setiap variabel guna menentukan skor
bobot total untuk perusahaan (David, 2012).
Untuk lebih jelasnya mengenai lima langkah penyusunan Matriks EFE
dapat dilihat melalui Tabel 2.9 berikut ini.
Tabel 2.9 Matriks EFE
Faktor-faktor Eksternal Utama Bobot Peringkat Skor Bobot Peluang Peluang 1, - - - - - - - - -
Peluang 2, - - - - - - - - -
Peluang 3, - - - - - - - - -
dan seterusnya.
43 Universitas Kristen Petra
Ancaman
Ancaman 1, - - - - - - - - -
Ancaman 2, - - - - - - - - -
Ancaman 3, - - - - - - - - -
dan seterusnya.
Total 1,0 - - -
Sumber: David, 2012; (diolah peneliti)
Terlepas dari jumlah peluang dan ancaman utama yang dimasukkan dalam
Matriks EFE, skor bobot total tertinggi yang mungkin dicapai untuk sebuah
perusahaan adalah 4,0 dan skor bobot terendah adalah 1,0. Skor bobot total
sebesar 4,0 mengindikasikan bahwa sebuah perusahaan merespons secara sangat
baik peluang dan ancaman yang ada di industinya. Dengan kata lain, strategi
perusahaan secara efektif mampu menarik keuntungan dari peluang yang ada dan
meminimalkan pengaruh negatif potensial dari ancaman eksternal (David, 2012,
p.159).
2.5.1.2 Matriks Profil Kompetitif (CPM)
Matriks Profil Kompetitif (Competitive Profile Matrix – CPM)
mengidentifikasi pesaing-pesaing utama suatu perusahaan serta kekuatan dan
kelemahan khusus mereka dalam hubungannya dengan posisi strategis perusahaan
sampel. Bobot dan skor bobot total, baik dalam Matriks CPM maupun Matriks
Evaluasi Faktor Eksternal (EFE), memiliki arti yang sama. Namun demikian,
faktor keberhasilan penting (critical success) dalam Matriks CPM mencakup baik
isu-isu internal maupun eksternal; karenanya, peringkatnya mengacu pada
kekuatan dan kelemahan, di mana 4 = sangat kuat, 3 = kuat, 2 = lemah, dan 1 =
sangat lemah (David, 2012, p. 160).
Untuk lebih jelasnya mengenai langkah-langkah penyusunan Matriks
CPM dapat dilihat melalui tabel 2.10 berikut ini.
Tabel 2.10 Matriks CPM
44 Universitas Kristen Petra
Perusahaan 1 perusahaan 2
Faktor-faktor Bobot Peringkat Skor Peringkat Skor
Keberhasilan Penting Bobot Bobot
Faktor 1, - - - - - - - - - - - - - - - Faktor 2, - - - - - - - - - - - - - - - Faktor 3, - - - - - - - - - - - - - - - dan seterusnya. Total 1,0 - - - - - -
Sumber: David (2012); (diolah peneliti)
Terdapat beberapa perbedaan utama antara Matriks EFE dan Matriks CPM
di antaranya, faktor-faktor keberhasilan penting dalam Matriks CPM lebih luas,
karena tidak mencakup data spesifik atau factual dan mungkin bahkan berfokus
pada isu-isu internal. Faktor-faktor keberhasilan penting dalam Matriks CPM juga
tidak dikelompokkan menjadi peluang dan ancaman sebagaimana dalam Matriks
EFE. Dalam Matriks CPM, peringkat dan skor bobot total perusahaan-perusahaan
pesaing dapat dibandingkan dengan perusahaan sampel. Analisis perbandingan itu
memberikan informasi strategis internal yang penting (David, 2012, p. 161).
2.5.1.3 Matriks Evaluasi Faktor Internal (IFE)
Alat perumusan strategi ini meringkas dan mengevaluasi kekuatan dan
kelemahan utama dalam area-area fungsional bisnis, dan juga menjadi landasan
untuk mengidentifikasi serta mengevaluasi hubungan di antara area tersebut.
Penilaian intuitif digunakan dalam pengembangan Matriks Evaluasi Faktor
Internal (IFE). Matriks IFE dapat dikembangkan dalam lima langkah sebagai
berikut:
1. Buat daftar faktor-faktor internal utama sebagaimana yang disebutkan
dalam proses analisis internal. Masukan faktor-faktor internal tersebut,
termasuk kekuatan maupun kelemahan perusahaan. Daftar terlebih dahulu
kekuatannya, kemudian kelemahannya. Buat sespesifik mungkin dengan
menggunakan persentase, rasio, dan angka-angka perbandingan.
45 Universitas Kristen Petra
2. Berilah pada setiap faktor tersebut bobot yang berkisar dari 0,0 (tidak
penting) sampai 1,0 (sangat penting). Bobot yang diberikan pada suatu
faktor tertentu menandakan signifikansi relatif faktor tersebut bagi
keberhasilan industri perusahaan. Jumlah seluruh bobot harus sama
dengan 1,0.
3. Berilah peringkat 1 sampai 4 pada setiap faktor untuk mengindikasikan
apakah faktor tersebut sangat lemah (peringkat = 1), lemah (peringkat =
2), kuat (peringkat = 3), atau sangat kuat (peringkat = 4). Perhatikan
bahwa kekuatan harus mendapat peringkat 3 atau 4 dan kelemahan harus
mendapat peringkat 1 atau 2.
4. Kalikan bobot setiap faktor dengan peringkatnya untuk menentukan skor
bobot bagi masing-masing variabel.
5. Jumlahkan skor bobot masing-masing variabel untuk memperoleh skor
bobot total perusahaan (David, 2012).
Untuk lebih jelasnya mengenai lima langkah penyusunan Matriks IFE
dapat dilihat melalui tabel 2.11 berikut ini.
Tabel 2.11 Matriks IFE
Faktor-faktor Internal Utama Bobot Peringkat Skor Bobot
Kekuatan
Kekuatan 1, - - - - - - - - -
Kekuatan 2, - - - - - - - - -
Kekuatan 3, - - - - - - - - -
dan seterusnya.
Kelemahan
Kelemahan 1, - - - - - - - - -
Kelemahan 2, - - - - - - - - -
Kelemahan 3, - - - - - - - - -
dan seterusnya.
Total 1,0 - - -
Sumber: David (2012); (diolah peneliti)
46 Universitas Kristen Petra
Matriks IFE menyediakan informasi penting bagi perumusan strategi. Di
dalam perusahaan multidimensional, tiap-tiap divisi atau unit bisnis strategis yang
otonom harus menyusun matriks IFE. Matriks-matriks divisional ini kemudian
dapat diintegrasikan untuk mengembangkan sebuah Matriks IFE korporat (David,
2012, p. 232).
2.5.2 Tahap Pencocokan
Strategi sering kali didefinisikan sebagai pencocokan yang dibuat suatu
perusahaan antara sumber daya dan keterampilan internalnya serta peluang dan
risiko yang diciptakan oleh faktor-faktor eksternal. Tahap pencocokan dari
perumusan strategi terdiri atas lima teknik yang dapat digunakan dengan urutan
mana pun: Matriks SWOT, Matriks SPACE, Matriks BCG, Matriks IE, dan
Matriks Strategi Besar. Alat-alat ini bergantung pada informasi yang diperoleh
dari tahap input untuk memadukan peluang dan ancaman eksternal dengan
kekuatan dan kelemahan internal. Mencocokkan (matching) faktor-faktor
keberhasilan penting eksternal dan internal merupakan kunci untuk menciptakan
strategi alternatif yang masuk akal (David, 2012, p. 325).
2.5.2.1 Matriks Kekuatan-Kelemahan-Peluang-Ancaman (SWOT)
Matriks SWOT (Strengths-Weaknesses-Opportunities-Threats) adalah
sebuah alat pencocokan yang penting yang membantu para manajer
mengembangkan empat jenis strategi: Strategi SO (kekuatan-peluang), Strategi
WO (kelemahan-peluang), Strategi ST (kekuatan-ancaman), dan Strategi WT
(kelemahan-ancaman). Berikut ini merupakan penjelasan mengenai keempat
strategi-strategi yang dihasilkan Matriks SWOT:
1. Strategi SO (SO Strategies) memanfaatkan kekuatan internal perusahaan
untuk menarik keuntungan dari peluang eksternal.
2. Strategi WO (WO Strategies) bertujuan untuk memperbaiki kelemahan
internal dengan cara mengambil keuntungan dari peluang eksternal.
47 Universitas Kristen Petra
Terkadang, peluang-peluang besar muncul, tetapi perusahaan memiliki
kelemahan internal yang menghalanginya memanfaatkan peluang tersebut.
3. Strategi ST (ST Strategies) menggunakan kekuatan sebuah perusahaan
untuk menghindari atau mengurangi dampak ancaman eksternal. Hal ini
bukan berarti bahwa suatu perusahaan yang kuat harus selalu menghadapi
ancaman secara langsung di dalam lingkungan eksternal.
4. Strategi WT (WT Strategies) merupakan taktik defensif yang diarahkan
untuk mengurangi kelemahan internal serta menghindari ancaman
eksternal. Sebuah perusahaan yang menghadapi berbagai ancaman
eksternal dan kelemahan internal benar-benar dalam posisi yang
membahayakan. Dalam kenyataannya, perusahaan semacam itu mungkin
harus berjuang untuk bertahan hidup, melakukan merger, penciutan,
menyatakan diri bangkrut, atau memilih likuidasi
(David, 2012, p. 327).
Sebuah Matriks SWOT terdiri atas sembilan sel, terdapat empat sel faktor
utama, empat sel strategi, dan satu sel yang dibiarkan kosong (sel kiri atas).
Keempat sel strategi yang diberi nama SO, WO, ST, dan WT, dikembangkan
setalah melengkapai keempat sel faktor utama, yang diberi nama S, W, O, dan T.
Terdapat delapan langkah dalam membentuk sebuah Matriks SWOT sebagai
berikut:
a. Buat daftar peluang-peluang eksternal utama perusahaan.
b. Buat daftar ancaman-ancaman eksternal utama perusahaan.
c. Buat daftar kekuatan-kekuatan utama perusahaan.
d. Buat daftar kelemahan-kelemahan utama perusahaan.
e. Cocokkan kekuatan internal dengan peluang eksternal, dan catat hasilnya
pada sel strategi SO.
f. Cocokan kelemahan internal dengan peluang eksternal, dan catat hasilnya
pasa sel strategi WO.
g. Cocokan kekuatan internal dengan ancaman eksternal, dan catat hasilnya
pada sel strategi ST.
48 Universitas Kristen Petra
h. Cocokan kelemahan internal dengan ancaman eksternal, dan catat hasilnya
pada sel strategi WT
(David, 2012, p. 330).
Untuk lebih jelasnya mengenai langkah-langkah penyusunan Matriks
SWOT dapat dilihat melalui Tabel 2.12 berikut ini.
Tabel 2.12 Matriks SWOT
Kekuatan (S) Kelemahan (W)
Peluang (O) Strategi SO Strategi WO
Ancaman (T) Strategi ST Strategi WT
Sumber: David (2012); (diolah peneliti)
Walaupun Matriks SWOT digunakan secara luas dalam perencanaan
strategis, analisis tersebut memiliki beberapa keterbatasan. Pertama, SWOT tidak
menunjukkan cara untuk mencapai suatu keunggulan kompetitif. Matriks itu harus
dijadikan titik awal untuk diskusi mengenai bagaimana strategi yang diusulkan
dapat diterapkan serta berbagai pertiimbangan biaya-manfaat yang pada akhirnya
dapat mengarah pada keunggulan kompetitif. Kedua, SWOT merupakan penilaian
yang statis (atau terpotong-potong) dan tunduk oleh waktu. Ketiga, analisis
SWOT bisa membuat perusahaan memberi penekanan yang berlebih pada satu
faktor internal atau eksternal tertentu dalam merumuskan strategi. Terdapat
interelasi di antara faktor-faktor internal dan eksternal utama yang tidak
Daftar peluang
eksternal
Gunakan kekuatan
memanfaatkan peluang.
Memanfaatkan peluang
mengatasi kelemahan.
Daftar peluang
internal
Gunakan kekuatan
menghindari ancaman.
Minimalkan kelemahan
hindari ancaman.
Daftar kekuatan
Internal
Daftar kelemahan
internal
49 Universitas Kristen Petra
ditunjukkan dalam SWOT namun penting dalam penggunaan strategi (David,
2012, p. 331).
2.5.2.2 Matriks Posisi Strategis dan Evaluasi Tindakan (SPACE)
Matriks SPACE (Strategic Position and Action Evaluation) merupakan
kerangka empat kuadaran yang menunjukkan apakah strategi agresif, konservatif,
defensif, atau kompetitif yang paling sesuai untuk perusahaan. Sumbu-sumbu
Matriks SPACE menunjukkan dua dimensi internal (financial strength–FS dan
competitive advantage–CA) serta dua dimensi eksternal (environmental stability–
ES dan industry strength–IS).
Adapun langkah-langkah yang dibutuhkan untuk mengembangkan Matriks
SPACE adalah sebagai berikut:
1. Pilih serangkaian variabel untuk menentukan kekuatan finansial (FS),
keunggulan kompetitif (CA), stabilitas lingkungan (ES), dan kekuatan
industri (IS).
2. Nilai variabel-variabel tersebut menggunakan skala 1 (paling buruk)
sampai 6 (paling baik) untuk FS dan IS. Nilai variabel-variabel tersebut
menggunakan skala –6 (paling buruk) sampai –1 (paling baik) untuk ES
dan CA. pada sumbu FS dan CA, buatlah perbandingan dengan pesaing.
Pada sumbu IS dan ES, buatlah perbandingan dengan industri lain.
3. Hitunglah rata-rata dari FS, CA, IS, dan ES dengan menjumlahkan nilai
yang anda berikan pada variabel dari setiap dimensi dan kemudian
membaginya dengan jumlah variabel dalam dimensi yang bersangkutan.
4. Petakan nilai rata-rata untuk FS, IS, ES dan CA pada sumbu yang sesuai
dalam Matriks SPACE.
5. Jumlahkan nilai rata-rata pada sumbu x (CA, IS) dan petakan hasilnya
pada sumbu X. jumlahkan nilai rata-rata pada sumbu y (FS, ES) dan
50 Universitas Kristen Petra
petakan hasilnya pada sumbu Y. petakan perpotongan kedua titik X dan Y
(xy yang baru) tersebut.
6. Gambarkan arah vektor dari koordinat 0,0 melalui titik perpotongan yang
baru. Arah panah menunjukan jenis strategi yang disarankan bagi
perusahaan
(David, 2012, p. 332).
Untuk lebih jelasnya mengenai langkah-langkah penyusunan Matriks
SPACE dapat dilihat melalui gambar 2.3 berikut ini.
FS
ES
Gambar 2.3 Matriks SPACE
Sumber: David (2012)
IS CA
+6
+5
+4
+3
+2
+1
0
0
-1
-2
-3
-4
-5
-6
+1 +2 +3 +4 +5 +6 -6 -5 -4 -3 -2 -1
Agresif :
Integrasi ke belakang
Integrasi ke depan
Integrasi horizontal
Penetrasi pasar
Pengembangan pasar
Pengembangan produk
Diversifikasi (terkait, tak terkait)
Konservatif :
Penetrasi pasar
Pengembangan pasar
Pengembangan produk
Diversifikasi terkait
Defensif :
Penciutan
Divestasi
Likuidasi
Kompetitif :
Integrasi ke belakang
Integrasi ke depan
Integrasi horizontal
Penetrasi pasar
Pengembangan pasar
Pengembangan produk
51 Universitas Kristen Petra
Arah vektor yang terkait dengan setiap profil menunjukkan jenis strategi
yang seharusnya dijalankan: agresif, konservatif, defensif, atau kompetitif. Ketika
arah vektor sebuah perusahaan terletak di kuadran agresif (aggressive quadrant) –
kuadran kanan atas dari Matriks SPACE, perusahaan tersebut berada dalam posisi
yang sangat bagus untuk memanfaatkan berbagai kekuatan internalnya untuk (1)
menarik keuntungan dari peluang-peluang eksternal, (2) mengatasi kelemahan
internal, dan (3) menghindari beragam ancaman eksternal. Arah vektornya
mungkin muncul di kuadaran konservatif (conservative quadrant) – kuadran kiri
atas dari Matriks SPACE, yang mengimplikasikan agar perusahaan tetap
“bergayut” pada kompetensi dasarnya dan tidak mengambil risiko yang terlalu
besar. Arah vektor bisa jadi terletak di kiri bawah atau kuadran defensif (defensive
quadrant) dari Matriks SPACE, yang mengindikasikan bahwa perusahaan harus
berfokus pada usaha untuk mengatasi kelemahan internal dan menghindari
ancaman eksternal. Terakhir, arah vektor bisa terletak di kanan bawah atau
kuadran kompetitif (competitive quadrant) dari Matriks SPACE, yang
mengindikasikan strategi kompetitif. (David, 2012, p. 336).
2.5.2.3 Matriks Boston Consulting Group (BCG)
Matriks BCG (Boston Consulting Group) secara grafis menggambarkan
perbedaan antardivisi dalam hal posisi pangsa pasar relatif dan tingkat
pertumbuhan industri. Matriks BCG memungkinkan sebuah perusahaan
mengelola portofolio bisnisnya dengan cara mengamati posisi pangsa pasar relatif
dan tingkat pertumbuhan industri dari setiap divisi relatif terhadap semua divisi
lain di dalam perusahaan. Posisi pangsa pasar relatif (relative market share
position) didefinisikan sebagai rasio pangsa pasar (atau pendapatan) suatu divisi
di sebuah perusahaan tertentu terhadap pangsa pasar (atau pendapatan) yang
dimiliki oleh perusahaan pesaing (David, 2012, p. 336).
Sebuah gambar untuk menjelaskan Matriks BCG dapat dilihat melalui
gambar 2.4 berikut ini.
Po
Titik teng
sebuah div
industri.
penjualan,
sumbu y
tengahnya
Uk
dihasilkan
proporsi l
kuadran I
dinamakan
dan divisi
mengenai
1. Ta
pan
den
TINGKAT PER
TUMBUHAN PEN
JUALA
N IN
DUSTRI
(Persentase)
T
Se
R
osisi pangsa
gah dari su
visi yang m
Sumbu y
, diukur dal
dapat berk
a (David, 20
kuran lingk
n oleh unit
aba perusah
Matriks B
n “Bintang”
i yang terle
keempat ku
anda Tanya
ngsa pasar
ngan tingka
Tinggi +20
Sedang 0
Rendah -20
Gam
Su
a pasar relat
umbu x um
memiliki sete
menunjuk
lam satuan
kisar dari -2
012, p. 337)
aran berkai
t bisnis itu
haan yang d
CG dinama
”, yang terl
tak di kuad
uadran dalam
a (Question
relatif yan
at pertumbu
IntegrasDepan,
Penetra
Pengem
Pengem
Pengem
Diversif
Penciut
Divesta
Tinggi
1,0
52
POSISI
mbar 2.4 Ma
umber: Davi
tif ditunjuk
mumnya di
engah pangs
kkan tingka
persentase.
20 sampai
.
itan dengan
u, sedangka
dihasilkan
akan “Tand
letak di kua
dran IV din
m Matriks B
n Marks) –
ng rendah,
uhan yang ti
si ke Belakang,atau Integrasi H
asi Pasar
mbangan Pasar
mbangan Produk
mbangan Produk
fikasi
tan
asi Sap
I PANGSA PA
atriks BCG
id (2012)
kkan pada s
itetapkan b
sa pasar per
at pertumb
. Persentase
+20 persen
n proporsi p
an potongan
divisi terseb
da Tanya”,
adran III din
namakan “A
BCG adalah
– Divisi-div
namun m
inggi.
Integrasi ke Horizontal
k
k
Bintang
II
i Perah Kas III
Sedang
0,50
Universi
ASAR RELA
umbu x dar
ernilai 0,50
rusahaan pe
buhan indu
e tingkat pe
n, dengan 0
endapatan p
n kuenya m
but. Divisi
yang terleta
namakan “S
Anjing”. Ad
h sebagai be
visi di kuad
mereka bers
P
P
P
D
P
D
L
Anjing IV
Tanda TanI
g
itas Kristen
ATIF
ri Matriks B
0, menunju
emimpin di
ustri dalam
ertumbuhan
0,0 sebagai
perusahaan
mengindika
yang terlet
ak di kuadr
Sapi Perah
dapun penje
erikut:
dran I mem
saing di ind
Penetrasi Pasar
Pengembangan
Pengembangan
Divestasi
Penciutan
Divestasi
Likuidasi
nya
Rendah
0,0
Petra
BCG.
ukkan
suatu
m hal
pada
i titik
yang
asikan
tak di
ran II
Kas”,
elasan
miliki
dustri
r
n Pasar
n Produk
h
53 Universitas Kristen Petra
2. Bintang (Star) – Bisnis-bisnis di kuadran II menggambarkan peluang
pertumbuhan dan profitabilitas jangka panjang terbaik perusahaan. Divisi
dengan pangsa pasar relatif yang tinggi dan tingkat pertumbuhan industri
yang tinggi harus memperoleh investasi yang substansial untuk
mempertahankan atau memperkuat posisi dominan mereka.
3. Sapi Perah Kas (Cash Cows) – Divisi-divisi yang berada di kuadran III
memiliki posisi pangsa pasar relatif yang tinggi tetapi bersaing di industri
dengan tingkat pertumbuhan yang rendah.
4. Anjing (Dog) – Divisi-divisi di kuadran IV memiliki posisi pangsa pasar
relatif yang rendah dan bersaing dalam industri yang tumbuh lambat atau
sama sekali tidak tumbuh.
(David, 2012, p. 340).
2.5.2.4 Matriks Internal-Eksternal (IE)
Matriks Internal-eksternal (IE) memosisikan berbagai divisi suatu
perusahaan dalam tampilan sembilan sel. Matriks IE serupa dengan Matriks BCG
dalam pengertian bahwa kedua alat tersebut menempatkan divisi-divisi
perusahaan dalam sebuah diagram sistematis (David, 2012, p. 344).
Untuk dapat menggambarkan dengan jelas mengenai sembilan sel dalam
Matriks IE dapat dilihat dari gambar 2.5 berikut ini.
54 Universitas Kristen Petra
SKOR BOBOT TOTAL IFE
Gambar 2.5 Matriks IE
Sumber: David (2012)
Matriks IE didasarkan pada dua dimensi kunci: skor bobot IFE total pada
sumbu x, dan skor bobot EFE total pada sumbu y. Matriks IE dapat dibagi
menjadi tiga bagian besar yang mempunyai implikasi strategi yang berbeda-beda.
Pertama, ketentuan untuk divisi-divisi yang masuk dalam sel I, II, atau IV dapat
digambarkan sebagai tumbuh dan membangun (grow and build). Kedua, divisi-
divisi yang masuk dalam sel II, V, VII dapat ditangani dengan baik melalui
strategi menjaga dan mempertahankan (hold and maintain). Ketiga, ketentuan
umum untuk divisi yang masuk dalam sel VI, VIII, atau IX adalah panen atau
divestasi (harvest or divest) (David, 2012, p. 345).
VI
IX
VIII
SK
OR
BO
BO
TT
OT
AL
EF
E Tinggi 3,0 - 4,0
Sedang 2,0 - 2,99
Rendah 1,0 - 1,99
4,0
3,0
2,0
1,0
Kuat Sedang Lemah
3,0 - 4,0 2,0 - 2,99 1,0 - 1,99
3,0 2,0 1,0
VII
IX VIII
III
V
VII
III
IV
Integrasi ke Belakang, Integrasi ke Depan, Integrasi Horizontal
Penetrasi Pasar Pengembangan Pasar Pengembangan Produk
Tumbuh dan membangun
Menjaga dan mempertahankan
Penetrasi Pasar Pengembangan Produk
Panen dan divestasi
Penciutan Divestasi
55 Universitas Kristen Petra
2.5.2.5 Matriks Strategi Besar
Matriks strategi besar (Grand Strategy) menjadi sebuah alat yang popular
untuk merumuskan alternatif strategi. Semua perusahaan dapat diposisikan di
salah satu dari empat kuadran strategi Matriks Strategi Besar (David, 2012, p.
347).
Untuk dapat menggambarkan dengan jelas mengenai keempat kuadran
strategi Matriks Strategi Besar dapat dilihat dari gambar 2.6 berikut ini.
Gambar 2.6 Matriks Strategi Besar
Sumber: David (2012)
Perusahaan-perusahaan yang berada dalam kuadran I Matriks Strategi
Besar memiliki posisi strategis yang sempurna. Bukan hal yang bijak bagi sebuah
perusahaan kuadran I untuk beralih secara mendasar dari keunggulan
kompetitifnya yang sudah mapan. Sedangkan perusahaan-perusahaan yang
terletak di kuadran II perlu secara serius mengevaluasi pendekatan mereka
PERTUMBUHAN PASAR YANG CEPAT
POSISI KOMPETITIF YANG KUAT
POSISI KOMPETITIF YANG LEMAH
PERTUMBUHAN PASAR YANG LAMBAT
Kuadran 1
1. Pengembangan pasar
2. Penetrasi pasar
3. Pengembangan produk
4. Integrasi ke depan
5. Integrasi ke belakang
6. Integrasi horizontal
7. Diversifikasi terkait
Kuadran II
1. Pengembangan pasar
2. Penetrasi pasar
3. Pengembangan produk
4. Integrasi horizontal
5. Divestasi
6. Likuidasi
Kuadran III
1. Penciutan
2. Diversifikasi terkait
3. Diversifikasi tak terkait
4. Divestasi
5. Likuidasi
Kuadran IV
1. Diversifikasi terkait
2. Diversifikasi tak terkait
3. Usaha patungan (joint venture)
56 Universitas Kristen Petra
terhadap pasar. Walaupun industry mereka tengah tumbuh, mereka tidak mampu
bersaing secara efektif, dan mereka perlu mencari tahu mengapa pendekatan
perusahaan saat ini tidak efektif dan bagaimana perusahaan dapat memperbaiki
daya saingnya. Demikian juga perusahaan-perusahaan kuadran III bersaing di
industri yang pertumbuhannya lambat serta memiliki posisi kompetitif lemah.
Berbagai perusahaan ini harus membuat perubahan drastis untuk menghindari
penurunan lebih jauh dan kemungkinan likuidasi. Terakhir, perusahaan-
perusahaan kuadran IV memiliki posisi kompetitif yang kuat namun berada di
dalam industri yang pertumbuhannya lambat. Karakteristik perusahaan-
perusahaan kuadran IV adalah memiliki tingkat arus kas yang tinggi serta
kebutuhan pertumbuhan internal yang terbatas (David, 2012, p. 349).
2.5.3 Tahap Keputusan
Analisis dan intuisi menjadi landasan bagi pengambilan keputusan
perumusan strategi. Teknik-teknik pencocokan memaparkan berbagai alternatif
strategi yang bisa ditempuh kemudian dilanjutkan ke dalam tahap pengambilan
keputusan (David, 2012, p. 349).
2.5.3.1 Matriks Perencanaan Strategis Kuantitatif (QSPM)
Matriks QSPM (Quantitative Strategic Planning Matrix) merupakan alat
yang memungkinkan para penyusun strategi mengevaluasi berbagai strategi
alternatif secara objektif, berdasarkan faktor-faktor keberhasilan penting eksternal
dan internal yang didefinisikan sebelumnya. Seperti halnya alat-alat analitis
perumusan strategi yang lain, QSPM membutuhkan penilaian intuitif yang baik
(David, 2012, p. 351).
57 Universitas Kristen Petra
Adapun langkah-langkah dalam menyusun atau mengembangkan sebuah
Matriks QSPM adalah sebagai berikut:
1. Buatlah daftar berbagai peluang/ancaman eksternal dan
kekuatan/kelemahan internal utama di kolom kiri QSPM. Informasi ini
harus diambil langsung dari matriks EFE dan Matriks IFE.
2. Berilah bobot pada setiap faktor eksternal dan internal utama tersebut.
Bobot ini sama dengan bobot yang ada dalam Matriks EFE dan Matriks
IFE.
3. Cermatilah Matriks-matriks tahap pencocokan, dan mengidentifikasi
berbagai strategi alternatif yang harus dipertimbangkan untuk diterapkan
oleh perusahaan. Catat strategi-strategi ini di baris teratas QSPM.
4. Tentukanlah Skor Daya Tarik (AS) didefinisikan sebagai nilai numerik
yang mengindikasikan daya tarik relatif dari setiap strategi di rangkaian
alternatif tertentu. Kisaran skor daya tarik adalah 1 = tidak memiliki daya
tarik, 2 = daya tariknya rendah, 3 = daya tariknya sedang, dan 4 = daya
tariknya tinggi. Gunakan tanda hubung untuk menunjukkan bahwa suatu
faktor utama tidak memengaruhi pilihan yang dibuat.
5. Hitunglah Skor Daya Tarik Total (TAS) didefinisikan sebagai hasil kali
antara bobot dengan skor daya tarik di setiap baris.
6. Hitunglah jumlah keseluruhan daya tarik total. Jumlah keseluruhan daya
tarik total menunjukkan strategi yang paling menarik di setiap rangkaian
alternatif
(David, 2012).
Untuk lebih menjelaskan mengenai penyusunan Matriks QSPM dapat
dilihat melalui Tabel 2.13 berikut ini.
58 Universitas Kristen Petra
Tabel 2.13 Matriks QSPM
Sumber: David (2012); (diolah peneliti)
Keistimewaan dari QSPM adalah bahwa rangkaian-rangkaian strateginya
dapat diamati secara berurutan atau bersamaan. QSPM juga mendorong para
penyusun strategi untuk memasukkan faktor-faktor eksternal dan internal yang
relevan ke dalam proses keputusan. Dengan mengembangkan QSPM akan
memperkecil kemungkinan bahwa faktor-faktor utama akan terlewat atau diberi
bobot secara berlebihan. QSPM juga mempunyai keterbatasan yaitu selalu
membutuhkan penilaian intuitif dan asumsi yang berdasar, serta QSPM hanya
akan baik dan bermanfaat sepanjang informasi prasyarat dan analisis pencocokan
yang menjadi dasarnya (David, 2012).
Berikut ini merupakan tabel perbandingan teori mengenai tahapan analitis
perumusan strategi yang diungkapkan oleh sumber yang berbeda, diantaranya:
ALTERNATIF STRATEGI
Strategi 1 Strategi 2
Faktor-faktor Utama Bobot AS TAS AS TAS
Peluang - - - - - - - - - - - - - - -
Ancaman - - - - - - - - - - - - - - -
Kekuatan - - - - - - - - - - - - - - -
Kelemahan - - - - - - - - - - - - - - -
Total - - - - - - - - -
59 Universitas Kristen Petra
Tabel 2.14 Perbandingan Teori Tahapan Analitis Perumusan Strategi
David (2012) Tahap input : Matriks EFE, CPM, IFE Tahap pencocokan : Matriks SWOT, SPACE, BCG, IE, Grand Strategy Tahap keputusan : Matriks QSPM
Hunger & Wheelen (2009) Matriks IFAS, EFAS, SWOT, TOWS (sumber ini tidak menjelaskan tahapan dalam perumusan strategi secara spesifik, penentuan keputusan akhir mengenai strategi yang dipilih hanya dilihat dari hasil analisis menggunakan matriks TOWS).
Sumber: David (2012); Hunger & Wheelen (2009); (diolah peneliti)
Melihat perbandingan teori di atas, tanpa mengecilkan sumber lain yang
ada, dalam penelitian ini menggunakan teori menurut David (2012). Hal ini
dikarenakan teori David (2012) lebih mudah dipahami, serta menjelaskan dengan
spesifik mengenai tahapan-tahapan analitis dalam perumusan strategi. Yang mana
sumber pembandingnya tidak menjelaskan tahapan dalam perumusan strategi
secara spesifik. Penentuan keputusan akhir mengenai strategi yang dipilih hanya
dilihat dari hasil analisis menggunakan matriks TOWS.
2.6 Hubungan Antar Konsep
Perusahaan mampu bertahan dan menjadi unggul dalam industrinya
apabila memiliki strategi yang baik dan tepat. Dalam penelitian ini, peneliti
hendak merumuskan strategi sebuah perusahaan dengan menggunakan tahapan
analitis perumusan strategi yang komprehensif. Peneliti melakukan analisis
eksternal terhadap lingkungan makro dan lingkungan industri perusahaan untuk
mendapatkan informasi peluang dan ancaman mengenai kondisi serta fenomena
yang terjadi di lingkungan eksternal perusahaan tersebut. Selanjutnya peneliti
melakukan analisis internal terhadap fungsi manajemen dan fungsi bisnis untuk
mendapatkan informasi-informasi mengenai kekuatan dan kelemahan serta
kondisi yang sedang terjadi di dalam perusahaan. Setelah peneliti mendapatkan
semua informasi internal dan eksternal perusahaan, maka peneliti akan
60 Universitas Kristen Petra
merumuskan strategi yang tepat bagi perusahaan dengan menggunakan tiga
tahapan analitis perumusan strategi. Tahap pertama atau Tahap Input – dengan
menggunakan Matriks EFE (External Factor Evaluation) untuk meringkas dan
mengevaluasi informasi eksternal perusahaan. Matriks CPM (Competitive Profile
Matrix) untuk mengidentifikasi pesaing-pesaing utama perusahaan serta kekuatan
dan kelemahan khusus mereka dalam hubungannya dengan posisi strategis
perusahaan sampel. Matriks IFE (Internal Factor Evaluation) untuk meringkas
dan mengevaluasi informasi internal perusahaan. Selanjutnya masuk pada tahap
kedua atau Tahap Pencocokan – dengan menggunakan Matriks SWOT (Strengths-
Weaknesses-Opportunities-Threats) untuk membantu peneliti mengembangkan
empat jenis alternatif strategi yaitu Strategi SO, WO, ST, dan WT. Matriks
SPACE (Strategic Position and Action Evaluation) merupakan kerangka empat
kuadaran yang menunjukkan apakah strategi agresif, konservatif, defensif, atau
kompetitif yang paling sesuai untuk perusahaan. Matriks BCG (Boston Consulting
Group) untuk memungkinkan sebuah perusahaan mengelola portofolio bisnisnya
dengan cara mengamati posisi pangsa pasar relatif dan tingkat pertumbuhan
industrinya. Matriks IE (Internal-External) menempatkan divisi-divisi perusahaan
dalam sebuah diagram sistematis. Matriks Strategi Besar memposisikan
perusahaan di salah satu dari empat kuadran strategi Matriks Strategi Besar.
Terakhir, tahap ketiga atau Tahap Keputusan – dengan menggunakan Matriks
QSPM (Quantitative Strategic Planning Matrix) yang memungkinkan peneliti
mengevaluasi berbagai strategi alternatif secara objektif, berdasarkan faktor-faktor
keberhasilan penting eksternal dan internal yang didefinisikan sebelumnya.
Dengan menggunakan pedoman tahapan di atas peneliti hendak merumuskan
strategi bagi Grand Victoria Hotel Samarinda.
61 Universitas Kristen Petra
2.7 Kerangka Berpikir
Perumusan Strategi Bersaing Grand Victoria Hotel Samarinda
Gambar 2.7 Kerangka Berpikir Perumusan Strategi Bersaing Grand Victoria Hotel
Sumber: David (2012); Sulastiyono (2011); Mulyadi (2007); Hunger & Wheelen
(2009); Solihin (2012); Amirullah & Budiyono (2004); Madura (2011); Dewi
(2012); (diolah peneliti)
Analisis Eksternal
1. Lingkungan
Makro
2. Lingkungan
Industri
Analisis Internal
1. Fungsi
Manajemen
2. Fungsi
Bisnis
Tahap Input
Matriks EFE Matriks CPM Matriks IFE
Tahap Pencocokan
Matriks SWOT Matriks SPACE Matriks BCG
Matriks IE Matriks Grand Strategy
Tahap Keputusan
Matriks QSPM
Strategi Bersaing Grand Victoria Hotel
Samarinda