Upload
hoangdieu
View
215
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1 Perencanaan Strategi Bisnis
2.1.1 Pengertian Perencanaan
Menurut Mahmud M. Hanafi (1997, p10), perencanaan adalah kegiatan
menetapkan tujuan organisasi dan memilih cara yang terbaik untuk mencapai
tujuan tersebut.
Menurut Stoner, Freeman, dan Gilbert (1995, p265) di dalam organisasi,
perencanaan adalah proses penentuan goal dan pemilihan cara untuk mencapai
goal tersebut
Berdasarkan kedua pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa
perencanaan adalah kegiatan menetapkan tujuan dan cara-cara pencapaian tujuan
tersebut.
2.1.2 Pengertian Strategi
Menurut Rangkuti (2001, p3) strategi merupakan alat untuk mencapai tujuan
perusahaan dalam kaitannya dengan tujuan jangka panjang, program tindak lanjut
serta prioritas alokasi sumber daya.
Menurut Thompson dan Strickland (2001, p3) strategi perusahaan terdiri dari
kombinasi antara arus persaingan (competitive moves) dan pendekatan bisnis yang
diterapkan oleh manajer untuk memuaskan pelanggan, sukses di dalam bersaing,
dan mencapai sasaran organisasi.
9
Berdasarkan kedua pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa strategi
adalah alat pencapaian tujuan perusahaan melalui kombinasi pendekatan-
pendekatan bisnis.
2.1.3 Pengertian Bisnis
Menurut Stoner dan Dolan (1989, p5), bisnis adalah organisasi laba yang
memproduksi dan menjual barang atau jasa.
Menurut Bovee dan Thill (2001, p3), bisnis adalah aktivitas pencarian laba
yang memberikan barang dan jasa yang memuaskan kebutuhan-kebutuhan
pelanggan.
Berdasarkan kedua pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa bisnis
adalah suatu usaha untuk mendapatkan laba dengan cara menjual barang atau jasa.
2.1.4 Pengertian Strategi Bisnis
Menurut Robert M. Grant (2002, p14), strategi bisnis berkaitan dengan cara-
cara yang digunakan perusahaan untuk mendapatkan keuntungan persaingan di
dalam setiap bisnis utamanya.
Menurut Indrajit (2001, p31), strategi bisnis merupakan dokumen yang harus
dijadikan landasan berpijak utama dalam pembuatan strategi teknologi informasi
karena dalam dokumen tersebut disebutkan visi dan misi perusahaan serta target
kinerja masing-masing fungsi pada struktur organisasi.
Berdasarkan kedua pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa strategi
bisnis adalah apa yang ingin dilakukan dalam bisnis dan bagaimana cara
10
melakukannya yang juga dijadikan landasan dalam pembuatan strategi teknologi
informasi.
2.1.5 Pengertian Perencanaan Strategi Bisnis
Berdasarkan definisi-definisi yang sudah disebutkan pada sub sub-bab 2.1.1
sampai 2.1.4, maka dapat disimpulkan bahwa perencanaan strategi bisnis adalah
suatu penetapan langkah-langkah yang akan dilakukan untuk mencapai tujuan
bisnis yaitu laba dengan melakukan pendekatan terhadap faktor-faktor yang
menentukan terhadap keberhasilan suatu bisnis.
2.2 Perencanaan Strategi Informasi
2.2.1 Pengertian Informasi
Data terdiri dari fakta-fakta dan angka-angka yang relatif tidak berarti bagi
pemakai, sedangkan informasi adalah data yang telah diproses, atau data yang
memiliki arti (Raymond McLeod Jr, 2001, p15).
Kita dapat mendefinisikan informasi sebagai data yang telah dirubah menjadi
keadaan yang berguna dan berarti untuk end user tertentu (O’Brien, 2003, p13).
Dari dua pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa informasi adalah data
yang sudah diolah sehingga berguna dan berarti untuk end user.
2.2.2 Pengertian Strategi Sistem informasi
Menurut Tozer (1996, p7), Strategi Sistem Informasi adalah sistem informasi
pada bisnis dalam pengertian yang paling luas, manual seperti halnya
diotomatisasikan, informal seperti halnya formal. Secara formal, sistem ter-
11
otomatisasi sering diistilahkan dengan sebutan ‘aplikasi’. Strategi Sistem Informasi
juga mencakup data store (data yang disimpan), user interface, dan cara untuk
memenuhi kebutuhan bisnis. Hal tersebut dapat diperoleh dari strategi bisnis
dengan proses manual.
2.2.3 Pengertian Strategi Teknologi informasi
Menurut Tozer (1996, p8), strategi teknologi informasi adalah solusi
teknologi untuk mendukung sistem dan terkadang mendukung kebutuhan bisnis
secara langsung. Strategi teknologi informasi meliputi seluruh aspek yang
membentuk lingkungan dimana sistem informasi berjalan. Strategi teknologi
informasi harus dikendalikan oleh strategi bisnis dan strategi sistem. Dalam
hubungannya dengan tingkat perubahan yang cepat dari tekanan dan kebutuhan-
kebutuhan bisnis, serta kapabilitas dan biaya atau kinerja komponen-komponen
yang mendasari, solusi-solusi teknologi informasi menjadi yang paling sering
berubah. Solusi teknologi informasi harus berdaya adaptasi tinggi.
2.2.4 Pengertian Perencanaan Strategi Informasi
Menurut James Martin (1990, p467), perencanaan strategi informasi adalah
suatu periode pada system life cycle dimana arsitektur informasi, arsitektur sistem
bisnis dan arsitektur teknikal di produksi paling pertama secara konsisten dan
terintegrasi satu dengan yang lainnya dari suatu bentuk sistem bisnis yang akan
dibangun.
12
2.2.5 Kerangka Kerja Perencanaan Strategi Informasi
Menurut Tozer (1996, p41-67), ada 5 fase dalam perencanaan strategi
informasi. Kelima fase tersebut dimulai dari fase 0 sampai dengan fase 4, dimana
setiap fase menjelaskan cakupan pembahasan yang saling berhubungan. Dalam
penulisan ini, hanya 4 fase dari 5 fase yang akan dibahas (p41-56). Yaitu dimulai
dari fase 0 sampai dengan fase 3.2, yang dapat dilihat pada gambar 2.1 dan
dijabarkan sebagai berikut:
13
Gam
bar 2
.1 K
eran
gka
Pere
ncan
aan
Stra
tegi
unt
uk S
iste
m In
form
asi T
ozer
(199
6, p
.37)
14
Fase 0 - Menetapkan konteks dan ruang lingkup dari suatu rencana strategis
sistem informasi.
Fase ini menentukan penempatan, persyaratan dan lingkup relatif dari bisnis terkait
dan proyek strategi sistem informasi. Hal ini hanyalah pilihan, akan tetapi biasanya
direkomendasikan. Hal-hal yang ditentukan antara lain:
- Apa saja unit bisnisnya?
- Apakah strategi yang ada sudah tepat dan relevan?
- Apakah strategi-strategi tersebut di ikuti?
- Kebutuhan apa yang harus dipenuhi oleh strategi yang baru?
- Berapa banyak studi yang dibutuhkan, berdasarkan apa, dan seberapa dalam?
(jawabannya bisa saja “tidak ada”)
- Bagaimana strategi-strategi tersebut berintegrasi satu dengan yang lainnya.
• Rencana-rencana unit bisnis, strategi-strategi sistem informasi dan
teknologi informasi?
• Hubungan, koordinasi, pemilihan waktu dan skala waktu?
- Manajemen, kontrol dan pemberian sumberdaya
- Isu-isu sebelum studi yang harus dipecahkan
Tahap 0.1 menentukan konteks dan ruang lingkup: memulai studi
Tujuan
Memulai studi yang cocok pada saat yang tepat, terkontrol, dengan istilah referensi
yang tepat, harapan dan komitmen manajemen.
Produk
1. Konteks, ruang lingkup, dan istilah referensi studi.
15
2. Persyaratan teridentifikasi dan terkontrol.
3. Aktivitas-aktivitas paralel yang penting dilingkupi dan dimulai.
4. Tim ada di tempat, sudah dilatih dan didukung.
5. Grup pengendali sudah dibentuk dan waspada.
Manajemen-manajemen kunci lainnya dilibatkan dan diberi penerangan
Program kerja diselesaikan.
Wawancara awal dijadwalkan.
Fase 1 - menentukan kebutuhan informasi bisnis dan dukungan bisnis.
Mendirikan dasar fakta untuk membangun sebuah strategi.
- Dimanakah kita ingin berada - dalam hal perencanaan bisnis, informasi, dan
prioritas dan dukungan yang dibutuhkan.
- Prestasi dan aset-aset sistem informasi dan teknologi informasi.
- Hambatan dan kemudahan lainnya
- Jangkauan ketidakpastian.
Tahap 1.2 - Persiapan pengumpulan informasi
Tujuan
1. Memastikan dasar fakta untuk perkiraan dan analisis lebih lanjut.
2. Bersiap sebaik mungkin untuk wawancara manajemen.
Produk
Inventarisasi dan menaksir seluruh informasi yang ada:
1. Goal, arah, lingkungan, dan rencana status bisnis
2. Aplikasi-aplikasi dan data yang sudah ada dan yang direncanakan
16
3. Aset-aset dan inventaris teknologi informasi, yang ada dan yang akan ada.
4. Sumber daya dan kemampuan manusia.
Tahap 1.3 menentukan prioritas dan kebutuhan informasi bisnis dan
dukungan bisnis
Tujuan
1. Mengembangkan pengertian yang jelas dan paham mengenai goal, arah,
lingkungan, rencana-rencana, informasi dan dukungan yang dibutuhkan.
2. Menyetujui prioritas-prioritas tersebut
3. Mendapatkan komitmen dari manajemen senior dan mempertajam harapan-
harapan hasil mereka.
Produk
1. Pernyataan gabungan yang sudah disetujui mengenai kebutuhan dan prioritas
informasi dan dukungan bisnis.
2. Dukungan mendetil dari kebutuhan dan negosiasi yang sudah dinyatakan.
3. Sponsor-sponsor bisnis yang sudah diidentifikasikan dan terikat untuk setiap
kebutuhan utama.
Fase 2 - Membangun arsitektur informasi dan pilihan-pilihan untuk solusi.
Tujuan fase ini adalah menentukan goal strategis sistem informasi dan teknologi
informasi, dan membangun beberapa pilihan untuk mencapainya.
- Menentukan dimana kita ingin berada:
• Visi strategis sistem informasi dan teknologi informasi untuk mendukung
kebutuhan-kebutuhan bisnis.
17
• Arsitektur dan infrastruktur informasi yang tepat.
- Menaksir nilai dan relevansi status dan prestasi sistem informasi dan teknologi
informasi yang ada hingga sekarang:
• Pemenuhan yang ditawarkan untuk kebutuhan-kebutuhan bisnis yang
teridentifikasi.
• Dasar untuk evolusi ke arah visi strategis
- Membangun pandangan awal untuk pilihan-pilihan implementasi:
• Implikasi dari prioritas informasi dan dukungan bisnis.
• Pilihan-pilihan aplikasi untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan tersebut.
- Mengembangkan kasus bisnis untuk implementasi.
Tahap 2.1 Menaksir status teknis dari aplikasi-aplikasi dan teknologi
informasi yang ada, dan mencocokkan dengan kebutuhan.
Tujuan
1. Menaksir status sistem informasi dan teknologi informasi sekarang, dan tingkat
kecocokannya dengan kebutuhan-kebutuhan bisnis yang sudah ada dan yang
mungkin ada.
2. Menentukan kekuatan dan kelemahan.
Produk
1. Inventarisasi menyeluruh dari portfolio aplikasi dan aset-aset TI
2. Taksiran kelemahan dan kekuatan.
3. Kerangka rencana aksi untuk setiap area lemah berprioritas tinggi.
4. Pandangan awal dari kesempatan pengembangan cepat ditempat yang tepat.
18
Tahap 2.2 Mengembangkan arsitektur informasi
Tujuan
Membangun arsitektur informasi sebagai dasar untuk pengembangan jangka
panjang.
Produk
1. Konsep arsitektur untuk struktur bisnis dan industri.
2. Konsep arsitektur informasi - sistem aplikasi, database, dan kebutuhan-
kebutuhan teknologi.
3. Identifikasi terhadap kelemahan/kesenjangan utama di dalam status sekarang
yang akan menyulitkan pencapaian arsitektur.
Tahap 2.3 Membangun pilihan-pilihan awal untuk solusi-solusi strategis
Tujuan
Untuk kebutuhan-kebutuhan dengan prioritas yang tinggi, membangun suatu set
awal untuk pilihan-pilihan solusi aplikasi.
Produk
1. Identifikasi kelemahan/kesenjangan utama di dalam pemenuhan yang ada
sekarang dan solusi-solusi aplikasi.
2. Visi strategis keseluruhan dari cara yang lebih disukai untuk memenuhi
kebutuhan-kebutuhan bisnis.
3. Untuk kebutuhan-kebutuhan dengan prioritas tinggi, suatu set awal pilihan
solusi-solusi aplikasi.
4. Umpan balik untuk kesempatan pengembangan cepat.
5. Modifikasi terhadap arsitektur informasi yang muncul.
19
Tahap 2.4 Mengembangkan kasus bisnis untuk pemenuhan kebutuhan.
Tujuan
Menyuruh sponsor untuk mengembangkan kasus bisnis untuk setiap
pengembangan utama untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan bisnis mereka yang
sudah teridentifikasi.
Produk
1. Daftar sponsor yang berkomitmen.
2. Format pengembangan kasus bisnis.
3. Kasus-kasus bisnis untuk memenuhi seluruh kebutuhan-kebutuhan utama.
4. Rencana aksi untuk membawa kasus-kasus bisnis kedepan melalui pemilihan
solusi- solusi dan rencana implementasi.
Fase 3 – Menentukan solusi-solusi strategis
Tujuan fase : menaksir dan memilih solusi-solusi strategis
Sekarang kita sudah mengidentifikasikan prioritas dan kebutuhan-kebutuhan bisnis
yang sudah direvisi, memperkirakan tingkat kemampuan sistem dan proyek untuk
memenuhi kebutuhan-kebutuhan ini, dan sudah membangun visi sistem informasi
strategis dan solusi keseluruhan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan.
Sekarang kita harus merubah visi tersebut menjadi suatu set solusi SI dan TI yang
spesifik. Hal ini berarti kita harus menyelidiki:
1. Alat/cara untuk mendukung proses-proses bisnis.
2. Solusi-solusi aplikasi yang spesifik.
3. Solusi-solusi dan strategi teknologi.
4. Dasar untuk implementasi dan migrasi yang sukses.
20
Tahap 3.1 Mengidentifikasi dan memulai aksi-aksi yang mendesak
Tujuan
Memastikan bahwa kebutuhan-kebutuhan yang sangat jelas dan cocok dipenuhi
secara cepat, terlebih sepanjang waktu studi. Hal ini mungkin dapat dilakukan
melalui pengembangan proyek secara cepat, perbaikan sistem yang ada, bahkan
dengan tindakan-tindakan yang tidak ada hubungannya dengan sistem informasi
dan teknologi informasi.
Produk
1. Proposal pengembangan cepat dan definisi lingkup untuk suatu proyek agar
memenuhi setiap kebutihan yang sesuai.
2. Pengembangan yang sudah selesasi.
3. Hasil bisnis yang diperlukan sudah didapat.
Tahap 3.2 Menentukan solusi-solusi aplikasi dan database
Tujuan
1. Meninjau ulang dan menaksir solusi-solusi aplikasi yang diusulkan pada tahap
2.3; memilih pilihan yang lebih disukai.
2. Menaksir prioritas, ketergantungan dan pengelompokan; mengembangkan
struktur database dan aplikasi yang paling sesuai untuk mendukung solusi.
3. Memperbaiki arsitektur informasi agar sesuai.
4. Mengembangkan kebutuhan-kebutuhan teknologi untuk mendukung solusi-
solusi.
Produk
1. Pilihan solusi aplikasi yang paling sesuai.
21
2. Definisi struktur database dan aplikasi yang paling sesuai untuk mendukung
solusi.
3. Catatan pilihan-pilihan yang sudah dipertimbangkan dan alasan pemilihan atau
penolakan.
4. Update arsitektur informasi yang berkembang yang sesuai.
5. Spesifikasi jumlah beban kerja dan kebutuhan-kebutuhan teknologi lainnya
untuk mendukung solusi-solusi.
6. Dasar untuk pengembangan strategi untuk migrasi ke solusi yang diusulkan.
2.3 Teori Penunjang Lainnya
2.3.1 Analisis SWOT
Menurut Rangkuti (2001, p18-19) analisis SWOT adalah identifikasi
berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi perusahaan. Analisis
ini didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan (strengths) dan
peluang (opportunities) dan secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan
(weakness) dan ancaman (threats). Proses pengambilan keputusan strategis selalu
berkaitan dengan pengembangan misi, tujuan, strategi dan kebijakan perusahaan.
Matriks SWOT
Alat yang digunakan untuk menyusun faktor-faktor strategis perusahaan
adalah matriks SWOT. Matriks ini dapat menggambarkan secara jelas bagaimana
peluang dan ancaman eksternal yang dihadapi perusahaan dapat disesuaikan
dengan kekuatan dan kelemahan yang dimilikinya. Matriks dapat menghasilkan 4
set kemungkinan alternatif strategi.
22
STRENGTHS - S
1.
2.
3. Daftar Kekuatan
4.
5.
WEAKNESSES -W
1.
2.
3. Daftar Kelemahan
4.
5.
OPPORTUNITIES - O
1.
2.
3. Daftar Peluang
4.
5.
SO STRATEGIES
1.
2.
3.
4.
5.
WO STRATEGIES
1.
2.
3.
4.
5.
THREATS - T
1.
2.
3. Daftar Ancaman
4.
5.
ST STRATEGIES
1.
2.
3.
4.
5.
WT STRATEGIES
1.
2.
3.
4.
5.
Gambar 2.2 Matriks SWOT
Strategi SO : Menggunakan kekuatan internal perusahaan untuk mengambil
keuntungan dari peluang-peluang eksternal. Seluruh manajer pasti senang bila
Menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang
Mengatasi kelemahan dengan cara memanfaatkan peluang.
Menggunakan kekuatan untuk menghindari ancaman
Meminimalkan kelemahan dan menghindari ancaman
23
organisasinya berada pada posisi dimana kekuatan internal dapat digunakan untuk
mengambil keuntungan dari kecenderungan dan kejadian-kejadian eksternal.
Organisasi biasanya akan mengupayakan strategi WO, ST, atau WT untuk berada
pada situasi dimana mereka dapat menerapkan strategi SO. Ketika sebuah
perusahaan memiliki kelemahan besar, perusahaan tersebut akan berjuang untuk
mengatasinya dan merubahnya menjadi kekuatan. Ketika sebuah organisasi
berfokus kepada ancaman-ancaman utama, organisasi tersebut akan mencoba
untuk menghindarinya dengan tujuan untuk berkonsentrasi pada peluang yang ada.
Strategi WO bertujuan untuk memperbaiki kelemahan internal dengan cara
memanfaatkan peluang-peluang ekseternal. Terkadang terdapat peluang-peluang
akan tetapi suatu perusahaan memiliki kelemahan internal yang menghalanginya
untuk mengeksploitasi peluang-peluang tersebut.
Strategi ST menggunakan kekuatan perusahaan untuk menghindari atau
mengurangi dampak dari ancaman-ancaman eksternal. Hal ini tidak berarti bahwa
sebuah organisasi yang kuat harus selalu menghadapi ancaman yang ada di
lingkungan eksternal.
Strategi WT merupakan taktik bertahan yang ditujukan untuk mengurangi
kelemahan internal dan menghindari ancaman-ancaman lingkungan. Suatu
organisasi yang dihadapkan dengan berbagai ancaman-ancaman eksternal dan
kelemahan-kelemahan internal bisa berada dalam situasi yang genting. Faktanya
sebuah perusahaan seperti itu dapat berjuang untuk bertahan, bergabung dengan
perusahaan lain, berhemat, mengumumkan kebangkrutan atau memilih likuidasi.
Representasi skematik dari matriks SWOT diberikan pada gambar 2.2.
Perhatikan bahwa matriks SWOT terdiri dari 9 sel. Seperti yang terlihat, terdapat
24
empat sel faktor utama, empat sel strategi dan satu sel yang selalu kosong (bagian
kiri atas). Empat strategi berlabel SO, WO, ST dan WT dikembangkan setelah
melengkapi keempat sel-sel faktor utama yang berlabel S, W, O dan T. Ada
delapan tahap yang terlibat dalam pembuatan matriks SWOT :
1. Buat daftar peluang-peluang eksternal utama yang dimiliki perusahaan.
2. Buat daftar ancaman eksternal utama yang dimiliki perusahaan.
3. Buat daftar kekuatan-kekuatan internal perusahaan.
4. Buat daftar kelemahan-kelemahan internal perusahaan.
5. Cocokkan kekuatan internal dan peluang-peluang eksternal dan catat strategi
SO yang dihasilkan ke dalam sel SO.
6. Cocokkan kelemahan-kelemahan internal dengan peluang eksternal dan catat
strategi WO yang dihasilkan.
7. Cocokkan kekuatan-kekuatan internal dengan ancaman-ancaman eksternal dan
catat strategi ST yang dihasilkan.
8. Cocokkan kelemahan-kelemahan internal dengan ancaman-ancaman eksternal
dan catat strategi WT yang dihasilkan.
Matriks faktor strategi eksternal
Berikut ini adalah cara-cara penentuan Faktor Strategi Eksternal (EFAS) :
a) Susunlah dalam kolom 1 (5 sampai dengan 10 peluang dan ancaman).
b) Beri bobot masing-masing faktor dalam kolom 2, mulai dari 1,0 (sangat
penting) sampai dengan 0,0 (tidak penting). Faktor-faktor tersebut
kemungkinan dapat memberikan dampak terhadap faktor strategis.
25
c) Hitung rating (dalam kolom 3) untuk masing-masing faktor dengan
memberikan skala mulai dari 4 (outstanding) sampai dengan 1 (poor)
berdasarkan pengaruh faktor tersebut terhadap kondisi perusahaan yang
bersangkutan. Pemberian nilai rating untuk faktor peluang bersifat positif
(peluang yang semakin besar diberi rating +4, tetapi jika peluangnya kecil,
diberi rating +1). Pemberian nilai rating ancaman adalah kebalikannya.
Misalnya, jika nilai ancamannya sangat besar, ratingnya adalah 1. Sebaliknya,
jika nilai ancamannya sedikit ratingnya 4.
d) Kalikan bobot pada kolom 2 dengan rating pada kolom 3, untuk memperoleh
faktor pembobotan dalam kolom 4. Hasilnya berupa skor pembobotan untuk
masing -masing faktor yang nilainya bervariasi mulai dari 4,0 (outstanding)
sampai dengan 1,0 (poor).
e) Gunakan kolom 5 untuk memberikan komentar atau catatan mengapa faktor-
faktor tertentu dipilih dan bagaimana skor pembobotannya dihitung.
f) Jumlah skor pembobotan (pada kolom 4), untuk memperoleh total skor
pembobotan bagi perusahaan yang bersangkutan. Nilai total ini menunjukkan
bagaimana perusahaan tertentu bereaksi terhadap faktor-faktor strategis
eksternalnya. Total skor ini dapat digunakan untuk membandingkan
perusahaan ini dengan perusahaan lainnya dalam kelompok industri yang sama.
Matriks faktor strategi internal
Berikut ini adalah cara-cara penentuan Faktor Strategi Internal (IFAS) :
a) Tentukan faktor-faktor yang menjadi kekuatan serta kelamahan perusahaan
dalam kolom 1.
26
b) Beri bobot masing-masing faktor tersebut dengan skala mulai dari 1,0 (paling
penting) sampai 0,0 (tidak penting), berdasarkan pengaruh faktor-faktor
tersebut terhadap posisi strategis perusahaan (semua bobot tersebut jumlahnya
tidak boleh melebihi skor total 1,00).
c) Hitung rating (dalam kolom 3) untuk masing-masing faktor dengan
memberikan skala mulai dari 4 (outstanding) sampai dengan 1 (poor),
berdasarkan pengaruh faktor tersebut terhadap kondisi perusahaan yang
bersangkutan. Variabel yang bersifat positif (semua variabel yang masuk
kategori kekuatan) di beri nilai mulai dari +1 sampai dengan +4 (sangat baik)
dengan membandingkannya dengan rata-rata industri atau dengan pesaing
utama. Sedangkan variabel yang bersifat negatif, kebalikannya. Contohnya,
jika kelemahan perusahaan besar sekali dibandingkan dengan rata-rata industri,
nilainya adalah 1, sedangkan jika kelemahan perusahaan di bawah rata-rata
industri nilainya adalah 4.
d) Kalikan bobot pada kolom 2 dengan rating pada kolom 3, untuk memperoleh
faktor pembobotan dalam kolom 4. Hasilnya berupa skor pembobotan untuk
masing-masing faktor yang nilainya bervariasi mulai dari 4,0 (outstanding)
sampai dengan 1,0 (poor).
e) Gunakan kolom 5 untuk memberi komentar atau catatan mengapa faktor-faktor
tertentu di pilih, dan bagaimana skor pembobotannya dihitung.
f) Jumlahkan skor pembobotan (pada kolom 4), untuk memperoleh total skor
pembobotan bagi perusahaan yang bersangkutan. Nilai total ini menunjukkan
bagaimana perusahaan tertentu bereaksi terhadap faktor-faktor strategis
27
internalnya. Skor total ini dapat digunakan untuk membandingkan perusahaan
ini dengan perusahaan lainnya dalam kelompok industri yang sama.
Gambar 2.3 Analisis SWOT (Rangkuti, 2003, p19)
• Kuadran 1
Ini merupakan situasi yang sangat menguntungkan. Perusahaan tersebut
memiliki peluang dan kekuatan sehingga dapat memanfaatkan peluang yang ada.
Strategi yang harus diterapkan dalam kondisi ini adalah mendukung kebijakan
pertumbuhan yang agresif (Growth Oriented Strategy).
• Kuadran 2
Meskipun menghadapi berbagai ancaman, perusahaan ini masih memiliki
kekuatan dari segi internal. strategi yang harus ditetapkan adalah menggunakan
kekuatan untuk memanfaatkan peluang jangka panjang dengan cara strategi
diversifikasi (produk/pasar).
Berbagai Peluang
Berbagai Ancaman
Kelemahan
Internal
Kekuatan
Internal
Kuadran 2 Kuadran 4
Kuadran 3 Kuadran 1
WO SO
ST WT
28
• Kuadran 3
Perusahaan menghadapi peluang pasar yang sangat besar, tetapi di lain pihak
ia menghadapi beberapa kendala atau kelemahan internal. fokus strategi
perusahaan ini adalah meminimalkan masalah-masalah internal perusahaan
sehingga dapat merebut peluang pasar yang lebih baik.
• Kuadran 4
Ini merupakan situasi yang sangat tidak menguntungkan, perusahaan tersebut
menghadapi berbagai ancaman dan kelemahan internal.
2.3.2 Model Lima Daya Porter
Menurut Porter (1993, p1), pesaing sangat penting bagi keberhasilan atau
kegagalan perusahaan. Dimana persaingan menentukan kegiatan yang perlu bagi
perusahaan untuk berprestasi seperti inovasi budaya yang kohesif, atau
implementasi yang baik. Strategi bersaing merupakan upaya mencari posisi
pesaing yang menguntungkan dalam suatu industri, arena fundamental dimana
persaingan berlangsung. Strategi bersaing bertujuan membina posisi yang
menguntungkan dan kuat dalam kekuatan yang menentukan persaingan dalam
industri.
Menurut Haag, Cummings dan McCubbery (2005, p242), Kekuatan pembeli
pada model lima daya adalah tinggi ketika pembeli memiliki banyak pilihan dari
siapa untuk membeli, dan rendah ketika pilihan mereka hanya beberapa.
Kekuatan pemasok pada model lima daya adalah tinggi ketika pembeli hanya
memiliki sedikit pilihan dari siapa untuk membeli, dan rendah ketika pilihan
29
mereka banyak. Kekuatan pemasok adalah kebalikan dari kekuatan pembeli:
sebagai pemasok dalam suatu pasar, anda menginginkan kekuatan pembeli rendah
dan kekuatan pemasok tinggi.
Ancaman produk pengganti pada model lima daya adalah tinggi ketika
terdapat banyak alternatif untuk suatu produk atau layanan, dan rendah ketika
hanya terdapat sedikit alternatif untuk dipilih. Idealnya, organisasi anda ingin
menjadi pemasok dalam suatu pasar dimana hanya terdapat sedikit pengganti untuk
produk yang anda tawarkan.
Ancaman pendatang baru pada model lima daya adalah tinggi ketika
kompetitor baru dapat dengan mudah memasuki pasar, dan rendah ketika terdapat
hambatan-hambatan masuk yang signifikan untuk memasuki suatu pasar.
Hambatan masuk berupa fitur produk atau layanan yang diinginkan pelanggan
pada suatu industri tertentu dan yang harus ditawarkan oleh suatu organisasi untuk
berkompetisi dan bertahan.
Perseteruan antara kompetitor yang ada pada model lima daya adalah tinggi
ketika kompetisi sengit di dalam suatu pasar, dan rendah ketika kompetisi lebih
sedikit. Terkadang, kompetisi terjadi lebih ketat pada suatu industri dari pada
industri lainnya, meskipun trend peningkatan kompetisi terjadi hampir pada semua
industri.
30
Gambar 2.4 Analisis Lima Daya Porter
2.3.3 Analisis Value Chain
Menurut Turban, Rainier dan Potter (2003, pG-21), Value Chain adalah
aktivitas-aktivitas utama dari suatu organisasi (inbound logistic, operations, dan
lain-lain) beserta aktivitas-aktivitas pendukungnya (infrastructure, human
resources, technology, dan lain-lain) dan net value yang ditambahkan ke produk
atau layanan yang dimiliki organisasi oleh setiap aktivitas utama, secara berurutan.
Menurut Ward dan Peppard (2002, p244) Value chain analysis adalah
kegiatan menganalisa kumpulan aktifitas yang dilakukan untuk merancang,
memproduksi, memasarkan, mengantarkan dan mendukung produk atau
layananannya. Semua aktifitas ini dapat digambarkan dalam value chain. Value
chain dapat dimengerti dalam konteks unit bisnis.
PENDATANG BARU POTENSIAL
PEMBELIPEMASOK
PRODUK PENGGANTI
PARA PESAING INDUSTRI
Persaingan diantara perusahaan yang ada
31
Value chain tradisional berbasiskan pada manufaktur yang produknya berupa
barang fisik. Untuk mengaplikasikan pada perusahaan jasa maka digunakan value
chain alternatif. Stabell dan Fjeldstad mendeskripsikan dua konfigurasi nilai
alternatif untuk mengatasi masalah ini. Dua alternatif ini disebut dengan Value
Shops dan Value Networks .
• Value shops adalah bisnis yang penting dalam pemecahan masalah,
memberikan nilai pada klien dengan menyediakan solusi.
• Value networks adalah bisnis yang menyediakan pertukaran dan mediasi antara
penjual dan pembeli, memungkinkan dibangunnya hubungan.
Gambar 2.5 Value Chain untuk bisnis jasa.
Gambar 2.5 menunjukkan contoh value chain tersebut yang menggambarkan
bisnis jasa dimana tujuannya adalah memuaskan klien atau kebutuhan pelanggan
dengan memberikan pengetahuan dan sumber daya dari dalam perusahaan atau
dengan menggunakan sumber daya eksternal lainnya.
Support Activities Infrastructure, technology, human resources, administration, etc.
Knowledge application
Problem specification
Business acquisition
Allocation of resources
Configure solution
Execute solution
Marketing the capability
Resources value management
Relationship value management
Clientvalue chain
External resources
External resources
C
L I
E
N
T
Primary activities
32
Rantai tersebut melibatkan dua aliran untuk menentukan kebutuhan
pelanggan dan merancang dan mengimplementasikan sebuah solusi yang
memuaskan permintaan pelanggan. Pertukaran informasi yang dapat
dipertimbangkan sering dibutuhkan dan SI/TI menawarkan peluang untuk
meningkatkan efisiensi pertukaran, mengurangi waktu yang berlalu dan
memperbaiki akurasi pertukaran.
Aktifitas primer perusahaan termasuk pengembangan infrastruktur dan
pemeliharaan untuk menyediakan kapasitas dan akses, ketetapan pelayanan untuk
menyediakan kebutuhan berbagai hubungan penjual-pembeli dan promosi pada
kedua kelompok penjual dan pembeli untuk mengembalikan biaya kapasitas
melalui pendapatan berbasis transaksi.
Dalam semua tipe model informasi mengenai apa yang pelanggan inginkan
dan bagaimana permintaan itu dapat dipuaskan seharusnya mengalir dengan bebas
melalui organisasi, memungkinkan manajemen tiap kegiatan untuk menentukan
yang terbaik dalam mengembangkan sumber daya mereka untuk memaksimalkan
kepuasan pelanggan dalam cara yang paling efektif. Semua aktifitas yang
dilakukan akan serta merta terlihat pada aktifitas lain dalam rantai tersebut yang
kemudian dapat mengambil langkah yang lebih jauh berdasarkan tindakan atau
informasi aktifitas lain terhadap masalah dalam memenuhi permintaan. Rantai
tersebut dapat diseimbangkan kembali melalui semua aktifitas. Sebagai tambahan
pada aliran melalui organisasi, tiap aktifitas membutuhkan sistem untuk menangani
dan mengatur bagian bisnis tersebut. Manajemen penyimpanan (warehouse
management) harus mengetahui dimana setiap item di penyimpanan tetapi sisanya
hanya perlu mengetahui ada apa didalamnya.
33
2.3.4 CSF dan KPI
Menurut Tozer (1996, p130) Critical Succes Factors (CSFs) adalah beberapa
area kunci dimana segala sesuatu harus berjalan dengan benar bagi bisnis untuk
tumbuh. Sangat penting untuk mengidentifikasinya saat bertujuan memperoleh
pengertian yang mendalam pada bisnis. Dasar untuk menentukan CSF dapat
membantu menfokuskan pada suatu tujuan dan strategi dan tentu saja menentukan
prioritas kegiatan.
Menurut Tozer (1996, p130) Key Performance Indicator (KPI) adalah
pengukuran performa terhadap kondisi tertentu, yang dirancang untuk
memungkinkan pengawasan secara efektif terhadap :
- Derajat kepatuhan terhadap rencana atau strategi bisnis.
- Derajat sukses yang didapatkan dalam pemenuhan objective atau goal
sebagai hasil perolehan atas tindakan tertentu.
2.3.5 ERD
Menurut Whitten, Bentley dan Dittman (2004, p295), entity relationship
diagram (ERD) adalah suatu model data yang menggunakan beberapa notasi untuk
menggambarkan data dalam istilah entitas-entitas dan hubungannya yang di
deskripsikan oleh data tersebut. Entitas adalah sebuah kelas yang merupakan
kumpulan dari manusia, tempat, obyek, kejadian, atau konsep dimana kita butuh
untuk mengambil dan menyimpan datanya. Attribute adalah properti deskriptif atau
karakteristik dari suatu entitas. Entitas digambarkan dengan simbol seperti pada
gambar 2.6.
34
Gambar 2.6 Simbol Entitas
Cardinality adalah jumlah minimum dan maksimum kejadian dari suatu
entitas yang dapat dikaitkan pada suatu kejadian tunggal dari entitas lainnya.
Cardinality tersebut digambarkan dengan simbol sebagai berikut.
Tabel 2.1 Cardinality
Simbol Arti Cardinality
Atau
Satu (Satu dan hanya satu)
Nol atau satu
Satu atau banyak
Nol, satu, atau banyak
Lebih dari satu
35
2.3.6 Audit Grid
Menurut Earl (1989, p74) Systems Audit Grid menggambarkan suatu
pendekatan tingkat tinggi yang telah terbukti sangat berguna dalam pengajaran
maupun penggunaan.
Sumbu horisontal dari gambar 2.7 menggambarkan kondisi teknis dari suatu
sistem. Hanya spesialis atau penyedia yang dapat benar-benar mengevaluasi
dimensi ini. Tiga pertanyaan memberikan ukuran efektif disini:
1. Seberapa handalkah sistem?
2. Seberapa mudah pemeliharaan sistem?
3. Berapa efisiensi biaya dari sistem?
Hanya pengguna yang dapat memberikan dapat memberikan gambaran yang
jelas mengenai nilai bisnis dari suatu sistem, yang digambarkan pada sumbu
vertikal dari grid. Ada tiga pertanyaan untuk setiap sistem:
1. Apa dampak sistem pada bisnis (atau apa yang akan terjadi bila kita
menghilangkan sistem ini)?
2. Seberapa mudah penggunaan sistem (atau seberapa sulit untuk
membuatnya bekerja)?
3. Seberapa sering sistem digunakan (yang mewakili ukuran nilai)?
Setiap pertanyaan dapat dijawab dalam skala dari 1 sampai 3 atau 1 sampai 5
untuk memberikan rating tinggi atau rendah. Penting untuk mendapatkan kedua
pandangan dari pengguna dan spesialis, karena sering kali keduanya tidak sama.
Biasanya, spesialis memiliki sedikit ide mengenai fungsi-fungsi bisnis dari suatu
aplikasi. Mereka hanya mengetahui apa yang dilakukan dalam “istilah-istilah
sistem”. Sedangkan pengguna mungkin senang bila aplikasinya “bekerja”, mereka
36
agak tidak perduli terhadap kesulitan teknis yang mungkin terlibat. Lebih penting,
mereka mungkin melihat keuntungan-keuntungan dimasa depan atau potensial,
akan tetapi mereka tidak ditanyai sebelumnya. Hasil dari evaluasi memberikan
empat kondisi umum yang menyarankan 4 kondisi umum yang menyarankan 4 tipe
pengembangan yang berbeda.
1. Bila performa sistem buruk di kedua dimensi, sistem harus dihilangkan (divest).
Sistem mungkin tidak pernah diperlukan atau tidak cocok dengan perusahaan.
Bisa juga sistem sudah kadaluwarsa sehingga sudah tidak dapat memenuhi
kebutuhan bisnis lagi.
2. Bila sistem bernilai tinggi bagi user namun rendah dalam kualitas teknis maka
sistem harus diperbaharui (renew).
3. Bila sistem bernilai tinggi pada kualitas teknis namun rendah dalam nilai bisnis,
maka sistem harus dikaji ulang (reassess).
4. Bila sistem bernilai tinggi pada kedua dimensi maka harus dipelihara dan
dikembangkan (maintain and enhance).
Hilangkan
Kaji Ulang
Perbaharui
Pelihara dan kembangkan
Gambar 2.7 Systems Audit Grid.
Nilai Bisnis (pengguna)
RENDAH
TINGGI
TINGGIKualitas teknis
(penyedia)
RENDAH
37
2.3.7 Asuransi
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia No.2 Tahun 1992 tentang
Usaha Perasuransian, Pasal 1 ayat 1 : Asuransi atau pertanggungan adalah
perjanjian dua pihak atau lebih, dengan mana pihak penanggung mengikatkan diri
kepada tertanggung, dengan menerima premi asuransi, untuk memberikan
penggantian kepada yang tertanggung karena kerugian, kerusakan atau kehilangan
keuntungan yang diharapkan, atau tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga
yang mungkin akan diderita tertanggung, yang timbul dari suatu peristiwa yang
tidak pasti, atau untuk memberikan suatu pembayaran yang didasarkan atas
meninggal atau hidupnya seseorang yang dipertanggungkan.
Menurut Pasal 246 Kitab Undang-Undang Hukum Dagang Indonesia,
Asuransi adalah suatu perjanjian dengan mana pihak penanggung mengikatkan diri
kepada tertanggung dengan menerima pembayaran premi untuk memberikan
penggantian bila terjadi kerugian atas kerugian, kerusakan atau kehilangan
keuntungan yang diharapkan, yang timbul karena peristiwa yang tidak pasti.