Upload
others
View
6
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
11
BAB II
KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN
2.1 Landasan Teori dan Konsep
2.1.1 Konsep Pertumbuhan Ekonomi
Pertumbuhan ekonomi dapat diartikan sebagai suatu proses kenaikan
output yang terus menerus dalam jangka panjang. Kenaikan output sering
dikaitkan dengan kenaikan output per kapita yang diartikan sebagai peningkatan
rata-rata pendapatan riil dan standar hidup masyarakat dalam suatu wilayah. Oleh
karena itu, tingginya tingkat pertumbuhan ekonomi menjadi indikator
keberhasilan pembangunan yang dijadikan pemerintah sebagai sasaran utama
dalam pelaksanaan pembangunan. Pertumbuhan ekonomi menunjukkan sejauh
mana aktivitas perekonomian dapat menghasilkan kenaikan pendapatan dan
kesejahteraan masyarakat pada periode waktu tertentu. Pertumbuhan ekonomi
suatu negara atau wilayah yang meningkat menunjukkan bahwa perekonomian
masih terus berkembang dengan baik (Amri, 2007 dalam Alghofari, 2009:2).
Pertumbuhan ekonomi merupakan tujuan dari pembangunan ekonomi
yang tujuannya untuk meningkatkan Pendapatan Nasional suatu negara.
Pembangunan ekonomi adalah usaha-usaha untuk meningkatkan taraf hidup
suatu bangsa yang sering kali diikuti dengan pendapatan riil per kapita
(Suparmoko, 1997 dalam Alghofari, 2009:8). Pertumbuhan ekonomi adalah
kenaikan pendapatan nasional (dengan meningkatnya pendapatan per kapita)
dalam suatu periode perhitungan tertentu (Putong, 2002:252).
12
Pertumbuhan ekonomi adalah pertambahan output (pendapatan nasional)
yang disebabkan oleh pertambahan alami dari tingkat pertambahan penduduk dan
tingkat tabungan (Schumpeter dalam Putong, 2002:252). Menurut Nanga
(2005:273), pertumbuhan ekonomi merupakan peningkatan dalam kemampuan
dari suatu perekonomian dalam memproduksi barang dan jasa. Pertumbuhan
ekonomi berarti perkembangan kegiatan dalam perekonomian yang menyebabkan
barang dan jasa yang diproduksi dalam masyarakat bertambah dan kemakmuran
masyarakat meningkat (Sukirno, 2005:445). Menurut Kusumo (dalam Fitri,
2007:445), pertumbuhan ekonomi adalah proses peningkatan produksi barang dan
jasa dalam keadaan ekonomi masyarakat yang dapat dikatakan mengalami
pertumbuhan apabila tingkat ekonomi yang dicapai pada tahun tertentu lebih
tinggi dari tahun sebelumnya.
Pertumbuhan ekonomi berkaitan dengan proses peningkatan produksi
barang dan jasa dalam kegiatan ekonomi masyarakat. Artinya, pertumbuhan
ekonomi menyangkut perkembangan yang berdimensi tunggal dan diukur dengan
meningkatnya hasil produksi dan pendapatan. Suatu perekonomian dianggap
mengalami pertumbuhan jika seluruh balas jasa rill terhadap penggunaan faktor
produksi pada tahun tertentu lebih besar daripada tahun sebelumnya. Dengan kata
lain, pertumbuhan ekonomi lebih menunjukkan perubahan yang bersifat
kuantitatif yang biasanya diukur dengan menggunakan data Produk Domestik
Regional Bruto (PDRB).
13
Menurut Sukirno (2005:465), adapun kebijakan-kebijakan yang dapat
dilakukan oleh pemerintah untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi adalah
sebagai berikut.
a) Mengurangi tingkat pertambahan penduduk
Tingkat pertambahan penduduk akan mempengaruhi pendapatan per
kapita suatu negara dimana pendapatan per kapita suatu negara ditentukan
oleh Gross Domestic Product (GDP).
b) Mengembangkan teknologi
Teknologi merupakan hal yang sangat penting dalam peningkatan
pertumbuhan ekonomi. Semakin bagus teknologi penunjang suatu negara,
maka semakin bagus juga pertumbuhan ekonomi suatu negara. Hal tesebut
dikarenakan teknologi merupakan faktor penunjang dalam pertumbuhan
ekonomi suatu negara.
c) Meningkatkan tabungan
Peningkatan tabungan dalam hal ini adalah peningkatan tabungan
pemerintah dan tabungan masyarakat. Tabungan pemerintah diperoleh dari
perbedaan diantara pendapatan pajak dengan pengeluaran pemerintah.
Tingkat tabungan masyarakat sangat bergantung pada pendapatan per
kapita. Selain itu, tingkat tabungan masyarakat juga dipengaruhi oleh
faktor-faktor lain seperti suku bunga, kestabilan ekonomi, kecepatan
pertumbuhan ekonomi, tingkat inflasi, dan efisiensi dan keteguhan
lembaga-lembaga keuangan.
14
d) Meningkatkan efisiensi penanaman modal
Dalam mengembangkan stok modal dalam suatu negara, pemerintah dan
swasta memegang peranan yang berbeda. Tanggung jawab pemerintah
dalam menjalankan investasi adalah membangun infrastruktur daerah,
sedangkan peranan swasta ialah mendirikan perusahaan-perusahaan
industri barang dan jasa yang akan memenuhi kebutuhan masyarakat dan
pada waktu yang sama akan menghasilkan keuntungan kepada mereka.
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) adalah seluruh output yang
dihasilkan oleh faktor-faktor produksi dalam suatu wilayah pada satu tahun
tertentu, baik milik warga di wilayah tersebut maupun orang diluar warga wilayah
tersebut. PDRB pada dasarnya merupakan total nilai barang dan jasa akhir yang
dihasilkan oleh seluruh unit usaha suatu daerah dalam periode tertentu (BPS Prov.
Bali, 2012:3).
Ada tiga macam pendekatan dalam perhitungan PDRB, yaitu.
1) Pendekatan hasil produksi atau Product approach
PDRB yang dihitung dengan menjumlahkan seluruh output akhir atau
nilai tambah output pada satu tahun tertentu dari semua sektor
produksi.
2) Pendekatan pendapatan atau Income approach
PDRB yang dihitung dengan menjumlahkan data pendapatan sebagai
imbalan penggunaan faktor-faktor produksi pada satu tahun tertentu
seperti upah, sewa, bunga, dan laba.
15
3) Pendekatan pengeluaran atau Expenditure approach
PDRB yang dihitung dengan menjumlahkan seluruh pengeluaran yang
dilakukan oleh pelaku ekonomi dalam satu tahun, seperti : sektor
rumah tangga, investasi perusahaan, fiskal pemerintah, dan neraca
perdagangan luar negeri.
Pembangunan ekonomi mensyaratkan pendapatan nasional yang lebih
tinggi. Untuk itu, tingkat pertumbuhan yang lebih tinggi merupakan pilihan yang
harus diambil (Todaro, 1985:219). Namun yang menjadi permasalahan bukan
hanya soal bagaimana cara memacu pertumbuhan, tetapi juga siapa yang
melaksanakan dan berhak menikmati hasilnya. Setiap adanya peningkatan dalam
pertumbuhan ekonomi diharapkan dapat menyerap tenaga kerja, sehingga dapat
mengurangi jumlah pengangguran. Berdasarkan pembahasan di atas, maka dapat
disimpulkan bahwa pertumbuhan ekonomi merupakan suatu proses kenaikan
output secara terus menerus pada periode waktu tertentu yang diukur melalui
peningkatan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) dari satu tahun dengan
tahun sebelumnya.
2.1.2 Konsep Tingkat Upah
Pengertian upah menurut Undang-Undang Tenaga Kerja No.13 Tahun
2003, Bab I, pasal 1, Ayat 30 : “Upah adalah hak pekerja atau buruh yang
diterima dan dinyatakan dalam bentuk uang sebagai imbalan dari pengusaha atau
pemberi kerja kepada pekerja yang telah ditetapkan dalam suatu perjanjian kerja,
kesepakatan, serta peraturan perundang-undangan yang termasuk tunjangan bagi
pekerja dan keluarganya atas jasa yang telah dilakukan”.
16
Menurut Sukirno (2002:354), Upah dibedakan menjadi 2, yaitu upah
nominal dan upah riil. Upah nominal adalah jumlah uang yang diterima pekerja
dari pengusaha sebagai pembayaran atas tenaga para pekerja dari para pengusaha
sebagai pembayaran atas tenaga para pekerja yang digunakan dalam proses
produksi, sedangkan upah riil adalah tingkat upah pekerja yang diukur dari sudut
kemampuan upah tersebut membeli barang-barang dan jasa yang diperlukan untuk
memenuhi kebutuhan para pekerja.
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi upah menurut Sukirno
(2002:358) adalah sebagai berikut.
a) Kesehatan
b) Pendidikan
c) Keterampilan dalam kegiatan produksi
d) Pengeluaran pemerintah.
Secara umum upah dapat meningkatkan semangat kerja para pekerja untuk
lebih berprestasi didalam dunia kerja. Menurut Sukirno (2002:369), adapun
faktor-faktor yang menjadi sumber dari perbedaan upah diantara pekerja-pekerja
didalam suatu jenis kerja tertentu diantara berbagai golongan pekerja adalah
sebagai berikut.
a) Perbedaan corak permintaan dan penawaran dalam berbagai jenis
pekerjaan
b) Perbedaan dalam jenis permintaan dan penawaran dalam berbagai
jenis pekerjaan
c) Perbedaan dalam jenis atau corak pekerjaan
17
d) Perbedaan kemampuan, keahlian dan pendidikan
e) Terdapatnya pertimbangan bukan keuangan dalam memiliki pekerjaan
f) Ketidaksempurnaan dalam stabilitas tenaga kerja (pemberian tingkat
upah didalam suatu wilayah tidak selalu sama).
Sistem pengupahan merupakan kerangka bagaimana upah diatur dan
ditetapkan agar dapat meningkatkan kesejahteraan pekerja. Menurut Sumarsono
(2009:151), pengupahan umumnya didasarkan pada 3 fungsi upah, yaitu.
a) Menjamin kehidupan yang layak bagi pekerja dan keluarganya
b) Mencerminkan imbalan atas hasil kerja seseorang
c) Menyediakan insentif untuk mendorong peningkatan produktivitas
pekerja.
Berdasarkan pembahasan tentang upah diatas, maka dapat disimpulkan
bahwa upah merupakan suatu imbalan yang berupa balas jasa didalam suatu
produksi yang merupakan hak yang diterima oleh seorang pekerja atau karyawan
yang telah melakukan kewajiban yang telah ditetapkan berdasarkan atas
perjanjian, kerja, kesepakatan bersama atau berdasarkan peraturan perundang-
undangan atas jasa yang telah dilakukan.
2.1.3 Konsep Investasi
Investasi merupakan penambahan pembentukan modal yang
mengakibatkan terjadinya penambahan kekayaan. Investasi merupakan
permintaan terhadap barang dan jasa sehingga terjadi peningkatan pendapatan di
masa yang akan datang. Menurut Suparmoko (2002:86), investasi merupakan
pengeluaran perusahaan untuk penyelenggaraan kegiatannya yaitu menghasilkan
18
barang dan jasa yang dalam prakteknya pengeluaran perusahaan tersebut
digunakan untuk membeli faktor-faktor produksi seperti tenaga kerja, mesin,
tanah, dan bangunan investasi merupakan pengeluaran-pengeluaran yang
meningkatkan stok barang modal (capital stock).
Menurut Schumpeter dalam Nanga (2001:124), investasi dibedakan
menjadi 2 yaitu investasi terpengaruh (induced investment), yaitu investasi yang
besar kecilnya sangat tergantung atau dipengaruhi oleh perubahan didalam
pendapatan nasional, volume penjualan, keuntungan perusahaan, dan lain-lain,
sedangkan investasi otonom (autonomous investment) yaitu investasi yang besar
kecilnya tidak dipengaruhi oleh tingkat pendapatan, tetapi lebih banyak ditentukan
oleh perubahan-perubahan yang bersifat jangka panjang seperti adanya penemuan
baru, perkembangan teknologi dan sebagainya.
Investasi merupakan pengeluaran untuk penanaman modal untuk membeli
barang-barang modal serta perlengkapan produksi untuk meningkatkan
kemampuan produksi barang dan jasa yang tersedia didalam perekonomian. Atau
dengan kata lain, investasi didefinisikan sebagai suatu pengeluaran-pengeluaran
untuk membeli barang-barang modal dan peralatan produksi dengan tujuan untuk
mengganti dan menambah barang-barang modal dalam perekonomian yang akan
digunakan untuk memproduksi barang dan jasa di masa depan (Sukirno,
2006:121). Stok barang modal yang tersedia adalah jumlah barang modal dalam
suatu perekonomian pada satu saat tertentu. Dalam kaitannnya dengan
perusahaan, dimana perusahaan melakukan investasi untuk mendapatkan
19
profit sebesar-besarnya dan bersumber dari dana masyarakat yang ditabung pada
lembaga-lembaga keuangan (Sukirno, 2001:366).
Menurut Sukirno (2001:366), investasi terdiri dari 3 bentuk, yaitu.
1) Autonomous investment
Merupakan investasi yang besarnya tidak tergantung pada jumlah
pendapatan. Jenis investasi ini biasanya dilakukan oleh pemerintah.
2) Induced investment
Merupakan investasi yang besarnya tergantung dari jumlah pendapatan.
Investasi jenis ini biasanya dilakukan oleh para pengusaha swasta.
3) Investasi yang dipengaruhi oleh adanya tingkat bunga yang memiliki
hubungan negatif
Merupakan investasi yang artinya pada saat suku bunga mengalami
kenaikan, maka akan terjadi pengurangan jumlah investasi.
Menurut Deliarnov (1995:84), faktor-faktor yang dapat mempengaruhi
jumlah investasi antara lain.
(a) Inovasi dan teknologi
(b) Tingkat perekonomian
(c) Tingkat keuntungan perusahaan
(d) Situasi politik.
Menurut Sukirno (2006:122), faktor-faktor yang menentukan tingkat
investasi adalah sebagai berikut.
20
(a) Tingkat keuntungan yang diramalkan pada masa yang akan datang
(b) Suku bunga
(c) Ramalan tentang keadaan ekonomi di masa depan
(d) Kemajuan teknologi
(e) Tingkat pendidikan nasional serta perubahan-perubahannya.
Secara umum, investasi adalah pengeluaran atau pembelanjaan penanaman
modal atau perusahaan untuk membeli barang-barang modal dan perlengkapan-
perlengkapan produksi untuk menambah kemampuan produksi barang dan jasa
yang tersedia dalam perekonomian. Pertambahan jumlah barang modal ini
memungkinkan perekonomian untuk menghasilkan lebih banyak barang dan jasa
di masa yang akan datang. Adakalanya penanaman modal dilakukan untuk
menggantikan barang-barang modal lama yang harus didepresiasikan (Sukirno,
2008:121).
Dari beberapa pendapat di atas tentang investasi, maka dapat disimpulkan
bahwa investasi merupakan suatu pengeluaran sejumlah dana dari investor
atau pengusaha guna membiayai kegiatan produksi untuk medapatkan keuntungan
dimasa yang akan datang. Investasi dianggap perlu untuk mencapai tahap
momentum dalam proses pembangunan.
2.1.4 Pasar Tenaga Kerja
Ketenagakerjaan atau employment berasal dari kata kerja to employ yang
artinya menggunakan dalam suatu proses atau usaha memberikan pekerjaan. Jadi
employment berarti keadaan orang yang sedang mempunyai pekerjaan yang
21
artinya sejumlah orang yang ada atau memiliki pekerjaan atau memiliki
kesempatan kerja yang sudah diduduki. Menurut Simanjuntak (2001:1),
ketenagakerjaan memiliki dua pengertian yaitu.
1) Tenaga kerja berarti usaha kerja atau jasa yang dapat dibuat dalam proses
produksi. Dalam hal ini, tenaga kerja mencerminkan kualitas usaha
seseorang dalam waktu tertentu untuk menghasilkan produksi.
2) Tenaga kerja mencakup orang yang mampu bekerja untuk memberikan
jasa atau usaha kerja tersebut yang berarti bahwa para tenaga kerja mampu
melakukan kegiatan yang mempunyai nilai ekonomis yang berarti
menghasilkan barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.
Berdasarkan UU No. 13 Tahun 2003, ketenagakerjaan adalah segala hal
yang berhubungan dengan tenaga kerja pada waktu sebelum, selama, dan sesudah
masa kerja. Angkatan kerja atau labor force terdiri dari dua golongan, yaitu
golongan yang bekerja dan golongan yang mengurus rumah, dan kelompok bukan
angkatan kerja terdiri dari tiga golongan, yaitu golongan yang bersekolah,
golongan yang mengurus rumah, golongan lain-lain (Simanjuntak,1985:3).
Seseorang yang termasuk bukan angkatan kerja terdiri dari tiga golongan
yaitu golongan yang masih bersekolah (mereka yang kegiatannya hanya atau
terutama bersekolah), golongan yang mengurus rumah tangga (mereka yang
mengurus rumah tangga tanpa memperoleh upah), golongan lain-lain seperti
penerima pendapatan berupa tunjangan pensiun, bunga atas simpanan dan mereka
yang hidupnya tergantung pada orang lain seperti lansia, cacat, dalam penjara, dan
sakit kronis (Simanjuntak, 1985:4).
22
Menurut Sukirno (2000:69), permintaan ke atas tenaga kerja merupakan
permintaan tidak langsung, yaitu tenaga kerja yang dipekerjakan oleh perusahaan
dengan tujuan untuk digunakan dalam menghasilkan barang-barang yang mereka
jual. Perusahaan akan terus menambah jumlah pekerja selama pekerjaan tambahan
tersebut akan menghasilkan penjualan tambahan yang melebihi upah yang
dibayarkan kepadanya. Perusahaan akan berhenti menambah pekerjaannya apabila
tambahan pekerjaan yang terakhir hanya dapat menghasilkan tambahan produksi
yang sama nilainya. Permintaan tenaga kerja menggambarkan hubungan antara
tingkat upah dan jumlah pekerja yang dikehendaki oleh pengusaha untuk
dipekerjakan. Menurut Sukirno (2005:6), apabila dilihat dari segi keahlian dan
pendidikannya, tenaga kerja dibedakan atas tiga golongan, yaitu.
a) Tenaga kerja kasar yaitu tenaga kerja yang tidak berpendidikan dan
tidak memiliki keahlian dalam suatu pekerjaan
b) Tenaga kerja terampil yaitu tenaga kerja yang memiliki keahlian dari
pelatihan atau pengalaman kerja
c) Tenaga kerja terdidik adalah tenaga kerja yang memiliki pendidikan
cukup tinggi dan ahli dalam bidang ilmu tertentu.
Penawaran dalam hal tenaga kerja adalah suatu hubungan antara tingkat
upah dengan jumlah tenaga kerja yang para pemilik tenaga kerja siap untuk
menyediakannya. Jika seseorang menawarkan tenaga kerja, maka sesungguhnya
yang ditawarkan adalah waktu. Waktu yang sudah disepakati akan diisi aktivitas
yang biasanya dirinci dalam suatu kesepakatan kerja. Satuan hitung bagi tenaga
kerja sebenarnya adalah waktu (Afrida, 2003:64).
23
Penawaran tenaga kerja dapat menimbulan kendala berupa pendapatan
yang akan diperoleh pada saat waktu luang (leissure time). Tenaga kerja
diasumsikan berusaha untuk memaksimalkan kepuasan yang diperoleh, yang
berhubungan dengan pendapatan yang sudah diperoleh. Berikut dibawah ini
menerangkan tentang keseimbangan yang terjadi di pasar tenaga kerja.
Gambar 1.1 Kurva Keseimbangan Pasar Tenaga Kerja (Penentuan Tingkat Penyerapan Tenaga Kerja dan Tingkat Upah pada Pasar Bebas)
Tingkat Upah DL
SL W2 - - - - - - - - - - - - - - - - -
WO
W1 - - - - - - - - - - - - - - - - - - 0 Penyerapan Tenaga Kerja LO
Sumber : Todaro (2000:326) Pada Gambar 1.1 memperlihatkan keseimbangan di pasar tenaga kerja
yang tercapai pada saat jumlah tenaga kerja yang ditawarkan oleh suatu pasar
tenaga kerja (SL) sama besarnya dengan yang diminta (DL) oleh perusahaan,
yaitu pada tingkat upah equilibrium (WO), sedangkan pada titik LO inilah tercipta
kesempatan kerja atau penyerapan tenaga kerja secara penuh (full employment).
Artinya, pada tingkat upah equilibrium tersebut semua orang menginginkan
pekerjaan atau memperoleh pekerjaan, atau dengan kata lain sama sekali tidak
terdapat pengangguran, kecuali pengangguran sukarela.
24
2.1.5 Konsep Pengangguran
Pengangguran (unemployment) didefinisikan sebagai suatu keadaan
dimana seseorang yang tergolong dalam kategori angkatan kerja tidak memiliki
pekerjaan dan secara aktif sedang mencari pekerjaan (Nanga, 2001:253).
Pengangguran adalah seseorang yang tergolong dalam angkatan kerja dan secara
aktif sedang mencari kerja pada suatu tingkat upah tertentu tetapi tidak
memperoleh upah yang diinginkan (Sukirno, 2004:328). Terdapat dua cara untuk
menggolongkan jenis-jenis pengangguran yaitu berdasarkan sumber atau
penyebab yang mewujudkan pengangguran dan ciri pengangguran (Sukirno,
2004:329).
Pengangguran terbuka merupakan masalah serius yang menyangkut
golongan angkatan kerja berusia muda (20-24 tahun) dan berpendidikan sekolah
dasar sampai pendidikan menengah. Oleh karena itu, usaha penanggulangan
pengangguran akan kurang berhasil jika hanya mengandalkan pertumbuhan
industri modern. Negara berkembang mengalami perkembangan jumlah penduduk
dan angkatan kerja lebih pesat dibandingkan dengan perluasan lapangan kerja
yang bersifat produktif penuh, sehingga pengangguran (secara terbuka maupun
terselubung) lebih meluas dibandingkan kesempatan kerja terhadap angkatan kerja
untuk mendapatkan pekerjaan dimana yang menjadi tolak ukur dalam angkatan
kerja ialah pekerja yang bekerja 35 hari dalam seminggu. Berdasarkan hal
tersebut, masalah kesempatan kerja dan pengangguran di negara berkembang
ditandai oleh luasnya pengangguran secara terselubung (pendayagunaan angkatan
kerja yang tidak efektif) (Kusumo, 1995:206).
25
Menurut Sukirno (2004:330), penggolongan jenis pengangguran
berdasarkan cirinya adalah sebagai berikut.
1) Pengangguran terbuka, yaitu pengangguran yang tercipta sebagai akibat
pertambahan lowongan pekerjaan yang lebih rendah daripada pertambahan
tenaga kerja.
2) Pengangguran tersembunyi, yaitu pengangguran yang tercipta sebagai
akibat jumlah pekerja dalam suatu kegiatan ekonomi lebih banyak dari
yang sebenarnya diperlukan.
3) Pengangguran musiman, yaitu pengangguran yang tercipta akibat musim
yang ada, biasanya pengangguran ini terdapat disektor pertanian dan
perikanan.
4) Setengah menganggur, yaitu pengangguran yang tercipta akibat tenaga
kerja bekerja tidak sepenuh dan jam kerja mereka jauh lebih rendah dari
jam kerja normal.
Selanjutnya menurut Sukirno (2005:475), penggolongan jenis
pengangguran berdasarkan sumber atau penyebab yang menyebabkan
pengangguran terdiri dari.
1) Pengangguran normal atau friksional adalah jenis pengangguran yang
disebabkan penganggur ingin mencari pekerjaan yang lebih baik.
2) Pengangguran siklikal adalah jenis pengangguran yang disebabkan
merosotnya kegiatan ekonomi atau karena terlampau kecilnya permintaan
agregat didalam perekonomian dibandingkan dengan penawaran
agregatnya.
26
3) Pengangguran struktural adalah jenis pengangguran yang disebabkan
adanya perubahan struktur kegiatan ekonomi.
4) Pengangguran teknologi adalah pengangguran yang disebabkan adanya
penggantian tenaga manusia oleh mesin-mesin dan bahan kimia.
2.1.5.1 Penyebab Pengangguran
Menurut Sukirno (2005:477), penyebab pengangguran diantaranya adalah
sebagai berikut.
1) Keterbatasan jumlah lapangan kerja, sehingga tidak mampu menampung
seluruh pencari kerja.
2) Keterbatasan kemampuan yang dimiliki pencari kerja, sehingga pencari
kerja tidak mampu mengisi lowongan kerja karena tidak memenuhi
persyaratan kemampuan dan keterampilan.
3) Keterbatasan informasi, yaitu tidak memiliki informasi dunia usaha mana
yang memerlukan tenaga kerja serta persyaratan apa yang diperlukan.
4) Tidak meratanya lapangan kerja, yaitu di daerah perkotaan banyak tersedia
lapangan kerja sedangkan di pedesaan sangat terbatas.
5) Kebijakan pemerintah yang tidak tepat, yaitu pemerintah tidak mampu
mendorong perluasan dan pertumbuhan sektor modern.
6) Rendahnya upaya pemerintah untuk melakukan pelatihan kerja guna
meningkatkan skill pencari kerja.
2.1.5.2 Dampak Pengangguran Terhadap Ekonomi Masyarakat
Tingginya tingkat pengangguran dalam sebuah perekonomian akan
mengakibatkan lesunya kegiatan ekonomi dan merosotnya tingkat kesejahteraan
27
masyarakat sebagai akibat penurunan pendapatan masyarakat. Dampak
pengangguran terhadap ekonomi masyarakat meliputi hal-hal sebagai berikut.
1) Pendapatan Per Kapita
Tingginya angka pengangguran mempengaruhi pendapatan per kapita.
Seseorang yang tidak bekerja akan membebani orang yang sudah bekerja.
Dampaknya adalah terjadinya penurunan pendapatan per kapita, apabila
tingkat pengangguran tinggi maka pendapatan per kapita akan menurun
begitupun sebaliknya bila tingkat pengangguran rendah pendapatan per
kapita akan meningkat, dengan catatan pendapatan mereka yang masih
bekerja tetap.
2) Munculnya Biaya Sosial
Akibat dari jumlah yang tinggi akan menimbulkan pengeluaran berupa
biaya-biaya sosial seperti biaya pengadaan penyuluhan, biaya pelatihan,
dan biaya keamanan sebagai akibat dari kecenderungan meningkatnya
tindakan kriminalitas.
3) Pendapatan Negara
Seseorang yang bekerja mendapatkan balas jasa berupa upah atau gaji,
dimana upah atau gaji tersebut sebelum sampai di tangan penerima
dipotong pajak penghasilan terlebih dahulu. Pajak merupakan salah satu
sumber pendapatan negara sehingga apabila tidak banyak orang yang
bekerja maka pendapatan negara dari pemasukan pajak penghasilan
cenderung berkurang.
28
4) Beban Psikologis
Apabila seseorang tidak bekerja semakin lama, maka akan semakin besar
beban psikologis yang ditanggungnya. Orang yang memiliki pekerjaan
berarti ia memiliki status sosial di tengah-tengah masyarakat. Seseorang
yang tidak memiliki pekerjaan dalam jangka waktu lama akan merasa
rendah diri karena statusnya yang tidak bekerja.
2.1.5.3 Peran Pemerintah dalam Mengatasi Pengangguran
Setiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak
bagi kemanusiaan sesuai dengan UUD 45 pasal 27 ayat 2. Berikut terdapat
beberapa kebijakan pemerintah didalam mengatasi pengangguran, yaitu.
1) Pemerintah memberikan bantuan berupa bimbingan teknis dan manajemen
memberikan bantuan modal lunak jangka panjang, perluasan pasar serta
pemberian fasilitas khusus kepada para calon pengusaha atau masyarakat
agar dapat tumbuh secara mandiri dan andal bersaing di bidangnya.
2) Pemerintah berupaya melakukan pembenahan, pembangunan dan
pengembangan kawasan - kawasan, khususnya daerah yang tertinggal dan
terpencil sebagai prioritas dengan membangun fasilitas transportasi dan
komunikasi. Hal tersebut akan membuka lapangan kerja bagi para pencari
kerja di berbagai jenis maupun tingkatannya.
3) Pemerintah berupaya mengembangkan sektor pariwisata dan kebudayaan
Indonesia (khususnya daerah-daerah yang memiliki keunggulan sumber
daya namun potensinya belum tergali) dengan melakukan promosi-
promosi keberbagai negara untuk menarik para wisatawan asing,
29
mengundang para investor untuk ikut berpartisipasi dalam pembangunan
dan pengembangan pariwisata dan kebudayaan yang nantinya akan banyak
menyerap tenaga kerja daerah setempat.
4) Pemerintah berupaya memperlambat laju pertumbuhan penduduk seperti
dengan penerapan program pemerintah seperti program KB,
meminimalisasi jumlah pernikahan dini yang diharapkan dapat menekan
laju pertumbuhan sisi angkatan kerja baru atau melancarkan sistem
transmigrasi dengan mengalokasikan penduduk padat ke daerah yang
jarang penduduk dengan difasilitasi sektor pertanian, perkebunan atau
peternakan oleh pemerintah.
5) Pemerintah berupaya untuk segera menyempurnakan kurikulum dan
sistem pendidikan nasional (Sisdiknas). Sistem pendidikan dan kurikulum
sangat menentukan kualitas pendidikan yang berorientasi kompetensi
karena sebagian besar para pencari kerja adalah para lulusan perguruan
tinggi yang belum siap menghadapi dunia kerja.
2.1.6 Hubungan antara Pertumbuhan Ekonomi dengan Investasi
Teori akselerator menyatakan bahwa pertumbuhan ekonomi suatu negara
(output) yang cepat dapat merangsang terciptanya investasi di suatu negara yang
prosesnya akan berlanjut sampai kapasitas ekonomi telah tercapai yaitu dititik
dimana laju pertumbuhan ekonomi melambat (Nanga, 2001:126). Menurut prinsip
akselerator pertumbuhan output yang cepat merangsang investasi. Pertumbuhan
ekonomi yang lebih pelan mengurangi pengeluaran investasi dan akumulasi
inventaris, yang cenderung mengakibatkan resesi (Samuelson dan Nordhaus,
30
2001). Pertumbuhan ekonomi akan mendorong pertambahan pendapatan
masyarakat. Bila terjadi pertambahan pendapatan dalam masyarakat secara
langsung akan menyebabkan naiknya konsumsi. Dengan bertambahnya
pengeluaran konsumsi masyarakat ini tentu perusahaan akan menaikkan
produksinya. Untuk perluasan inilah diperlukan pertambahan barang modal dan
investasi baru. Untuk lebih jelasnya pertambahan investasi ini terjadi akibat
adanya pertambahan permintaan efektif masyarakat. Pertambahan investasi
disebabkan adanya pertambahan konsumsi yang sangat bergantung pada koefisien
akselerasi (percepatan) yaitu perbandingan antara pertambahan konsumsi dengan
pertambahan investasi.
Pertumbuhan ekonomi sangat mempengaruhi besarnya investasi yang
terjadi pada suatu negara karena perkembangan pertumbuhan ekonomi merupakan
salah satu faktor yang menjadi tolak ukur para investor menanamkan modalnya
dalam bentuk investasi. Antara pertumbuhan ekonomi dan investasi sangat
berkaitan satu sama lain karena dengan meningkatnya pertumbuhan ekonomi di
suatu negara maka akan mendorong keinginan para investor untuk segera
berinvestasi di negara tersebut. Dalam konteks makro diketahui bahwa tingkat
pertumbuhan ekonomi dan investasi (baik investasi dalam negeri maupun
investasi asing) memiliki hubungan kausalitas yang positif. Hubungan timbal
balik tersebut terjadi karena semakin tinggi pertumbuhan ekonomi suatu negara,
maka semakin besar bagian dari pendapatan yang bisa ditabung, sehingga
investasi yang tercipta akan semakin besar pula. Jadi, antara pertumbuhan
ekonomi dengan jumlah investasi memiliki hubungan yang positif. Apabila
31
pertumbuhan ekonomi naik, maka jumlah investasi meningkat, begitupula
sebaliknya.
2.1.7 Hubungan antara Tingkat Upah dengan Investasi
Pengertian upah secara umum adalah pembayaran yang diperoleh tenaga
kerja sebagai bentuk balas jasa yang diberikan pengusaha. Upah buruh yang
relatif rendah merupakan salah satu faktor pendorong investasi karena upah buruh
yang rendah akan menurunkan biaya produksi. Upah yang tinggi akan
meningkatkan biaya tenaga kerja sehingga menurunkan laba dan jika laba turun,
maka investasi menjadi berkurang (Kusumo, 1995:34).
Hubungan antara tingkat upah dengan jumlah investasi juga dapat dilihat
berdasarkan teori kekakuan upah, dimana tingkat upah tidak bisa melakukan
penyesuaian antara penawaran tenaga kerja dengan permintaan tenaga kerja. Jadi,
antara tingkat upah dengan investasi memiliki hubungan yang negatif. Apabila
tingkat upah atau upah minimum meningkat, maka biaya produksi yang
dikeluarkan oleh suatu perusahaan juga meningkat, yang menyebabkan
berkurangnya minat konsumen untuk berkonsumsi sehingga perusahaan
mengurangi jumlah produksi sehingga terjadi penurunan stok barang modal atau
barang modal yang tersedia.
2.1.8 Hubungan antara Pertumbuhan Ekonomi dengan Pengangguran
Pembangunan ekonomi mensyaratkan pendapatan nasional yang lebih
tinggi, oleh karena itu tingkat pertumbuhan yang lebih tinggi merupakan pilihan
yang harus diambil. Namun, yang menjadi permasalahan bukan hanya soal
bagaimana cara memacu pertumbuhan ekonomi, tetapi juga siapa yang
32
melaksanakan dan berhak menikmati hasilnya. Setiap adanya peningkatan dalam
pertumbuhan, diharapkan dapat menyerap tenaga kerja sehingga dapat
mengurangi pengangguran (Todaro,1985:219). Pertumbuhan ekonomi yang
menunjukkan semakin banyak output nasional mengindikasikan bahwa semakin
banyak orang yang bekerja sehingga seharusnya dapat mengurangi pengangguran
dan kemiskinan.
Semakin tinggi Pendapatan Nasional suatu negara maka semakin tinggi
produktivitas suatu negara yang menyebabkan meningkat pula aktivitas
perekonomian suatu negara yang diikuti pula dengan peningkatan penyerapan
tenaga kerja karena meningkatnya jumlah produksi sehingga menyebabkan
pengurangan jumlah pengangguran. Pengangguran berpengaruh pada
pertumbuhan ekonomi, karena pengangguran memberikan dampak negatif
langsung bagi perekonomian. Pengangguran dapat menyebabkan terhambatnya
pertumbuhan nasional yang akibat jangka panjang adalah menurunnya Gross
National Product (GNP) dan pendapatan per kapita suatu negara.
Jadi, antara pertumbuhan ekonomi dan pengangguran memiliki hubungan
yang negatif, dimana semakin tinggi tingkat pengangguran suatu daerah, maka
semakin rendah tingkat pertumbuhan ekonomi di daerah tersebut. Begitu pula
sebaliknya, semakin rendah tingkat pengangguran maka semakin tinggi tingkat
pertumbuhan ekonomi suatu daerah. Hal tersebut disebabkan karena penduduk
yang bekerja berkontribusi dalam menghasilkan barang dan jasa sehingga mampu
meningkatkan PDRB suatu daerah, sedangkan pengangguran tidak memberikan
kontribusi.
33
2.1.9 Hubungan antara Tingkat Upah dengan Pengangguran
Tingkat upah memegang peranan yang sangat besar dalam kondisi
ketenagakerjaan karena tingkat upah yang berlaku akan mempengaruhi jumlah
permintaan dan penawaran tenaga kerja sehingga akan berpengaruh terhadap
jumlah pengangguran. Upah merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi
tingkat pengangguran, karena naiknya upah minimum akan mengurangi
permintaan tenaga kerja yang akan menimbulkan permasalahan ketenagakerjaan
yaitu pengangguran (Mankiw, 2000:140).
Menurut Sukanto dan Karseno (2008:68), terdapat 3 hal yang dapat
mengubah bentuk fungsi permintaan tenaga kerja, yaitu perubahan harga relatif
tenaga kerja, perubahan teknologi dan perubahan permintaan akan hasil produksi.
Apabila harga tenaga kerja tetap, sedangkan harga faktor produksi naik, maka
upah minimum regional tenaga kerja menjadi lebih rendah, sehingga perusahaan
memanfaatkan lebih banyak tenaga kerja sampai fungsi produk fisik tenaga kerja
batas sama dengan produk batas faktor produksi yang lain. Perubahan teknologi
biasanya akan memperkecil permintaan akan tenaga kerja, sehingga didalam hal
ini, antara tingkat upah dengan tingkat pengangguran terdapat hubungan positif
dimana kenaikan tingkat upah akan menyebabkan kenaikan biaya produksi
sehingga menyebabkan kenaikan harga produk. Kenaikan harga produk mendapat
respon negatif dari konsumen sehingga konsumen mengurangi pembelian.
Kondisi tersebut menyebabkan produsen mengurangi produksi dan akan
berpengaruh terhadap pengurangan jumlah tenaga kerja yang diserap dan pada
akhirnya pengangguran akan meningkat.
34
Pada dasarnya, tuntutan kenaikan UMK pada tiap daerah setiap tahunnya
yang dilihat dari PDRB nya yang dimaksudkan untuk meningkatkan taraf
kesejahteraan kaum buruh, tetapi hal tersebut berdampak pada berpengaruh
negatif terhadap penyerapan tenaga kerja. Hal tersebut disebabkan karena apabila
upah minimum meningkat, maka biaya produksi yang dikeluarkan oleh
perusahaan akan semakin meningkat, sehingga perusahaan merespon hal tersebut
dengan melakukan inefisiensi pada perusahaan. Kebijakan yang diambil adalah
pengurangan tenaga kerja guna mengurangi biaya biaya produksi sehingga ini
berarti terjadi PHK dan pengangguran menjadi bertambah (Kurniawan, 2014:6).
Menurut Alghofari (2009:15), tenaga kerja menetapkan tingkat upah
minimumnya pada tingkat upah tertentu. Apabila seluruh upah yang ditawarkan
besarnya di bawah tingkat upah minimum, seorang pekerja akan menolak
mendapatkan upah tersebut dan hal ini akan menyebabkan pengangguran.
Jadi, antara tingkat upah dengan tingkat pengangguran terdapat hubungan
positif. Hal tersebut dikarenakan ditinjau dari sisi pengusaha, meningkatnya upah
akan meningkatkan biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan sehingga perusahaan
akan melakukan efisiensi pengeluaran sehingga pengusaha akan mengambil
kebijakan pengurangan tenaga kerja guna mengurangi biaya produksi. Hal
tersebut akan berakibat terhadap peningkatan pengangguran.
2.1.10 Hubungan antara Jumlah Investasi dengan Pengangguran
Investasi adalah pengeluaran atau pembelanjaan penanaman modal yang
dilakukan oleh suatu perusahaan yang digunakan untuk membeli barang-barang
modal dan perlengkapan produksi dengan tujuan menambah kemampuan produksi
35
barang dan jasa yang tersedia. Investasi sangat berpengaruh terhadap kesempatan
kerja yang tersedia karena jumlah kesempatan kerja yang tersedia sangat
berrgantung terhadap besar kecilnya jumlah investasi yang ada didalam suatu
daerah tersebut (Sukirno, 2008:121).
Hubungan antara investasi dengan pengangguran dapat dilihat pada teori
pertumbuhan ekonomi Harrord-Domar, yang berpendapat bahwa dengan adanya
investasi tentu akan memperbesar kapasitas produksi perekonomian dengan
meningkatkan stok modal, artinya investasi akan mempengaruhi dari sisi
penawaran. Artinya, dengan memperbesar kapasitas produksi maka akan
dibutuhkan jumlah tenaga kerja yang semakin besar pula. Adanya investasi akan
meningkatkan kegiatan produksi sehingga akan membuka kesempatan kerja baru
serta dapat menyerap tenaga kerja yang tersedia sehingga menyebabkan
berkurangnya jumlah pengangguran (Sukirno, 2008:122).
Jadi, antara investasi dan pengangguran terdapat hubungan negatif.
Apabila jumlah investasi naik, maka kesempatan kerja yang tersedia akan
bertambah, sehingga tingkat pengangguran akan turun. Begitupun sebaliknya jika
investasi turun, maka kesempatan kerja yang tersedia akan berkurang, sehingga
tingkat pengangguran akan meningkat (Deliarnov, 1995:84).
2.2 Rumusan Hipotesis
Berdasarkan rumusan masalah dan kajian pustaka, maka dapat dirumuskan
hipotesis sebagai berikut.
36
1) Pertumbuhan ekonomi berpengaruh positif dan signifikan, sedangkan
tingkat upah berpengaruh negatif dan signifikan terhadap jumlah investasi
pada kabupaten/kota di Provinsi Bali.
2) Pertumbuhan ekonomi dan jumlah investasi berpengaruh negatif dan
signifikan secara langsung, sedangkan tingkat upah berpengaruh positif
dan signifikan secara langsung terhadap tingkat pengangguran pada
kabupaten/kota di Provinsi Bali.
3) Pertumbuhan ekonomi dan tingkat upah berpengaruh secara tidak langsung
dan signifikan terhadap tingkat pengangguran melalui mediasi jumlah
investasi pada kabupaten/kota di Provinsi Bali.