26
11 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengertian dan Batasan Lanjut Usia Sebagai landasan dan rujukan dalam penelitian, akan dikemukakan beberapa konsep, teori hasil penelitian terdahulu, serta kerangka teori yang terkait dengan penelitian ini. Lanjut usia atau lansia merupakan kelompok manusia yang memasuki tahap akhir kehidupannya. Pada kelompok lanjut usia ini terjadi proses penuaan yaitu suatu proses yang ditandai dengan gagalnya mempertahankan keseimbangan terhadap kondisi stres fisiologis. Kegagalan yang sering didapat berupa menurunnya kemampuan hidup serta meningkatnya kepekaan individu (Turana dkk, 2013). Lanjut usaia merupakan proses akhir kehidupan dan ditandai dengan adanya gangguan adaptasi terhadap tekanan lingkungan sekitarnya dan bukan suatu penyakit. Proses menua dimulai dari sejak lahir dan terjadi terus menerus secara alamiah dan dialami oleh semua makhluk hidup (Wahyudi, 2000). Batasan untuk menentukan lanjut usia berbeda beda, seorang dikatakan tergolong lanjut usia atau lansia apabila usianya mencapai 65 tahun keatas (Setianto, 2004).

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengertian dan Batasan Lanjut Usia II.pdf11 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengertian dan Batasan Lanjut Usia Sebagai landasan dan rujukan dalam penelitian, akan

  • Upload
    vomien

  • View
    237

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengertian dan Batasan Lanjut Usia II.pdf11 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengertian dan Batasan Lanjut Usia Sebagai landasan dan rujukan dalam penelitian, akan

11

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Pengertian dan Batasan Lanjut Usia

Sebagai landasan dan rujukan dalam penelitian, akan dikemukakan

beberapa konsep, teori hasil penelitian terdahulu, serta kerangka teori yang terkait

dengan penelitian ini. Lanjut usia atau lansia merupakan kelompok manusia

yang memasuki tahap akhir kehidupannya. Pada kelompok lanjut usia ini terjadi

proses penuaan yaitu suatu proses yang ditandai dengan gagalnya

mempertahankan keseimbangan terhadap kondisi stres fisiologis. Kegagalan yang

sering didapat berupa menurunnya kemampuan hidup serta meningkatnya

kepekaan individu (Turana dkk, 2013). Lanjut usaia merupakan proses akhir

kehidupan dan ditandai dengan adanya gangguan adaptasi terhadap tekanan

lingkungan sekitarnya dan bukan suatu penyakit. Proses menua dimulai dari

sejak lahir dan terjadi terus menerus secara alamiah dan dialami oleh semua

makhluk hidup (Wahyudi, 2000).

Batasan untuk menentukan lanjut usia berbeda beda, seorang dikatakan

tergolong lanjut usia atau lansia apabila usianya mencapai 65 tahun keatas

(Setianto, 2004).

Page 2: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengertian dan Batasan Lanjut Usia II.pdf11 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengertian dan Batasan Lanjut Usia Sebagai landasan dan rujukan dalam penelitian, akan

12

WHO menggolongkan batasan usia lansia menjadi empat sesuai tabel

dibawah ini:

Tabel 2.1

Penggolongan Batasan Usia Lansia menurut WHO

No. Golongan lansia Usia/umur

1.

2.

3.

4.

Usia Pertengahan ( Middle age)

Lanjut Usia (Eldery)

Lanjut Usia tua (Old)

Sangat Tua (Very old)

45 – 59 tahun

60 – 74 tahun

75 – 90 tahun

90 tahun

Sumber : Setianto, 2004

Semua orang yang berusia 56 tahun ke atas , tidak mampu memenuhi

keperluan pokok bagi kehidupannya sehari-hari dan tidak mempunyai

penghasilan, mereka ini yang disebut dengan usia lanjut (Aryo, 2002). Kelompok

manusia yang berumur 55-65 tahun adalah kelompok umur yang memasuki masa

prapensiun dan pasti akan memasuki fase-fase penurunan seperti menurunnya

stamina tubuh/kesehatan dan menurunnya ketahanan menghadapi tekanan

psikologis (Saparinah, 1983) .

Dalam Undang-Undang No 4 tahun 1965 tentang Pemberian Bantuan

Penghidupan orang jompo, dijelaskan batasan lanjut usia yang mempunyai hak

menerima bantuan adalah mereka yang berumur 56 tahun ke atas. Namun

demikian masih ditemui perbedaan dalam menentukan berapa usia seseorang

yang dapat dimasukan ke dalam penduduk lansia .

Dalam penelitian ini untuk menyatakan orang lanjut usia digunakan

batasan umur 60–80 tahun yaitu golongan lanjut usia (eldery) dan lanjut usia tua

(old) oleh karena pada saat umur tersebut seseorang telah memasuki masa

Page 3: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengertian dan Batasan Lanjut Usia II.pdf11 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengertian dan Batasan Lanjut Usia Sebagai landasan dan rujukan dalam penelitian, akan

13

pensiun, masih beraktifitas, kemunduran fungsi kognitif masih ringan dan

memungkinkan untuk melakukan kegiatan senam.

2.2. Teori Proses Penuaan dan Perubahan pada Lansia

Setiap individu akan mengalami proses penuaan yaitu peristiwa yang

normal dan alamiah. Proses ini sudah mulai berlangsung sejak seseorang

mencapai dewasa. Semua organ pada proses menua akan mengalami perubahan

struktur dan fisiologis, begitu juga dengan organ otak. Seperti diketahui proses

penuaan sehat dipengaruhi oleh faktor endogen dan eksogen yang berarti

dipengaruhi faktor internal dan eksternal proses degeneratif (Darmojo, 2002).

Akibat pengaruh faktor faktor internal antara lain penurunan anatomi, penurunan

fisiologi dan terutama psikososial mengalami perubahan sangat besar, sehingga

mengakibatkan mudahnya timbul penyakit. Sedangkan faktor eksternal yang

mempercepat proses menua adalah budaya gaya hidup , lingkungan dan pekerjaan

(Martono, 2009).

Menurut Kane and Ouslander (2011) permasalahan lansia sering disebut

dengan istilah 14 Impairment (14 I). Keempat belas Impairment tersebut adalah :

Immobility (mengalami hendaya lebih dari tiga hari), Incontinence

(beser/ngompol), Instability (tidak stabil, berdiri dan berjalan mudah jatuh),

Infection (infeksi), Intellectual impairment (gangguan intelektual atau demensia),

Impaction ( sulit buang air besar), Impairment of vision and hearing,

communication ,taste, convalescence, smell, skin integrity (gangguan pancindera,

komunikasi, daya pulih dan kulit), Inanition (kurang gizi), Isolation (depresi) ,

Page 4: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengertian dan Batasan Lanjut Usia II.pdf11 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengertian dan Batasan Lanjut Usia Sebagai landasan dan rujukan dalam penelitian, akan

14

Impecunity (tidak punya uang), Immune deficiency ( daya tahan tubuh yang

menurun), Iatrogenesis (munculnya penyakit dikarenakan mengkonsumsi obat-

obatan) , Impotence (impotensi) dan Insomnia atau gangguan tidur.

Ada beberapa teori yang menjelaskan proses menua, yaitu : teori biologis,

teori psikologis, teori sosial, dan teori spiritual (Maryam dkk. 2008).

2.2.1 Teori Biologis

Teori biologis meliputi immunology slow theory, teori genetik dan mutasi,

teori stress, teori rantai silang, dan teori radikal bebas. Immunology slow theory,

menjelaskan bahwa system imun akan meningkat dengan bertambahnya umur dan

meningkatnya paparan virus ke dalam tubuh menyebabkan organ–organ tubuh

akan rusak dan menjadi tua.

Menurut teori genetik dan mutasi, menjadi tua terjadi karena adanya sel-

sel yang mengalami mutasi karena adanya perubahan biokimia yang terjadi pada

molekul-molekul DNA. Pada teori rantai silang dijelaskan adanya reaksi kimia

pada sel-sel yang sudah tua mengakibatkan jaringan kolagen memiliki ikatan

yang kuat. Ikatan ini menyebabkan elastisitas dan fungsi jaringan kolagen

berkurang .

Teori radikal bebas, menyatakan bahwa radiakal bebas yang terbentuk di

alam bebas merupakan kelompok atom yang tidak stabil dan menyebabkan

oksidasi bahan bahan organik seperti protein dan karbohidrat. Radikal bebas ini

menyebabkan sel-sel mengalami kematian karena tidak mampu ber- regenerasi.

Page 5: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengertian dan Batasan Lanjut Usia II.pdf11 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengertian dan Batasan Lanjut Usia Sebagai landasan dan rujukan dalam penelitian, akan

15

2.2.2 Teori Psikologis

Melalui teori ini dijelaskan bahwa lansia sulit untuk dipahami dan sulit

berinteraksi dengan lingkungan. Hal ini disebabkan adanya penurunan

intelektualitas meliputi penurunan persepsi, kemampuan kognitif, memori, dan

kemampuan belajar. Perubahan psikologis pada lansia juga dipengaruhi oleh

status mentalnya. Pada lansia akan dijumpai gangguan dalam menerima stimulus,

yang disebabkan adanya penurunan fungsi sistem sensorik sehingga diikuti juga

penurunan kemampuan menerima, memproses dan merespon stimulus.

2.2.3 Teori Sosial

Beberapa teori sosial yang berhubungan dengan proses penuaan adalah :

2.2.3.1 Teori Interaksi Sosial.

Teori ini menerangkan mengapa seorang lanjut usia bertindak berdasar

pada sesuatu yang dihargai masyarakat. Kekuasaan dan prestasi pada orang lanjut

usia berkurang sehingga mengakibatkan berkurangnya juga interaksi sosial.

Lansia masih mempertahankan harga diri dan ketaatan mengikuti perintah.

2.2.3.2 Teori Penarikan Diri

Teori ini menerangkan bahwa menurunnya status ekonomi yang dialami

para lansia dan merosotnya status kesehatan menjadi penyebab penarikan diri

dari pergaulan sehingga mempercepat proses penuaan.

Page 6: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengertian dan Batasan Lanjut Usia II.pdf11 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengertian dan Batasan Lanjut Usia Sebagai landasan dan rujukan dalam penelitian, akan

16

2.2.3.3 Teori Aktivitas

Teori ini menjelaskan bahwa proses menua yang berhasil tergantung dari

apakah lansia tersebut menyenangi dan menghargai aktifitas yang dilakukannya

tersebut .

2.2.3.4 Teori Kesinambungan

Dalam teori ini dijelaskan bahwa dalam siklus kehidupan lansia terdapat

kesinambungan. Kehidupan menjadi lansia mendatang, sangat ditentukan oleh

pengalaman hidup saat ini. Hal ini terbukti bahwa perilaku, gaya hidup, dan

harapan seseorang saat ini tidak berubah walaupun kelak menjadi tua.

2.2.3.5 Teori Perkembangan

Teori ini menerangkan bahwa menjadi tua merupakan suatu proses yang

penuh tantangan dan bagaimana sikap lansia menghadapi tantangan tersebut

dapat mempengaruhi apakah menghasilkan sesuatu yang positif atau negatif.

Akan tetapi, ini tidak serta merta menunjukkan cara menjadi tua yang diharapkan

oleh lansia tersebut.

2.2.3.6 Teori Stratifikasi Usia

Teori ini digunakan untuk mempelajari sifat sifat lansia secara

berkelompok dan bersifat makro. Setiap kelompok dilihat dari sisi demografi dan

hubungannya dengan kelompok usia lainnya. Kelemahan teori ini tidak bisa

digunakan untuk mempelajari lansia secara pribadi atau individu, mengingat

adanya stratifikasi yang sangat kompleks serta berhubungan dengan klasifikasi

kelas ataupun etnik.

Page 7: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengertian dan Batasan Lanjut Usia II.pdf11 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengertian dan Batasan Lanjut Usia Sebagai landasan dan rujukan dalam penelitian, akan

17

2.2.4. Teori Spiritual

Komponen spiritual dan tumbuh kembang menunjukkan adanya

hubungan individu dengan alam semesta dan persepsi individu tersebut tentang

kehidupan. Berdasarkan teori-teori yang telah dijelaskan dapat disimpulkan

bahwa perubahan-perubahan yang terjadi pada lansia meliputi perubahan

berbagai aspek yaitu aspek fisik, mental dan sosial. Perubahan fisik yang terjadi

adalah rambut memutih, kulit keriput, tipis, kering dan longgar, berkurangnya

penglihatan oleh karena kelainan refraksi atau katarak, daya penciuman menurun,

daya pengecap kurang peka terhadap rasa manis dan asin, pendengaran berkurang,

persendian kaku dan sakit, inkontinensia, keseimbangan tubuh menurun, bahkan

kemampuan daya ingat mulai menurun(demensia) .

2.3 Kognitif pada Lansia

2.3.1 Definisi Kognitif

Kognitif adalah kepercayaan seseorang tentang sesuatu yang didapatkan

dari proses berfikir. Proses berfikir dimulai dengan memperoleh pengetahuan dan

mengolah pengetahuan tersebut melalui kegiatan mengingat, menganalisis,

memahami, menilai, membayangkan dan berbahasa. Kapasitas atau kemampuan

kognisi sering disebut juga kecerdasan atau intelegensia (Ramdhani, 2008).

Fungsi Kognitif atau kemampuan kognitif adalah kemampuan berpikir dan

memberi rasional, termasuk proses mengingat, menilai, orientasi, persepsi dan

memperhatikan (Miller, 2004).

Page 8: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengertian dan Batasan Lanjut Usia II.pdf11 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengertian dan Batasan Lanjut Usia Sebagai landasan dan rujukan dalam penelitian, akan

18

2.3.2 Fungsi Kognitif pada Lansia

Fungsi kognitif merupakan suatu proses mental manusia yang meliputi

perhatian persepsi, proses berpikir, pengetahuan dan memori. Sebanyak 75 % dari

bagian otak besar merupakan area kognitif . Kemampuan kognitif seseorang

berbeda dengan orang lain, dari hasil penelitian diketahui bahwa kemunduran sub

sistem yang membangun proses memori dan belajar, mengalami tingkat

kemunduran yang tidak sama. Memori merupakan proses yang rumit karena

menghubungkan masa lalu dengan masa sekarang (Lumbantobing, 2006).

Prevalensi gangguan kognitif termasuk dimensia meningkat sejalan

bertambahnya usia, kurang dari 3 % terjadi pada kelompok usia 65–75 tahun dan

lebih dari 25% terjadi pada kelompok usia 85 tahun ke atas (WHO, 1998). Proses

penerimaan informasi diawali dengan diterimanya informasi melalui penglihatan

(visual input) atau pendengarannya (auditory input) kemudian diteruskan oleh

sensori register yang dipengaruhi oleh perhatian (attention), ini merupakan bagian

dari proses input. Setelah itu informasi akan diterima dan masuk dalam ingatan

jangka pendek (short term memory), bila menarik perhatian dan minat maka akan

disimpan dalam ingatan jangka panjang (long term memory). Bila sewaktu-waktu

diperlukan memori ini akan dipanggil kembali (Elis, 1993).

Diantara fungsi otak yang menurun secara linier (seiring) dengan

bertambahnya usia adalah fungsi memori (daya ingat) berupa kemunduran dalam

kemampuan penamaan (naming) dan kecepatan mencari kembali informasi yang

telah tersimpan dalam pusat memori (speed of information retrieval from

memory). Penurunan fungsi memori secara linier itu terjadi pada kemampuan

Page 9: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengertian dan Batasan Lanjut Usia II.pdf11 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengertian dan Batasan Lanjut Usia Sebagai landasan dan rujukan dalam penelitian, akan

19

kognitif dan tidak mempengaruhi rentang hidup yang normal (Strub and Black,

1992). Proses penerimaan dan penyimpanan memori dapat dijelaskan seperti

gambar dibawah ini :

Gambar 2.1 : Model Memori Manusia

Sumber : The Psychology of Memory (Petersen,2002)

Perubahan atau gangguan memori pada penuaan otak hanya terjadi pada

aspek tertentu, sebagai contoh, memori primer (memori jangka pendek/Short time

memory) relatif tidak mengalami perubahan pada penambahan usia, sedangkan

pada memori sekunder (memori jangka panjang/ long term memory) mengalami

perubahan bermakna. Artinya kemampuan untuk mengirimkan informasi dari

Input dari Lingkungan Sekitar

Sensori register:

-visual

-auditori

-Haptik (Sentuhan)

=persepsi

Tempat Penyimpanan jangka pendek:

Memori Kerja Sementara

Tempat penyimpanan jangka Panjang:

Memori Kerja Permanen

Output Responsi

Kontrol proses:

- Latihan

- membuat keputusan

- memikirkan strategi berulang-ulang

Page 10: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengertian dan Batasan Lanjut Usia II.pdf11 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengertian dan Batasan Lanjut Usia Sebagai landasan dan rujukan dalam penelitian, akan

20

memori jangka pendek ke jangka panjang mengalami kemunduran dengan

penambahan usia. Dari sebuah penelitian pada orang dengan kognisi normal

berusia 62-100 tahun, disimpulkan bahwa kemampuan proses belajar (learning)

atau perolehan (acquisition) mengalami penurunan yang sama secara bermakna

pada penambahan usia, tetapi tidak berhubungan dengan pendidikan, sedangkan

kemampuan ingatan tertunda (delayed recall atau forgetting) sedikit menurun

tetapi lazimnya tetap, terutama kalau faktor pembelajaran awal dipertimbangkan

(Petersen et al., 2002).

Petersen (2002) juga telah berhasil melakukan penelitian longitudinal

membandingkan kemampuan kognitif pada usia lanjut normal, gangguan kognitif

ringan (mild cognitive impairment/MCI) dan demensia Alzheimer ringan, telah

disimpulkan bahwa MCI merupakan keadaan transisi antara kognitif normal dan

demensia (terutama Alhzeimer). Latar belakang penelitian Petersen adalah bahwa

subyek MCI mempunyai gangguan memori sesuai usia dan pendidikan tetapi

tidak ada demensia, sehingga diagnose MCI dibuat pada pasien dengan criteria

berikut : (a) ada keluhan memori, (b) aktifitas hidup sehari-hari normal, (c) fungsi

kognisi umum normal, (d) memori abnormal untuk usia, (e) tidak ada dimensia.

2.3.3 Gangguan Fungsi Kognitif

Pengelompokan tingkat gangguan fungsi kognitif dapat dibagi menjadi

beberapa kategori. Menurut Mauk (2010), berdasarkan tingkat keparahan

(severity), gangguan fungsi kognitif dapat dibagi tiga yaitu :

a. Tidak ada gangguan fungsi kognitif

Page 11: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengertian dan Batasan Lanjut Usia II.pdf11 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengertian dan Batasan Lanjut Usia Sebagai landasan dan rujukan dalam penelitian, akan

21

b. Gangguan kognitif ringan

c. Gangguan kognitif berat

2.3.4 Manifestasi Gangguan Kognitif

Gangguan Kognitif dapat meliputi gangguan pada aspek bahasa, memori,

visuofasial dan kognisi.

2.3.4.1 Gangguan Bahasa, memori, emosi, visuofasial dan kognisi :

Gangguan bahasa yang sering terjadi terutama pada perbendaharaan

kosakata. Pasien tidak dapat menyebutkan nama benda atau gambar yang

ditunjukkan kepadanaya (confrontation naming), tetapi akan lebih sulit lagi untuk

menyebutkan nama buah atau hewan dalam satu kategori (categorical naming),

ini disebabkan karena daya abstraksinya mulai menurun.

2.3.4.2 Gangguan Memori

Gejala pertama yang sering timbul pada pasien yang mengalami gangguan

kognitif adalah gangguan mengingat. Pada tahap awal gangguan pada memori

barunya, namun selanjutnya memori lama juga akan terganggu. Gangguan fungsi

memori dibagi menjadi tiga tingkatan bergantung lamanya rentang waktu antara

stimulus dan recall, yaitu :

a. Memori segera (immediate memory), jarak waktu antara stimulus dan recall

hanya beberapa detik. Disini hanya dibutuhkan pemusatan perhatian untuk

mengingat (attention).

b. Memori baru (recent memori), jarak waktu lebih lama yaitu beberapa menit,

jam bulan dan bahkan tahun.

Page 12: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengertian dan Batasan Lanjut Usia II.pdf11 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengertian dan Batasan Lanjut Usia Sebagai landasan dan rujukan dalam penelitian, akan

22

c. Memori lama (remote memory) jarak waktunya bertahun tahun bahkan

seumur hidup.

2.3.4.3 Gangguan visuospasial

Sering terjadi pada pasien pasca stroke fase recovery. Pasien lupa dengan

waktu, tidak mengenali hari, wajah teman dan sering tidak tahu tempat dimana dia

berada (disorientasi waktu, tempat dan orang). Gangguan visuospasial ini dapat

ditentukan dengan meminta pasien menyelusuri jejak secara bergantian, mengkopi

gambar atau menyusun balok balok sesuai bentuk tertentu.

2.3.4.4 Gangguan kognisi

Fungsi inilah yang paling sering terganggu, terutama gangguan daya

abstraksi. Lansia selalu berpikir konkrit, sehingga sulit memberi makna

peribahasa, juga terjadi penurunan daya persamaan (Hussain, 2008).

2.3.5 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Fungsi Kognitif Lansia

Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap fungsi kognitif adalah faktor

sosiodemografi seperti umur, pendidikan, pekerjaan dan tinggal sendiri. Aktifitas

fisik termasuk mobilitas diidentifikasi merupakan salah satu faktor yang diduga

ada hubungannya dengan fungsi kognitif. Beberapa studi melaporkan bahwa usia

lanjut yang mengalami kesulitan melakukan pergerakan fisik atau tidak aktif, akan

terjadi perbedaan dalam jumlah skor fungsi kognitifnya (Yaffe et all., 2001).

Seseuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Monginsidi (2013)

disebutkan bahwa lebih banyak terdapat penurunan fungsi kognitif pada lansia

dengan umur yang lebih tua. Profil fungsi kognitif berdasarkan riwayat

Page 13: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengertian dan Batasan Lanjut Usia II.pdf11 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengertian dan Batasan Lanjut Usia Sebagai landasan dan rujukan dalam penelitian, akan

23

pendidikan menunjukkan bahwa sampel dengan pendidikan kurang dari sembilan

tahun sebagian besar mengalami penurunan fungsi kognitif.

Penyakit-penyakit yang dihubungkan dengan fungsi kognitif pada lansia

yaitu penyakit serebrovaskuler, tumor otak, trauma, dan infeksi pada otak Turana

( 2013). Pada hasil ditemukan sampel yang memiliki riwayat penyakit kronis

memiliki hasil penurunan fungsi kognitif yang dominan dibanding yang tidak

memiliki riwayat penyakit kronis.

Pada penelitian yang dilakukan oleh Maryati dkk (2013) mengatakan bahwa

kegiatan-kegiatan yang dapat meningkatkasn fungsi kognitif pada lainsia selain

melakukan aktivitas fisik yaitu melakujkan hobbi atau kegemaran.

2.3.6 Pemeriksaan Fungsi Kognitif

Test yang dipakai untuk skreening fungsi kognitif adalah Montreal

Cognitif Assesment (MoCA) yang sudah dimodifikasi yang disebut MoCA-Ina

Sesuai penelitian yang dilakukan oleh Nasreddin, dkk, test MoCA-Ina dengan cut

of point 26 mendapatkan hasil sensivitas MoCA-Ina 90% lebih tinggi

dibandingkan MMSE yang hanya 18%, sedangkan spesifitas test MoCa-Ina

adalah sebesar 87% untuk mendeteksi Mild Cognitif Impairment (MCI). Test

MoCA-Ina sangat tinggi sensivitas dan spesivitasnya untuk mengukur Mild

Cognitif Impairment dan hanya membutuhkan waktu sekitar 10 menit (Nasredine,

2012).

Yafe et all.,(2001) dalam penelitiannya mendapatkan bahwa MoCA-Ina

lebih sensitif dibandingkan MMSE untuk mendeteksi gangguan kognitif setelah

Page 14: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengertian dan Batasan Lanjut Usia II.pdf11 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengertian dan Batasan Lanjut Usia Sebagai landasan dan rujukan dalam penelitian, akan

24

stroke akut. Test Validasi MoCA-Ina telah dilakukan di Indonesia, dari hasil

penelitian ini didapatkan nilai Kappa total dua orang dokter adalah 0,820.

Didapatkan kesimpulan bahwa tes MoCA versi Indonesia (MoCA Ina) telah valid

menurut kaidah validasi transkultural sehingga dapat digunakan.

MoCA–Ina terdiri dari 30 poin yang diujikan dengan menilai beberapa

domain kognitif :

a Fungsi eksekutif : dinilai dengan trail making B (satu poin), phonemic

fluency test ( satu poin), dan two item verbal abtraction ( satu poin).

b. Visuospasial : dinilai dengan clock drawing tast (tiga poin) dan

menggambarkan kubus tiga dimensi (satu poin)

c. Bahasa : menyebutkan tiga nama binatang (singa, unta, badak ; tiga poin),

mengulang dua kalimat (dua poin), kelancaran berbahasa (satu poin).

d. Delayed recall : menyebutkan lima kata (5 poin), menyebutkan kembali

setelah lima menit (5 menit)

e. Atensi : menilai kewaspadaan (1 poin), mengurangi berurutan (3 poin), digit

fordward and backward (masing-masing 1 poin)

f. Abstraksi : menilai kesamaan suatu benda ( 2 poin)

g. Orientasi : menyebutkan tanggal, bulan, tahun, hari, tempat dan kota

(masing-masing 1 poin) (Naserddine, 2012).

Pada penelitian ini untuk mengukur fungsi kognitif para lansia digunakan test The

Montreal Cognitif Assesment yang sudah dimodifikasi di Indonesia (MoCA–Ina)

Page 15: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengertian dan Batasan Lanjut Usia II.pdf11 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengertian dan Batasan Lanjut Usia Sebagai landasan dan rujukan dalam penelitian, akan

25

2.4 Keseimbangan Tubuh

2.4.1 Pengertian

Keseimbangan adalah kemampuan mempertahankan proyeksi pusat tubuh

pada landasan penunjang baik saat duduk, berdiri, berjalan dan transit ( Winter,

1995 dalam Howe et al., 2008). Keseimbangan dibutuhkan untuk

mempertahankan stabilitas dan posisi tubuh ketika sedang bergerak dari satu

posisi ke posisi yang lain. (Lee dan Scudds, 2003) Keseimbangan dapat diartikan

juga sebagai kemampuan untuk mempertahankan pusat gravitasi (center of

gravity) atas dasar dukungan bidang tumpu (base of support) (Mauk, 2010).

Keseimbangan dikelompokkan dalam dua tipe yaitu : Keseimbangan statis

yang berperan mempertahankan posisi tubuh pada saat tidak bergerak atau

berubah. Contohnya pada saat berdiri dengan bertumpu pada satu kaki, berdiri di

atas papan keseimbangan dan keseimbangan dinamis yang menggambarkan

kemampuan mempertahankan keseimbangan dimana tubuh selalu bergererak

atau berubah, contohnya keseimbangan pada saat berjalan. Keseimbangan dinamis

melibatkan kemampuan kontrol tubuh karena tubuh bergerak dalam ruang ( Howe

et al., 2008).

Kemampuan mengontrol keseimbangan sangat perlu karena dalam

melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari (AKS), tubuh hampir selalu berubah

pusat massanya (COM = center of mass) dan landasan penunjangnya (BOS = base

of support). Fungsi menegakkan tubuh dari kontrol keseimbangan memungkinkan

seseorang bergerak dari satu postur ke postur lain sambil menjaga kestabilan

Page 16: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengertian dan Batasan Lanjut Usia II.pdf11 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengertian dan Batasan Lanjut Usia Sebagai landasan dan rujukan dalam penelitian, akan

26

secara statistik maupun dinamik. Dalam penelitian ini responden akan dinilai

kemampuannya untuk melakukan AKS menggunakan Index Barthel (IB).

Index Barthel (IB) mengukur kemandirian dalam melakukan AKS dan

mobilitas yang didasarkan pada pengamatan langsung, dengan menilai AKS yang

benar-benar dikerjakan pasien sehari-harinya dan bukan menilai apa kemampuan

pasien. IB terdiri dari 10 item yang diberi skor 0, 1, 2 dengan nilai total

maksimum 20 poin. Interpretasi skor total IB adalah 20 berarti mandiri, 12-19

ketergantungan ringan, 9-11 ketergantungan sesang, 5-8 ketergantungan berat, 0-4

ketergantungan total.

2.4.2 Penyebab Gangguan Keseimbangan Tubuh

Gangguan keseimbangan yang terjadi pada lansia disebabkan oleh adanya

perubahan perubahan sistem neurologis atau saraf pusat, sistem sensoris terutama

sistem visual, propioseptif dan perubahan pada sistem vestibuler serta sistem

musculoskeletal (Miller, 2004). Keseimbangan lansia dapat dipengaruhi oleh

faktor internal (usia, jenis kelamin, pekerjaan, riwayat jayuh, aktivitas fisik, status

nutrisi, hipotensi ortostatik dan takut jatuh ) dan faktor eksternal (lingkungan dan

penggunaan alas kaki ) Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan antara usia,

pekerjaan, riwayat jatuh, hipotensi ortostatik, status nutrisi, takut jatuh dengan

keseimbangan. Faktor internal lebih berhubungan dengan keseimbangan daripada

faktor eksternal (Achmanagara, 2012).

Menurut hasil penelitian yang dilakukan Annafisah dan Rosdiana (2012)

terdapat pengaruh senam lansia terhadap keseimbangan tubuh yang diukur

Page 17: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengertian dan Batasan Lanjut Usia II.pdf11 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengertian dan Batasan Lanjut Usia Sebagai landasan dan rujukan dalam penelitian, akan

27

menggunakan Romberg Test pada lansia sehat dengan keeratan hubungan sedang

(r=0,495). Lansia yang melakukan senam memiliki keseimbangan tubuh yang

baik, sebanyak 97,56 % seimbang dan 2,44% tidak seimbang. Lansia yang tidak

senam memiliki keseimbangan tubuh yang lebih buruk, sebanyak 46,34%

seimbang dan 53,66% tidak seimbang

2.4.3 Dampak Gangguan Keseimbangan Tubuh

Akibat dari gangguan keseimbangan adalah jatuh dan sering menyebabkan

injuri, kehilangan kemandirian, kecacatan dan berkurangnya kualitas hidup

(Salzman, 2010). Jatuh menyebabkan kurangnya kapasitas dalam melakukan

kegiatan sehari hari, mengakibatkan keterbatasan fisik, kegagalan sistem

musculoskeletal dan sistem pernapasan, fraktur pada pinggul, ulna, humerus.

Jatuh juga mengakibatkan luka memar, luka lecet, terkilir subdural hematom dan

bahkan kematian (Johnston, 2000). Resiko terjadinya jatuh pada lansia dapat di

kurangi dengan meningkatkan keseimbangan lansia (Singh, 2000).

2.4.4 Pengukuran Keseimbangan

Ada bermacam macam cara untuk mengukur keseimbangan, antara lain :

a. Platform Stabilometri

Pasien berdiri tenang/diam di atas sebuah force platform dengan empat

transducer yang mengukur gaya yang menekan platform, dihubungkan untuk

dianalisis oleh komputer dengan perangkat lunak.

Page 18: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengertian dan Batasan Lanjut Usia II.pdf11 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengertian dan Batasan Lanjut Usia Sebagai landasan dan rujukan dalam penelitian, akan

28

b. Test Romberg

Test Romberg menilai keseimbangan statik pada pasien yang berdiri tegak

dengan mata terbuka dan tertutup, diamati peningkatan goyangan, tremor atau

kehilangan keseimbangan. Pada kelainan propioseptif, pasien dapat memelihara

keseimbangan saat mata terbuka, tetapi kehilangan keseimbangan saat menutup ke

dua matanya. Ini disebut tanda dari Romberg. Pada kelainan serebelum, pasien

tidak dapat memelihara keseimbangan dan akan terjatuh baik saat mata terbuka

maupun mata tertutup (Annafisah, 2012).

c. Skala/indeks keseimbangan

Mengukur keseimbangan lebih mudah dengan menggunakan skala/indeks,

sehingga dapat dinilai dengan skor dan dengan demikian dapat mengetahui

derajat/tingkat keseimbangan dengan lebih akurat.

d. Berg Balance Scale (BBS)

Pengukuran terhadap satu seri keseimbangan yang terdiri dari 14 jenis tes

keseimbangan statis dan dinamis dengan skala 0-4 (skala didasarkan pada kualitas

dan waktu yang diperlukan dalam melengkapi test). Alat-alat yang dibutuhkan

dalam melakukan test keseimbangan dengan cara Berg Balance Scale adalah

stopwatch, kursi dengan penyangga lengan, meja, obyek untuk dipungut dari

lantai, blok (step stool) dan penanda. Waktu yang dibutuhkan adalah sekitar 10-15

menit. Pada test keseimbangan dengan cara ini pasien dinilai waktu melakukan

hal-hal seperti duduk ke berdiri, berdiri tak tersangga, duduk tak tersangga,

berdiri ke duduk, transfer, berdiri dengan mata tertutup, berdiri dengan kedua kaki

rapat, meraih ke depan dengan lengan terulur maksimal, mengambil obyek dari

Page 19: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengertian dan Batasan Lanjut Usia II.pdf11 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengertian dan Batasan Lanjut Usia Sebagai landasan dan rujukan dalam penelitian, akan

29

lantai, berbalik untuk melihat ke belakang, berbalik 360 derajad, menempatkan

kaki bergantian ke blok (step stool), berdiri dengan satu kaki di depan kaki yang

lain , berdiri satu kaki. Nilai total skor adalah 56.

Reliabilitas rates dan interrater tinggi pada pasien stroke dan usia lanjut.

Validitas mempunyai korelasi yang signifikan dengan perkembangan pasien

stroke. Keunggulan dari tes ini adalah meliputi banyak tes keseimbangan,

khususnya tes fungsional baik statis maupun dinamis. Kelemahan dari tes Berg

Balance Scale ini adalah keterbatasan dalam menilai gangguan keseimbangan

ringan dan sedang.

Pada penelitian ini dipakai Test Romberg untuk menilai keseimbangan

lansia. Tes Romberg ini menilai keseimbangan statik pada pasien yang berdiri

tegak dengan mata terbuka dan tertutup sebagai organ visual, sementara sebagai

organ propioseptif adalah peningkatan goyangan, tremor dan kehilangan

keseimbangan. Test Romberg digunakan untuk menilai propioseptif yang dapat

menggambarkan sehat tidaknya fungsi collumna dorsalis pada medulla spinalis.

(Annafisah, 2012)

2.5 Program Senam Lansia

2.5.1 Senam Kesegaran Jasmani Lansia

Senam lansia merupakan rangkaian gerakan yang dirancang khusus bagi

para lanjut usia. Gerakan gerakan pada Senam Lansia low impact dan bukan high

impact merupakan rangkaian gerakan ringan kegiatan sehari hari dengan diiringi

musik yang lembut dan tidak menghentak–hentak sehingga menimbulkan suasana

Page 20: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengertian dan Batasan Lanjut Usia II.pdf11 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengertian dan Batasan Lanjut Usia Sebagai landasan dan rujukan dalam penelitian, akan

30

santai. Gerakan otot yang dipilih adalah gerakan otot yang tidak terlalu

menimbulkan beban dan setiap gerakan dibatasi sampai 16 hitungan. Senam lansia

yang dibuat oleh Menteri Negara Pemuda dan Olahraga (MENPORA) merupakan

upaya peningkatan kesegaran jasmani kelompok lansia yang jumlahnya semakin

bertambah. Senam lansia sekarang sudah diberdayakan diberbagai tempat seperti

di Panti Wredha, Posyandu, Klinik Kesehatan dan Puskesmas (Suroto, 2004).

Senam lansia ini dirancang khusus untuk membantu para lansia agar dapat

mencapai usia lanjut yang sehat, bahagia dan sejahtera. Gerak-gerakannya ringan

dan mudah dilakukan, tidak memberatkan lansia. Aktivitas olahraga ini akan

membantu tubuh agar tetap bugar dan segar karena melatih tulang tetap kuat,

mendorong jantung bekerja optimal dan membantu menghilangkan radikal bebas

di dalam tubuh. Jadi senam lansia adalah serangkaian gerak nada yang teratur dan

terarah secara terencana diikuti oleh orang lanjut usia yang dilakukan dengan

maksud meningkatkan kemampuan fungsional raga (Tilarso,1988).

2.5.2 Manfaat Senam Kesegaran Jasmani Lansia

Manfaat utama senam lansia adalah melatih fisik, fokus pada kekuatan

tulang, melibatkan otot otot besar. Efek lain yang didapat dari senam lansia

disebutkan para peserta menyatakan bisa tidur lebih nyenyak. Senam lansia ini

juga dapt menjaga pikiran lebih segar sehingga dapat mempertahankan daya

ingatnya, terlebih dengan terus menghafal gerak-gerakan senam lansia, akan

melatih kemampuan daya ingat lansia ( Tilarso, 1998). Orang yang melakukan

senam secara teratur akan mendapatkan kesegaran jasmani yang baik yang terdiri

Page 21: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengertian dan Batasan Lanjut Usia II.pdf11 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengertian dan Batasan Lanjut Usia Sebagai landasan dan rujukan dalam penelitian, akan

31

dari unsur kekuatan otot, kelenturan persendian, kelincahan gerak, keluwesan,

cardiovascular fitness dan neuromuscular fitness (Buchner et al. 1992). Setiap

orang yang melakukan senam, peredaran darah akan lancar dan jumlah volume

darah juga akan meningkat, 20% darah terdapat di otak, sehingga melalui senam

lansia akan terjadi proses endorfin hingga terbentuk hormon norepinefrin yang

dapat menimbulkan rasa gembira, rasa sakit hilang, adiksi (kecanduan gerak) dan

menghilangkan depresi. Dengan mengikuti senam lansia efek minimal yang di

dapat adalah lansia merasa senantiasa bergembira, berbahagia, bisa tidur lebih

nyenyak dan pikiran pikiran tetap segar ( Tilarso, 1988).

Dari beberapa studi ilmiah pada kelompok lansia telah dibuktikan bahwa

dengan aktivitas fisik secara teratur dapat menurunkan tekanan darah pada

penderita hipertensi juga memperlambat proses degenerative dan meningkatkan

kebugaran fisik dan otak (Budiharjo, 2005). Hasil penelitian yang dilakukan oleh

Wijianto (2013) dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan pengaruh senam

kesegaran jasmani lanjut usia dan senam yoga terhadap peningkatan

keseimbangan dinamis. Dimana hasilnya senam kesegaran jasmani lanjut usia

lebih baik peningkatan keseimbangan dinamisnya dibandingkan senam yoga.

Penelitian menunjukan saat melakukan aktivitas fisik juga dapat langsung

menstimulasi otak. Olah raga yang teratur dapat meningkatkan protein di otak

yang disebut Brain Derived Neurotropic Factor (BDNF) (Turana, 2013). Protein

BDNF ini berperan penting dalam menjaga sel saraf tetap bugar dan sehat. Telah

banyak penelitian mengenai peranan BDNF terhadap fungsi memori. Kadar

BDNF yang rendah berhubungan dengan gejala penyakit kepikunan. Dengan

Page 22: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengertian dan Batasan Lanjut Usia II.pdf11 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengertian dan Batasan Lanjut Usia Sebagai landasan dan rujukan dalam penelitian, akan

32

olahraga yang teratur akan dapat meningkatkan kadar BDNF ini. Fakta inilah

yang dapat menjelaskan bahwa lansia yang banyak melakukan aktivitas fisik yang

menyenangkan mempunyai fungsi kognitif yang lebih baik. Hal tersebut sejalan

dengan penelitian Yaffe dkk. (2002) terhadap 5.925 wanita berusia diatas 65 tahun

tentang manfaat berjalan terhadap gangguan kognitif. Kemudian dilakukan follow

up selama delapan tahun, hasilnya kelompok wanita yang berjalan lebih jauh akan

mengalami penurunan kognitif lebih lambat dibandingkan dengan kelompok

wanita yang jarak jalannya lebih dekat.

Senam kesegaran jasmani lansia merupakan latihan fisik yang memberikan

pengaruh pada kebugaran otak manusia. Latihan ini merupakan penyelarasan

fungsi gerak, pernafasan dan pusat berpikir (memori dan imajinasi). Rangkaian

gerakan yang terangkum dalam latihan senam tidak hanya melibatkan pusat-pusat

gerakan otot-otot terentu di otak (homunculus) dengan corpus calosum (gerakan

menyilang), tetapi juga melibatkan beberapa pusat yang lebih tinggi di otak (High

Cortical Functions) (Markam,2005).

Gerakan-gerakan dalam senam dapat merangsang kerja sama antar belahan

otak dan antar bagian-bagian otak termasuk serebelum serta aktivitas di level

kortikal meningkat. Hal ini dapat meningkatkan kerjasama sel saraf dan

memperbanyak terbentuknya cabang-cabang julur sel yang saling berhubungan

dengan sinapsisnya sehingga dapat meningkatkan fungsi kerja otak. Kemudian

reseptor sensoris (vestibuler, visual, dan propioseptif) akan ikut terstimulasi

kemudian stimulus diubah menjadi impuls saraf yang akan dibawa dan diteruskan

ke otak, kemudian semua informasi sensoris dikumpulkan di thalamus dan

Page 23: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengertian dan Batasan Lanjut Usia II.pdf11 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengertian dan Batasan Lanjut Usia Sebagai landasan dan rujukan dalam penelitian, akan

33

informasi tersebut dikirim dan diolah di otak kecil, pusat gerakan otot di

homunculus, pusat rasa sikap dan rasa gerakan di corpus calosum lalu

dipersepsikan oleh lobus frontalis (area motor dan kognisi) dan amigdala (pusat

emosi) yang mana informasi dari emosi diubah menjadi pola reaksi melalui reflek

vestibule-ocular dimana potensial aksi masuk ke serabut otot melalui sinapsis

antara serabut saraf dan otot (neuromuscular junction). Adanya aktivitas dari otot

yang berkontraksi, dapat memelihara dan meningkatkan otot-otot sehingga

stabilitas dan keseimbangan tubuh juga meningkat (Markam, 2005)

Senam lansia disamping memiliki dampak positif terhadap peningkatan

fungsi organ tubuh juga berpengaruh dalam meningkatkan imunitas dalam tubuh

manusia setelah latihan teratur. Manfaat senam lansia lainnya yaitu terjadi

keseimbangan antara osteoblast dan osteoclast. Apabila senam terhenti maka

pembentukan osteoblast berkurang sehingga pembentukan tulang berkurang dan

dapat berakibat pada pengeroposan tulang. Senam yang diiring dengan latihan

stretching dapat memberi efek otot yang tetap kenyal karena ditengah-tengah

serabut otot ad impuls saraf yang dinamakan muscle spindle, bila otot diulur

(recking) maka muscle spindle akan bertahan atau mengatur sehingga terjadi tarik

menarik, akibatnya otot menjadi kenyal.

Orang yang melakukan peregangan akan menambah cairan sinovial

sehingga persendian akan licin dan mencegah cedera (Suroto, 2004). Olahraga

yang bersifat aerobik seperti senam merupakan usaha-usaha yang akan

memberikan perbaikan pada fisik atau psikologis. Faktor fisiologi dan metabolik

yang dikalkulasi termasuk penambahan sel-sel darah merah dan enzim fosforilase

Page 24: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengertian dan Batasan Lanjut Usia II.pdf11 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengertian dan Batasan Lanjut Usia Sebagai landasan dan rujukan dalam penelitian, akan

34

(proses masuknya gugus fosfat kedalam senyawa organik, bertambahnya aliran

darah sewaktu latihan, bertambahnya sel-sel otot yang mengandung mioglobin

dan mitokondria serta meningkatknya enzim-enzim untuk proses oksigenasi

jaringan (Kusmana, 2006). Sedangkan menurut Depkes (2003) olah raga dapat

memberi beberapa manfaat, yaitu : meningkatkan peredaran darah, menambahkan

kekuatan otot, dan merangsang pernapasan dalam. Selain itu dengan olahraga

dapat membantu pencernaan, menolong ginjal, membantu kelancaran

pembuangan bahan sisa, meningkatkan fungsi jaringan, menjernihkan dan

melenturkan kulit, merangsang kesegran mental, membantu mempertahankan

berat badan, memberikan tidur nyenyak, memberikan kesegaran jasmani.

Kebugaran Jasmani adalah kemampuan tubuh seseorang untuk melakukan

pekerjaan sehari-hari tanpa mengalami kelelahan berarti dan memiliki cadangan

tenaga tambahan untuk melakukan pekerjaan tambahan. Komponen-komponen

kebugaran jasmani terdiri dari : Kekuatan (Strenght), Daya Tahan (Endurance),

Daya Otot (Muscular Power), Kecepatan (Speed), Daya lentur (Flexibility),

Kelincahan (Agility), Koordinasi (Coordination), Keseimbangan (Balance),

Ketepatan (Accuracy), Reaksi (Reaction).

2.5.3 Gerakan Senam Kesegaran Jasmani Lansia

Prinsip senam lansia yaitu gerakannya bersifat dinamis (berubah-ubah),

bersifat progresif (bertahap meningkat), diawali dengan pemanasan, gerakan inti

dan diakhiri dengan pendinginan pada setiap latihan. Lama latihan berlangsung

Page 25: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengertian dan Batasan Lanjut Usia II.pdf11 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengertian dan Batasan Lanjut Usia Sebagai landasan dan rujukan dalam penelitian, akan

35

15–45 menit, dengan frekwensi latihan perminggu minimal tiga kali dan optimal

dilakukan lima kali per minggu (Sumintarsih, 2006).

2.5.3.1 Pemanasan

Latihan pemanasan terdiri atas sembilan gerakan, masing-masing

dilakukan 2 x 8 hitungan dilakukan sebelum latihan. Pemanasan bertujuan

menyiapkan fungsi organ tubuh mampu menerima pembebanan yang lebih berat

pada saat latihan sebenarnya. Penanda bahwa tubuh siap menerima pembebanan

antara lain detak jantung telah mencapai 60% detak jantung maksimal, suhu tubuh

naik 10 C–2

0 C dan badan berkeringat. Pemanasan yang dilakukan dengan benar

akan mengurangi cidera atau kelelahan.

2.5.3.2 Gerakan Inti

Setelah pemanasan cukup dilanjutkan tahap gerakan inti atau kondisioning

yakni melakukan berbagai rangkaian gerak dengan model latihan yang sesuai

dengan tujuan program latihan.

2.5.3.3 Pendinginan

Pendinginan merupakan periode yang sangat penting dan esensial. Tahap

ini bertujuan mengembalikan kondisi tubuh seperti sebelum berlatih dengan

melakukan serangkaian gerakan berupa stretching. Tahapan ini ditandai dengan

menurunnya frekuensi detak jantung, menurunnya suhu tubuh dan semakin

berkurangnya keringat. Tahap ini juga bertujuan mengembalikan darah ke jantung

untuk reoksigenasi sehingga mencegah genangan darah di otot kaki dan tangan.

Jadi secara teoritis berdasarkan penelitian-penelitian sebelumnya, aktifitas fisik

Page 26: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengertian dan Batasan Lanjut Usia II.pdf11 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengertian dan Batasan Lanjut Usia Sebagai landasan dan rujukan dalam penelitian, akan

36

berupa senam secara teratur sangat bermanfaat untuk kebugaran fisik, otak dan

fungsi keseimbangan lansia.