Upload
others
View
6
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
BAB II
TINJAUN TEORI
2.1. Lanjut Usia (Lansia)
2.1.1.Pengertian Lansia
Menurut World Health Organisation (WHO), lansia adalah seseorang yang
telah memasuki usia 60 tahun keatas. Lansia merupakan kelompok umur pada
manusia yang telah memasuki tahapan akhir dari fase kehidupannya. Kelompok yang
dikategorikan lansia ini akan terjadi suatu proses yang disebut Aging Process atau
proses penuaan. Proses penuaan adalah siklus kehidupan yang ditandai dengan
tahapan-tahapan menurunnya berbagai fungsi organ tubuh, yang ditandai dengan
semakin rentannya tubuh terhadap berbagai serangan penyakit yang dapat
menyebabkan kematian misalnya pada sistem kardiovaskuler dan pembuluh darah,
pernafasan, pencernaan, endokrin dan lain sebagainya. Hal tersebut disebabkan
seiring meningkatnya usia sehingga terjadi perubahan dalam struktur dan fungsi sel,
jaringan, serta sistem organ.Perubahan tersebut pada umumnya mengaruh pada
kemunduran kesehatan fisik dan psikis yang pada akhirnya akan berpengaruh pada
ekonomi dan sosial lansia. Sehingga secara umum akan berpengaruh pada activity of
daily living (Fatmah, 2010).
Lanjut usia adalah suatu kejadian yang pasti akan dialami oleh semua orang
yang dikaruniai usia panjang, terjadinya tidak bisa dihindari oleh siapapun. Namun
manusia dapat berupaya untuk menghambat kejadiannya. Menurut Undang-undang
RI No.23 tahun 1992 tentang kesehatan pasal 19 ayat 1 bahwa manusia lanjut usia7
8
adalah seseorang yang karena usianya mengalami perubahan biologis, fisik, kejiwaan,
dan sosial. Perubahan ini akan memberikan pengaruh pada seluruh aspek kehidupan.
Oleh karena itu kesehatan manusia lanjut usia perlu mendapatkan perhatian dengan
tetap dipelihara dan ditingkatkan agar selama mungkin dapat hidup secara produktif
sesuai dengan kemampuannya sehingga dapat ikut serta berperan aktif dalam
pembangunan (Nugroho, 2000).
2.1.2. Klasifikasi Lansia
Klasifikasi lansia dapat dibagi menjadi lima bagian yaitu :
a.Pralansia (prasenilis) Seseorang yang berusia antara 45-59 tahun
b. Lansia Seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih.
c. Lansia risiko tinggi Seseorang yang berusia 70 tahun atau lebih /seseorang
yang berusia 60 tahun atau lebih dengan dengan masalah kesehatan.
d. Lansia potensial Lansia yang masih mampu melakukan pekerjaan dan atau
kegiatan yang dapat menghasilkan barang/jasa.
e. Lansia tidak potensial Lansia yang tidak berdaya mencari nafkah, sehingga
hidupnya bergantung pada bantuan orang lain. (Maryam, 2008)
2.1.3. Batasan-batasan usia lanjut
9
Batasan umur pada usia lanjut dari waktu ke waktu berbeda. Menurut World
Health Organitation (WHO) lansia meliputi :
a. Usia pertengahan (middle age) antara usia 45 sampai 59 tahun
b. Lanjut usia (elderly) antara usia 60 sampai 74 tahun
c. Lanjut usia tua (old) antara usia 75 sampai 90 tahun
d. Usia sangat tua (very old) diatas usia 90 tahun
Berbeda dengan WHO, menurut Departemen Kesehatan RI (2006)
pengelompokkan lansia menjadi :
a. Virilitas (prasenium) yaitu masa persiapan usia lanjut yang
menampakkan kematangan jiwa (usia 55-59 tahun)
b. Usia lanjut dini (senescen) yaitu kelompok yang mulai memasuki
masa usia lanjut dini (usia 60-64 tahun)
c. Lansia berisiko tinggi untuk menderita berbagai penyakit degeneratif
(usia >65 tahun)
2.1.4. Tugas Perkembangan lansia
10
Hurlock (1999) mengatakan bahwa sebagian besar tugas perkembangan
lansia lebih banyak berkaitan dengan kehidupan pribadi seseorang dari pada
kehidupan orang lain adapun tugas perkembangan lansia :
a. Menyesuaikan diri dengan menurunnya kekuatan fisik dan kesehatan.
b. Menyesuaikan diri dengan masa pensiun dan berkurangnya penghasilan
keluarga.
c. Menyesuaikan diri dengan kematian pasangan hidup.
d. Membentuk hubungan dengan orang-orang yang seusia.
e. Membentuk pengaturan kehidupan fisik yang memuaskan.
f. Menyesuaikan diri dengan peran sosial secara luwes.
2.1.5. Perubahan-perubahan pada Lansia.
Menurut Nugroho (2000), perubahan yang terjadi pada lansia adalah :
a. Perubahan atau kemunduran biologis
1) Kulit menjadi tipis, kering, keriput dan tidak elastis lagi. Fungsi kulit
sebagai pengaturan suhu tubuh lingkungan dan mencegah kuman-kuman
penyakit masuk.
2) Rambut mulai rontok, berwarna putih, kering dan tidak mengkilat.
11
3) Gigi mulai habis
. 4) Penglihatan dan pendengaran berkurang.
5) Mudah lelah, gerakan mulai lamban dan kurang lincah.
6) Jumlah sel otot berkurang mengalami atrofi sementara jumlah jaringan ikat
bertambah, volume otot secara keseluruhan menyusut, fungsinya menurun
dan kekuatannya berkurang.
7) Pada proses menua kadar kapur atau kalsium tulang menurun akibatnya
tulang menjadi keropos dan mudah patah.
8) Seks merupakan produksi hormon testosteron pada pria dan hormon
progresteron dan estrogen pada wanita menurun dengan bertambahnya
umur.
b. Perubahan atau kemunduran kemampuan kognitif
1) Mudah lupa karena ingatan tidak berfungsi dengan baik.
2) Ingatan hal-hal dimasa muda lebih baik dari pada yang terjadi pada masa
tuanya yang pertama dilupakan adalah nama-nama.
3) Orientasi umum dan persepsi terhadap waktu dan ruang atau tempat juga
mundur, erat hubungannya dengan daya ingatan yang sudah mundur dan
juga karena pandangan yang sudah menyempit.
12
4) Meskipun telah mempunyai banyak pengalaman skor yang dicapai dalam
test-test intelegensi menjadi lebih rendah sehingga lansai tidak mudah
untuk menerima hal-hal yang baru.
c. Perubahan-perubahan psikososial
1) Pensiun, nilai seseorang sering diukur oleh produktivitasnya selain itu
identitas pensiun dikaitkan dengan peranan dalam pekerjaan.
2) Merasakan atau sadar akan kematian (sense of awareness of mortality).
3) Kesepian akibat pengasingan dari lingkunga sosial
4) Rangkaian dari kehilangan, yaitu kehilangan hubungan dengan teman dan
family.
5) Hilangnya kemampuan dan ketegapan fisik, perubahan terhadap gambaran
diri, perubahan konsep diri.
2.2.Kemandirian lanjut usia
2.2.1.Pengertian Kemandirian
Kemandirian didefinisikan sebagai kemampuan individu untuk memenuhi
kebutuhan hidup dengan tidak bergantung pada orang lain. Selain itu kemandirian
diartikan sebagai suatu keadaan dimana seseorang berupaya untuk memenuhi segala
tuntutan. Kemandirian dapat dipengaruhi oleh pendidikan lansia, juga oleh gangguan
sensori khususnya penglihatan dan pendengaran, dipengaruhi pula oleh penurunan
13
dalam kemampuan fungsional, serta dipengaruhi pula oleh kemampuan fungsi
kognitif lansia yang menurun (Heryanti, 2011).
2.2.2 Kemampuan Aktifitas
Salah satu bentuk untuk mengukur kemampuan seseorang dalam
melakukan kegiatan sehari-hari adalah activity of daily living (ADL). Penentuan
kemandirian fungsional dapat mengidentifikasi kemampuan dan keterbatasan klien
sehingga memudahkan pemilihan interval yang tepat. Kemandirian berarti tanpa
pengawasan, pengarahan atau bantuan pribadi yang masih aktif. Seorang lansia yang
menolak untuk melakukan fungsi dianggap sebagai tidak melakukan fungsi,
meskipun dianggap mampu (Maryam, 2008).
Menurut Agung (2006), Activity of Daily Living adalah pengukuran
terhadap aktivitas yang dilakukan rutin oleh manusia setiap hari. Aktivitas tersebut
diantara lain : memasak, berbelanja, merawat/mengurus rumah, mencuci, mengatur
keuangan, minum obat dan memanfaatkan sarana transportasi. Pada penelitian yang
dilakukan oleh Agung pada tahun 2006 tentang uji keandalan dan kesahihan indeks
activity of daily living barthel untuk mengukur status fungsional dasar pada usia
lanjut di RSCM dengan menggunakan 100 responden. Kesahihan konstruksi ADL
Barthel diuji dengan speaman correlation coefficient dengan melihat nilai rho (r)
masing-masing butir. Hasil yang didapatkan semua butir berhubungan bermakna
dengan nilai total (p0,3. Sehingga dapat
14
disimpulkan kuesioner ADL Barthel merupakaninstrumen ukur yang andal dan sahih
serta dapat digunakan untuk mengukur status fungsional dasar usia lanjut Indonesia.
Menurut Hardywinoto (2007), kemauan dan kemampuan untuk
melakukan activity of daily living bergantung pada beberapa faktor yaitu:
a. Umur dan status perkembangan
Umur dan status perkembangan seorang klien menunjukan tanda kemauan dan
kemampuan, atau bagaimana klien bereaksi terhadap ketidakmampuan melaksanakan
activity of daily living. Saat perkembangan dari bayi sampai dewasa, seseorang
secara perlahan-lahan berubah dari tergantung menjadi mandiri dalam melakukan
activity of daily living.
b. Kesehatan fisiologis
Kesehatan fisiologis dapat mempengaruhi kemampuan partisipasi dalam activity of
daily living, contoh gangguan misalnya karena penyakit, atau trauma injuri dapat
mengganggu pemenuhan activity of daily living.
c. Fungsi kognitif
Tingkat kognitif dapat mempengaruhi kemampuan seseorang dalam melakukan
activity of daily living. Fungsi kognitif menunjukkan proses menerima,
15
mengorganisasikan dan menginterpretasikan sensor stimulus untuk berpikir dan
menyelesaikan masalah. Proses mental memberikan kontribusi pada fungsi kognitif
dapat mengganggu dalam berpikir logis dan menghambat kemandirian dalam
melaksanakan activity of daily living.
d. Fungsi psikososial
Fungsi psikologi menunjukan kemampuan seseorang untuk mengingat sesuatu hal
yang lalu dan menampilkan informasi pada suatu cara yang realistik. Proses ini
meliputi interaksi yang kompleks antara perilaku intrapersonal dan interpersonal.
Gangguan pada intrapersonal contohnya akibat gangguan konsep diri atau
ketidakstabilan emosi dapat mengganggu dalam tanggung jawab keluarga dan
pekerjaan. Gangguan interpersonal seperti masalah komunikasi, gangguan interaksi
sosial atau disfungsi dalam penampilan peran juga dapat mempengaruhi pemenuhan
activity of daily living.
e. Tingkat stress
Stress merupakan respon fisik nonspesifik terhadap berbagai macam kebutuhan.
Faktor yang dapat menyebabkan stress (stressor) dapat timbul dari tubuh atau
lingkungan atau dapat mengganggu keseimbangan tubuh. Stressor tersebut dapat
berupa fisiologi seperti injuri atau psikologi seperti kehilangan.
f. Ritme biologi
16
Ritme atau irama biologi membantu makhluk hidup untuk mengatur lingkungan fisik
disekitarnya dan membantu homeostatis internal (keseimbangan dalam tubuh dan
lingkungan). Salah satu irama biologi yaitu irama sirkardian, berjalan pada siklus 24
jam. Perbedaan irama sirkardian mempengaruhi pengaturan aktivitas meliputi tidur,
temperatur tubuh dan hormon. Beberapa faktor yang ikut berperan pada irama
sirkardian diantaranya faktor lingkungan seperti hari terang dan gelap, seperti cuaca
yang mempengaruhi activity of daily living.
g. Status mental
Status mental menunjukan keadaan intelektual seseorang. Keadaan status mental akan
memberi implikasi pada pemenuhan kebutuhan dasar individu. Seperti halnya lansia
yang memorinya menurun akan mengalami gangguan dalam pemenuhan kebutuhan
dasarnya.
h. Pelayanan kesehatan
Pelayanan kesehatan dan sosial kesejahteraan pada segmen lansia yang tidak
dipisahkan satu sama lain. Pelayanan kesehatan yang berbasis masyarakat salah
satunya adalah posyandu lansia. Jenis pelayanan kesehatan posyandu salah satunya
adalah pemeliharaan Activity of Daily Living. Lansia yang secara aktif melakukan
kunjungan ke posyandu, kualitas hidupnya akan lebih baik daripada lansia yang tidak
aktif ke posyandu.
17
2.3.Personal Hygiene
2.3.1. Pengertian Personal Hygiene
Dalam kehidupan sehari-hari kebersihan merupakan hal yang sangat penting
dan harus diperhatikan karena kebersihan akan memengaruhi kesehatan dan psikis
seseorang. Kebersihan itu sendiri sangat dipengaruhi oleh nilai individu dan
kebiasaan. Jika seseorang sakit, masalah kebersihan biasanya kurang diperhatikan.
Hal ini terjadi karena kita menganggap masalah kebersihan adalah masalah sepele,
padahal jika hal tersebut dibiarkan terus dapat memengaruhi kesehatan secara umum.
Menurut Tarwoto (2004) personal hygiene adalah suatu tindakan untuk memelihara
kebersihan dan kesehatan seseorang untuk kesejahteraan fisik dan psikis. Pemenuhan
personal hygiene diperlukan untuk kenyamanan individu, keamanan, dan kesehatan.
Kebutuhan personal hygiene ini diperlukan baik pada orang sehat maupu pada orang
sakit. Praktik personal hygiene bertujuan untuk peningkatan kesehatan dimana kulit
merupakan garis tubuh pertama dari pertahanan melawan infeksi Dengan
implementasi tindakan hygiene pasien, atau membantu anggota keluarga untuk
melakukan tindakan itu maka akan menambah tingkat kesembuhan pasien (Potter &
Perry, 2006).
2.3.2. Tujuan perawatan personal hygiene
a. Meningkatkan derajat kesehatan seseorang
b. Memelihara kebersihan diri seseorang
18
c. Memperbaiki personal hygiene yang kurang
d. Pencegahan penyakit
e. Meningkatkan percaya diri seseorang
f. Menciptakan keindahan
2.2.3. Faktor-faktor yang mempengaruhi personal hygiene
Menurut Tarwoto (2004), sikap seseorang melakukan personal hygiene
dipengaruhi oleh sejumlah faktor antara lain :
a. Citra tubuh
Citra tubuh merupakan konsep subjektif seseorang tentang penampilan
fisiknya. Personal hygiene yang baik akan mempengaruhi terhadap
peningkatan citra tubuh individu. Gambaran individu terhadap dirinya sangat
mempengaruhi kebersihan diri misalnya karena adanya perubahan fisik
sehingga individu tidak peduli terhadap kebersihannya.
b. Praktik social
Kebiasaan keluarga, jumlah orang di rumah, dan ketersediaan air panas atau
air mengalir hanya merupakan beberapa faktor yang mempengaruhi
perawatan personal hygiene. Praktik personal hygiene pada lansia dapat
berubah dikarenakan situasi kehidupan, misalnya jika mereka tinggal dipanti
19
jompo mereka tidak dapat mempunyai privasi dalam lingkungannya yang
baru. Privasi tersebut akan mereka dapatkan dalam rumah mereka sendiri,
karena mereka tidak mempunyai kemampuan fisik untuk melakukan personal
hygiene sendiri.
c. Status sosioekonomi
Personal hygiene memerlukan alat dan bahan seperti sabun, pasta gigi, sikat
gigi, shampo dan alat mandi yang semuanya memerlukan uang untuk
menyediakannya
d. Pengetahuan
Pengetahuan personal hygiene sangat penting karena pengetahuan yang baik
dapat meningkatkan kesehatan. Kendati demikian, pengetahuan itu sendiri
tidaklah cukup. Seseorang harus termotivasi untuk memelihara perawatan diri.
Seringkali pembelajaran tentang penyakit atau kondisi yang mendorong
individu untuk meningkatkan personal hygiene. Misalnya pada pasien
penderita Diabetes Melitus selalu menjaga kebersihan kakinya.
e. Kepercayaan kebudayaan dan nilai pribadi mempengaruhi personal hygiene.
Orang dari latar kebudayaan yang berbeda mengikuti praktik perawatan diri
yang berbeda. Disebagian masyarakat jika individu sakit tertentu maka tidak
boleh dimandikan. Menurut Coleman, 1973 dalam Muhith (2003) bahwa
gender merupakan sebuah atribut psikologis yang membentuk sebuah
20
kontinum dari sangat maskulin sampai sangat feminin. Seorang laki- laki
mungkin memiliki karakteristik-karakteristik feminin tertentu sama seperti
halnya perempuan memiliki sifat-sifat maskulin. Cara berpikir gender
semacam ini jauh lebih canggih dibandingkan dengan pembagian dua arah
yang memandang semua laki-laki maskulin dan semua perempuan feminin,
namun kelemahannya bahwa cara berpikir ini mengasumsikan bahwa semua
orang yang tinggi maskulinitasnya pastilah juga rendah feminitasnya.
Seseorang yang memiliki dua sifat maskulin dan feminin semacam ini disebut
“bersifat androgini”. Model gender semacam ini menghasilkan ruang
psikologis yang lebih kompleks yang orang dapat memetakan identitas gender
orang lain.
f. Kebiasaan seseorang
Setiap individu mempunyai pilihan kapan untuk mandi, bercukur dan
melakukan perawatan rambut. Ada kebiasaan orang yang
menggunakan produk tertentu dalam perawatan diri seperti penggunaan
shampo, dan lain-lain.
g. Kondisi fisik
Pada keadaan sakit, tentu kemampuan untuk merawat diri berkurang dan
perlu bantuan untuk melakukannya.
21
2.3.4. Macam-macam personal hygiene
Pemeliharaan personal hygiene berarti tindakan memelihara kebersihan dan
kesehatan diri seseorang untuk kesejahteraan fisik dan psikisnya. Seseorang
dikatakan memiliki personal hygiene baik apabila, orang tersebut dapat menjaga
kebersihan tubuhnya yang meliputi kebersihan kulit, gigi dan mulut, rambut, mata,
hidung, dan telinga, kaki dan kuku, genitalia, serta kebersihan dan kerapihan
pakaiannya. Menurut Potter dan Perry (2006) macam-macam personal hygiene
adalah:
a. Perawatan kulit
Kulit merupakan organ aktif yang berfungsi pelindung, sekresi, ekskresi,
pengatur temperatur, dan sensasi. Kulit memilki tiga lapisan utama yaitu
epidermis, dermis dan subkutan. Epidermis (lapisan luar) disusun beberapa
lapisan tipis dari sel yang mengalami tahapan berbeda dari maturasi, melindungi
jaringan yang berada di bawahnya terhadap kehilangan cairan dan cedera
mekanis maupun kimia serta mencegah masuknya mikroorganisme yang
memproduksi penyakit. Dermis, merupakan lapisan kulit yang lebih tebal yang
terdiri dari ikatan kolagen dan serabut elastik untuk mendukung epidermis.
Serabut saraf, pembuluh darah, kelenjar keringat, kelenjar sebasea, dan folikel
rambut bagian yang melalui lapisan dermal. Kelenjar sebasea mengeluarkan
sebum, minyak, cairan odor, kedalam folikel rambut. Sebum meminyaki kulit
22
dan rambut untuk menjaga agar tetap lemas dan liat. Lapisan Subkutan terdiri
dari pembuluh darah, saraf, limfe, dan jaringan penyambung halus yang terisi
dengan sel-sel lemak. Jaringan lemak berfungsi sebagai insulator panas bagi
tubuh. Kulit berfungsi sebagai pertukaran oksigen, nutrisi, dan cairan dengan
pembuluh darah yang berada dibawahnya, mensintesa sel baru, dan
mengeliminasi sel mati, sel yang tidak berfungsi. Sirkulasi yang adekuat penting
untuk memelihara kehidupan sel. Kulit sering kali merefleksikan perubahan pada
kondisi fisik dengan perubahan pada warna, ketebalan, tekstur, turgor,
temperatur. Selama kulit masih utuh dan sehat, fungsi fisiologisnya masih
optimal.
b. Mandi
Mandi adalah bagian perawatan hygiene total. Mandi dapat dikategorikan
sebagai pembersihan atau terapeutik. Mandi di tempat tidur yang lengkap
diperlukan bagi individu dengan ketergantungan total dan memerlukan personal
hygiene total. Keluasan mandi individu dan metode yang digunakan untuk mandi
berdasarkan pada kemampuan fisik individu dan kebutuhan tingkat hygiene yang
diperlukan. Individu yang bergantung dalam kebutuhan hygienenya sebagian
atau individu yang terbaring di tempat tidur dengan kecukupan diri yang tidak
mampu mencapai semua bagian badan memperoleh mandi sebagian di tempat
tidur.
23
Pada lansia, mandi biasanya dilakukan dua kali sehari atau lebih sesuai
selera dengan air dingin atau air hangat. Diusahakan agar satu kali mandi tidak
dibawah pancuran atau konsensional, tetapi merendam diri di bak mandi yang
akan memberi kenikmatan, relaksasi dan menambah tenaga serta kebugaran
tubuh. Penting juga membersihkan alat kelamin dan kulit antara dubur dan alat
kelamin (perineum). Gosokan dimulai dari sisi alat kelamin kea rah dubur. Bagi
wanita, puting payudara jangan lupa dibersihkan dan kemudian dikeringkan.
Setelah selesai mandi keringkan badan, termasuk rongga telinga, lipatan-lipatan
kulit dan celah-celah jari kaki untuk menghindarkan timbulnya infeksi jamur,
juga pada semua lipatan- lipatan kulit lainnya (Setiabudhi, 2002).
c. Perawatan Mulut
Hygiene mulut membantu mempertahankan status kesehatan mulut, gigi,
gusi, dan bibir. Menggosok membersihkan gigi dari partikel-partikel makanan,
plak, dan bakteri, memasase gusi, dan mengurangi ketidaknyamanan yang
dihasilkan dari bau dan rasa yang tidak nyaman. Beberapa penyakit yang muncul
akibat perawatan gigi dan mulut yang buruk adalah karies, radang gusi, dan
sariawan. Hygiene mulut yang baik memberikan rasa sehat dan selanjutnya
menstimulasi nafsu makan.
Golongan lansia sering mengalami tanggalnya gigi geligi. Salah satu
sebab adalah karena proses penuaan dan penyebab lain yang lebih sering adalah
24
kurang baiknya perawatan gigi dan mulut. Osteoporosis dan periodontitis pada
lansia menyebabkan akar gigi agak longgar dan dicelah-celah ini sering
tersangkut sisa makanan. Inilah penyebab terjadinya peradangan. Karies timbul
antara lain akibat fermentasi sisa makanan yang menempel pada gigi oleh kuman
yang lambat laun mengakibatkan lobang pada enamel gigi dan bila tidak
ditambal akan menyebabkan radang dan kematian syaraf gigi karena infeksi.
Setelah konsumsi makanan dan minuman yang bersifat asam, gigi perlu
dibersihkan yaitu kumur-kumur dengan air. Maka penting untuk menggosok gigi
sekurang-kurangnya dua kali sehari dan sangatlah dianjurkan untuk berkumur-
kumur atau menggosok gigi setiap kali selepas makan (Setiabudhi, 2002).
d. Perawatan mata, hidung dan telinga
Secara normal tidak ada perawatan khusus yang diperlukan untuk
membersihkan mata, hidung, dan telinga selama individu mandi. Secara normal
tidak ada perawatan khusus yang diperlukan untuk mata karena secara terus-
menerus dibersihkan oleh air mata, kelopak mata dan bulu mata mencegah
masuknya partikel asing kedalam mata. Normalnya, telinga tidak terlalu
memerlukan pembersihan. Namun, telinga yang serumen terlalu banyak
telinganya perlu dibersihlkan baik mandiri atau dibantu oleh keluarga. Hygiene
telinga mempunyai implikasi untuk ketajaman pendengaran. Bila benda asing
berkumpul pada kanal telinga luar, maka akan mengganggu konduksi suara.
Hidung berfungsi sebagai indera penciuman, memantau temperatur dan
25
kelembapan udara yang dihirup, serta mencegah masuknya partikel asing ke
dalam sistem pernapasan.
e. Perawatan rambut
Penampilan dan kesejahteraan seseorang seringkali tergantung dari cara
penampilan dan perasaan mengenai rambutnya. Penyakit atau ketidakmampuan
mencegah seseorang untuk memelihara perawatan rambut sehari-hari. Menyikat,
menyisir dan bershampo adalah cara-cara dasar higienis perawatan rambut,
distribusi pola rambut dapat menjadi indikator status kesehatan umum,
perubahan hormonal, stress emosional maupun fisik, penuaan, infeksi dan
penyakit tertentu atau obat obatan dapat mempengaruhi karakteristik rambut.
Rambut merupakan bagian dari tubuh yang memiliki fungsi sebagai proteksi
serta pengatur suhu, melalui rambut perubahan status kesehatan diri dapat
diidentifikasi. Kerontokan rambut sering terjadi pada lansia. Jumlah rambut rata-
rata adalah lebih 100.000 helai, 80% bersifat aktif tumbuh dan sisanya 20%
berada dalam stadium tidak aktif. Rambut membutuhkan perawatan yang baik
dan teratur, terutama pada wanita. Agar tidak mengalami banyak kerontokan,
antara lain karena kurangnya sanitasi atau adanya infeksi jamur yang lazim
disebut ketombe. Rata-rata 50- 100 helai rambut dapat rontok dalam masa sehari.
Oleh itu rambut sebaik-baiknya perlu dicuci dengan shampo yang mengandung
anti ketombe yang cocok. Cuci rambut sebaiknya dilakukan tiap 2 atau 3 hari dan
minimal sekali seminggu (Setiabudhi, 2002).
26
f. Perawatan kaki dan kuku Kaki dan kuku
seringkali memerlukan perhatian khusus untuk mencegah infeksi, bau,
dan cedera pada jaringan. Tetapi seringkali orang tidak sadar akan masalah kaki
dan kuku sampai terjadi nyeri atau ketidaknyamanan. Menjaga kebersihan kuku
penting dalam mempertahankan personal hygiene karena berbagai kuman dapat
masuk kedalam tubuh melalui kuku. Oleh sebab itu, kuku seharusnya tetap dalam
keadaan sehat dan bersih. Perawatan dapat digabungkan selama mandi atau pada
waktu yang terpisah.
Pada lansia, proses penuaan memberi perubahan pada kuku yaitu
pertumbuhan kuku menjadi lebih lambat, permukaan tidak mengkilat tetapi
menjadi bergaris dan mudah pecah karena agak keropos. Warnanya bisa berubah
menjadi kuning atau opaque. Kuku bisa menjadi lembek terutama kuku kaki
akan menjadi lebih tebal dan kaku serta sering ujung kuku kiri dan kanan
menusuk masuk ke jaringan disekitarnya (ungus incarnates). Pengguntingan
dilakukan setelah kuku direndam dalam air hangat selama 5-10 menit karena
pemanasan membuat kuku menjadi lembek dan mudah digunting (Setiabudhi,
2002).
g. Perawatan genetalia
Perawatan genitalia merupakan bagian dari mandi lengkap. Seseorang
yang paling butuh perawatan genitalia yang teliti adalah yang beresiko terbesar
27
memperoleh infeksi. Seseorang yang tidak mampu melakukan perawatan diri
dapat dibantu keluarga untuk melakukan personal hygiene.
2.3.5. Manfaat perawatan personal hygiene.
menurut Potter dan Perry (2006)
a. Perawatan kulit Memiliki kulit yang utuh, bebas bau badan, dapat
mempertahankan rentang gerak, merasa nyaman dan sejahtera, serta dapat berpa
b. Mandi Mandi dapat menghilangkan mikroorganisme dari kulit serta sekresi
tubuh, menghilangkan bau tidak enak, memperbaiki sirkulasi darah ke kulit,
membuat individu merasa lebih rileks dan segar serta meningkatkan citra diri
individu. rtisipasi dan memahami metode perawatan kulit.
c. Perawatan mulut Mukosa mulut utuh yang terhidrasi baik serta untuk mencegah
penyebaran penyakit yang ditularkan melalui mulut misalnya tifus dan hepatitis,
mencegah peyakit mulut dan gigi, meningkatkan daya tahan tubuh, mencapai
rasa nyaman, memahami praktik hygiene mulut dan mampu melakukan sendiri
perawatan hygiene mulut dengan benar.
d. Perawatan mata, hidung, dan telinga Organ sensorik yang berfungsi normal,
mata, hidung, dan telinga akan bebas dari infeksi, serta dapat berpartisipasi dan
mampu melakukan perawatan mata, hidung, dan telinga sehari-hari.
28
e. Perawatan rambut Memiliki rambut dan kulit kepala yang bersih dan sehat, untuk
mencapai rasa nyaman dan harga diri, dan dapat berpartisipasi dalam melakukan
perawatan rambut.
f. Perawatan kaki dan kuku Memiliki kulit utuh dan permukaan kulit yang lembut,
merasa nyaman dan bersih, serta dapat memahami dan melakukan metode
perawatan kaki dan kuku dengan benar.