23
BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG SEMANTIK SERTA KEIYOOSHI CHIISAI, KOMAKAI, KUWASHII2.1 Definisi Semantik Kata semantik dalam bahasa Indonesia (Inggris : semantics) berasal dari bahasa Yunani sema (kata benda) yang berarti tanda atau lambang. Kata kerjanya adalah semaino yang berarti “menandai” atau “melambangkan”. Yang dimaksud dengan tanda atau lambang disini sebagai padanan kata dari sema itu adalah tanda linguistik. Seperti yang dikemukan oleh Ferdinand De Saussure dalam Chaer (1994:285) bahwa setiap tanda linguistik terdiri dari dua komponen yaitu : (1) komponnen yang mengartikan yang berwujud bentuk-bentuk bunyi bahasa. Misalnya, (Perancis : significant, Inggris : signifier) dan (2) komponen yang diartikan atau makna dari komponen pertama. Misalnya, (Perancis : signifie, Inggris : signified) sebenarnya tidak lain daripada konsep atau makna sesuatu tanda bunyi. Kedua komponen ini adalah merupakan tanda atau lambang, sedangkan yang ditandai atau yang dilambanginya adalah sesuatu yang berada diluar bahasa yang lazim disebut referen atau hal yang ditunjuk. Kata semantik itu kemudian disepakati sebagai istilah yang digunakan untuk bidang linguistik yang mempelajari hubungan antara tanda-tanda linguistik dengan hal-hal yang ditandainya. Atau dengan kata lain, bidang studi linguistik yang Universitas Sumatera Utara

BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG SEMANTIK SERTArepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/21798/3/Chapter II.pdf2.1.1 Jenis-jenis Makna dalam Semantik . Menurut Chaer (1994:59) jenis atau

Embed Size (px)

Citation preview

BAB II

GAMBARAN UMUM TENTANG SEMANTIK SERTA

KEIYOOSHI “CHIISAI, KOMAKAI, KUWASHII”

2.1 Definisi Semantik

Kata semantik dalam bahasa Indonesia (Inggris : semantics) berasal dari

bahasa Yunani sema (kata benda) yang berarti tanda atau lambang. Kata kerjanya

adalah semaino yang berarti “menandai” atau “melambangkan”. Yang dimaksud

dengan tanda atau lambang disini sebagai padanan kata dari sema itu adalah tanda

linguistik. Seperti yang dikemukan oleh Ferdinand De Saussure dalam Chaer

(1994:285) bahwa setiap tanda linguistik terdiri dari dua komponen yaitu : (1)

komponnen yang mengartikan yang berwujud bentuk-bentuk bunyi bahasa. Misalnya,

(Perancis : significant, Inggris : signifier) dan (2) komponen yang diartikan atau

makna dari komponen pertama. Misalnya, (Perancis : signifie, Inggris : signified)

sebenarnya tidak lain daripada konsep atau makna sesuatu tanda bunyi. Kedua

komponen ini adalah merupakan tanda atau lambang, sedangkan yang ditandai atau

yang dilambanginya adalah sesuatu yang berada diluar bahasa yang lazim disebut

referen atau hal yang ditunjuk.

Kata semantik itu kemudian disepakati sebagai istilah yang digunakan

untuk bidang linguistik yang mempelajari hubungan antara tanda-tanda linguistik

dengan hal-hal yang ditandainya. Atau dengan kata lain, bidang studi linguistik yang

Universitas Sumatera Utara

mempelajari makna atau arti bahasa. Oleh karena itu, kata semantik dapat diartikan

sebagai ilmu tentang makna atau arti, yaitu salah satu dari tiga tataran analisis bahasa

: fonologi, gramatikal dan semantik.

Selain istilah semantik dalam sejarah linguistik ada pula digunakan istilah

lain seperti semiotika, semiologi, semasiologi, sememik, dan semik untuk merujuk

pada bidang studi yang mempelajari makna atau arti dari suatu tanda atau lambang.

Namun, istilah semantik lebih umum digunakan dalam studi linguistik karena istilah-

istilah yang lainnya itu mempunyai cakupan objek yang lebih luas, yakni mencakup

makna tanda atau lambang pada umumnya. Termasuk tanda-tanda lalu lintas, kode

morse, dan tanda-tanda ilmu matematika. Sedangkan cakupan semantik hanyalah

makna atau arti yang berkenaan dengan bahasa sebagai alat komunikasi verbal.

Semantik memegang peranan penting dalam berkomunikasi. Karena

bahasa yang digunakan dalam berkomunikasi adalah tidak lain untuk menyampaikan

suatu makna (Sutedi :2003:103). Misalnya seseorang menyampaikan ide dan pikiran

kepada lawan bicara, lalu lawan bicaranya bisa memahami apa yang disampaikan.

Hal ini disebabkan karena ia bisa menyerap makna yang disampaikan dengan baik.

Semantik tidak hanya membahas kata-kata yang bermakna leksikal

saja, tetapi juga membahas makna kata-kata yang tidak bermakna bila tidak

dirangkaikan dengan kata lain seperti partikel atau kata bantu, yang hanya memiliki

makna grramatikal.

Universitas Sumatera Utara

2.1.1 Jenis-jenis Makna dalam Semantik

Menurut Chaer (1994:59) jenis atau tipe makna dapat dibedakan

berdasarkan kriteria atau sudut pandang, yakni :

1. Berdasarkan jenis makna semantik, makna dapat dibedakan menjadi makna

leksikal dan makna gramatikal.

Makna leksikal adalah makna yang sesuai dengan referensinya, makna

yang sesuai dengan observasi alat indera, atau makna yang sungguh-sungguh nyata

dalam kehidupan kita. Contohnya: kata Tikus, makna leksikalnya adalah sebangsa

binatang pengerat yang dapat menyebabkan timbulnya penyakit tifus. Makna nampak

jelas dalam kalimat tikus mati diterkam kucing atau panen kali ini gagal akibat

serangga hama tikus, kata tikus pada kedua kalimat itu jelas merujuk kepada

binatang tikus, bukan kepada yang lain. Tetapi dalam kalimat yang menjadi tikus di

gudang kami ternyata berkepala hitam bukanlah dalam makna leksikal karena tidak

merujuk kepada binatang tikus melainkan kepada seorang manusia.

Sedangkan makna gramatikal adalah makna yang hadir sebagai akibat

adanya proses gramatikal atau proses afiksasi, proses reduplikasi, dan proses

komposisi. Contoh proses afiksasi / ter- / pada kata / angkat /dalam kalimat batu

seberat itu terangkat juga oleh adik, awalan ter- pada kata terangkat melahirkan

makna “dapat”, dan dalam kalimat ketika balok itu ditarik, papan itu terangkat ke

atas, melahirkan makna gramatikal “tidak sengaja”. Contoh reduplikasi dapat dilihat

Universitas Sumatera Utara

pada kata pulpen yang bermakna “sebuah pulpen”, menjadi buku-buku yang

bermakna “banyak buku”. Sedangkan contoh komposisi dapat dilihat pada kata sate

ayam tidak sama dengan sate madura. Yang pertama menyatakan asal bahan, yang

kedua menyatakan asal tempat. Begitu juga dengan komposisi orang tua asuh.

Yang pertama menyatakan anak yang diasuh, sedangkan yang kedua menyatakan

orang tua yang mengasuh.

2. Berdasarkan ada tidaknya pada sebuah kata atau leksem, dapat dibedakan

menjadi makna referensial dan makna non-referensial.

Makna referensial adalah makna dari kata-kata yang mempunyai referen,

yaitu sesuatu di luar bahasa yang diacu oleh kata lain. Contoh : kata lemari dan

kasur, disebut bermakna referensial karena kedua kata itu mempunyai referen yaitu

sejenis perabot rumah tangga.

Sedangkan kalau kata-kata itu tidak memiliki referen, maka kata itu

disebut kata bermakna non-referensial. Contoh : kata jika dan meskipun tidak

memiliki referen, jadi kata tersebut bermakna non-referensial. Sehingga dapat

disimpulkan bahwa kata-kata yang termasuk kata penuh seperti lemari dan kasur

termasuk kata-kata referensial, sedangkan yang termasuk kata tugas seperti preposisi,

konjugasi dan kata tugas lain adalah kata-kata yang bermakna non-referensial.

3. Berdasarkan ada tidaknya nilai rasa pada sebuah kata atau leksem, dibedakan

menjadi makna denotatif dan makna konotatif.

Universitas Sumatera Utara

Makna denotatif pada dasarnya sama dengan makna referensial, sebab

makna denotatif ini lazim diberi penjelasan sebagai makna yang sesuai dengan hasil

observasi menurut penglihatan, penciuman, pendengaran, perasaan atau pengalaman

lainnya. Jadi makna denotatif ini menyangkut informasi-informasi faktual objektif.

Karena itu sering disebut sebagai makna sebenarnya. Contoh : kata wanita dan

perempuan. Karena kata-kata ini mempunyai denotasi yang sama, yaitu manusia

dewasa bukan laki-laki. Walaupun kata perempuan mempunyai nilai rasa yang

rendah, sedangkan kata wanita mempunyai nilai rasa yang tinggi. Makna tambahan

pada suatu kata yang sifatnya memberi nilai rasa baik positif maupun negatif disebut

makna konotasi.

4. Berdasarkan ketepatan maknanya, makna dapat dibedakan menjadi makna kata

dan makna istilah.

Makna kata sering disebut sebagai makna bersifat umum, sedangkan

makna istilah memiliki makna yang tetap dan pasti. Hal ini dapat dilihat dari contoh

dalam bidang kedokteran kata tangan dan lengan, digunakan sebagai istilah untuk

pengertian yang berbeda. Makna tangan adalah “pergelangan”, sedangkan dalam

bahasa umum tangan adalah “pergelangan sampai ke pangkal bahu”. Sebaliknya

dalam bahasa umum tangan dan lengan dianggap bersinonim (maknanya sama).

5. Berdasarkan kriteria atau sudut pandang lain, dibedakan menjadi makna

asosiatif, idiomatik, kolokatif dan sebagainya.

Universitas Sumatera Utara

Makna asosiatif sesungguhnya sama dengan perlambang-lambang yang

digunakan oleh suatu masyarakat bahasa untuk menyatakan suatu konsep lain.

Contohnya kata melati digunakan sebagai perlambang kesucian, kata merah

digunakan sebagai perlambang keberanian, dan kata srikandi digunakan sebagai

perlambang kepahlawanan wanita.

Berbeda dengan makna idiomatik, kata idiom berarti satuan-satuan

bahasa (bisa berupa kata, frase maupun kalimat) yang maknanya tidak dapat

diramalkan dari makna leksikal unsur-unsurnya maupun makna gramatikal satuan-

satuan tersebut. Contoh frase menjual rumah bermakna “si pembeli menerima

rumah dan si penjual menerima uang”, tetapi menjual gigi bukan bermakna si

pembeli menerima gigi dan si penjual menerima uang”, melainkan bermakna “tertawa

keras-keras”. Sehingga dapat disimpulkan bahwa makna idiomatik adalah makna

sebuah satuan bahasa (kuat, frase atau kalimat) yang menyimpang dari makna

leksikal atau makna gramatikal unsur-unsur pembentuknya.

Sedangkan makna kolokatif berkenaan dengan makna kata dalam

kaitannya dengan makna kata lain yang mempunyai tempat yang sama dalam sebuah

frase. Contoh frase gadis itu cantik dan pemuda itu tampan. Kita tidak dapat

menyatakan gadis itu tampan atau pemuda itu cantik, karena pada kedua kalimat itu

maknanya tidak sama walaupun informasinya sama.

2.1.2 Manfaat Mempelajari Semantik

Universitas Sumatera Utara

Manfaat yang kita petik dari studi semantik sangat tergantung dari bidang

apa yang kita geluti dalam tugas kita sehari-hari (Chaer : 1994 :11). Bagi seorang

wartawan, seorang reporter, atau orang-orang yang berkecimpung dalam dunia

persuratkabaran dan pemberitaan, mereka barangkali akan memperoleh manfaat

praktis dari pengetahuan mengetahui semantik.

Pengetahuan semantik akan memudahkannya dalam memilih dan

menggunakan kata dengan makna yang tepat dalam menyampaikan informasi kepada

masyarakat umum, tanpa pengetahuuan akan konsep-konsep polisemi, homonimi,

denotasi, konotasi dan nuansa-nuansa makna tentu akan sulit bagi mereka untuk dapat

menyampaikan informasi secara tepat dan benar.

Bagi mereka yang berkecipung dalam penelitian bahasa, seperti mereka

yang belajar di Fakultas sastra, pengetahuan semantik akan banyak memberi bekal

teoritis kepadanya untuk menganalisis bahasa atau calon guru, pengetahuan mengenai

semantik akan manfaat teoritis dan juga manfaat praktis.

Manfaat teoritis karena dia sebagai guru bahasa harus pula mempelajari

dengan sungguh-sungguh akan bahasa yang diajarkannya. Teori-teori semantik ini

akan mencoba menolongnya memahami dengan lebih baik konsep-konsep bahasa

yang akan diajarkannya. Sedangkan manfaat praktis akan diperolehnya berupa

kemudahan bagi dirinya dalam mengajarkan bahasa itu kepada murid-muridnya.

Seorang guru bahasa, selain harus memiliki pengetahuan dan keterampilan

yang mengenai segala aspek bahasa, juga harus memiliki pengetahuan teori semantik

Universitas Sumatera Utara

secara memadai. Tanpa pengetahuan ini dia tidak akan dapat dengan tepat

menjelaskan perbedaan dan persamaan semantik antara dua buah bentuk kata, serta

bagaimana menggunakan kedua bentuk kata yang mirip itu dengan benar.

Sedangkan bagi orang awam atau orang kebanyakan pada umumnya,

pengetahuan yang luas akan teori semantik tidaklah diperlukan. Tetapi pemakaian

dasar-dasar semantik tentunya masih diperlukan untuk dapat memahami dunia di

sekelilingnya yang penuh dengan informasi dan lalu lintas kebahasaan. Semua

informasi yang ada di sekelilingnya, dan yang juga harus mereka serap, berlangsung

melalui bahasa, melalui dunia lingual. Sebagai manusia yang bermasyarakat tidak

mungkin mereka bisa hidup tanpa memahami alam sekitar mereka yang berlangsung

melalui bahasa.

2.2 Sinonim

Secara etimologi kata sinonimi atau disingkat sinonim berasal dari bahasa

Yunani kuno, yaitu onoma yang berarti ‘nama’, dan syn yang berarti ‘dengan’. Maka

secara harfiah kata sinonimi berarti ‘nama lain untuk benda atau hal yang sama’

(Chaer, 1994 :82).

Sementara menurut H.G Tarigan (1993:78) kata sinonim terdiri dari sin

(“sama” atau “serupa”) dan akar kata onim ”nama” yang bermakna “sebuah kata yang

dikelompokkan dengan kata-kata lain di dalam klasifikasi yang sama berdasarkann

makna umum. Dengan perkataan lain : sinonim adalah kata-kata yang mengandung

Universitas Sumatera Utara

arti pusat yang sama tetapi berbeda dalam nilai kata. Atau secara singkat : sinonim

adalah kata-kata yang mempunyai denotasi yang sama tetapi berbeda dalam konotasi.

Bambang Yudi Cahyono (1995:208) mengatakan bahwa sinonim adalah

dua kata atau lebih, yang memiliki makna yang sama atau hampir sama, tetapi tidak

selalu dapat saling mengganti dalam kalimat. Contoh-contoh sinonim adalah sudah-

telah, sebab-karena, meskipun-walaupun, jikalau-apabila, cinta-kasih, mati-

meninggal.

Dalam bahasa Jepang sinonim disebut dengan 類義語 (ruigigo).dalam

kamus sinonim atau 類義語辞典 (ruigigo jiten) karya Minazima Tatuo definisi

sinonim adalah :

類義語というのは、意味が同じか、またはよく似ている単語のことである Ruigigo to iu no wa, imi ga onajika, matawa yoku niteiru tango no koto de aru.

‘Yang disebut dengan sinonim adalah kata yang memiliki arti sama atau sangat

mirip’.

Perlu diperhatikan bahwa pengertian kesamaan makna yang digunakan

dalam membicarakan sinonim tidak mesti sama secara utuh. Kadang-kadang sebuah

kata kata dapat cocok dalam kalimat tertentu, tetapi sinonim kata itu akan membuat

kalimat itu tidak enak didengar. Misalnya, kata makan cocok digunakan dalam

kalimat Para pekerja bangunan sedang makan nasi ransum kiriman

majikannya. Akan tetapi bersantap yang merupakan sinonim kata itu terasa kurang

pas.

Universitas Sumatera Utara

Istilah sinonim dipakai karena pertindihan pada kata-kata yang bersinonim

itu cukup sehingga menyebabkan kemiripan fungsi kata-kata yang bersinonim itu.

Kata jejaka dan kata duda dalam bahasa Indonesia memiliki banyak kemiripan

mengenai cirri-cirinya kecuali dalam status perkawinan. Pertindihan yang tidak luas

itu tidak masuk dalam sinonim karena adanya perbedaan yang mendasar pada kata-

kata itu. Memang kedua kata itu memiliki persamaan bahwa yang dimaksud ialah

seorang manusia yang berjenis kelamin laki-laki, tetapi persamaan itu tidak pernah

dihiraukan orang, justru perbedaanya yang menjadi pusat perhatian yakni perbedaan

status perkawinannya.

Menurut Bambang Yudi Cahyono (1995:208) ada dua syarat suatu

dikatakan sinonim, yaitu memiliki kemiripan hampir menyeluruh dan sesuatu yang

ada diluar kemiripan itu tidak dianggap penting dan tidak banyak berpengaruh.

Sedangkan menurut T.Fatimah Djajasudarma (1999:42) ada tiga batasan untuk

sinonim, yaitu :

1. Kata-kata dengan referen ekstra linguistik yang sama

2. Kata-kata yang memiliki makna yang sama

3. Kata-kata yang dapat disulih dalam konteks yang sama

Tiap-tiap ahli bahasa membagi sinonim berbeda-beda. Dibawah ini akan

diuraikan penggolongan sinonim menurut beberapa ahli bahasa:

Universitas Sumatera Utara

1. Pembagian sinonim dengan mengikuti Palmer dalam T.Fatimah Djajasudarma

(1999:40) sebagai berikut :

a) Perangkat sinonim yang salah satu anggotanya berasal dari bahasa daerah atau

bahasa asing dan yang lainnya, yang terdapat didalam bahasa umum. Mis,

konde dan sanggul, domisili dan kediaman, khawatir dan gelisah.

b) Perangkat sinonim yang pemakaiannya bergantung kepada langgam dan laras

bahasa. Mis, dara, gadis, dan cewek; mati, meninggal, dan wafat.

Pemakaian kosakata langgam dan laras bahasa yang berbeda akan

menghasilkan kalimat yang tidak apik (ill-formed). Mis, “Cewek yang tinggal

di rumah besar itu kemarin wafat”.

c) Perangkat sinonim yang berbeda makna emotifnya, tetapi makna kognitifnya

sama. Mis, negarawan dan politikus; ningrat dan feodal.

d) Perangkat sinonim yang pemakaiannya terbatas pada kata tertentu

(keterbatasan kolokasi). Mis, telur busuk, nasi basi, mentega tengik, susu

asam, baju apek, busuk, basi, tengik, asam dan apek memiliki makna yang

sama, yakni buruk, tetapi tidak dapat saling menggantikan karena dibatasi

persandingan yang dilazimkan.

e) Perangkat sinonim yang maknanya kadang-kaddang tumpang-tindih.

Misalnya, buluh dan bamboo; bumbu dan rempah-rempah; bimbang,

cemas, dan sangsi; nyata dan kongkret.

Universitas Sumatera Utara

2. Penggolongan sinonim menurut pembagian Colliman dalam T.Fatimah

Djajasudarma (1999:39-41) membagi jenis sinonim menjadi Sembilan, dan

bila kita lihat contohnya di dalam bahasa Indonesia, sebagai berikut :

a) Sinonim yang salah satu annggotanya memiliki makna yang lebih umum

(generik), bandingkan mis, menghidangkan dan menyediakan atau

menyiapkan; kelamin dengan seks.

b) Sinonim yang salah satu anggotanya memiliki unsur makna yang lebih

intensif. Mis, jenuh dan bosan; kejam dan bengis; imbalan dan pahala.

c) Sinonim yang salah satu anggotanya lebih menonjolkan makna emotif.

Mis, mungil dan Kecil; bersih dan ceria; hati Kecil dan hati nurani.

d) Sinonim yang salah satu anggotanya bersifat mencela atau tidak

membenarkan. Mis, boros dan tidak hemat; hebat dan dahsyat;

mengamat-amati dan memata-matai (di dalam bahasa Sunda dikenal

ujaran bodo ‘bodoh’ dan hese ngarti gancang poho ‘sulit mengerti cepat

lupa’).

e) Sinonim yang salah satu anggotanya menjadi istilah bidang tertentu. Mis,

plasenta dan ari-ari; ordonansi dan peraturan; disiarkan dan

ditayangkan.

Universitas Sumatera Utara

f) Sinonim yang salah satu anggotanya lebih banyak dipakai didalam ragam

bahasa tulisan. Mis, selalu dan senantiasa; enak dan lezat; lalu dan

lampau; bisa dan racun.

g) Sinonim yang salah satu anggotanya lebih lazim dipakai di dalam bahasa

percakapan. Mis, kayak dan seperti; ketek dan ketiak.

h) Sinonim yang salah satu anggotanya dipakai dalam bahasa kanak-kanak.

Mis, pipis dan berkemih; mimik dan minum; bobo dan tidur, mam

(mamam) dan makan.

i) Sinonim yang salah satu anggotanya biasa dipakai di daerah tertentu saja.

Mis, cabai dan lombok; sukar dan susah; lepau dan warung; katak dan

kodok; sawala dan diskusi.

2.3 Pengertian Keiyooshi

Menurut Situmorang Hamzon, (2007:28) bila dilihat dari huruf kanjinya, kata

Keiyooshi ( 形容詞 ) terdiri dari tiga buah huruf kanji, yaitu :

形 = yang dibaca Kei yang berarti bentuk, rupa, corak atau potongan.

容 = yang dibaca Yoo yang berarti lukisan, perumpamaan, kiasan atau

ibarat.

詞 = yang dibaca Shi yang berarti kata

形容詞 = kata bentuk keadaan.

Universitas Sumatera Utara

Ciri-ciri keiyooshi :

1. Dapat berdiri sendiri

2. Menunjukkan sifat atau keadaan sesuatu benda

3. Mempunyai perubahan bentuk (konjugasi)

4. Selalu berakhiran i

5. Dapat menjadi predikat.

Dalam bahasa Jepang, Adjektiva secara umum disebut denggan istilah

Keiyooshi. Keiyooshi adalah kelas kata yang menyatakan sifat atau keadaan

sesuatu. Dalam bahasa Jepang kata sifat atau Keiyooshi dibagi dalam dua bagian

yaitu kata sifat yang berakhiran I atau I-Keiyooshi dan kata sifat yang berakhiran

Na atau sering disebut dengan Na-Keiyooshi.

Yang dimaksud dengan I-Keiyooshi adalah kelas kata yang

menyatakan sifat atau keadaan sesuatu, dengan sendirinya dapat menjadi

predikat dan dapat mengalami perubahan bentuk (Kitahara, 1995 : 82). Kata-kata

yang termasuk I-Keiyooshi dapat membentuk bunsetsu walaupun tanpa bantuan

kelas kata lain. Setiap kata yang termasuk I-Keiyooshi selalu diakhiri silabel (i)

dan bentuk kamusnya dapat menjadi predikat, dan dapat menjadi kata keterangan

yang menerangkan kata lain dalam suatu kalimat negatif. Kelas kata ini

mempunyai potensi untuk menjadi sebuah kalimat.

Sedangkan dalam bahasa Indonesia, kata sifat sering disebut dengan

istilah Adjektiva, Adjektiva adalah gabungan kata yang digunakan untuk menerangkan

Universitas Sumatera Utara

kata benda (nomina). Adjektiva juga disebut kata sifat keadaan yaitu kata yang

dipakai untuk menerangkan sifat atau keadaan orang, benda atau binatang (Sudjianto,

1990 :255), dan mempunyai ciri-ciri sebagai berikut

1. Adjektiva dapat diberikan keterangan perbandingan, seperti : lebih kurang,

paling, lebih pandai, kurang besar dan paling baik.

2. Adjektiva dapat diberi keterangan penguat, seperti : sangat, amat, benar,

sekali, terlalu, sangat bagus, amat mahal, bodoh, cantik sekali, benci, dan

terlalu kuat.

3. Adjektiva dapat diingkari dengan kata ingkar tidak, tidak sulit dan tidak

sakit.

4. Adjektiva pada kata tertentu dapat berupa akhiran, antara lain : er/

Temporer, iah / alamiah, if /sumatif, ik / akademik.

2.4 Jenis-jenis Keiyooshi

Menurut Shimizu (Skripsi Novalia Hutapea 2006: 45) Keiyooshi atau I-Keiyooshi

dibagi menjadi dua jenis, yaitu :

1. Zokusei Keiyooshi yaitu kelompok kata adjektiva-i yang menyatakan sifat

atau keadaaan secara objektif.

Contoh : 早い (はやい) = cepat

長い (ながい) = nagai

Universitas Sumatera Utara

遠い (とおい) = jauh

高い(たかい) = mahal

難し(むずかしい) =sulit/payah

白い(しろい) = putih, dan sebagainya

2. Kanjoo keiyooshi yaitu kelompok kata adjektiva-i yang menyatakan perasaan

atau emosi secara subjektif.

Contoh : 哀し(かなしい) = sedih

恐い(こわい) = takut

痒い(かゆい) = gatal, dan sebagainya

Menurut Situmorang Hamzon, (2007:28) Keiyooshi atau I-Keiyooshi dibagi

menjadi tujuh jenis dilihat dari artinya, yaitu:

1. Keiyooshi yang mengutarakan bentuk benda

Contoh :

丸い (まるい) = bulat

四角い (しかくい) = persegi empat

細長い (ほそいながい) = panjang kurus/ sempit

平たい (ひらたい) = datar

鋭い (するどい) = tajam

Universitas Sumatera Utara

2. Keiyooshi yang mengutarakan jumlah atau volume benda

Contoh :

大きい (おおきい) = besar

小さい (ちいさい) = Kecil

細かい (こまかい) = halus, mendetail

長い (ながい) = panjang

厚い (あつい) = tebal

3. Keiyooshi yang menunjukkan sifat benda

Contoh :

固い (かたい) = keras

柔らかい (やわらかい) = lembek/ lembut

熱い (あつい) = panas

白い (しろい) = putih

赤い (あかい) = merah

4. Keiyooshi yang berhubungan dengan mutu

Contoh :

悪い (わるい) = jelek

美しい (うつくしい) = cantik

Universitas Sumatera Utara

好ましい (このましい) = suka, menarik hati

汚い (きたない) = kotor

面白い (おもしろい) = menarik

5. Keiyooshi yang berhubungan dengan nilai benda

Contoh :

素晴らしい (すばらしい) = hebat

優し (やさしい) = baik hati

厳しい (いかめしい) = keras, sungguh-sungguh

睦まじい (むつまじい) = ramah, bersahabat

6. Keiyooshi yang berhubungan dengan nilai bunyi-bunyian

喧しい (やかましい) = riuh, bising

騒がしい (さわがしい) = gaduh, riuh

7. Keiyooshi yang mengutarakan makna gerakan.

早い (はやい) = kencang

遅い (おそい) = lambat, pelan-pelan

のるい = pelan-pelan

2.5 Chiisai, Komakai, Kuwashii

Universitas Sumatera Utara

Pada bab ini juga akan dikemukakan pendapat dari beberapa ahli

linguistik bahasa Jepang, tentang pengertian Chiisai, Komakai, dan Kuwashii.

1. Pengertian Chiisai

Kikuo Nomoto (1988 : 100) mengatakan bahwa :

1. (Kecil) ( tentang barang dan sebagainya) tidak besar kapasitasnya, luasnya,

tingginya, panjangnya ; juga, tidak besar kalau dibandingkan dengan yang lain.

Contoh : 弟より私の方が

Otooto yori watashi no hoo ga

小さい

Saya lebih

Chiisai

pendek

2. (Kecil) (tentang jumlah atau taraf) tidak besar, tidak tinggi.

daripada adik laki-laki saya.

Contoh : テレビの音を

Terebi no oto o

小さくする

chiisaku

suru

Mengecilkan

3. (Kecil) (tentang ukuran, pengaruh) tidak besar.

suara televisi.

Contoh : 父は小さい

Chichi wa

事業をやっている

Chiisai

Ayah saya mengusahakan perusahaan

jigyoo o yatte iru

Kecil

4. (Kecil) (tentang anak) sedikit umurnya.

.

Contoh : 小さいころよく川で泳いだものだ

Universitas Sumatera Utara

Chiisai

Ketika masih

koro yoku kawa de oyoida mono da.

Kecil,

sering berenang di sungai.

2. Pengertian Komakai

Kikuo Nomoto (1988 : 583) mengatakan bahwa :

1. Halus-halus (tentang unsur-unsur yang merupakan bagian keseluruhan) ; sangat

Kecil.

Contoh : ネギを細かく

Negi o

刻む

komakaku

Mengiris daun bawang

kizamu

halus-halus

2. (tentang suatu hal) panjang lebar isinya ; remeh temeh.

.

Contoh : 細かい

ことを気にする

Komakai

Terlalu memperhatikan hal yang

koto o ki ni suru

remeh temeh

3. Penuh perhatian penuh seksama.

(sekecil-kecilnya).

Contoh : あの人のすることは芸が細かい

Ano hito no suru koto wa gei ga

Dalam bekerja, keahlian sampai padahal yang

Komakai

Sekecil-kecilnya.

Universitas Sumatera Utara

Shoji dan Hiroshi (2001 : 287) mengatakan bahwa :

1. Komakai denotes that each part or section of something, e,g., powder, sand,

rain, lettering, or netting, is very fine, small or dense. Komakai is used only

when there are many the same kind thing of present.

Komakai menunjukkan bahwa setiap bagian atau bagian dari sesuatu, misalnya :

bubuk, pasir, hujan, huruf, atau jaring, sangat halus, Kecil atau padat. Komakai

digunakan hanya jika ada banyak hal yang sama yang hadir.

Contoh : 霧のような細かい

Kirino yoona

雨が降っているI

Komakai

Sedang turun hujan

amega futteiru.

rintik-rintik

2. Komakai is also used when one explains something very carefully, covering

each minute detail. Kuwashi refers to the richness of information, while

Komakai refers to each small, minute detail. Komakai okane normally means

coins small denomination, such as ¥ 100 and ¥ 50 coins. To change a large bill

into small money is komakaku suru in Japanese.

seperti kabut.

Komakai juga digunakan ketika seseorang menjelaskan sesuatu yang sangat hati-

hati.Yang mencakup setiap detil menit. Kuwashii mengacu pada kekayaan informasi,

sedangkan Komakai mengacu pada setiap detail, Kecil menit. Komakai okane

biasanya berarti koin dari denominasi Kecil. Seperti ¥100 dan ¥50. Untuk mengubah

tagihan besar menjadi uang Kecil Jepang Komakaku suru.

Contoh : 彼はお金に細かい

Karewa okaneni

からきらわれている

Komakaikara kirawareteiru.

Universitas Sumatera Utara

Dia tidak disukai karena terlalu (perhitungan)

masalah uang.

3. Pengertian Kuwashii

Kikuo Nomoto (1988 : 651) mengatakan bahwa :

1. (= teliti terperinci, secara mendetil)

Contoh : もっと詳しい

Motto

報告が読みたい

Kuwashii

Ingin membaca laporan yang lebih

hookoku ga yomiitai

terperinci

2. (dalam bentuk ni Kuwashii) mengetahui sampai hal-hal Kecil mengenai

sesuatu.

.

Contoh : あの人は歴史に

Ano hito wa rekishi ni

詳しい

Orang itu mempunyai pengetahuan

Kuwashii

yang dalam

tentang sejarah.

Shoji dan Hiroshi (2001 : 286) mengatakan bahwa :

1. This indicates that something is explained very carefully and in detail, or that a

lot of information about something is provided so that it is clear even to people

who have encountered it before.

Menunjukkan sesuatu yang sangat hati-hati dan dijelaskan secara rinci

atau bahwa banyak informasi tentang sesuatu disediakan sehingga jelas bahkan untuk

orang-orang yang tidak pernah menemuinya sebelumnya.

Universitas Sumatera Utara

Contoh : 渋谷の詳しい

Shibuyano

地図がほしい

Kuwashii

Ingin peta yang

chizu ga hoshii.

terperinci

2. Kuwashii can describe a person as being very knowledgeable about something.

tentang Shibuya.

Kuwashii menggambarkan seseorang sangat banyak mengetahui tentang sesuatu.

Contoh : 彼女は現代文学んに

Kanojo wa gendaibungakuni

詳しい

Dia mempunyai

kuwashi

pengetahuan yang dalam

tentang kesusastraan modern.

Universitas Sumatera Utara