6
1 BAB I PENDAHULUAN I.I. Latar Belakang Penelitian Indonesia khususnya Pulau Jawa memiliki banyak gunung api karena berada pada wilayah tektonik aktif yang dikenal dengan zona subduksi. Gunung api yang terbentuk dari proses subduksi memiliki umur yang bervariasi, mulai dari Tersier hingga Kuarter dan dapat terbentuk pada lingkungan darat maupun laut. Besarnya proses eksogenik yang terjadi di Indonesia, mengakibatkan morfologi gunung api yang berumur Tersier secara umum sudah tidak utuh lagi, namun masih bisa dilakukan identifikasi suatu gunung api purba dengan melakukan pendekatan-pendekatan yang sama dengan pengidentifikasian gunung api masa kini, sehingga dapat diidentifikasi karakteristik maupun pelamparan dari suatu gunung api purba secara detail (Bronto, 2010). Penelitian berada pada Kecamatan Loano dan sekitarnya, Kabupaten Purworejo. Daerah penelitian menyingkap batuan vulkanik dari Formasi Andesit Tua. Berdasarkan Peta geologi Regional Lembar Yogyakarta (Rahardjo, dkk 1995), Formasi Andesit Tua tersingkap pada area yang luas. Luasnya pelamparan formasi ini menyebabkan dugaan sumber gunung api pembentuk formasi ini lebih dari satu. Pada daerah penelitian belum terdapat penelitian detail yang membahas hubungan antara sumber gunung api dengan batuan vulkaniknya, sehingga sisi ini diangkat penulis untuk dijadikan tema penelitian. Dalam ilmu geologi, studi ini menjadi hal yang menarik dimana dapat dikembangkan untuk mengetahui adanya potensi geologi dari suatu sistem gunung api di sekitar lokasi penelitian, misalkan dalam hal potensi alterasi, mineralisasi, hingga adanya potensi panas bumi.

BAB I PENDAHULUAN I.I. Latar Belakang Penelitianetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/86624/potongan/S1-2015... · Besarnya proses eksogenik yang terjadi di Indonesia, mengakibatkan

Embed Size (px)

Citation preview

1

BAB I

PENDAHULUAN

I.I. Latar Belakang Penelitian

Indonesia khususnya Pulau Jawa memiliki banyak gunung api karena

berada pada wilayah tektonik aktif yang dikenal dengan zona subduksi. Gunung

api yang terbentuk dari proses subduksi memiliki umur yang bervariasi, mulai dari

Tersier hingga Kuarter dan dapat terbentuk pada lingkungan darat maupun laut.

Besarnya proses eksogenik yang terjadi di Indonesia, mengakibatkan morfologi

gunung api yang berumur Tersier secara umum sudah tidak utuh lagi, namun

masih bisa dilakukan identifikasi suatu gunung api purba dengan melakukan

pendekatan-pendekatan yang sama dengan pengidentifikasian gunung api masa

kini, sehingga dapat diidentifikasi karakteristik maupun pelamparan dari suatu

gunung api purba secara detail (Bronto, 2010).

Penelitian berada pada Kecamatan Loano dan sekitarnya, Kabupaten

Purworejo. Daerah penelitian menyingkap batuan vulkanik dari Formasi Andesit

Tua. Berdasarkan Peta geologi Regional Lembar Yogyakarta (Rahardjo, dkk

1995), Formasi Andesit Tua tersingkap pada area yang luas. Luasnya pelamparan

formasi ini menyebabkan dugaan sumber gunung api pembentuk formasi ini lebih

dari satu. Pada daerah penelitian belum terdapat penelitian detail yang membahas

hubungan antara sumber gunung api dengan batuan vulkaniknya, sehingga sisi ini

diangkat penulis untuk dijadikan tema penelitian. Dalam ilmu geologi, studi ini

menjadi hal yang menarik dimana dapat dikembangkan untuk mengetahui adanya

potensi geologi dari suatu sistem gunung api di sekitar lokasi penelitian, misalkan

dalam hal potensi alterasi, mineralisasi, hingga adanya potensi panas bumi.

2

I.2. Maksud dan Tujuan Penelitian

Maksud dari penelitian ini untuk memberikan deskripsi detail hubungan

antara batuan vulkanik dengan gunung api purba yang ada di daerah penelitian.

Tujuan penelitian yang akan ditempuh adalah mengidentifikasi karakteristik

sumber gunung api purba yang membentuk litologi daerah penelitian, melakukan

pembagian fasies gunung api purba dengan cara pembuatan peta fasies gunung api

purba, serta mengetahui mekanisme pembentukan / genesis batuan gunung api

berdasarkan karakteristiknya.

I.3. Batasan Masalah

Penelitian ini secara umum dibatasi pada 3 aspek, berupa aspek lokasi

daerah yang diteliti, aspek objek yang diteliti, serta aspek metode yang digunakan.

1. Aspek lokasi yang diteliti. Penelitian dilakukan di Desa Banyuasin

Separe dan sekitarnya, Kecamatan Loano dan sekitarnya Kabupaten

Purworejo, Provinsi Jawa Tengah.

2. Objek yang diteliti pada daerah penelitian ini adalah singkapan

batuan vulkanik pada Formasi Andesit Tua. Analisis datanya dibatasi

pada aspek karakteristik dan mekanisme pembentukan batuan

vulkanik pada daerah penelitian, serta identifikasi fasies vulkanik.

3. Metode yang digunakan pada penelitian ini dibagi menjadi dua

bagian yakni pengambilan data dan analisis data. Pada metode

pengambilan data hanya dilakukan dengan pengambilan data

permukaan yaitu dengan melakukan pemetaan geologi. Pada

metode analisis data metode yang digunakan berdasarkan

pengamatan petrografi maupun metode XRF.

3

PETA LOKASI PENELITIANDAERAH BANYUASIN SEPARE DAN SEKITARNYA, KECAMATAN LOANO,

KABUPATEN PURWOREJO, PROVINSI JAWA TENGAH

0 km 4 km

U

Lokasi Daerah Penelitian

I.4 Lokasi dan Kesampaian Daerah 3

Gambar 1.1. Peta Indeks dan Peta Lokasi Daerah Penelitian

4

Lokasi penelitian secara administratif meliputi Desa Kedung Loteng, Desa

Cacaban Kidul, Desa Benowo, Desa Kali Urip, Desa Kedung Puang, Desa Mudal

Rejo, Desa Ngargo Sari, Desa Banyu Asin Kembaran, Desa Kali Semo, Desa

Kemejing, Desa Kali Tepas, Desa Sedayu, Desa Guyangan, Desa Wadas, Desa

Banyu Asin Sepae, Desa Pagerharjo, Desa Kali Semo, Desa Kali Glagah, Desa

Tepan Sari, Desa Tridadi, Desa Kali Kalong, Desa Ngadi Rejo, Desa Rimun,

Desa Dono Rati, Desa Hardi Mulyo, Desa Sudogoro, Desa Somowono, Desa

Tlogo Bulu, Desa Gunung Wangi, Desa Jelok, Desa Sudi Moro, Kecamatan

Loano dan sekitarnya Kabupaten Purworejo, Provinsi Jawa Tengah. Daerah

penelitian berada pada Peta Rupa Bumi Digital Indonesia lembar 1408-231

Purworejo . Luas daerah pemetaan ini kurang lebih 63 km2.

Lokasi penelitian dapat dicapai dengan kendaraan pribadi (sepeda motor

atau mobil) kurang lebih 1 jam 30 menit dari Yogyakarta. Secara umum lokasi

penelitian mudah jika berusaha dicapai dengan kendaraan roda dua dan terdapat

juga beberapa lokasi yang harus ditempuh dengan jalan kaki. Penyusun berusaha

memanfaatkan kendaraan roda dua pada daerah-daerah yang relatif bisa dijangkau

dengan kendaraan dan berjalan kaki pada lokasi-lokasi yang sulit dijangkau

dengan kendaraan roda dua.

I.5. Manfaat Penelitian

Penelitian bermanfaat untuk memberikan gambaran hubungan antara

batuan vulkanik daerah penelitian tentang sumber batuan vulkanik tersebut dilihat

dari sisi fasies batuan vulkanik tersebut. Hubungan ini menjadi penting karena

jika dapat diidentifikasi luas pelamparan gunung api purba dengan menggunakan

5

data batuan vulkanik yang ada, nantinya dapat dilihat potensi ekonomis yang

mungkin terdapat di gunung api purba tersebut, seperti potensi mineralisasi.

I.6. Peneliti Terdahulu

Beberapa penelitian yang telah dilakukan oleh beberapa ahli antara lain :

1. Bemmelen (1949) menyatakan bahwa Kulon Progo merupakan bagian dari

Zona Pegunungan Serayu Selatan bagian timur dan merupakan suatu kubah

(dome).

2. Bemmelen (1949) menyatakan ada tiga gunungapi purba di Kulon Progo,

yaitu (dari tua ke muda) (1) Gunung Gajah yang terletak di tengah dan

menghasilkan aliran lava dan breksi andesit piroksen basaltik, (2) Gunung Ijo

yang terletak di selatan yang menghasilkan andesit piroksen basaltik

kemudian menjadi andesit augit hornblenda dan yang paling akhir adalah

intrusi dasit, serta (3) Gunung Menoreh di sebelah utara yang menghasilkan

batuan andesit augit hornblenda yang diikuti intrusi dasit dan trakhiandesit.

3. Sujanto dan Roskamil (1975) membuat urutan stratigrafi regional pada

Kompleks Pegunungan Kulon Progo. Formasi Nanggulan merupakan formasi

tertua dan berumur Eosen, kemudian terbentuk Formasi Andesit Tua yang

berumur Oligosen dan memiliki hubungan tidak selaras dengan formasi

Nanggulan. Pada Miosen awal hingga Miosen akhir terbentuk formasi

Sentolo yang pada Miosen awal juga terbentuk formasi Sambipitu. Kedua

formasi ini memiliki hubungan menjari. Diatas formasi Sambipitu terbentuk

formasi Jonggrangan dan memiliki hubungan selaras. Pada Pliosen awal

terbentuk formasi Wonosari. Akhir dari stratigrafi Pegunungan Kulon Progo

ditandai dengan adanya endapan endapan vulkanik yang berumur Kuarter.

6

4. Rahardjo (1995) mengadakan penelitian dan membuat peta geologi lembar

Yogyakarta berskala 1:100.000.

5. Setiadji et al. (2006) menyatakan bahwa magmatisme di Jawa dihasilkan pada

seting tektonik island arcs. Magmatisme pada Tersier Bawah didominasi oleh

magmatisme toleitik dan pada Miosen Atas didominasi oleh kalk-alkalin.

Sumber magma di Jawa berasal dari partial melting dari mantle wedge yang

menghasilkan magma basaltik. Proses diferensiasi magma yang bekerja yaitu

fraksional kristalisasi. Magma primer ini mengalami perubahan yang sangat

besar sebelum erupsi.

6. Setijadji dan Watanabe (2009) menyatakan daerah Kulon Progo memiliki tiga

pusat gunung api dengan umur 25,4 - 29,6 jtl (Oligosen Atas) yaitu pada

sampel di Gunung Ijo pada Kulon Progo Selatan 17,0±2,0 sampai 16,0±2,2 jtl

(Miosen Bawah) pada sampel di Gunung Gajah (Kulon Progo) dan 11,4±0,7

sampai 12,4±0.7 jtl (Miosen Atas) pada sampel Gunung Menoreh

(Borobudur).

7. Bronto (2010) menyatakan identifikasi suatu gunung api purba dapat

dilakukan dengan berbagai cara, yaitu dengan pendekatan morfologi, struktur

geologi, litofasies, struktur dan tekstur batuan, geokimia, maupun pendekatan

geofisika. Bronto melakukan pembagian, deliniasi, dan identifikasi

karakteristik gunung api purba di daerah Jawa Tengah dan Sekitarnya, namun

untuk daerah kulon Progo hanya dilakukan pembagian dan deliniasi gunung

api purba. Gunung Ijo berada pada bagian selatan, gunung Gajah pada bagian

tengah, dan gunung Menoreh pada bagian utara.