7
1 BAB I PENDAHULUAN I.1.Latar Belakang Meningioma adalah tumor jinak pada CNS yang berasal dari selubung meninges pada otak dan korda spinalis. Walaupun sel asalnya masih belum dapat dipastikan, kemungkinan besar tumor ini berasal dari sel pembungkus arachnoid (arachnoidal cap cells). Sel- sel yang berasal dari lapisan luar arachnoid mater dan arachnoid villi ini menunjukkan kemiripan sitologis yang menonjol dengan sel tumor meningioma. Tumor ini paling sering dilaporkan pada pasien lansia dengan insidensi terbanyak pada dekade ketujuh (Riemenschneider et al., 2006) Sebagian besar meningioma adalah lesi jinak yang berkembang dengan lambat dan secara khas dihubungkan dengan gejala peningkatan tekanan intracranial yang bertahap. Sakit kepala dan kejang adalah gejala umum yang terjadi, namun terdapat pula gejala lain yang tergantung pada ukuran dan lokasi dari tumor. Pada MRI, meningioma biasanya tampak isointense terhadap korteks

BAB I PENDAHULUAN I.1.Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/69159/potongan/S2-2013... · ditemukan di kompartemen supratentorial, ... gangguan penglihatan, sindrom lobus

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB I PENDAHULUAN I.1.Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/69159/potongan/S2-2013... · ditemukan di kompartemen supratentorial, ... gangguan penglihatan, sindrom lobus

 

  1  

BAB I

PENDAHULUAN

I.1.Latar Belakang

Meningioma adalah tumor jinak pada CNS yang

berasal dari selubung meninges pada otak dan korda

spinalis. Walaupun sel asalnya masih belum dapat

dipastikan, kemungkinan besar tumor ini berasal dari

sel pembungkus arachnoid (arachnoidal cap cells). Sel-

sel yang berasal dari lapisan luar arachnoid mater dan

arachnoid villi ini menunjukkan kemiripan sitologis

yang menonjol dengan sel tumor meningioma. Tumor ini

paling sering dilaporkan pada pasien lansia dengan

insidensi terbanyak pada dekade ketujuh

(Riemenschneider et al., 2006)

Sebagian besar meningioma adalah lesi jinak yang

berkembang dengan lambat dan secara khas dihubungkan

dengan gejala peningkatan tekanan intracranial yang

bertahap. Sakit kepala dan kejang adalah gejala umum

yang terjadi, namun terdapat pula gejala lain yang

tergantung pada ukuran dan lokasi dari tumor. Pada MRI,

meningioma biasanya tampak isointense terhadap korteks

Page 2: BAB I PENDAHULUAN I.1.Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/69159/potongan/S2-2013... · ditemukan di kompartemen supratentorial, ... gangguan penglihatan, sindrom lobus

 

 

2  

serebri dan terdapat peningkatan kontras (Sheporaitis

et al., 1992)

Menurut data yang diperoleh dari Central Brain

Tumor Registry of the United States (CBTRUS),

meningioma menyumbang 33.8% dari seluruh kasus tumor

otak primer dan CNS yang dilaporkan di Amerika Serikat

antara tahun 2006-2008. Angka ini mengalami peningkatan

dari 33.6% pada tahun 2002-2006 yang menempatkan

meningioma sebagai tumor otak primer yang paling sering

terdiagnosis pada orang dewasa dengan insidensi dua

kali lipat lebih tinggi pada wanita (8.36) dibandingkan

dengan pria (3.61). Jumlah kasus meningioma ditemukan

sedikit lebih tinggi pada ras kulit hitam non-hispanik

(6.67) dibandingkan dengan ras kulit putih non-hispanik

(5.90) dan hispanik (5.94)

Di Indonesia sendiri, khususnya di RSUP Dr.

Sardjito Yogyakarta, terdapat 14 kasus yang dilaporkan

pada tahun 2001-2005. Angka ini meningkat menjadi 36

kasus pada tahun 2006-2008. Sebagian besar kasus

meningioma di instalasi Patologi Anatomi RSUP Dr.

Sardjito tahun 2001-2008 adalah meningioma beningna

(WHO derajat I), yang berarti data ini sesuai dengan

data yang menunjukkan bahwa meningioma benigna (WHO

derajat I) merupakan jenis yang terbanyak yaitu lebih

Page 3: BAB I PENDAHULUAN I.1.Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/69159/potongan/S2-2013... · ditemukan di kompartemen supratentorial, ... gangguan penglihatan, sindrom lobus

 

 

3  

dari 90% (Park et al, 2008). Walaupun sebagian besar

jinak, meningioma secara mengejutkan memiliki spektrum

karakteristik klinik yang luas. Pada beberapa kelompok

kasus yang dibedakan secara histologis, 10-15% kasus

yang ditemukan dihubungkan dengan risiko kekambuhan

tinggi, bahkan setelah dilakukan reseksi komplit

(Riemenschneider et al., 2006).

Melihat tren peningkatan pelaporan kasus

meningioma pada satu dekade terakhir, peningkatan yang

sama dapat diprediksikan akan terjadi pada setidaknya

satu dekade mendatang. Fakta ini menuntut kemampuan

diagnosis meningioma yang lebih baik.

Diagnosis meningioma dilakukan dengan anamnesis

riwayat penyakit, pemeriksaan fisik, pemeriksaan

penunjang dengan MRI dan CT Scan (Hatoum et al., 2008),

serta diagnosis berdasarkan hasil pemeriksaan

histopatologis (Moradi et al., 2008). Manifestasi

klinis yang ditimbulkan meningioma sangat bergantung

dengan besar dan lokasi tumor. Mayoritas meningioma

ditemukan di kompartemen supratentorial, yang tersering

di sepanjang sinus venosus di dural konveks serebri,

daerah parasagital, dan area sphenoid wing. (Buetow et

al., 1991). Lokasi yang lebih jarang ditemukan adalah

pada selabung nervus optikus, angulus cerebellopontine,

Page 4: BAB I PENDAHULUAN I.1.Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/69159/potongan/S2-2013... · ditemukan di kompartemen supratentorial, ... gangguan penglihatan, sindrom lobus

 

 

4  

dan plexus choroideus. Daerah spina adalah lokasi utama

pada 12% pasien dan merupakan tumor tersering pada

korda spinalis intradural dan kauda ekuina (Kendall et

al., 1977 ; Rohringer et al., 1989). Gejala klinis yang

sering dikeluhkan pada pasien meningioma antara lain

sakit kepala yang secara bertahap meningkat, kejang,

gangguan penglihatan, sindrom lobus frontalis, gangguan

kepribadian, hemiparesis kontralateral, kelemahan pada

lengan dan kaki, serta kehilangan sensasi terutama pada

meningioma spinalis (Hatoum, 2008; Tew, 2009).

Lokasi dari asal tumor merupakan faktor prediktor

penting untuk menentukan prognosis dan resektabilitas.

Tumor pada daerah konveks dapat disembuhkan dengan

bedah reseksi, sementara tumor yang berbasis di tulang

tengkorak, terutama daerah petroklivus, sering

menampakkan hasil yang kurang memuaskan (Lamszus K,

2004). Pemeriksaan histologis dapat memprediksi

mortalitas dan rekurensi. Meningioma atipikal dan

maligna memiliki tingkat rekurensi yang lebih tinggi

dan waktu kelangsungan hidup yang lebih singkat

dibandingkan dengan meningioma benigna. Tingkat

kekambuhan dalam 5 tahun dilaporkan sebanyak 38% pada

kasus meningioma atipikal dan 78% pada meningioma

maligna (Jääskelainen, 1986) Sementara pada meningioma

Page 5: BAB I PENDAHULUAN I.1.Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/69159/potongan/S2-2013... · ditemukan di kompartemen supratentorial, ... gangguan penglihatan, sindrom lobus

 

 

5  

benigna, 70.1% dari total kasus menunjukkan tingkat

kelangsungan hidup 5 tahun dan pada lesi maligna

dilaporkan sebanyak 54.6% dari total kasus. (McCarthy

et al., 1998) Temuan pada CT-Scan juga dapat membantu

menggambarkan apakah tumor tersebut memiliki

karakteristik benigna atau maligna. Peningkatan

homogenitas dan kalsifikasi lebih sering dijumpai pada

tumor benigna, dimana peningkatan non-homogenitas dan

“mushrooming” lebih sering dijumpai pada tumor maligna

(Rockhill et al., 2007)

Meningiterpretasikan manifestasi klinis dari

meningioma menurut lokasinya adalah salah satu topik

menarik yang telah melahirkan banyak potensi baru bagi

pemeriksaan neurologi klinis. Bagaimanapun,

ketersediaan teknik pencitraan modern telah

memfasilitasi diagnosis meningioma pada tahap awal,

maka beban untuk mendiagnosis berdasarkan gejala dan

dihubungkan dengan perbedaan lokasi tumor sudah jarang

terlihat (Bindal et al., 2003). Melihat potensi ini,

peneliti merasa perlu meneliti kesesuaian antara

manifestasi klinis dengan lokasi meningioma

orbitokranial.

Page 6: BAB I PENDAHULUAN I.1.Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/69159/potongan/S2-2013... · ditemukan di kompartemen supratentorial, ... gangguan penglihatan, sindrom lobus

 

 

6  

I.2. Perumusan Masalah

1. Bagaimana kesesuaian antara manifestasi klinis

yang timbul dengan lokasi meningioma

orbitokranial?

I.3. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

kesesuaian antara manifestasi klinis yang timbul dengan

lokasi meningioma orbitokranial.

I.4. Keaslian Penelitian

Penelitian tentang manifestasi klinis yang tampak

pada pasien yang terdiagnosis meningioma telah

dilakukan sebelumnya. Rockhill et al., (2007) dan Nema

et al., (2010) telah meneliti tentang diagnosis dan

pengobatan meningioma berdasarkan manifestasi klinis.

Mascarenhas et al., (2005) telah melakukan penelitian

tentang hubungan ukuran dan lokasi tumor serta gejala

meningioma. Ditemukan adanya hubungan yang secara

statistik signifikan antara ukuran dan lokasi tumor,

namun ukuran tumor tidak memiliki hubungan dengan usia

dan jenis kelamin pasien, durasi gejala awal, status

klinik lepas mondok dan keluhan yang berkelanjutan.

Page 7: BAB I PENDAHULUAN I.1.Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/69159/potongan/S2-2013... · ditemukan di kompartemen supratentorial, ... gangguan penglihatan, sindrom lobus

 

 

7  

Sejauh ini, penelitian serupa belum banyak dilakukan di

Indonesia terutama di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta.

I.5. Manfaat Penelitian

Data dan informasi yang diperoleh dari hasil

penelitian ini diharapkan dapat menunjukkan kesesuaian

antara manifestasi klinis dengan lokasi meningioma

orbitokranial yang kemudian dapat digunakan sebagai

masukan bagi tenaga kesehatan khususnya dokter untuk

menegakkan diagnosis awal meningioma orbitokranial agar

manajemen lanjutan bagi pasien tersebut dapat dilakukan

sesegera mungkin.