13
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Humor merupakan rangsangan verbal dan atau visual yang secara spontan memancing senyum dan tawa pendengar atau orang yang melihatnya (Wijana, 2003:xx). Humor ada dan berkembang di semua lapisan masyarakat. Selain sebagai hiburan, menurut Wijana (2003:3) humor dapat membebaskan diri manusia dari beban kecemasan, kebingungan, kekejaman, dan kesengsaraan. Humor juga berfungsi sebagai alat kritik yang ampuh, karena melalui humor orang yang dikritik tidak merasakannya sebagai suatu konfrontasi (Soedjatmiko, 1992:70). Humor disajikan dalam berbagai bentuk, seperti dongeng, teka-teki, puisi rakyat, nyanyian rakyat, julukan, karikatur, bahkan nama makanan yang lucu (Wijana, 2003:4). Penelitian-penelitian mengenai humor selama ini hampir semuanya berpijak pada teori psikologi yang berporos pada konsep ketidaksejajaran (incongruity), pertentangan (conflict) dan pembebasan (relief) (Wijana, 2003:5). Akan tetapi, masalah ketidaksejajaran dan pertentangan dalam penciptaan humor juga pula diterangkan secara linguistis. Dari sudut pandang linguistik, ketidaksejajaran dan pertentangan dalam humor terjadi karena dilanggarnya norma-norma pragmatik, baik secara tekstual maupun interpersonal (Wijana, 2003:6). Secara tekstual pelanggaran dilakukan dengan penyimpangan prinsip kerja sama, dan secara interpersonal dilakukan dengan pelanggaran prinsip kesopanan dan parameter pragmatik (Wijana, 2003:6).

BAB I PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/83836/potongan/S1-2015... · bahasa Inggris, campur kode). Selanjutnya, Kurniawati ini juga mengemukakkan

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB I PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/83836/potongan/S1-2015... · bahasa Inggris, campur kode). Selanjutnya, Kurniawati ini juga mengemukakkan

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Humor merupakan rangsangan verbal dan atau visual yang secara spontan

memancing senyum dan tawa pendengar atau orang yang melihatnya (Wijana,

2003:xx). Humor ada dan berkembang di semua lapisan masyarakat. Selain

sebagai hiburan, menurut Wijana (2003:3) humor dapat membebaskan diri

manusia dari beban kecemasan, kebingungan, kekejaman, dan kesengsaraan.

Humor juga berfungsi sebagai alat kritik yang ampuh, karena melalui humor

orang yang dikritik tidak merasakannya sebagai suatu konfrontasi (Soedjatmiko,

1992:70). Humor disajikan dalam berbagai bentuk, seperti dongeng, teka-teki,

puisi rakyat, nyanyian rakyat, julukan, karikatur, bahkan nama makanan yang lucu

(Wijana, 2003:4).

Penelitian-penelitian mengenai humor selama ini hampir semuanya

berpijak pada teori psikologi yang berporos pada konsep ketidaksejajaran

(incongruity), pertentangan (conflict) dan pembebasan (relief) (Wijana, 2003:5).

Akan tetapi, masalah ketidaksejajaran dan pertentangan dalam penciptaan humor

juga pula diterangkan secara linguistis. Dari sudut pandang linguistik,

ketidaksejajaran dan pertentangan dalam humor terjadi karena dilanggarnya

norma-norma pragmatik, baik secara tekstual maupun interpersonal (Wijana,

2003:6). Secara tekstual pelanggaran dilakukan dengan penyimpangan prinsip

kerja sama, dan secara interpersonal dilakukan dengan pelanggaran prinsip

kesopanan dan parameter pragmatik (Wijana, 2003:6).

Page 2: BAB I PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/83836/potongan/S1-2015... · bahasa Inggris, campur kode). Selanjutnya, Kurniawati ini juga mengemukakkan

2

Sehubungan dengan perkembangan kecanggihan teknologi yang dikuasai

masyarakat dewasa ini, sarana humor semakin beragam. Salah satu sarana humor

yang cukup menarik dan digemari yakni humor dalam media sosial Instagram.

Instagram merupakan aplikasi berbagi foto dan video yang di dalamnya

terdapat koleksi-koleksi foto dan video setiap penggunanya

(http://wikipedia/ensiklopedia/instagram.html diakses tanggal 25 Juli 2014, pukul

14.37 WIB). Salah satu akun di Instagram yang intensif menampilkan foto/video

bernuansa humor yakni akun “Dagelan”. Wacana Humor Akun “Dagelan” di

Instagram (selanjutnya disebut WHADI) memiliki bentuk humor yang disebut

“meme”. Meme berasal dari bahasa Yunani mimeme yang berarti ‘menyerupai

atau menirukan’ (http://meme-wikipediaIndonesia. diakses tanggal 15 september

2014, pukul 21.13). Secara singkat, meme diartikan sebagai gambar, foto atau

animasi yang diberi rangkaian kata-kata untuk menciptakan efek lucu. Adanya

efek lucu dalam rangkain kata-kata penciptaan meme tidak terlepas dari

pemanfaatan aspek-aspek kebahasaan yang digunakan. Pemanfaatan aspek

kebahasaan dalam WHADI terkait dengan aktivitas komunikasi yang tidak dapat

dilepaskan dari bahasa. Bahasa menjadi unsur penting dalam setiap aktivitas

komunikasi. Humor dalam WHADI selain memiliki tujuan melucu, juga sebagai

sarana berinteraksi antar pembaca/followers.

Berikut adalah salah satu contoh WHADI yang memanfaatkan aspek

fonologis yakni subsitusi bunyi sebagai sarana penciptaan humor.

Page 3: BAB I PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/83836/potongan/S1-2015... · bahasa Inggris, campur kode). Selanjutnya, Kurniawati ini juga mengemukakkan

3

(1)

Subtitusi bunyi ialah penggantian suatu bunyi dengan bunyi yang lain

sehingga mengubah makna kata. Contoh di atas merupakan tiruan dari poster

sebuah film yang cukup terkenal pada tahun 2002 dengan judul asli Ada Apa

dengan Cinta? Adanya subtitusi bunyi /c/ menjadi /t/ telah mengubah kata cinta

menjadi tinta. Bunyi /c/ sengaja diganti dengan bunyi /t/ karena adanya kemiripan

bunyi antara kata cinta dengan tinta.

Selain itu, kelucuan juga terletak pada pemanfaatan konteks atau aspek

nonlinguistik yang menyertainya. Pada poster aslinya, seorang aktor sedang

memandangi lawan mainnya, yakni seorang tokoh perempuan yang bernama

Cinta. Akan tetapi, pada contoh di atas, sosok perempuan diubah menjadi gambar

jari bertinta karena disesuaikan dengan topik yang berlangsung saat wacana ini

diunggah, yaitu saat pemilu berlangsung. Tinta merupakan salah satu bagian

penting bagi pemilu di Indonesia. Tinta digunakan sebagai penanda bahwa

seseorang sudah memilih dan tidak boleh memilih untuk kedua kalinya. Bagi

seseorang yang telah usai melakukan pemilihan suara, diharuskan mencelupkan

jarinya ke tinta.

Topik penelitian WHADI ini menarik karena beberapa hal diantaranya,

yaitu (1) belum pernah ada penelitian yang mengkaji WHADI dengan kajian

Page 4: BAB I PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/83836/potongan/S1-2015... · bahasa Inggris, campur kode). Selanjutnya, Kurniawati ini juga mengemukakkan

4

Pragmatik, (2) WHADI merupakan salah satu humor yang memanfaatkan

berbagai aspek kebahasaan untuk memunculkan efek lucu sehingga sangat

berpotensi untuk dikaji, (3) WHADI tidak membosankan karena tema (topik)

humor disesuaikan dengan topik yang sedang hangat di masyarakat, seperti

pemilu, ramadhan, dan piala dunia dan (4) setiap hari penggiat akun “Dagelan”

dimungkinkan mengunggah gambar/meme, karena itulah datanya mudah

dijangkau. Hal-hal tersebut, kiranya membuat WHADI memiliki potensi dan

menarik untuk diteliti.

1.2 Ruang Lingkup Penelitian

Analisis dalam penelitian dibatasi pada deskripsi mengenai pemanfaatan

aspek kebahasaan sebagai sarana pencipta humor serta fungsi humor dalam

WHADI kaitannya dengan maksud penutur. Tidak semua unggahan di akun

“Dagelan” diambil sebagai data. Data yang diambil adalah data yang dianggap

mewakili, representatif dan mengandung kelimpahan data, yakni humor meme

dengan kata/teks lucu yang disertai gambar dan atau humor berupa kata/teks lucu

saja. Video humor, informasi umum, dan iklan produk yang juga terdapat dalam

akun “Dagelan” tidak menjadi data karena dianggap tidak mewakili dengan aspek

yang akan diteliti. Selain itu, komentar para pembaca pada kolom komentar tidak

dijadikan sebagai objek penelitian.

Berikut persentase kemunculan humor dengan bentuk teks/kata lucu

disertai gambar dan humor kata/teks lucu tanpa gambar. Penghitungan dilakukan

dengan rumus sebagai berikut.

Jumlah Persentase = 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ ℎ𝑢𝑚𝑜𝑟 𝑡𝑒𝑘𝑠 𝑙𝑢𝑐𝑢

𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑑𝑎𝑡𝑎 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑥 100%

Page 5: BAB I PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/83836/potongan/S1-2015... · bahasa Inggris, campur kode). Selanjutnya, Kurniawati ini juga mengemukakkan

5

Diagram 1. Persentase jenis humor dalam WHADI

Berdasarkan hitungan yang dilakukan, jumlah humor yang lebih banyak

muncul dalam WHADI ialah humor dengan bentuk kata/teks lucu tanpa gambar,

yakni sebanyak 63%. Sementara itu, humor dengan bentuk kata/teks lucu disertai

gambar sebanyak 37%. Berdasarkan jumlah persentase di atas, dapat disimpulkan

bahwa humor berbentuk kata/teks lucu lebih mendominasi dari pada humor

kata/teks lucu disertai gambar. Hal ini menujukkan bahwa kekuatan humor tidak

hanya muncul dengan adanya dukungan gambar. Kreativitas dalam merangkai

kata sangat mempengarui suatu kelucuan pada humor.

1.3 Rumusan Masalah

Berikut dapat dirumuskan beberapa permasalahan penelitian.

(1) Apakah yang dimaksud dengan WHADI?

(2) Aspek kebahasaan apa saja yang dimanfaatkan sebagai sarana pencipta

humor dalam WHADI?

(3) Fungsi bahasa apa saja yang terdapat dalam WHADI?

Humor Meme

visual&teks 37%

Humor Kata/teks

lucu 63%

Page 6: BAB I PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/83836/potongan/S1-2015... · bahasa Inggris, campur kode). Selanjutnya, Kurniawati ini juga mengemukakkan

6

1.4 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah, penelitian ini bertujuan untuk

mendeskripsikan WHADI, memaparkan dan mengemukakan aspek kebahasaan

yang dimanfaatkan sebagai sarana penciptaan humor dalam WHADI, serta

menguraikan fungsi WHADI.

1.5 Manfaat Penelitian

Penelitian mengenai WHADI diharapkan dapat memberikan manfaat,

baik secara teoretis maupun sacara praktis. Secara teoretis, diharapkan penelitian

ini dapat bermanfaat bagi para peneliti pragmatik, khususnya kajian humor.

Secara praktis, penelitian ini dapat digunakan sebagai: (i) salah satu referensi bagi

para peneliti pragmatik, khususnya yang berkaitan dengan kajian humor, (ii)

menjadi bacaan yang menarik karena berkaitan dengan humor yang menghibur

dan dekat dengan peristiwa yang sedang terjadi di masyarakat.

1.6 Tinjauan Pustaka

Kajian humor dari sudut pandang linguistik telah beberapa kali

dilakukan. Penelitian yang telah dilakukan mengenai humor antara lain sebagai

berikut.

Wijana (2003) dalam Kartun: Studi Tentang Permainan Bahasa

membahas penyimpangan aspek pragmatik wacana kartun, pemanfaatan aspek-

aspek kebahasaan dalam wacana kartun, serta tipe-tipe wacana yang meliputi

wacana monolog, wacana nonmonolog, serta wacana dialog. Hasil penelitian ini

adalah temuan kekhasan aspek-aspek kebahasaan, seperti pemanfaatan bentuk

akronim dengan artifisial yang berasosiasi secara fonologis, pemanfaatan bentuk

Page 7: BAB I PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/83836/potongan/S1-2015... · bahasa Inggris, campur kode). Selanjutnya, Kurniawati ini juga mengemukakkan

7

ulang, dan pemanfaatan endosentris atributif. Penelitian ini juga merumuskan

tipe-tipe wacana yang digunakan kartunis untuk mengkreasikan kehumorannya.

Kurniawati (2005) dalam “Wacana Short Message Service (SMS) Humor”

menguraikan jenis-jenis wacana humor berdasarkan cara penyampaiannya (seperti

narasi, deskripsi, persuasi), keberadaan tokoh sebagai penyampai tuturan

(monolog dan nonmonolog), bentuk penyampaian (puisi, teka-teki, pantun,

peribahasa) serta bahasa yang digunakan (bahasa Indonesia baku dan tidak baku,

bahasa Inggris, campur kode). Selanjutnya, Kurniawati ini juga mengemukakkan

aspek-aspek kebahasaan yang digunakan sebagai sarana pencipta humor dalam

wacana SMS humor seperti adanya aspek ortografis, fonologis, gaya bahasa,

deiksis, pola persajakan, sinonim, homonim, pertalian kata dalam frasa,

pemakaian bahasa asing, pertalian antarklausa, dst.). Penelitian ini berada dalam

lingkup pragmatik.

Rafi’ah (2006) “Analisis Bahasa Humor Komedi Sketsa Extravagansa”

menguraikan aspek-aspek humor ditinjau dari pendekatan kebahasaan, konteks

humor, dan pendekatan psikologi komunikasi. Pendekatan psikologi komunikasi

digunakan untuk mengetahui kepiawaian pemain dalam mengolah pesan verbal

dan pesan paralinguistik sesuai instruksi penulis teks. Dalam penelitian ini,

Rafi’ah mendeskripsikan kebahasaan, konteks, topik dan sarana penyampaian

humor Extravaganza.

Munazharoh (2011) dalam “Humor Politik: Kajian Wacana Pragmatik

Pada Tayangan Sentilan Sentilun” mengidentifikasi struktur wacana humor,

pemanfaatan prinsip-prinsip bertutur seperti pelanggaran prinsip-prinsip

Page 8: BAB I PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/83836/potongan/S1-2015... · bahasa Inggris, campur kode). Selanjutnya, Kurniawati ini juga mengemukakkan

8

kerjasama yang mencakup pelanggaran maksim kualitas, maksim relevansi dan

maksim cara. Pelanggaran maksim kesopanan mencakup pelanggaran maksim

kebijaksanaan, maksim kemurahan, maksim penerimaan, maksim kerendahhatian,

maksim cocokan dan maksim kesimpatian. Pelanggaran parameter pragmatik

mencakup pelanggaran jarak sosial, status social dan kedudukan tindak ucap.

Pemanfaatan aspek kebahasaan mencakup aspek fonologi, ketaksaan leksikal,

ketaksaan gramatikal, sinonimi, simile, metafora, nama, kata ulang dan pertalian

bentuk.

Luvytasari (2015) dalam “Meme Instagram Dagelan: Kajian

Sosiolinguistik”. Luvytasari membahas mengenai topik dan struktur Meme

Instagram Dagelan (MID), alat ekspresi yang terdapat dalam MID, yakni berupa

bahasa verbal seperti campur kode, satuan lingual dan visualisasi, warna,

tipografi, ukuran huruf, dan posisi teks. Pada penelitian Luvytasari aspek humor

tidak menjadi kajian utamanya. Luvytasari lebih fokus membahas mengenai

pembentukan dan struktur meme dalam akun Dagelan. Pada penelitiannya,

Luvytasari menggunakan teori sosiolingustik, yakni mengkaitkan objek penelitian

dengan aspek sosial yang merupakan salah satu pembentuk meme akun Dagelan.

Berdasarkan tinjauan pustaka yang telah dilakukan, penelitian mengenai

WHADI memiliki perbedaan dari penelitian-penelitian mengenai humor

sebelumnya. Perbedaan tersebut dapat terlihat dari beberapa hal. Pertama,

WHADI memiliki kelimpahan dan pembaharuan data yang cukup bervariatif dari

aspek kebahasaan yang dimanfaatkan sebagai sarana pencipta humor. Kedua,

humor dalam akun “Dagelan” tidak membosankan karena menganggkat topik

Page 9: BAB I PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/83836/potongan/S1-2015... · bahasa Inggris, campur kode). Selanjutnya, Kurniawati ini juga mengemukakkan

9

mengenai fenomena sosial yang sedang hangat dimasyarakat. Ketiga, struktur

WHADI tidak sebatas menggabungkan gambar/foto yang disertai kata-kata/teks

lucu saja, penggunaan warna, jenis dan ukuran huruf semakin menambah sisi

menarik diluar kelucuannya.

1.7 Landasan Teori

1.7.1 Teori Humor

Teori humor yang digunakan pada penelitian ini adalah teori humor

linguistik. Ada dua teori kebahasaan tentang humor, yakni teori semantik humor

dan teori pragmatik humor (Soedjatmiko, 1992:73-76). Teori semantik humor

memanfaatkan keambiguan dengan mempertentangkan makna pertama yang

berbeda dari makna kedua. Sementara itu, teori pragmatik humor memanfaatkan

penyimpangan prinsip-prinsip tindak ujar. Hal ini sesuai dengan yang

dikemukakan oleh Soedjatmiko (1992:72) bahwa, suatu kelucuan juga akan

tercapai karena penyimpangan terhadap maksim-maksim tuturan, keyakinan

konvensional, dan pengetahuan umum yang melatari pengalaman humoris

penikmat humor.

1.7.2 Linguistik

Ada beberapa kerangka teori linguistik yang digunakan untuk mengkaji

WHADI, yakni teori fonologis, morfologis, semantik, pragmatis, gaya bahasa dan

campur kode.

Mengacu pada Verhaar (2010:67) fonologi disebut sebagai ilmu bunyi

yang “fungsional”. Bunyi fungsional ialah bunyi-bunyi yang membedakan makna

atau sering disebut fonem. Fonem dilambangkan dengan mengapit huruf dengan

Page 10: BAB I PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/83836/potongan/S1-2015... · bahasa Inggris, campur kode). Selanjutnya, Kurniawati ini juga mengemukakkan

10

dua garis miring, misalnya /c/. Di dalam WHADI, aspek fonologis digunakan

untuk menganalisis aspek bunyi sebagai sarana penciptaan humor, seperti

subtitusi bunyi, penyisipan bunyi dan penambahan bunyi.

Morfologi adalah cabang linguistik yang mengidentifikasi satuan-satuan

dasar bahasa sebagai satuan gramatika (Verhaar, 2010:97). Analisis morfemis

dalam WHADI digunakan untuk pembentukan kata melalui akronim dan

singkatan.

Semantik digunakan untuk mempersepsi, mengidentifikasi dan

menafsirkan pesan yang dikirimkan seseorang. Di dalam WHADI, semantik

memiliki peran penting untuk menganalisis makna tuturan agar mendekati atau

sesuai dengan yang diharapkan lawan bicara. Aspek semantis yang digunakan

dalam WHADI meliputi, antonimi, sinonimi, homonim dan polisemi.

Studi pragmatik banyak berhubungan dengan analisis tentang apa yang

dimaksud penutur dengan melibatkan konteks atau situasi tutur. Di dalam

pragmatik, agar komunikasi terjalin relevan dengan konteks, jelas dan mudah

dipahami, ada kaidah-kaidah yang harus dipatuhi antara penutur dan lawan tutur

yakni prinsip kerjasama dan prinsip kesopanan. Menurut Grice Wijana (2009:46),

dalam rangka melakukan prinsip kerjasama, setiap penutur harus mematuhi empat

maksim percakapan yakni maksim kuantitas, maksim kualitas, maksim relevansi

dan maksim pelaksanaan. Sementara itu, prinsip kesopanan terdiri dari enam

maksim, yakni maksim kebijaksanaan, maksim kemurahan, maksim penerimaan,

maksim kerendahan hati, maksim kecocokan dan maksim kesimpatian.

Page 11: BAB I PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/83836/potongan/S1-2015... · bahasa Inggris, campur kode). Selanjutnya, Kurniawati ini juga mengemukakkan

11

Pemanfaatan aspek pragmatis terjadi pada penyimpangan maksim-maksim

dalam prinsip kerja sama dan prinsip kesopanan. Adanya penyimpangan tersebut

dilakukan secara sengaja untuk memunculkan efek humor. Hal ini sejalan dengan

yang dikemukakan oleh Wijana (2009:30) bahwa kaidah-kaidah pragmatik yang

terjabar dalam berbagai maksim dan parameter pragmatik dipatuhi secara ketat

oleh wacana non-humor, sedangkan oleh wacana humor kaidah-kaidah itu

disimpangkan.

Gaya bahasa ialah cara mengungkapkan pikiran melalui bahasa secara

khas yang memperlihatkan jiwa dan kepribadian penulis/pemakai bahasa (Keraf,

1984:113). Sementara itu, Kridalaksana (2008:70) mengartikan gaya bahasa

sebagai (1) pemanfaatan atas kekayaan bahasa oleh seseorang dalam bertutur atau

menulis; (2) pemakaian ragam tertentu untuk memperoleh efek-efek tertentu.

Pemanfaatan gaya bahasa dalam WHADI cukup banyak. Gaya bahasa yang

digunakan pada penelitian ini berdasarkan pembagian dari Gorys Keraf. Menurut

Keraf, gaya bahasa dibagi atas gaya bahasa berdasarkan pilihan kata, gaya bahasa

berdasarkan nada, gaya bahasa berdasarkan struktur kalimat dan gaya bahasa

berdasarkan langsung tidaknya makna. Penelitian mengenai WHADI

memfokuskan penggunaan gaya bahasa berdasarkan struktur kalimat dan gaya

bahasa berdasarkan langsung tidaknya makna.

1.8 Metode dan Teknik Penelitian

Penelitian WHADI terdiri atas tiga tahapan, yaitu tahapan penyediaan

data, penyajian analisis data, dan hasil analisis data.

Page 12: BAB I PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/83836/potongan/S1-2015... · bahasa Inggris, campur kode). Selanjutnya, Kurniawati ini juga mengemukakkan

12

1.8.1 Tahap Penyediaan Data

Penyediaan data dilakukan dengan metode simak bebas libat cakap dengan

teknik sadap yaitu foto/screen capture melalui telpon genggam. Data kemudian

dipindahkan ke komputer untuk diklasifikasikan dan ditranskripsikan. Sebelum

melakukan klasifikasi, peneliti melakukan pemotongan (croping) pada setiap data

untuk memudahkan dalam analisis. Pengambilan data dilakukan pada tanggal 20

Juli hingga 30 September 2014 yang diunduh dari akun “Dagelan” di Instagram.

Dari populasi data sejumlah 513 diambil 103 data sebagai sampel.

1.8.2 Tahap Analisis Data

Tahap analisis data menggunakan metode Padan dan Agih. Menurut

Kesuma (2007:48) metode padan terdiri atas lima subjenis, yaitu metode padan

referensial, fonetis artikulatoris, translasional, ortografis dan pragmatis. Metode

padan yang digunakan pada penelitian WHADI ialah metode padan referensial,

fonetis artikulatoris, pragmatis dan translasional. Metode padan referensial

digunakan untuk membantu analisis pada aspek semantis, metode padan fonetis

artikulatoris digunakan untuk membantu analisis aspek fonetis, metode padan

pragmatis digunakan untuk analisis aspek pragmatis, metode padan translasional

digunakan untuk membantu analisis penggunaan campur kode. Sementara itu,

metode agih digunakan untuk membantu analisis pada aspek fonologis. Metode

agih yang digunakan ialah metode agih dengan teknik sisip dan teknik ganti.

1.8.3 Tahap Penyajian Analisis Data

Hasil analisis data disajikan dengan menggunakan kata-kata biasa atau

dengan metode informal. Metode formal juga dihadirkan dengan adanya pemetaan

Page 13: BAB I PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/83836/potongan/S1-2015... · bahasa Inggris, campur kode). Selanjutnya, Kurniawati ini juga mengemukakkan

13

penelitian WHADI yang telah disediakan di bagian lampiran. Selanjutnya untuk

keperluan penekanan data yang menjadi fokus amatan digunakan format tulisan

cetak miring (italic).

1.9 Sistematika Penyajian

Penelitian ini dibagi menjadi lima bab. Bab I, Pendahuluan yang berisi

latar belakang masalah, ruang lingkup, rumusan masalah, tujuan penelitian,

manfaat penelitian, tinjauan pustaka, landasan teori, metode penelitian, dan

sistematika penyajian. Bab II mengenai deskripsi WHADI. Bab III, pemanfaatan

aspek kebahasaan sebagai sarana pencipta humor WHADI. Bab IV,

mendeskripsikan fungsi WHADI. Bab V adalah penutup, berisi kesimpulan dan

saran.

Penomoran data dilakukan secara urut berdasarkan nomor yang tertera

dalam tabel. Apabila, ada data yang ditampilkan lebih dari atu kali akan diberi

penomoran dengan penambahan huruf sesuai abjad sebelah angka, misalnya data

nomor 1 dimunculkan kembali pada pembahasan bab lain, penomoran menjadi 1a.