Author
lamkhanh
View
247
Download
10
Embed Size (px)
Renstra Badan Lingkungan Hidup 2012 - 2016 8
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Memperhatikan keadaan sumber daya alam dewasa ini baik ditinjau dari segi kuantitas dan
kualitas terlihat adanya kemerosotan lingkungan hidup menuju suatu keadaan kritis yang
ekstrim dengan ditandai semakin seringnya terjadi kejadian luar biasa seperti bencana banjir,
tanah longsor, kekeringan dan wabah penyakit. Hal ini disebabkan peran pemerintah daerah
terhadap pengawasan dan pengendalian kerusakan serta pencemaran lingkungan hidup yang
merupakan bagian integral dari pengelolaan lingkungan hidup masih kurang berfungsi dengan
baik. Belum terpadunya antara berbagai aspek yang ada dalam pengelolaan lingkungan hidup
dapat dilihat dari berbagai kasus gugatan terhadap pihak yang telah melakukan kerusakan dan
atau pencemaran lingkungan tanpa tindakan atau sanksi yang sesuai atas perbuatannya.
Perencanaan strategis memiliki 3 (tiga) dimensi :
Pertama : bahwa Pembangunan Lembaga dimulai dengan visi sehingga arah
pembangunan lembaga yang dikehendaki bersama (Pemerintah Daerah,
Swasta, dan Masyarakat) sangat jelas untuk dicapai;
Kedua : dokumen rencana strategis yang berisikan visi dan misi lembaga, bidang-
bidang strategis yang harus diintervensi dalam rangka mengemban misi dan
mewujudkan visi tersebut, serta kiat-kiat yang terpilih dalam rangka
mensukseskan bidang yang dianggap strategis. Jadi tidak harus mencakup
semua bidang strategis agar tidak memberi hasil yang berarti bahkan justru
banyak menimbulkan pemborosan;
Ketiga : dalam rangka pelaksanaan otonomi daerah secara hakiki Rencana Strategis
memiliki urgensi khususnya dalam hal penentuan arah dan kontrol bagi
masyarakat terhadap dinamika pembangunan Kabupaten Kotawaringin Barat
demi terwujudnya visi dan misi yang telah disepakati.
Namun demikian rencana strategis baru yang dapat dilaksanakan apabila telah dijabarkan ke
dalam suatu program dan kegiatan strategis yang merupakan operasionalisasi dari rencana
Renstra Badan Lingkungan Hidup 2012 - 2016 9
tersebut. Oleh karena itu dukungan dan juga kerjasama yang baik dari semua pihak akan
dapat membantu dan mendorong terlaksananya rencana strategis ini dengan baik.
Upaya pemulihan perlu dilakukan sesegera mungkin agar kerusakan dan atau pencemaran
yang terjadi tidak meningkatkan beban daerah dan beban sosial. Kondisi Kabupaten
Kotawaringin Barat memiliki 3 (tiga) Sungai besar yang merupakan sistem Daerah Aliran
Sungai (DAS) Arut, Sekonyer di Kecamatan Kumai dan DAS Lamandau maka pengelolaan
sumber daya alam sangat cocok melalui pendekatan system DAS karena aktifitas masyarakat
masih banyak terkait dengan budaya sungai.
Karenanya, kebijakan pengelolaan lingkungan hidup harus dilakukan tidak hanya menyangkut
kegiatan besar (major activity), akan tetapi juga mencakup kegiatan skala kecil (small scale
activity). Dengan demikian pengelolaan sumber daya alam yang harus ditempuh adalah
melalui cara terintegrasi antara sektor terkait seperti pertanian arti luas, pendidikan,
kesehatan, tenaga kerja, perindustrian, pekerjaan umum dan pertambangan sehingga
diharapkan masyarakat pengguna dapat merubah persepsi dan anggapan bahwa sumber daya
alam yang terbatas maupun tidak terbatas menyebabkan penggunaan sumberdaya alam
menjadi hemat.
Terkait hubungan Renstra BLH dengan dokumen perencanaan lainnya, Renstra BLH disusun
atas dasar pada keterkaitannya dengan rancangan awal Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Barat Tahun 2010- 2014 dengan mempelajari visi, misi
dan program Bupati Kotawaringin Barat masa bakti 2006-2010 terhadap tugas dan fungsi
Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Kotawaringin Barat.
Kemudian melakukan kajian strategis untuk menentukan hubungan rumusan kelompok tujuan
dan kebijakan dalam pencapaian visi dan misi Badan Lingkungan Hidup sesuai dengan tugas
dan fungsinya. Kajian tersebut menggunakan metode analisis yang mempertimbangkan
lingkungan eksternal (Program Bupati Kotawaringin Barat, kondisi lingkungan, objek urusan
BLH dan lainnya); dan lingkungan internal (Aparat BLH, peralatan, keuangan, sistem
administrasi, kebijakan dan lainnya); serta mengacu pada hasil evaluasi Renstra BLH periode
2006-2010. Hubungan Renstra BLH dengan perencanaan lainnya disajikan pada Gambar
berikut ini :
Renstra Badan Lingkungan Hidup 2012 - 2016 10
Keterangan : RPJPD = Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Kab. Kotawaringin Barat.
RPJMD = Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten
Kotawaringin Barat.
RKPD = Rencana Kerja Pembangunan Daerah Kabupaten Kotawaringin Barat.
RAPBD = Rencana Anggaran Pendapatan Belanja Dearah Kab. Kotawaringin Barat.
RENJA = Rencana Kerja BLH Kabupaten Kotawaringin Barat.
RKA = Rencana Kerja Anggaran BLH Kab. Kotawaringin Barat.
DPA = Dokumen Pelaksanaan Anggaran BLH Kab. Kotawaringin Barat.
= Garis Pedoman.
= Garis Acuan.
1.2. Landasan Hukum
Sebagai landasan hukum dalam penyusunan Renstra Badan Lingkungan Hidup Kabupaten
Kotawaringin Barat adalah :
1. Undang-Undang Nomor 27 Tahun 1959 Tentang Penetapan Undang-Undang Darurat
Nomor 3 Tahun 1953 Tentang Pembentukan Daerah Tingkat II di Kalimantan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1953 Nomor 9) sebagai Undang-Undang
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1959 Nomor 72, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 1820);
RPJPD RPJMD RKPD RAPBD APBD
RENSTRA
BLH
RENJA
BLH
RKA
BLH
DPA
BLH
Renstra Badan Lingkungan Hidup 2012 - 2016 11
2. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 Tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286);
3. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 Tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421);
4. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia 4437) sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 Tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844);
5. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438);
6. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4725);
7. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 1988 Tentang Koordinasi Kegiatan Instansi Vertikal di Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1988 Nomor 10, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3373);
8. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 Tentang Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia nomor 4598);
9. Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2006 Tentang Tata Cara Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 96, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia nomor 4663);
10. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 Tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia nomor 4737);
11. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 Tentang Organisasi Perangkat Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 89, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia nomor 4741);
12. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2008 Tentang Pedoman Evaluasi Penyelenggaraan Pembangunan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 19, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia nomor 4815);
13. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 Tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 21, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia nomor 4817);
14. Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 48, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia nomor 4833);
15. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2010 Tentang Tata Cara Pelaksanaan Tugas dan Wewenang serta Kedudukan Gubernur sebagai Wakil Pemerintah di Wilayah
Renstra Badan Lingkungan Hidup 2012 - 2016 12
Provinsi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 25, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia nomor 5107);
16. Peraturan Presiden Nomor 5 Tahun 2010 Tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2010-2014;
17. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 Tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah, sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2007 Tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 Tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah;
18. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010 Tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 Tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 517);
19. Peraturan Daerah Provinsi Kalimantan Tengah Nomor 4 Tahun 2010 Tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2005-2025 (Lembaran Daerah Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2010 Nomor 4, Tambahan Lembaran Daerah Provinsi Kalimantan Tengah Nomor 34);
20. Peraturan Daerah Provinsi Kalimantan Tengah Nomor 1 Tahun 2011 Tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2010-2015 (Lembaran Daerah Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2011 Nomor 1, Tambahan Lembaran Daerah Provinsi Kalimantan Tengah Nomor 40);
21. Peraturan Daerah Kabupaten Kotawaringin Barat Nomor 14 Tahun 2008 Tentang Urusan Pemerintahan Daerah Yang Menjadi Kewenangan Kabupaten Kotawaringin Barat (Lembaran Daerah Kabupaten Kotawaringin Barat Tahun 2008 Nomor 14);
22. Peraturan Daerah Kabupaten Kotawaringin Barat Nomor 19 Tahun 2008 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Inspektorat, Badan Perencanaan Pembangunan Daerah dan Lembaga Teknis Daerah Kabupaten Kotawaringin Barat (Lembaran Daerah Kabupaten Kotawaringin Barat Tahun 2008 Nomor 19, Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Kotawaringin Barat Nomor 4);
23. Peraturan Daerah Kabupaten Kotawaringin Barat Nomor 5 Tahun 2009 Tentang Tata Cara Penyusunan Perencanaan Pembangunan Daerah dan Pelaksanaan Musyawarah Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Kotawaringin Barat (Lembaran Daerah Kabupaten Kotawaringin Barat Tahun 2009 Nomor 5).
24. Peraturan Bupati Kotawaringin Barat Nomor 24 Tahun 2008 Tentang Tugas Pokok dan Fungsi Bappeda Kabupaten Kotawaringin Barat (Berita Daerah Kabupaten Kotawaringin Barat Tahun 2009 Nomor 24).
25. Peraturan Daerah Kabupaten Kotawaringin Barat nomor 26 Tahun 2008 tentang Tugas Pokok dan Fungsi Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Kotawaringin Barat.
1.3. Maksud dan Tujuan
Rencana Strategis Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Kotawaringin Barat disusun dengan
maksud untuk memberikan arahan dan pedoman dalam menyusun perencanaan dan
pelaksanaan pembangunan tahunan, sedangkan tujuan yang ingin dicapai adalah :
Renstra Badan Lingkungan Hidup 2012 - 2016 13
1. Terwujudnya keterpaduan, keserasian, keseimbangan dan kesamaan persepsi dalam
pengelolaan lingkungan hidup sesuai dengan tugas fungsi perangkat daerah terkait.
2. Teralokasinya prioritas perencanaan dan fungsi pengelolaan lingkungan hidup selama
lima tahun (tahun 2012 s/d 2016) untuk memperoleh nilai manfaat yang dapat
dipertanggungjawabkan (accountable).
3. Meningkatnya kinerja aparatur dalam penyelenggaraan pemerintah dan pelayanan pada
masyarakat.
1.4. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan Renstra Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Kotawaringin Barat
periode 2012 - 2016 adalah :
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
1.2. Landasan Hukum
1.3. Maksud dan Tujuan
1.4. Sistematika Penulisan
BAB II GAMBARAN PELAYANAN BLH
2.1. Tugas, Fungsi dan Struktur Organisasi BLH
2.2. Sumber Daya BLH
2.3. Kinerja Pelayanan BLH
2.4. Tantangan dan Peluang Pengembangan Pelayanan BLH
BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI
3.1. Identifikasi Permasalahan Berdasarkan Tugas dan Fungsi Pelayanan BLH
3.2. Telaahan Visi, Misi dan Program Kepala Daerah dan Wakil
3.3. Telaahan Renstra KLH
Renstra Badan Lingkungan Hidup 2012 - 2016 14
3.4. Telaahan Renstra Tata Ruang Wilayah dan Kajian Lingkungan Hidup
Strategis
3.5. Penentuan Isu-isu Strategis
BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN
4.1. Visi dan Misi Badan Lingkungan Hidup
4.2. Tujuan dan Sasaran Jangka Menengah BLH
4.3. Strategi dan Kebijakan
BAB V RENCANA PROGRAM, KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN DAN
PENDANAAN INDIKATIF
5.1. Deskripsi / Penjelasan
5.2. Matriks
BAB VI INDIKATOR KINERJA BLH YANG MENGACU PADA TUJUAN DAN SASARAN RPJMD
BAB VII PENUTUP
7.1. Program Transisi
7.2. Kaidah Pelaksanaan
LAMPIRAN
1. Matriks Program dan Indikasi Kegiatan SKPD (Hasil Pengolahan Matriks pada Bab V
2. Inventarisasi Data dan Informasi
3. Analisa SWOT
4. Dokumentasi Proses Penyusunan Renstra SKPD
Renstra Badan Lingkungan Hidup 2012 - 2016 15
BAB II
GAMBARAN PELAYANAN BADAN LINGKUNGAN HIDUP
2.1. Tugas, Fungsi dan Struktur Organisasi
a. Tugas Pokok
Badan Lingkungan Hidup mempunyai tugas Membantu Kepala Daerah dalam
merumuskan kebijakan dan koordinasi pencegahan, penanggulangan dan pemulihan
kualitas lingkungan meliputi aspek perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan serta
monitoring dan evaluasi pengelolaan lingkungan hidup.
b. Fungsi Badan Lingkungan Hidup :
1. Merumuskan kebijakan bidang lingkungan hidup meliputi perencanaan,
pengendalian dan pengawasan dampak lingkungan hidup termasuk
pengembangan model konservasi, strategis penegakan hukum dan
pengembangan instrument ekonomi dalam rangka pelestarian lingkungan hidup.
2. Melaksanakan pengendalian dan pengawasan pencemaran dan perusakan
lingkungan hidup.
3. Memfasilitasi kegiatan instansi terkait dalam hal pengendalian dampak
lingkungan meliputi penyiapan dan penyerapan dokumen lingkungan hidup
serta instrument pengendalian lainnya.
4. Melakukan penegakan hukum dan advokasi permasalahan lingkungan hidup.
5. Melaksanakan pelayanan bidang lingkungan hidup dengan mengacu kepada
Standar Pelayanan Minimal (SPM) bidang lingkungan hidup.
6. Melakukan peningkatan kapasitas kelembagaan meliputi kegiatan pendidikan
dan pelatihan.
7. Melakukan koordinasi pengawasan dalam rangka konservasi sumberdaya alam.
8. Melakukan analisa dalam rangka pengendalian pemanfaatan tata ruang dalam
keserasian terhadap daya dukung dan daya tampung lingkungan.
9. Menyelenggarakan Unit Pelayanan Teknis (UPT) bidang lingkungan hidup.
10. Melakukan pembinaan jabatan fungsional dan struktural bidang lingkungan
hidup.
Renstra Badan Lingkungan Hidup 2012 - 2016 16
11. Melakukan pembinaan dan peningkatan partisipasi masyarakat, swasta dan
swadaya masyarakat (LSM) dalam pengelolaan lingkungan hidup.
12. Melakukan kegiatan mendukung program dari pusat dan provinsi serta program
strategis bidang lingkungan hidup dan program Penilaian Peringkat Kinerja
Perusahaan (PROPER).
13. Melaksanakan tugas lain yang diberikan Bupati Kotawaringin Barat.
c. Struktur Organisasi Badan Lingkungan Hidup
Pembentukan Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Kotawaringin Barat didasarkan
oleh Peraturan Daerah Kabupaten Kotawaringin Barat Nomor 07 Tahun 1999 tanggal 20
Februari 1999 tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Badan Pengendalian
Dampak Lingkungan Hidup Daerah Tingkat II Kotawaringin Barat. Kemudian diubah untuk
pertama kali atas pemekaran struktur organisasi dengan Perda Kabupaten Kotawaringin
Barat Nomor 25 Tahun 2000 dan dirubah kedua kalinya melalui Perda Kotawaringin Barat
Nomor 19 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Inspektorat, Badan Perencanaan
Pembangunan Daerah dan Lembaga Teknis Daerah Kabupaten Kotawaringin Barat.
Struktur Organisasi Badan Lingkungan Hidup sebagai berikut :
Renstra Badan Lingkungan Hidup 2012 - 2016 17
Renstra Badan Lingkungan Hidup 2012 - 2016 18
BAGAN SUSUNAN ORGANISASI BADAN LINGKUNGAN HIDUP
KEPALA BLH
BIDANG ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN
SUB BIDANG PENGKAJIAN DAN
PENERAPAN ANALISIS LINGKUNGAN
SUB BIDANG PENGEMBANGAN
KAPASITAS LINGKUNGAN
BIDANG PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN
SUB BIDANG PENCEGAHAN
PENCEMARAN AIR, TANAH DAN UDARA
SUB BIDANG PENGENDALIAN
PENCEMARAN AIR, TANAH DAN UDARA
BIDANG PELESTARIAN DAN PEMULIHAN
KUALITAS LINGKUNGAN
SUB BIDANG PEMANTAUAN DAN
PELESTARIAN KUALITAS LINGKUNGAN
SUB BIDANG PEMULIHAN KUALITAS
LINGKUNGAN
BIDANG PEMBINAAN LINGKUNGAN HIDUP
SUB BIDANG KELEMBAGAAN DAN
PERAN SERTA MASYARAKAT
SUB BIDANG ADVOKASI LINGKUNGAN HIDUP
UPTD
KELOMPOK JABATAN FUNGSIONAL
SEKRETARIAT
SUB BAGIAN UMUM KEPEGAWAIAN DAN
PERLENGKAPAN
SUB BAGIAN
KEUANGAN
SUB BAGIAN PERENCANAAN DAN
PENGENDALIAN PROGRAM
Renstra Badan Lingkungan Hidup 2012 - 2016 19
2.2. Sumber Daya Badan Lingkungan Hidup
Jumlah Pegawai, Kualifikasi Pendidikan, Pangkat dan Golongan, Jumlah Pejabat Struktural dan
Fungsional.
a. Jumlah Pegawai Menurut Jenjang Pendidikan
Jumlah Pegawai Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Kotawaringin Barat menurut
jenjang pendidikan sebagaimana tabel berikut ini :
No. Uraian Formasi Posisi
Awal Tambahan Kurang
Posisi Terakhir
1.
2.
3.
4.
5.
6.
S2
S1
Sarjana Muda
SLTA
SLTP
SD
-
-
-
-
-
-
2
22
5
9
-
-
-
2
-
1
-
-
-
5
-
2
-
-
2
19
5
8
-
-
Jumlah - 38 3 7 34
b. Jumlah Pegawai menurut Pangkat dan Golongan
Jumlah Pegawai Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Kotawaringin Barat menurut pangkat
dan golongan sebagaimana tabel berikut ini :
No. Uraian Formasi Posisi
Awal Tambahan Kurang
Posisi
Terakhir
1.
Juru Muda, I/a
Juru Muda Tk. I, I/b
Juru, I/c
Juru Tingkat I, I/d
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
Jumlah Gol. I - - - - -
2.
Pengatur Muda, II/a
Pengatur Muda Tk. I, II/b
Pengatur, II/c
Pengatur Tk. I, II/d
-
-
-
-
-
1
5
2
-
-
-
-
-
-
-
1
-
1
5
1
Renstra Badan Lingkungan Hidup 2012 - 2016 20
Jumlah Gol. II - 8 - 1 7
3.
Penata Muda, III/a
Penata Muda Tk.I, III/b
Penata, III/c
Penata Tk. I, III/d
-
-
-
-
9
3
6
6
1
-
-
1
-
-
4
-
10
3
2
7
Jumlah Gol. III - 24 2 4 22
4.
Pembina, IV/a
Pembina Tk. I, IV/b
Pembina Utama Muda, IV/c
Pembina Utama Madya,IV/d
Pembina Utama, IV/e
-
-
-
-
-
3
2
1
-
-
1
2
-
-
-
2
2
-
-
-
2
2
1
-
-
Jumlah Gol. IV - 6 3 4 5
Jumlah - 38 5 9 34
c. Jumlah Pejabat Struktural dan Fungsional
Jumlah Pegawai Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Kotawaringin Barat menurut
jabatan struktural dan fungsional sebagaimana tabel berikut ini :
No. Uraian Formasi Posisi
Awal Tambahan Kurang
Posisi
Terakhir
1.
Menurut Jabatan Struktural
Eselon I
Eselon II.b
Eselon III.a
Eselon III.b
Eselon IV.a
Fungsional
Staf
-
-
-
-
-
-
-
-
1
1
4
11
-
21
-
-
1
1
2
-
-
-
-
1
2
3
-
2
-
1
1
3
10
-
19
Jumlah Jabatan Struktural - 38 4 8 34
2.
Menurut Jabatan Fungsional
Eselon I
Eselon II
Eselon III
Eselon IV
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
Jumlah Jabatan Fungsional - - - - -
Jumlah - 38 4 8 34
Renstra Badan Lingkungan Hidup 2012 - 2016 21
d. Jumlah Pegawai Tidak Tetap
Jumlah Pegawai Tidak Tetap pada Badan Lingkungan Hidup Kabupaten
Kotawaringin Barat sebagaimana tabel berikut ini :
No. Uraian Jumlah
1.
2.
Petugas Jaga Malam
Petugas Kebersihan Kantor
2 Orang
2 Orang
Jumlah 4 Orang
2.2.1. Perlengkapan :
a. Tanah seluas 4.400 m
b. Peralatan dan mesin (alat-alat besar)
- Mesin pencacah sampah organik 1 unit
- Compresor pemilah 1 unit
- Compresor input (feeder) 1 unit
- Pengayak Kompos mekanik 1 unit
- Mesin pencacah sampah botol plastik 1 unit
- Mesin pencacah sampah dan pencuci kantong plastik 1 unit
- Mesin mixer kompos 1 unit
- Mesin genset 1 unit.
c. Gedung Kantor
- Ruang kerja seluas 332 m (1 unit)
- Ruangan Rapat 187 m (1 unit)
- Gedung Laboratorium 200 m (1 unit)
- Rumah Jaga 1 unit
- Bangunan Atap Pengolah Sampah 1 unit
d. Alat perlengkapan laboratorium LH sebanyak 65 set
e. Alat Kantor :
- Meja dan Kursi Kerja 43 unit
- Meja rapat sebanyak 2 unit
- Kursi lipat 58 unit
Renstra Badan Lingkungan Hidup 2012 - 2016 22
- Komputer PC 11 unit
- Note book 7 unit (baik 4 unit rusak 3 unit)
- Printer 6 unit
f. Kendaraan :
- Kendaraan operasional Pimpinan Roda 4 sebanyak 1 unit
- Kendaraan operasional Laboratorium Roda 4 sebanyak 1 unit
- Kendaraan operasional Roda 2 sebanyak 6 unit
- Motor Pengangkut sampah 8 unit
- Gerobak sampah 96 unit
g. Alat Studio
- Pesawat telepon 1 unit dan faximile 3 unit
- Handy camp sony 2 unit
- Wireless 1 buah
- LCD 2 buah
- Multimedia soud system 1 buah
- Camera digital 1 unit
2.2.2. Unit usaha yang masih operasional
Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Kotawaringin Barat, kondisi tahun 2011 memiliki:
a. Unit Mesin Pencacah Sampah
b. Laboratorium Pengujian
2.3. Kinerja Pelayanan Badan Lingkungan Hidup
2.3.1. Kondisi Lingkungan Hidup di Kabupaten Kotawaringin Barat :
A. Gambaran Umum Kabupaten Kotawaringin Barat
Kabupaten Kotawaringin Barat adalah satu dari 14 (empat belas) kabupaten/kota
di Provinsi Kalimantan Tengah. Kabupaten ini mempunyai Ibukota Pangkalan Bun,
berada pada jarak tempuh 460 km ke arah barat kota Palangka Raya (Ibukota
Provinsi Kalimantan Tengah). Secara geografis kabupaten ini terletak diantara
119 sampai dengan 336 Lintang Selatan dan 110 25 sampai dengan 112 50
Barat Timur, dengan batas wilayah sebagai berikut :
- Sebelah Utara dengan Kabupaten Lamandau.
- Sebelah Selatan dengan Laut Jawa.
Renstra Badan Lingkungan Hidup 2012 - 2016 23
- Sebelah Timur dengan Kabupaten Seruyan.
- Sebelah Barat dengan Kabupaten Sukamara dan Kabupaten Lamandau.
Letak Geografis Kabupaten Kotawaringin Barat seperti pada gambar berikut ini :
Letak Geografis Kabupaten Kotawaringin Barat
Sumber : Bappeda Kabupaten Kotawaringin Barat
B. Luas Wilayah
Luas wilayah Kabupaten Kotawaringin Barat tercatat 10.759 Km dan secara
administrasi terbagi menjadi 6 (enam) kecamatan yaitu Kecamatan Kotawaringin
Lama, Kecamatan Arut Selatan, Kecamatan Kumai, Kecamatan Arut Utara,
Kecamatan Pangkalan Banteng dan Kecamatan Pangkalan Lada. Kecamatan
Pangkalan Banteng dan Pangkalan Lada adalah pemekaran dari Kecamatan
Kumai. Untuk luas Kabupaten Kotawaringin Barat berdasarkan kecamatan
sebagaimana tabel berikut :
Luas Kabupaten Kotawaringin Barat Berdasarkan Kecamatan
No. Kecamatan Luas (km2)
1. Kotawaringin Lama 1.257
2. Arut Selatan 2.400
Renstra Badan Lingkungan Hidup 2012 - 2016 24
3. Kumai 2.921
4. Pangkalan Banteng 1.306
5. Pangkalan Lada 229
6. Arut Utara 2.685
Kotawaringin Barat 10.759
Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Kotawaringin Barat, 2011
Penetapan batas wilayah yang rendah (rawa) berdasarkan garis maya,
sedangkan di daerah gunung (perbukitan) berdasarkan puncak gunung
(bukit), sehingga didasarkan pada arah aliran air yang dituju. Artinya, jika
aliran air menuju ke kabupaten lain yang berbatasan, maka awal aliran air
itulah sebagai batas antara kedua wilayah kabupaten yang dimaksud.
C. Iklim
Jenis Iklim
Berdasarkan data pengamatan hujan selama 10 tahunan (1995-2004) dari BMKG
Stasiun Meteorologi Iskandar Pangkalan Bun, jenis iklim kawasan Kabupaten
Kotawaringin Barat menurut Klasifikasi iklim Schmidt dan Ferguson, memiliki tipe
iklim A. Curah hujan tahunan dari tahun berkisar 1.904-3.762 mm dengan rata-
rata tahunan sebesar 2.637,7 mm. Suhu udara rata-rata pada rentang tahun yang
sama rata-rata harian antara 25,9C-26,2C dan kelembaban berkisar antara 85-
87% .
D. Tanah / Lahan
Jenis Tanah
Secara garis besar, jenis tanah yang terdapat di wilayah Kabupaten Kotawaringin
Barat dikelompokan kedalam 6 (enam) jenis tanah yaitu Podsolik Merah Kuning,
Kompleks Podsolik (Podsolik Merah Kuning-Podsol), Kompleks Regosol (Podsol),
Alluvial, Organosol dan Oksisol (Lateritik). Jenis tanah yang terluas adalah
Renstra Badan Lingkungan Hidup 2012 - 2016 25
podsolik merah kuning. Jenis-jenis tanah di Kabupaten Kotawaringin Barat
sebagaimana tabel berikut ini :
Jenis Tanah di Kabupaten Kotawaringin Barat
No. Jenis Tanah Luas (Ha) Prosentase
1. Oksisol / Lateritik 21.518,00 2,00
2. Podsolik Merah Kuning 352.895,20 32,80
3. Kompleks Podsolik 150.626,00 14,20
4. Alluvial 206572,80 19,20
5. Kompleks Regosol 154.929,60 14,40
6. Organosol 189.358,40 17,60
Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Kotawaringin Barat, 2011
Kabupaten Kotawaringin Barat merupakan salah satu kabupaten yang mempunyai
potensi sumber daya alam yang cukup besar. Sumber daya alam yang terdapat di
Kabupaten ini sebagian besar berupa hutan dan hasil ikutannya, perkebunan,
perikanan, peternakan. Di samping itu juga mempunyai potensi sumber daya
mineral.
Ketinggian
Ketinggian tempat dari permukaan air laut berpengaruh terhadap suhu udara,
yaitu setiap naik 100 m suhu akan turun rata-rata 0,6 0C, sehingga makin tinggi
suatu tempat akan menyebabkan daerah tersebut mempunyai suhu lebih rendah.
Luas wilayah berdasarkan ketinggian tempat dari permukaan laut dapat dilihat
pada tabel berikut ini :
Ketinggian Wilayah Menurut Kecamatan
No. Kecamatan Luas (Ha)
Renstra Badan Lingkungan Hidup 2012 - 2016 26
0-7 m 7-25 m 25-100 m 100-500 m > 500m Jumlah
1. Ktw. Lama - 62.477,0 59.353,0 - - 1.257
2. Arut Selatan 14.200,0 86.040,0 135.408,0 4.272,0 - 2400
3. Kumai 71.890,3 69.892,5 151.348,1 9.565,2 - 2.921
4. P. Banteng 26.076,5 25.351,8 54.897,9 3.469,6 - 1.306
5. P. Lada 7.863,2 7.644,7 16.554,0 1.046,2 - 229
6. Arut Utara - - 181.345,0 86.940 215 2.685
Kotawaringin Barat 120.030 251.406 598.906,0 105.293,0 215 1.075.900
Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Kotawaringin Barat, 2011.
Peta Ketinggian Wilayah Kabupaten Kotawaringin Barat
Sumber : Bappeda Kabupaten Kotawaringin Barat
Renstra Badan Lingkungan Hidup 2012 - 2016 27
Kelerengan dan Fisiografi
Kondisi kelerengan Kabupaten Kotawaringin Barat secara lebih jelas dapat dilihat
pada tabel berikut :
Klasifikasi Lereng Kabupaten Kotawaringin Barat Menurut Kecamatan
No. Kecamatan
Luas (Ha)
0-2 % 2-15 % 15-40 % > 40 % Jumlah
1. Kotawaringin Lama 64.140,0 - 57.773,0 - 1.257
2. Arut Selatan 89.568,0 139.992,0 10.440,0 - 2.400
3. Kumai 137.181,9 163.576,8 1.937,4 - 2.921
4. Pangkalan Banteng 49.759,5 59.333,6 702,7 - 1.306
5. Pangkalan Lada 15.004,6 17.891,6 211,9 - 229
6. Arut Utara - 27.870,0 211.927,0 28.703 2.685
Kotawaringin Barat 355.654,0 408.664,0 282.992,0 28.703 1.075.900
Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Kotawaringin Barat, 2011.
Peta Kelerengan Wilayah Kabupaten Kotawaringin Barat
Renstra Badan Lingkungan Hidup 2012 - 2016 28
Sumber : Bappeda Kabupaten Kotawaringin Barat
E. Hutan
Secara umum areal hutan masih merupakan jenis penggunaan lahan yang
dominan di Kabupaten Kotawaringin Barat yaitu sekitar 66% gambaran
perbandingan luas kawasan hutan dan kawasan lainnya disajikan dalam
Gambar berikut ini :
Penggunaan Lahan
Renstra Badan Lingkungan Hidup 2012 - 2016 29
Wilayah taman nasional dan suaka margasatwa merupakan bagian dari wilayah
Taman Nasional Tanjung Putting yang terletak di wilayah Kabupaten
Kotawaringin Barat dan Kabupaten Seruyan, serta Suaka Margasatwa Sungai
Lamandau yang terletak di wilayah Kabupaten Kotawaringin Barat dan Kabupaten
Sukamara.
F. Laut, Pesisir dan Pantai
Laut
Kabupaten Kotawaringin Barat dengan luas wilayah 10.759 Km2 dan
memiliki panjang pantai 156 Km dengan luas laut 1.250 Km, serta perairan
umum seluas 10.800 Ha yang meliputi 3 DAS besar yakni DAS Kumai, DAS
Lamandau, DAS Arut yang terdiri dari 200 anak sungai dan 9 buah danau dan
rawa serta 20 sungai kecil yang langsung bermuara dilaut, secara fisik Kabupaten
Kotawaringin Barat merupakan kantong ikan Kalimantan Tengah khususnya ikan
dari hasil tangkapan diperairan laut .
Pesisir dan Pantai
Ekosistem pesisir secara umum terdapat di daerah estuaria, perairan pantai dan
laut dangkal serta hutan rawa, dimana ekosistem perairannya terdiri atas
ekosistem mangrove dan padang lamun.
G. Air
Air Permukaan
Air permukaan adalah semua air yang ditemukan di permukaan tanah, seperti air
sungai, air rawa, tambak, danau dan lain-lain. Untuk sungai-sungai utama di
Kabupaten Kotawaringin Barat sebagaimana pada tabel berikut ini :
Series1; Non
Pertanian; 2,84411190
6; 3%
Series1; Lahan Kering;
2,515715215; 2%
Series1; Perkebunan
; 16,2336639
1; 16%
Series1; Hutan;
65,66631657; 66%
Series1; Lainnya;
12,7401924; 13%
PENGGUNAAN LAHAN KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT Non Pertanian
Lahan Kering
Perkebunan
Hutan
Lainnya
Renstra Badan Lingkungan Hidup 2012 - 2016 30
Sungai-Sungai Utama di Kabupaten Kotawaringin Barat
No. Nama Sungai Panjang
(km)
Lebar (m) Kedalaman
(m)
Debit
(m/dtk)
Permukaan Dasar Maks. Min
1. Sungai Kumai 175 700 - 300 600 18 - 5 0,7 0,4
2. Sungai Arut 250 150 - 100 70 - 50 14 - 3 0,7 0,5
3. Sungai Lamandau 300 150 - 100 70 - 40 12 - 3 0,7 0,5
Sumber : Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika Kab. Ktw. Barat, 2011.
Sungai-sungai utama ini memiliki banyak anak sungai. Daerah aliran sungai
di Kotawaringin Barat berasal dari pertemuan dua sungai yang cukup besar yaitu
Sungai Arut dan Sungai Lamandau, yang mempunyai anak-anak sungai lebih dari
130 buah. Debit air sewaktu-waktu dapat melebihi daya tampung dan sering
menimbulkan banjir. Sungai Kumai mempunyai anak sungai sekitar 30 buah.
Sungai merupakan sumberdaya alam yang dipergunakan untuk berbagai
keperluan antara lain sebagai bahan baku air minum, pertanian, perikanan dan
usaha perkotaan. Sebagian besar kegiatan ekonomi masyarakat terletak
disepanjang aliran sungai, misalnya usaha pertanian, perikanan, pemukiman dan
pusat-pusat perkotaan.
Sungai Arut
Renstra Badan Lingkungan Hidup 2012 - 2016 31
Sumber : BLH Kabupaten Kotawaringin Barat
Masalah krisis air juga diakibatkan oleh maraknya aktifitas pertambangan, baik
skala kecil maupun skala besar, yang telah mengakibatkan pembukaan hutan,
perubahan morpologi sungai dan penurunan kualitas lingkungan hidup dan sungai
akibat pencemaran oleh bahan-bahan kimia. Maraknya pertambangan skala kecil
seperti penambangan emas tanpa izin oleh masyarakat merupakan salah satu
penyebab utama pencemaran sungai.
Air Sungai Arut dan Sungai Kumai
Pada tahun 2010 sudah dilakukan pemantauan kualitas air sungai di wilayah
Kabupaten Kotawaringin Barat, terutama pada 2 (dua) sungai utama yaitu Sungai
Arut dan Sungai Kumai. Sungai Arut dengan lokasi A1=Kelurahan Pangkut,
A2=Jembatan Runtu, A3=Jembatan Kotawaringin Lama, A4=Hilir Korindo, dan
A5=Sungai Lamandau Hilir. Sedangkan Sungai Kumai dengan lokasi K1=sekitar
hulu pemukiman Kelurahan Kumai Hulu (Muara Sungai Nyirih), K2=sekitar
Renstra Badan Lingkungan Hidup 2012 - 2016 32
pelabuhan pertamina Desa Sei. Kapitan, K3=Bagian Hilir Sei. Sekonyer, K4=sekitar
Tanjung Api-Api (PLTU).
Danau
Danau-danau di Kabupaten Kotawaringin Barat pada umumnya dimanfaatkan
untuk perikanan. Hingga saat ini masih belum dilakukan pemantauan rutin
terhadap kualitas air danau-danau tersebut. Berikut inventarisasi danau di
Kabupaten Kotawaringin Barat.
Inventarisasi Danau di Kabupaten Kotawaringin Barat
No. Nama Danau Luas (Ha) Pemanfaatan
1. Danau Gatal 50 Perikanan
2. Danau Masyurain 50 Reserfat Perikanan
3. Danau Sulung 30 Perikanan
4. Danau Terusan 50 Perikanan
5. Danau Seluluk 35 Perikanan
Sumber : BLH Kabupaten Kotawaringin Barat, 2011
Air Bawah Tanah (Air Tanah)
Air tanah (groundwater) adalah bagian dari air yang ada di bawah permukaan
tanah (sub-surface water), yakni hanya berada di zona jenuh (zone of saturation).
Penyebaran vertikal air bawah permukaan dapat dibagi menjadi zona tak jenuh
(zone of aeration) dan jenuh. Zona tak jenuh terdiri dari ruang antara yang
sebagian terisi oleh air dan sebagian terisi oleh udara, sementara ruang antara
pada zona jenuh seluruhnya terisi oleh air.
Renstra Badan Lingkungan Hidup 2012 - 2016 33
H. U d a r a
Tahun 2010 dan 2011 Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Kotawaringin
Barat telah melakukan pemantauan kualitas udara ambient setiap 6 bulan
sekali atau per semester dalam setiap tahunnya, sebagaimana tabel berikut :
Data Analisis Udara
No. Parameter Satuan
DATA ANALISIS UDARA Baku Mutu
Ambient
PP 41 Tahun 1999
Simpang Tiga Pasar
Indra Sari
Simpang Tiga
Terminal Bundaran Pancasila
2010 2011 2010 2011 2010 2011
1. Nitrogen Dioksida
(NO2) g/m 17,50 19,54 9,90 13,13 11,40 7,80 400
2. Sulfur Dioksida
(SO2) g/m 36,59 31,34 25,72 20,01 16,76 10,26 900
3. Karbon
Monoksida (CO) g/m 1.536,9 1.631,7 1.020,6 1.253,0 817,5 790,5 30.000
4. Debu (TSP) g/m 237,0 311,10 125,0 160,6 129,0 60,4 230
5. Kebisingan dB(A) 65,30 71,7 60,20 65,2 54,80 58,7
Kep 48 MENLH/
11/96 - Kw. Industri =
70 Kw.
Pemukiman 55
6. Suhu C 34-35 32-34 32-33 30-32 34-36 33-35 -
7. Kelembaban %RH 64-66 52-65 71-73 65-72 61-64 52-59 -
8. Kecepatan Angin m/det 0,6-1,5 0,5-1,8 0,4-2,1 06-0,8 0,5-1,5 0,5-0,9 -
9. Arah Angin
Domminan - U-S U-S TL-BD T-B T-B B-T -
10. Koordinat E 11138'15,6" 11138'15,6" 11137'45,77" 11137'45,77" 11138'52,0" 11138'52,0" -
S 0240'15,0" 0240'15,0" 0240'34,7" 0240'34,7" 0242'29,7" 0242'29,7" -
Sumber : BLH Kabupaten Kotawaringin Barat, 2011
Gangguan terhadap kualitas udara di tahun 2011 juga terjadi seiring dengan
peristiwa kebakaran hutan dan lahan yang menyebabkan gangguan berupa
kabut asap. Dari bulan Pebruari sampai dengan bulan mei sudah terdapat
titik api dibeberapa tempat di Kabupaten Kotawarangin Barat tetapi masih
dalam skala kecil dan tidak menimbulkan kabut asap. Pada bulan Juni 2011
memasuki waktu rawan kebakaran hutan dan lahan seiring berkurangnya
curah hujan. Kabut asap juga masih terjadi di Kabupaten Kotawaringin
Barat hingga minggu pertama bulan Oktober 2011, belasan hektar lahan
Renstra Badan Lingkungan Hidup 2012 - 2016 34
gambut di jalan Pangkalan Bun dan Kumai terbakar. Api diduga berasal dari
aksi bakar lahan gambut oleh warga sebagai lahan perkebunan.
Hasil pantauan satelit NOAA menunjukkan bahwa dari bulan Pebruari 2011
sampai dengan bulan Oktober 2011 di Kabupaten Kotawaringin Barat dideteksi
sebanyak 319 titik api, sedangkan untuk Kalimantan Tengah khususnya sebaran
hotspot wilayah kerja SKW II BKSDA Kalimantan Tengah terdapat 1.970 titik api.
I. Bencana Alam
Karakter lingkungan alam non hayati wilayah Kabupaten Kotawaringin Barat yang
perlu diwaspadai adalah adanya potensi bahaya alam. Adapun bencana alam yang
merupakan bahaya geologi terdiri atas banjir genangan dan banjir bandang,
gerakan tanah (terutama longsoran tanah), dan lempung yang mengembang
(exvansive clay).
Keadaan erosi ditandai dengan terkikisnya lapisan tanah oleh air, erat kaitannya
dengan keadaan lereng dan tutupan vegetasi di permukaan tanahnya. Tingkat
erosi di Kabupaten Kotawaringin Barat belum nyata, karena sebagian besar
wilayah masih tertutup vegetasi. Pengikisan yang terjadi terlihat di sekitar tebing
sungai dan pada lokasi pengelolaan hutan dan kegiatan masyarakat lainnya.
Kawasan rawan bencana di kabupaten ini adalah kawasan yang sering terkena
banjir, kebakaran hutan dan erosi. Kawasan yang terkena banjir adalah kawasan
tepian sungai baik di tepian Sungai Lamandau, Sungai Arut maupun Sungai Kumai
dengan permukaan tanah rendah. Kawasan banjir ini melanda desa-desa dan
perkebunan rakyat pada saat hujan terutama di bulan Januari dan
Pebruari. Di tahun 2008 tercatat lima peristiwa banjir di kabupaten ini yang
melanda Kecamatan Kotawaringin Lama, Arut Selatan dan Arut Utara.
Renstra Badan Lingkungan Hidup 2012 - 2016 35
Bencana alam berupa tanah longsor kecil kemungkinan terjadi karena daerah ini
pada umumnya mempunyai kemiringan lereng dan kemiringan perlapisan batuan
yang kecil. Tanah longsor dalam skala kecil terjadi di tempat
penambangan bahan galian golongan C, yang lebih disebabkan oleh karena dalam
melakukan penambangan tidak memperhatikan kestabilan lereng yang terbentuk.
Jenis bencana lainnya adalah erosi lateral abrasi yang disebabkan oleh kondisi
pasang surut dan banjir di sepanjang sungai.
Kawasan rawan kebakaran hutan hampir meliputi seluruh kawasan hutan
bergambut dan tidak dapat diprediksi dimana tempat yang akan terbakar.
Penyebab kebakaran ini dapat ditimbulkan oleh pembukaan lahan untuk bercocok
tanam yang merambat ke dalam hutan atau karena terbakar sendiri akibat kondisi
hutan yang sangat kering dimusim kemarau.
2.3.2. Pelaksanaan Tugas BLH
A. AMDAL
Setiap kegiatan yang mempunyai dampak penting terhadap lingkungan wajib
menyusun dokumen Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) sebelum
memulai kegiatannya. Sedangkan kegiatan yang tidak wajib AMDAL, tetap
diwajibkan menyusun dokumen pengelolaan lingkungan, antara lain dokumen
Upaya Pengelolaan Lingkungan dan Upaya Pemantauan Lingkungan. Kedua
dokumen ini diharapkan mampu menjadi pedoman untuk menanggulangi atau
mengantisipasi permasalahan lingkungan yang mungkin ditimbulkan oleh
kegiatan yang akan dilaksanakan.
Untuk mengetahui apakah dokumen pengelolaan lingkungan (AMDAL/ UKL-UPL)
dapat dijadikan sebagai perangkat atau rambu-rambu dalam pengelolaan
lingkungan, maka Pemerintah Kabupaten Kotawaringin Barat telah mempunyai
Komisi Penilai AMDAL Daerah. Hingga akhir tahun ini Komisi AMDAL Daerah telah
mengeluarkan beberapa rekomendasi terhadap beberapa kegiatan yang
terangkum dalam tabel berikut ini.
Renstra Badan Lingkungan Hidup 2012 - 2016 36
Rekomendasi
AMDAL/UKL-UPL yang Ditetapkan oleh Komisi AMDAL Daerah
No. Jenis Dokumen Kegiatan Pemrakarsa
1. AMDAL Perkebunan Kelapa Sawit dengan Unit
Pengolahan
PT. Wana Sawit Subur
Lestari
2. AMDAL Perkebunan Kelapa Sawit dengan Unit
Pengolahan
PT. Indotruba Tengah
3. AMDAL Perkebunan Kelapa Sawit dengan Unit
Pengolahan (1999)
PT. Meta Epsi Agro
4. AMDAL Perkebunan Kelapa Sawit (2003) PT. Satya Kisma Usaha
5. AMDAL Perkebunan Kelapa Sawit dengan Unit
Pengolahan (2004)
PT. Bangun Jaya Alam
Permai
6. AMDAL Pertambangan Pasir Zircon (2005) PT. Putra Sandindo
Raya
7. AMDAL Perkebunan Kelapa Sawit dengan Unit
Pengolahan (2006)
PT. Gunung Sejahtera
Dua Indah
8. AMDAL Perkebunan Kelapa Sawit dengan Unit
Pengolahan (2006)
PT. Sawit Sumbermas
Sarana
9. AMDAL Perkebunan Kelapa Sawit dengan Unit
Pengolahan (2007)
PT. Gunung Sejahtera
Ibu Pertiwi
10. AMDAL Perkebunan Kelapa Sawit dengan Unit
Pengolahan (2007)
PT. Gunung Sejahtera
Puti Pesona
11. AMDAL Perkebunan Kelapa Sawit dengan Unit
Pengolahan (2007)
PT. Bumitama
Gunajaya Abadi
12. AMDAL Perkebunan Kelapa Sawit dengan Unit
Pengolahan (2007)
PT. Surya Sawit Sejati I
13. AMDAL Perkebunan Kelapa Sawit dengan Unit
Pengolahan (2007)
PT. Surya Sawit Sejati II
14. AMDAL Pertambangan Pasir Zircon (2007) PT. Zirkonia
15. AMDAL Perkebunan Kelapa Sawit dengan Unit
Pengolahan (2008)
PT. Mitra Mendawai
Sejati
16. AMDAL Pusat HPH PT. Intraco Jaya Intiga
17. AMDAL Pusat HTI PT. Korintiga Hutani
18. AMDAL Pusat IPK PT. Hutanindo
Lestariraya Timber
Renstra Badan Lingkungan Hidup 2012 - 2016 37
19. AMDAL Pusat Kayu Lapis (1995) PT. Korindo Group
20. AMDAL Perkebunan Kelapa Sawit dengan Unit
Pengolahan (2011)
PT. Sawit Seberang
Seberang
21. AMDAL Perkebunan Kelapa Sawit (2011) PT. Sawit Seberang
Seberang
1. UKL-UPL Perkebunan Kelapa Sawit dengan Unit
Pengolahan
PT. Bumi Langgeng
Perdana Trada
2. UKL-UPL Pelabuhan TCC CPO PT. Pelindo III
Bumiharjo Kumai
3. UKL-UPL Perkebunan Kelapa Sawit (2006) PT. Kalimantan Sawit
Abadi
4. UKL-UPL Pertambangan Pasir Zircon (2006) PT. Fidra Borneo
Indotama
5. UKL-UPL Pelayanan Kesehatan Masyarakat (2006) Klinik Bersalin Kesuma
6. UKL-UPL Pertambangan Pasir Zircon PT. Irvan Prima
Pratama
7. UKL-UPL Pelayanan Kesehatan Masyarakat (2008) RSUD Sultan Imanuddin
8. UKL-UPL DUKS (2009) PT. Ferrum Pejawan
Tingang
9. UKL-UPL Pengolahan Hasil Hutan selain Kayu
(Rotan)(2009)
PT. Tatanan Indah Fajar
Nusa
10. UKL-UPL Pengolahan Pemurnian Pasir Zircon kapasitas
750 ton/bulan (2009)
PT. Irvan Prima
Pratama
11. UKL-UPL Pelayanan Kesehatan Masyarakat (2009) RB. Bidan Endang
12. UKL-UPL Jasa Perhotelan (2010) Hotel Blue Kecubung
13. UKL-UPL Workshop (2010) PT. Marga Dinamika
Perkasa
14. UKL-UPL Pengolahan Minyak Goreng (2010) PT. Sinar Alam Permai
15. UKL-UPL Terminal Aspal Curah (2010) PT. Bumi Sarana Utama
16. UKL-UPL Budidaya Sarang Burung Walet (2010) Andreas Atek
17. UKL-UPL Budidaya Sarang Burung Walet (2010) Abdul Rozaq
18. UKL-UPL Budidaya Sarang Burung Walet (2010) H. Sasmo
19. UKL-UPL Budidaya Sarang Burung Walet (2010) Sugiyanto
20. UKL-UPL Budidaya Sarang Burung Walet (2010) Pimping Gunawan
Renstra Badan Lingkungan Hidup 2012 - 2016 38
P
a
d
a tabel tersebut terlihat bahwa kegiatan-kegiatan yang berpotensi menimbulkan
dampak besar dan penting di kabupaten ini didominasi oleh kegiatan perkebunan
kelapa sawit dan unit pengolahannya. Selain itu, komisi memberikan rekomendasi
terhadap kegiatan pabrik minyak goreng dan pembangunan TCC-CPO.
B. PENEGAKAN HUKUM
Pada tahun 2010 dan 2011 tercatat 13 pengaduan masalah lingkungan yang
disampaikan ke BLH Kabupaten Kotawaringin Barat, seperti pada tabel berikut ini
:
Jumlah Pengaduan Masalah Lingkungan menurut Jenis Masalah
No. Masalah Yang Diadukan Jumlah
Pengaduan
1. Pencemaran Unit Silo Baja Pengolahan Lumpur Limbah Tambang Emas di
Sei. Melawen
1
2. Penambangan Galian C (tanah Urug) merusak Sekitar Komplek SMPN 6 1
21. UKL-UPL Budidaya Sarang Burung Walet (2010) Sugiyanto
22. UKL-UPL Budidaya Sarang Burung Walet (2010) Abdul Rozaq
23. UKL-UPL Budidaya Sarang Burung Walet (2010) Lailatul Urifah
24. UKL-UPL Industri Film Faced Plywood (2011) Heo Kwang Bok
25. UKL-UPL Pelayanan Kesehatan Masyarakat (2011) Rumah Bersalin Bunda
26. UKL-UPL Jembatan Timbang (2011) Dishubkominfo Provinsi
Kalteng
27. UKL-UPL Dermaga CPO (2011) PT. Gunung Sejahtera
Ibu Pertiwi
28. UKL-UPL Research Center (2011) PT. Gunung Sejahtera
Ibu Pertiwi
29. UKL-UPL TUKS (2011) CV. Citra Borneo Center
30. UKL-UPL Pabrik Kelapa Sawit (2011) PT. Kalimantan Sawit
Abadi
31. UKL-UPL Pabrik Kelapa Sawit (2011) PT. Sawit Sumbermas
Sarana
Renstra Badan Lingkungan Hidup 2012 - 2016 39
Arut Selatan
3. Pencemaran Limbah Tahu dan Pencemaran air parit di RT. 17, 20 dan 21
Kelurahan Sidorejo
1
4. Pencemaran Limbah Sawit di WSSL 1
5. Pencemaran Limbah Sarang Burung Walet di Kelurahan Raja RT. 09
Kecamatan Arut Selatan
1
6. Pembangunan Rumah Budidaya Burung Walet di Kelurahan Candi
RT. 02, Kelurahan Kumai Hulu RT. 07, 09 dan 11
1
7. Pencemaran Udara Akibat Adanya Boiler Pemanas CPO PT.
Indotruba
1
8. Adanya Dugaan Pencemaran Udara/Lingkungan Usaha Penjemuran dan
Pembakaran Kulit Sapi dan Kambing di RT. 13 Gg. LKMD II
Kelurahan Madurejo, Kecamatan Arut Selatan
1
9. Pencemaran Limbah Cair di Sungai Macan dan Jampau dari Pabrik Kelapa
Sawit PT. BJAP di Desa Pangkut, Kecamatan Arut Utara
1
10. Pencemaran Tanah dan Air Limbah B3 (aki bekas dan filter olie bekas) di
BTS Jaringan PT. Telkomsel di Jalan Maid Badir RT. 10 Kelurahan
Madurejo, Kecamatan Arut Selatan
1
11. Adanya Dugaan Pencemaran Limbah PT. Sinar Alam Permai (SAP) di
Sungai Kalaf Kecamatan Kumai
1
12. Adanya Dugaan Polusi Udara (bau yang dihasilkan dari perusahaan kelapa
sawit) PT. Surya Sawit Sejati di SP 4 Sei. Rangit Kecamatan Pangkalan Lada
1
13. Adanya Dugaan Pencemaran Sungai oleh PT. ENSBURY 1
Menindaklanjuti pengaduan tersebut, Pemerintah Kabupaten Kotawaringin
Barat melakukan :
Pemberhentian kegiatan pengolahan lumpur limbah tambang emas
di Sei. Melawen.
Melakukan pembinaan terhadap para pelaku kegiatan penambangan
galian C dan para pengusaha tahu atau industri skala kecil lainnya.
Terkait dengan limbah/usaha sarang burung walet, dilakukan upaya
dengan membuat surat himbauan kepedulian terhadap lingkungan kepada
pengusaha burung walet, dan pembongkaran bangunan rumah budidaya
burung walet.
Renstra Badan Lingkungan Hidup 2012 - 2016 40
Penyelesaian terkait pencemaran udara akibat Boiler pemanas sudah
disarankan kepada PT. Indotruba untuk melakukan perbaikan cerobong
asap.
Pencemaran udara akibat aktivitas penjemuran dan pembakaran kulit sapi
dan kambing, disarankan agar usaha penjemuran kulit tersebut harus jauh
jaraknya dari pemukiman warga, dan segera mengurus perizinan sesuai
dengan bidang usahanya.
Pencemaran tanah dan air limbah B3, disarankan agar memperbaiki
selang atau tangki agar tidak terjadi kebocoran.
Dugaan pencemaran limbah PT. SAP di Sungai Kalaf, sudah dilakukan
pengambilan sampel dan pengiriman sampel untuk uji Lab di BBPTI
Semarang dan dari hasil Lab tidak ditemukan pencemaran.
Dugaan Polusi udara (bau yang dihasilkan dari perusahaan kelapa sawit)
PT. Surya Sawit Sejati di SP 4, tidak dilakukan pengujian karena proses
produksi baru dilakukan. Proses produksi sesuai dengan Dokumen
Amdal kapasitas 60 ton TBS / Jam.
Dugaan pencemaran sungai oleh PT ENSBURY, dilakukan pengujian
sampel, dan sambil menunggu hasil uji sampel air, dari BLH
memberikan himbauan secara lisan untuk melakukan pengelolaan
lingkungan sesuai aturan yang berlaku.
Pemerintah Kabupaten Kotawaringin Barat tetap melakukan pengawasan
dan pembinaan-pembinaan.
Dalam upaya mendukung kegiatan pengelolaan lingkungan, Pemerintah
Kabupaten Kotawaringin Barat telah mengeluarkan beberapa Peraturan dan
melakukan pengawasan rutin pada kegiatan/usaha yang diperkirakan dapat
menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan. Berikut ini produk
hukum Bidang Pengelolaan Lingkungan :
Produk Hukum Bidang Pengelolaan Lingkungan
No. Jenis Produk Hukum Nomor Tahun Tentang
Renstra Badan Lingkungan Hidup 2012 - 2016 41
1. PERDA Kabupaten
Kotawaringin Barat
2 2006 Retribusi Izin Pembuangan Limbah Cair
dan Pemanfaatan Limbah Cair pada
Tanah
2. PERDA Kabupaten
Kotawaringin Barat
8 2008 Analisis Mengenai Dampak Lingkungan
*Upaya Pengelolaan Lingkungan dan
Upaya Pemantauan Lingkungan*
3. Peraturan Bupati
Kotawaringin Barat
5 2007 Pembinaan dan Pengelolaan Hutan Kota
di Kabupaten Kotawaringin Barat
(Berita Daerah Kabupaten Kotawaringin
Barat Tahun 2007 Nomor 5)
4. Keputusan Bupati
Kotawaringin Barat
188.45/1/HUK 2007 Penetapan Kawasan Klinik Rehabilitasi
Orang Utan Seluas 12 Ha di Desa Pasir
Panjang, Kecamatan Arut Selatan
sebagai Hutan Kota
5. Keputusan Bupati
Kotawaringin Barat
188.45/2/HUK 2007 Penetapan Wisata Alam Seluas 5 Ha
di Kelurahan Siderojo, Kecamatan Arut
Selatan sebagai Hutan Kota
Kegiatan Pengawasan terhadap Limbah B3 dan Limbah Kelapa Sawit
D. PERAN SERTA MASYARAKAT
Kabupaten Kotawaringin Barat memiliki kekayaan alam yang tinggi, oleh karena
itu diperlukan upaya keras untuk dapat mengelola dan menjaga kelestarian alam
kabupaten ini. Upaya ini tidak hanya dilakukan oleh Pemerintah, tetapi juga
dilakukan oleh masyarakat.
Renstra Badan Lingkungan Hidup 2012 - 2016 42
Penguatan dan pelibatan masyarakat dalam upaya pelestarian alam telah
dilakukan dibeberapa tempat. Salah satu bentuk pelibatan masyarakat adalah
pembentukan kelompok masyarakat pengawas (Pokmaswas) untuk menjaga
terumbu karang di kawasan Senggora. Pokmaswas merupakan kelompok
masyarakat yang diminta untuk mengawasi secara sukarela tanpa ada imbalan,
tetapi hanya mendapat bantuan alat tangkap. Kapal-kapal asing sebelum ke TNTP
akan berlabuh di Senggora, dan terkadang melakukan penyelaman.
LSM lokal juga terlibat aktif dalam membantu gerakan-gerakan untuk pelestarian,
seperti penyebaran informasi melalui kampanye, aksi penanaman, survey dan
monitoring.
Pada tahun 2010, Bapak Kulai salah satu warga Desa Pasir Panjang berhasil masuk
urutan ke-6 (enam) untuk kategori perintis lingkungan nominasi Nasional dan
menerima Piagam Penghargaan Kalpataru dari Menteri Negara Lingkungan Hidup,
seperti terlihat pada gambar berikut ini :
Bapak Kulai, Penerima Penghargaan Kalpataru
Renstra Badan Lingkungan Hidup 2012 - 2016 43
Selain itu, masyarakat juga ikut berperan serta dalam pengelolaan
kebersihan dan penghijauan lingkungan perkotaan, sebagai contoh kegiatan
gotong royong kebersihan dan penghijauan sepanjang jalan utama
lingkungan perumahan yang dilakukan secara rutin dua kali sebulan
di Komplek Perumahan BTN Pinang Merah Desa Pasir Panjang, Komplek
Perumahan Beringin Rindang RT. 02 Desa Pasir Panjang serta Komplek
Perumahan Pasir Panjang Permai Desa Pasir Panjang, Kecamatan Arut
Selatan. Kebersihan kota Pangkalan Bun terlihat pada gambar berikut ini :
Kota Pangkalan Bun yang Hijau dan Bersih
Pentingnya menjaga lingkungan juga ditanamkan kepada masyarakat sejak
usia belia melalui sekolah. Anak-anak sebagai generasi penerus, giat
melakukan kegiatan gotong royong dalam memelihara kebersihan
lingkungan sekolah mereka, seperti terlihat pada gambar berikut ini :
Kegiatan Gotong Royong Menjaga Kebersihan Sekolah
Renstra Badan Lingkungan Hidup 2012 - 2016 44
Dalam upaya mengkoordinasikan penyelenggaraan pengelolaan lingkungan hidup
di Kabupaten Kotawaringin Barat, Badan Lingkungan Hidup Kabupaten
Kotawaringin Barat melakukan serangkaian kegiatan Penyuluhan, Pelatihan,
Sosialisasi, Workshop dan Seminar Lingkungan di tahun 2011. Kegiatan
tersebut meliputi antara lain : Bimtek Pengomposan Skala Rumah Tangga,
Pengomposan di Titik Pantau Adipura, Pelatihan Kader Lingkungan, Sosialisasi
Penanggulangan Kebakaran Hutan dan Lahan di 6 Kecamatan, Sosialisasi
Adiwiyata, dan dalam upaya pencegahan abrasi pantai serta kerusakan
lingkungan, Badan Lingkungan Hidup pada tahun 2011 melakukan kegiatan
kampanye lingkungan melalui sosialisasi secara langsung dengan masyarakat
sepadan pantai dan pembuatan papan informasi perlindungan sumberdaya air
untuk meningkatkan kesadaran masyarakat dalam menjaga kebersihan
lingkungan agar tidak membuang sampah disembarang tempat, utamanya ke
badan sungai atau pantai/wilayah pesisir dan pembuatan papan informasi
larangan penambangan tanpa izin untuk penyelamatan lingkungan.
Berikut ini salah satu kegiatan sosialisasi dan pengomposan yang ada di
Badan Lingkungan Hidup :
Sosialisasi Adiwiyata
Renstra Badan Lingkungan Hidup 2012 - 2016 45
Kegiatan Pengomposan di TPA Pasir Panjang
Salah satu upaya untuk mendukung pengelolaan kebersihan lingkungan,
BLH Kabupaten Kotawaringin Barat pada tahun 2011 selain melakukan
pengomposan, gotong royong kebersihan, penghijauan lingkungan
perkotaan, BLH juga ada pengadaan bak sampah yang di distribusikan
kepada seluruh titik pantau dan kecamatan-kecamatan di Kabupaten
Kotawaringin Barat, salah satunya seperti yang terlihat pada gambar berikut
ini :
Bantuan Bak Sampah, Lokasi Pasar Indrasari dan SDN 1 Baru Pangkalan Bun
Renstra Badan Lingkungan Hidup 2012 - 2016 46
Adapun salah satu indikator keberhasilan pengelolaan lingkungan hidup,
khususnya dalam pengelolaan kebersihan dan keteduhan kota adalah
Anugerah Adipura. Pada Tahun 2010/2011, untuk Ke 5 (lima) kalinya
Pangkalan Bun mendapatkan Anugerah Adipura untuk kategori kota kecil
bersama 75 kota kecil se-Indonesia. Penerimaan penghargaan Adipura ini
juga dapat menjadi indikator tentang baiknya hubungan koordinasi antar
sektor dalam pengelolaan lingkungan serta baiknya peran serta masyarakat
dalam menjaga kebersihan dan keteduhan kotanya.
Anugerah Adipura Ke 5 (Lima)
Renstra Badan Lingkungan Hidup 2012 - 2016 47
Tabel 2.1
Pencapaian Kinerja Pelayanan Badan Lingkungan Hidup
Kabupaten Kotawaringin Barat
No. Indikator Kinerja sesuai
Tugas dan Fungsi SKPD
Target
SPM
Target
IKK
Target
Indikator
Lainnya
Target Renstra SKPD Tahun ke- Realisasi Capaian Tahun ke- Rasio Capaian pada Tahun ke-
2006 2007 2008 2009 2010 2006 2007 2008 2009 2010 2006 2007 2008 2009 2010
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16) (17) (18) (19) (20)
1. Peningkatan Kinerja
Pengelolaan
Persampahan
- 64,90%
2. Penurunan Pencemaran
dan Perusakan
Lingkungan Hidup
46% -
3. Peningkatan
Pengawasan untuk
melindungi SDA dan
KSDA
- -
4. Peningkatan Kualitas dan
Akses Informasi SDA dan
Lingkungan Hidup
- -
5. Peningkatan
Pengendalian Polusi 83% -
Renstra Badan Lingkungan Hidup 2012 - 2016 48
Tabel 2.2
Anggaran dan Realisasi Pendanaan Pelayanan Badan Lingkungan Hidup
Kabupaten Kotawaringin Barat
Uraian ***)
Anggaran pada Tahun ke- Realisasi Anggaran pada Tahun ke- Rasio antara Realisasi dan Anggaran Tahun
ke- Rata-rata Pertumbuhan
2006 2007 2008 2009 2010 2006 2007 2008 2009 2010 2006 2007 2008 2009 2010 Anggaran Realisasi
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16) (17) (18)
Peningkatan
Kinerja
Pengelolaan
Persampahan
-
-
-
-
-
-
-
-
-
- - - -
-
-
6. Peningkatan
pengendalian Kebakaran
Hutan
- -
7. Peningkatan Pengelolaan
Ruang Terbuka Hijau
(RTH)
-
Renstra Badan Lingkungan Hidup 2012 - 2016 49
Penurunan
Pencemaran dan
Perusakan
Lingkungan Hidup
1.924.000.000
1.373.000.000 2.235.000.000
3.467.500.000 4.387.000.000
142.566.000
1.802.100.170
1.581.450.000
1.331.343.300 0,10 0,81 0,46 0,30
2.677.300.000
1.214.364.868
Peningkatan
Pengawasan
untuk melindungi
SDA dan KSDA 640.000.000
1.575.000.000 2.175.000.000
2.675.000.000 3.200.000.000
18.515.000
233.000.000
136.325.000
168.020.000 0,01 0,11 0,05 0,05
2.053.000.000
138.965.000
Peningkatan
Kualitas dan
Akses Informasi
SDA dan
Lingkungan Hidup - - - - -
27.142.000
42.375.000
50.000.000
50.000.000 - - - - -
42.379.250
Peningkatan
Pengendalian
Polusi
2.250.000.000
3.420.000.000
5.260.000.000 5.720.000.000
11.606.400
70.080.000
28.330.000
28.360.000 0,00 - 0,01 0,00
4.162.500.000
34.594.100
Peningkatan
Pengelolaan
Ruang Terbuka
Hijau (RTH)
27.500.000
57.500.000
11.904.000 - - - - -
32.301.333
Renstra Badan Lingkungan Hidup 2012 - 2016 67
2.4 Tantangan dan Peluang Pengembangan Pelayanan Badan Lingkungan Hidup
Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Kotawaringin Barat telah menetapkan suatu kondisi
yang ingin dicapai secara bertahap hingga tahun 2016 terhadap kondisi Lingkungan Hidup
yang senantiasa dipengaruhi oleh segala macam kegiatan masyarakat. Lingkungan Hidup yang
terjaga keseimbangan dan kelestariannya merupakan dasar kebutuhan dari masyarakat
terutama untuk mendukung kesehatan masyarakat.
Kendali dan pengawasan yang dilaksanakan Badan Lingkungan Hidup yang akan datang
berupa :
a). Program Pengendalian Pencemaran dan Perusakan Lingkungan Hidup.
b). Program Perlindungan dan Konservasi Sumber Daya Alam.
c). Program Peningkatan Kualitas dan Akses Informasi SDA dan Lingkungan Hidup.
d). Program Peningkatan Pengendalian Polusi.
e). Program Pengendalian Kebakaran Hutan.
f). Program Pengelolaan Ruang Terbuka Hijau.
Kondisi Yang Diinginkan dan Proyeksi Ke Depan
Standar Pelayanan Minimal (SPM) Bidang Lingkungan Hidup pada dasarnya meliputi upaya
pencegahan dan pengendalian pencemaran dan atau kerusakan LH yang meliputi air, udara,
tanah serta pesisir dan laut. Secara lebih rinci sebagaimana tertuang pada Peraturan Menteri
Lingkungan Hidup Nomor 19 Tahun 2008, PP Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian
Urusan Pemerintah antar Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, dan Pemerintah Daerah
Kabupaten/Kota, Permendagri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan
Keuangan Daerah, serta Permendagri Nomor 7 tahun 2006 dan Nomor 11 tahun 2007 tentang
standar sarana dan prasarana kerja pemerintah daerah.
Berdasarkan aturan yang telah ditetapkan Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Kotawaringin
Barat, untuk kedepan mengharapkan pengembangan dan peningkatan kondisi :
Renstra Badan Lingkungan Hidup 2012 - 2016 68
1. Sumberdaya Manusia
Pengembangan sumber daya manusia Badan Lingkungan Hidup diarahkan untuk
mendukung berlangsungnya proses perubahan guna terwujudnya sistem dan
pelayanan yang bertumpu kepada kemampuan dan kemandirian pegawai Badan
Lingkungan hidup dan tingkat koordinasi.
Berkenaan dengan hal tersebut, kebijakan pengembangan SDM Badan Lingkungan
Hidup adalah sebagai berikut :
a). SDM Aparatur Badan Lingkungan Hidup
Peningkatan kualitas, moral dan etos kerja aparat.
Peningkatan dan mengembangkan kemampuan teknis lingkungan,
laboratorium dan sikap prakarsa aparat yang pro-aktif dalam mewujudkan
penyelesaian tanggung jawab terhadap lingkungan.
2. Prasarana dan sarana
Secara bertahap dan diharapkan dapat direalisasikan untuk mendukung penyelesaian
tanggung jawab terhadap lingkungan.
3. Pengembangan Kinerja Persampahan
Untuk mengembangkan kinerja persampahan Badan Lingkungan Hidup melakukan
koordinasi dengan instansi yang menangani distribusi persampahan dimulai dari
TPS (tempat pembuangan sementara) sampai ke TPA (tempat pembuangan akhir)
dengan maksud agar TPS terjaga kebersihannya dan adanya tindak lanjut atas
perlakuan sampah ramah lingkungan di TPA.
Sosialisasi menyangkut pengelolan dan perlakuan terhadap sampah dimasyarakat
bertujuan untuk memberikan pemahaman dan pengertian terhadap lingkungan .
4. Pengendalian Pencemaran dan Perusakan Lingkungan Hidup
Usaha-usaha untuk melakukan pengendalian terhadap pencemaran maupun perusakan
lingkungan hidup berupa sosialisasi pada masyarakat maupun dunia usaha, pengawasan
yang didukung oleh laboratorium pengujian.
Renstra Badan Lingkungan Hidup 2012 - 2016 69
5. Perlindungan dan Konservasi Sumber Daya Alam
Berupa upaya-upaya dari Badan Lingkungan Hidup untuk melindungi dari pencemaran,
kebakaran dan kerusakan.
6. Peningkatan Kualitas dan Akses Informasi SDA dan Lingkungan Hidup.
- Merupakan pemberian apresiasi pada masyarakat yang telah dilatih dan
menginformasikan kembali ke masyarakat.
- Penyediaan data / informasi tentang Lingkungan di Kabupaten Kotawaringin Barat.
7. Pengendalian Polusi
Diharapkan dengan terdatanya unsur-unsur zat bawaan dari polusi udara dan limbah
padat/cair, Badan Lingkungan Hidup dapat mengetahui tingkat pencemarannya dan
adanya upaya pengendalian dengan melakukan koordinasi dengan SKPD lain, Asosiasi
maupun pihak usaha yang mengeluarkan pencemaran.
8. Pengendalian Kebakaran Hutan
Melalui koordinasi, sosialisasi dan didukung dengan sarana parasana yang memadai,
diharapkan bisa menurunkan jumlah kawasan atau luasan hutan yang terbakar/titik
hotspot, serta menurunnya penyakit akibat gangguan asap dari terjadinya kebakaran
hutan dan lahan.
9. Pengelolaan Ruang Terbuka Hijau
Melakukan penanaman pohon pelindung/peneduh di perkotaan/kawasan yang
rawan terhadap longsoran dan gerusan erosi air permukaan. Diharapkan adanya
kawasan yang lindung/teduh diperkotaan.
Renstra Badan Lingkungan Hidup 2012 - 2016 70
BAB III
ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI
3.1 Identifikasi Permasalahan Berdasarkan Tugas dan Fungsi Pelayanan Badan Lingkungan
Hidup
Beberapa permasalahan - permasalahan pelayanan di BLH antara lain :
1. Pelayanan pencegahan pencemaran air belum dapat secara maksimal diberikan karena
keterbatasan anggaran dan regulasi pengelolaan limbah cair belum ada. Keberadaan
industri kecil yang lokasinya menyebar serta rata-rata masih membuang limbah cairnya
tanpa pengolahan terlebih dahulu langsung ke lingkungan. Padahal industri kecil
merupakan tanggungjawab pemerintah dalam pembinaannya.
Masalah krisis air juga diakibatkan oleh maraknya aktivitas pertambangan tanpa izin
(PETI), baik skala kecil maupun skala besar yang telah mengakibatkan pembukaan hutan,
perubahan morfologi sungai sehingga menyebabkan penurunan kualitas lingkungan hidup.
Terjadinya pencemaran air sungai juga disebabkan oleh banyaknya air limbah yang masuk
kedalam sungai dan berasal dari berbagai pencemaran antara lain dari limbah industri,
domestik, peternakan, pertanian dan sebagainya.
2. Terjadinya kebakaran hutan dan lahan di Kabupaten Kotawaringin Barat belum secara
maksimal tertangani, karena melibatkan banyak pihak sehingga koordinasi dengan instansi
terkait, pelaku usaha serta masyarakat perlu ditingkatkan. Selain itu kurangnya kesadaran
masyarakat/pelaku usaha dalam pembukaan lahan agar tidak dibakar dan kurang mematuhi
peraturan-peraturan yang sudah ada (Peraturan Gubernur Kalteng No. 52 Tahun 2008 JO.
No. 15 Tahun 2010). Dalam hal ini BLH sudah melakukan berbagai upaya salah satunya
dengan sosialisasi mengenai pencegahan kebakaran hutan dan lahan di 6 kecamatan dengan
mengundang pihak dari desa-desa anggota KMPK yang sudah terbentuk pada masing-
masing desa, himbauan melalui spanduk dan baleho-baleho, koordinasi dengan instansi
terkait, selain itu pemerintah juga aktif melakukan pemantauan dan pengawasan terhadap
pelaku usaha baik melalui interpretasi data hasil pantauan satelit maupun pengawasan
langsung ke lapangan, meski demikian karena luas daerah yang harus diawasi belum
ditunjang oleh jumlah personil yang ada maka kegiatan pemantauan dan pengawasan dirasa
Renstra Badan Lingkungan Hidup 2012 - 2016 71
masih belum optimal dilakukan. Upaya lain yang dilakukan yaitu pengadaan beberapa alat
pemadam kebakaran tetapi masih dalam skala kecil karena terbatasnya anggaran yang
tersedia.
3. Kondisi lahan kritis cenderung semakin meluas diakibatkan kejadian kebakaran hutan dan
lahan, penambangan liar tanpa diimbangi dengan reklamasi, dan juga eksploitasi hutan.
Berikut ini Luas Lahan Kritis Di Kabupaten Kotawaringin Barat Berdasarkan
Kecamatan :
Kecamatan
Tingkat Kekritisan Lahan (Ha)
Jumlah
Agak Kritis Kritis Sangat Kritis
Arut Selatan 10.795 37.183 15.174 63.152
Arut Utara 36.104 35.163 11.772 83.038
Kotawaringin Lama 4.265 27.890 9.197 41.351
Kumai 33.917 63.860 27.718 125.494
Pangkalan Banteng 2.937 16.575 799 20.310
Pangkalan Lada 5.225 8.384 401 14.010
Jumlah 93.242 189.054 65.060 347.355
Sumber : Dinas Kehutanan Kab. Kotawaringin Barat, 2011
4. Pelayanan informasi status kerusakan lahan dan/atau tanah untuk produksi Biomassa saat
ini belum dapat ditetapkan karena belum ada data yang tersedia.
5. Dampak perubahan iklim.
Dimana kondisi tersebut akan memberikan dampak terhadap siklus hidrologi dalam
bentuk perubahan pola dan intensitas curah hujan, bencana alam seperti banjir,
kekeringan dan longsoran tanah tentunya akan menghadang. Hal-hal ini perlu
diantisipasi salah satunya dengan program perlindungan dan konservasi sumber
daya alam, dengan kegiatan pengendalian dampak perubahan iklim.
6. Kunci keberhasilan pengelolaan lingkungan hidup adalah komitmen bersama dan
sinergisitas dalam pelaksanaan program/kegiatan pengelolaan lingkungan dari pemangku
kepentingan. Kondisinya saat ini sinergisitas dan komitmen bersama masih perlu untuk
ditingkatkan untuk dapat meningkatkan efektivitas dalam pengelolaan lingkungan hidup.
Renstra Badan Lingkungan Hidup 2012 - 2016 72
7. Kurangnya kesadaran masyarakat akan pentingnya fungsi lingkungan dalam setiap
usaha/kegiatan ekonomi atau pembangunan.
8. Guna peningkatan SDM masih perlunya keikutsertaan dalam Bimtek, Pelatihan-Pelatihan
untuk kelancaran pelaksanaan tugas lingkungan hidup.
9. Laboratorium Lingkungan Hidup dan fasilitasnya baik peralatan dan bahan-bahan
laboratorium sudah tersedia tetapi jumlahnya terbatas, selain itu Unit teknis pengelola
belum dibuatkan Perda nya, saat ini BLH tetap memanfaatkan fasilitas yang tersedia untuk
mendukung kegiatan lingkungan hidup, diantaranya pengambilan sample seperti uji
kualitas air, udara, kebisingan, debu.
10. Pelayanan terkait pemberdayaan masyarakat seperti di bidang pengelolaan sampah terpadu
dengan meningkatkan peran pemerintah daerah dan masyarakat serta sektor informal dalam
upaya pemisahan sampah dan 3 R (Reduce, Reuse, Recycle).
11. Pengelolaan limbah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun) belum tertangani dengan baik,
terutama pada bengkel, rumah sakit bersalin.
12. Terkait dengan Pengawasan, kurang taatnya pemrakarsa kegiatan untuk
menerapkan kewajibannya sesuai dengan yang tertuang dalam dokumen
lingkungan mereka (perusahaan), terutama ketaatan dalam penyampaian Laporan
RKL / RPL.
13. Terkait Amdal, belum adanya Peraturan Bupati yang mengatur besar kecilnya unit
usaha yang wajib dilengkapi dengan dokumen lingkungan (Amdal UKL, UPL dan
SPPL).
14. Perlunya sosialisasi oleh BLH kepada masyarakat terkait dengan komitmen pola
kemitraan / community development yang tertuang dalam dokumen Amdal.
Dari permasalahan-permasalahan yang ada maka isu-isu strategis Badan Lingkungan Hidup adalah :
1. Penurunan Kualitas Air Sungai.
2. Kebakaran Hutan dan Lahan.
3. Lahan Kritis.
4. Dampak Perubahan Iklim.
Renstra Badan Lingkungan Hidup 2012 - 2016 73
5. Rendahnya Kesadaran Masyarakat dalam pengelolaan Lingkungan Hidup.
3.2 Telaahan Visi, Misi dan Program Kepala Daerah dan Wakil
Visi Pembangunan Kabupaten Kotawaringin Barat adalah Terwujudnya Kabupaten
Kotawaringin Barat yang Sejahtera, Berkeadilan dan Jaya.
Visi tersebut mengandung makna bahwa dalam 5 (lima) tahun mendatang diharapkan :
1. Kesejahteraan Rakyat, Terwujudnya peningkatan kesejahteraan rakyat, melalui
pembangunan ekonomi yang berlandaskan pada keunggulan daya saing, kekayaan
sumber daya alam, sumber daya manusia dan budaya bangsa. Tujuan penting ini
dikelola melalui kemajuan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi.
2. Keadilan, Terwujudnya pembangunan yang adil dan merata, yang dilakukan oleh
seluruh masyarakat secara aktif, yang hasilnya dapat dinikmati oleh seluruh bangsa
Indonesia.
3. Jaya, Terwujudnya kemajuan daerah dalam segala bidang pembangunan yang
demokratis, berbudaya, bermartabat dan menjunjung tinggi kebebasan yang
bertanggung jawab serta hak asasi manusia.
Adapun Misi Pembangunan Kabupaten Kotawaringin Barat terdiri dari 3 (tiga) poin sebagai
berikut :
a. Melanjutkan Pembangunan Kotawaringin Barat Sebagai Daerah Pengembangan
Pembangunan.
b. Memperkuat Dimensi Keadilan di Semua Bidang.
c. Menuju Kejayaan Kotawaringin Barat.
Selanjutnya agar selaras dengan Visi dan Misi diatas, Badan Lingkungan Hidup
diberikan urusan wajib yang harus dijalankan berupa Program Prioritas yaitu :
Renstra Badan Lingkungan Hidup 2012 - 2016 74
a) Program Pengembangan Kinerja Pengelolaan Persampahan.
b) Program Perlindungan dan Konservasi Sumberdaya Alam.
c) Program Rehabilitasi dan Pemulihan Cadangan Sumberdaya Alam.
d) Program Pengembangan Kapasitas Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan Hidup.
e) Program Pengendalian Pencemaran dan Perusakan Lingkungan Hidup.
f) Program Pengembangan Jasa Lingkungan di Kawasan- kawasan Konservasi Hutan
3.3 Telaahan Renstra Kementerian Lingkungan Hidup
Kegiatan Kementerian Lingkungan Hidup sesuai dengan RPJMN Tahun 2004-2009 mengarah
kepada 4 (empat) program prioritas yaitu :
1. Pengendalian Pencemaran dan Perusakan Lingkungan.
2. Perlindungan dan KSDA.
3. Pengembangan Kapasitas Pengelolaan SDA dan Lingkungan Hidup.
4. Peningkatan Kualitas dan Akses Informasi SDA dan Lingkungan Hidup.
Visi Kementerian Lingkungan Hidup Tahun 2010-2014 adalah Terwujudnya Kementerian
Lingkungan Hidup yang handal dan pro aktif, serta berperan dalam pelaksanaan
pembangunan berkelanjutan, dengan menekankan pada ekonomi hijau.
Untuk mewujudkan Visi tersebut, ditetapkan Misi Kementerian Lingkungan Hidup sebagai
berikut :
1. Mewujudkan Kebijaksanaan pengelolaan SDA dan lingkungan hidup terintegrasi, guna
mendukung tercapainya pembangunan berkelanjutan, dengan menekankan pada ekonomi
hijau;
2. Melakukan koordinasi dan kemitraan dalam rantai nilai proses pembangunan untuk
mewujudkan integrasi, sinkronisasi antara ekonomi dan ekologi dalam pembangunan
berkelanjutan;
Renstra Badan Lingkungan Hidup 2012 - 2016 75
3. Mewujudkan pencegahan kerusakan dan pengendalian pencemaran SDA dan lingkungan
hidup dalam rangka pelestarian fungsi lingkungan hidup;
4. Melaksanakan tatakelola pemerintahan yang baik serta mengembangkan kapasitas
kelembagaan dalam pengelolaan SDA dan lingkungan hidup secara terintegrasi.
Tujuan yang ingin dicapai Kementerian Lingkungan Hidup tahun 2010-2014 adalah
Terwujudnya pembangunan Indonesia berdasarkan pembangunan berkelanjutan dengan
penekanan pada ekonomi hijau (green economy) untuk menahan laju kemerosotan daya
tampung, daya dukung, dan kelangkaan sumber daya alam, serta mengatasi bencana
lingkungan.
Sasaran pembangunan secara umum yang ingin dicapai adalah mewujudkan perbaikan fungsi
lingkungan hidup dan mengelola SDA yang mengarah pada pengarusutamaan prinsip
pembangunan berkelanjutan.
A. Arah Kebijaksanaan dan Strategi
Prioritas Nasional RPJM 2010-2014 terkait pembangunan bidang lingkungan hidup dititik
beratkan pada prioritas Lingkungan Hidup dan Pengelolaan Bencana.
B. Arah Kebijaksanaan dan Strategi Kementerian Lingkungan Hidup
a. Arah kebijakan
Dicapai dengan Strategi sebagai berikut :
1. Peningkatan pengendalian pencemaran dan perusakan lingkungan pada air,
lahan, udara dan keanekaragaman hayati;
2. Peningkatan penataan lingkungan berdasarkan daya dukung dan daya tampung
lingkungan;
3. Peningkatan upaya penegakan hukum lingkungan secara konsisten;
4. Peningkatan pemberdayaan dan partisipasi masyarakat;
Renstra Badan Lingkungan Hidup 2012 - 2016 76
5. Peningkatan kapasitas SDM dan penguatan institusi pengelola lingkungan hidup;
6. Peningkatan kualitas data dan akses informasi lingkungan;
7. Pengembangan sumber-sumber pendanaan lingkungan alternatif.
b. Program dan Kegiatan
1. Program dan Pengelolaan SDA dan Lingkungan Hidup
Kegiatan Substansi Inti Prioritas Nasional RPJMN :
a. Pengelolaan Kualitas Air dan Kawasan Gambut.
b. Peningkatan Konservasi dan Pengendalian Kerusakan Hutan dan Lahan.
c. Pengawasan dan Evaluasi Pemanfaatan Ruang.
d. Pengendalian Pencemaran Air.
e. Pengendalian Pencemara Udara.
f. Pengendalian Pencemaran Udara dari Emisi dan Kebisingan Kendaraan
Bermotor.
g. Pengelolaan B3 dan Limbah B3 Kegiatan Pertambangan, Energi, Minyak dan
Gas.
h. Pengelolaan B3 dan Limbah B3 Manufaktur, Agroindustri dan Jasa.
i. Administrasi Pengelolaan B3 dan Limbah B3.
j. Penanganan Kasus Lingkungan Hidup.
k. Peningkatan Instrumen Ekonomi dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup.
Kegiatan Kementerian Lingkungan Hidup :
a. Peningkatan Pelaksanaan Kajian Dampak Lingkungan.
b. Pengendalian Perencanaan Ruang dan Lingkungan.
c. Pengembangan Kelembagaan Pengelolaan Lingkungan Hidup.
d. Pengendalian Pencemaran Limbah Domestik.
e. Pengendalian Pencemaran Limbah Usaha Skala Kecil.
f. Peningkatan Konservasi dan Pengendalian Kerusakan Ekosistem Pesisir dan
Laut.
g. Perlindungan Atmosfir dan Pengendalian Dampak Perubahan Iklim.
h. Peningkatan Konservasi Keanekaragaman Hayati.
Renstra Badan Lingkungan Hidup 2012 - 2016 77
i. Pemulihan dan Penanganan Media Lahan dan Perairan Tercemar Limbah B3.
j. Pengembangan Perundang-Undangan dan Perjanjian Internasional Bidang
Lingkungan Hidup.
k. Pengembangan Sistem Penataan dan Penegakan Hukum Lingkungan.
l. Penegakan Kapasitas Penegakan Hukum Lingkungan.
m. Peningkatan Edukasi dan Komunikasi Lingkungan.
n. Peningkatan Partisipasi Masyarakat dan Lembaga Kemasyarakatan dalam
pengelolaan Lingkungan Hidup.
o. Pemberdayaan Masyarakat Perkotaan dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup.
p. Pemberdayaan Masyarakat Perkotaan dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup.
q. Pemberdayaan Masyarakat Perdesaan dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup.
r. Pengelolaan Sarana Teknis Pengendalian Dampak Lingkungan.
s. Peningkatan Kapasitas SDM dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup.
t. Peningkatan Data, Informasi dan Infrastruktur Sistem Informasi Lingkungan
Hidup.
u. Peningkatan Kebijaksanaan Standarisasi, Teknologi dan Produksi Bersih Dalam
Pengelolaan Lingkungan Hidup.
2. Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Kementerian
Lingkungan Hidup :
a. Pengelolaan dan Pelayanan Administrasi Umum, Rumah Tangga, Keuangan dan
Kepegawaian Kementerian Lingkungan Hidup.
b. Pengendalian Internal Kementerian Negara Lingkungan Hidup.
c. Peningkatan Pengelolaan Lingkungan Hidup Regional.
d. Pengembangan Perencanaan dan Kerjasama Luar Negeri Kementerian
Lingkungan Hidup.
e. Pengembangan Telaahan Kebijaksanaan Pengelolaan Lingkungan Hidup.
f. Peningkatan Kinerja Dewan Nasional Perubahan Iklim.
3. Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur Negara Kementerian
Lingkungan Hidup :
Renstra Badan Lingkungan Hidup 2012 - 2016 78
a. Pembangunan / Pengadaan / Peningkatan Sarana dan Prasarana Kementerian
Negara Lingkungan Hidup.
3.4. Telaahan Rencana Tata Ruang Wilayah dan Kajian Lingkungan Hidup Strategis
Pengelolaan dan pengendalian lingkungan hidup dimaksudkan untuk mengurangi adanya
pencemaran dan perusakan terhadap lingkungan. Pemanfaatan kawasan yang sesuai dengan
peruntukan Tata Ruang Wilayah Kabupaten dapat menghindari adanya pencemaran dan
perusakan lingkungan hidup. Tata Ruang Wilayah Kabupaten Kotawaringin Barat ditetapkan
dengan memperhatikan daya dukung dan daya tampung lingkungan lingkungan hidup. Daya
dukung dan daya tampung lingkungan harus senantiasa menjaga kelestarian fungsi lingkungan
hidup dan keselamatan masyarakat. Oleh karenanya dalam perencanaan Tata Ruang Wilayah
hendaknya berdasarkan pada Kajian Lingkungan Hidup Strategis.
KLHS memuat kajian antara lain :
a. kapasitas daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup untuk pembangunan;
b. perkiraan mengenai dampak dan resiko lingkungan hidup;
c. kinerja layanan / jasa ekosistem;
d. efisiensi pemanfaatan sumber daya alam;
e. tingkat kerentanan dan kapasitas adaptasi terhadap perubahan iklim;
f. tingkat ketahanan dan potensi keanekaragaman hayati.
Kebijaksanaan, program dan kegiatan harus mempedomani prinsip pembangunan
berkelanjutan yang dijadikan salah satu dasar dan terintegrasinya dalam pembangunan suatu
wilayah. Pembangunan suatu Wilayah harus berpedoman pada peruntukkan seperti yang
tertuang dalam pengaturan dan fungsi kawasan sebagai berikut :
Kawasan yang memberikan perlindungan terhadap kawasan bawahannya
Pasal 31
Renstra Badan Lingkungan Hidup 2012 - 2016 79
Kawasan yang memberikan perlindungan bagi kawasan bawahannya sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 30 huruf a meliputi :
a. kawasan bergambut berada diantara Sungai Arut dan Sungai Lamandau Kecamatan Arut
Selatan dan Kecamatan Kotawaringin Lama sesuai dengan peta RTRWP kurang lebih seluas
132.927 hektar;
b. kawasan resapan air meliputi Kecamatan Arut Selatan seluas kurang lebih 491 Ha,
Kecamatan Kumai seluas kurang lebih 5000 Ha, Kecamatan Pangkalan Lada seluas kurang
lebih 6000 Ha, Kecamatan Pangkalan Banteng seluas kurang lebih 4500 Ha, Kecamatan
Arut Utara seluas kurang lebih 8000 Ha dan Kecamatan Kotawaringin Lama seluas kurang
lebih 5000 Ha;
c. kawasan hutan lindung persebarannya terletak di sebagian Kecamatan Arut Utara dengan
luas kurang lebih 10.088,82 Ha dan pulau Samudera di Desa Tanjung Putri Kecamatan Arut
Selatan.
Kawasan strategis dari sudut kepentingan pertumbuhan ekonomi sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 51 ayat (1) huruf a, terdiri atas :
a. kawasan perkebunan yaitu :
1. perkebunan kelapa sawit di Kecamatan Kumai, Arut Utara, Arut Selatan, Kotawaringin
Lama, Pangkalan Banteng dan Pangkalan Lada;
2. perkebunan karet di Kecamatan Pangkalan Banteng dan Pangkalan Lada;
3. perkebunan lada di Kecamatan Pangkalan Lada;
4. perkebunan jagung di Kecamatan Pangkalan Lada dan Pangkalan Banteng.
b. kawasan terpadu industri, pelabuhan, petikemas dan pergudangan, serta simpul
transportasi darat, laut dan udara berupa Kawasan Sentra Produksi Pangkalan Bun-
Kumai, Kawasan Sentra Produksi Pandu Sanjaya-Karang Mulya (Pakam), Kawasan Sentra
Produksi Pangkut, Kawasan pelabuhan yaitu : Pelabuhan Tanjung Kalap/CPO Bumi Harjo
dan Pelabuhan Ro-Ro terletak di Kecamatan Kumai, Bandar udara Iskandar Pangkalan Bun
dan Rencana pembangunan bandara baru;
c. kawasan strategis ekonomi sektor unggulan agropolitan meliputi :
Renstra Badan Lingkungan Hidup 2012 - 2016 80
- Kecamatan Pangkalan Lada dengan komoditi unggulan adalah karet dan jagung,
komoditi penunjang adalah lada dan ternak sapi.
- Kecamatan Pangkalan Banteng dengan komoditi unggulan adalah karet dan
jagung, komoditi penunjang adalah ternak sapi.
d. kawasan strategis ekonomi sektor unggulan minapolitan ( pusat pengembangan dan
pengolahan ikan laut) di Kecamatan Kumai dengan komoditi unggulan adalah udang.
e. Kota Terpadu Mandiri di Despot Desa Riam Durian Kecamatan Kotawaringin Lama.
Kawasan strategis dari sudut kepentingan fungsi sosial budaya sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 51 ayat (1) huruf b, yaitu Kawasan Strategis Sekitar Bangunan Kerajaan / Kesultanan di
Pangkalan Bun dan di Kecamatan Kotawaringin Lama;
Kawasan strategis dari sudut kepentingan pendayagunaan sumber daya alam
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 51 ayat (1) huruf c, yaitu di Kawasan Andalan Laut
sejauh 4 mil laut yang berada di perairan laut sepanjang garis pantai; dan
Kawasan Strategis Perlindungan Keanekaragaman Hayati sebagaimana dimaksud dalam Pasal
51 ayat (1) huruf d, terdiri atas Suaka Margasatwa Sungai Lamandau, Taman Nasional Tanjung
Putting, Catchment area DAS Arut, Catchment area DAS Kumai, Taman Wisata Alam Tanjung
Keluang.
Pasal 56 Pengelolaan kawasan yang memberikan perlindungan terhadap kawasan
bawahannya sebagaimana pada pasal 31 meliputi :
a. pengelolaan kawasan resapan air, meliputi :
1. pelarangan semua kegiatan budidaya di sekitar kawasan resapan air yang dapat
mengganggu dan merusak;
2. pengamanan bantaran sungai dari erosi dan longsor;
3. pembuatan turap di tempat tertentu untuk menjaga bahaya longsor;
4. penanaman vegetasi pelin