Upload
others
View
23
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
BAB I
LATAR BELAKANG
1.1.Latar Belakang
Kesehatan dan pertumbuhan bayi pada tahun pertama adalah sangat
penting dan menentukan kelangsungan hidup pada tahun selanjutnya. Kesehatan
dipengaruhi oleh banyak faktor seperti keturunan, makanan, kesehatan,
lingkungan yang baik dan lain sebagainya. Pemberian makanan yang baik dan
tepat merupakan faktor yang mendukung proses pertumbuhan anak. Kecukupan
pemberian makanan pada bayi sangat penting, sebab kekurangan energi atau zat
gizi dapat menggangu pertumbuhan yang optimal.
Pemberian makan pada anak sebaiknya disesuaikan dengan tahapan
perkembangan tubuhnya. Sebagai manusia kecil yang sedang sibuk tumbuh
berkembang, kebutuhan zat gizi tubuh anak sangat banyak, kekurangan asupan zat
gizi efeknya sangat fatal, bahkan hingga kelak di usia dewasanya. Indonesia
seperti hal nya di negara berkembang lainnya, masalah kesehatan dan
pertumbuhan anak dipengaruhi oleh dua persoalan pertama yaitu, keadaan gizi
dan penyakit infeksi. Umumnya angka kematian bayi di negara berkembang
disebabkan oleh dua hal tersebut
Pertumbuhan dan perkembangan merupakan hal yang sangat penting dan
satu aspek yang harus diperhatikan secara serius sejak usia dini. Selama periode
ini bayi bergantung sepenuhnya pada perawatan dan pemberian makanan oleh
ibunya. Pertumbuhan merupakan hasil interaksi faktor genetik dan faktor
1
2
lingkungan, baik lingkungan sebelum maupun setelah bayi lahir. Salah satu faktor
lingkungan yang memengaruhi pertumbuhan adalah asupan makanan(1).
Berdasarkan survei awal yang dilakukan penulis di Kecamatan Batang
Kuis Kabupaten Deli Serdang pada 14 ibu yang memiliki bayi usia 6-24 bulan, 10
dari ibu memberikan MP-ASI kepada bayi diusia yang kurang dari 6 bulan.
Penulis melakukan wawancara kepada 10 ibu tersebut, 5 ibu pertama memberikan
makanan tambahan ASI pada anaknya diusia 4 bulan dengan alasan ibu jarang
dirumah ibu merupakan ibu pekerja yang pergi pagi pulang sore dan tidak punya
waktu untuk memompa ASI ditempat kerja pada sore harinya bayi diberikan
makan nasi yang dihaluskan supaya bayi tidak lapar pada malam hari, 3 ibu kedua
tidak memberikan ASI sejak bayi lahir karena bayi tidak mau menyusui dan
produksi ASI ibu sedikit jadi ibu memutuskan bayi diberi susu formula dan diberi
biskuit bayi jika bayi masih lapar, 2 ibu terakhir tidak memberikan ASI kepada
bayinya karena kendala puting tenggelam, dari wawancara tersebut tampak tidak
ada kehawatiran ibu jika bayinya diberi MP-ASI terlalu dini , ibu juga tidak
menyesali bayi yang tidak mendapatkan ASI eksklusif.
Air Susu Ibu (ASI) merupakan zat yang sempurna untuk pertumbuhan
bayi dan dapat mempercepat perkembangan bayi. Selain itu, ASI mengandung zat
penolak/pencegah penyakit serta dapat memberikan kepuasan dan mendekatkan
hati ibu dan bayi sebagai sarana menjalin hubungan kasih sayang(2).
ASI Eksklusif adalah diberikan minimal 6 bulan tanpa makanan
pendamping ASI (MP-ASI). Pada usia dini, bayi paling beresiko terhadap
berbagai penyakit, ASI eksklusif akan melindungi bayi dari infeksi dan juga
3
merangsang pertumbuhan bayi. Antibodi yang terkandung dalam ASI adalah
imunogbulin A (Ig A), bersama dengan berbagai sistem komplemen yang terdiri
dari magrofag, limfosit, laktoferin, laktiferi sidase, lisozim, laktolobulin,
interleukin, interleukin sitokin, dan sebagainya(3).
Setelah bayi berumur 6 bulan, ASI hanya memenuhi sekitar 60-70%
kebutuhan gizi bayi. Bayi yang mendapat ASI eksklusif umumnya tumbuh dengan
cepat pada 2-3 bulan pertama, tetapi lebih lambat dibanding dengan bayi yang
tidak mendapat ASI eksklusif, Masih banyak ibu yang memberikan makanan
tambahan pengganti ASI (MP-ASI) kepada bayi yang berumur kurang dari empat
bulan. Pemberian MP-ASI terlalu dini mempunyai resiko kontaminasi yang sangat
tinggi, yaitu terjadinya gastroenteritis yang sangat berbahaya bagi bayi dan dapat
mengurangi produksi ASI lantaran bayi jarang menyusui. Pemberian makanan
pendamping ASI (MP-ASI) secara dini pada anak kurang dari 6 bulan sama saja
membuka pintu gerbang masuknya berbagai jenis penyakit dan kuman, belum lagi
jika disajikan secara tidak higienis(4).
Dalam rangka menurunkan angka kesakitan dan kematian anak, United
Nation Childrens Fund (UNICEF) dan World Health Organization (WHO)
merekomendasikan sebaiknya anak hanya disusui air susu ibu (ASI) selama
paling sedikit enam bulan. Makanan padat seharusnya diberikan sesudah anak
berumur 6 bulan, dan pemberian ASI dilanjutkan sampai anak berumur dua tahun
(WHO,2005) karena ASI tidak terkontaminasi dan mengandung banyak gizi yang
diperlukan anak pada umur tersebut. Pengenalan dini makanan yang rendah energi
dan gizi atau yang disiapkan dalam kondisi tidak higienis dapat menyebabkan
4
anak mengalami kurang gizi dan terinfeksi organisme asing, sehingga mempunyai
daya tahan tubuh yang rendah terhadap penyakit(5).
Data World Health Organization (WHO ) tahun 2016 masih menunjukkan
rata-rata angka pemberian ASI eksklusif di dunia baru berkisar 38 persen, dimana
sebanyak 62% bayi diusia kurang dari 6 bulan sudah diperkenalkan dengan
makanan pendamping ASI yang seharusnya belum didapatkan di usianya. Di
Indonesia meskipun sejumlah besar perempuan (96%) menyusui anak mereka
dalam kehidupan mereka, hanya 42% dari bayi yang berusia di bawah 6 bulan
yang mendapatkan ASI eksklusif dan sebanyak 68% bayi sudah di perkenalkan
dengan makanan tambahan. Pada saat anak-anak mendekati ulang tahunnya yang
ke dua, hanya 55% yang masih diberi ASI(6).
Data UNICEF (2013), pada tahun 2012 jumlah bayi kurang dari enam
bulan yang mendapat ASI Eksklusif sebanyak 39%. Sementara target Sustainable
Development Goals (SDGS) 2015-2019 dalam pemberian ASI Eksklusif kepada
bayi usia kurang dari 6 bulan sebesar 50%. Pemberian ASI eksklusif berarti hanya
memberikan ASI saja kepada bayi selama 6 bulan pertama. ASI menyediakan
seluruh makanan dan minuman yang dibutuhkan bayi selama 6 bulan pertama.
Memberikan ASI eksklusif selama 6 bulan pertama akan melindungi bayi dari
berbagai macam penyakit, seperti diare dan infeksi saluran pernafasan. Bila Ibu
memberikan ASI eksklusif kepada bayi selama 6 bulan pertama dan tidak pernah
mengalami menstruasi, maka ibu akan terhindar dari kehamilan(7).
Pemberian makanan campuran berarti memberi makan bayi dengan ASI
dan makanan atau cairan lain, seperti susu formula, susu hewani, atau air putih.
5
Memberikan makanan campuran sebelum bayi berusia 6 bulan dapat merusak
pencernaan. Bayi terkena penyakit seperti diare dan pneumonia serta gizi buruk.
Ini akan mengurangi perlindungan yang dapat diberikan oleh ASI eksklusif, dan
seluruh keuntungan yang bisa didapatkan bayi dari pemberian ASI eksklusif(4).
Data Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI), cakupan
pemberian ASI eksklusif pada bayi di tingkat nasional telah memenuhi target akan
tetapi tetap terjadi penurunan yang signifikan dari 54,3% pada tahun 2013 turun
menjadi 52,3% tahun 2014 sedangkan bayi yang tidak mendapatkan ASI
Eksklusif atau telah mendapatkan makanan pendamping ASI (MP-ASI) secara
dini mengalami peningkatan sebesar 47,7%(5).
Data dari Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara cakupan persentase
bayi yang diberi ASI Eksklusif dari tahun 2004- 2012 cenderung menurun secara
signifikan, hanya pada tahun 2008 mengalami peningkatan sebesar 10,33%
dibandingkan tahun 2007 dan pencapaian pada tahun 2012 sebesar 20,33%
merupakan pencapain terendah selama kurun waktu 2004-2012. Terdapat 8
Kab/Kota yang pencapaian ASI ekslusif 0% yaitu Kabupaten Tapanuli Tengah,
Dairi, Karo, Langkat, Pakpak Barat, Padang Lawas, Kota Medan dan Gunung
Sitoli. Pencapaian tertinggi ada di Kabupaten Labuhan Batu Utara yaitu 68,81%.
Data Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara tahun 2006 menunjukkan bahwa
56,80% ibu memberikan makanan pendamping ASI terlalu dini pada bayi 0-6
bulan dan sebesar 43,20% ibu tidak memberikan makanan pendamping ASI
terlalu dini (MP-ASI)(8).
6
Berdasarkan Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2011
menyebutkan bahwa kurang dari 40% bayi usia kurang dari dua bulan sudah
diberikan makanan pendamping ASI. Bayi usia nol sampai dua bulan diberi
makanan pendamping cair (21-25%). Makanan lunak/lembek (20,1%), dan
makanan padat (13,7). Pada bayi usia tiga bulan pemberian sampai lima bulan
yang diberikan makanan pendamping cair (60,2%). Lunak/lembek (66,25) dan
padat (45,5%). Dari beberapa penelitian diketahui bahwa keadaan kurang gizi
pada bayi dan anak disebabkan makanan pendamping ASI yang tidak tepat dan
ketidaktahuan ibu tentang manfaat dan cara pemberian makanan pendamping ASI
sebelum usia bayi 6 bulan(6).
Pemberian Air Susu Ibu (ASI) dan Makanan Pendamping ASI (MP-ASI)
yang tepat merupakan bekal terbaik bagi seorang bayi untuk menjamin proses
tumbuh kembang yang optimal. Hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS)
tahun 2013 menunjukkan proses menyusui dini (IMD) mengalami kenaikan dari
29,3% pada tahun 2010 menjadi 34,5% pada tahun 2013 dan persentase IMD
tertinggi yaitu di provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) sebesar 52,9%, sedangkan
terendah di provinsi papua barat sebesar 21,7%. Cakupan IMD nasional sebesar
34,5% dan terdapat 18 provinsi yang cukapannya dibawah angka nasional, 18
negara tersebut yaitu, Papua Barat, Riau, Kep.Riau, Sumatera Utara, Kalimantan
Tengah, Lampung, Maluku, Maluku Utara, Kalimantan Selatan, Sulawesi Tengah,
Sulawesi Utara, Kalimantan Barat, Sumatera Selatan, Papua, Sulawesi Tenggara,
Jawa Timur, Banten, Dan Sulawesi Barat(5).
7
Pada tahun 2012 telah diterbitkan peraturan pemerintah tentang pemberian
air susu ibu Eksklusif (PP nomor 33 tahun 2012) dalam PP tersebut diatur tugas
dan tanngung jawab pemerintah dan pemerintah daerah dalam pengembangan
program ASI, diantaranya menetapkan kebijakan nasional dan daerah,
melaksanakan advokasi dan sosialisasi serta melakukan pengawasan terkait
program pemberian ASI eksklusif. Menindak lanjuti PP tersebut, telah
dikeluarkan Permenkes Nomor 15 tahun 2013 tanggal 18 februari 2013 tentang
tata cara penyediaan fasilitas khusus menyusui dan memerah ASI.
Pemberian makanan prelakteal yaitu makanan atau minuman yang
diberikan kepada neonatus sebelum asi keluar, dengan alasan ASI belum keluar
atau alasan tradisi, makanan yang sering diberikan pada neonatus sebelum asi
keluar seperti susu, madu, air kelapa, pisang, air tajin, dan air putih. Makanan
prelakteal ini berbahaya karena makanan ini dapat menggantikan kolestrum
sebagai makanan bayi paling awal. Sumatera Utara merupakan Provinsi dengan
cakupan pemberian makanan prelakteal tertinggi pada bayi yaitu 62,7% dan yang
paling rendah yaitu provinsi Nusa Tenggara Timur sebesar 22,2%(5).
Secara teoritis diketahui bahwa pemberian MP-ASI terlalu dini pada anak
menyebabkan gangguan pencernaan pada bayi seperti diare, konstipasi, muntah
dan alergi. Alergi pada anak terjadi karena aktivitas enzim belum sepenuhnya
berkembang, akibatnya, asupan protein dalam tubuh tidak dapat dicerna dengan
optimal, anak umumnya memiliki permaebilitas mukosa usus untuk
makromelekul lebih besar daripada orang dewasa, hal ini dapat menyebabkan
protein yang belum dipecah lebih banyak diserap di usus kecil sehingga
8
menimbulkan reaksi alergi. Beberapa makanan yang sering menyebabkan alergi
yaitu susu sapi, sereal, kacang-kacangan, dan sebagainya(9).
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Biyanti Dwi Winarsih dan Zumrotun
tentang pemberian makanan pendamping ASI dini dengan kejadian gangguan
sistem pencernaan di Jepara terhadap 95 orang yang mengalami diare sebanyak 18
orang (30%), muntah 22 orang (36,6%) dan kontipasi 10 orang (16,7%). hal ini
menunjukkan bahwa bayi yang mendapatkan MP-ASI terlalu dini rentan
mengalami resiko gangguan pencernaan seperti diare, muntah, kontipasi pada bayi
0-6 bulan(10).
Belum optimalnya pemberian ASI Eksklusif disebabkan oleh pemberian
MP-ASI secara dini. Menurut Baharudin (2014), tingkat pendidikan ibu yang
rendah tentang pemberian ASI mengakibatkan ibu lebih sering bayinya diberi
susu botol dari pada disusui ibunya, bahkan juga sering bayinya yang baru berusia
1 bulan sudah diberi pisang atau nasi lembut sebagai tambahan ASI, pendidikan
yang dijalani seseorang memiliki pengaruh pada peningkatan kemampuan berfikir
dengan kata lain seseorang yang berpendidikan lebih tinggi akan dapat mengambil
keputusan yang lebih rasional, umumnya terbuka untuk menerima perubahan atau
hal baru di bandingkan dengan individu yang berpendidikan lebih rendah(11).
Kemenkes RI, (2013) bahwa keberhasilan praktik pemberian MP-ASI
sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain adalah pengetahuan dan
keterampilan ibu,pendidikan ibu, dukungan keluarga dan masyarakat, serta makin
banyaknya perempuan memasuki dunia kerja sehingga harus meninggalkan bayi
dirumah setelah cuti bersalin berakhir(12).
9
Berdasarkan latar belakang, penulis tertarik untuk melakukan penelitian
tentang Faktor yang Memengaruhi Perilaku Ibu dalam Pemberian Makanan
Pendamping ASI (MP-ASI) Terlalu Dini di Kecamatan Batang Kuis Kabupaten
Deli Serdang Tahun 2018.
1.2. Rumusan masalah
1.2.1. Apakah pengetahuan memengaruhi perilaku ibu dalam pemberian
makanan pendamping ASI (MP-ASI) terlalu dini di Kecamatan Batang
Kuis Kabupaten Deli Serdang
1.2.2. Apakah sikap memengaruhi perilaku ibu dalam pemberian makanan
pendamping ASI (MP-ASI) terlalu dini di Kecamatan Batang Kuis
Kabupaten Deli Serdang
1.2.3. Apakah pekerjaan memengaruhi perilaku ibu dalam pemberian makanan
pendamping ASI (MP-ASI) terlalu dini di Kecamatan Batang Kuis
Kabupaten Deli Serdang
1.2.4. Apakah Inisiasi Menyusui dini (IMD) memengaruhi perilaku ibu dalam
pemberian makanan pendamping ASI (MP-ASI) terlalu dini di Kecamatan
Batang Kuis Kabupaten Deli Serdang
1.2.5. Apakah Berat badan Lahir memengaruhi perilaku ibu dalam pemberian
makanan pendamping ASI (MP-ASI) terlalu dini di Kecamatan Batang
Kuis Kabupaten Deli Serdang
10
1.2.6. Apakah dukungan keluarga memengaruhi perilaku ibu dalam pemberian
makanan pendamping ASI (MP-ASI) terlalu dini di Kecamatan Batang
Kuis Kabupaten Deli Serdang
1.2.7. Apakah peran tenaga kesehatan memengaruhi perilaku ibu dalam
pemberian makanan pendamping ASI (MP-ASI) terlalu dini di Kecamatan
Batang Kuis Kabupaten Deli Serdang
1.3. Tujuan Penelitian
1.3.1. Untuk menganalisis pengetahuan memengaruhi perilaku ibu dalam
pemberian makanan pendamping ASI (MP-ASI) terlalu dini di Kecamatan
Batang Kuis Kabupaten Deli Serdang
1.3.2. Untuk menganalisis sikap memengaruhi perilaku ibu dalam pemberian
makanan pendamping ASI (MP-ASI) terlalu dini di Kecamatan Batang
Kuis Kabupaten Deli Serdang
1.3.3. Untuk menganalisis pekerjaan memengaruhi perilaku ibu dalam
pemberian makanan pendamping ASI (MP-ASI) terlalu dini di Kecamatan
Batang Kuis Kabupaten Deli Serdang
1.3.4. Untuk menganalisis Inisiasi Menyusui Dini (IMD) memengaruhi perilaku
ibu dalam pemberian makanan pendamping ASI (MP-ASI) terlalu dini di
Kecamatan Batang Kuis Kabupaten Deli Serdang
1.3.5. Untuk menganalisis Berat badan Lahir memengaruhi perilaku ibu dalam
pemberian makanan pendamping ASI (MP-ASI) terlalu dini di Kecamatan
Batang Kuis Kabupaten Deli Serdang
11
1.3.6. Untuk menganalisis dukungan keluarga memengaruhi perilaku ibu dalam
pemberian makanan pendamping ASI (MP-ASI) terlalu dini di Kecamatan
Batang Kuis Kabupaten Deli Serdang
1.3.7. Untuk menganalisis peran tenaga kesehatan memengaruhi perilaku ibu
dalam pemberian makanan pendamping ASI (MP-ASI) terlalu dini di
Kecamatan Batang Kuis Kabupaten Deli Serdang
1.4. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan berguna dan bermanfaat secara teoritis
maupun secara praktis.
1.4.1. Secara Teoritis
1) Bagi Penulis
Untuk menerapkan teori-teori dan pengetahuan yang didapat di bangku
kuliah ke dalam masalah yang sebenarnya terjadi pada suatu instansi
atau rumah sakit
2) Bagi Akademik
Digunakan sebagai bahan acuan dan perbandingan bagi penelitian lain
yang berminat mengembangkan topik bahasan ini dan melakukan
penelitian lebih lanjut
1.4.2. Secara Praktis
1) Bagi Kecamatan Batang Kuis Kabupaten Deli Serdang
Penelitian ini diharapkan bisa menjadi bahan masukan dan informasi
yang berharga bagi wilayah Kecamatan Batang Kuis Kabupaten Deli
12
serdang untuk lebih memperhatikan tenaga kesehatan dalam
meningkatkan ASI eksklusif dan memberikan MP-ASI sesuai pada
usia bayi.
2) Bagi Masyarakat
Hasil penelitian dapat menjadi informasi bagi masyarakat terkait
pemberian MP-ASI terlalu dini.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Tinjauan Peneliti Terdahulu
Beberapa Hasil Penelitian sebelumnya berkaitan dengan tema faktor yang
memengaruhi perilaku ibu dalam pemberian MP-ASI terlalu dini.
Asdan Padang “Analisa Faktor-Faktor yang Memengaruhi Ibu dalam
Pemberian MP-ASI Dini di Kecamatan Pandan Kabupaten Tapanuli Tengah”.
Hasil penelitian menunjukkan variabel predisposisi yang mempunyai pengaruh
secara signifikan terhadap pemberian MP-ASI adalah sikap (p=0,048). Variabel
pendukung yang mempunyai pengaruh terhadap pemberian MP-ASI adalah
keterpaparan media (p=0,038), variabel pendorong yang mempunyai pengaruh
terhadap pemberian MP-ASI adalah dukungan keluarga (p=0,019) dan kebiasaan
memberi MP-ASI dimasyarakat
14
dini. Dari hasil uji statistik terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan,
tradisi, dan dukungan keluarga. Sedangkan pendidikan tidak berhubungan dengan
perilaku ibu dalam pemberian MP-ASI dini(14).
Rani Permata Sari “Faktor yang Memengaruhi Ibu dalam Pemberian Mp
ASI Pada Bayi Usia 0-6 Bulan di Desa Paseban Kecamatan Kencong Kabupaten
Jember”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa prevalensi pemberian makanan
pendamping ASI pada bayi usia 0-6 bulan di desa paseban cukup tinggi yaitu
sebesar 70%. Hasil uji regresi logistik multivariat menunjukkan bahwa faktor
yang berpengaruh terhadap pemberian makanan pendamping ASI pada bayi usia
0-6 bulan adalah persepsi ibu (β=0,056, p=0,027)(15).
Nina Nirmaya Mariani, “Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan
Pemberian MP-ASI Dini di Wilayah Kerja Uptd Puskesmas Sindanglaut
Kecamatan Lemahabang Kabupaten Cirebon” didapatkan hasil mayoritas paritas
≤ 2 sebanyak 146 responden (71,6%), tingkat pengetahuan ibu mayoritas baik
sebanyak 140 responden(68,6%), dan mayoritas responden mendapatkan
dukungan keluarga sebanyak 133 responden (65,2%). Berdasarkan analisis
bivariat menunjukkan adanya hubungan antara paritas, dukungan keluarga
terhadap pemberian MP-ASI dini, dan pengetahuan tidak memengaruhi
pemberian MP-ASI dini(16).
Iin Indriyawati “Faktor-Faktor Ibu yang Berhubungan dengan Pemberian
Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) Dini pada Bayi Usia < 6 Bulan”. Hasil
65,7% subyek sudah memberikan MP-ASI dini pada bayinya, status pekerjaan
subyek adalah bekerja 54,3%, pendidikan ibu 60% tergolong rendah, pengetahuan
15
gizi ibu 60% tergolong kurang, 65,7% memiliki sikap mendukung pemberian ASI
eksklusif. Tidak ada hubungan antara status pekerjaan ibu (p= 0,468) dan sikap
ibu terhadap pemberian ASI eksklusif 6 bulan (p= 0,149) dengan pemberian MP-
ASI dini, ada hubungan antara pendidikan ibu (p= 0,004) dan pengetahuan gizi
ibu (p= 0,031) dengan pemberian MP-ASI dini (p= 0,004)(17).
Rafika Oktova “Determinan yang Berhubungan dengan Pemberian MP-
ASI Dini pada Bayi Usia 0-6 Bulan” Hasil uji statistik chi-square menunjukkan
bahwa terdapat hubungan antara pengetahuan dan pendidikan dengan pemberian
MP-ASI dini dan tidak terdapat hubungan antara pekerjaan dan pendapatan
keluarga dengan pemberian MP-ASI dini(18).
Utara daulat Ginting “Pengaruh Karakteristik, Faktor Internal dan
Eksternal Ibu Terhadap Pemberian Mp-Asi Dini pada Bayi Usia
16
memberi makanan awal disamping pemberian ASI kepada bayi mereka (52%).
Kesimpulannya adalah bahwa ada hubungan antara pendidikan, pekerjaan dan
pengetahuan dengan memberi makanan awal disamping pemberian ASI(20).
Lina Nuswatul Khaira “Hubungan Pengetahuan dan Sikap Ibu Terhadap
Pemberian MP-ASI yang Terlalu Dini di Desa Blang Kandis Kecamatan Bandar
Pusaka Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2014”. Hasil penelitian menunjukkan
tidak ada hubungan antara pemberian MP-ASI yang terlalu dini dengan
pengetahuan dengan P Value 0,530 (P > 0,05) dan tidak ada hubungan antara
pemberian MP-ASI yang terlalu dini dengan sikap dengan P Value 0,530
(P>0,05). Hal ini di karenakan kurang lancarnya pengeluaran ASI ibu, selain
itu anjuran dari ibu atau mertua mereka seperti memberikan pisang yang
dilumatkan. Pemberian makanan tambahan selain ASI sudah mulai diberikan
pada bayi sejak berumur 3 bulan(21).
Berdasarkan beberapa penelitian terdahulu diatas dapat disimpulkan
bahwa faktor yang memengaruhi perilaku pemberian makanan pendamping ASI
(MP-ASI) terlalu dini adalah pengetahuan, dukungan keluarga,pendidikan,
pekerjaan, paritas, peran tenaga kesehatan, sikap, kebiasaan, persepsi ibu, dan
faktor sosial.
2.2. Telaah Teori
2.2.1. Pengertian Air Susu Ibu (ASI)
ASI adalah cairan putih yang dihasilkan oleh kelenjar payudara ibu
melalui proses menyusui . ASI merupakan makanan yang disiapkan untuk bayi
17
mulai diproses dari masa kehamilan. Pemberian ASI tanpa disertai makanan atau
minuman lain disebut dengan ASI Eksklusif. Pemberian ASI Eksklusif dianjurkan
sampai 6 bulan pertama kehidupan karena ASI mempunyai nilai gizi yang tinggi.
ASI merupakan makanan terbaik yang sempurna dan mudah dicerna oleh bayi.
ASI mengandung zat gizi yang sesuai dengan kebutuhan bayi untuk pertumbuhan,
kekebalan, mencegah berbagai penyakit dan kecerdasan bayi. Pemberian ASI
aman dan terjamin kebersihannya karena langsung diberikan kepada bayi(3).
Air susu ibu (ASI) Eksklusif berasal dari kata Air susu ibu (ASI) dan
eksklusif air susu ibu adalah makanan eksklusif bagi bayi yang memiliki nilai gizi
sangat tinggi sehingga tidak memerlukan tambahan komposisi apapun dari luar.
Secara alamiah, Tuhan telah menciptakan air susu ibu sedemikian rupa sehingga
sangat cocok untuk dijadikan makanan yang mudah dicerna oleh bayi dengan cara
diserap melalui puting ibunya. Eksklusif, diambil dari bahasa inggris yaitu
exlusive, menurut kamus (jhon M.Echolas, dan Hassan Shadily) artinya sendirian,
tidak disertai dengan yang lain. Dengan demikian, pemberian air susu ibu
eksklusif diartikan sebagai pemberian air susu ibu sepenuhnya tanpa disertai
tambahan atau apapun sejak bayi lahir sehingga umur yang ditentukan(4).
Air susu ibu (ASI) eksklusif menurut Kemenkes adalah memberikan Air
susu ibu (ASI) saja kepada bayi selama enam bulan pertama kehidupannya tanpa
memberikan makanan atau cairan lain, kecuali vitamin, mineral, dan obat yang
telah diizinkan(12). Menurut Wiji tahun 2013, air susu ibu eksklusif adalah
pemberian hanya air susu ibu saja selama enam bulan tanpa tambahan cairan
apapun, seperti susu formula, jeruk, madu, air teh, air putih, dan tanpa pemberian
18
makanan tambahan lain, seperti pisang, bubur susu, biskuit, bubur atau nasi tim.
setelah bayi berusia enam bulan, barulah bayi diberikan makanan pendamping air
susu ibu dengan air susu ibu tetap diberikan sampai usia bayi dua tahun atau
lebih(4). Menurut Purwanti (2012) Air susu ibu (ASI) eksklusif adalah memberi
air susu ibu sedini mungkin setelah persalinan diberikan tanpa jadwal dan tidak
diberi makanan lain, walaupun hanya air putih sampai bayi berumur enam
bulan(22).
Air susu ibu (ASI) merupakan yang terbaik untuk bayi, sehingga dalam
kondisi apapun air susu ibu tetap cocok, misalnya bayi yang lahir prematur maka
air susu yang keluar disesuaikan dengan kondisi bayi tersebut. Bayi yang lahir
dengan kondisi lemah, jika bayi tidak bisa meminumnya langsung dari ibu maka
air susu ibu dapat diberikan melalui selang. Bayi harus memperoleh air susu ibu
karena mengandung semua nutrisi yang diperlukan untuk bertahan hidup pada
enam bulan pertama, yaitu hormon, antibodi, faktor kekebalan dan anti oksidan.
Selain itu pemberian air susu ibu kepada bayi akan mempererat hubungan batin
ibu dan bayi. Apalagi bila ditambah dengan kontak fisik yang diwujudkan dengan
belaian ataupun usapan lembut ibu saat menyusui bayinya.
Air susu ibu lebih banyak mengandung emulsi lemak dalam larutan
protein, laktose dan garam-garam organik yang disekresi oleh kedua belah
kelenjer payudara ibu, sebagai makanan utama bayi. Faktor-faktor yang
memengaruhi komposisi air susu ibu adalah stadium laktasi, ras, keadaan nutrisi
dan diet ibu(3).
19
Pemberian air susu ibu eksklusif menurut banyak penelitian memberikan
manfaat bagi ibu dan bayi, terutama pemberian air susu ibu secara dini pada hari-
hari pertama kelahiran dimana terdapat kolestrum yang terbukti sangat kaya akan
zat antibodi yang dapat mengurangi morbiditas dan mortalitas pada bayi dan
balita. Selain kolestrum, pemberian air susu ibu dini terutama tiga puluh menit
setelah kelahiran akan merangsang pengeluaran air susu ibu dan berhubungan erat
dengan kesuksesan menyusui(23).
Ibu menyusui harus mengkomsumsi makanan yang mengandung zat-zat
yang berguna bagi tubuh ibu pasca melahirkan dan untuk persiapan produksi ASI,
bervariasi dan seimbang, terpenuhi kebutuhan karbohidrat, protein, zat besi,
vitamin dan mineral untuk mengatasi anemia, cairan dan serat untuk
memperlancar ekskresi. Nutrisi yang dikonsumsi harus bermutu tinggi, bergizi
dan mengandung cukup kalori yang berfungsi untuk proses metabolisme tubuh.
Kebutuhan kalori wanita dewasa yang sehat dengan berat badan 47 kg
diperkirakan sekitar 2.200 kalori per/hari. Ibu yang berada dalam masa nifas dan
masa menyusui membutuhkan kalori yang sama dengan dengan wanita dewasa,
ditambah 700 kalori pada 6 bulan pertama untuk memberikan ASI eksklusif dan
500 kalori pada bulan ke tujuh dan selanjutnya.
Ibu juga dianjurkan untuk minum setiap kali menyusui dan menjaga
kebutuhan hidrasi sedikitnya 3 liter setiap hari. Tablet besi masih tetap diminum
untuk mencegah anemia, minimal sampai 40 hari post partum. Vitamin A
(200.000 U) dianjurkan untuk mempercepat proses penyembuhan pascasalin dan
menstranfernya ke bayi melalui ASI. Ibu nifas yang membatasi asupan kalori
20
secara berlebihan sehingga menyebabkan terjadinya penurunan berat badan lebih
dari setengah kg/minggu, akan memengaruhi produksi ASI(22).
Tabel 2.1. Penambahan makanan pada wanita dewasa, hamil, dan menyusui
Zat Makanan Wanita dewasa tidak hamil (BB 47 Kg)
Wanita hamil 20 minggu terakhir
Wanita menyusui
Kalari 2000 Kalori 3000 Kalori 800 Kalori Protein 47 Gram 20 Gram 40 Gram Calsium 0,6 Gram 0,6 Gram 0,6 Gram Ferrum 12 Mg 5 Mg 5 Mg Vitamin A 4000 Iu 1000 Iu 2000 Iu Thamin 0,7 Mg 0,2 Mg 0,5 Mg Riboflavin 1,1 Mg 0,2 Mg 0,5 Mg Niacin 12,2 Mg 2 Mg 5 Mg Vitamin C 60 Mg 30 Mg 30 Mg
2.2.2. Pengertian Makanan Pendamping ASI
Makanan pendamping ASI (MP-ASI) menurut WHO adalah makanan atau
minuman selain ASI yang mengandung zat gizi yang diberikan kepada bayi
selama perode penyapihan (complemtary feeding) yaitu pada saat
makanan/minuman lain diberikan bersama pemberian ASI(24).
Setelah pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan, bayi harus diberi
makanan pendamping ASI karena setelah 6 bulan ASI tidak lagi dapat memenuhi
kebutuhan gizi bayi akan energi protein dan beberapa mikronutrein penting. ASI
hanya memenuhi kebutuhan energi sekitar 65-80% dan sangat sedikit
mengandung mikronutrein. Karena itu kebutuhan energi dan mikroonutrein
terutama zat besi dan seng harus didapat dari MP-ASI. Pemberian MP-ASI
merupakan proses transisi dari asupan yang semula hanya berupa susu menuju ke
makanan semi padat. Periode peralihan dari ASI eksklusif menuju makanan padat
21
di kenal sebagai masa penyapihan (weaning period), yang merupakan suatu
proses dimulainya pemberian makanan khusus selain ASI secara bertahap jenis,
jumlah, frekuensi asupan tekstur dan konsistensinya sampai seluruh kebutuhan zat
gizi anak dipenuhi oleh makanan keluarga(25).
Sesudah bayi berumur 6 bulan secara berangsur perlu makanan
pendamping berupa sari buah, buah-buahan, nasi tim, makanan lunak dan
akhirnya makanan lembek. Tujuan pemberian makanan pendamping ASI (MP-
ASI) adalah:
1. Memenuhi kebutuhan gizi bayi
2. Mengembangkan kemampuan bayi untuk menerima macam-macam
makanan dengan berbagai rasa dan tekstur yang pada akhirnya mampu
menerima makanan keluarga
3. Mengembangkan kemampuan bayi untuk mengunyah dan menelan.
Pada usia enam bulan, pencernaan bayi mulai kuat. Pemberian makanan
pendamping ASI harus setelah usia diatas enam bulan. karena jika diberikan
terlalu dini akan menurunkan konsumsi ASI dan bayi mengalami gangguan
pencernaan atau bisa diare. Sebaliknya bila makanan pendamping diberikan
terlambat akan mengakibatkan anak kurang gizi bisa terjadi dalam waktu
panjang(26).
2.2.3. Perbedaan Nutrisi ASI dan Susu Formula
ASI yang pertama keluar adalah kolostrum, menjamin bayi baru lahir
dapat beradaptasi dan berhasil melewati masa transisi menuju kehidupan
pascalahir yang mandiri. Kolostrum adalah cairan yang lengket kekuningan yang
22
mengisi sel-sel alveolar selama trimester terakhir kehamilan, dan disekresi selama
beberapa hari setelah melahirkan. Meskipun seseorang ibu selama hamil juga
menyusui anak yang lebih tua, produksi ASI tetap akan melalui fase kolostra
(kolostrum) sesaat sebelum dan setelah kelahiran anak yang dikandungnya.
Jumlah kolostrum yang disekresi sangat bervariasi berkisar antara 10-100 ml hari,
dengan rata-rata sekitar 30 ml. Sekresi itu akan meningkat secara bertahap dan
mencapai komposisi matang pada 30-40 jam setelah lahir(27).
Kolostrum merupakan makanan yang kepekatannya tinggi dan volumenya
sedikit. Mengandung lebih sedikit laktosa, lemak, dan vitamin-vitamin yang larut
dalam air, dibandingkan dengan ASI matang, tetapi kaya akan protein, vitamin-
vitamin yang larut dalam lemak (termasuk vitamin E, A, dan K) dan mineral-
mineral, seperti sodium dan seng, sangat tinggi imunoglobulin dan faktor-faktor
pelindung lainnya sehingga ASI dapat dianggap sebagai obat alamiah sebagai
mana juga makanan alamiah. Kolostrum sangat sesuai dengan kebutuhan spesifik
bayi baru lahir, ginjal bayi yang belum berkembang sempurna tidak dapat
menerima cairan yang volumenya besar tanpa stres metabolik, produksi laktase
dan enzim-enzim pencernaan lainnya baru saja dimulai, antioksidan dan kuinon-
kuinon dibutuhkan untuk melindungi kerusakan akibat oksidasi dan penyakit
pendarahan, imunoglobulin pada usus bayi yang belum sempurna berkembang
mencegah melekatnya bakteri, virus, parasit dan benda patogen lainmya, dan
faktor-faktor pertumbuhan akan merangsang sistem-sistem pada bayi(3).
Terdapat banyak keunggulan kandungan ASI yang tidak dimiliki oleh susu
pengganti lainnya, akan dijelaskan secara rinci dibawah ini :
23
1. Protein
Di antara semua susu mamalia, ASI matang mempunyai konsentrasi
protein yang terendah. Berdasarkan penemuan dari studi WHO tentang kualitas
dan kuantitas ASI, rata- rata kandungan protein ASI diterima sekitar 1,15 g100 ml
kecuali selama bulan pertama, yaitu sekitar 1,3 g100 ml. Beberapa studi
membuktikan bahwa kandungan protein pada ASI, yang diukur berdasarkan
jumlah asam amino, adalah sekitar 0,8-0,9 g100 ml, nitrogen nonprotein (terutama
urea) diperhitungkan sebesar 25-307 dari nitrogen total. Dari segi gizi, protein
yang tersedia mungkin kurang dari 0,8 g100 ml jika koreksi telah dilakukan
terhadap protein whey (protein-protein anti infeksi, seperti IgA sekretori, lisozim
dan laktoferin), yaitu protein yang tahan terhadap proteolisis sehingga tidak
diserap. Meskipun demikian, kadar protein ASI yang rendah itu lebih dari cukup
untuk pertumbuhan optimal bayi baru lahir, dan akan menghasilkan larutan
bermuatan rendah yang sesuai untuk ginjal bayi yang masih belum matang.
Protein whey pada ASI terutama mengandung alfalaktalbumin, yaitu suatu
komponen sistem enzim yang penting dalam sintesa laktosa, sedangkan yang
dominan pada whey susu sapi adalah betalaktoglobulin, tidak mempunyai
pasangan pada protein ASI, walaupun ia mampu mengkontaminasi ASI dari ibu-
ibu yang minum susu sapi, dan dapat menyebabkan respons antigenik pada bayi-
bayi atopik. ASI mempunyai rasio whey berbanding kasein yang tinggi yang
menghasilkan endapan susu yang terbentuk di lambung lebih halus, dapat
mengurangi waktu pengosongan lambung dan membantu pencernaan(25).
24
ASI mempunyai kadar asam amino bebas dan cystine yang lebih tinggi,
serta methionin yang lebih rendah daripada susu sapi. rasio cysteine, methionine
pada ASI adalah 2:1 yang merupakan rasio paling unik. Cysteine sangat esensial
bagi janin dan bayi pramatang karena enzim cystathionase pada otak dan hati yang
mengkatalisa transulfurasi dari methionine ke cystine, sangat kurang. Kadar asam
amino lainnya, yaitu taurin, juga tinggi pada ASI. taurin dibutuhkan untuk proses
konjugasi garam empedu dan dari sini absorpsi lemak, sebagai tambahan yang
mempunyai peran sebagai neurotransmiter dan neuromodulator dalam
perkembangan susunan saraf pusat, karena bayi tidak seperti orang dewasa, tidak
dapat mensintesis taurin dari cystin dan methionin.
2. Lemak
Kandungan lemak pada ASI matang adalah ideal dan cocok untuk bayi
dan menimbulkan respons fisiologis yang unik. Konsentrasi lemak meningkat dari
2,0 g 100 ml pada kolostrum menjadi 4-4,5 g 100 ml pada ASI matang dalam
waktu 15 hari pascasalin dan untuk selanjutnya relatif menetap. Lemak adalah
bahan ASI yang paling bervariasi. Terdapat fluktuasi harian dari konsentrasi
lemak dengan konsentrasi tertinggi umumnya saat menjelang tengah hari (late
morning) dan sore hari, Variasi juga terjadi ketika menyusui, pada beberapa
wanita konsentrasi lemak pada akhir menyusui 4-5 kali lebih tinggi dari pada awal
menyusui. Peningkatan lemak pada akhir menyusui dipercayai sebagai alat
pengatur rasa kenyang(25).
Lemak ASI disekresi di globul-globul mikroskopik yang lebih kecil
daripada globul-globul pada susu sapi. Trigliserida adalah bagian yang dominan,
25
dengan 98 lemak melekat pada globul-globul. Membran globul terdiri dari
fosfolipid, sterol-sterol (terutama kolesterol), dan protein-protein. Komposisi
asam lemak ASI relatif stabil terdiri atas kira-kira 42 asam lemak jenuh, dan
sekitar 57 asam lemak tak jenuh. Walaupun konsentrasi asam linoleat dan asam
lemak tak jenuh ganda lainnya dipengaruhi oleh makanan ibu dan komposisi
lemak tubuh ibu, semua ASI kaya akan asam lemak tak jenuh ganda rantai
panjang, yang sangat penting dalam perkembangan otak dan proses mielinisasi.
Hampir semua susu pengganti ASI mengandung sedikit atau tidak sama sekali
asam-asam lemak.
Susu sapi mempunyai kandungan asam lemak rantai pendek dan medium
yang lebih tinggi, kadang kala kombinasi dengan susu pengganti ASI dini yang
kandungan kaseinnya lebih tinggi, akan membentuk sabun yang tak larut yang
bertanggung jawab atas terjadinya obstruksi oleh bolus susu dan perforasi usus
pada bayi cukup bulan. Di antara asam-asam tak jenuh ganda yang sangat penting
adalah asam arachidonat dan linoleat. Asam arachidonat dianggap penting selama
masa usia bayi karena asam linoleat belum siap diubah menjadi asam arachidonat.
Kandungan kedua asam itu pada ASI adalah 4 kali lebih tinggi daripada
kandungan dalam susu sapi (berturut-turut 0,4 g dan 0,1 g100 mL). Prostaglandin-
prostaglandin, yang sintesisnya bergantung pada tersedianya asam-asam esensial,
tersebar luas pada saluran pencernaan. Mereka memengaruhi berbagai fungsi-
fungsi fisiologis yang meningkatkan pencernaan dan kematangan sel-sel usus, jadi
mendukung mekanisme pertahanan tubuh secara keseluruhan(25).
26
ASI mengandung prostaglandin dengan kuantitas yang bermakna.
Sedangkan susu pengganti ASI tidak mengandung sama sekali. ASI juga
mengandung lemak lain yang berhubungan dengan komponen.komponen anti
virus. Glukosa merupakan sumber energi utama janin. Disamping itu, bayi juga
sangat bergantung pada lemak untuk energinya, ASI menyediakan 35-50%
masukan perhari yang berupa lemak. Bayi mulai mengonsumsi makanan tinggi
lemak pada saat sekresi lipase pankreas dan efisiensi konjugasi garam empedu
belum sempurna. Belum sempurnanya kedua hal tersebut sebagian terkompensasi
dengan adanya lipase lingual dan lipase lambung, tetapi yang jelas ditemui pula
lipase yang tak spesifik. Enzim diaktifkan oIeh garam empedu dalam duodenum
sehingga dapat berperan dalam proses pencernaan lemak. Enzim tersebut tidak
terdapat pada hampir semua susu lainnya. Lipase adalah salah satu enzim dari
berpuluh enzim yang terdapat daIam ASI, dan ia berperan sebagai modulator
metabolik bagi bayi yang makanan Iainnya tidak dapat meniru peran itu.
3. Karbohidrat
Laktosa merupakan karbohidrat utama dalam ASI, walaupun terdapat pula
galaktosa, fruktosa, dan oligosakarida lainnya dalam jumlah yang lebih sedikit.
Laktosa adalah gula yang ditemukan hanya pada susu, dan pada ASI
konsentrasinya adalah yang tertinggi (rata-rata 4 pada kolostrum, dan meningkat
menjadi 7% pada ASI matang). Laktosa merupakan nutrien spesifik untuk
bayi(25).
Laktosa memenuhi sekitar 40% kebutuhan energi, tetapi juga mempunyai
fungsi-fungsi lainnya. Dalam metabolisme laktosa diubah menjadi glukosa
27
(digunakan sebagai sumber energi) dan galaktosa, sebagai bahan pembuat
galaktolipid yang diperlukan untuk perkembangan sistem syaraf pusat. Membantu
penyerapan kalsium dan zat besi serta mendukung kolonisasi Lactobacillus
bifidus dalam usus. Bakteri- bakteri fermentasi meningkatkan suasana asam dalam
saluran gastrointestinal, dan mencegah tumbuhnya bakteri patogen, jamur, dan
parasit. Pertumbuhan L. Bifidus selanjutnya dipacu dengan keberadaan
karbohidrat yang mengandung nitrogen dalam ASI, yaitu faktor bifidus, yang
tidak terdapat pada susu sapi.
Pemberian makanan tambahan pada hari pertama pascalahir akan
mengganggu mekanisme perlindungan, pada bayi yang diberi makanan buatan
yang akan dominan adalah kolonisasi coliform serta bakteri pembusuk, dan
tinjanya mempunyai pH yang lebih tinggi, transit makanan yang lambat pada usus
bayi yang diberi susu buatan akan memberi kesempatan metabolisme total
terhadap gula. Tanpa enzim untuk metabolisme, laktosa akan difermentasi oleh
bakteri usus dan akan memproduksi tinja yang sangat asam. Hal-hal yang akan
dialami bayi antara lain, adalah rasa sakit perut, sering buang air besar, tinja cair,
dan berbusa, dan pada keadaan eksterm, bayi akan mengalami kegagalan
pertumbuhan atau dengan resiko terjadinya suatu dehidrasi(25).
4. Vitamin
Kandungan vitamin pada ASI umumnya hampir selalu mencukupi
kebutuhan bayi. Konsentrasi vitamin A pada ASI lebih tinggi daripada kandungan
dalam susu sapi, kecuali ASI dari ibu-ibu pada masyarakat yang mengalami
defisiensi, konsentrasi vitamin itu pada kolostrum dua kali jumlahnya dari
28
konsentrasi pada ASI matang. Defisiensi vitamin A lebih sering terjadi pada bayi
yang telah disapih daripada bayi yang masih terus menyusui.
Pada periode segera setelah bayi lahir konsentrasi vitamin K pada
kolostrum dan ASI awal akan lebih tinggi dari pada ASI yang dihasilkan
kemudian. Vitamin K akan mulai tumbuh dalam usus bayi yang menyusu. Apa
bila bayi tak diberi kolostrum, atau jika ia kehilangan susu akhir pada setiap kali
penetekan, resiko terjadinya penyakit haemoragik akan Iebih tinggi jika
dibandingkan dengan bayi menyusu botol, kecuali bila vitamin K diberikan
kepada bayi segera setelah lahir.
Kandungan vitamin E dalam ASI biasanya telah memenuhi kebutuhan
bayi, kecuali bila ibu mengonsumsi lemak tak jenuh ganda sangat berlebihan
tanpa disertai peningkatan konsumsi vitamin E yang seimbang. Kandungan
vitamin D dalam ASI umumnya rendah (rata- rata sekitar 0,15 ug100 mL), dan
untuk beberapa tahun ini dianggap bahwa yang tersedia itu belum memenuhi
kebutuhan bayi, walaupun secara rutin tidak ditemui gejala-gejala defisiensi pada
bayi yang mendapat ASI ekslusif. Belakangan ini, diketahui bahwa tersedia cukup
vitamin D yang larut air dalam ASI selama fase encer dari ASI, dengan
konsentrasi sebesar 0,88 ug100 mL. Perjalanan vitamin D yang dimakan adalah
tidak melalui saluran pencernaan, yang memberi kemungkinan adanya
kesempatan untuk diserap sampai dosis yang dapat menimbulkan keracunan. Pada
manusia lebih disiapkan proses melalui organ kulit, yaitu dengan adanya bantuan
sinar matahari(25).
29
Variasi kandungan vitamin yang larut air dalam ASI bisa terjadi,
tergantung dari diet maternal. Kadar vitamin pada ASI dari ibu-ibu dengan gizi
baik, umumnya lebih dari cukup. Konsentrasi vitamin B12 pada ASI sangat
rendah, tetapi kesediaan biologisnya ditingkatkan oleh adanya faktor transfer
spesifik. Konsentrasi niasin, asam folat dan asam askorbat pada umumnya
terdapat lebih tinggi dalam ASI daripada dalam susu formula.
5. Mineral
Konsentrasi mineral pada ASI lebih rendah daripada susu pengganti
manapun sehingga akan lebih dapat diterima oleh kebutuhan gizi dan kapasitas
metabolik bayi. Kalsium lebih efektif diabsorpsi karena ASI mempunyai rasio
kalsium berbanding fosfor yang lebih tinggi 2:1. Konsentrasi fosfor yang tinggi
pada susu sapi akan menyebabkan penyerapan fosfor yang berlebihan, yang
merupakan penyebab terjadinya hipokalsemia neonatal, yang sering terjadi pada
bayi yang mendapat susu pengganti ASI. Keberadaan kalsium akan lebih rendah
lagi pada susu pengganti, yaitu dengan terbentuknya sabun kalsium yang tak larut
dalam usus, yang dapat menyebabkan obstruksi usus dan perforasi(25).
Besi dalam ASI diserap oleh tubuh bayi sampai 70% dibandingkan dengan
penyerapan hanya 30% dari susu sapi dan hanya terjadi penyerapan sebesar 10%
dari susu buatan pengganti ASI. Untuk mengkompensasinya sering jumlah yang
besar kemudian ditambahkan dalam susu buatan, yang justru akan
menguntungkan bakteri dalam usus. Anemia defisiensi besi selama 6-8 bulan
kehidupan jarang sekali terjadi pada bayi yang hanya diberi ASI. Memang, bayi
lahir cukup bulan yang sehat dan berasaI dari ibu dengan gizi yang baik, akan
30
mempunyai cadangan zat besi hepatik yang cukup untuk memenuhi kebutuhan
yang diperlukan agar didapat keadaan yang lebih baik dalam tahun pertama
kehidupan selanjutnya. Meskipun demikian, pengenalan dini makanan Iain pada
bayi yang mendapat ASI akan mengubah gambaran itu.
Seng sangat esensial untuk berbagai hal, yaitu untuk struktur dan fungsi
enzim, untuk pertumbuhan, dan untuk imunitas selular. Kadar seng dalam ASI
manusia sedikit, tetapi cukup untuk memenuhi kebutuhan bayi, tanpa harus
mengganggu absorpsi besi dan tembaga, tingkat kesediaan biologisnya lebih
tinggi jika dibandingkan dengan seng yang ditambahkan pada susu buatan
pengganti ASI(25).
6. Elemen Renik
Banyak perbedaan yang mendasar antara elemen renik dalam ASI manusia
dan dalam susu pengganti ASI. Pada umumnya, bayi yang mendapat ASI
mempunyai resiko yang rendah untuk terjadinya suatu defisiensi atau suatu
kelebihan elemen-elemen renik. Kadar tembaga, kobalt, dan selenium dalam ASI
umumnya lebih tinggi dari pada susu sapi. Peningkatan kadar kesediaan biologis
dari tembaga dalam ASI terjadi karena adanya ikatan tembaga dengan molekul
protein yang mempunyai massa yang relatif kecil. Hanya pada bayi yang
mendapat makanan buatan saja dapat dijumpai adanya defisiensi tembaga yang
akan menyebabkan terjadinya anemia hipokromik mikrositik dan gangguan
neurologis. Pada usia 3 bulan kadar selenium tubuh lebih tinggi pada bayi yang
mendapat ASI eksklusif dibandingkan dengan bayi yang diberi makanan
campuran ataupun makanan buatan saja. Kadar selenium ASI sedikit lebih rendah
31
pada masyarakat yang tinggal di daerah yang kadar selenium dalam tanah kurang.
Walaupun begitu, selenium susu sapi berpengaruh sangat nyata terhadap diet
sehari-hari, dengan dampak yang beragam sampai bisa 100 kali lipat. Berapa
kadar selenium perlu ditambahkan pada susu buatan telah menjadi diskusi yang
seru kadar kromium, mangan, dan alumunium dalam ASI sampai 100 kali lebih
tinggi, dan beberapa pengaruhnya berperan kemudian pada proses belajar dan
pertumbuhan tulang(25).
Tabel 2.2. Perbandingan komposisi kolestrum, ASI dan susu Formula untuk setiap 100 ml
Zat-zat gizi Kolestrum ASI Susu sapi Energi (K cal) Protein (g)
- Kasein whey - Kasein (mg) - Laktamil bumil (mg) - Laktoferin (mg) - Ig a (mg) - Laktosa (g) - Lemak (g)
58 2,3 140 218 330 364 5,3 2,9 151
70 0,9 1:1,5 187 161 167 142 7,3 4,2
65 3,4 1:1,2 - - - - 4,8 3,9
Vitamin - Vit A (mg) - Vit B1 (mg) - Vit B2 (mg) - Asam Nikotinmik (mg) - Vit B6 ( mg) - Asam pantotenik - Biotin - Asam folat - Vit B12 - Vit C - Vit D (mg) - Vit Z - Vit K (mg)
1,9 30 7,5 - 183 0,06 0,05 0,05 5,9 - 1,5 - 39
75 14 40 160 12-15 246 0,6 0,1 0,1 5 0,04 0,25 1,5
41 43 145 82 64 340 2,8 13 0,6 1,1 0,02 0,07 6
32
Mineral - Kalsium (mg) - Klorin (mg) - Tembaga (mg) - Zat besi (ferrum) (mg) - Magnesium (mg) - Forfor (mg) - Potassium (mg) - Sodium (mg) - Sulfur (mg)
85 40 70 4 14 74 48 22
35 40 40 100 4 15 57 15 14
130 108 14 70 12 120 145 58 30
Tabel 2.3. Perbandingan ASI dan susu formula(28).
Nutrisi ASI Susu Formula Keterangan Lemak - Mengandung faktor
pembentuk sel otak terutama DNA dan AA
- Secara otomatis, zat gizi didalamnya berubah sesuai masa kehamilan, cara menyusui, dan usia bayi
- Mengandung kadar kolestrol yang lebih tinggi
- Hampir seluruh zat dapat diserap oleh tubuh bayi
- Baru belakangan ini sejumlah produsen menambah DNA dan AA
- Tidak dapat berubah otomatis sesuai masa kehamilan, cara menyusui dan usia bayi
- Kadar kolestrol tidak
setinggi ASI
- Tidak seluruh zat dapat diserap oleh tubuh
Lemak merupakan zat gizi paling penting yang ada di ASI, lemak dibutuhkan otak dan tubuh bayi
Protein - Mengandung whey yang lunak dan mudah dicerna oleh sistem pencernaan bayi
- Protein lebih mudah diserap secara keseluruhan
- Mengandung laktoferin untuk kesehatan usus bayi
- Mengandung gumpalan protein yang sulit dicerna oleh sistem pencernaan bayi
- Hanya sedikit sehingga lebih banyak sampah yang dihasilkan serta membuat ginjal bayi harus bekerja keras
- Tidak ada kalaupun ada hanya sedikit kadarnya
Sistem pencernaan bayi maupun tubuh bayi tidak alergi terhadap protein yang dihasilkan atau berasal dari tubuh manusia
33
- Mengandung lisozim zat anti mikroba
- Kaya kandungan protein pembangun otak dan tubuh
- Tidak mengandung lisozim
- Tidak ada atau sangat rendah kandungannya
Karbohidrat - Kaya kandungan laktosa
- Kaya kandungan oligosakarida yang berfungsi menjaga kondisi usus halus
- Tidak mengandung laktosa
- Sangat sedikit oligosakaridanya
Laktosa merupakan karbohidrat penting perkembangan otak
Antibodi - Kaya kandungan sel darah putih dalam jumlah berjuta-juta setiap kali menyusui
- Kaya kandungan
imunoglobulin
- Tidak ada sel darah putih hidup. Kalaupun ada apapun jenisnya semua dalam keadaan mati
- Hanya sedikit kandungannya sebagian besar merupakan jenis untuk anak sapi
Apabila ibu diserang sejenis kuman penyakit. Tubuhnya akan membentuk antibodi untuk melawannya dan antibodi itu akan diberikan melalui air susu
Vitamin & Mineral
- Lebih mudah diserap bayi, khususnya zat besi (Fe), seng (Zn) dan kalsium (Ca)
- Zat besi yang dapat diserap sekitar 50-75%
- Mengandung selenium yang banyak sejenis oksidan
- Susah diserap oleh pencernaan bayi
- Hanya dapat diserap sekitar 5-10%
- Kandungan seleniumnya jauh lebih rendah
Vitamin dan mineral dalam ASI banyak diserap tubuh bayi, sementara pada susu formula semakin banyak vitamin dan mineral justru semakin susah dicerna
Rasa - Bervariasi sesuai jenis senyawa atau zat yang terkandung di dalam makanan dan minuman ibu
- Rasa sama dari waktu ke waktu
Dengan memperkenalkan rasa yang bervariasi sesuai dengan makanan yang keluarga.
34
2.2.4. Persyaratan Pemberian MP-ASI
Pada Global Strategy for Infant and Young Child Feeding (GSIYCF,
2002), dinyatakan bahwa MP-ASI harus memenuhi syarat berikut ini :
1) Tepat waktu (Timely) MP-ASI mulai diberikan saat kebutuhan energi
dan zat gizi melebihi yang didapat dari ASI
2) Adekuat (Adequate) MP-ASI harus mengandung cukup energi,
protein dan mikronutrein
3) Aman (Safe) Penyimpanan, penyiapan sewaktu diberikan, MP-ASI
harus higeinis
4) Tepat cara pemberian (Properly) yaitu MP-ASI diberikan sejalan
dengan tanda lapar dan ada nafsu makan yang ditunjukkan bayi serta
frekuensi dan cara pemberiannya sesuai dengan umur bayi(29).
Saat tepat memulai pemberian MP-ASI bergantung pada kesiapan bayi,
meliputi kesiapan fisik dan kesiapan psikologis
a. Kesiapan fisik
a) refleks ekstrusi (menjulurkan lidah) telah sangat berkurang atau
telah menghilang
b) perkembangan keterampilan oromotor antara lain yang semula
hanya mampu menghisap dan menelan yang cair menjadi
mengunyah dan menelan makanan yang lebih kental dan padat
serta dapat memindahkan makanan dari bagian depan kebagian
belakang mulut
c) mampu menahan kepala tegak lurus
35
d) Duduk tanpa/ hanya dengan sedikit bantuan dan mampu menjaga
kesimbangan badan ketika tangannya meraih benda di dekatnya.
b. Kesiapan psikologis
bayi akan memperlihatkan perilaku makan lanjut yaitu :
a) dari reflektif (berdasarkan refleks) ke imitatif
b) lebih mandiri dan eksploratif
c) mampu menunjukkan keinginan makan dengan cara membuka
mulutnya, rasa lapar dengan memajukan tubuhnya ke depan/ ke
arah makanan, tidak berminat atau kenyang dengan menarik tubuh
kebelakang/ menjauh(25).
2.2.5. Petunjuk Untuk Pemberian MP-ASI
Tujuan pemberian makanan tambahan ini adalah sebagai komplemen
terhadap ASI agar anak memperoleh cukup energi, protein dan zat-zat lain
(vitamin dan mineral) untuk tumbuh dan berkembang secara normal adalah
penting untuk diperhatikan agar pemberian ASI dilanjutkan terus selama
mungkin, karena ASI memberikan energi dan protein yang bermutu tinggi,
disamping terjadinya kontak yang terus menerus antara ibu dan bayinya(27).
Tahun pertama, khususnya enam bulan pertama, adalah masa yang sangat
kritis dalam kehidupan bayi. Bukan hanya pertumbuhan fisik yang berlangsung
dengan cepat, tetapi juga pembentukan psikomotor dan akultruasi terjadi dengan
cepat. ASI harus merupakan makanan utama pada masa ini, biasanya makanan
tambahan terhadap ASI diperlukan pada trimester kedua untuk mempertahankan
pertumbuhan anak pada kecepatan yang sama. Umumnya ini berarti antara umur
36
empat sampai enam bulan ini disebabkan karena alasan psikologis dan
psikososial(30). ASI harus merupakan makanan satu-satunya (eksklusif) untuk
bulan-bulan pertama kehidupan bayi makanan tambahan pertama diberikan adalah
terutama untuk memberikan tambahan energi serta untuk memulai proses
pendidikan atau akulturasi(4).
Dalam pemberian makanan tambahan pada bayi ada beberapa hal penting
yang harus diperhatikan, antara lain
1. Makanan termasuk ASI, harus memberikan semua zat gizi yang
diperlukan oleh bayi
2. Bayi memerlukan lebih dari satu kali makan sehari sebagai komplemen
terhadap ASI, karena kapasitas perutnya masih kecil, volume makanan
yang diberikan jangan terlalu kecil, sehingga anak kecil harus diberi
makan lebih sering dalam sehari dibandingkan dengan orang dewasa.
3. Pada awal setelah bayi genap berumur 6 bulan (5 bulan 30 hari), makanan
utama/makan besar diberikan bertahap 2 – 3 kali sehari.
4. Pada umur 6 – 8 bulan 29 hari, makanan utama (makan besar) diberikan 3
kali. Berikan snack seperti biskuit atau buah matang 1 – 2 kali sehari.
5. Pada umur 9 – 11 bulan 29 hari, makanan utama (makan besar) diberikan
3 – 4 kali sehari. Berikan snack 1 – 2 kali sehari.
6. Pada umur 12 – 24 bulan, makanan utama (makan besar) diberikan 3 – 4
kali sehari dan juga 1 – 2 kali snack tambahan.
7. Seorang anak berumur 1-3 tahun hanya dapat mengkomsumsi sekitar 200-
300 ml makanan untuk satu kali makan. Oleh karena itu, untuk
37
mendapatkan energi dan zat-zat energi yang cukup makanan tambahan
harus mengandung energi dan zat-zat gizi dalam konsentrasi tinggi.
8. Seorang bayi berumur lebih dari 6 bulan perlu diberi makan 4-6 kali sehari
sebagai tambahan terhadap ASI. Hal ini dapat dikurangi sampai 3 kali
makan sehari, untuk anak yang telah berumur 2-3 tahun, dengan
memperhatikan bahwa energi dan zat-zat yang terkandung dalam makanan
tersebut memenuhi kebutuhan anak.
9. Bila sulit menambahkan minyak, lemak atau gula ke dalam makanan,
maka bayi hanya akan memperoleh cukup zat gizi bila ia makan 4-6 kali
per hari. Bayi dapat diberi makan tiga kali sehari dan diberi makanan
bergizi tinggi diantaranya (selingan) sebagai makanan kecil.
10. Sekali makanan dapat diterima dengan baik, berikan makanan tambahan
tersebut setelah bayi menyusui.
11. Sebelum berumur 2 tahun bayi belum dapat mengkomsumsi semua
makanan orang dewasa. Makanan dasar simple mixes tetapi lebih
diutamakan multi mixes lebih cocok baik dalam hal nilai gizinya dan
konsitensinya(25).
38
Tabel 2.4. Contoh jadwal pemberian MP-ASI menurut umur bayi, jenis makanan dan frekuensi pemberian
Umur bayi Jenis makanan Takaran/ hari 0-6 bulan - ASI - Kapan diminta Kira-kira 6 bulan
- ASI - Sari buah - Bubur-bubur tepung beras
merah
- Kapan diminta - 1-2 kali
Kira-kira 7 bulan
- ASI - Buah-buahan - Hati ayam atau kacang-
kacangan - Beras merah atau ubi - Sayuran (wortel, bayam) - Minyak, santan, alvokad - Air tajin
- Kapan diminta - 3-4 kali
Kira-kira 9 bulan
- ASI - Buah-buahan - Bubur roti - Daging/kacang-
kacangan/ayam/ikan - Beras
merah/kentang/labu/jagung - Minyak, santan, alvokat
- Kapan diminta - 4-6 kali
>12 bulan - ASI - Makanan pada umumnya,
termasuk telur
- Kapan diminta - 4-6 kali
2.2.6. Resiko Pemberian Makanan Pendamping ASI Terlalu Dini
Telah diketahui umum saat ini bahwa bayi belum siap untuk menerima
makanan semi padat sebelum kira-kira berusia 4 bulan, dan juga makanan itu
belum dirasakan perlu, sepanjang bayi tetap mendapat ASI, kecuali pada keadaan
tertentu.Walaupun demikian, belum lama ini, telah menjadi suatu kebiasaan di
negara-negara industri maju untuk memulai pemberian makanan pelengkap sejak
bayi berusia satu bulan dengan memberi makanan utama, dari golongan serealia,
ditambah dengan sayur-sayuran dan buah-buahan, telur. Tidak ada yang
39
menyangkal bahwa dalam segi kapabilitas fungsional, hampir semua bayi dapat
beradaptasi terhadap situasi itu. Mula-mula bisa saja mereka menolak makanan
itu, memuntahkannya atau mengeluarkan dengan cara memproduksi tinja yang
cair, tetapi pada akhirnya mereka dapat menerimanya tanpa kesulitan yang besar.
walaupun gerak refleks dari mulut bayi masih belum siap untuk menerima.
Produksi dari enzim-enzim pencernaan terutama amilase pada usia dini
umumnya masih rendah, tetapi reaksi potensial terhadap adanya rangsangan ada
disitu, jadi produksi enzim akan meningkat apabila dalam diet juga terdapat
tepung pati atau bahan lainnya. Ginjal bayi yang dapat terangsang oleh
keberadaan urea yang terbentuk oleh konsumsi protein yang berlebihan, dapat
pula bereaksi dengan cara meningkatkan kemampuannya dalam fungsi
mengekskresi dan menyaring. Kenyataan bahwa organisme yang secara fisiologis
belum tuntas berkembang, tetapi telah dapat digunakan beradaptasi terhadap cara
pemberian makan, telah diketahui banyak tentang kerugian atau resiko yang
ditemukan segera jika bayi diberi makanan pelengkap terlalu dini, dan juga
adanya kemungkinan terjadi dampak yang tidak diinginkan dalam jangka panjang
termasuk peranannya dalam proses terjadinya keadaan patologis, seperti obesitas,
hipertensi, arteriosklerosis dan alergi makanan dicurigakan akan terjadi meskipun
itu sangat sukar untuk dibuktikan(27).
1. Resiko jangka pendek
Telah dibuktikan bahwa pengenalan makanan selain ASI kepada diet bayi
akan menurunkan frekuensi dan intensitas pengisapan bayi, yang akan merupakan
suatu resiko untuk terjadinya penurunan produksi ASI. Dalam kondisi seperti itu
40
makanan yang diberikan tidak akan berperan sebagai makanan pelengkap
terhadap ASI, tetapi sebagai pengganti sebagian ASI Apabila diingat bahwa
hampir semua makanan pelengkap yang diberikan tersebut mempunyai nilai gizi
yang Iebih rendah dari ASI, hal itu akan merugikan bayi, juga telah diobservasi
bahwa pengenalan serealia, dan sayur-sayuran tertentu, dapat memengaruhi
penyerapan zat besi dari ASI, walaupun konsentrasi zat besi itu rendah dalam
ASI, tetapi lebih mudah diserap, karena keseimbangan zat besi sangat rawan pada
bayi-bayi muda, pemberian makanan tersebut akan dapat menyebabkan defisiensi
zat besi dan anemia. Tentu saja, keadaan defisiensi sebenarnya dapat dicegah jika
digunakan bahan serealia yang telah ditambah kandungan zat besinya. Hal itu
hanya akan mengatasi satu masalah saja yang pada mulanya tidak ada.
Dari penelitian longitudinal yang dilakukan di Bangladesh didapatkan
bahwa 41% dari contoh makanan dan 50% dari contoh air yang diperiksa telah
terkontaminasi Escherichia coli. Hal itu membuktikan bahwa ada hubungan
antara pengenalan dini makanan yang telah terkontaminasi dan infeksi intestinal
pada anak-anak. Proporsi contoh dari air yang mengandung E. coli tersebut
berhubungan Iangsung dengan angka kesakitan diare tahunan pada anak-anak
akibat E. coli enterotoksigenik. Suhu lingkungan dan Iama waktu penyimpanan
makanan setelah dibuat juga berkoreIasi langsung dengan jumlah bakteri yang
ditemukan(25).
2. Resiko Jangka Panjang
Pemberian makanan tambahan yang kurang memadai dapat pula
memberikan dampak negatif terhadap kesehatan dalam jangka panjang, yaitu
41
melalui dua mekanisme. Salah satunya adalah efek kumulatif yaitu perubahan
yang dianggap sudah terjadi pada usia awal kehidupan, tetapi dampak pengaruh
untuk terjadinya gangguan secara kronis baru akan terjadi beberapa tahun yang
akan datang. Kedua, adalah kebiasaan makan yang menjurus kepada dianutnya
praktek-praktek diet yang tidak menguntungkan, akan berperan untuk terjadinya
suatu gangguan kesehatan.
1) Obesitas
Korelasi semakin tinggi ditemukan antara obesitas pada usia 12 bulan
dengan obesitas yang terjadi dikemudian hari. Sementara itu juga telah diketahui
bahwa kasus-kasus obesitas yang berat pada usia itu (12 bulan). Bayi yang
mendapat ASI maupun yang mendapat makanan buatan keduanya mempunyai
pola pertumbuhan yang sama selama tiga bulan pertama kehidupannya,
penambahan berat badan akan lebih besar pada bayi yang mendapat makanan
buatan. Bayi yang mendapat ASI tampaknya dapat mengatur masukan konsumsi
mereka sehingga dapat disesuaikan dengan kebutuhannya. Begitu seorang ibu
merasa bertanggung jawab atas jumlah masukan makanan yang seharusnya
diterima oleh anaknya, kemungkinan akan terjadinya kelebihan dalam memberi
makan mulai berlangsung. Pada kelompok masyarakat yang terutama menganut
pandangan bahwa bayi yang sehat adalah bayi yang gemuk, umumnya
masyarakat tidak berpikir bahwa gizi akan dapat berperan dalam terjadinya
pemberian makan anak yang berlebihan(25).
42
2. Hipertensi
Masukan natrium yang tinggi jelas merupakan salah satu faktor utama dari
penyebab terjadinya hipertensi esensial. Kandungan natrium dalam ASI cukup
rendah (sekitar 15 mg100 ml atau 6,5 mmol/l). Namun, masukan sodium dari
diet bayi dapat meningkat secara drastis jika makanan tambahan telah
diperkenalkan, terutama jika makanan tambahan itu disiapkan sesuai dengan
selera sang ibu yang umumnya suka terhadap rasa asin. Bahwa masukan natrium
tinggi yang terlalu awal, akan mempunyai konsekuensi yang sama di kemudian
hari. Diperkirakan bahwa selera terhadap rasa garam dapat terbentuk akibat
adanya pengenalan makanan lain selain ASI. Dengan mempertahankan kebiasaan
itu kemudian pengaruhnya secara kumulatif akan dapat memberikan dampak yaitu
terjadinya gangguan yang akan timbul beberapa tahun kemudian. Walaupun
hampir semua buah-buahan dan sayur-mayur segar mengandung banyak kalium,
proses penyiapan bahan-bahan. Makanan itu sampai dapat digunakan sebagai
makanan tambahan, akan menyebabkan terjadinya penurunan yang drastis dari
kandungan mineral. begitu pula kandungan vitamin C nya(25).
3. Arteriosklerosis
Peranan faktor diet dalam patogenesis dari arteriosklerosis dan penyakit
jantung iskemik, tidak dipungkiri lagi. Kedua penyakit itu merupakan masalah
kesehatan utama di negara-negara industri maju, dan juga mulai meningkat di
negara-negara berkembang. Faktor- faktor nutrisi yang terlibat di sini, antara lain,
diet yang mengandung tinggi energi atau kalori dan kaya akan kolesterol serta
lemak-lemak jenuh, sebaliknya kandungan lemak tak jenuh yang rendah.
43
Masukan protein yang tinggi juga mempunyai hubungan dengan keadaan ini,
walaupun diet hanya akan berperan pada orang-orang yang mempunyai
predisposisi terhadap gangguan tersebut.
4. Alergi Makanan
Telah terbukti bahwa menyusui yang berkepanjangan dan pengenalan
makanan tambahan yang dipilih dengan sangat hati-hati dan yang tepat waktu
pemberiannya akan mempunyai peran perlindungan terhadap alergi makanan,
terutama untuk bayi-bayi yang mempunyai predisposisi ke arah gangguan
tersebut. Hal itu adalah benar, dan tidak saja terhadap alergi susu sapi, tetapi juga
mengenai makanan-makanan lainnya. Manifestasi alergi terhadap susu sapi secara
klinis akan meliputi gangguan-gangguan, seperti gangguan gastrointestinal,
dermatologis, dan gangguan pernapasan dari berbagai tingkat berat penyakitnya,
dan bahkan sampai terjadi syok anafilaktik. Dengan penelitian yang menggunakan
metode imunologis yang cukup sensitif, telah dibuktikan bahwa memang pada
sebagian besar bayi yang diberi makan dengan formula yang dibuat dari susu sapi
akan bereaksi terhadap protein asing, mereka yang memiliki tanda-tanda
simptomatis berat yang kemudian di diagnosis sebagai bayi yang menderita
penyakit alergi susu sapi(25).
2.2.7. Definisi Perilaku
Perilaku adalah tindakan atau aktivitas dari manusia itu sendiri yang
mempunyai bentangan yang sangat luas antara lain, berjalan, berbicara, menangis,
tertawa, bekerja, kuliah, menulis, membaca, dan sebagainya, Dari uraian diatas
dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud perilaku manusia adalah semua kegiatan
44
atau aktivitas manusia, baik yang diamati langsung, maupun yang tidak dapat
diamati oleh pihak luar(30).
Menurut Skinner, seperti yang dikutip oleh Notoatmodjo merumuskan
bahwa perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus atau
rangsangan dari luar. Oleh karena perilaku ini terjadi melalui proses adanya
stimulus terhadap organisme, dan kemudian organisme tersebut merespons, maka
teori skinner ini disebut teori “S-O-R” atau stimulus-organisme-respons
Faktor yang menentukan atau membentuk perilaku ini disebut determinan.
Dalam bidang perilaku kesehatan, teori yang sering menjadi acuan dalam
penelitian-penelitian kesehatan masyarakat, yaitu(31).
1. Teori Lawrence Green
Green menganalisis bahwa faktor perilaku ditentukan oleh 3 faktor utama,
yaitu :
a. Faktor-faktor predisposisi (predisposing factors), yaitu faktor-faktor
yang mempermudah atau mempredisposisi terjadinya perilaku
seseorang, antara lain pengetahuan, sikap, kepercayaan, nilai-nilai dan
sebagainya.
b. Faktor-faktor pemungkin (enabling factors), yaitu faktor-faktor yang
memungkinkan atau yang memfasilitasi perilaku atau tindakan. Yang
dimaksud dengan faktor pemungkin adalah sarana dan pra serana atau
fasilitas untuk terjadinya perilaku kesehatan.
c. Faktor-faktor penguat (reinforcing factors), yaitu faktor-faktor yang
mendorong atau memperkuat terjadinya perilaku.
45
2. Teori Snehandu B.Kar
Kar mencoba menganalisis perilaku kesehatan dengan bertitik tolak bahwa
perilaku itu merupakan fungsi dari :
a. Niat seseorang untuk bertindak sehubungan dengan kesehatan atau
perawatan kesehatan (behavior intention)
b. Dukungan sosial dari masyarakat sekitarnya (social support)
c. Ada atau tidak adanya informasi tentang kesehatan atau fasilitas
kesehatan (accessibility of information)
d. Otonomi pribadi yang bersangkutan dalam hal ini mengambil tindakan
atau keputusan (personal autonomy)
e. Situasi yang memungkinkan untuk bertindak atau tidak bertindak
(action situation)
Dilihat dari bentuk respons terhadap stimulus ini, maka perilaku dapat
dibedakan menjadi dua
1. perilaku tertutup (convert behavior)
Perilaku tertutup adalah respons seseorang terhadap stimulus dalam bentuk
terselubung atau tertutup (convert). Respons atau reaksi terhadap stimulus
ini masih terbatas pada perhatian, persepsi, pengetahuan, kesadaran, dan
sikap yang terjadi pada orang yang menerima stimulus tersebut, dan belum
dapat diamati secara jelas oleh orang lain.
2. Perilaku terbuka (overt behavior)
Respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan nyata atau
terbuka. respon terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam bentuk
46
tindakan atau praktik, yang dengan mudah dapat diamati atau dilihat orang
lain(30).
2.2.8. Perilaku Pemberian (MP-ASI) Terlalu Dini
Perilaku pemberian MP-ASI terlalu dini, perilaku diartikan sebagai respon
seseorang terhadap stimulus, Pemberian MP-ASI adalah makanan atau minuman
yang diberikan pada proses penyapihan yaitu pada usia 6 bulan keatas bersamaan
dengan pemberian ASI. Maka perilaku pemberian makanan pendamping ASI
terlalu dini adalah suatu kegiatan atau aktivitas organisme (mahluk hidup) yang
bersangkutan dalam memberikan bayi makanan pendamping sebelum pada
waktunya atau di usia yang dini. Beberapa alasan yang sering digunakan ibu
dalam memberikan makanan pendamping ASI kepada bayi diwaktu yang dini.
1. Ibu Terserang Penyakit
Ibu yang menderita yang cukup serius, akan enggan menyusui
bayinya atau menyakini menyusui tidak aman bagi bayi. Ibu bisa jadi
beranggapan bahwa pemberian makanan selain ASI lebih aman untuk
kesehatan bayi(27).
2. Menyusui dapat mengubah bentuk payudara ibu
Anggapan seperti ini sering mengganggu pikiran ibu yang
menyusui bayinya, sebenarnya, yang mengubah bentuk payudara adalah
kehamilan, bukan menyusui. Kehamilan memicu dikeluarkannya hormon-
hormon yang menyebabkan terbentuknya air susu tentu berbeda bentuknya
dengan payudara yang belum terisi air susu. Perubahan bentuk payudara
47
sangat tergantung pada faktor keturunan atau hereditas, usia, dan
penambahan berat badan sewaktu hamil(32).
3. Puting Susu Rata Atau Masuk Kedalam
Walaupun 87% ibu dapat menyusui, ada situasi tertentu yang
membuat ibu sulit menyusui. Sekitar 2% ibu memiliki puting susu yang
masuk ke dalam ketika areolanya ditekan. Sedangkan 5-8% ibu
mempunyai puting susu rata yang tidak mencuat keluar saat dingin atau
distimulasi. Maka beberapa dari ibu tersebut memberikan susu formula
sebagai pengganti ASI.
4. Bedah Caesar
Ketika dibius total saat menjalani operasi , ada tenggang waktu
untuk kepulihan ibu, sehingga ibu mengalami kesulitan untuk mengangkat
bayi untuk disusui . Hal ini dikarenakan otot-otot perut telah dibelah saat
operasi. menyusui dalam posisi duduk dan membaringkan bayi di
pangkuan ibu dapat membuatnya tidak nyaman terutama setelah bedah
caesar. Maka para ibu dan keluarga memilih alternatif untuk memberikan
susu formula terlebih dahulu sampai ibu pulih total
5. Bayi Kembar
Para ibu yang mempunyai anak kembar perlu mencermati tentang
cara menyusui bayi yang tepat. Menyusui bayi yang lebih dari satu dapat
menyita banyak waktu, dan membuat ibu capek kecuali ibu mampu
menyusui dua bayi dalam waktu yang bersamaan.
48
6. Bayi Prematur
ASI penting untuk semua bayi, terutama bayi yang lahir prematur,
bayi yang lahir lebih cepat dari tangal yang ditetapkan. Walaupun banyak
bayi prematur yang kuat, sehat, menyusu dengan baik, dan tidak
membutuhkan perawatan khusus, namun mereka mungkin membutuhkan
bantuan pernafasan atau diberi makan melalui selang agar kelak mereka
mudah mengisap puting payudara ibu.
7. Bayi yang mempunyai lidah kaku
Ada beberapa hal yang menyebabkan bayi sulit menyusu,
misalnya, lidah kaku, lidah pendek, atau bibir sumbing. Hal ini dapat
menyebabkan masalah dalam ibu memberikan ASI. Karena kesulitan
tersebut banyak ibu yang mengira bahwa bayinya tidak mau
menyusui(22).
2.2.9. Faktor yang Memengaruhi Perilaku Pemberian MP-ASI Terlalu Dini
Terdapat beberapa faktor yang dianggap dapat memengaruhi perilaku ibu
dalam pemberian makanan pendamping ASI terlalu dini di ataranya adalah
sebagai berikut.
1. Pengetahuan
Pengetahuan adalah merupakan hasil “tahu” yang terjadi setelah adanya
pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terhadap objek terjadi
melalui panca indra manusia yaitu penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan
raba. sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh dari mata dan telinga. Istilah
49
pengetahuan panca indranya. Pengetahuan sangat berbeda dengan kepercayaaan
(beliefs) tahayul (superstition) dan penerangan-penerangan yang keliru(31).
Pengetahuan sangat erat hubungannya dengan pendidikan, dimana
diharapkan bahwa dengan pendidikan yang tinggi maka pengetahuan seseorng
akan semakin luas, namun bukan berarti seseorang yang berpendidikan rendah
harus berpengetahuan rendah.
Menurut Mubarak pengetahuan tidak hanya diperoleh dari pendidikan
formal saja, akan tetapi dapat diperoleh melalui pendidikan nonformal. Ada dua
aspek yang terkandung didalam pengetahuan seseoranng tentang suatu objek yaitu
aspek positif dan aspek negatif, yang mana akan menentukan sikap seseorang,
semakin banyak aspek positif dan objek yang diketahui, maka akan menimbulkan
sikap semakin positif terhadap objek tertentu.
Menurut Notoatmodjo S (2012) yang menyebutkan bahwa pengetahuan
merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya sikap seseorang,
apabila perilaku didasari oleh pengetahuan, kesadaran dan sikap positif, maka
perilaku tersebut akan bersifat langgeng, sebaliknya apabila perilaku itu tidak
didasari pengetahuan maka kesadaran tidak berlangsung lama. Menurut teori
WHO yang dikutip oleh Notoatmodjo S (2012) salah satu bentuk objek kesehatan
dapat dijabarkan oleh pengetahuan yang diperoleh dari pengalaman sendiri.
Secara garis besar ada 6 tingkat pengetahuan(31).
(1) Tahu
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari
sebelummya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat
50
kembali (recall) terhadap seluruh bahan yang telah dipelajari atau
rangsangan yang telah diterima misalnya tahu bahwa pemberian MP-ASI
terlalu dini tidak baik untuk kesehatan bayi
(2) Memahami (Comprehention)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara
benar tentang obyek yang diketahui dan dimana dapat menginterprestasikan
secara benar.
(3) Aplikasi (Application)
Kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi
atau kondisi sebenarnya
(4) Analisis (Analysis)
Kemampuan untuk menyatakan materi atau suatu objek kedalam komponen-
komponen tetapi masih didalam struktur organisasi tersebut dan masih ada
kaitannya satu sama lain.
(5) evaluasi (Evaluation)
Kemampun didalam melakukan penilaian terhadap suatu objek penilaian-
penilaian itu berdasarkan kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan
kriteria yang telah ada.
2. Sikap
Sikap adalah penyataan evaluasi terhadap objek, orang, atau peristiwa. Hal
ini mencerminkan perasaan seseorang terhadap sesuatu, misalnya ketika seseorang
ibu mengetahui bahwa pemberian MP-ASI dini membahayakan bagi sorang bayi,
lalu seorang ibu tersebut tidak memberikan MP-ASI terlalu dini kepada bayinya.
51
Sikap orang tersebut merespon terhadap suatu peristiwa. Pernyataan evaluasi
merupakan reaksi respons terhadap objek, orang dan peristiwa, yang merupakan
stimulus. Pengertian lain dari Notoadmodjo adalah reaksi atau respon yang masih
tertutup terhadap stimulus atau objek(31).
Azwar (2013) menyatakan sikap dikategorikan menjadi tiga orientasi
pemikiran yaitu berorientasi pada respons, beriontasi pada kesiapan respon dan
berorientasi pada skema triadik. Sikap berorientasi pada respons adalah perasaaan
mendukung atau memihak (favourable) atau tidak memihak (unfavourable) pada
suatu objek. Sikap berorientasi pada kesiapan respons adalah kesiapan untuk
bereaksi terhadap suatu objek dengan cara-cara tertentu. Seperti halnya
pengetahuan, sikap ini terdiri dari berbagai tingkatan berdasarkan
Notoatmodjo(31).
a) Menerima (receiving) diartikan bahwa orang (subjek) mau dan
memperhatikan stimulus yang diberikan (objek)
b) Merespon (responding) diartikan sebagai memberikan jawaban apabila
ditanya, mengerjakan, dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah
suatu indikasi dari sikap karena dengan suatu usaha untuk menjawab
pertanyaan atau mengerjakan tugas yang diberikan terlepas dari pekerjaan
itu benar atau salah.
c) Menghargai (Valuting) diartikan sebagai mengajak orang lain untuk
mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah adalah suatu indikasi
sikap tingkat ke tiga.
52
d) Bertanggung jawab (responsible) diartikan sebagai tanggung jawab atas
segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko merupakan sikap
yang paling tinggi. Pengukuran sikap dapat dilakukan secara langsung atau
tidak langsung. Secara langsung dapat dapat dinyatakan bagaimana
pendapat atau pernyataan responding terhadap suatu objek. Secara tidak
langsung dapat dilakukan dengan pertanyaan-pertanyaan hipotesis,
kemudian baru ditanyakan pendapat responding(30).
3. Pekerjaan
Pekerjaan menurut Notoatmodjo adalah suatu aktivitas atau kegiatan yang
dilakukan sehingga memperoleh penghasilan. Pekerjaan adalah sesuatu yang
dikerjakan untuk mendapatkan nafkah atau pencaharian. Masyarakat yang sibuk
dengan kegiatan atau pekerjaan sehari-hari akan memiliki waktu yang lebih untuk
memperoleh informasi. Hal ini berkaitan dengan tingkat penghasilan seseorang.
Dikota-kota besar dan pedesaan para ibu yang aktif melakukan kegiatan komersial
seperti bekerja di kantor atau pabrik, menjalankan usaha pribadi sebagai tambahan
penghasilan, serta berkecimpung dalam kegiatan sosial yang menyita waktu diluar
ruamah(31).
Menurut Prasetyono, wanita bekerja di sektor formal maupun informal. Pada
kondisi tersebut menyulitkan untuk tetap menyusui bayinya, memilih untuk
menggunakan susu formula lantaran dianggap lebih menguntungkan merupakan
pilihan yang dapat membantu mereka dengan adanya susu formula, mereka tidak
perlu memberikan ASI kepada bayinya, dan menghabiskan banyak waktu
53
dirumah. Pemberian MP-ASI adalah salah satu jalan keluar untuk memberikan
makanan pada bayi yang ditinggal dirumah selama ibu bekerja(3).
4. Inisiasi Menyusui Dini (IMD)
Inisiasi Menyusui Dini (IMD) adalah perilaku pencarian puting payudara
ibu sesaat setelah bayi lahir. Ketua Umum Sentra Laktasi Indonesia, dr. Utami
Roesli, Sp. A, MBA, IBCLC, menjelaskan bahwa pada IMD bayilah yang
diharapkan berusaha untuk menyusu, Pada jam pertama, bayi berhasil
menemukan payudara ibunya. Inilah awal hubungan menyusui antara bayi dan
ibunya, yang akhirnya berkelanjutan dalam kehidupan ibu dan bayi. IMD dapat
melatih motorik bayi, dan sebagai langkah awal untuk membentuk ikatan batin
antara ibu dan anak. Sebaiknya, bayi langsung diletakkan didada ibu sebelum bayi
dibersihkan. Sentuhan dengan kulit mampu memberikan efek psikologis yang
kuat diantara keduanya. Untuk melakukan IMD dibutuhkan waktu, kesabaran,
serta dukungan dari keluarga, Pada pelaksanaan IMD, setelah bayi lahir, ia akan
dibersihkan dengan kain lap, lalu ditaruh di atas perut ibu, selanjutnya, ibu dapat
merangsang bayi dengan sentuhan lembut, ibu boleh mendekatkan bayi pada
puting payudara, tetapi jangan setelah dilahirkan memaksakan bayi, biasanya bayi
siap minum ASI pada 30-40 menit(32).
IMD menurut Kemenkes (2014) adalah proses bayi menyusui segera
setelah dilahirkan, dimana bayi dibiarkan mencari puting susu ibunya sendiri.
WHO merekomendasikan agar memberikan ASI kepada bayinya dalam 1 jam
setelah kelahiran, untuk mengurangi kematian bayi, Menurut Maryunani A (2012)
kesempatan menyusui dini lebih berhasil menyusui eksklusif dan akan lebih lama
54
disusui. Walaupun ASI belum keluar ibu harus tetap menyusui. Mulai segera
menyusui sejak bayi baru lahir, dengan teratur menyusui bayi maka hisapan bayi
pada saat menyusui ke ibu akan merangsang produksi hormon oksitosin dan
prolaktin yang akan membantu kelancaran ASI(5).
5. Berat Badan Lahir
Berat bayi lahir adalah berat badan bayi yang di timbang dalam waktu 1
jam pertama setelah lahir. Hubungan antara berat lahir dengan umur kehamilan,
berat bayi lahir dapat dikelompokan : bayi kurang bulan (BKB), yaitu bayi yang
dilahirkan dengan masa gestasi < 37 minggu (259 hari). Bayi cukup bulan (BCB),
bayi yang dilahirkan dengan masa gestasi antara 37-42 minggu (259 - 293 hari),
dan Bayi lebih bulan (BLB), bayi yang dilahirkan dengan masa gestasi > 42
minggu (294 hari)(33).
Menurut Kosim (2009) Berat bayi lahir berdasarkan berat badan dapat
dikelompokan menjadi :
1. Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR)
Berat yang dilahirkan dengan berat lahir
55
Menurut Jitowiyono dan Weni (2010) bayi dengan BBLR dapat dibagi
menjadi 2 golongan, yaitu Prematur murni dan Dismaturitas
1) Prematur murni
adalah neonatus dengan usia kehamilan kurang dari 37 minggu dan
mempunyai berat badan sesuai dengan berat badan untuk masa kehamilan,
atau biasa disebut neonatus kurang bulan sesuai masa kehamilan.
2) Dismaturitas atau Kecil untuk masa kehamilan adalah bayi lahir dengan
berat badan kurang dari berat badan sesungguhnya untuk masa
kehamilan.Bayi berat lahir rendah merupakan masalah penting dalam
pengelolaannya karena mempunyai kecenderungan ke arah peningkatan
terjadinya infeksi, kesukaran mengatur nafas tubuh sehingga mudah untuk
menderita hipotermia. Selain itu bayi dengan Berat Bayi Lahir Rendah
(BBLR) mudah terserang komplikasi tertentu seperti ikterus hipoglikomia
yang dapat menyebabkan kematian. Kelompok bayi berat lahir rendah
yang dapat di istilahkan dengan kelompok resiko tinggi, karena pada bayi
berat lahir rendah menunjukan angka kematian dan kesehatan yang lebih
tinggi dengan berat bayi lahir cukup.
2. Bayi Berat Lahir Normal
Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir dari kehamilan sampai 42
minggu dan berat badan lahir > 2500 - 4000 gram Bayi Berat Lahir Lebih.
Bayi berat lahir lebih adalah Bayi yang dilahirkan dengan berat lahir lebih
> 4000 gram . Bayi dengan berat lahir lebih bisa disebabkan karena
adanya pengaruh dari kehamilan posterm, bila terjadi perubahan anatomik
56
pada plasenta maka terjadi penurunan janin, dari penelitian Vorher tampak
bahwa sesudah umur kehamilan 36 minggu grafik rata-rata pertumbuhan
janin mendatar dan tampak adanya penurunan sesudah 42 minggu. Namun
sering kali pula plasenta masih dapat berfungsi dengan baik sehingga berat
janin bertambah terus sesuai dengan bertambahnya umur kehamilan.
Zwerdling menyatakan bahwa rata-rata berat janin > 3600 gram sebesar
44,5% pada kehamilan posterm, sedangkan pada kehamilan term sebesar
30,6 %. Resiko persalinan bayi dengan berat >4000 gram pada kehamilan
posterm meningkat 2-4 kali lebih besar dari kehamilan term. Selain itu
faktor resiko bayi berat lahir lebih adalah ibu hamil dengan penyakit
diabetes militus, ibu dengan DMG 40% akan melahirkan bayi dengan BB
berlebihan pada semua usia kehamilan(1).
6. Dukungan keluarga
Dukungan keluarga adalah sikap, tindakan dan penerimaan keluarga
terhadap anggotanya. Anggota keluarga dipandang sebagai bagian yang tidak
terpisahkan dalam lingkungan keluarga. Anggota keluarga memandang bahwa
orang yang bersifat mendukung selalu siap memberikan pertolongan dan bantuan
jika diperlukan. Keluarga memiliki beberapa bentuk dukungan (Friedman, 2010)
yaitu:(33).
a. Dukungan Penilaian
Dukungan ini meliputi pertolongan pada individu untuk memahami
kejadian depresi dengan baik dan juga sumber depresi dan strategi koping yang
dapat digunakan dalam menghadapi stressor. Dukungan ini juga merupakan
57
dukungan yang terjadi bila ada ekspresi penilaian yang positif terhadap individu.
Individu mempunyai seseorang yang dapat diajak bicara tentang masalah mereka,
terjadi melalui ekspresi pengaharapan positif individu kepada individu lain,
penyemangat, persetujuan terhadap ide-ide atau perasaan seseorang dan
perbandingan positif seseorang dengan orang lain, misalnya orang yang kurang
mampu. Dukungan keluarga dapat membantu meningkatkan strategi koping
individu dengan strategi-strategi alternatif berdasarkan pengalaman yang berfokus
pada aspek-aspek yang positif.
b. Dukungan Instrumental
Dukungan ini meliputi penyediaan dukungan jasmaniah seperti pelayanan,
bantuan finansial dan material berupa bantuan nyata (instrumental support
material support), suatu kondisi dimana benda atau jasa akan membantu
memecahkan masalah praktis, termasuk di dalamnya bantuan langsung, seperti
saat seseorang memberi atau meminjamkan uang, membantu pekerjaan sehari-
hari, menyampaikan pesan, menyediakan transportasi, menjaga dan merawat saat
sakit ataupun mengalami depresi yang dapat membantu mem