18
9 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masyarakat Indonesia kini tengah mengalami degradasi moral. Hal ini dapat dilihat di semakin banyaknya tindakan anarkisme dalam demonstrasi maupun tindakan tawuran remaja. Tindakan ini merupakan salah satu dampak negatif adanya globalisasi dimana terdapat paham kebebabasan yang disalah artikan oleh masyarakat dan menimbulkan berbagai macam konflik sehingga dapat memicu hilangnya rasa persatuan dan kesatuan. Jika diteruskan, maka jiwa nasionalisme akan berkurang dan memudar karena tidak adanya rasa cinta dan menghargai antar masyarakat. Selain itu, muncul sikap individualisme yang berdampak adanya rasa tidak peduli terhadap masyarakat, lingkungan, bangsa dan negara. Untuk itu, di era globalisasi ini yang menuntut masyarakat untuk berpikir logis, analisi, dan kritis, masyarakat harus tetap berpegang teguh pada semboyan bangsa Indonesia yakni Bhinneka Tunggal Ika serta dasar negara Pancasila agar tidak keluar dari identitas dan jati diri bangsa. Serta marilah kita bersama – sama membangun kembali rasa persatuan dan kesatuan dengan meningkatkan kembali

BAB I-KEL

Embed Size (px)

DESCRIPTION

pcl

Citation preview

Page 1: BAB I-KEL

9

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Masyarakat Indonesia kini tengah mengalami degradasi moral. Hal ini

dapat dilihat di semakin banyaknya tindakan anarkisme dalam demonstrasi

maupun tindakan tawuran remaja. Tindakan ini merupakan salah satu dampak

negatif adanya globalisasi dimana terdapat paham kebebabasan yang disalah

artikan oleh masyarakat dan menimbulkan berbagai macam konflik sehingga

dapat memicu hilangnya rasa persatuan dan kesatuan. Jika diteruskan, maka

jiwa nasionalisme akan berkurang dan memudar karena tidak adanya rasa

cinta dan menghargai antar masyarakat. Selain itu, muncul sikap

individualisme yang berdampak adanya rasa tidak peduli terhadap masyarakat,

lingkungan, bangsa dan negara. Untuk itu, di era globalisasi ini yang menuntut

masyarakat untuk berpikir logis, analisi, dan kritis, masyarakat harus tetap

berpegang teguh pada semboyan bangsa Indonesia yakni Bhinneka Tunggal

Ika serta dasar negara Pancasila agar tidak keluar dari identitas dan jati diri

bangsa. Serta marilah kita bersama – sama membangun kembali rasa

persatuan dan kesatuan dengan meningkatkan kembali sistem kekeluargaan

dan cita tanah air dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara

sehingga terwujud bangsa yang kokoh dan harmonis.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apakah makna Bhinneka Tunggal Ika?

2. Bagaimanakah sejarah munculnya Bhinneka Tunggal Ika?

3. Apa landasan hukum dari Bhinneka Tunggal Ika?

4. Apa sajakah prinsip-prinsip yang terkandung dalam Bhinneka tunggal Ika?

5. Bagaimanakah implementasi dari Bhinneka Tunggal Ika?

6. Apa pentingnya arti Bhinneka Tunggal Ika?

Page 2: BAB I-KEL

9

1.3 Tujuan

1. Mengetahui dan memahami makna yang terkandung dalam Bhinneka

Tunggal Ika sebagai salah satu pemersatu bangsa Indonesia

2. Mampu mengimplementasikan arti Bhinneka Tunggal Ika dalam

kehidupan yang beranekaragaman ini.

3. Mengetahui sejarah terbentuknya lambang negara Bhinneka Tunggal Ika

Page 3: BAB I-KEL

9

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Bhinneka Tunggal Ika

Sebagai semboyan bangsa Indonesia, Bhineka Tunggal Ika mengandung

makna yang penting karena pengertian atau makna yang terkandung dalam

seloka tersebut itulah kiranya yang menuntun pemahaman bangsa Indonesia

bahwa walaupun kita memiliki keanekaragaman dalam banyak hal akan tetapi

tetap satu jua adanya.

Bila Diterjemahkan per patah kata, kata bhinneka berarti “beraneka

ragam” atau berbeda-beda. Kata neka dalam bahasa Jawa Kuna berarti

“macam” dan menjadi pembentuk kata “aneka” dalam Bahasa Indonesia. Kata

tunggal berarti “satu”. Kata ika berarti “itu”. Secara harfiah Bhinneka Tunggal

Ika diterjemahkan “Beraneka Satu Itu”, yang bermakna meskipun berbeda-

beda tetapi pada hakikatnya bangsa Indonesia tetap adalah satu kesatuan.

Semboyan ini digunakan untuk menggambarkan persatuan dan kesatuan

Bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia yang terdiri atas beraneka

ragam budaya, bahasa daerah, ras, suku bangsa, agama, sejarah, adat istiadat,

kepercayaan, serta kebudayaan sendiri-sendiri.

Keanekaragaman tersebut tidak menjadi penghalang, bahkan dianggap

sebagai kekayaan bangsa Indonesia. Hal itu diwujudkan di dalam semboyan

nasional Indonesia “Bhineka Tunggal Ika” seperti yang terdapat pada lambang

negara Indonesia. Ungkapan Bhineka Tunggal Ika tersebut berasal dari bahasa

Sanskrit yang terdapat dalam buku Sutasoma karangan Mpu Tantular pada

zaman Majapahit.

Semenjak masa-masa permulaan kemerdekaan bangsa Indonesia

semboyan tersebut senantiasa digunakan sebagai semboyan nasional digunakan

untuk mendorong semangat persatuan bangsa. Semboyan tersebut memesankan

keanekaragaman Indonesia yang senantiasa dipelihara dan dipandang sebagai

asset nasional Indonesia.

Page 4: BAB I-KEL

9

2.2 Sejarah Terbentuknya Lambang Negara Indonesia

Lambang negara mulai dirancang pada Desember 1949 beberapa hari

setelah pengakuan kedaulatan Republik Indonesia Serikat oleh Belanda. Pada

tanggal 10 Januari 1950 dibentuk Panitia Lencana Negara yang bertugas

menyeleksi usulan lambang negara. Dari berbagai usul lambang negara,

rancangan karya Sultan Hamid II yang diterima. Sultan Hamid II (1913–

1978) yang bernama lengkap Syarif Abdul Hamid Alkadrie merupakan sultan

dari Kesultanan Pontianak, yang pernah menjabat sebagai Gubernur Daerah

Istimewa Kalimantan Barat dan juga Menteri Negara Zonder Portofolio pada

era Republik Indonesia Serikat. Setelah disetujui, rancangan tersebut

disempurnakan atas usulan Presiden Soekarno dan masukan berbagai

organisasi lainnya. Rancangan lambang negara jadi pada bulan Maret 1950

dan diperkenalkan kepada masyarakat dan mulai digunakan pada tanggal 17

Agustus 1950.

Kemudian disahkan penggunaannya pada 17 Oktober 1951 oleh Presiden

Soekarno dan Perdana Menteri Sukiman Wirjosandjojo melalui PP 66/1951,

dan kemudian tata cara penggunaannya diatur melalui PP 43/1958. Meskipun

telah disahkan penggunaannya sejak tahun 1951, tidak ada nama resmi untuk

lambang negara itu, sehingga muncul berbagai sebutan untuk lambang negara

itu, seperti Garuda Pancasila, Burung Garuda, Lambang Garuda, Lambang

Negara, atau hanya sekedar Garuda. Nama Garuda Pancasila baru disahkan

secara resmi sebagai nama resmi lambang negara pada tanggal 18 Agustus

2000 oleh MPR melalui amandemen kedua UUD 1945. Garuda Pancasila

terdiri atas tiga komponen utama yaitu Burung Garuda, perisai, dan pita putih

bertuliskan Bhinneka Tunggal Ika.

2.3 Landasan Hukum Bhinneka Tunggal Ika

Sasanti yang merupakan karya mPu Tantular, yang diharapkan dijadikan

acuan bagi rakyat Majapahit dalam berdharma, oleh bangsa Indonesia setelah

menyatakan kemerdekaannya, dijadikan semboyan dan pegangan bangsa dalam

Page 5: BAB I-KEL

9

membawa diri dalam hidup berbangsa dan bernegara. Seperti halnya Pancasila,

istilah Bhinneka Tunggal Ika juga tidak tertera dalam UUD 1945 (asli), namun

esensinya terdapat didalamnya , seperti yang dinyatakan :” Majelis

Permusyawaratan Rakyat sebagai penjelmaan seluruh rakyat Indonesia,

terdiri atas anggota-anggota Dewan Perwakilan Rakyat, ditambah dengan

utusan-utusan dari daerah-daerah dan golongan-golongan.”

Selanjutnya dalam Penjelasan UUD 1945 dinyatakan :”Di daerah yang

bersifat otonom akan diadakan badan perwakilan daerah, oleh karena di

daerahpun pemerintahan akan bersendi atas dasar permusyawaratan. 

Dalam Konstitusi Republik Indonesia Serikat, dan Undang-Undang Dasar

Sementera tahun 1950, pasal 3 ayat (3) menentukan perlunya ditetapkan

lambang negara oleh Pemerintah. Sebagai tindak lanjut dari pasal tersebut

terbit Peraturan Pemerintah No.66 tahun 1951 tentang Lambang Negara.

Baru setelah diadakan perubahan UUD 1945, dalam pasal 36A

menyebutkan :”Lambang Negara ialah Garuda Pancasila dengan

semboyan Bhinneka Tunggal Ika.” Dengan demikian Bhinneka Tunggal Ika

merupakan semboyan yang merupakan kesepakatan bangsa, yang ditetapkan

dalam UUDnya. Oleh karena itu untuk dapat dijadikan acuan secara tepat

dalam hidup berbangsa dan bernegara, makna Bhinneka Tunggal Ika perlu

difahami secara tepat dan benar untuk selanjutnya difahami bagaimana cara

untuk mengimplementasikan secara tepat dan benar pula.

Bhinneka Tunggal Ika tidak dapat dipisahkan dari Hari Kemerdekaan

Bangsa Indonesia, dan Dasar Negara Pancasila. Hal ini sesuai dengan

komponen yang terdapat dalam Lambang Negara Indonesia.  Menurut pasal 1

Peraturan Pemerintah No. 66 tahun 1951 disebutkan bahwa : Lambang Negara

terdiri atas tiga bagian, yaitu:

1. Burung Garuda yang menengok dengan kepalanya lurus ke sebelah

kanannya;

2. Perisai berupa jantung yang digantung dengan rantai pada leher Garuda,

Page 6: BAB I-KEL

9

3. Semboyan yang ditulis di atas pita yang dicengkeram oleh Garuda. Di atas

pita tertulis dengan huruf Latin sebuah semboyan dalam bahasa Jawa

Kuno yang berbunyi : BHINNEKA TUNGGAL IKA.

Adapun makna Lambang Negara tersebut adalah sebagaki berikut:

Burung Garuda disamping menggambarkan tenaga pembangunan yang

kokoh dan kuat, juga melambangkan tanggal kemerdekaan bangsa Indonesia

yang digambarkan oleh bulu-bulu yang terdapat pada Burung Garuda tersebut.

Jumlah bulu sayap sebanyak 17 di tiap sayapnya melambangkan tanggal 17, 

jumlah bulu pada ekor sebanyak 8 melambangkan bulan 8, jumlah bulu

dibawah perisai sebanyak 19, sedang jumlah bulu pada leher sebanyak 45.

Dengan demikian jumlah bulu-bulu burung garuda tersebut melambangkan

tanggal hari kemerdekaan bangsa Indonesia, yakni 17 Agustus 1945.

Sementara itu perisai yang tergantung di leher garuda menggambarkan

Negara  Indonesia yang terletak di garis khalustiwa,  dilambangkan dengan

garis hitam horizontal yang membagi perisai, sedang  lima segmen

menggambarkan sila-sila Pancasila. Ketuhanan Yang Maha Esa

dilambangkan dengan bintang bersudut lima yang terletak di tengah perisai

yang menggambarkan sinar ilahi. Rantai yang merupakan rangkaian yang tidak

terputus dari bulatan dan persegi menggambarkan kemanusiaan yang adil

dan beradab, yang sekaligus melambangkan monodualistik manusia

Indonesia. Kebangsaan dilambangkan oleh pohon beringin, sebagai tempat

berlindung; Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam

permusyawa-rakatan/perwakilan dilambangkan dengan banteng yang

menggambarkan kekuatan dan kedaulatan rakyat. Sedang Keadilan sosial bagi

seluruh rakyat Indonesia dengan  kapas dan padi yang menggambarkan

kesejahteraan dan kemakmuran.

Dari gambaran tersebut, maka untuk dapat memahami lebih dalam makna

Bhinneka Tunggal Ika tidak dapat dipisahkan dari pemahaman makna

merdeka, dan dasar negara Pancasila..

Page 7: BAB I-KEL

9

Dalam Pembukaan UUD 1945, alinea pertama disebutkan “Bahwa

sesungguhnya kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa dan oleh sebab itu,

maka pejajahan di atas dunia harus dihapuskan karena tidak sesuai dengan

peri-kemanusiaan dan peri-keadilan.” Memang semula kemerdekaan atau

kebebasan diberi makna bebas dari penjajahan  negara asing tetapi ternyata

bahwa kemerdekaan atau kebebasan ini memiliki makna yang lebih luas dan

lebih dalam karena menyangkut harkat dan martabat manusia, yakni berkaitan

dengan hak asasi manusia. Manusia memiliki kebebasan dalam olah fikir,

bebas berkehendak dan memilih, bebas dari segala macam ketakutan yang

merupakan aktualisasi dari konsep hak asasi manusia yakni mendudukkan

manusia sesuai dengan harkat dan martabatnya.

Memasuki era globalisasi kemerdekaan atau kebebasan memiliki makna

lebih luas, karena dengan globalisasi berkembang neoliberalisme,

neokapitalisme, terjadilah penjajahan dalam bentuk baru. Terjadilah penjajahan

dalam bidang ekonomi, dalam bidang politik, dalam bidang sosial budaya dan

dalam aspek kehidupan yang lain. Dengan kemerdekaan kita maknai bebas dari

berbagai eksploatasi manusia oleh manusia dalam segala dimensi kehidupan

dari manapun, baik dari luar maupun dari dalam negeri sendiri.

Sementara itu penerapan Bhinneka Tunggal Ika dalam kehidupan

berbangsa dan bernegara harus berdasar pada Pancasila yang telah ditetapkan

oleh bangsa Indonesia menjadi dasar negaranya. Dengan demikian maka

penerapan Bhinneka Tunggal Ika harus dijiwai oleh konsep religiositas,

humanitas, nasionalitas, sovereinitas dan sosialitas. Hanya dengan ini maka

Bhinneka Tunggal Ika akan teraktualisasi dengan sepertinya.

2.4 Prinsip-prinsip yang Terkandung dalam Bhinneka Tunggal Ika

1. Dalam rangka membentuk kesatuan dari keaneka ragaman tidak terjadi

pembentukan konsep baru dari keanekaragaman konsep-konsep yang

terdapat pada unsur-unsur atau komponen bangsa

2. Bhinneka Tunggal Ika tidak bersifat sektarian dan eksklusif.

Page 8: BAB I-KEL

9

3. Bhinneka Tunggal Ika tidak bersifat formalistis yang hanya menunjukkan

perilaku semu.

4. Bhinneka Tunggal Ika bersifat konvergen tidak divergen.

Prinsip atau asas pluralistik dan multikultural Bhinneka Tunggal Ika

mendukung nilai: (1) inklusif, tidak bersifat eksklusif, (2) terbuka, (3) ko-

eksistensi damai dan kebersamaan, (4) kesetaraan, (5) tidak merasa yang

paling benar, (6) tolerans, (7) musyawarah disertai dengan penghargaan

terhadap pihak lain yang berbeda.

2.5 Implementasi Bhineka Tunggal Ika

1. Perilaku inklusif.

Dalam kehidupan bersama yang menerapkan semboyan Bhinneka Tunggal

Ika memandang bahwa dirinya, baik itu sebagai individu atau kelompok

masyarakat merasa dirinya hanya merupakan sebagian dari kesatuan dari

masyarakat yang lebih luas.

2. Mengakomodasi sifat pluralistik

Sifat toleran, saling hormat menghormati, mendudukkan masing-masing

pihak sesuai dengan peran, harkat dan martabatnya secara tepat, tidak

memandang remeh pada pihak lain, apalagi menghapus eksistensi

kelompok dari kehidupan bersama, merupakan syarat bagi lestarinya

negara-bangsa Indonesia.

3. Tidak mencari menangnya sendiri

Dapat menerima dan memberi pendapat merupakan hal yang harus

berkembang dalam kehidupan yang beragam.

4. Musyawarah untuk mencapai mufakat

Bukan pendapat sendiri yang harus dijadikan kesepakatan bersama, tetapi

common denominator, yakni inti kesamaan yang dipilih sebagai

kesepakatan bersama.

5. Dilandasi rasa kasih sayang dan rela berkorban

Page 9: BAB I-KEL

9

Hal ini akan berlangsung apabila pelaksanaan Bhnneka Tunggal Ika

menerap-kan adagium “leladi sesamining dumadi, sepi ing pamrih, rame

ing gawe, jer basuki mowo beyo.” Eksistensi kita di dunia adalah untuk

memberikan pelayanan kepada pihak lain, dilandasi oleh tanpa pamrih

pribadi dan golongan, disertai dengan pengorbanan. Tanpa pengorbanan,

sekurang-kurangnya mengurangi kepentingan dan pamrih pribadi, kesatuan

tidak mungkin terwujud.

2.6 Aktualisasi Bhinneka Tunggal Ika

Arus globalisasi memberikan dampak positif dan negatif dalam kehidupan

berbangsa dan bernegara. Dampak positif, globalisasi sebagai kekuatan

membangun bangsa dan negara. Sedangkan dampak negatif, globalisasi

menjadi gangguan, hambatan, tantangan, ancaman dan memperlemah

persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia dengan pahamnya akan kebebasan.

Serta, adanya lintas budaya yang membawa pengaruh dominan budaya barat

(westernisasi) terhadap budaya Indonesia. Ditambah lagi Indonesia adalah

negara majemuk yang berpeluang besar adanya konflik dan sekarang ini telah

banyak kekacauan bangsa yang diperlihatkan banyaknya tawuran serta

tindakan anarkis masyarakat. Jika hal ini diteruskan, maka Bhinneka Tunggal

Ika hanya merupakan sebuah semboyan saja, tanpa memiliki makna. Untuk itu,

perlu adanya aktualisasi Bhinneka Tunggal Ika. Dimana diperlukan tindakan

menggalang persatuan dan kesatuan, serta menghimpun kekuatan bangsa untuk

mengawali penyelenggaraan negara. Disamping itu, untuk meningkatkan

kembali rasa nasionalisme, rakyat Indonnesia harus membina dan

meningkatkan rasa kebersamaan dalam rangka menciptakan kemandirian dan

kesejahteraan bangsa sesuai dengan tujuan bangsa yang tertera dalam

pembukaan Undang – Undang Dasar 1945. Serta mengingat kembali sejarah

panjang perjuangan rakyat Indonesia dalam mempertahankan bangsa dan

membentuk bangsa Indonesia yang utuh dengan segala keragaman dan

keunikan yang dimiliki.

Page 10: BAB I-KEL

9

2.7 Pentingnya Arti Bhinneka Tunggal Ika

Pentingnya Bhineka Tunggal Ika untuk negara kita adalah untuk

menyadarkan warga negaranya untuk dapat tetap bersatu walaupun berbeda-

beda dalam segala hal karena kita terdiri dari banyak pulau maka tidak

dipungkiri kebudayaan yang ada pastinya beraneka ragam pula. Pasti kita dapat

bersatu untuk membangun negara ini menjadi lebih baik lagi, para pendahulu

kita dizaman dahulu bisa bersatu untuk merebut kemerdekaan yang telah kita

peroleh ini mengapa kita tidak mencoba untuk bersatu menyongsong masa

depan, membangun negara ini menjadi lebih baik, dan bersaing dengan negara-

negara lain dalam segala hal pastinya kita bisa melakukan hal tersebut.

Bhineka Tunggal Ika merupakan semboyan dan motto dari bangsa

Indonesia, maka dari itu kita sebagai warga negaranya wajib mengetahui arti

penting bhineka tunggal ika tersebut dan mengamalkannya atau

menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari agar hidup kita bisa bersatu satu

sama lain walaupun kita berbeda.

Page 11: BAB I-KEL

9

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Bhinneka Tunggal Ika merupakan semboyan bangsa Indonesia yang tertera

pada pita di bagian bawah lambang negara, Garuda Pancasila. Dengan

pemahaman bahwa meskipun berbeda – beda tetapi tetap satu jua. Bangsa

Indonesia tetap bisa menggalang persatuan dan kesatuan, meskipun terdiri atas

berbagai macam suku, ras, budaya, dan agama. Karena rakyat Indonesia

memiliki tujuan dan kesepakatan bersama yang tercantum dalam pembukaan

Undang – Undang Dasar 1945.

Namun, sekarang Bhineka Tunggal Ika pun ikut luntur, banyak anak muda

yang tidak mengenalnya, banyak orang tua lupa akan kata-kata ini, banyak

birokrat yang pura-pura lupa, sehingga ikrar yang ditanamkan jauh sebelum

Indonesia Merdeka memudar, seperti pelita kehabisan minyak. Sumpah

Pemuda hanya sebagai penghias bibir sebagian orang, dan bagi sebagian orang

hanya dilafalkan pada saat memperingati hari sumpah pemuda setiap 28

Oktober. Tetapi bagi sebagian yang muda hanya sebagai pelajaran sejarah yang

hanya dipelajari di sekolah-sekolah.

3.2 Saran

Untuk mengatasi berbagai persoalan diatas, sebaiknya membudayakan

kembali dengan pola lain, antara lain:

1. Di sekolah perlu ada mata pelajaran budi pekerti yang berisikan

penghayatan dan pengamalan pancasila

2. Di kampus juga perlu ada mata ajaran filsafat pancasila

3. Di masyarakat melalui pemimpin informal, dan pemimpin formal perlu

diberikan pematangan jiwa pancasila.

Diperlukan juga sosialisasi melalui media masa, seperti TV, Radio, Koran,

Internet, dan lain-lain.

Page 12: BAB I-KEL

9

DAFTAR PUSTAKA

1. Drs. C. S. T., Kansil, S. H., Prof. dan Chistine S. T. Kansil, S. H., M. H.

2011. EMPAT PILAR KEHIDUPAN BERBANGSA DAN BERNEGARA.

Jakarta : Rineka Cipta.

2. Depdiknas. 1998. Buku Paket Antropologi. Jakarta : PN Balai Pustaka.

3. Anonim. 2010. Bhinneka Tunggal Ika.

http://id.wikipedia.org/wiki/Bhinneka_Tunggal_Ika. [1 Maret 2012].

4. Anonim. 2008. Sejarah Bhinneka Tunggal Ika.

http://dirrga.wordpress.com/2010/11/22/sejarah-bhinneka-tunggal-ika/. [1

Maret 2012].