23
9 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang masalah Anak berkebutuhan khusus (ABK) adalah anak dengan karakteristik khusus yang berbeda dengan anak pada umumnya tanpa selalu menunjukan pada ketidakmampuan mental, emosi atau fisik. Yang termasuk kedalam ABK antara lain: tunanetra, tunarungu, tunagrahita, tunadaksa, tunalaras, kesulitan belajar, gangguan prilaku, anak berbakat, anak dengan gangguan kesehatan. istilah lain bagi anak berkebutuhan khusus adalah anak luar biasa dan anak cacat. Sedangkan menurut PP No. 17 Tahun 2010 Pasal 129 ayat (3) menetapkan bahwa Peserta didik berkelainan terdiri atas peserta didik yang: a. tunanetra; b. tunarungu; c. tunawicara; d. tunagrahita; e. tunadaksa; f. tunalaras; g. berkesulitan belajar; h. lamban belajar; i. autis; j. memiliki gangguan motorik; k. menjadi korban penyalahgunaan narkotika, obat terlarang, dan zat adiktif lain; dan l. memiliki kelainan lain. Salah satu kasus ABK yang ada banyak di masyarakat adalah anak Tunadaksa. Dimana anak-anak ini mengalami kelainan bentuk tubuh yang mengakibatkan kelainan fungsi dari tubuh untuk melakukan gerakan-gerakan yang dibutuhkan. Beberapa anak-anak ini mengalami kecacatan ada yang dari lahir dan ada juga karna Psikologi Anak Berkebutuhan Khusus-Tunadaksa

BAB I. isi

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Psikologi ABK

Citation preview

Page 1: BAB I. isi

9

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang masalah

Anak berkebutuhan khusus (ABK) adalah anak dengan karakteristik khusus yang berbeda

dengan anak pada umumnya tanpa selalu menunjukan pada ketidakmampuan mental, emosi

atau fisik. Yang termasuk kedalam ABK antara lain: tunanetra, tunarungu, tunagrahita,

tunadaksa, tunalaras, kesulitan belajar, gangguan prilaku, anak berbakat, anak dengan

gangguan kesehatan. istilah lain bagi anak berkebutuhan khusus adalah anak luar biasa dan

anak cacat.

Sedangkan menurut PP No. 17 Tahun 2010 Pasal 129 ayat (3) menetapkan bahwa Peserta

didik berkelainan terdiri atas peserta didik yang: a. tunanetra; b. tunarungu; c. tunawicara; d.

tunagrahita; e. tunadaksa; f. tunalaras; g. berkesulitan belajar; h. lamban belajar; i. autis; j.

memiliki gangguan motorik; k. menjadi korban penyalahgunaan narkotika, obat terlarang, dan

zat adiktif lain; dan l. memiliki kelainan lain.

Salah satu kasus ABK yang ada banyak di masyarakat adalah anak Tunadaksa. Dimana

anak-anak ini mengalami kelainan bentuk tubuh yang mengakibatkan kelainan fungsi dari

tubuh untuk melakukan gerakan-gerakan yang dibutuhkan. Beberapa anak-anak ini

mengalami kecacatan ada yang dari lahir dan ada juga karna kecelakaan. Maka dari itu kita

akan segera mengenal apabila melihat atau bertemu dengan anak tuna daksa. Agar

pemahaman Anda lebih mendalam akan dilaksanakan studi kasus terhadap anak tunadaksa

dan apa saja permasalahan yag sedang dihadapinya.

1.2 Rumusan masalah

1. Kasus atau permasalah apa yang sedang di hadapi anak ?

2. Layanan ( penanganan ) apa yang akan di berikan terhadap anak ?

3. Metode,Program dan Srategi apa yang di gunakan ?

1.3 Tujuan masalah Psikologi Anak Berkebutuhan Khusus-Tunadaksa

Page 2: BAB I. isi

9

1. Untuk mengetahui permasalahan yang sedang dihadapi Klien ( kondisi psikologis)

2. Untuk mengetahui penanganan atau layanan bimbingan untuk menyelesaikan

permasalahan Klien.

3. Untuk mengetahui metode,program dan srategi yang digunakan kepada Klien.

1.4 Metode Pengumpulan Data

Untuk mengidentifikasi Klien yang bermasalah, praktikan menggunakan beberapa

metode dalam pengumpulan data, seperti :

1. Identifikasi Klien

a.    Identitas Klien

b.    Data keluarga Klien

2. Observasi

Observasi merupakan salah satu metode pengumpulan data yang sangat efektif dalam

mempelajari suatu objek penelitian tertentu dengan mengamati individu atau kelompok secara

langsung. Observasi dibutuhkan untuk mendapatkan data-data yang akurat berdasarkan fakta-

fakta yang diamati dilapangan. Observasi membantu memberikan penegasan ataupun

penolakan terhadap apa yang telah ditemukan melalui wawancara atau melalui kuisioner.

Dengan observasi data-data yang dikumpulkan akan mempunyai tingkat kevalidan yang

tinggi karena berangkat dari fakta yang terjadi.

Teknik ini dilakukan dengan cara pengamatan dan pencatatan gejala dan tingkah laku

pada diri Klien selama mengikuti proses belajar mengajar di kelas dan juga pada saat diluar

kelas.

3. Wawancara

Wawancara adalah salah satu teknik pengumpulan data dengan cara mewawancarai

Klien baik secara langsung maupun melalui orang-orang yang sering bersama dengan Klien,

baik guru dan oraang tua yang tiap hari berhubungan langsung dengan Klien.

Psikologi Anak Berkebutuhan Khusus-Tunadaksa

Page 3: BAB I. isi

9

1.4 Konfidensial/Kerahasiaan

Kegiatan-kegiatan untuk mengetahui, mengenal dan memahami masalah yang di

hadapi Klien, keadaan pribadi Klien di perlukan sejumlah data. Data tersebut adalah data

tentang diri Klien yaitu data yang berhubungan dengan diri Klien sendiri maupun lingkungan

tempat tinggalnya. Hal ini penting untuk mendapatkan gambaran yang meneyeluruh sehingga

dapat memberikan bantuan yang tepat kepada Klien. Berkaitan dengan data Klien yang

terkumpul maka praktikan bertanggung jawab untuk menjaga kerahasiaanya.

Catatan-catatan tentang diri Klien dan data dari hasil wawancara, observasi. Dan data-

data lain merupakan informasi yang bersifat rahasia dan hanya boleh di gunakan untuk

keperluan pendidikan calon guru pengajar dalam mengadakan dan memberikan bantuan

terhadap Klien yang bermasalah.

BAB II

Psikologi Anak Berkebutuhan Khusus-Tunadaksa

Page 4: BAB I. isi

9

STUDI KASUS

2.1 Identifikasi Kasus

Dalam menyelenggarakan studi kasus ini, pengidentifikasian kasus dilakukan dengan

melakukan pencatatan informasi-informasi yang berhubungan dengan jenis kasus yang

dihadapi Klien yang perlu mendapat layanan dengan teknik observasi dan wawancara.

Berdasarkan hasil pencatatan didapat informasi bahwa Klien sedang menghadapi

masalah dalam kondisi psikisnya dikarenakan indah (inisal) mengalami kecacatan

dalam dirinya, sehingga sikap yang sering di ditunjukkan Klien cenderung merasa

apatis, malu, rendah diri, sensitif dan kadang-kadang pula muncul sikap egois terhadap

lingkungannya dan kepada orang tuanya keadaan seperti ini mempengaruhi

kemampuan dalam hal sosialisasi dan interaksi sosial terhadap lingkungan sekitarnya

atau dalam pergaulan sehari-harinya sehingga akan mempengaruhi prestasi belajarnya

di kelas . Oleh karena itu praktikan memandang perlu untuk membantu dan menangani

Klien agar masalah yang dihadapi Klien dapat diselesaikan.

1. - Identifikasi Anak

Nama : Indah ( inisial )

Agama : Islam

Tempat/tanggal lahir : Gresik/ 27 April 2001

Jenis kelamin : Perempuan

Umur : 12 tahun

Kelas : 5 ( Lima )

Sekolah : Madrasah Ibtidaiyah Darunnajah Lebanisukoo

Anak ke : 2 ( Dua )

Jumlah saudara : - ( Tidak ada )

2. - Identifikasi Orang Tua

Nama Ayah : Fendi (inisial)

Agama : Islam

Nama Ibu : Ira (inisial)

Agama : Islam

Umur Ayah : 39

Umur Ibu : 33Psikologi Anak Berkebutuhan Khusus-Tunadaksa

Page 5: BAB I. isi

9

Alamat : Ds. Lebanisukoo Rt. 03/ Rw. 01.Wringinanom, Gresik.

Pekerjaan Ayah : Wiraswasta

Pekerjaan Ibu : Wiraswasta

3. Observasi

Berdasarkan pengamatan dikelas selama proses belajar mengajar berlangsung dapat diketahui

bahwa:

1. Klien cenderung melamun saat pembelajaran berlangsung

2. Klien jarang sekali bercanda atau bermain dengan teman sekelasnya.

3. Sulit berkomunikasi dan berinteraksi terhadap orang yang belum dia kenal.

4. Klien masih sulit mengendalikan emosinya ketika apa yang dia inginkan belum terpenuhi.

(Indah berwatak keras).

5. Klien kurang aktif dalam mengikuti pelajaran, khususnya pelajaran yang berupa materi

pelajaran, yaitu Bahasa Indonesia.

6. Klien jarang sekali bertanya saat proses pembelajaran berlangsung.

7. Klien kelihatan kurang semangat saat proses pembelajaran berlangsung

8. Nilai/Hasil Belajar Klien belum maksimal.

4. Wawancara

Menurut hasil wawancara praktikan dengan guru kelas diperoleh informasi bahwa

Klien kurang memperhatikan bila guru

menerangkan (kurang bersemangat dalam memperoleh pelajaran).

Menurut hasil wawancara praktikan dengan beberapa teman sekelasnya

diperoleh informasi bahwa Klien merupakan Klien yang cenderung suka menyendiri,

marasa pemalu dan kadang lebih suka bermain dengan adik kelasnya.

Menurut hasil wawancara dengan orang tuannya, Klien cenderung pemarah dan egios

bila di rumah serta tidak dapat menahan emosinya jika apa yang dia diinkan belum

terpenuhi.

Psikologi Anak Berkebutuhan Khusus-Tunadaksa

Page 6: BAB I. isi

9

Kesulitan dalam memahami berita, pengalaman dan pelajaran bahasa Indonesia.

2.2 Diagnosis Diagnosis merupakan upaya untuk menemukan faktor-faktor penyebab atau yang

melatarbelakangi timbulnya masalah Klien (Sudrajat, 2008). Jadi diagnosis merupakan

kegiatan yang diambil untuk menentukan letak masalah, jenis masalah serta latar belakang

masalah yang sedang dihadapi Klien.

Pada tahap ini dicari faktor penyebab yang melatar belakangi segala permasalahan yang

sedang dihadapi oleh Klien.

- Latar Belakang Orang Tua dan Anak

Indah adalah anak ke 2 ( Dua ) dari keluarga Masruhin dan Ira. Sebelumnya ibu Ira ini

pernah mengandung seorang anak pertama, dimana anak pertamanya lahir dengan sehat tapi

ketika hari ke-empat anak beliau mengalami kelainan yakni penyakit kuning, yang

kemudian dilarikan ke rumah sakit tetapi meninggal saat di perjalanan menuju rumah sakit.

Jarak beberapa tahun bu ira mengandung kembali anak ke-duanya yakni Indah, saat

mengandung Indah tidak pernah mengalami jatuh,benturan, atau yang lainnya. Waktu

kelahiran pun Indah Lahir dengan sehat dan berat badanyapun normal, akan tetapi peristiwa

seperti anak pertama berulang kembali di anak ke-duanya, umur empat hari Indah

mengalami sakit kuning, dan di larikan ke rumah sakit Siti Kodijah (sepanjang), dan opname

selama Sembilan hari. Pada waktu dirawat di rumah sakit Indah ini begitu sering mendapat

suntikan setiap hari bahkan lebih dari 3x/hari dan dari berbagai macam obat dengan alasan

dokter menyembuhkan penyakitnya. Penyakitnya sembuh dan terjadi kebingungan lagi dari

keluarga bu ira, ketika umur 6-8 bulan Indah belum bisa tengkurap sampai pada umur 1

tahun Indah belum bisa merangkak dan usianya yang semakin bertambah Indahpun belum

bisa berjalan. Setelah diperiksakan ke dokter spesialis tulang, Indah mengalami

keterlambatan dalam pertumbuhan dan juga ada gangguan/kelainan yang cukup berbeda dari

seperti anak normal biasanya. Berbagai usaha di lakukan oleh bu ira dan keluarga mulai dari

pengobatan dan berbagai terapi untuk membantunya bisa berjalan. Sehingga perkembangan

fisiknya terganggu dan Indah baru bisa berjalan ketika dia umur 4 tahun.

Melihat dari kondisi di atas, Faktor penyebab Indah mengalami seperti ini

Pada fase, terjadi pada saat masih dalam kandungan, disebabkan oleh:

1. factor GEN (keturunan).

2. Infeksi atau penyakit yang menyerang ketika ibu mengandung sehingga

menyerang otak bayi yang sedang dikandungnya

Psikologi Anak Berkebutuhan Khusus-Tunadaksa

Page 7: BAB I. isi

9

3. Kelainan kandungan yang menyebabkan peredaran terganggu, tali pusat

tertekan, sehingga merusak pembentukan syaraf-syaraf di dalam otak.

Fase setelah kelahiran bisa juga karna factor Infeksi penyakit dan obat yang berlebihan

saat opname.

5. Karakertistik dan ciri-ciri Anak

Indah merupakan anak tunadaksa ( Cerebal Palsy ) dengan kelainan pada system

gerak dilihat dari segi letak kelainan di otak dan fungsi geraknya (motorik) yang

termasuk anak Spastik. Type Spastik ini ditandai dengan adanya gejala kekejangan

atau kekakuan pada sebagian ataupun seluruh otot. Kekakuan itu timbul sewaktu

akan digerakan sesuai dengan kehendak

Kedua kaki agak kaku

Kesulitan mengendalikan gerak otot tubuh. Normalnya, otak memberi

perintah pada tubuh untuk melakukan sesuatu. Namun karena CP

dipengaruhi otak dan tergantung bagian mana dari tubuh yang dipengauhi

otak.

Sulit untuk, makan.

Jari-jari tangan kiri lebih sering mengeggam Bermasalah dalam mengisap.

Berdirinya tidak bisa tegak

Gerakanya kaku

Bibir tebal

Ganggaun pada mulut dan lidahnya

Indah pada dasarnya anak tunadaksa, cerebal palsy tipe spastic yang dimana tingkat

intelektualnya tidak begitu terganggu atau seperti anak normal lainnya. Menurut

orang tua dan gurunya Indah lebih senang mata pelajaran matematika dari pada mata

pelajaran bahasa Indonesia dll.

Sehingga factor timbulnya masalah karna :Klien mengalami kecacatan tubuh, yang

menyebabkan akademik dan psikologis Klien terganggu.

2.3.    Prognosis

Psikologi Anak Berkebutuhan Khusus-Tunadaksa

Page 8: BAB I. isi

9

Prognosis merupakan langkah untuk memperkirakan apakah masalah yang dialami Klien

masih mungkin untuk di atasi serta menentukan berbagai alternatif penyelesaianya Sudrajat

(2008).

Berdasarkan masalah yang sedang dihadapi oleh Klien maka dapat diprediksi beberapa

kemungkinan yang dapat terjadi sebagai berikut :

1. Nilai/hasil belajar Klien akan terus menurun

2. Klien terus merasa takut dalam berpendapat dikelas

3. Konsentrasi belajar Klien tidak optimal

4. Klien akan terus mengalami kesulitan dalam belajar

5. Klien semakin tidak percaya diri karena keadaan kondisi kecacatannya

Akan tetapi jika kemungkinan-kemungkinan tersebut dapat segera diatasi maka yang akan

terjadi adalah sebagai berikut:

1. Nilai/hasil belajar Klien akan meningkat

2. Klien tidak akan merasa malu atau menyendiri di kelas

3. Konsentrasi belajar Klien akan optimal

4. Klien tidak akan mengalami kesulitan dalam belajar

5. Klien akaan semakin percaya diri

BAB III

Psikologi Anak Berkebutuhan Khusus-Tunadaksa

Page 9: BAB I. isi

9

PROGRAM LAYANAN STUDI KASUS

layanan pendidikan anak berkebutuhan khusus harus dikembangkan dalam dimensi

yang lebih luas dan komprehensif. Salah satunya dengan menempatkan layanan konseling

sebagai unsur pokok yang terpadu dalam seluruh kegiatan pendidikan, baik di sekolah

maupun di luar sekolah, dan dilaksanakan dengan lebih intensif, komprehensif, konsisten,

konsekuen, dan berkesinambungan. Melalui layanan konseling diharapkan mampu menunjang

pencapaian tujuan pendidikan, membantu mengatasi hambatan belajar dan perkembangan

yang dialaminya, sekaligus diharapkan mampu membantu upaya pengembangan totalitas

kepribadian anak secara optimal sesuai dengan dimensi-dimensi kemanusiaannya menuju

kebahagiaan hidup sesuai dengan nilai-nilai yang dianutnya. Selaras dengan paradigma baru

dalam pendidikan anak berkebutuhan khusus, penempatan konseling dalam layanan

pendidikan anak berkebutuhan khusus, bukan lagi sekedar kepedulian terhadap masalah,

melainkan pada upaya-upaya pengembangan pribadi anak secara utuh. Dengan kata lain visi

konseling pada anak berkebutuhan khusus harus memiliki jangkauan yang lebih luas

3.1 Dimensi Layanan Bimbingan dan Konseling :

1) Dimensi edukatif, yaitu peningkatan kemampuan anak berkebutuhan khusus dalam

memahami potensi diri, peluang dan tuntutan lingkungan, dan pengambilan keputusan,

serta penyelenggaraan program yang merujuk pada norma idealis, filosofis, dan

pragmatis sebagai tugas bersama.

2) Dimensi developmental, yaitu pengembangan secara optimal seluruh aspek

kepribadian Anak berkebutuhan khusus melalui pengembangan kesiapan atau

kematangan intelektual, emosional, sosial, dan pribadi sesuai dengan sistem nilai yang

dianut

3) Dimensi preventif, yaitu pencegahan timbulnya resiko (masalah)yang dapat

menghambat laju perkembangan kepribadian (diskontinuitas perkembangan) anak

berkebutuhan khusus individu serta pencegahan terjadinya penurunan mutu

pendidikan.

4) Dimensi ekologis, yaitu pengembangan kompentensi atau tugas-tugas perkembangan

anak secara optimal melalui rekayasa lingkungan baik fisik, sosial, maupun psikologis

dengan fokus pada upaya memfasilitasi perkembangan anak, intervensi pada sistem

atau sub sistem, dan tercapainya lingkungan belajar yang kondusif bagi perkembangan

Psikologi Anak Berkebutuhan Khusus-Tunadaksa

Page 10: BAB I. isi

9

individu dan keselarasan interaksidan interrelasi pribadi dan lingkungan menuju

optimalisasi keberfungsian individu

5) Dimensi futuristik, yaitu pengembangan wawasan, sikap, dan perilaku antisipatif

anak berkebutuhan khusus dalam pengambilan keputusan dan perencanaan kehidupan

serta karir masa depan yang lebih memuaskan

3.2 Metode yang digunakan :

a. Tanya Jawab

b. Demontrasi

c. Permainan

3.3 Strategi layanan dan bimbingan a. Langkah Pelaksanaan

1) Pelaksanaan Awal

a) Praktikan memberi salam dan sapaan pada guru dan klien (peserta

didik)

b) Praktikan menanyakan nama,kelas dan alamat klien

c) Praktikan mencoba bertanya permasalahan yang sedang dihadapi

Klien

2) Pelaksanaan Inti

a) Pertemuan I

o Praktikan bertemu dengan guru, dan klien

o Praktikan menerapkan layanan konseling kelompok dengan

Program Home Room (Program ini dilakukan dilakukan di

luar jam pelajaran dengan menciptakan kondisi sekolah atau

kelas seperti di rumah sehingga tercipta kondisi yang bebas dan

menyenangkan, misalnya permainan)

b) Pertemuan II

o Praktikan memberi salam dan menayakan bagaimana kondisi

Klien

o Praktikan menanyakan bagaimana sikap teman-teman kepada

Klien layanan Orientasi (membantu peserta didik memahami

lingkungan guna mempermudah dan memperlancar berperannya

peserta didik dalam penyesuaian diri terhadap lingkungan)

Psikologi Anak Berkebutuhan Khusus-Tunadaksa

Page 11: BAB I. isi

9

o Praktikan menyarankan Klien untuk ikut bermain dengan

temannya.

c) Pertemuan III

o Praktikan menanyakan kabar Klien hari ini

o Praktikan menanyakan kembali permasalahan yang sedang

dihadapi Klien kepada Guru dan Klien sendiri dengan layanan

konseling perseorangan (layanan yang memungkinan peserta

didik mendapatkan layanan langsung tatap muka, secara

perorangan )

o Praktikan memberikan pengarahan dan Praktikan menyarankan

Klien untuk selalu bersemangat dalam belajar dan percaya diri,

tidak merasa malu meski dalam dirinya terdapat kecacatan

o Praktikan menyuruh klien membaca beritadi Koran, setelah

selesai menyuruh klien menceritakan kembali apa isi dari berita

tersebut

o Praktikan menyuruh klien bercerita tentang pengalamannya saat

lebaran hari raya kemarin

3.4 Pertemuan

Tiap kali pertemuan 30 menit

Tanggal mulai : 14 Desember 2013

Tanggal Pertemuan I : 20 Desember 2013

Tanggal Pertemuan II : 21 Desember 2013

Tanggal Pertemuan III : 23 Desember 2013

3.5 Evaluasi (hasil dari program)

Dari berbagai layanan dan program yang telah di berikan Praktikan ke Klien,

klien dapat menerima dengan baik solusi dan penanganan yang diberikan.

Klien dapat mengikuti arahan dengan baik dari program layanan yang

dilaksanakan di dalam atau di luar kelas,perasan malu,kurang percaya diri

sedikit-sedikit hilang dalam diri Klien, Klien mulai berani mengerjakan soal

bersama temanya dan bertanya bila ada kesulitan dalam mengerjakan bermain

dengan teman di lingkungan sekitar rumahnya. Kondisi psikologis anak

sebenarnya masih ada perasaan malu tapi guru kelas dan orang tua juga akan Psikologi Anak Berkebutuhan Khusus-Tunadaksa

Page 12: BAB I. isi

9

membantu mengupayakan program-program selanjutnya untuk memotivasi

kondisi psikologis Klien supaya semakin kuat dan tidak muncul perasan

minder,apatis atau yang lainnya. Untuk perubahan kondisi psikilogis anak

selanjutnya guru dan orang tualah yang akan selalu melihat, mengawasi dan

mengevaluasinya karna keterbatasan waktu praktikan.

Psikologi Anak Berkebutuhan Khusus-Tunadaksa

Page 13: BAB I. isi

9

BAB IV

PENUTUP

4.1 KESIMPULAN Dari data yang diperoleh tentang Klien dapat disimpulkan bahwa Klien sedang

mengalami masalah dalam psikologisnya yang dapat mengganggu dan

menghambat proses dan pencapaian belajar Klien. Oleh karena itu, praktikan

melakukan beberapa tindakan untuk membantu Klien dalam mengatasi masalah

tersebut dengan mengadakan studi kasus ini.

4.2 SARAN

Dalam upaya penyelesaian masalah diperlukan kerjasama dari berbagai pihak agar

dapat mencapai tujuan yang diinginkan. Semoga layanan ini dapat bermanfaat

bagi pembaca dalam mengatasi permasalahan seperti kurangnya motivasi dalam

belajar. Dan tak lupa praktikan berpesan agar pembaca dapat memanfaatkan

waktu dengan sebaik mungkin karena waktu sangatlah berharga dan tidak akan

pernah kembali saat kita menyia-nyiakanya.

1. Saran Untuk Klien

a.    Jangan merasa minder atau malu terhadap teman-temanmu, tunjukkan bahwa

kekuranganmu adalah kelebihanmu.

b.    Klien hendaknya memanfaatkan waktu dengan sebaik-baiknya

c.    Klien sebaiknya tetap untuk bersemangat belajar untuk semua mata pelajaran

d.   Klien juga harus belajar untuk menerima pendapat dengan sikap yang bijak dan

tentunya tidak mudah tersinggung ataupun marah.

e. Sering-seringlah ikut bermain bersama teman-temanmu

f. Cuek saja atau jangan menghiraukan teman yang suka mengejekmu

Psikologi Anak Berkebutuhan Khusus-Tunadaksa

Page 14: BAB I. isi

9

2. Saran Untuk Orang Tua

a.       Orang tua hendaknya mengerti terhadap perkembangan anaknya

b.      Orang tua hendaknya membantu meningkatkan motivasi belajar Klien dan

membimbingnya dalam meningkatkan rasa penghargaan diri dan kepercayaan

diri.

c. Orang tua hendaknya selalu membimbing Klien saat Klien belajar di rumah,

memberikan pengarahan tentang karir,masa depan dll.

Psikologi Anak Berkebutuhan Khusus-Tunadaksa

Page 15: BAB I. isi

9

DAFTAR PUSTAKA

Kartadinata, H.sunaryo. “ Psikologi Anak Luar Biasa” Departemen Pendidikan dan Kebudayaan,Proyek Pendidikan Tenaga Guru

Nursalim, Mochamad. Dkk “ Psikologi Pendidikan “ Unesa University Press.

http://belajarpsikologi.com/jenis-bimbingan-konseling/

http://www.gemari.or.id/artikel/2336.shtml

http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PEND._LUAR_BIASA/195505161981011-MUSYAFAK_ASSYARI/Konseling_ABK/Masalah_ABK.pdf

http://superiandriyan.blogspot.com/2013/04/program-bimbingan-di-sekolah-dan.html

http://belajarpsikologi.com/bentuk-bentuk-bimbingan-kelompok-2/

http://www.bukukita.com/Inspirasi-dan-Spiritual/Pendidikan-&-Pengajar/115520-Bimbingan-&-Konseling-Bagi-Anak-Berkebutuhan-Khusus.html

http://belajarpsikologi.com/macam-macam-metode-pembelajaran/

http://belajarpsikologi.com/metode-permainan-dalam-pembelajaran/

Psikologi Anak Berkebutuhan Khusus-Tunadaksa

Page 16: BAB I. isi

9

LAMPIRAN

DOKUMENTASI

Psikologi Anak Berkebutuhan Khusus-Tunadaksa

Page 17: BAB I. isi

9

Psikologi Anak Berkebutuhan Khusus-Tunadaksa