68
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sepanjang sembilan tahun kondisi suhu udara di wilayah Bogor menjadi lebih panas. Dari tahun ke tahun suhu udara rata-rata pertahun terus meningkat. Suhu udara rata-rata tahunan telah bertambah sekitar 0,07 o C sejak tahun 2001 hingga tahun 2009. Pada tahun 2003 merupakan tahun terpanas selama sembilan tahun terakhir, suhu udara rata-rata pertahunnya mencapai 26,10 o C. Sedangkan suhu udara maksimum rata-rata pertahun yang paling tinggi terjadi pada tahun 2009, dengan suhu mencapai 31,97 o C yang pada tahun sebelumnya hanya 31,28 o C. Artinya terjadi peningkatan suhu sampai 0,69 o C. Pemanasan ini terjadi akibat menipisnya lapizan ozon di atmosfer terutama di wilayah kutub (Bratasida, 2002). Tercatat pula dari hasil pengukuran badan Antartika AS (NASA) lubang ozon pada tahun 2003, 2005, dan 2006 di atas Antartika telah mencapai luas hingga 29 juta km 2 . Lapisan ozon berfungsi sebagai pelindung radiasi langsung dari sinar matahari ke bumi sehingga kehidupan di bumi dapat berlangsung. Keberadaan bahan- bahan kimia khususnya yang dihasilkan oleh konsumsi

Bab i, Bab II, Bab III, Bab IV, Bab v, Bab Vi, Daftar Pustaka

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Bab i, Bab II, Bab III, Bab IV, Bab v, Bab Vi, Daftar Pustaka

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Sepanjang sembilan tahun kondisi suhu udara di wilayah Bogor menjadi lebih

panas. Dari tahun ke tahun suhu udara rata-rata pertahun terus meningkat. Suhu

udara rata-rata tahunan telah bertambah sekitar 0,07 oC sejak tahun 2001 hingga

tahun 2009. Pada tahun 2003 merupakan tahun terpanas selama sembilan tahun

terakhir, suhu udara rata-rata pertahunnya mencapai 26,10 oC. Sedangkan suhu

udara maksimum rata-rata pertahun yang paling tinggi terjadi pada tahun 2009,

dengan suhu mencapai 31,97 oC yang pada tahun sebelumnya hanya 31,28 oC.

Artinya terjadi peningkatan suhu sampai 0,69 oC.

Pemanasan ini terjadi akibat menipisnya lapizan ozon di atmosfer terutama di

wilayah kutub (Bratasida, 2002). Tercatat pula dari hasil pengukuran badan

Antartika AS (NASA) lubang ozon pada tahun 2003, 2005, dan 2006 di atas

Antartika telah mencapai luas hingga 29 juta km2. Lapisan ozon berfungsi

sebagai pelindung radiasi langsung dari sinar matahari ke bumi sehingga

kehidupan di bumi dapat berlangsung. Keberadaan bahan-bahan kimia khususnya

yang dihasilkan oleh konsumsi manusia seperti Chloro Fluoro Carbon (CFC),

Halon, dll ternyata merupakan penyebab rusaknya lapisan ozon di atmosfer.

Dengan menipisnya lapisan ozon, maka radiasi gelombang pendek matahari akan

lolos ke lapisan atmosfir bumi, sehingga mengakibatkan meningkatnya suhu

bumi.

Menipisnya lapisan ozon sedikit berpengaruh terhadap perubahan curah hujan

atau perubahan distribusi curah hujan di Wilayah Bogor. Dari data klimatologi

Balai Besar Meteorologi dan Geofisika Balai II Ciputat tercatat terjadi kenaikan

jumlah curah hujan sejak tahun 2001 sampai tahun 2009. Jumlah curah hujan rata-

rata pertahun yang paling tinggi terjadi pada tahun 2005. Jumlah curah hujan rata-

rata meningkat jadi 410,47 mm dari tahun sebelumnya yang hanya 351,75 mm.

Page 2: Bab i, Bab II, Bab III, Bab IV, Bab v, Bab Vi, Daftar Pustaka

2

Pola curah hujan di wilayah Bogor juga dipengaruhi oleh letak geografisnya.

Curah hujan di Indonesia bagian barat lebih besar daripada Indonesia bagian

timur. Sebagai contoh, deretan pulau-pulau Jawa, Bali, NTB, dan NTT yang

dihubungkan oleh selat-selat sempit, jumlah curah hujan yang terbanyak adalah

Jawa Barat (termasuk Bogor). Kota Bogor terletak pada ketinggian 190 sampai

330 m dari permukaan laut. Kemiringan Kota Bogor berkisar antara 0 – 15% dan

sebagian kecil daerahnya mempunyai kemiringan antara 15 – 30%.

Bertitik tolak dari uraian di atas, maka yang menjadi permasalahan adalah

apakah perubahan suhu udara rata-rata berpengaruh terhadap jumlah curah hujan,

untuk itu penulis terdorong untuk melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh

Suhu Udara Rata-Rata Terhadap Jumlah Curah Hujan di Wilayah Bogor Tahun

2001 – 2009.”

B. Identifikasi Masalah

Dari latar belakang di atas dapat diidentifikasi beberapa masalah sebagai

berikut:

1. Terjadinya peningkatan suhu udara rata-rata di wilayah Bogor.

2. Kenaikan suhu udara rata-rata berpengaruh terhadap jumlah curah hujan di

wilayah Bogor.

3. Menipisnya lapisan ozon di wilayah Antartika tidak terlalu mempengaruhi

perubahan suhu udara rata-rata di wilayah Bogor.

C. Batasan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah serta adanya keterbatasan peneliti dalam

hal waktu dan kemampuan, maka penelitian ini dibatasi pada:

1. Suhu udara rata-rata selama sembilan tahun (2001 – 2009)

2. Jumlah curah hujan rata-rata selama sembilan tahun (2001 – 2009)

3. Ukuran lubang ozon selama sembilan tahun (2001 – 2009)

Page 3: Bab i, Bab II, Bab III, Bab IV, Bab v, Bab Vi, Daftar Pustaka

3

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka dapat dirumuskan suatu

permasalahan, yaitu:

1. Adakah pengaruh meningkatnya suhu udara rata-rata terhadap jumlah curah

hujan di wilayah Bogor?

2. Seberapa besar pengaruh meningkatnya suhu udara rata-rata terhadap jumlah

curah hujan di wilayah Bogor?

3. Seberapa besar pengaruh meningkatnya ukuran lubang ozon dengan

meningkatnya suhu udara rata-rata di wilayah Bogor?

E. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini antara lain untuk:

1. Mengetahui pengaruh meningkatnya suhu udara rata-rata terhadap jumlah

curah hujan di wilayah Bogor.

2. Mengetahui seberapa besar pengaruh meningkatnya suhu udara rata-rata

dengan jumlah curah hujan di wilayah Bogor.

3. Mengetahui seberapa besar pengaruh meningkatnya ukuran lubang ozon

dengan meningkatnya suhu di wilayah Bogor.

F. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dalam penelitian adalah:

1. Hasil penelitian dapat digunakan sebagai bahan evaluasi dan masukan bagi

pemerintah kota Bogor untuk merencanakan program pemerintah dalam

rektrurisasi lingkungan di wilayah sehingga suhu udara kembali stabil dan

tidak terjadi perubahan pola curah hujan yang terlalu signifikan.

2. Hasil penelitian ini dapat dapat digunakan sebagai bahan evaluasi dan

masukan bagi masyarakat kota Bogor, agar dapat merubah pola kehidupan

yang dapat menyebabkan pola curah hujan di wilayah berubah, seperti terlalu

banyak menggunakan bahan-bahan kimia Cholor Fluoro Carbon (CFC),

halon dll.

Page 4: Bab i, Bab II, Bab III, Bab IV, Bab v, Bab Vi, Daftar Pustaka

4

G. Sistematika Laporan Penelitian

Bab I. Pendahuluan : berisi latar belakang masalah, identifikasi masalah, batasan

masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, hipotesis, dan

sistematika laporan penelitian.

Bab II. Tinjauan Pustaka: berisi teori suhu udara, teori hujan, teori lapisan ozon.

Bab III. BMG Wilayah II Ciputat: sejarah BMG, tugas dan fungsi BMG, dan

struktur organisasi BBMG.

Bab IV. Metode Penelitian: berisi tempat dan waktu penelitian, data penelitian

(sumber) dan metode pengumpulan data, metode penelitian, metode dan analisis

data, dan teknik pengolahan data.

Bab V. Hasil Penelitian dan Pembahasan: berisi hasil penelitian, dan pembahasan

(suhu udara, curah hujan, lubang ozon).

Bab VI. Penutup : berisi kesimpulan dan saran.

Page 5: Bab i, Bab II, Bab III, Bab IV, Bab v, Bab Vi, Daftar Pustaka

5

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Teori Suhu Udara

Suhu udara adalah ukuran energi kinetik rata-rata dari pergerakan molekul-

molekul.  Suhu suatu benda ialah keadaan yang menentukan kemampuan benda

tersebut, untuk memindahkan (transfer) panas ke benda-benda lain atau menerima

panas dari benda-benda lain tersebut. Dalam sistem dua benda, benda yang

kehilangan panas dikatakan benda yang bersuhu lebih tinggi.1

Alat yang digunakan untuk mengukur suhu adalah termometer. Sedangkan

alat yang digunakan untuk mengukur suhu-suhu tinggi disebut Pyrometer,

contohnya Pyrometer radiasi, yang digunakan untuk mengukur suhu suatu benda

yang panas dan tidak perlu menempelkan alat tersebut pada benda yang diukur

suhunya. Suhu tidak berdimensi sehingga untuk mengukur derajat suhu, pertama-

tama ditentukan 2 titik tertentu yang disesuaikan dengan suatu sifat fisik suatu

benda tertentu. Kemudian diantara dua buah titik yang telah di tentukan tersebut

di bagi-bagi dalam skala-skala, yang menunjukan derajat-derajat suhu. Skala-

skala tersebut merupakan pembagian suhu dan bukan satuan daripada suhu.

Dengan demikian suhu 30°C tidak berarti 3 x 10°C, dan 10°C berarti skala derajat

Celcius ke sepuluh.

1 Badan Meteorologi Klimatologi Geofisika Stasiun Ahmad Yani Semarang, “Suhu Udara”, artikel diakses pada tanggal 16 juli 2010 dari http://www.cuacajateng.com/suhuudara.htm

Page 6: Bab i, Bab II, Bab III, Bab IV, Bab v, Bab Vi, Daftar Pustaka

6

Gambar 2.1 Termometer dalam sangkar meteorologi

Matahari merupakan kendali iklim yang sangat penting dan sebagai sumber

utama di bumi yang menggerakan udara arus laut. Diameter matahari 1,42 x 106

km dan suhu permukaan ± 6.000 K.2

Setiap saat atmosfer pada setiap bagian mempunyai suhu yang berbeda. Hal

tersebut disebabkan oleh jumlah sinar matahari yang diterima pada setiap daerah.

Jadi tinggi rendahnya suhu udara pada setiap daerah berbeda, dan faktor-faktor

yang mempengaruhi tinggi rendahnya suhu udara suatu daerah:

1. Lamanya penyinaran matahari membuat tinggi temperatur.

Semakin miring sinar matahari semakin berkurang panasnya. Semakin tinggi

tempat semakin rendah suhunya. Keadaan tanah, tanah yang licin dan putih

banyak memantulkan panas. Tanah yang hitam dan kasar banyak menyerap panas.

Daratan cepat menerima dan melepaskan panas dibandingkan lautan.

2. Sudut datang sinar matahari.

2 Tjasyono, Bayong. Klimatologi. Bandung: IPB, 2004.

Page 7: Bab i, Bab II, Bab III, Bab IV, Bab v, Bab Vi, Daftar Pustaka

7

Sudut datang sinar matahari terkecil terjadi pada pagi dan sore hari,

sedangkan sudut terbesar pada waktu siang hari tepatnya pukul 12.00 siang. Sudut

datangnya sinar matahari yaitu sudut yang dibentuk oleh sinar matahari dan suatu

bidang di permukaan bumi. Semakin besar sudut datangnya sinar matahari, maka

semakin tegak datangnya sinar sehingga suhu yang diterima bumi semakin tinggi.

Sebaliknya, semakin kecil sudut datangnya sinar matahari, berarti semakin miring

datangnya sinar dan suhu yang diterima bumi semakin rendah.

3. Relief permukaan bumi

Dalam arah datar di dekat permukaan bumi suhu udara berkurang mengikuti

ketinggian tempat. Besarnya pengurangan bergantung kepada keadaan

lingkungan.3

Dengan:

Th = suhu pada ketinggian h meter dari permukaan laut, dan

Tho = suhu pada ketinggian ho.

4. Banyak sedikitnya awan

Awan adalah gumpalan uap air yang terapung di atmosfir. Ia terlihat seperti

asap berwarna putih atau kelabu di langit. Udara selalu mengandung uap air.

Apabila uap air ini meluap menjadi titik-titik air, maka terbentuklah awan.

Apabila awan telah terbentuk, titik-titik air dalam awan akan menjadi semakin

besar dan awan itu akan menjadi semakin berat, dan perlahan-lahan daya tarik

bumi menariknya ke bawah. Hingga sampai satu titik dimana titik-titik air itu

akan terus jatuh ke bawah dan turunlah hujan.4

5. Angin dan arus laut

3 Yusuf Djajadihardja. Pusat Pengkajian dan Penerapan Teknologi Inventarisasi Sumber Daya Alam Deputi Bidang TPSA, BPP Teknologi. (Ciputat: Badan Meterologi dan Geofisika, 2005).

4 Rizal, Fachmi, “Pengertian Awan” artikel diakses pada tanggal 12 Juli 2010 dari http://mfachmirizal.blogspot.com/2009/04/pengertian-awan.html

Page 8: Bab i, Bab II, Bab III, Bab IV, Bab v, Bab Vi, Daftar Pustaka

8

Angin dan arus laut mempunyai pengaruh terhadap temperatur udara.

Misalnya angin arus dari daerah dingin, akan menyebabkan daerah yang

dilaluinya menjadi dingin.

B. Teori Hujan

Hujan merupakan satu bentuk presipitasi yang berwujud cairan. Presipitasi

sendiri dapat berwujud padat (misalnya salju dan hujan es) atau aerosol (seperti

embun dan kabut). Hujan terbentuk apabila titik air yang terpisah jatuh

ke bumi dari awan. Tidak semua air hujan sampai ke permukaan bumi karena

sebagian menguap ketika jatuh melalui udara kering. Hujan jenis ini disebut

sebagai virga.5

Hujan sangat berperan dalam siklus hidrologi. Ketika air laut menguap, ia

berubah menjadi awan, lalu terkumpul menjadi awan mendung lalu turun kembali

ke bumi dalam bentuk tetes-tetes air, dan akhirnya kembali ke laut

melalui sungai dan anak sungai untuk mengulang daur dari awal lagi.

Alat yang digunakan untuk mengukur jumlah curah hujan adalah Pluviometer

atau penakar hujan (rain gage), yang dinyatakan sebagai kedalaman air yang

terkumpul pada permukaan yang datar, dan diukur kurang lebih 0,25 mm. Satuan

Internasional (SI) yang digunakan untuk curah hujan adalah “millimeter” yang

merupakan singkatan dari liter per meter persegi.

5 Wikipedia, “Hujan” artikel diakses pada tanggal 21 Juli 2010 dari http://id.wikipedia.org/wiki/Hujan

Page 9: Bab i, Bab II, Bab III, Bab IV, Bab v, Bab Vi, Daftar Pustaka

9

Gambar 2.2 Pluviometer

Curah hujan merupakan ketinggian air hujan yang terkumpul dalam tempat

yang datar, tidak menguap, tidak meresap, dan tidak mengalir. Curah hujan 1

(satu) millimeter, artinya dalam luasan satu meter persegi pada tempat yang datar

tertampung air setinggi satu millimeter atau tertampung air sebanyak satu liter.

Butir air yang dapat keluar dari awan mencapai bumi sekurang-kurangnya

bergaris tengah 200 mikrometer; bila kurang dari 200 mikrometer, butir-butir air

tersebut sudah habis menguap sebelum mencapai bumi (1 mikrometer = 0,001

cm). Curah hujan 1 (satu) milimeter artinya air hujan yang jatuh pada setiap

permukaan seluas 1 m2 setinggi 1mm, dengan tidak menguap, meresap atau

mengalir. Atau Sejumlah air hujan yang jatuh sebanyak 1 liter pada setiap luasan

1 m2. 6

Contoh :

6 Badan Meteorologi Klimatologi Geofisika Stasiun Ahmad Yani Semarang, “Suhu Udara”, artikel diakses pada tanggal 16 juli 2010 dari http://www.cuacajateng.com/suhuudara.htm.

Page 10: Bab i, Bab II, Bab III, Bab IV, Bab v, Bab Vi, Daftar Pustaka

10

- Curah hujan 15 mm pada luasan 100 m2 = 1500 liter air

= 1,5 meter kubik air

- Curah hujan 150 mm pada luasan 1 Km2 = 150 juta liter air

= 15 ribu meter kubik air

1. Klasifikasi Curah Hujan7

a. Hujan Harian

Tabel 2.1 Klasifikasi Curah Hujan Harian

Curah Hujan Hitungan

< 5 mm/24 jam Sangat ringan

5 – 20 mm/24 jam Ringan

21 – 50 mm/24 jam Sedang

51 – 100 mm/24 jam Lebat

> 100 mm/24 jam Sangat lebat

b. Hujan Per Jam

Tabel 2.2 Klasifikasi Curah Hujan Per Jam

Curah Hujan Hitungan

< 1 mm/jam Sangat ringan

1 – 5 mm/jam Ringan

5 – 10 mm/jam Sedang

10 – 20 mm/jam Lebat

> 20 mm/jam Sangat lebat

c. Klasifikasi Besar Hujan Sebulan pada Musim Hujan

Tabel 2.3 Klasifikasi Hujan Sebulan pada Musim Hujan

Klasifikasi Hujan Harian Hari Hujan Estimasi Kumulatif CH 7 Badan Meteorologi Klimatologi Geofisika, Stasiun Ahmad Yani Semarang, ibid.

Page 11: Bab i, Bab II, Bab III, Bab IV, Bab v, Bab Vi, Daftar Pustaka

11

Jumlah CH Sebulan

a. Sangat ringan (< 5

mm/24 jam)

b. Ringan (5 – 20 mm/24

jam)

c. Sedang (21 – 50 mm/24

jam)

d. Lebat (51 – 100 mm/24

jam)

e. Sangat lebat (> 100

mm/24 jam)

5 -6 Hari

6 – 7 Hari

6 – 7 Hari

2 – 4 Hari

1 – 2 Hari

10 – 15 mm

60 – 70 mm

180 – 210

mm

150 – 250

mm

110 – 300

mm

10 – 15 mm

70 – 85 mm

250 – 295 mm

400 – 545 mm

510 – 845 mm

2. Jenis-jenis Hujan8

Untuk kepentingan kajian atau praktis, hujan dibedakan menurut terjadinya,

ukuran butirannya, atau curah hujannya.

a. Jenis-jenis hujan berdasarkan terjadinya

1) Hujan siklonal, yaitu hujan yang terjadi karena udara panas yang naik

disertai dengan angin berputar.

2) Hujan zenithal, yaitu hujan yang sering terjadi di daerah sekitar ekuator,

akibat pertemuan Angin Pasat Timur Laut dengan Angin Pasat Tenggara.

Kemudian angin tersebut naik dan membentuk gumpalan-gumpalan awan

di sekitar ekuator yang berakibat awan menjadi jenuh dan turunlah hujan.

3) Hujan orografis, yaitu hujan yang terjadi karena angin yang

mengandung uap air yang bergerak horisontal. Angin tersebut naik menuju

pegunungan, suhu udara menjadi dingin sehingga terjadi kondensasi.

Terjadilah hujan di sekitar pegunungan.

8 Wikipedia, “Hujan” artikel diakses pada tanggal 21 Juli 2010 dari

http://id.wikipedia.org/wiki/Hujan.

Page 12: Bab i, Bab II, Bab III, Bab IV, Bab v, Bab Vi, Daftar Pustaka

12

4) Hujan frontal, yaitu hujan yang terjadi apabila massa udara yang dingin

bertemu dengan massa udara yang panas. Tempat pertemuan antara kedua

massa itu disebut bidang front. Karena lebih berat massa udara dingin

lebih berada di bawah. Di sekitar bidang front inilah sering terjadi hujan

lebat yang disebut hujan frontal.

5) Hujan muson atau hujan musiman, yaitu hujan yang terjadi karena Angin

Musim (Angin Muson). Penyebab terjadinya angin muson adalah karena

adanya pergerakan semu tahunan matahari antara Garis Balik

Utara dan Garis Balik Selatan. Di Indonesia, hujan muson terjadi

bulan Oktober sampai April. Sementara di kawasan Asia Timur terjadi

bulan Mei sampai Agustus. Siklus muson inilah yang menyebabkan

adanya musim penghujan dan musim kemarau.

b. Jenis-jenis hujan berdasarkan ukuran butirnya

1) Hujan gerimis (drizzle), diameter butirannya kurang dari 0,5 mm.

Umumnya berasal dari awan Stratus atau Altostratus.

2) Hujan salju, terdiri dari kristal-kristal es yang suhunya berada dibawah

0° Celcius.

3) Hujan batu es, curahan batu es yang turun dalam cuaca panas dari awan

yang suhunya dibawah 0° Celcius. Umumnya berasal dari awan

Culumunimbus (Cb) yang tinggi.

4) Hujan deras atau rain, curahan air yang turun dari awan dengan suhu

diatas 0° Celsius dengan diameter ± 7 mm. Umunya berasal dari

Altostratus tebal atau Nimbostratus.

c. Jenis-jenis hujan berdasarkan besarnya curah hujan (definisi BMKG)

1) hujan sedang, 20 – 50 mm per hari

2) hujan lebat, 50 – 100 mm per hari

Page 13: Bab i, Bab II, Bab III, Bab IV, Bab v, Bab Vi, Daftar Pustaka

13

3) hujan sangat lebat, di atas 100 mm per hari

Pola umum curah hujan di Indonesia antara lain dipengaruhi oleh letak

geografis. Curah hujan di Indonesia bagian barat lebih besar daripada Indonesia

bagian timur. Sebagai contoh, deretan pulau-pulau Jawa, Bali, NTB, dan NTT

yang dihubungkan oleh selat-selat sempit, jumlah curah hujan yang terbanyak

adalah Jawa Barat. Kota Bogor adalah sebuah kota di Provinsi Jawa Barat,

Indonesia. Kota ini terletak 54 km sebelah selatan Jakarta, dan wilayahnya berada

di tengah-tengah wilayah Kabupaten Bogor. Luasnya 21,56 km², terletak  pada

ketinggian antara 190 sampai dengan 350 meter diatas permukaan laut dengan

jumlah curah hujan 325,38 mm/tahun. 

Kemiringan Kota Bogor berkisar antara 0 – 15% dan sebagian kecil

daerahnya mempunyai kemiringan antara 15 – 30%. Bogor terletak pada kaki

Gunung Salak dan Gunung Gede sehingga sangat kaya akan hujan orografi. Angin

laut dari Laut Jawa yang membawa banyak uap air masuk ke pedalaman dan naik

secara mendadak di wilayah Bogor sehingga uap air langsung terkondensasi dan

menjadi hujan.

3. Poses Pembentukan Hujan9

a. Ukuran Partiken Awan dan Pertumbuhan

Ukuran Partiken Awan

Tetes air terbentuk pada inti-inti kondensasi dari berbagai tipe dan ukuran.

Partikel awan (tetes air) yang ada di dalam atmosfer dibedakan dalam tiga

golongan berdasarkan ukurannya,yaitu:

1) Inti biasa, dengan garis tengah < 0,1 μ

2) Inti besar, dengan garis tengah 0,1 – 1,0 μ

3) Inti besar besar, dengan garis tengah > 1,0 μ

9 Djajadihardja, Yusuf. Pusat Pengkajian dan Penerapan Teknologi Inventarisasi Sumber

Daya Alam Deputi Bidang TPSA, BPP Teknolog. (Ciputat: Badan Meterologi dan Geofisika,

2005).

Page 14: Bab i, Bab II, Bab III, Bab IV, Bab v, Bab Vi, Daftar Pustaka

14

Pertumbuhan Partikel Awan

Banyak faktor yang mempengaruhi pertumbuhan awan, diantaranya adalah

kelembapan udara di sekitarnya, tegangan suhu permukaan, sifat inti

kondensasinya, dan cepatnya perpindahan panas laten ke dalam udara di

sekitarnya.

Gambar 2.3 Proses Pembentukan Hujan

(sumber: http://ga.water.usgs.gov/edu/graphics/watercyclehigh.jpg , 2010)

Pada saat permulaan, proses kondensasi pada inti-inti berlangsung sangat

cepat sampai pada suatu ukuran yang dapat dilihat dalam sekejap mata, kemudian

proses selanjutnya akan berlangsung secara perlahan. Dari hasil proses kondensasi

sendiri, tidak akan menghasilkan tetes-tetes air yang garis tengahnya bisa melebihi

30 μ.

Mekanisme Proses Penggabungan

Page 15: Bab i, Bab II, Bab III, Bab IV, Bab v, Bab Vi, Daftar Pustaka

15

Tetes-tetes awan terangkat oleh arus udara naik akan terjatuh kembali sedikit

ke bawah. Pada kejadian ini, maka tetes-tetes awan yang lebih besar akan jatuh

menimpa tetes-tetes awan yang lebuh kecil di sekitarnya. Tetes air ini baru dapat

berbenturan antara satu dengan yang lainnya apabila garis tengahnya sudah lebih

dari sekitar 18 μ.

Proses benturan dan penggabungan ini sangat perlu untuk perkembangan

hujan dari awan-awan panas yang suhunya di atas 0o C dan seluruhnya terdiri dari

tetes-tetes air. Tetes air juga didapati (terjadi) dalam awan dingin yang suhunya

kurang dari 0o C dan terdiri dari tetes-tetes air super dingin. Tetes air super dingin

ini dapat pula berkembang besar dalam proses benturan dan penggabungan.

Beberapa awan dingin dapat juga mengandung Kristal-kristal es.

C. Teori Lapisan Ozon

1. Ozon

Pada pertengahan abad ke-19 ozon ditemukan oleh C.F Schobein. Penamaan

ozon diambil dari bahasa Yunani yakni “ozein” yang berarti bau atau smell. Ozon

dikenal sebagai gas yang tidak memiliki warna.

Ozon adalah salah satu daripada gas-gas yang membentuk atmosfer. Molekul

dwi atom oksigen (O2) yang kita bernafas membentuk hampir-hampir 20%

atmosfer. Ozon secara alami terdapat di dalam atmosfir. Masing-masing molekul

ozon terdiri dari tiga buah atom oksigen dan dinyatakan sebagai O3. Ozon bisa

dijumpai di dua wilayah atmosfer. Sekitar 10% ozon berada di lapisan troposfir,

yaitu wilayah atmosfir yang paling dekat dengan permukaan bumi dari permukaan

bumi hingga ketinggian 10 – 16 kilometer.10

Meskipun ozon bisa ditemukan dalam jumlah yang kecil di semua lapisan

atmosfer, namun karena adanya proses kimia dan radiasi, keberadaannya tidak

terlalu signifikan. Hampir sekitar 90 % dari jumlah ozon yang ada di atmosfer

berada pada lapisan teratas yang dikenal dengan nama stratosfer, yang lokasinya

10 Birusoft Cipta Informatika, “Ozon Indonesia” artikel diakses pada tanggal 12 Juli 2010 dari http://www.ozon-indonesia.org/index.php?table=ozon&view=true&no=2. 

Page 16: Bab i, Bab II, Bab III, Bab IV, Bab v, Bab Vi, Daftar Pustaka

16

sekitar 15 – 50 km di atas permukaan bumi. Wilayah yang berisikan konsentrasi

terbesar dari ozon ini dinamakan sebagai lapisan ozon.

2. Lapisan ozon

Lapisan ozon adalah lapisan di atmosfer pada ketinggian 19 – 48 km (12 – 30

mil) di atas permukaan Bumi yang mengandung molekul-molekul ozon.

Konsentrasi ozon di lapisan ini mencapai 10 ppm dan terbentuk akibat pengaruh

sinar ultraviolet matahari terhadap molekul-molekul oksigen. Peristiwa ini telah

terjadi sejak berjuta-juta tahun yang lalu, tetapi campuran molekul-molekul

nitrogen yang muncul di atmosfer menjaga konsentrasi ozon relatif stabil.11

3. Kepentingan Ozon

Ozon (O3) dihasilkan apabila O2 menyerap sinaran UV pada jarak gelombang

242 nanometer dan disingkirkan dengan foto-pengasingan dari sinaran bagi jarak

gelombang yang besar daripada 290 nm. O3 juga merupakan penyerap utama

sinaran UV antara 200 dan 330 nm. Penggabungan proses-proses ini adalah

efektif dalam mengekalkan kemalaran bilangan ozon dalam lapisan dan

penyerapan 90% sinaran UV.

4. Fungsi Lapisan Ozon Bagi Kehidupan di Bumi

Ozon di stratosfir menyerap sebagian besar radiasi ultraviolet matahari yang

sangat berbahaya. Oleh karena peran inilah maka ozon stratosfir sering kali di

sebut sebagai good ozone. Sebaliknya, ozon troposfir yang terbentuk akibat

pencemaran disebut bad ozone karena dapat membahayakan kehidupan manusia,

tanaman dan hewan.

5. Kerusakan Lapisan Ozon

11 Wikipedia, “Ozon” artikel diakses pada tanggal 19 juli 2010 dari http://id.wikipedia.org/wiki/Ozon.

Page 17: Bab i, Bab II, Bab III, Bab IV, Bab v, Bab Vi, Daftar Pustaka

17

Kerusakan Lapisan ozon terdeteksi pertama kali pada pertengahan tahun

1974, ketika para ahli dan peneliti dari Inggris mengumumkan, lapisan ozon di

atas Hally Bay, antartika menunjukkan adanya penipisan yang drastis. Antara

tahun 1950 sampai dengan tahun 1970 terukur rata-rata lapisan ozon sebesar 300

DU (Dobson Unit). Akan tetapi dalam kurun waktu Oktober 1978 sampai Oktober

1984, lapisan ozon terukur mencapai titik terendah sebesar 125 DU (100 DU

setara dengan ketebalan 1mm gas ozon mampat).

Gambar 2.4 Lubang Ozon

(sumber: http://www.sciencedaily.com, 2010)

Penipisan yang drastis ini sering disebut dengan istilah “lubang ozon” (lihat

gambar 2.4). Dalam citra satelit, kadar ozon yang rendah tersebut menyerupai

sebuah lubang.

Pada akhir tahun 2002, majalah terkemuka The Straits Times melansir hasil

penelitian para ilmuwan mengenai lubang ozon. Para ilmuwan menemukan,

lubang ozon semakin menganga lebar. Di belahan Antartika misalnya, lubang di

lapisan ozon bertambah menjadi 23 juta km persegi (setara lebih luas Amerika

Page 18: Bab i, Bab II, Bab III, Bab IV, Bab v, Bab Vi, Daftar Pustaka

18

Utara). Padahal pada periode yang sama pada tahun 1998 lubang ozon masih

kecil.

Salah satu zat utama yang bertanggung jawab terhadap kerusakan lapisan

ozon adalah unsur Klorin (Cl). Unsur ini secara luas digunakan sebagai cairan

pendingin (refrigerant) pada freezer, kulkas, AC ruangan, dan mesi pendingin

lainnya, serta dikenal sebagai zat CFC (Chlorofluorocarbon) (lihat gambar 2.5).

Gambar 2.5 Proses Kerusakan Ozon Oleh Zat CFC

(sumber: Dini, Shifa. 2010. http://shifadini.wordpress.com/)

Secara ilmiah, reaksi pembentukan dan penguraian ozon terjadi secara

seimbang terus menerus selama berabad-abad. Bertambahnya zat perusak ozon

atau Ozone Depleting Subtances (ODS) semisal Cl mengubah kesetimbangan

reaksi yang terjadi, sehingga laju penguraian ozon lebih cepat dibandingkan laju

pembentukannya. Hal ini menyebabkan menurunnya konsentrasi lapisan ozon di

atmosfer.

Menurut hasil penelitian, satu atom Cl dapat menguraikan sampai 100.000

senyawa ozon dan bertahan sampai 50 tahun di atmosfer. Zat-zat perusak ozon

Page 19: Bab i, Bab II, Bab III, Bab IV, Bab v, Bab Vi, Daftar Pustaka

19

(ODS) utama yang bertanggung jawab terhadap perusakan ozon antara lain CFC,

Halon (digunakan dalam cairan pemadam kebakaran), dan Dinitrogen dioksida.

Peristiwa kerusakan lapisan ozon ini menyebabkan suhu permukaan bumi dan

trofosfir meningkat (lihat gambar 2.6).

Gambar 2.6 Proses Kerusakan Ozon

(sumber: http://school-press.com/sman3sukabumi/files/2010/01/efek-rumah-

kaca.jpg)

BAB III

BADAN METEOROLOGI DAN GEOFISIKA (BMG) WILAYAH II

CIPUTAT

A. Sejarah BMG

Page 20: Bab i, Bab II, Bab III, Bab IV, Bab v, Bab Vi, Daftar Pustaka

20

Riset cuaca dan geofisika pada tahun 1866 diresmikan oleh pemerintah

Hindia Belanda menjadi instansi pemerintah dengan nama Magnetisch en

Meteorologisch Observatorium atau Observatorium Magnetik dan Meteorologi

yang dipimpin oleh Dr. Bergsma.

Pada tahun 1879, sebanyak 74 stasiun pengamatan jaringan penakar hujan

dibangun di Jawa. Pengamatan gempa bumi dimulai pada tahun 1908 dengan

pemasangan komponen horizontal Seismograf Wiechert di Jakarta, sedangkan

pemasangan komponen vertikal dilaksanakan pada tahun 1928.

Pada tahun 1950 Indonesia secara resmi masuk sebagai anggota Organisasi

Meteorologi Dunia (World Meteorological Organization atau WMO) dan Kepala

Jawatan Meteorologi dan Geofisika menjadi Permanent Representative of

Indonesia with WMO. Pada tahun 1955 Jawatan Meteorologi dan Geofisika

diubah menjadi Lembaga Meteorologi dan Geofisika di bawah Departemen

Perhubungan, pada tahun 1960 namanya dikembalikan menjadi Jawatan

Meteorologi dan Geofisika dibawah Departemen Perhubungan Udara. Pada tahun

1965, namanya diubah menjadi Direktorat Meteorologi dan Geofisika,

kedudukannya tetap dibawah Departemen Perhubungan Udara.

Pada tahun 1972, Direktorat Meteorologi dan Geofisika diganti namanya

menjadi Pusat Meteorologi dan Geofisika, suatu instansi setingkat eselon II

dibawah Departemen Perhubungan, dan pada tahun 1980 statusnya dinaikan

menjadi suatu instansi setingkat eselon I dengan nama Badan Meteorologi dan

Geofisika, tetap berada dibawah Departemen Perhubungan. Terakhir pada tahun

2002, dengan keputusan Presiden RI Nomor 46 dan 48 tahun 2002, struktur

organisasinya diubah menjadi Lembaga Pemerintah Non Departemen (LPND)

dengan nama tetap Badan Meteorologi dan Geofisika.

B. Tugas dan Fungsi BMG

Berdasarkan keputusan Kepala Badan Meteorologi dan Geofisika Nomor:

KEP 001 Tahun 2004 tanggal 5 Oktober 2004, tugas dan fungsi BMG adalah

sebagai beikut :

Page 21: Bab i, Bab II, Bab III, Bab IV, Bab v, Bab Vi, Daftar Pustaka

21

1. Tugas

Melaksanakan tugas kepemerintahan dibidang Meteorologi dan Geofisika,

klimatologi dan kualitas udara, serta geofisika sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan yang berlaku.

2. Fungsi

a. Pengkajian dan penyusunan kebijakan nasional dibidang Meteorologi,

Klimatologi, Kualitas Udara dan Geofisika.

b. Koordinasi kegiatan fungsional dibidang Meteorologi, Klimatologi, Kualitas

Udara dan Geofisika.

c. Fasilitas dan pembinaan terhadap kegiatan instansi pemerintah dan swasta

dibidang Meteorologi, Klimatologi, Kualitas Udara dan Geofisika.

d. Penyelengaraan pengamatan, pengumpulan dan penyebaran, pengolahan dan

analisis serta pelayanan dibidang Meteorologi, Klimatologi, Kualitas Udara

dan Geofisika.

e. Penyelenggaraan kegiatan kerjasama dibidang Meteorologi, Klimatologi,

Kualitas Udara dan Geofisika.

C. Stuktur Organisasi BBMG Wilayah II

BBMG Wilayah II adalah salah satu pembagian wilayah dari Badan

Meteorologi dan Geofisika. Adapun struktur organisasi BBMG wilayah II terdiri

dari seorang kepala yang membawahi Bidang Observasi, Bidang Data dan

Informasi, dan kelompok jabatan fungsional, serta bagian tata usaha. Secara

keseluruhan struktur organisasi BBMG wilayah II dapat dilihat pada gambar 3.1

dibawah ini :

Page 22: Bab i, Bab II, Bab III, Bab IV, Bab v, Bab Vi, Daftar Pustaka

22

Gambar 3.1 Struktur Organisasi BBMG Wilayah II

( Sumber: Data Primer)

Keterangan :

Page 23: Bab i, Bab II, Bab III, Bab IV, Bab v, Bab Vi, Daftar Pustaka

23

1. BBMG Wilayah II bertanggung jawab kepada BMG pusat.

2. BBMG Wilayah II terdiri dari tiga bidang, antara lain Bagian Tata Usaha,

Bidang Observasi, Bidang Data dan Informasi, dan satu Kelompok Jabatan

fungsional.

3. Bagian Tata Usaha terdiri dari Subbagian Keuangan dan Perlengkapan, dan

Subbagian Persuratan dan Kepegawaian. Masing-masing subbagian

bertanggung jawab kepada bagian Tata Usaha.

4. Bidang Observasi terdiri dari Subbidang Pengumpulan dan Penyebaran, dan

Subbidang Instrumentasi dan Kalibrasi. Masing-masing subbidang

bertanggung jawab kepada Bidang Observasi.

5. Bidang Data dan Informasi terdiri dari Subbidang Manajemen Data dan

Subbidang Pelayanan Jasa. Masing-masing subbidang bertanggung jawab

kepada Bidang Data dan Informasi.

6. Kelompok Jabatan Fungsional bertanggung jawab kepada kepala BBMG

Wilayah II.

BAB IV

Page 24: Bab i, Bab II, Bab III, Bab IV, Bab v, Bab Vi, Daftar Pustaka

24

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Tempat kegiatan praktek kerja lapangan (PKL) dalam penulis ini adalah

Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG) Wilayah II Ciputat, yang beralamat di

Jl. H. Abdulgani No. 5 Kp. Bulak, Cempaka Putih, Ciputat, kegiatan ini

dilaksanakan pada tanggal 5 – 30 Juli 2010.

B. Metode Penelitian

Metode penelitian yang penulis gunakan adalah studi literatur dengan

menganalisis data suhu udara rata-rata dan jumlah curah hujan di wilayah Bogor

selama periode sembilan tahun (2001 – 2009). Data tersebut diperoleh dari

laporan klimatologi kota Bogor Badan Meteorologi dan Geofisika Wilayah II

Ciputat.

C. Data Penelitian (Sumber) dan Metode Pengumpulan Data

1. Data yang dibutuhkan dalam pelaksanaan penelitian ini adalah:

a. Data suhu udara wilayah Bogor selama sembilan tahun (2001 – 2009)

b. Data curah hujan wilayah Bogor selama sembilan tahun (2001 – 2009)

c. Data monitoring cuaca wilayang Bogor

d. Data lain yang mendukung penelitian ini.

2. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penyusunan laporan

penelitian ini antara lain:

a. Metode Studi Pustaka

Dengan metode studi pustaka penulis mengumpulkan, memilih dan

menganalisis beberapa sumber bacaan yang berkaitan dengan masalah suhu

udara dan curah hujan.

b. Metode Dokumentasi

Page 25: Bab i, Bab II, Bab III, Bab IV, Bab v, Bab Vi, Daftar Pustaka

25

Dengan metode dokumentasi penulis mengumpulkan data dari data

Klimatologi stasiun Darmaga Bogor Balai Besar Meteorologi dan Geofisika

Wilayah II Ciputat. Adapun data yang diambil adalah suhu udara dan curah

hujan bulanan dari tahun 2001 sampai tahun 2009.

D. Metode Analisis Data

Analisis data adalah suatu langkah yang paling menentukan dalam suatu

penelitian karena analisis data berfungsi untuk menyimpulkan hasil penelitian.

Analisis data digunakan untuk mengetahui korelasi antara suhu udara dan pola

curah hujan di wilayah Bogor.

a. Suhu Udara

Suhu udara yang diamati dalam penelitian ini adalah suhu udara rata-rata,

rata-rata maksimum, dan rata-rata minimum setiap tahunnya di wilayah Bogor

selama sembilan tahun (2001 – 2009). Suhu udara (rata-rata, maksimum, dan

minimum) pertahun dan dibuat grafik untuk mengetahui kecendrungan apakah

setiap tahun suhu udara (rata-rata, maksimum, dan minimum) mengalami

peningkatan atau penurunan, dibandingkan dengan jumlah dan ukuran lubang

ozon pertahun, ini untuk mengetahui apakah ukuran lubang ozon berpengaruh

terhadap meningkatnya suhu udara di wilayah Bogor.

b. Jumlah curah hujan

Curah hujan yang diamati dalam penelitian ini adalah jumlah curah hujan

rata-rata pertahun selama sembillan tahun terahir (2001 – 2009). Jumlah curah

hujan setiap tahunnya dijumlahkan dan dibuat grafik untuk melihat

kecendrungannya. Kemudian dibandingkan dengan suhu udara untuk melihat

apakah ada korelasi antara suhu udara dengan pola curah hujan.

E. Prosedur Pengolahan Data

Prosedur pengolahan data pada penelitan ini dengan menggunakan dengan

menggunakan program Microsoft office exel.

Suhu udara setiap tahunnya dicari nilai rata-rata, dengan rumus:

Page 26: Bab i, Bab II, Bab III, Bab IV, Bab v, Bab Vi, Daftar Pustaka

26

T rt=∑ T rb

N

Keterangan:

Trt = suhu udara rata-rata pertahun

∑ Trb = jumlah suhu udara rata-rata perbulan dalam 1 tahun

N = jumlah bulan 1 tahun

Kemudian dibuat diagram untuk mengetahui mengetahui perubahan suhu

udara rata-rata pertahunnya. Curah hujan setiap tahunnya dijumlah dan dicari nilai

rata-rata, dengan rumus:

Rrt=∑ R rb

N

Keterangan:

Rrt = jumlah rata-rata curah hujan pertahun

∑ Rrb = jumlah rata-rata curah hujan sebulan selama 1 tahun

N = jumlah bulan 1 tahun

Setelah nilainya didapat, dibuat diagram pengaruh suhu udara rata-rata

terhadap jumlah curah hujan, untuk mengetahui pengaruh suhu udara rata-rata

terhadap jumlah curah hujan, dan seberapa besar pengaruhnya.

BAB V

Page 27: Bab i, Bab II, Bab III, Bab IV, Bab v, Bab Vi, Daftar Pustaka

27

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Pada bab ini, diuraikan secara rinci hasil penelitian sebagai jawaban atas

rumusan masalah yang tertera pada bab I. Beberapa hal yang akan diuraikan

meliputi: (1) data suhu udara rata-rata, suhu maksimum, (2) data curah hujan

pertahun, (3) data ukuran lubang ozon, (4) data pengaruh suhu udara rata-rata

terhadap jumlah curah hujan pertahun, dan (5) data pengaruh lubang ozon

terhadap suhu udara rata-rata selama periode sembilan tahun (2001 – 2009).

Untuk mengetahui apakah suhu udara mempengaruhi pola curah hujan di

wilayah Bogor, terlebih dahulu data suhu udara rata-rata perbulan selama satu

tahun dijumlahkan dan dicari rata-ratanya pertahun.

T rt=∑ T rb

N

Keterangan:

Trt = suhu udara rata-rata pertahun

∑ Trb = jumlah suhu udara rata-rata perbulan dalam 1 tahun

N = jumlah bulan 1 tahun

Setelah diketahui suhu udara rata-rata pertahun, kemudian dibuat diagram

suhu udara rata-rata setiap tahunnya untuk melihat perbedaan antara satu tahun

dengan tahun lainnya, juga untuk mengetahui pada tahun manakah suhu udara

paling tinggi atau paling rendah dan pada tahun berapa suhu udara mengalami

kenaikan paling tinggi atau sebaliknya.

Demikian pula dengan jumlah curah hujan rata-rata, setelah diperoleh jumlah

curah hujan rata-rata per tahun, dengan cara menjumlahkan curah hujan rata-rata

perbulan selama satu tahun dibagi dengan jumlah bulan selama satu tahun,

Rrt=∑ R rb

N

Page 28: Bab i, Bab II, Bab III, Bab IV, Bab v, Bab Vi, Daftar Pustaka

28

Keterangan:

Rrt = jumlah rata-rata curah hujan pertahun

∑ Rrb = jumlah rata-rata curah hujan sebulan selama 1 tahun

N = jumlah bulan 1 tahun

Kemudian dibuat diagram untuk mengetahui perbedaan jumlah rata-rata

curah hujan per tahun dan untuk mengetahui pada tahun berapa jumlah rata-rata

curah hujan paling tinggi atau sebaliknya.

Diagram pengaruh suhu udara terhadap pola curah hujan di wilayah Bogor

dibuat untuk mengetahui seberapa besar pengaruh kenaikan suhu udara terhadap

kenaikan jumlah curah hujan. Data ukuran lubang ozon juga diperlukan untuk

mengetahui apakah menipisnya lapisan ozon mempengaruhi suhu udara di

wilayah Bogor.

Tabel 5.1 Data Klimatologi Darmaga Bogor Tahun 2001

Page 29: Bab i, Bab II, Bab III, Bab IV, Bab v, Bab Vi, Daftar Pustaka

29

No BulanJumlah & Rata²

Suhu °C Curah Hujan (RR)Rata² Max Min Mm

1 2 3 4

1 JanuariJumlah 786.4 940.9 708.9 382.6Rata² 25.4 30.2 22.9

2 FebruariJumlah 694.7 811.9 630.3 352.1Rata² 24.8 28.8 22.5

3 MaretJumlah 788.5 924.1 706.2 276.3Rata² 25.4 30.6 22.8

4 AprilJumlah 770.6 951.7 690.6 363.9Rata² 25.7 31.6 23

5 MeiJumlah 812.6 986.4 717.7 334.5Rata² 26.2 31.7 23.2

6 JuniJumlah 757.8 935.5 663.7 340.4Rata² 25.3 31 22.1

7 JuliJumlah 777.6 967.9 684.2 365.8Rata² 25.1 31.1 22.1

8 AgustusJumlah 795.2 993.8 680.2 142.3Rata² 25.7 31.9 21.9

9 SeptemberJumlah 770.9 961.7 671.8 444.7Rata² 25.7 31.9 22.4

10 OktoberJumlah 797.9 967 708.7 307.2Rata² 25.7 31 22.9

11 NovemberJumlah 770.5 926.4 690.4 304.1Rata² 25.7 30.7 23

12 DesemberJumlah 800.7 970.8 686.8 69.6Rata² 25.8 31.3 22.2

Suhu Rata² Per Tahun: 25.54    

Suhu Udara Maksimum Rata² Per Tahun: 30.98    Suhu Udara Minimum Rata² Per Tahun: 22.58    Rata² Jumlah Curah Hujan Per Tahun: 306.96    

Tabel 5.2 Data Klimatologi Darmaga Bogor Tahun 2002

No Bulan Jumlah & Rata²

Suhu °C Curah Hujan (RR)Rata² Max Min Mm

Page 30: Bab i, Bab II, Bab III, Bab IV, Bab v, Bab Vi, Daftar Pustaka

30

1 2 3 4

1 JanuariJumlah 785.4 916.7 718.1 628.9Rata² 25.3 29.4 23.2

2 FebruariJumlah 695.9 794.9 636.5 475.3Rata² 24.9 28.4 22.7

3 MaretJumlah 799.8 976.8 719 414.2Rata² 25.8 31.3 23.2

4 AprilJumlah 756.9 894.5 729 331.2Rata² 25.2 29.8 24.3

5 MeiJumlah 815.7 983.8 720.3 247.2Rata² 26.3 31.7 23.2

6 JuniJumlah 772.7 947.9 674.9 345.4Rata² 25.8 31.6 22.5

7 JuliJumlah 774.1 969.8 696.4 312.5Rata² 26 31.3 22.5

8 AgustusJumlah 789.7 992.7 665.6 128.2Rata² 25.5 32 21.5

9 SeptemberJumlah 781.3 991.9 659.9 118.4Rata² 26 33.1 22

10 OktoberJumlah 813.1 1033.9 685.8 297.7Rata² 26.2 33.4 22.1

11 NovemberJumlah 786.7 969.9 694.9 415.7Rata² 26.2 32.3 23.2

12 DesemberJumlah 797.4 997.7 697.8 346.8Rata² 25.7 32.2 22.5

Suhu Rata² Per Tahun: 25.75    Suhu Udara Maksimum Rata² Per Tahun: 31.38    Suhu Udara Minimum Rata² Per Tahun: 22.74    Rata² Jumlah Curah Hujan Per Tahun: 338.46    

Tabel 5.3 Data Klimatologi Darmaga Bogor Tahun 2003

No BulanJumlah & Rata²

Suhu °C Curah Hujan (RR)Rata² Max Min Mm

1 2 3 41 Januari Jumlah 807.1 987 669.9 211.7

Page 31: Bab i, Bab II, Bab III, Bab IV, Bab v, Bab Vi, Daftar Pustaka

31

Rata² 26 31.8 21.6

2 FebruariJumlah 707.7 837.6 637.6 555.5Rata² 25.3 29.9 22.8

3 MaretJumlah 797.3 965.2 716.5 470.8Rata² 25.7 31.1 23.1

4 AprilJumlah 791.2 962.8 703.1 308.7Rata² 26.4 32.1 23.4

5 MeiJumlah 810.8 991.2 710.6 500.9Rata² 26.2 32 22.9

6 JuniJumlah 772.1 948.5 650.1 179.6Rata² 25.7 31.6 21.7

7 JuliJumlah 805.3 1016 768.4 245.9Rata² 26.8 33.9 25.6

8 AgustusJumlah 805.5 1017.3 659.5 91.3Rata² 28 32.6 21.6

9 SeptemberJumlah 773.7 963.6 652 270Rata² 25.8 32.1 21.7

10 OktoberJumlah 800.4 989.7 695.8 552.3Rata² 25.8 31.9 22.4

11 NovemberJumlah 781.8 949.4 681.9 326.1Rata² 26.1 31.6 22.7

12 DesemberJumlah 786.2 929.7 694.4 397.9Rata² 25.4 30 22.4

Suhu Rata² Per Tahun: 26.10    

Suhu Udara Maksimum Rata² Per Tahun: 31.71    Suhu Udara Minimum Rata² Per Tahun: 22.66    Rata² Jumlah Curah Hujan Per Tahun: 342.56    

Tabel 5.4 Data Klimatologi Darmaga Bogor Tahun 2004

No BulanJumlah & Rata²

Suhu °C Curah Hujan (RR)Rata² Max Min Mm

1 2 3 4

1 JanuariJumlah 795.1 957.4 697 403.7Rata² 25.6 30.9 22.5

2 Februari Jumlah 732.8 877.5 664.4 327.2

Page 32: Bab i, Bab II, Bab III, Bab IV, Bab v, Bab Vi, Daftar Pustaka

32

Rata² 25.3 30.3 22.9

3 MaretJumlah 800 986.7 713.9 431.5Rata² 25.8 31.8 23

4 AprilJumlah 789.5 978.8 695.32 639.8Rata² 26.3 32.6 23.2

5 MeiJumlah 807.6 1004.1 716.9 373.6Rata² 26.1 32.4 23.1

6 JuniJumlah 761.6 956.4 649.8 169.3Rata² 25.4 31.9 21.7

7 JuliJumlah 791.4 982.4 688.2 208.6Rata² 25.5 31.7 22.2

8 AgustusJumlah 797.9 974.1 664.9 166Rata² 25.7 32.5 21.4

9 SeptemberJumlah 774 975.2 6698.2 391.5Rata² 25.8 32.5 22.3

10 OktoberJumlah 814 1026.7 694.3 277.3Rata² 26.3 33.1 22.4

11 NovemberJumlah 784.4 960.9 782.8 400.8Rata² 26.1 32 26.1

12 DesemberJumlah 799.4 953 715.2 431.7Rata² 25.8 30.7 23.1

Suhu Rata² Per Tahun: 25.81    Suhu Udara Maksimum Rata² Per Tahun: 31.87    Suhu Udara Minimum Rata² Per Tahun: 22.83    Rata² Jumlah Curah Hujan Per Tahun: 351.75    

Tabel 5.5 Data Klimatologi Darmaga Bogor Tahun 2005

No BulanJumlah & Rata²

Suhu °C Curah Hujan (RR)Rata² Max Min Mm

1 2 3 4

1 JanuariJumlah 781.9 921.8 711.6 536.5Rata² 25.2 29.7 23

2 FebruariJumlah 711.1 863.7 644 580.4Rata² 25.4 308 23

3 Maret Jumlah 806.1 970.9 720 679.6

Page 33: Bab i, Bab II, Bab III, Bab IV, Bab v, Bab Vi, Daftar Pustaka

33

Rata² 26 31.3 23.2

4 AprilJumlah 785.2 957.1 673.5 307.7Rata² 26.2 31.9 23.2

5 MeiJumlah 819.3 988.3 704 428.9Rata² 26.4 31.9 23.5

6 JuniJumlah 776 941.5 689.4 682Rata² 25.9 31.4 23

7 JuliJumlah 795.1 971.9 671.5 215.4Rata² 25.6 31.4 21.7

8 AgustusJumlah 796.2 979.4 663.5 153.2Rata² 25.7 31.6 21.4

9 SeptemberJumlah 783.7 969.4 658.9 319.9Rata² 26.1 32.3 22

10 OktoberJumlah 807.3 997.6 703.2 350.9Rata² 26.4 32.2 22.7

11 NovemberJumlah 774.9 949.2 686.3 422.9Rata² 25.8 31.6 22.9

12 DesemberJumlah 790.9 943.2 708.6 251.5Rata² 25.5 30.4 22.9

Suhu Rata² Per Tahun: 25.85    Suhu Udara Maksimum Rata² Per Tahun: 31.38    Suhu Udara Minimum Rata² Per Tahun: 22.71    Rata² Jumlah Curah Hujan Per Tahun: 410.74    

Tabel 5.6 Data Klimatologi Darmaga Bogor Tahun 2006

No BulanJumlah & Rata²

Suhu °C Curah Hujan (RR)Rata² Max Min Mm

1 2 3 4

1 JanuariJumlah 779.9 924.4 710.3 639.8Rata² 25.2 29.8 22.9

2 FebruariJumlah 713 865 639 434.2Rata² 25.5 30.9 22.8

3 MaretJumlah 801 958.4 710.7 138.3Rata² 25.8 30.9 22.9

4 April Jumlah 775.3 947.4 690.1 163.9

Page 34: Bab i, Bab II, Bab III, Bab IV, Bab v, Bab Vi, Daftar Pustaka

34

Rata² 25.8 31.6 23

5 MeiJumlah 806.2 976.6 701 323.7Rata² 26 31.5 22.6

6 JuniJumlah 770.5 946 660.6 173.1Rata² 25.7 31.5 22

7 JuliJumlah 807.7 991.4 688.6 31.2Rata² 26.1 32 22.2

8 AgustusJumlah 782.5 993.3 639.8 191.2Rata² 25.2 32 20.6 \

9 SeptemberJumlah 776 1008 623.9 25.7Rata² 25.9 33.6 20.8

10 OktoberJumlah 826.6 1058 684.3 152Rata² 26.7 34.1 22.1

11 NovemberJumlah 792.3 990.8 684 355.1Rata² 26.4 33 22.8

12 DesemberJumlah 808.6 976.5 720.1 362.5Rata² 26.1 31.5 23.2

Suhu Rata² Per Tahun: 25.87    Suhu Udara Maksimum Rata² Per Tahun: 31.87    Suhu Udara Minimum Rata² Per Tahun: 22.33    Rata² Jumlah Curah Hujan Per Tahun: 249.23    

Tabel 5.7 Data Klimatologi Darmaga Bogor Tahun 2007

No BulanJumlah & Rata²

Suhu °C Curah Hujan (RR)Rata² Max Min Mm

1 2 3 4

1 JanuariJumlah 811.6 983.4 693.7 372.8Rata² 26.2 31.7 22.4

2 FebruariJumlah 701.6 832.4 633 438.2Rata² 29.7 29.7 22.6

3 MaretJumlah 794.7 950.5 710.1 276.4Rata² 25.6 30.7 22.9

4 AprilJumlah 772.7 946.5 688.1 472.7Rata² 25.8 31.6 22.9

5 Mei Jumlah 805 985.5 709.6 198.3

Page 35: Bab i, Bab II, Bab III, Bab IV, Bab v, Bab Vi, Daftar Pustaka

35

Rata² 26 31.8 22.9

6 JuniJumlah 767.8 941 668.9 273.5Rata² 25.6 31.4 22.3

7 JuliJumlah 794.1 984 674.6 133.9Rata² 25.6 31.7 21.8

8 AgustusJumlah 787.3 990 661.7 247.9Rata² 25.4 31.9 21.3

9 SeptemberJumlah 778.9 979.1 646.8 205.9Rata² 26 31.6 21.6

10 OktoberJumlah 804.9 1013.6 690.4 235.5Rata² 26 32.7 22.3

11 NovemberJumlah 776.3 960.4 664.1 444Rata² 25.9 32 22.1

12 DesemberJumlah 783.9 929.4 694.1 476Rata² 25.3 30 22.4

Suhu Rata² Per Tahun: 26.09    Suhu Udara Maksimum Rata² Per Tahun: 31.40    Suhu Udara Minimum Rata² Per Tahun: 31.40    Rata² Jumlah Curah Hujan Per Tahun: 314.59    

Tabel 5.8 Data Klimatologi Darmaga Bogor Tahun 2008

No BulanJumlah & Rata²

Suhu °C Curah Hujan (RR)Rata² Max Min Mm

1 2 3 4

1 JanuariJumlah 795.5 962.9 684.1 250.8Rata² 25.7 31.1 22.1

2 FebruariJumlah 708.8 814.7 640.8 376.9Rata² 24.4 28.1 22.1

3 MaretJumlah 776.8 957.7 684.1 672.6Rata² 25.1 30.9 22

4 AprilJumlah 766.5 943.8 667.4 527Rata² 25.6 31.5 22.2

5 MeiJumlah 800.5 984.1 679.8 277.1Rata² 25.8 31.7 21.9

6 Juni Jumlah 767.3 943.9 652.9 171.5

Page 36: Bab i, Bab II, Bab III, Bab IV, Bab v, Bab Vi, Daftar Pustaka

36

Rata² 25.6 31.5 21.8  

7 JuliJumlah 782.5 991.7 684.1 250.8Rata² 25.2 32 20.6  

8 AgustusJumlah 792.2 982.2 651.9 195.7Rata² 25.6 31.7 21.7  

9 SeptemberJumlah 778.4 982.6 649.6 343Rata² 25.9 32.8 21.7  

10 OktoberJumlah 799.4 996.7 682.5 311.3Rata² 25.8 32.2 22

11 NovemberJumlah 774.4 939.7 675.6 509Rata² 25.8 31.3 22.5

12 DesemberJumlah 790.3 945.3 684.4 254.7Rata² 25.5 30.5 22.4  

Suhu Rata² Per Tahun: 25.50    Suhu Udara Maksimum Rata² Per Tahun: 31.28    Suhu Udara Minimum Rata² Per Tahun: 21.92    Rata² Jumlah Curah Hujan Per Tahun: 345.03    

Tabel 5.9 Data Klimatologi Darmaga Bogor Tahun 2009

No BulanJumlah & Rata²

Suhu °C Curah Hujan (RR)Rata² Max Min Mm

1 2 3 4

1 JanuariJumlah 776.0 906.8 683.0 360Rata² 25.0 29.3 22.0  

2 FebruariJumlah 703.4 827.6 620.1 305.3Rata² 26.6 31.8 23.6

3 MaretJumlah 800.4 992.4 674.4 261Rata² 25.8 32.0 21.8  

4 AprilJumlah 786.7 963.2 679.4 259.9Rata² 26.2 32.1 22.6  

5 MeiJumlah 807.8 984.1 707.4 507.6Rata² 26.1 31.7 22.8  

6 JuniJumlah 782.5 955.3 684.8 338.1Rata² 26.1 31.8 22.8

7 Juli Jumlah 800.3 995.7 687.9 131.1

Page 37: Bab i, Bab II, Bab III, Bab IV, Bab v, Bab Vi, Daftar Pustaka

37

Rata² 25.8 32.1 21.9

8 AgustusJumlah 813.8 1018.5 682.9 33.1Rata² 26.3 32.9 22.0  

9 SeptemberJumlah 799.3 1011.2 676.7 156.8Rata² 26.6 33.7 22.6

10 OktoberJumlah 807.3 1011.2 704.1 415.8Rata² 26 32.6 22.7  

11 NovemberJumlah 787.6 953.4 695.7 407Rata² 26.3 31.8 23.2  

12 DesemberJumlah 807.9 986.8 709.8 258.2Rata² 26.1 31.8 22.9  

Suhu Rata² Per Tahun: 26.08    Suhu Udara Maksimum Rata² Per Tahun: 31.97    Suhu Udara Minimum Rata² Per Tahun: 22.58    Rata² Jumlah Curah Hujan Per Tahun: 286.17    

Diagram 5.1 Suhu Udara Rata-rata Per Tahun

2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 200925.00

25.20

25.40

25.60

25.80

26.00

26.20

25.5425.75

26.10

25.81 25.85 25.8726.09

25.50

26.08

Suhu Udara Rata-rata Per Tahun

Tahun

Suhu

Uda

ra R

ata-

rata

(°C

)

Page 38: Bab i, Bab II, Bab III, Bab IV, Bab v, Bab Vi, Daftar Pustaka

38

Selama periode tiga tahun (2001 – 2003), suhu udara mengalami peningkatan.

Tahun 2003 suhu udara rata-rata mencapai 26,10 oC, sekaligus menjadi tahun

yang memiliki suhu udara rata-rata paling tinggi. Tahun 2008 adalah tahun yang

memiliki suhu udara rata-rata terendah diantara tahun-tahun yang lain. Menurun

dari tahun sebelumnya 26,09 oC menjadi 25,50 oC. Keadaan suhu udara rata-rata

ini hampir sama pada tahun 2001 yaitu 25,54 oC hanya berbeda 0,04 oC.

Diagram 5.2 Suhu Udara Maksimum Rata-rata Per Tahun

2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 200930.40

30.60

30.80

31.00

31.20

31.40

31.60

31.80

32.00

30.98

31.3831.71

31.87

31.38

31.87

31.40 31.28

31.97

Suhu Udara Maksimum Rata-rata Per Tahun

Temperatur Udara Maksimum Rata-rata Per Tahun

Tahun

Suhu

Mak

sim

um R

ata-

rata

(°C

)

Page 39: Bab i, Bab II, Bab III, Bab IV, Bab v, Bab Vi, Daftar Pustaka

39

Selama periode sembilan tahun (2001 – 2009) dapat dilihat suhu maksimum

rata-rata dari tahun 2001 hingga tahun 2004 suhu udara terus meningkat. Dari

tahun 2001 suhu udara maksimum rata-ratanya adalah 30,98 oC, dan pada tahun

2004 suhu udara rata-ratanya adalah 31,87 oC. Pada tahun 2005 suhu udaranya

31,38 oC, menurun 0,49 oC dari tahun sebelumnya, dan tahun 2006 kembali

meningkat lagi, yaitu 31,87.

Suhu udara maksimum rata-rata pada tahun 2004 dan tahun 2006 mempunyai

nilai yang sama, yaitu 31,87 oC. Dan pada tahun 2009 adalah tahun yang

memilliki suhu maksimum rata-rata yang paling tinggi, yaitu 31,97 oC dimana

pada tahun sebelumnya hanya mencapai 31,28 oC.

Diagram 5.3 Jumlah Curah Hujan Per Tahun

Page 40: Bab i, Bab II, Bab III, Bab IV, Bab v, Bab Vi, Daftar Pustaka

40

2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009

0.0050.00

100.00150.00200.00250.00300.00350.00400.00450.00

306.96338.46

325.50

351.75410.74

249.23 314.59 345.03286.17

Jumlah Curah Hujan Per Tahun

Jumlah Curah Hujan Per Tahun

Tahun

Jum

lah

Cur

ah H

ujan

(mm

)

Berdasarkan klasifikasi hujan (tabel 2.3 hal 11), dapat didefinisikan jumlah

curah hujan rata-rata pada tahun 2001 hingga tahun 2004, curah hujan termasuk

sedang. Pada tahun 2005 jumlah curah hujan rata-rata mencapai 410,74 mm

merupakan curah hujan yang lebat.

Tahun 2006 terjadi penurunan jumlah curah hujan rata-rata yang cukup

drastis, menurun sebesar 161,51 mm dari tahun sebelumnya, yaitu 249,23 mm.

Tahun ini adalah tahun yang memiliki jumlah curah hujan rata-ratanya paling

rendah dibandingkan tahun yang lain, dan termasuk klasifikasi hujan ringan

karena masih kurang dari 250 mm.

Diagram 5.4 Pengaruh Kenaikan Suhu Udara Rata-rata Terhadap Jumlah Curah

Hujan

Page 41: Bab i, Bab II, Bab III, Bab IV, Bab v, Bab Vi, Daftar Pustaka

41

249.23 286.17 306.96 314.59 342.56 338.46 345.03 351.75 410.74

25.1

25.3

25.5

25.7

25.9

26.125.87

26.08

25.54

26.09 26.10

25.75

25.50

25.81 25.85

Pengaruh kenaikan suhu rata-rata terhadap jumlah curah hujan

Pengaruh kenaikan suhu terhadap perubahan curah hujan

Jumlah Curah Hujan (mm)

Suhu

Uda

ra R

ata-

rata

Per

Tah

un (°

C)

Dari diagram di atas, dapat diketahui bahwa kenaikan suhu udara rata-rata

mempengaruhi jumlah curah hujan di wilayah Bogor, walaupun pengaruh

kenaikan suhu udara rata-rata ini tidak terlalu signifikan.

Jumlah curah hujan yang paling tinggi adalah 410,74 mm dengan suhu udara

rata-rata 25,85 oC, yaitu pada tahun 2005. Dan jumlah curah hujan yang paling

rendah adalah 249,23 mm dengan suhu udara rata-rata 25,87 oC yaitu pada tahun

2006.

Pada tahun 2008, jumlah curah hujan tidak terlalu dipengaruhi oleh kenaikan

suhu udara rata-rata. Jumlah curah hujan 345,03 mm sedangkan suhu udara rata-

rata hanya 25,50 oC.

Tabel 5.10 Ukuran Lubang Ozon dan Suhu Udara Rata-rata Per Tahun

Page 42: Bab i, Bab II, Bab III, Bab IV, Bab v, Bab Vi, Daftar Pustaka

42

TahunUkuran Lubang Ozon (Juta Km²)

Suhu Udara Rata-rata Per Tahun

2001 28.3 25.54

2002 23 25.75

2003 29 26.10

2004 28 25.81

2005 29 25.85

2006 29 25.87

2007 25 26.09

2008 27 25.50

2009 24.3 26.08

Diagram 5.5 Ukuran Lubang Ozon Per Tahun

2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 20090

5

10

15

20

25

30

28.323

29 28 29 2925 27

24.3

Ukuran Lubang Ozon Per Tahun

Ukuran Lubang Ozon Per Tahun

Tahun

Uku

ran

Lub

ang

Ozo

n (J

uta

km²)

Dilihat dari diagram, ukuran lubang ozon dalam kurun waktu sembilan tahun

(2001 – 2009) tahun 2002 merupakan tahun yang memiliki ukuran lubang ozon

yang paling kecil. Tahun 2003, 2005, dan 2006 memiliki ukuran lubang ozon

yang sama yaitu 29 juta km2. Pada tahun 2005 ukuran lubang ozon menyempit

hingga ukuran 25 juta km2, dan pada tahun selanjutnya ukuran lubang ozon meluas

lagi.

Page 43: Bab i, Bab II, Bab III, Bab IV, Bab v, Bab Vi, Daftar Pustaka

43

Tahun 2003, 2005, dan 2006 adalah tahun yang memiliki ukuran lubang ozon

yang paling besar selama periode sembilan tahun (2001 – 2009) dengan ukuran

yang sama yaitu 29 juta km2.

Diagram 5.6 Pengaruh Menipisnya Lapisan Ozon Terhadap Suhu Udara Rata-rata

23 24.3 25 27 28 28.3 29 29 2925.125.225.325.425.525.625.725.825.9

2626.1

25.75

26.08 26.09

25.5

25.81

25.54

26.1

25.87 25.85

Pengaruh Menipisnya Lapisan Ozon Terhadap Suhu Udara Rata-rata

Pengaruh Menipisnya Lapisan Ozon Terhadap Suhu Udara

Ukuran Lubang Ozon Pertahun (Juta km²)

Suhu

Uda

ra R

ata-

raa

Per

tahu

n (°

C)

Diagram pengaruh menipisnya lapisan ozon terhadap suhu udara rata-rata,

menunjukan bahwa lubang ozon tidak terlalu mempengaruhi suhu udara rata-rata

yang ada di wilayah Bogor. Ini dapat dilihat ukuran lubang ozon pada tahun 2003,

2005 dan 2006, dengan ukuran lubang ozon yang sama, yaitu 29 juta km2 tetapi

suhunya berbeda. Pada tahun 2003 suhu udara rata-ratanya 26,10 oC, tahun 2005

suhu udara rata-ratanya 25,85 oC, dan pada tahun 2006 suhu udara rata-ratanya

25,87 oC.

B. Pembahasan

Page 44: Bab i, Bab II, Bab III, Bab IV, Bab v, Bab Vi, Daftar Pustaka

44

Pada pembahasan ini akan dijelaskan hasil dari penelitian melalui tabel dan

diagram di atas

1. Suhu Udara

Dari tabel dan diagram di atas, dapat diketahui bahwa pada tahun 2001

mencapai 25,54 0C. Sedangkan pada tahun 2002 suhu udara mencapai kenaikan

sebesar 0,16 0C. Suhu udara rata-rata paling tinggi periode sembilan tahun (2001

– 2009) pada tahun 2003 yaitu mencapai 26,10 0C.

Suhu udara maksimum rata-rata pertahun selama sembilah tahun mengalami

kenaikan dari tahun 2002 – 2004, suhu udara maksimum rata-ratanya yaitu 31,38 0C, 31,71 0C, dan 31,87 0C.

Sementara itu beranjak pada tahun 2005, suhu udara mengalami penurunan

dari tahun sebelumnya yaitu 31,38 0C. pada tahun 2006 suhu udara maksimum

rata-rata meningkat lagi.

Tahun 2009 merupakan tahun yang mencapai suhu udara maksimum rata-rata

yang paling tinggi selama periode sembilan tahun (2001 – 2009), yaitu 31,97 0C

2. Curah Hujan

Jumlah curah hujan rata-rata pada tahun 2002 juga mengalami kenaikan dari

tahun sebelumnya dari 306,96 mm menjadi 338,46 mm. Sedangkan tahun 2003

jumlah curah hujan rata-rata menurun (lihat diagram 5.3).

Pada tahun 2005 jumlah curah hujan rata-rata mencapai jumlah yang paling

tinggi yaitu 410,74 mm. Beranjak ke tahun 2006 jumlah curah hujan rata-rata

kembali menurun menjadi 249,23 mm, artinya terjadi penurunan sebesar 161,52

mm. Pada tahun 2009 suhu udara juga menurun dari tahun sebelumnya yaitu dari

345,03 mm menjadi 286,17 mm.

Pada diagram 5.4 pengaruh kenaikan suhu udara rata-rata terhadap perubahan

curah hujan, dapat dilihat bahwa ada pengaruh kenaikan suhu udara terhadap pola

curah hujan di wilayah Bogor.

Iklim merupakan salah satu dari komponen ekosistem, dengan variabel suhu,

angin, dan curah hujan. Perubahan iklim terjadi karena terjadinya perubahan pada

variabel dari iklim tersebut (Kwik Kian Gie, 2002). Sehingga meningkatnya suhu

Page 45: Bab i, Bab II, Bab III, Bab IV, Bab v, Bab Vi, Daftar Pustaka

45

bumi atau terjadinya pemanasan secara global akan mengakibatkan terjadinya

perubahan iklim secara global.

Perubahan suhu udara ini menyebabkan terjadinya perubahan curah hujan

atau perubahan distribusi curah hujan. Sehingga dari tahun ke tahun curah hujan

di wilayah Bogor cenderung meningkat.

3. Lubang Ozon

Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil penelitian NASA, ukuran lubang

ozon dari tahun 2001 mencapai ukuran 28,3 juta km2, sedangkan pada tahun 2002

lubang ozon menyempit ukurannya menjadi 23 juta km2. Selama 4 tahun

berikutnya (2003 – 2006) ukuran lubang ozon rata-rata mencapai 29 juta km2.

Pada tahun 2007 lubang ozon mengalami penurunan sebesar 4 juta km2 dari

tahun sebelumnya. Pada tahun 2008 lubang ozon melebar lagi hingga ukuran 27

juta km2, artinya meningkat 2 juta km2 dari tahun 2007. Dan pada tahun 2009

ukuran lubang ozon kembali menyempit hingga ukuran 24,3 juta km2 (lihat

diagram 5.5).

Pada tahun 2006 ukuran lubang ozon sama pada tahun 2003 dan 2005, yaitu

29 juta km2 dengan suhu udara rata-rata yang berbeda (2003 = 26,10 0C, 2005 =

25,85 0C, 2006 = 25,87 0C).

Dari data yang kita peroleh, ternyata ukuran lubang ozon tidak terlalu

berpengaruh terhadap suhu udara di wilayah Bogor, namun kenaikan suhu udara

rata-rata berpengaruh terhadap pola curah hujan di wilayah Bogor.

BAB VI

Page 46: Bab i, Bab II, Bab III, Bab IV, Bab v, Bab Vi, Daftar Pustaka

46

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari hasil pembahasan bab sebelumnya dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Pada data suhu udara rata-rata pertahun selama periode sembilan tahun

(2001 – 2009), tahun 2003 menjadi tahun yang memiliki suhu udara rata-

rata paling tinggi yaitu 26,10 0C dengan curah hujan 342,56 mm.

2. Jumlah curah hujan rata-rata yang paling tinggi adalah pada tahun 2005,

yaitu 410,74 mm dengan suhu 25,85 0C.

3. Suhu udara rata-rata berpengaruh terhadap jumlah curah hujan di wilayah

Bogor, sedangkan peningkatnya ukuran lubang ozon tidak terlalu

berpengaruh terhadap kenaikan suhu udara di wilayah Bogor. Ini dapat

dilihat dari ukuran lubang ozon pada tahun 2003, 2005, dan 2006 yang

memiliki ukuran yang sama, yaitu 29 juta km2 tetapi suhu udara rata-

ratanya berbeda.

B. Saran

Perlu adanya perhatian yang lebih untuk masyakat dan pemerintah kota

Bogor terhadap perubahan suhu udara dan curah hujan. Dan sebaiknya pemerintah

kota Bogor menggalakkan program rektrurisasi lingkungan di wilayahnya

sehingga suhu udara kembali stabil dan tidak terjadi kenaikan curah hujan yang

terlalu tinggi.

DAFTAR PUSTAKA

Page 47: Bab i, Bab II, Bab III, Bab IV, Bab v, Bab Vi, Daftar Pustaka

47

Ahmadi, Syiham, “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perbedaan Suhu Udara

(Temperatur)” artikel diakses pada tanggal 6 Agustus 2010 dari

http://www.syiham.co.cc/2010/03/faktor-faktor-yang-mempengaruhi.html.

America.gov, “Understanding the Carbon Cycle” artikel diakses pada tanggal 19

juli 2010 dari

http://www.america.gov/st/energy-english/2009/June/20090604124428adkc

ilerog0.9673578.html?CP.rss=true.

Badan Meteorologi Klimatologi Geofisika Stasiun Ahmad Yani Semarang, “Suhu

Udara”, artikel diakses pada tanggal 16 juli 2010 dari

http://www.cuacajateng.com/suhuudara.htm.

Birusoft Cipta Informatika, “Ozon Indonesia” artikel diakses pada tanggal 12 Juli

2010 dari http://www.ozon-indonesia.org/index.php?

table=ozon&view=true&no=2.

Djajadihardja, Yusuf. Pusat Pengkajian dan Penerapan Teknologi Inventarisasi

Sumber Daya Alam Deputi Bidang TPSA, BPP Teknologi. Ciputat: Badan

Meterologi dan Geofisika, 2005.

Science Daili, “Scientists Find Antarctic Ozone Hole To Recover Later Than

Expected” artikel diakses pada tanggal 19 juli 2010 dari

http://www.sciencedaily.com/releases/2006/06/060630095235.htm.

Stephen Ornes, “The Hole Story” artikel diakses pada tanggal 19 juli 2010 dari

http://discovermagazine.com/2007/feb/ozone-hole-worsening.

Surya, Yohanes, “Infeksi di lapisan ozon”, artikel diakses pada tanggal 9 juli

2010 dari http://yohanessurya.com/dowload/penilis/teknologi-13.pdf.

TIM BMG. Laporan Monitoring Cuaca Wilayah Jabotabek. Ciputat: Balai Besar

Meteorologi dan Geofisika Wilayah II, 2010.

Tjasyono, Bayong. Klimatologi. Bandung: IPB, 2004.

Page 48: Bab i, Bab II, Bab III, Bab IV, Bab v, Bab Vi, Daftar Pustaka

48

Warta Bumi, “Pemanasan Global Amat Pengaruhi Curah Hujan” artikel diakses

pada tanggal 10 juli 2010 dari

http://www.antaranews.com/berita/1267461408/pemanasan-global-amat-

pengaruhi-curah-hujan.

Wikipedia, “Hujan” diakses pada tanggal 21 Juli 2010 dari

http://id.wikipedia.org/wiki/Hujan.

Wikipedia, “Ozon” artikel diakses pada tanggal 19 juli 2010 dari

http://id.wikipedia.org/wiki/Ozon.

Wordpress, “Lapisan Ozon Menipis Picu Bencana Global terhadap Lingkungan

dan Kehidupan” artikel diakse pada tanggal 21 Juli 2010 dari

http://dieylla.wordpress.com/2007/10/15/penipisan-lapisan-ozon-dan-

kesannya/.