Upload
mhd-nasrul
View
408
Download
12
Embed Size (px)
Citation preview
BAB III METODOLOGI
3.1 RUANG LINGKUP KEGIATAN
a. Lingkup Wilayah
Secara internal Kabupaten Lebong dengan luas 273.131 Ha terdiri dari atas
13 Kecamatan, 111 Kelurahan/ Desa dan jumlah penduduk mencapai 100,7
ribu pada tahun 2011. Secara Regional kedudukan Kabupaten Lebong
sebagai salah satu Pusat Kegiatan Wilayah Promosi (PKWp) di Kabupaten
Lebong yang memiliki keterkaitan kuat adalah Kota Lebong. Dengan demikian
pertumbuhan dan perkembangannya tidak dapat lepas dari pertumbuhan dan
perkembangan wilayah eksternalnya ini.
b. Lingkup Layanan Jasa Konsultansi
Lingkup pelayanan untuk pelaksanaan pekerjaan konsultansi adalah sebagai
berikut :
Bidang : Tata Lingkungan (15000)
Sub Bidang : Jasa Perencanaan Urban (15002)
c. Lingkup Kegiatan
Lingkup Kegiatan adalah Kegiatan Penyusunan Perencanaan Pengembangan
Wilayah Strategis Dan Cepat Tumbuh Di Badan Perencanaan Pembangunan
Daerah Kabupaten Lebong Tahun Anggaran 2013.
d. Lingkup Substansi Materi
Ruang lingkup substansi materi Pekerjaan Penyusunan Rencana
Pembangunan Dan Pengembangan Perumahan Dan Kawasan Permukiman
(RP3KP) adalah meliputi materi yang tertuang dalam Keputusan Menteri
Negara Perumahan dan Permukiman No. 09/KPTS/M/IX/1999 tentang
Laporan Pendahuluan Rencana Pembangunan dan Pengembangan Perumahan dan
Kawasan Permukiman (RP3KP) 3-1
Pedoman Penyusunan RP4D yang saat ini telah disempurnakan menjadi
RP3KP yang sekurang-kurangnya memuat tentang :
1. Jabaran kebijakan pembangunan perumahan dan permukiman daerah;
2. Arahan lokasi permbangunan perumahan dan permukiman;
3. Rincian program bidang perumahan dan permukiman di daerah;
4. Skala prioritas dan indikasi pentahapan kegiatan bidang perumahan dan
permukiman di daerah;
5. Pengaturan kelembagaan dan mekanisme penyelenggaraan perumahan
dan permukiman daerah;
6. Rincian pembiayaan dan sumber pendanaan program bidang perumahan
dan permukiman di daerah.
e. Jangka Waktu Perencanaan
Jangka waktu perencanaan Penyusunan Rencana Pembangunan Dan
Pengembangan Perumahan dan Kawasan Permukiman (RP3KP) adalah 20
(dua puluh) tahun yaitu tahun 2012 - 2032.
f. Substansi Teknis
a) Pengertian
RP3KP adalah Rencana Pembangunan dan Pengembangan
Perumahan dan Kawasan Permukiman yang sebelumnya dikenal
dengan RP4D yaitu Rencana Pembangunan dan Pengembangan
Perumahan dan Permukiman di Daerah.
Rumah adalah bangunan yang berfungsi sebagai tempat tinggal atau
hunian dan sarana pembinaan keluarga.
Perumahan adalah kelompok rumah yang berfungsi sebagai
lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian yang dilengkapi
dengan prasarana dan sarana lingkungan.
Laporan Pendahuluan Rencana Pembangunan dan Pengembangan Perumahan dan
Kawasan Permukiman (RP3KP) 3-2
Permukiman adalah bagian dari lingkungan hidup di luar kawasan
lindung, baik yang berupa kawasan perkotaan maupun perdesaan
yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan
hunian dan tempat kegiatan yang mendukung perikehidupan dan
penghidupan.
Kawasan Permukiman adalah bagian dari lingkungan hidup diluar
kawasan lindung, baik berupa kawasan perkotaan maupun kawasan
perdesaan yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau
lingkungan hunian dan tempat kegiatan yang mendukung
perikehidupan dan penghidupan.
Prasarana Lingkungan adalah kelengkapan dasar fisik lingkungan
yang memungkinkan lingkungan permukiman dapat berfungsi
sebagaimana mestinya.
Pokjanis artinya Kelompok Kerja teknis.
b) Permasalahan Pembangunan Dan Pengembangan Perumahan dan
Permukiman Beberapa pokok permasalahan yang melandasi perlunya
daerah mempunyai skenario umum pembangunan perumahan dan
permukiman antara lain :
a. Meningkatnya penguasaan lahan berskala besar oleh banyak pihak
yang tidak disertai dengan kemampuan untuk membangun, yang telah
mengakibatkan :
Meluasnya lahan tidur di daerah sekitar kawasan perkotaan
(hinterland).
Maraknya spekulasi lahan.
b. Belum terorganisasikannya dengan baik perencanaan dan
pemprograman perumahan dan permukiman, yang nampak dari :
Laporan Pendahuluan Rencana Pembangunan dan Pengembangan Perumahan dan
Kawasan Permukiman (RP3KP) 3-3
Penyelenggaraan pembangunan perumahan dan permukiman yang
nampaknya belum menjadi prioritas bagi banyak Pemerintah
Daerah, karena berbagai sebab dan keterbatasan (Dinas/Instansi
yang memiliki kewenangan dalam menangani perumahan dan
permukiman masih terbatas jumlah dan ruang gerak/aktifitasnya).
Belum tertampungnya aspirasi dan kepentingan masyarakat yang
memerlukan rumah, termasuk hak untuk ikut berpartisipasi dalam
kegiatan pembangunan.
Penyediaan lahan/tanah, prasarana dan sarana, teknologi, bahan
bangunan, konstruksi, pembiayaan dan kelembagaan yang masih
memerlukan pengaturan yang dapat mengakomodasikan muata
dan kapasitas lokal.
Belum terselesaikannya masalah ketidak-seimbangan
pembangunan desa-kota (dikotomi menjadi kurang menarik dan
dianggap tidak cukup prospektif untuk dihuni, sedangkan kota
semakin padat dan tidak nyaman untuk dihuni.
Marak dan berkembangnya masalah sosial kemasyarakatan di
daerah perkotaan (kesenjangan pendapatan, menajamkan strata
antar kelompok dalam masyarakat, ketidaknyamanan bertempat
tinggal, urban crime, dan lainnya).
c. Kekurang-siapan dalam mengantisipasi kecepatan dan dinamika
pertumbuhan fisik dan fungsional kawasan perkotaan, sehingga
kawasan kumuh tumbuh sejalan dengan berkembangnya pusat-pusat
kegiatan ekonomi.
Hal tersebut diatas telah menumbuhkan kesadaran bahwa dalam
menangani pembangunan perumahan dan permukiman, kepada seluruh
Laporan Pendahuluan Rencana Pembangunan dan Pengembangan Perumahan dan
Kawasan Permukiman (RP3KP) 3-4
“PELAKU KUNCI (stakeholder)” perlu memberikan wawasan mendasar
tentang :
1. Visi, misi dan kebijaksanaan pembangunan perumahan dan
permukiman,
2. Penataan ruang yang berkaitan dengan upaya mengoptimalkan
penggunaan ruang wilayah.
3. Strategi global pembangunan perumahan dan permukiman yang
menyatakan pembangunan perumahan dan permukiman merupakan
tanggung jawab masyarakat.
4. Pemecahan masalah pokok perumahan dan permukiman yang telah
dikaitkan dengan unsure/faktor penentu lainnya seperti penyediaan
tanah, prasarana dan sarana, teknologi bahan bangunan, konstruksi,
pembiayaan dan kelembagaan.
Dalam rangka mengantisipasi dan menanggulangi permasalahan tersebut
diatas, strategi yang diperlukan adalah pemberdayaan masyarakat,
khususnya kelompok masyarakat berpenghasilan rendah. Juga di bidang
perumahan dan permukiman. Upaya tersebut diharapkan dapat dicapai
melalui:
Penciptaan iklim yang kondusif, yang dapat mendorong
pengembangan potensi masyarakat dan investasi yang luas.
Membangun, mengembangkan, dan memobilisasi potensi lokal yang
ada di masyarakat, sebagai landasan pemberdayaan.
Memberikan perhatian, dukungan, perlindungan, layanan dan
kepastian hukum yang jelas keberpihakannya kepada kelompok
masyarakat berpenghasilan rendah terutama yang membangun
rumahnya secara swadaya.
Laporan Pendahuluan Rencana Pembangunan dan Pengembangan Perumahan dan
Kawasan Permukiman (RP3KP) 3-5
c) Peranan RP3KP
RP3KP pada dasarnya merupakan bagian integral dari rencana
pembangunan dan pengembangan propinsi, kabupaten maupun kota.
RP3KP mempunyai kedudukan yang sama dengan rencana sektor,
seperti rencana perkembangan pertanian, rencana penataan kawasan
hutan, rencana pengembangan kepariwisataan, dan lain-lain.
Peruntukkan penyusunan mengacu pada Pola Dasar Pembangunan
Daerah serta Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Propinsi,
Kabupaten, maupun Kota yang mengatur secara khusus ruang
perumahan dan permukiman dan berbagai tindak lanjutnya. Jadi RP3KP
adalah :
Merupakan skenario pelaksanaan koordinasi dan keterpaduan dari
himpunan rencana sektor terkait di bidang perumahan dan
permukiman, dalam suatu kurun waktu tertentu yang juga merupakan
jabaran yang lebih operasional dari kebijaksanaan pembangunan
perumahan dan permukiman daerah yang lebih tinggi.
Merupakan payung atau acuan baku bagi seluruh pelaku dan
penyelenggara (stake holders/ petaruh) pembangunan perumahan dan
permukiman dalam menyusun dan menjabarkan kegiatan masing-
masing.
Cerminan dari kumpulan aspirasi/ tuntutan masyarakat terhadap
perumahan dan permukiman yang mampu memberikan akses dan
kemudahan layanan yang sama bagi kepentingan masyarakat dalam
mencukupi kebutuhan mereka akan rumah layak dalam lingkungan
permukiman yang sehat, aman, serasi, produktif dan berkelanjutan.
Laporan Pendahuluan Rencana Pembangunan dan Pengembangan Perumahan dan
Kawasan Permukiman (RP3KP) 3-6
Dalam konteks penataan ruang wilayah, RP3KP merupakan :
Jabaran dan pengisian RTRW dalam bentuk Rencana untuk
peruntukan perumahan dan permukiman, yang selanjutnya akan diacu
oleh seluruh sektor terkait.
Berisikan jabaran lebih lanjut dari program pembangunan prasarana
dan sarana berskala wilayah, khususnya dalam suatu kawasan
perumahan dan permukiman.
d) Kedudukan RP3KP Dalam Pembangunan Wilayah Keberadaan RP3KP
diperlukan oleh :
Tingkat propinsi dalam mengatur dan mengkoordinasikan
pembangunan perumahan dan permukiman yang menyangkut 2 (dua)
atau lebih kabupaten/kota yang berbatasan, penyelenggara jasa
fasilitasi dan mediasi, bimbingan dan pembinaan.
Tingkat kabupaten atau kota, terutama untuk kabupaten atau kota
yang telah memiliki permasalahan perumahan dan permukiman yang
tinggi intensitasnya, dalam mengatur dan menyelenggarakan
pembangunan perumahan dan permukiman secara teratur dan
terorganisasi.
Dalam kerangka pembangunan daerah, kedudukan RP3KP secara
keseluruhan adalah sebagai berikut ini :
Wahana informasi yang membuat arahan dan rambu-rambu
kebijaksanaan, serta rencana pembangunan perumahan dan
permukiman dalam suatu tingkatan wilayah dan kurun waktu tertentu
(propinsi, kabupaten atau kota).
Arahan untuk mengatur perimbangan pembangunan kawasan
perumahan dan permukiman, antara lain :
Laporan Pendahuluan Rencana Pembangunan dan Pengembangan Perumahan dan
Kawasan Permukiman (RP3KP) 3-7
a. Kawasan perkotaan dan perdesaan.
b. Kawasan perumahan dan permukiman dengan kawasan fungsional
lain dalam suatu wilayah tertentu.
c. Kawasan pengembangan kawasan perumahan dan permukiman
terhadap rencana investasi jaringan prasarana dan sarana, jaringan
utilitas serta jaringan infrastruktur lain yang berskala regional.
Sarana untuk mempercepat terbentuknya sistem permukiman yang
mantap, terutama dalam kota yang berperan sebagai Pusat Kegiatan
Wilayah (PKW), Penetapan orde/kedudukan kota tersebut dalam
kerangka pembangunan daerah, ditetapkan oleh Pemerintah Daerah
masing-masing yang selanjutnya dapat dipergunakan sebagai alat
dalam:
a. Menetapkan strategi pengembangan kawasan perumahan dalam
wilayah yang bersangkutan;
b. Menetapkan strategi pengembangan jaringan investasi prasarana
dan sarana berskala pelayanan regional;
c. Menetapkan strategi pengembangan untuk masing-masing
propinisi, kabupaten atau kota. Dalam penataan kawasan
permukiman tersebut, perlu dipertimbangkan nilai-nilai budaya dan
arsitektur setempat, yang dapat secara kental mencerminkan citra
atau jati diri masing-masing kota atau daerahnya. Khusus untuk hal
ini perlu dilakukan mengingat RP3KP merupakan skenario yang
harus dapat mengakomodasi berbagai hal dan kepentingan daerah,
termasuk upaya melestarikan nilai-nilai sosial budaya setempat.
Alat pengawas dan pengendalian terselenggaranya keterpaduan
program antar sektor dan antar lokasi perumahan dan permukiman
Laporan Pendahuluan Rencana Pembangunan dan Pengembangan Perumahan dan
Kawasan Permukiman (RP3KP) 3-8
terhadap kawasan fungsional lainnya. Bagi wilayah propinsi RP3KP
akan berperan sebagai :
a. Sarana pemeliharan dan pengendali keterpaduan pemanfaatan
ruang kawasan, terutama bagi kawasan perumahan dan
permukiman yang berfungsi strategis dan hal-hal yang
menyangkut pengaturan penataan kabupaten atau kota yang
berbatasan.
b. Alat untuk membina dan penyuluhan serta media fasilitasi
pembangunan perumahan dan permukiman lintas kabupaten atau
kota. Untuk itu RP3KP propinsi memerlukan pengaturan tersendiri
baik kedalam maupun keluar muatan intinya.
e) Kerangka RP3KP Kabupaten/ Kota
Jangka Waktu Perencanaan Jangka waktu perencanaan diusulkan 20
(dua puluh) tahunan. RP3KP ini kemudian akan diacu oleh masing-
masing sektor dan dijabarkan ke dalam rencana pelaksanaan 5 (lima)
tahunan dan rencana pelaksanaan tahunan untuk 5 (lima) tahun
pertama.
Muatan Pokok Muatan pokok yang akan tertuang dalam rencana 5
(lima) tahunan tersebut antara lain adalah sebagai berikut ini :
1) Jabaran kebijaksanaan pembangunan perumahan dan
permukiman kabupaten atau kota yang bersangkutan untuk 5
(lima) tahun mendatang.
2) Rincian program, lokasi, target dan sasaran yang akan dicapai
oleh masing-masing sektor terkait.
3) Rincian rencana pembiayaan dan sumber pendanaannya.
4) Lokasi dan kegiatan masing-masing sektor terkait yang mengacu
kepada RTRW kabupaten atau kota yang bersangkutan.
Laporan Pendahuluan Rencana Pembangunan dan Pengembangan Perumahan dan
Kawasan Permukiman (RP3KP) 3-9
5) Kelembagaan yang mengatur pelaksanaan sampai dengan tingkat
kecamatan, atau kelurahan/ desa, sangat disarankan untuk
mempertimbangkan menggunakan kelembagaan pembangunan
perumahan dan permukiman yang berada dalam masyarakat.
6) Rincian rencana yang disusun dan dipersiapkan serta akan
dilaksanakan oleh masyarakat secara perorangan atau kelompok,
serta badan usaha perumahan dan permukiman lain dalam kurun
waktu yang bersamaan.
7) Mekanisme keterpaduan pelaksanaan di setiap tingkatan wilayah.
8) Pembentukan POKJANIS untuk penanganan masalah spesifik
yang dihadapi oleh kabupaten atau kota yang bersangkutan.
Pembentukan POKJANIS ini disesuaikan dengan kebutuhan
daerah. Semakin solid Forum Koordinasi yang dimiliki, semakin
intensif pertemuan koordinasi dan keterpaduan dijalankan,
semakin kecil kebutuhan akan POKJANIS ini.
9) Penetapan semacam forum pada tingkatan desa/ kelurahan serta
di tingkat kabupaten atau kota, untuk dapat secara rutin
menyelenggarakan pertemuan guna memecahkan permasalahan
perumahan dan permukiman, yang terintegrasi dengan
pemecahan masalah terkait lainnya.
10) Mekanisme pemantauan, pengawasan dan pengendalian program
dan kegiatan oleh seluruh pelaku pembangunan perumahan dan
permukiman.
11) Mekanisme penyaluran aspirasi dan peran serta masyarakat dan
usaha swasta di bidang perumahan dan permukiman.
12) Mekanisme penggerakan dan pemberdayaan masyarakat dalam
pembangunan perumahan dan permukiman.
Laporan Pendahuluan Rencana Pembangunan dan Pengembangan Perumahan dan
Kawasan Permukiman (RP3KP) 3-10
13) Daftar skala prioritas penanganan kawasan perumahan dan
permukiman, yang merinci kawasan fungsional dalam kabupaten
atau kota yang boleh dibangun, atau diekspansi menjadi kawasan
perumahan dan permukiman.
14) Daftar daerah larangan (negative list) untuk pengembangan
kawasan perumahan dan permukiman baru.
Gambar. 3.1 Kedudukan RP3KP dalam Sistem Perencanaan Pembangunan
Laporan Pendahuluan Rencana Pembangunan dan Pengembangan Perumahan dan
Kawasan Permukiman (RP3KP) 3-11
f) Kerangka RP3KP Kabupaten/ Kota
Dengan berlakunya Undang-Indang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah, dan dalam rangka mengantisipasi terjadinya
perubahan dalam kelembagaan penyelenggaraan pembangunan, perlu
dicermati hal-hal sebagai berikut ini :
Bagi peran pelaku pembangunan perumahan dan permukiman serta
kedalaman RP3KP untuk setiap tingkatan wilayah administrasi.
Antisipasi terhadap berbagai perubahan teknis akibat diterbitkannya
peraturan turunan beberapa perundangan terkait.
Berbagai ketentuan yang mengatur perletakan lokasi, keterpaduan
penataan dan pemanfaatan ruang kawasan, serta rencana jaringan
investasi (prasarana dan infrastruktur berskala regional), yang perlu
dituangkan kedalam peta. Serta
Skenario koordinasi dan keterpaduan yang mudah diakses dan diacu
oleh berbagai pihak yang berkepentingan.
3.2 KEDALAMAN RP3KP KABUPATEN/ KOTA
Format dan kedalaman RP3KP Kabupaten atau Kota lebih rinci daripada
format dan kedalaman RP3KP Propinsi yang diatur sebagai berikut :
Memuat kebijaksanaan lokal dan pengaturan yang lebih operasional di
tingkat Kabupaten/ Kota, arahan propinsi yang harus diakomodasikan dan
dilaksanakan di tingkat kabupaten/ kota.
Menjangkau target dan sasaran pembangunan perumahan dan
permukiman kabupaten/ kota yang akan dicapai dalam suatu kurun waktu
tertentu, dengan telah menyebutkan :
1. Nama lokasi secara lebih spesifik (kecamatan, desa/ kelurahan,
lingkungan atau kawasan yang akan ditangani).
Laporan Pendahuluan Rencana Pembangunan dan Pengembangan Perumahan dan
Kawasan Permukiman (RP3KP) 3-12
2. Rincian nama dan jenis program yang akan dilaksanakan pada setiap
lokasi.
3. Sumber, besaran, serta alokasi pendanaan (keseluruhan dan tahunan
apabila dilaksanakan sebagai kegiatan multi years), untuk setiap
program dan kegiatan yang tercantum dalam RP3KP.
4. Rencana pelaksanaan program dan kegiatan yang termuat dalam
RP3KP (pemerintah, masyarakat atau badan usaha swasta).
5. Memuat rencana pembangunan perumahan dan permukiman yang
akan dilaksanakan pada kawasan kumuh, kawasan pembangunan
baru, juga penanganan kawasan perumahan dan permukiman yang di
revitalisasi fungsinya sehingga dapat ikut memecahkan permasalahan
perumahan dan permukiman setempat, minimal memuat rencana
penanganan kawasan perumahan dan permukiman yang :
a. Apabila ditangani akan mendukung terbentuknya kawasan
perumahan dan permukiman yang layak, tertib dan terjangkau di
daerah perkotaan/ perdesaan.
b. Berlokasi pada kota yang berfungsi sebagai pusat kegiatan
nasional (PKN), pusat kegiatan wilayah (PKW) dan pusat kegiatan
lokal (PKL), atau
c. Pada kantong-kantong kegiatan fungsional (kawasan industri,
kawasan perdagangan, dan lain-lain).
Dalam hal dikembangkan pada kota-kota yang berfungsi sebagai PKL
(Pusat Kegiatan Lokal), pengembangan kawasan perumahan dan
permukiman perlu ditetapkan melalui Surat Keputusan Bupati atau
Walikota, dengan memperhatikan dan mempertimbangkan hasil kajian
kemungkinannya serta saran dan pendapat forum pembangunan
perkotaan/ kabupaten.
Laporan Pendahuluan Rencana Pembangunan dan Pengembangan Perumahan dan
Kawasan Permukiman (RP3KP) 3-13
Mengakomodasikan juga informasi tentang pembangunan perumahan
dan permukiman berskala besar yang dilaksanakan oleh masyarakat,
koperasi atau oleh Badan Usaha Swasta. Untuk itu sebaiknya
dipersyaratkan untuk memiliki rencana tapak (site plan) sebagai alat
pengawasan dan penertiban perijinan dan pelaksanaan pembangunan
fisiknya.
Mengatur alokasi dana, program dan kegiatan yang didanai dari sumber-
sumber lokal (kabupaten/ kota) dan atau yang disalurkan pengaturannya
kepada kabupaten atau kota. Apabila ada, dimuat juga alokasi
pendanaan dan sumber pembiayaan yang datang dari masyarakat
maupun Badan Usaha Swasta, atau bahkan bantuan luar negeri.
Pengaturan jadwal pelaksanaan program/ kegiatan untuk tahun berjalan
terhadap berbagai event lokal, regional maupun nasional di bidang
perumahan dan permukiman. Dalam pengaturan ini pemerintah
kabupaten/ kota melalui BP4D atau forum tertentu apapun nama dan
bentuknya, dapat memberikan warna lokal yang dapat mengangkat citra
sosial budaya daerah, termasuk misalnya :
1. Berbagai event atau adat atau kebiasaan yang dapat mendukung
terwujudnya rumah layak dalam permukiman sehat, aman dan
produktif (misal mapalus, lumbung pitih nagari).
2. Pengembangan dan penerapan arsitektur lokal dalam kawasan
perumahan baru atau kawasan fungsional lain baik karena lokasi
maupun pertimbangan lainnya, secara langsung perlu mencerminkan
citra daerah.
3. Penunjukkan lembaga kemasyarakatan/ lembaga kerapatan adat
sebagai wadah partisipasi masyarakat dalam memelihara dan
mengelola lingkungan tempat tinggalnya.
Laporan Pendahuluan Rencana Pembangunan dan Pengembangan Perumahan dan
Kawasan Permukiman (RP3KP) 3-14
4. Pembentukkan/penguatan sistem dan kelembagaan permukiman
lokal berskala kawasan, yang terkait dengan pengembangan jaringan
perekonomian lokal, diwujudkan dalam bentuk :
a. Forum kekerabatan lokal dalam mengelola lingkungan perumahan
dan permukiman yang dihuni kelompok tertentu.
b. Kerjasama ekonomi berskala kecil dengan usaha bahan
bangunan lokal.
c. Memprakarsai tumbuh dan berkembangnya unit-unit produksi dan
pemanfaatan bahan bangunan lokal yang bernilai ekonomi tinggi,
dll.
Untuk penanganan kawasan perumahan dan permukiman berskala kecil,
seperti permukiman nelayan, kawasan wisata, permukiman di perdesaan
eks transmigrasi maupun desa perbatasan antar negara yang telah
menunjukkan gejala tumbuh sebagai “kota baru”, permukiman di kawasan
industri, dll. RP3KP seyogyanya juga membuat pengaturan setempat
yang memuat seperti misalnya :
1. Lokasi kawasan yang direncanakan akan ditangani dalam suatu kurun
waktu tertentu, yang disusun dalam suatu daftar. Terhadap kawasan-
kawasan termaksud, disyaratkan untuk memiliki rencana yang lebih
detail sebagai prasyarat pelaksanaanya (RTBL, Site Plan, dll), disertai
dengan rencana dan pentahapan/ tahun pelaksanaanya.
2. Bagi kawasan perumahan dan permukiman andalan di daerah
perdesaan yang mempunyai potensi unggulan, pemuatannya dalam
RP3KP perlu disertai dengan penyiapan RPJM (Rencana
Pembangunan Jangka Menengah), juga community action plan bagi
kawasan termaksud, bila belum ada Pemerintah Daerah perlu
mengupayakannya.
Laporan Pendahuluan Rencana Pembangunan dan Pengembangan Perumahan dan
Kawasan Permukiman (RP3KP) 3-15
3. Bagi program penanganan lingkungan perkotaan dan perdesaan yang
tidak ditangani secara kawasan (berskala kecil), unit pengangann
serta programnya harus dicantumkan jelas, desa atau kelurahannya
(P2LDT, KTP2D, Pemugaran Rumah, Peremajaan Kumuh,
Penanganan Nelayan, dll).
3.3. KRITERIA LOKASI
Kriteria yang perlu diperhatikan dan dilaksanakan dalam menetapkan
kawasan yang akan dikembangkan sebagai kawasan hunian yang produktif dan
prospektif.
3.3.1 Kriteria Umum
Dalam RTRW, kawasan tersebut ditetapkan sebagai daerah dengan
peruntukan perumahan dan permukiman, dengan prioritas penanganan
bagi :
1. Kawasan perumahan dan permukiman kumuh dan nelayan, kawasan
yang akan dikembangkan sebagai kawasan permukiman baru.
2. Kawasan yang lokasi mudah diakses, karena harus terkait dengan
jariangan primer sistem/ rencanma investasi prasarana, sarana dan
utilitas berskala regional.
3. Kawasan perumahan dan permukiman yang apabila dikembangkan
memberikan manfaat bagi Pemerintah Kabupaten/ Kota, dalam
bentuk :
a. Peningkatan ketersediaan permukiman yang layak dan
terjangkau.
b. Dukungan bagi pembangunan dan pengembangan kawasan
fungsional yang memerlukan perumahan dan permukiman.
Laporan Pendahuluan Rencana Pembangunan dan Pengembangan Perumahan dan
Kawasan Permukiman (RP3KP) 3-16
c. Kawasan yang luasan rencananya mendukung terlaksananya pola
hunian berimbang.
d. Tidak mengganggu keseimbangan dan fungsi lingkungan serta
upaya pelestarian sumberdaya alam lainnya.
e. Skala kegiatan memberikan kesempatan kerja baru.
3.3.2 Kriteria Khusus
Pengembangan perumahan dan permukiman melalui program dan
kegiatan khusus sebaiknya diprioritaskan bagi kabupaten dan kota yang
telah memperlihatkan :
1. Indikasi banyaknya permasalahan perumahan dan permukiman yang
mendesak untuk ditanggulangi (banjir, padat, kumuh, rawan, ekapansi
ke daerah pertanian produktif, perubahan fungsi lahan perkotaan, dll).
2. Tingkat kepadatan yang relatif tinggi, dengan mengutamakan
penanganan pada kawasan perumahan dan permukiman padat
penduduk (net density > 150 jiwa/ha), dan yang secara khusus telah
berkembang atau akan dikembangkan menjadi pusat kegiatan suatu
kawasan fungsional atau wilayah.
3. Bagi kawasan perumahan dan permukiman baru (baru akan dibangun
atau dikembangkan), mensyaratkan antara lain :
a. Tidak berada pada lokasi rawan bencana, baik yang rutin maupun
yang diperkirakan dapat terjadi (potensial menjadi daerah
bencana longsor, banjir, genangan, rawan masalah sosial, dll).
b. Mempunyai sumber air baku yang memadai (kualitas dan
kuantitas) atau terhubungkan dengan jaringan pelayanan air
bersih serta jaringan sanitasi dan pematusan berskala kota.
Laporan Pendahuluan Rencana Pembangunan dan Pengembangan Perumahan dan
Kawasan Permukiman (RP3KP) 3-17
c. Terletak pada hamparan dengan luasan yang cukup, yang
memungkinkan terselenggaranya pola hunian berimbang. Untuk
itu dapat diikuti ketentuan penguasaan lahan untuk permukiman
sebagaimana tertuang dalam instruksi Menteri Negara agraria/
Kepala Badan Pertanahan Nasional No. 5 Tahun 1998 tentang
Pemberian Ijin Lokasi Dalam Rangka Penataan Penguasaan
Tanah Berskala Besar yang menetapkan penguasaan lahan untuk
permukiman maksimum yang dapat dikuasai oleh pengembang/
konsorsium sebagai berikut :
Minimal 200 Ha dan masimal 400 Ha per propinsi per
pengembangan atau konsorsium.
Total 4.000 Ha untuk seluruh Indonesia, bila terletak dalam
satu hamparan.
d. Memanfaatkan lahan tidur atau lahan skala besar yang telah
dikeluarkan ijinnya namun belum dibangun, dengan catatan
diprioritaskan pada :
Pengisian kawasan skala besar (kasiba/ lisiba) yang belum
diisi/ dimanfaatkan.
Pembangunan pada kawasan perumahan dan permukiman
yang telah diberikan ijinnya namun belum terealisasikan
dengan pemanfaatan yang harus tetap sesuai dengan ijin yang
telah diterbitkan. Pangaturan lebih lanjut tentang pemanfaatan
lahan tidur ini dilakukan melalui peraturan daerah.
e. Bagi kawasan perumahan dan permukiman yang akan
dikembangkan sebagai kawasan pembangunan rumah susun
sederhana (rusuna) sewa/ milik, pencantumannya dalam RP3KP
dan pelaksanaanya harus dikaitkan dengan :
Laporan Pendahuluan Rencana Pembangunan dan Pengembangan Perumahan dan
Kawasan Permukiman (RP3KP) 3-18
Penanganan kawasan permukiman kumuh perkotaan yang
padat penduduk pada tanah milik atau tanah negara, yang telah
menjadi permasalahan di daerah perkotaan.
Penyediaan permukiman yang terjangkau yang menjadi bagian
dari pengembangan kawasan fungsional (kawasan industri,
kawasan wisata, kawasan pendidikan, dll).
Penanggulangan kejadian luar biasa yang memerlukan upaya
segera untuk memukimkan kembali penduduk (kebakaran,
pengungsian, bencana alam lainnya) agar kehidupan dapat
segera berlangsung kembali.
f. Bagi daerah perdesaan, pengembangan kawasan perumahan dan
permukiman yang
Pengembangan kawasan perumahan dan permukiman yang
berfungsi sebagai pusat pelayanan primer daerah perdesaan
yang mempunyai potensi unggulan atau fungsi khusus dalam
skala pembangunan kota/ kabupatennya.
Pembentukan kawasan perumahan dan permukiman yang
mendukung pengembangan sentra kegiatan usaha ekonomi
perdesaan.
Antisipasi terhadap kemunginan tumbuh dan berkembangnya
kota-kota kecil baru daerah perdesaan yang mempunyai lokasi
geografis yang menguntungkan, atau mempunyai potensi yang
dapat menarik investasi.
Mendukung berkembang dan berfungsinya ibukota kecamatan
menjadi pusat pelayanan primer, terutama di daerah yang
terisolasi atau pada kecamatan yang mengalami
pengembangan atau regrouping.
Laporan Pendahuluan Rencana Pembangunan dan Pengembangan Perumahan dan
Kawasan Permukiman (RP3KP) 3-19
Mendukung terbentuknya kehidupan dan penghidupan yang
mampu memberikan citra layanan yang memadai kepada
masyarakat dalam hal administrasi pemerintahan dan
pembangunan, pada daerah perdesaan diperbatasan antar
negara.
g. Sistem Informasi Geografis
Pengolahan dan penyajian data spasial dapat dilakukan dengan
memanfaatkan sistem informasi geografis. Oleh karena itu, Sistem
Informasi Geografis dalam kegiatan ini berfungsi sebagai alat
bantu dan basis data perencanaan. Sistem informasi geografis
terdiri dari 3 (tiga) komponen dasar yang dapat digunakan untuk
memasukkan data, proses manipulasi/ analisa data, dan keluaran
data. Penggunaan sistem informasi geografis memungkinkan
pemrosesan data dan analisis data keruangan secara efisien, dan
sistem keluaran dapat menayangkan informasi ataupun hasil
analisis data geografis secara kualitatif ataupunkuantitatif.
Penyusunan SIG dimulai dengan melakukan evaluasi terhadap
sistem informasi geografis yang telah ada terutama mengenai
interpretasi penggunaan lahan, batas delineasi dan kesesuaian
peta rencana terhadap substansi revisi rencana tata ruang. Sistem
yang diperbaharui harus diujicoba di lapangan dan diteruskan
dengan updating sistem. Identifikasi terhadap kondisi obyektif
dilakukan dengan survey primer dan survey sekunder.
h. Peran Serta Masyarakat
Peran serta masyarakat terdiri dari dua jenis yaitu pasif dan aktif.
Peran serta pasif adalah peran serta masyarakat dalam menerima
Laporan Pendahuluan Rencana Pembangunan dan Pengembangan Perumahan dan
Kawasan Permukiman (RP3KP) 3-20
informasi perumahan dan permukiman. Sedangkan peran serta
aktif adalah peran serta masyarakat dalam memberikan data dan
informasi, aspirasi, dan opini mengenai kebijakan, strategi dan
rumusan dalam bidang perumahan dan permukiman.
Salah satu bentuk peran serta aktif dapat diwujudkan dalam
konsultasi publik. Konsultasi publik minimal dilaksanakan dalam
dua kali putaran. Pertama konsultasi yang dilaksanakan untuk
menggali permintaan, keinginan, kebutuhan, keberatan dari
masyarakat atas suatu prakarsa. Kemudian putaran kedua adalah
konsultasi hasil kompilasi masukan yang didapat dari masyarakat
ke dalam rencana penataan ruang. Masyarakat tersebut dapat
dikelompokkan menjadi dua kelompok besar yaitu berdasarkan
kewilayahan (ecoregion) dan kelompok stakeholder. Konsultasi
publik dapat menggunakan berbagai media seperti forum diskusi,
lokakarya, seminar, pengisian angket, public hearing ataupun
menggunakan kekuatan media massa dengan talk show atau
pembuatan kolom khusus dilokal media cetak.
i. Metodologi
Secara garis besar, RP3KP terdiri dari beberapa tahapan, yakni:
A. TAHAP I - Sosialisasi Awal dan Pendataan Tahapan ini terdiri
dari rangkaian kegiatan berikut:
1. Persiapan
2. Pengumpulan Data Dan Informasi
3. Analisa
4. Perumusan Pilihan Strategi
B. TAHAP II - Penyusunan dan Pemantapan Naskah RP3KP
Laporan Pendahuluan Rencana Pembangunan dan Pengembangan Perumahan dan
Kawasan Permukiman (RP3KP) 3-21
Dalam tahap ini, hasil penyusunan RP3KP pada tahap
sebelumnya diperinci dan dimantapkan secara substansial.
Tahapan ini juga merupakan proses sosialisasi dan uji terap
terhadap naskah RP3KP, dan terdiri dari kegiatan-kegiatan
berikut:
1. Pendetilan Rancangan
2. Penyiapan Perangkat Pelaksanaan
3. Penyepakatan
C. TAHAP III - Legalisasi
Naskah RP3KP yang telah dimantapkan kemudian diterapkan
di daerah tujuan rencana dengan landasan hukum yang jelas.
Adapun kegiatan dalam tahapan ini adalah:
1. Sosialisasi Keseluruhan Substansi RP4D
2. Penyampaian Naskah RP4D pada Lembaga Legislatif
3. Pemantapan Hukum / Legalisasi
D. TAHAP IV - Evaluasi dan Pelaporan
Tahapan ini terdiri dari kegiatan supervisi, pemantauan, serta
evaluasi akhir, dengan rincian sebagai berikut:
1. Supervisi.
2. Pemantauan, terdiri dari:
Review terhadap proses dan prosedur pemberian
perijinan pengembangan kawasan perumahan &
permukiman baru, upaya resetltlement, upaya
konsolidasi, pembangunan skala besar.
Review terhadap pemanfaataan ruang kawasan
perumahan dan permukiman yang pembangunannya
Laporan Pendahuluan Rencana Pembangunan dan Pengembangan Perumahan dan
Kawasan Permukiman (RP3KP) 3-22
memberikan dampak besar terhadap berlangsungnya
kegiatan berkehidupan dan penhidupan masyarakat
Review tengah tahunan sebagai bahan masukan untuk
penyusunan program tahunan yang akan berjalan,
pengandalan arah dan sasaran target serta terhadap
pelaksanaan kebijaksanaan lokal.
3. Evaluasi.
Berdasarkan metodologi penyusunan RP3KP di atas, dapat
dijelaskan bahwa Kegiatan Penyusunan RP3KP Kabupaten
Lebong merupakan pelaksanaan rangkaian kegiatan pada
Tahap I, Tahap II, dan sebagian Tahap III yang merupakan
tahap sosialisasi program dan proses pengumpulan data
dan informasi, sampai dengan penyusunan naskah
akademis RP3KP.
j. Metode Analisis
Metode analisis yang minimal harus dipergunakan oleh Konsultan
Perencana adalah:
1. Analisa Daya Tampung (Carrying Capacity).
2. Analisa Kebutuhan Pengembangan Permukiman.
3. Analisa Kebutuhan Pengembangan Infrastruktur Permukiman.
4. Analisa Kelembagaan.
5. Analisa SWOT dalam pemilihan konsep dan strategi
pengembangan perumahan dan permukiman
3.4 KELUARAN (OUTPUT)
Keluaran utama (output) yang dihasilkan dari pekerjaan Rencana
Pembangunan Dan Pengembangan Perumahan Dan Kawasan
Laporan Pendahuluan Rencana Pembangunan dan Pengembangan Perumahan dan
Kawasan Permukiman (RP3KP) 3-23
Permukiman (RP3KP) Kabupaten Lebong ini adalah berupa Naskah
Akademis RP3KP yang siap digunakan sebagai dasar acuan dalam
penyelenggaraan pembangunan dan pengembangan perumahan dan
permukiman di daerah, yang secara umum berupa laporan-laporan
sebagai berikut :
1. Laporan Pendahuluan
2. Laporan Antara
3. Laporan Draft Akhir
4. Laporan Akhir
5. Album Peta A3
3.5 HASIL (OUTCOME)
Hasil atau outcome yang didapat dengan terlaksananya kegiatan ini
adalah:
Diperolehnya suatu landasan strategi penyelenggaraan dan
pengelolaan perumahan dan permukiman di daerah yang sesuai
dengan kebutuhan terkini (prioritas) maupun antisipasi perkembangan
wilayah;
Diperolehnya suatu arahan kebijakan penyelenggaraan perumahan
dan permukiman daerah yang selanjutnya dapat menjadi acuan dasar
bagi penyiapan program-program dan kegiatan terkait bidang
perumahan dan permukiman di daerah, baik yang berasal dari Pusat,
Provinsi, maupun Daerah;
Diperolehnya dukungan stakeholder perumahan dan permukiman
daerah yang telah dilibatkan dalam proses sosialisasi dan identifikasi
permasalahan perumahan dan permukiman daerahnya;
Laporan Pendahuluan Rencana Pembangunan dan Pengembangan Perumahan dan
Kawasan Permukiman (RP3KP) 3-24
Diperolehnya gambaran kondisi perumahan dan permukiman daerah
berdasarkan data dan informasi terkini yang lengkap dari hasil
kegiatan inventarisasi dan penyusunan data;
Tersusunnya arahan-arahan ruang permukiman yang telah selaras
dengan arahan penatan ruang wilayah;
Tersedianya kebijakan penanganan perumahan dan permukiman bagi
masyarakat miskin dan berpenghasilan rendah (MBR) yang
diharapkan dapat mengakomodir kebutuhan yang ada maupun potensi
perkembangan kebutuhan di tahun-tahun mendatang sebagai bentuk
antisipasi permasalahan.
Laporan Pendahuluan Rencana Pembangunan dan Pengembangan Perumahan dan
Kawasan Permukiman (RP3KP) 3-25