49
BAB I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Tuberkulosis atau yang sering disingkat TB adalah penyakit menular yang masih menjadi salah satu masalah kesehatan di dunia maupun di Indonesia. Tingginya prevalensi penyakit tuberkulosis disebabkan oleh berbagai faktor resiko, salah satunya adalah defisiensi mikronutrien yaitu Seng (Zn) terutama pada anak-anak. Menurut data dari Perkumpulan Pemeberantasan Tuberkulosis Indonesia (PPTI) tahun 2010 menyatakan 1 orang pasien TB dengan BTA positif bisa menularkan kepada 10-15 orang disekitarnya setiap tahun. (1) . Menurut laporan global report WHO tahun 2011 bahwa angka kematian akibat TB sebesar 27 kasus per 100.000 penduduk (2) . Di Indonesia kasus tuberkulosis sendiri masih terbilang tinggi, walaupun terjadi penurunan total angka kejadian kasus TB dimana sebelumnya indonesia yang berada pada urutan ke-3 kini turun menjadi urutan ke-5 dengan jumlah 0,34 - 0,52 juta setelah India (1,6 – 2,4 juta), Cina (1,0 – 1,6 juta), Afrika Selatan (0,38 - 0,57 juta), dan Nigeria (0,37 - 0,55 juta). (3) Penyakit Tuberkulosis pada anak merupakan 5-15% dari seluruh kasus TB yang sampai saat ini masih belum dapat diberantas sepenuhnya, dimana hampir 75000 anak meninggal akibat TB. Tingginya angka kematian akibat TB pada anak di sebabkan kurangnya perhatian terhadap pemberantasan penyakit 1

bab 1-bab 3

Embed Size (px)

DESCRIPTION

d

Citation preview

Page 1: bab 1-bab 3

BAB IPendahuluan

1.1 Latar Belakang

Tuberkulosis atau yang sering disingkat TB adalah penyakit menular yang masih

menjadi salah satu masalah kesehatan di dunia maupun di Indonesia. Tingginya prevalensi

penyakit tuberkulosis disebabkan oleh berbagai faktor resiko, salah satunya adalah

defisiensi mikronutrien yaitu Seng (Zn) terutama pada anak-anak. Menurut data dari

Perkumpulan Pemeberantasan Tuberkulosis Indonesia (PPTI) tahun 2010 menyatakan 1

orang pasien TB dengan BTA positif bisa menularkan kepada 10-15 orang disekitarnya

setiap tahun. (1). Menurut laporan global report WHO tahun 2011 bahwa angka kematian

akibat TB sebesar 27 kasus per 100.000 penduduk (2). Di Indonesia kasus tuberkulosis

sendiri masih terbilang tinggi, walaupun terjadi penurunan total angka kejadian kasus TB

dimana sebelumnya indonesia yang berada pada urutan ke-3 kini turun menjadi urutan ke-5

dengan jumlah 0,34 - 0,52 juta setelah India (1,6 – 2,4 juta), Cina (1,0 – 1,6 juta), Afrika

Selatan (0,38 - 0,57 juta), dan Nigeria (0,37 - 0,55 juta). (3)

Penyakit Tuberkulosis pada anak merupakan 5-15% dari seluruh kasus TB yang sampai

saat ini masih belum dapat diberantas sepenuhnya, dimana hampir 75000 anak meninggal

akibat TB. Tingginya angka kematian akibat TB pada anak di sebabkan kurangnya

perhatian terhadap pemberantasan penyakit karena dianggap penyakit TB anak tidak

menular dan jarang ditemukan kuman TB pada sputum anak. Defisiensi zat gizi mikro

diduga memiliki keterkaitan dengan meningkatnya kasus infeksi Tuberkulosis walaupun

belum sepenuhnya diketahui. Penelitian mengenai kadar seng plasma pada pasien TB

dewasa telah banyak dilakukan, namun penelitian serupa pada pasien TB anak masih

sedikit dilakukan, maka penelitian ini bertujuan mencari hubungan skor tuberkulosis pada

anak dengan kadar seng serum.

1

Page 2: bab 1-bab 3

1.2 Rumusan Masalah

Apakah terdapat hubungan antara skor tuberkulosis pada anak dengan kadar seng

(Zn) serum?

1.3 Hipotesis

Ada hubungan antara skor tuberkulosis pada anak dengan kadar seng (Zn) serum.

1.4 Tujuan Penelitian

1.4.1 Tujuan Umum

Mengetahui hubungan antara skor tuberkulosis paru anak dengan kadar seng (Zn)

serum.

1.4.2 Tujuan Khusus

1. menentukan jumlah skor tuberkulosis paru anak

2. mengukur kadar seng (Zn) serum

3. menganalisis hubungan antara skor tuberkulosis pada anak dengan kadar seng

(Zn) serum

1.5 Manfaat Penelitian

1.5.1 Manfaat bagi Pendidikan

Memberikan pemahaman yang lebih baik tentang peranan seng terhadap

tuberkulosis pada anak.

1.5.2 Manfaat bagi Pelayanan Kesehatan

Memberikan informasi yang bermanfaat tentang peranan seng terhadap

tuberkulosis sehingga dapat memberikan penambahan suplemen seng pada terapi

pengobatan tuberkulosis pada anak.

1.5.3 Manfaat bagi peneliti

Sebagai titik tolak penelitian lebih lanjut.

2

Page 3: bab 1-bab 3

BAB IITinjauan Pustaka

2.1 Tuberkulosis

2.1.1 Definisi Tuberkulosis

Tuberkulosis adalah penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi bakteri

Mycobacterium tuberculosis. Penyakit ini bisa menyerang semua umur walaupun pada

umumnya lebih banyak terkena pada anak-anak usia 1-14 tahun dan orang dewasa hingga

tua yang berusia 15-64 Tahun. Perbedaan kategori usia ini menyebabkan penanganan kasus

TB pada anak akan berbeda dengan kasus TB pada orang dewasa. Penyakit TB pada anak

biasanya tidak menular tetapi pengendaliannya juga sangat penting karena tidak jarang

kasus TB dewasa merupakan aktivasi kembali dari kasus TB anak yang belum sepenuhnya

sembuh, hal inilah yang ditakutkan bahwa tuberkulosis anak dapat menjadi titik tolak

sumber penularan TB saat dewasa .(4)

2.1.2 Epidemiologi Tuberkulosis

WHO (World Health Organization) memperkirakan sekitar sepertiga dari populasi

manusia di dunia terinfeksi Mycobacterium tuberkulosis, dimana sebanyak 9 juta kasus

baru dengan angka kematian 2 juta orang akibat penyakit TB diberbagai kalangan usia. Di

Indonesia terdapat lima provinsi dengan angka morbidity TB tertinggi yaitu Jawa Barat

(0.7%), Papua (0.6%), DKI Jakarta (0.6%), Gorontalo (0.5%), Banten (0.4%) dan Papua

Barat (0.4%). (5)

Tuberkulosis anak salah satu jenis tuberkulosis yang sangat memprihatinkan dimana

Lebih dari 70.000 anak-anak meninggal karena TB setiap tahun. Sekitar 70-80% anak-anak

yang terinfeksi TB, memiliki penyakit pada paru-paru mereka (pulmonary TB). Sisanya

dipengaruhi oleh penyakit TB di bagian tubuh yang lain (extrapulmonary TB, hal ini terjadi

karena kurangnya perhatian yang mendalam pada kasus penyakit ini, sulitnya mendeteksi

sputum pada anak menyebabkan pemeriksaan mungkin hanya dilakukan melalui uji

tuberkulin yang ternyata masih sering memberikan hasil positif palsu, diperkirakan 11%

dari seluruh total kasus TB terjadi pada anak di bawah usia 15 tahun dengan prevalensi

kurang dari 1 tahun 0,47%, 1–4 tahun 0,76% dan antara 5–14 tahun 0,53%. (6)

3

Page 4: bab 1-bab 3

2.1.3 Patogenesis Tuberkulosis

Penularan kasus Tuberkulosis pada anak paling banyak melalui saluran nafas dalam

bentu percik renik (droplet nuclei) dimana ukurannya < 5 μm terhirup dan mencapai

alveolus. Beratnya derajat penyakit tuberkulosis sangat bergantung dari sistem imun anak.

Pada sebagian kasus, kuman TB dapat dihancurkan seluruhnya oleh mekanisme imunologis

nonspesifik, sehingga tidak terjadi respons imunologis spesifik tetapi pada saat daya tahan

tubuh anak menurun, maka makrofag akan sulit untuk menghancurkan kuman TB dan

menyebabkan kuman ini berkembang biak di dalam makrofag, dan akhirnya menyebabkan

lisis makrofag. Selanjutnya, kuman TB membentuk lesi di tempat tersebut, yang dinamakan

fokus primer Ghon. Setelah terbentuk fokus primer ghon, kuman TB akan menyebar secara

limfogen dan hematogen. (7)

2.1.3.1 Penyebaran Kuman TB secara Hematogen

Kuman TB yang masuk ke dalam sirkulasi darah dan menyebar ke seluruh tubuh

menyebabkan gejala sistemik. Kuman ini menyebar secara sporadik dan perlahan sehingga

tidak menimbulkan gejala klinis. Kuman TB kemudian akan mencapai berbagai organ di

seluruh tubuh, bersarang di organ yang mempunyai vaskularisasi baik, paling sering di

apeks paru, limpa, dan kelenjar limfe superfisialis. Selain itu, dapat juga bersarang di organ

lain seperti otak, hati, tulang, ginjal, dan lain-lain. Pada umumnya, kuman di sarang

tersebut tetap hidup, tetapi tidak aktif (tenang), demikian pula dengan proses patologiknya.

Sarang di apeks paru disebut dengan fokus Simon, yang di kemudian hari dapat mengalami

reaktivasi dan terjadi TB apeks paru saat dewasa. (7)

Kuman TB juga dapat menyebar secara hematogen generalisata akut (acute

generalized hematogenic spread). Pada bentuk ini, sejumlah besar kuman TB masuk dan

beredar di dalam darah menuju ke seluruh tubuh. Hal ini dapat menyebabkan timbulnya

manifestasi klinis penyakit TB secara akut, yang disebut TB diseminata. Tuberkulosis

diseminata ini timbul dalam waktu 2−6 bulan setelah terjadi infeksi. Timbulnya penyakit

bergantung pada jumlah dan virulensi kuman TB yang beredar serta frekuensi berulangnya

penyebaran. Tuberkulosis diseminata terjadi karena tidak adekuatnya sistem imun pejamu

(host) dalam mengatasi infeksi TB, misalnya pada anak bawah lima tahun (balita) terutama

di bawah dua tahun. (7)

2.1.3.1 Penyebaran Kuman TB secara limfogen

4

Page 5: bab 1-bab 3

Kuman TB yang masuk melalui saluran limfe akan menuju kelenjar limfe regional.

Penyebaran ini menyebabkan terjadinya inflamasi di saluran limfe (limfangitis) dan di

kelenjar limfe (limfadenitis) yang terkena. Jika fokus primer terletak di lobus bawah atau

tengah, kelenjar limfe yang akan terlibat adalah kelenjar limfe parahilus (perihiler),

sedangkan jika fokus primer terletak di apeks paru, yang akan terlibat adalah kelenjar

paratrakeal. Gabungan antara fokus primer, limfangitis, dan limfadenitis dinamakan

kompleks primer (primary complex). Waktu yang diperlukan sejak masuknya kuman TB

hingga terbentuknya kompleks primer secara lengkap disebut sebagai masa inkubasi. Hal

ini berbeda dengan pengertian masa inkubasi pada proses infeksi lain, yaitu waktu yang

diperlukan sejak masuknya kuman hingga timbulnya gejala penyakit. Masa inkubasi TB

bervariasi selama 2−12 minggu, biasanya berlangsung selama 4−8 minggu. Selama masa

inkubasi tersebut, kuman berkembang biak hingga mencapai jumlah 103–104, yaitu jumlah

yang cukup untuk merangsang respons imunitas selular. (7)

Pada saat terbentuknya kompleks primer, TB primer dinyatakan telah terjadi.

Setelah terjadi kompleks primer, imunitas selular tubuh terhadap TB terbentuk, yang dapat

diketahui dengan adanya hipersensitivitas terhadap tuberkuloprotein, yaitu uji tuberkulin

positif. Selama masa inkubasi, uji tuberkulin masih negatif. Pada sebagian besar individu

dengan sistem imun yang berfungsi baik, pada saat sistem imun selular berkembang,

proliferasi kuman TB terhenti. Akan tetapi, sejumlah kecil kuman TB dapat tetap hidup

dalam granuloma. Bila imunitas selular telah terbentuk, kuman TB baru yang masuk ke

dalam alveoli akan segera dimusnahkan oleh imunitas selular spesifik (cellular mediated

immunity, CMI). (7)

Setelah imunitas selular terbentuk, fokus primer di jaringan paru biasanya akan

mengalami resolusi sempurna membentuk fibrosis atau kalsifikasi setelah terjadi nekrosis

perkijuan dan enkapsulasi. Kelenjar limfe regional juga akan mengalami fibrosis dan

enkapsulasi, tetapi penyembuhannya biasanya tidak sesempurna fokus primer di jaringan

paru. Kuman TB dapat tetap hidup dan menetap selama bertahun-tahun dalam kelenjar ini,

tetapi tidak menimbulkan gejala sakit TB. (7)

2.1.4 Diagnosis Tuberkulosis

5

Page 6: bab 1-bab 3

2.1.4.1 Tanda dan Gejala Tuberkulosis pada anak

Gejala tuberkulosis pada pasien TB dewasa dan TB anak sering berbeda dimana ada

beberapa kasus TB anak yang tidak ditemui gejala spesifik TB pada orang dewasa

ditambah lagi sulitnya anak mengeluarkan dahak menjadi salah satu alasan mengapa perlu

perhatian yang khusus untuk melihat apakah anak tersebut positif tuberkulosis. Menurut

petunjuk teknis manajemen TB anak (7) untuk dapat menegakkan diagnosis pada TB anak

dapat dilihat berdasarkan tanda dan gejala berikut ini :

A. Tanda-tanda tuberkulosis anak

1. Anak yang kontak erat dengan pasien TB menular.

Yang dimaksud dengan kontak erat adalah anak yang tinggal serumah atau sering

bertemu dengan pasien TB menular. Pasien TB menular adalah terutama pasien TB

yang hasil pemeriksaan sputumnya BTA positif dan umumnya terjadi pada pasien

TB dewasa.

2. Anak yang mempunyai tanda dan gejala klinis yang sesuai dengan TB anak.

Tuberkulosis merupakan penyakit infeksi sistemik dan organ yang paling sering

terkena adalah paru. Gejala klinis penyakit ini dapat berupa gejala sistemik/umum

atau sesuai organ terkait. Perlu ditekankan bahwa gejala klinis TB pada anak tidak

khas, karena gejala serupa juga dapat disebabkan oleh berbagai penyakit selain TB.

3. Terdapat reaksi kemerahan setelah penyuntikan BCG dalam 3 sampai 7 hari

B. Gejala TB anak

B.1 Gejala sistemik/umum TB anak adalah sebagai berikut:

1) Berat badan turun tanpa sebab yang jelas atau berat badan tidak naik dengan

adekuat atau tidak naik dalam 1 bulan setelah diberikan upaya perbaikan gizi yang

baik

2) Demam lama (≥2 minggu) dan/atau berulang tanpa sebab yang jelas(bukan demam

tifoid, infeksi saluran kemih, malaria, dan lain-lain). Demam pada TB anak

umumnya tidak tinggi. Jarang ditemukan adanya keringat malam.

3) Pada TB anak gejala respiratorik tergantung kelompok usia, biasanya yang masih

dibawah tiga tahun tidak selalui disertai batuk, dahak dan hemoptisis (batuk

berdarah) seperti pada orang dewasa. Sedangkan pada anak yang sudah berumur

6

Page 7: bab 1-bab 3

lima tahun biasanya gejala sudah menyerupai TB pada orang dewasa yaitu Batuk

lama ≥3 minggu, batuk bersifat non-remitting (tidak pernah reda atau intensitas

semakin lama semakin parah), berdahak dan dapat pula terjadi hemoptisis (batuk

berdarah).

4) Nafsu makan tidak ada (anoreksia) atau berkurang, disertai gagal tumbuh (failure to

thrive).

5) Lesu atau malaise, anak kurang aktif bermain.

6) Diare persisten/menetap (>2 minggu) yang tidak sembuh dengan pengobatan baku

diare.

B.2 Gejala klinis pada organ yang terkena

1) Tuberkulosis kelenjar (terbanyak di daerah leher atau regio colli) ditandai dengan

adanya Pembesaran Kelenjar Getah Bening multipel (>1 KGB), diameter ≥1 cm,

konsistensi kenyal, tidak nyeri, dan kadang saling melekat atau konfluens.

2) Tuberkulosis otak dan selaput otak

a. Meningitis TB dapat dilihat dengan adanya gejala-gejala meningitis akibat

keterlibatan saraf-saraf otak yang terkena.

b. Tuberkuloma otak dimana tampak adanya lesi desak ruang.

3) Tulang belakang (spondilitis) ditandai dengan adanya Penonjolan tulang belakang

(gibbus) dan Tulang panggul (koksitis), gangguan berjalan, atau tanda peradangan

di daerah panggul.

4) Skrofuloderma ditandai adanya ulkus disertai dengan jembatan kulit antar tepi ulkus

(skin bridge).

5) Tuberkulosis mata seperti pada Konjungtivitis fliktenularis (conjunctivitis

phlyctenularis), Tuberkel koroid (hanya terlihat dengan funduskopi).

6) Tuberkulosis organ-organ lainnya, misalnya peritonitis TB, TB ginjal dicurigai bila

ditemukan gejala gangguan pada organ-organ tersebut tanpa sebab yang jelas dan

disertai kecurigaan adanya infeksi TB.

2.1.4.2 Sistem Skoring Tuberkulosis pada Anak

Diagnosis pasti TB ditegakkan berdasarkan pemeriksaan yang terdiri dari beberapa cara

yaitu pemeriksaan mikroskopis apusan langsung atau biopsi jaringan untuk menemukan

BTA dan pemeriksaan biakan kuman TB sulit dilakukan pada anak karena sulitnya

7

Page 8: bab 1-bab 3

mendapatkan spesimen berupa dahak atau sputum. Sedangkan Pemeriksaan serologi yang

sering digunakan tidak direkomendasikan oleh WHO dan kementrian kesehatan nasional

berdasarkan Surat Edaran pada bulan Februari 2013 tentang larangan penggunaan metode

serologi untuk penegakan diagnosis TB. Sehingga dibuatlah suatu cara yang cukup praktis

untuk mendiagnosis TB pada anak yaitu melalui sistem skoring tuberkulosis pada anak

Sistem skoring tuberkulosis ini sebgai suatu pendekatan diagnosis kasus TB anak

terutama di wilayah yang memilliki keterbatasan sarana dan prasarana diagnostik. Sistem

ini dikembangkan diuji coba melalui tiga tahap penelitian oleh para ahli yang UKK

Pulmonologi PP IDAI, Kementrian kesehatan Republik Indonesia, Stegen dan Jones dan

didukung oleh WHO dan disepakati sebagai cara untuk mempermudah penegakan

diagnosis TB anak terutama di fasilitas pelayanan kesehatan dasar dan juga membantu

tenaga kesehatan agar tidak terlewat dalam mengumpulkan data klinis maupun pemeriksaan

penunjang sederhana sehingga diharapkan dapat mengurangi terjadinya underdiagnosis

maupun overdiagnosis TB. (8)

Tabel 1 Sistem Skoring Tuberkulosis Anak

GEJALA 0 1 2 3 SKOR

Kontak Tidak jelas - BTA (-) BTA (+)Tes Tuberkulin - - - PositifBB Bbm

BBGizi buruk

-

Panas Penyebab tdk jelas

- -

Batuk < 3 mg ≥ 3 mgPembesaran kelenjar

> 1 kel≥ 1 cm tdksakit

Tulang / Sendi BengkakFoto thorax Normal Sugestif

TOTAL

CATATAN UNTUK SISTEM SKORING IDAI

Diagnosis oleh dokter

Perhitungan BB saat pemeriksaan

Demam dan batuk yang tidak respons terhadap terapi baku

Foto Rontgen bukan alat diagnostik utama pada anak

8

Page 9: bab 1-bab 3

Reaksi cepat BCG harus dievaluasi dengan sistem skoring

Total nilai diagnosis TB >6

Total nilai 4 pada anak balita atau dengan kecurigaan besar sebaiknya dirujuk ke

rumah sakit

Profilaksis INH diberikan pada anak dengan kontak BTA (+) dan total nilai <5

2.1.4.3 Uji Tuberkulin

Uji tuberkulin merupakan pemeriksaan yang cukup sensitif dan bermanfaat untuk

menunjukkan sedang/pernah terinfeksi Mycobacterium tuberculosis dan sering digunakan

dalam “Screening TBC” terutama pada TB yang menyerang anak. Efektifitas dalam

menemukan infeksi TBC dengan uji tuberkulin adalah lebih dari 90% dan keefektivitasan

dan kespesifikan uji ini akan semakin menurun seiring dengan bertambahnya usia.

Penderita anak umur kurang dari 1 tahun yang menderita TBC aktif uji tuberkulin positif

100%, umur 1–2 tahun 92%, 2– 4 tahun 78%, 4–6 tahun 75%, dan umur 6–12 tahun 51%.

Ada beberapa cara melakukan uji tuberkulin, namun sampai sekarang cara mantoux

lebih sering digunakan. Lokasi penyuntikan uji mantoux umumnya pada 1⁄2 bagian atas

lengan bawah kiri bagian depan, disuntikkan intrakutan (ke dalam kulit). Uji tuberkulin

sebaiknya diulang 1-2 minggu kemudian untuk memastikan ada tidaknya infeksi

tuberkulosis dan mencegah efek booster. (8) Penilaian uji tuberkulin dilakukan 48–72 jam

setelah penyuntikan dan diukur diameter dari pembengkakan (indurasi) yang terjadi:

1) Uji mantoux negatif bila pembengkakan (Indurasi) setelah disuntikkan protein

tuberkulin sebesai 0-4 mm menandakan tidak ada infeksi Mycobacterium

tuberculosis. (7)

2) Uji mantoux meragukan jika pembengkakan sebesar 5-9 mm. hal ini bisa

dikarenakan kesalahan teknik, reaksi silang dengan Mycobacterium atipical dengan

vaksin BCG karena imunisasi BCG juga dapat menyebabkan uji tuberkulin positif

namun reaksinya tidak kuat. (7)

3) Uji mantoux positf bila pembengkakan (Indurasi) setelah dilakukan uji tuberkulin

sebesar ≥ 10 mm yang berarti sedang atau pernah terinfeksi Mycobacterium

tuberculosis, pembesaran yang melebihi 15 mm harus dicurigai adanya superinfeksi

alami basil TB. (7)

9

Page 10: bab 1-bab 3

2.2 Seng (Zn)

2.2.1 Definisi Seng (Zn)

Seng ( Zinc = Zn ) merupakan mikronutrien yang dibutuhkan oleh tubuh manusia,

memegang peranan esensial dalam fungsi tubuh sebagai bagian dari berbagai aspek

metabolisme, yaitu sintesis karbohidrat, protein, lipid, asam nukleat, dan vitamin A. Semua

aspek itu sangat berpengaruh pada masa pertumbuhan. Seng juga berperan dalam fungsi

kekebalan tubuh, pembentukan kulit, penyembuhan luka, dan pengembangan fungsi

reproduksi laki-laki. 3,4. Seng berperan dalam sistem imun, dari barier kulit hingga

pengaturan dalam limfosit. (9)

2.2.2 Absorbsi dan Metabolisme Seng (Zn)

Penyerapan atau absorbsi seng (Zn) berlangsung di usus halus yaitu di duodenum,

jejunum dan, ileum (terutama di Jejenum).(11) Mekanisme absorbsi dapat di tingkatkan oleh

adanya ligan–ligan dengan berat molekul yang rendah seperti asam amino dan asam–asam

organik lainnya dengan cara meningkatkan daya larut dan sedangkan sistein dan methionin

meningkatkan kemampuan absorbsi seng dengan cara membentuk kompleks yang stabil

dengan seng. Senyawa–senyawa dengan berat molekul yang besar seperti filtrat dan

mineral lain seperti Fe, Cu, Ca dan Mn. Khususnya Besi, fitat, dan seng bersaing pada

binding site di enterosit sehingga menghambat absorbsi seng yang berikatan di enterosit

dapat menurunkan kecepatan absorbsi seng. .(12) Selama proses pencernaan, enzim

mengeluarkan seng dari makanan dan seng endogenous dari bermacam–macam ligan.

Setelah seng diabsorbsi di sepanjang usus halus selanjutnya di sirkulasi akan berikatan

dengan albumin (80%), alfa-2 makroglobulin (15%), protein molekul rendah dan dengan

tranferin dan histidin, kurang dari 100% berkaitan dengan asam amino atau metaloenzim.

Kemudian seng akan masuk kedalam enterosit, seng diikat oleh suatu protein intestinal

yang kaya sistein (CRIP =Cystein–Rich Intestinal Protein) yang kemudian memindahkan

seng ke metallothionin atau melintasi sisi basolateral enterosit untuk berikatan dengan

albumin serta dibawa ke darah portal (13)

Pada bagian perifer seng akan diambil oleh sel hepatosit, fibroblast, dan sel–sel

asini pankreas yang menggunakan seng untuk membuat beberapa enzim pencernaan.

Sekresi pankreas adalah sumber seng endogenous yang utama , sedangkan sumber seng

yang berasal dari telur, daging unggas, daging sapi, tiram, kepiting, dan kacang-kacangan .

Pengaturan homeostasis seng dilakukan dalam saluran pencernaan. Mekanisme yang

terlibat didalamnya adalah absorbsi seng dan sekresi endogenous. (14)

10

Page 11: bab 1-bab 3

2.2.3 Fungsi Seng

Seng memegang peranan esensial dalam banyak fungsi tubuh antara lain :

a. Sebagai kofaktor pada kegiatan lebih dari tujuh puluh dimana seng akan mengikat

residu histin dan sistein dan dalam waktu yang sama menstabilkan serta membuka

tempat/sisi aktif dari enzim – enzim ini sedemikian rupa sehingga katalis dari reaksi

dapat berjalan. (14)

a. Pada aspek metabolisme, seperti reaksi-reaksi yang berkaitan dengan sintesis dan

degradasi karbohidrat, protein, lipida dan asam nukleat. Sebagai bagian dari enzim

peptidase karboksil yang terdapat di dalam cairan pankreas, seng berperan dalam

pencernaan protein. (14)

b. Sebagai bagian dari enzim kolagenase, seng berperan pula dalam sintesis dan degradasi

kolagen. Dengan demikian, seng berperan dalam pembentukan kulit, metabolisme

jaringan ikat dan penyembuhan luka. (14)

c. Sistem kekebalan dan terbukti bahwa seng merupakan mediator potensial pertahanan

tubuh terhadap infeksi. Limfopenia, konsentrasi dan fungsi limfosit T dan B menurun,

menurunnya fungsi leukosit seringkali ditemukan pada penderita defisiensi seng. (14)

d. Berbagai fungsi dalam metabolisme vitamin A. Retinal dehidrogenase di dalam retina

yang mengandung seng berperan dalam metabolisme pigmen visual yang mengandung

vitamin A. Di samping itu seng diperlukan untuk sintesis alat angkut vitamin A protein

pengikat retinol (Retinol Binding Protein/RBP) di dalam hati. dengan terkaitnya seng

dengan metabolisme vitamin A, berarti seng terkait dengan berbagai fungsi vitamin A. (14)

e. metabolisme tulang, transpor oksigen, dan pemunahan radikal bebas, pembentukan struktur

dan fungsi membran serta proses penggumpalan darah. (14)

2.2.4 Kebutuhan Seng yang Dianjurkan

Kadar seng normal dalam serum 80 – 110 mikrogram/dl, dalam darah mengandung

20 kali lipat karena adanya enzim karbonik anhidrase dalam eritorsit, rambut mengandung

125 – 250 mikrogram/dl, muskulus 50 mikrogram/dl . (15) Penentuan defisiensi ringan atau

berat berdasarkan kadar seng < 40 ug/dl maka disebut defisiensi berat dan jika berkisar

antara 40-60 ug/dl maka disebut defisiensi ringan. Pemenuhan kadar seng yang normal

sangat di pengaruhi oleh kebutuhan tubuh dan faktor-faktor lain seperti usia, jenis kelamin,

bioavailabilitas seng dari makanan dan keadaan fisiologi tertentu seperti kehamilan dan

11

Page 12: bab 1-bab 3

menyusui.

Tabel 2. Kebutuhan seng menurut umur berdasarkan Nasional Pangan dan Gizi (16)

Kelompok

UmurKecukupan Seng Kelompok Umur Kecukupan Seng

Anak : Wanita :

0-6 bln 1,3 10-12 thn 12,6

7-11 bln 7,5 13-15 thn 15,4

1-3 thn 8,2 16-18 thn 14,0

4-6 thn 9,7 19-29 thn 9,3

7-9 thn 11,2 30-49 thn 9,8

Pria : 50-64 thn 9,8

10-12 thn 14 >65 thn 9,8

13-15 thn 17,4 Hamil:(tambahan)

16-18 thn 17 Trimester I 1,7

19-29 thn 12,1 Trimester II 4,2

30-49 thn 13,4 Trimester III 9

50-64 thn 13,4 Menyusui :

>65 thn 13,4 6 bulan pertama 4,6

6 bulan kedua 4,6

Status seng pada tubuh dapat ditentukan dengan pengukuran konsentrasi seng

serum, konsentrasi seng eritrosit, leukosit, netrofil, dan konsentrasi seng pada rambut. Seng

serum adalah indikator yang secara luas sering dipakai untuk menentukan status seng saat

ini, namun tidak selalu menggambarkan secara tepat kadar seng dalam tubuh karena seng

berikatan terutama dengan albumin, sehingga akan berubah bila kadar albumin berubah.

Pada beberapa kasus, kadar seng dapat diukur dari rambut hal ini disebabkan bila

12

Page 13: bab 1-bab 3

dalam tubuh terjadi defisiensi seng maka seng rambut akan diambil sebagai seng endogen

untuk mencukupi kebutuhan seng, maka akan mempengaruhi pertumbuhan rambut. Pada

seseorang dengan defisiensi seng berat, konsentrasi seng rambut akan rendah. (16)

2.2.5 Defisiensi Seng

Seng adalah zat gizi mikro yang berarti hanya dibutuhkan dalam jumlah kecil oleh

tubuh tetapi karena fungsinya yang esensial sehingga jika terjadi defisiensi akan membawa

perubahan pada beberapa sistem organ seperti sistem saraf pusat (malformasi permanen,

pengaruh terhadap neuromotor dan fungsi kognitif), saluran pencernaan, sistem reproduksi,

dan fungsi pertahanan tubuh baik pertahanan spesifik maupun non spesifik. (17)

Tabel 3 Gejala Defisiensi Seng (Zn) pada bayi dan anak

Masa timbul gejala Bayi Anak

Gejala Anoreksi Pincang, gangguan

pengecap dan penciuman

Gagal tumbuh Keterlambatan tinggi

badan

Tremor Depresi, mood yang labil

Dermatitis Ataxia

Stomatitis Photopobia

Distropi kuku Kelambatan pubertas

Diare, malabsorbsi

Rentan terhadap infeksi

2.2.6 Faktor Predisposisi Defisiensi Seng (Zn)

Ada 3 faktor yang berperan dalam terjadinya defisiensi seng :

1. Absorbsi yang inadekuat yaitu Keadaan malnutrisi, vegetarian, pemberian nutrisi

enteral dan parenteral / diet untuk mengatasi inborne error metabolism, infestasi

intestinal, interaksi zat gizi antara komponen diit dan obat – obatan.

13

Page 14: bab 1-bab 3

2. Maldigesti dan malabsorbsi: mekanisme abosorbsi karena imaturitas, akroder-

matitis, enterohepatika, pembedahan lambung / reseksi usus dan enteropati

3. Pembuangan yang meningkat: keadaan katabolisme, enteropati dengan loss protein,

gagal ginjal, renal dialysis, terapi diuretik, chelating agent (spesifik dan

nonspesifik), dermatosis eksfoliatif.

2.3 Seng dan Tuberkulosis

2.3.1 Defisiensi Seng dan Penyakit Infeksi

Defisiensi seng akan mengganggu fungsi Limfosit T dan B serta produksi sitokin.

Bentuk ekstrim dari defisiensi seng adalah atrofi timik dan infeksi bakeri, virus dan jamur.

Penurunan kadar seng serum ditemukan pada penderita penyakit infeksi atau radang kronik,

hal ini dapat dilihat dari redistribusi seng serum ke dalam hepar yang terikat pada

metallothionein karena peningkatan produksi sitokin proinflamasi, khususnya factor

nekrosis tumor-α (TNF-α) dan interleukin-6 (IL-6), sehingga seng pada plasma berkurang

karena di ambil oleh hepar. Penurunan kadar seng plasma transiem pada saat infeksi juga

disebabkan oleh peningkatan sekresi send dalam urin.

14

Page 15: bab 1-bab 3

2.4 Kerangka Teori

Bagan 1. Kerangka Teori

15

Page 16: bab 1-bab 3

2.5 Kerangka Konsep

Berdasarkan kerangka teori akan diwujudkan dalam bentuk hubungan antara

variabel yang secara teoritis mempengaruhi variabel terikat (variabel dependen) yaitu

Tuberkulosis pada anak dan variabel bebas (variabel independen) adalah kadar seng serum

dan variabel pengganggu (variabel confounding) adalah status gizi, kadar Hemoglobin, dan

kadar ferritin. Tapi pada penelitian ini tidak membahas mengenai variabel pengganggu.

Bagan 2. Kerangka Konsep

Bagan 2. Kerangka Konsep

Variabel Bebas Variabel Terikat

Variabel confounding

16

Page 17: bab 1-bab 3

BAB IIIMetodologi Penelitian

3.1 Desain Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian Observational analitik dengan jenis penelitian case

control yaitu suatu penelitian yang mengkaji hubungan kasus dengan faktor risiko

kemudian akan dilakukan analisis. Kasus kontrol pada penelitian ini adalah pasien anak

yang datang dengan keluhan lemas, batuk yang disertai demam terus menerus, dan

penurunan berat badan.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian di lakukan di Poliklinik Spesialis Anak RS Paru Dr. H. A. Rotinsulu

Ciumbuleuit, Bandung, Jawa Barat. Pemilihan lokasi ini berdasarkan pertimbangan bahwa

rumah sakit ini memiliki bagian khusus yang menangani pasien tuberkulosis dan sesuai

data epidemiologi provinsi jawa barat terdaftar sebagai wilayah dengan kasus Tuberkulosis

anak tertinggi di indonesia. Waktu penelitian dilakukan selama 5 bulan, dari bulan April

2015 sampai dengan September 2015

3.2 Populasi dan Sampel Penelitian

3.2.1 Populasi Target

anak berumur 1 tahun sampai 4 tahun

3.2.2 Populasi Terjangkau

17

Page 18: bab 1-bab 3

Anak berumur 1 tahun sampai 4 tahun yang datang ke Poliklinik Spesialis

Anak RS Paru Dr. H. A. Rotinsulu

3.2.3 Sample Penelitian

Anak yang berumur 1 tahun sampai 4 tahun yang datang ke Poliklinik

Spesialis Anak RS Paru Dr. H. A. Rotinsulu dengan keluhan lemas, batuk

yang disertai demam terus menerus, dan penurunan berat badan. yang

memenuhi kriteria penelitian sebagai berikut

3.2.3.1 Kriteria inklusi

1. Berumur 1 sampai dengan 4 tahun pada saat penelitian berdasarkan keluhan

dan hasil anamnesis serta pemeriksaan fisik dicurigai penyakit tuberkulosis

2. Belum pernah mendapat suplementasi seng

3. Tidak menderita penyakit diabetes melitus, gangguan faal hepar (nilai

SGPT/SGOT), gagal ginjal kronik (nilai ketatinin) dan keganasan.

4. Tidak ada trauma sedang sampai berat atau mengalami pembedahan beberaoa

bulan terakhir

3.2.3.2 Kriteria eksklusi

1. Sudah menjalani pengobatan TB

2. Mencabut Kesediaan Mengikuti Penelitian

3.2.3.3 Besar sampel

Besar sampel minimal yang hars diambil oleh peneliti dapat dihitung dengan

menggunakan rumus sebagai berikut.

Keterangan :

N : Besar Populasi (303 Kasus)

n : Besar Sampel

Z : Confidence Interval (CI) 95% = 1,96

d : Prediksi Beda Jarak Nilai P yang Bermakna = 0,1

P : Dugaan Nilai Proporsi sebesar 21% (0,21)

18

Page 19: bab 1-bab 3

Berdasarkan data dari laporan riset kesehatan dasar tahun 2010 diketahui proporsi

pasien tuberkulosis yang mengalami defisiensi seng adalah 21 % (P), maka sampel yang

dibutuhkan untuk penelitian ini berdasarkan rumus tersebut adalah sebesar 59 orang.

3.2.3.4 Cara sampling

Pemilihan sampel penelitian dilakukan secara konsekutif, yaitu memilihi setiap pasien

yang datang untuk di lakukan skrining tuberkulosis dan memenuhi kriteria penelitian

sampai tercapai jumlah hesampel sesuai besar sampel yang ditentukan.

3.3 Variabel Penelitian

3.3.1 Variabel Bebas

Variabel bebas pada penelitian ini adalah kadar Seng (Zn) serum.

3.3.2 Variabel Terikat

Variabel terikat pada penelitian ini adalah Skor Tuberkulosis Paru.

3.5 Definisi Operasional

Tabel 4. Definisi Operasional

No Variabel Definisi Operasional Skala

1 Variabel

Tergantung

(Dependen)

Skor TB

Pada anak

Penyakit bakterial kronis yang

disebabkan infeksi kompleks

Mycobacterium tuberkulosis,

yang ditegakkan berdasarkan

sistem skor diagnosis

tuberkulosis. Skor TB 1-14

Kategori skor TB menjadi

1). Skor TB < 6

2). Skor TB ≥ 6

Ordinal

19

Page 20: bab 1-bab 3

2 Variabel

Bebas

(Independen)

Kadar Seng

(Zn) Serum

Kadar seng adalah kadar seng

serum yang diperiksa dengan

menggunakan metode pemanasan

basah dari AAS (Atomic

Absorbent Spectrofotometer).

Kategori kadar seng serum

- Normal : > 60 g/dl.

- Defisiensi ringan : 40 – 60 ug/dl.

- Defisiensi berat : < 40 g/dl

Interval

3.6 Cara Memperoleh Data

3.6.1 Data PrimerData primer digunakan untuk mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh

diperoleh melalui observasi langsung kepada responden (responden pada penelitian

adalah orang tua dari subyek penelitian) dengan menggunakan kuesioner. Hasil uji

laboratorium tentang kadar Seng serum serta uji tuberkulin pada subyek penelitian

3.6.2 Data Sekunder

Data sekunder berupa penetapan subyek penelitian (kasus dan kontrol) diperoleh

dari data rekam medis Poliklinik Spesialis Anak RS Paru Dr. H. A. Rotinsulu. Selain itu

data juga diperoleh dari buku, makalah, laporan, jurnal, referensi-referensi lain yang

berkaitan erat dengan tujuan penelitian yaitu hubungan antara skor tuberkulosis pada anak

dengan kadar seng (Zn) serum .

3.7 Cara Pengumpulan data

3.7.1 Instrumen (alat pengumpulan data)

A. Data primer menggunakan:

a. Kuesioner (terlampir)

b. Uji laboratorium Seng Serum

Tabung elenmeyer 50 cc

labu ukur 10 cc, corong

penjepit / crustang

pipet automatic 1 cc, pipet pasteur

botol penampung 15 cc, kompor listrik

AAS / Atomic Absorption Spectrophotometer

20

Page 21: bab 1-bab 3

c. Uji Tuberkulin

1 cc/spuit tuberkulin 1 buah.

Jarum no. 26/27 1 buah.

0,1 ml PPD 5 – TU/ PPD – RT 23-2 TU

Kasa.

Aquades

3.8 Prosedur Penelitian

1. Setelah diberi penjelasan secara terperinci mengenai maksud, tujuan dan segala hal

yang berhubungan dengan penelitian yang akan dilakukan, orangtua

menandatangani surat persetujuan anak mengikuti penelitian.

2. Subjek yang memenuhi kriteria inklusi dan kriteria eksklusi dan setuju, akan

dilakukan anamnesis meliputi nama, usia, tanggal lahir, jenis kelamin, dan alamat.

3. Responden mengisi kuesioner yang berhubungan dengan tujuan penelitian

4. Penilaian skor tuberkulosis dengan cara melakukan uji tuberkulin.

1. Sebelum melakukan uji tuberkulin sebelumnya permukaan lengan volar

lengan bawah dibersihkan dengan menggunakan alcohol pada daerah 2-3

inch di bawah lipatan siku dan biarkan mengering.

2. Melakukan penyuntikan 0,1 ml PPD ke dalam disposable spuit ukuran 1 ml

(3/8 inch 26-27 gauge) secara intrakutan dengan lubang jarum mengarah ke

atas. Suntikan yang benar akan menghasilkan benjolan pucat, pori-pori

tampak jelas seperti kulit jeruk, berdiameter 6-10 mm

3. Apabila penyuntikan tidak berhasil (terlalu dalam atau cairan terbuang

keluar) ulangi suntikan pada tempat lain di permukaan volar dengan jarak

minimal 4 cm dari suntikan pertama.

4. Jangan lupa mencatat lokasi suntikan yang berhasil tersebut pada rekam

medis agar tidak tertukar saat pembacaan. Tidak perlu melingkari benjolan

dengan pulpen/spidol karena dapat mengganggu hasil pembacaan.

5.Pengambilan seng serum dilakukan dengan mengambil darah yang akan

disentrifugasi.

1. Sebelum melakukan penilaian status seng maka anak-anak berpuasa 12 jam

untuk pengambil darah.

2. Mengambil darah sebanyak 5 ml vena puasa diambil oleh petugas masing-

masing sebanyak 5 mL mengenakan sarung tangan polietilen steril sekali

21

Page 22: bab 1-bab 3

pakai, bebas dari bedak atau pelapis lainnya, menggunakan jarum baja

stainless Vacutainer dengan penggunaan minimal torniket yaitu dalam satu

menit oleh tenaga terlatih untuk pemeriksaan kadar seng serum.

3. Darah yang diambil dimasukkan ke dalam tabung bebas trace elemen yang

telah didemineralisasi dengan asam nitrat 30% satu hari sebelumnya, dan

dibilas dengan aqua yang telah di-demineralisasi untuk menghindari

kontaminasi mineral lain, tabung dievakuasi tanpa anti-koagulan,

menggunakan sumbat silicon.

4. Darah ditempatkan pada es sampai Pemisahan dalam waktu dua jam dan

dipisahkan antara plasma dan serum aliquoted dalam tabung reaksi

Eppendorf.

5. Semua parameter darah dianalisis sesuai dengan protokol standar dan semua

peralatan yang digunakan didekontaminasi sebelum digunakan. Setelah

disentrifugasi, ambil bagian bening (serum) sebanyak 1 cc uuntuk

pemeriksaan seng dalam serum. Anak-anak kemudian diberi sarapan segera

setelah pengumpulan darah.

6.Pemeriksaan seng serum akan dilakukan di Laboratorium prodia bandung.

1. Prosedur pemeriksaan seng serum yaitu 1 cc serum ditambah HNO3 pro

analise di masukkan kedalam labu elemeyer. Panaskan diatas kompor sampil

digoyang hingga cairan berwarnacoklat jernih, lalu dinginkan dalam suhu

ruangan.

2. Tambahkan HClO3 1 ml kemudian panaskan diatas kompor hingga keluar

uap (kabut) putih dan cairan menjadi jernih, lalu dinginkan dalam suhu

ruangan.

3. Tambahkan aquabides add 10 ml, seelanjutnya dibaca Atomic Absorbtion

Spectrophotometer

4. Semua data yang terkumpul akan dianalisis dengan komputer.

3.9 Etika Penelitian

Setiap subyek penelitian dijamin kerahasiaannya atas data yang diperoleh dari

rekam medik dengan tidak menuliskan nama pasien tapi hanya berupa inisial.

Sebelum melakukan penelitian maka peneliti akan meminta izin pada instansi

terkait untuk pengujian kode etik penelitian.

22

Page 23: bab 1-bab 3

Sebelum melakukan penelitian maka peneliti juga akan melakukan inform consent

serta menjelaskan tujuan serta resiko penelitian kepada subyek penelitian dan orang tua dari

subyek penelitian pada sebuah surat yang dibubuhi tanda tangan.

3.10 Alur Rencana Penelitian

3.10.1 Rencana Pengolahan dan Analisis Data

Pengolahan dan analisa data dilakukan dengan bantuan komputer dengan menggunakan

program SPSS windows versi 11,5. Prinsip pengolahan data dari kuesioner yang telah

dikumpulkan adalah sebagai berikut :

1) Cleaning, yaitu data yang telah diperoleh dikumpulkan untuk dilakukan

pembersihan data yaitu mengecek data yang benar saja diambil sehingga tidak

terdapat data yang meragukan atau salah.

2) Editing, yaitu memeriksa hasil wawancara yang telah dilaksanakan untuk

mengetahui kesesuaian jawaban responden.

3) Coding, yaitu pemberian tanda atau kode untuk memudahkan analisa.

4) Tabulating, menyusun dan menghitung data hasil pengkodean untuk disajikan

dalam tabel.

5) Entry, yaitu data yang sudah diseleksi dimasukkan ke dalam komputer untuk

dilakukan pengolahan lebih lanjut.

Analisis data pada penelitian dilakukan dengan menggunakan analisis bivariate untuk

mengetahui besar hubungan skor tuberkulosis pada anak dengan kadar seng (Zn) serum.

3.10.2 Rencana Kegiatan Penelitian

Tabel 5. Rincian Rencana Kegiatan Penelitian

Kegiatan PenelitianWaktu (Bulan)

3 4 5 6 7 8 9

Penyusunan Proposal

Revisi Proposal

Pemilihan Subyek

Penelitian

Pengumpulan data

Pengukuran data

Analisis data

23

Page 24: bab 1-bab 3

Penyusunan laporan

3.10.3 Rencana Dana Penelitian

Tabel 6. Rincian Rencana Dana Penelitian

24

No. Rincian Dana Jumlah

1 Survei Lapangan Rp. 250.000.00

2 Penyusunan Proposal

Izin Penelitian

Rp. 50.000.00

Rp. 100.000.00

3 Pengumpulan Data

Uji Tuberkulin untuk 59 Sampel Penelitian

Pemeriksaan Kadar Seng Serum 59 Sampel

Penelitian

Rp. 590.000

Rp. 885.000

4 Pengukuran Data

Pemeriksaan di Laboratorium Prodia Bandung Rp. 1.770.000.00

5 Pengolahan dan Analisis Data Rp. 500.000.00

6 Foto Copy Informed Consent

Fotocopy Kuesioner

Rp. 35.400.00

7 Administrasi dan Birokrasi Rp. 750.000.00

8

9

Souvenir Alat Tulis

Dana Tidak Terduga

Rp. 590.000.00

Rp. 500.000.00

Jumlah dana yang dibutuhkan Rp. 6.770.400.00

Page 25: bab 1-bab 3

DAFTAR PUSTAKA

1. Perkumpulan Pemberantasan Tuberkulosis Indonesia (PPTI). 2010. Buku Saku

PPTI. Jakarta : PPTI

2. World Health Organization. Global Tuberculosis Report [serial online]. WHO:

2012 [Jakarta, 11 februari 2015]. Diakses dari: URL:

http://apps.who.int/iris/bitstream/10665/75938/1/9789241564502_eng.pdf

3. Kementreian kesehatan RI. 2012. Laporan Situasi Terkini Perkembangan

Tuberkulosis di Indonesia tahun 2011. Jakarta: Kemenkes [Jakarta, 11 februari

2015]. Diaksess dari : URL:

http://www.tbindonesia.or.id/pdf/2011/IndonesiaReport2011.pdf

4. Amin, Z, & Bahar, A. 2009. Tuberkulosis Paru. In A. S. Sudoyo, Buku Ajar Ilmu

Penyakit Dalam. 5th ed (pp. 2230-2239). Jakarta: Interna Publishing.

5. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI, 2010.

Laporan Riset Kesehatan Dasar Riskesdas 2010, Jakarta : Kemenkes RI.

6. Kementerian kesehatan RI. Profil Data Kesehatan Indonesia Tahun 2011. Jakarta:

Kemenkes RI 2012 [Jakarta, 11 februari 2015]. Available from: URL: HIPERLINK

http://www.depkes.go.id/PROFIL DATA KESEHATAN INDONESIA.pdf

7. Pelatihan Manajemen Tuberkulosis Anak. 2007. UKK Respirologi PP.IDAI. Jawa

Tengah : IDAI

8. Ikatan Dokter Anak Indonesia. 2004. Standar Pelayanan Medis Anak. Badan

Penerbit IDAI.

9. Prasad AS.2008. Zinc in Human Health : Effect of Zinc on Immune Cells. Mol Med.

2008;14:353-357

10. Armin SA. 2005. Zat gizi mikro zink, dari aspek molekuler sampai pada program

kesehatan masyarakat. Sari Pediatri. Jakarta ; 26:h. 29-33.

11. Almatsier S. 2001. Zink mineral. Dalam Prinsip dasar ilmu gizi. Jakarta: PT

Gramedia Pustaka Utama 2001;h.247-250 Suryani. 2005. Zink pada program kesehatan

masyarakat. Jurnal Kedokteran. Jakarta ;.26.h.29-34

12. RINK, L and H. Haase. 2007. Zinc homeostasis and immunity. Trends Immunol.

28: 1 – 4.

25

Page 26: bab 1-bab 3

13. Hambidge M. 2000. Human zinc deficiency. Am J Clin Nutr 2000;45:1344S- 1349S

14. Hambidge M. 2003. Biomarker of trace mineral intake and status. American

Society for nutritional science ; 2003 : hal. 948-955

15. Klevay, L, M, Christopherson, D, M, Shuler, T., R .2004. Hair as Biopsy Material:

Trace Element Data on One Man Over Two Decades. European Journal of Clinical

Nutririon 58(10): 1359-1364.

16. Nasar SS. 2003. Masalah defisiensi mikronutrien pada anak. Dalam : Kumpulan

makalah Kongres Nasional II Badan Koordinasi Gastroenterologi Anak Indonesia

(BKGAI); : hal. 215 – 223.

26

Page 27: bab 1-bab 3

Lampiran 1. Formulir Informed Consent

FORMULIR PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN (INFORMED CONSENT)

Tempat, Tanggal/ Bulan/ Tahun

Kami meminta anak Bapak/Ibu untuk turut mengambil bagian dalam suatu penelitian yang dilakukan oleh mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Indonesia yang berjudul “Hubungan antara skor tuberkulosis pada anak dengan kadar seng (Zn) serum“.

Seng memiliki manfaat untuk meningkatkan imunitas tubuh, defisiensi seng dapat menyebabkan anak rentan untuk terkena penyakit

Bapak/Ibu diharapkan memahami informasi berikut ini dan menanyakan hal-hal yang belum dimengerti sebelum bapak/ibu memutuskan untuk ikut serta dalam penelitian ini.

A. INFORMASI/PENJELASAN

1) TUJUAN PENELITIAN Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan skor tuberkulosis pada anak dengan kadar seng (Zn) serum

2) PROSEDUR Apabila anak Bapak/Ibu ikut serta dalam penelitian ini, maka prosedur yang akan dilakukan pada anak adalah :

a. Bapak/Ibu mengisi kuesioner yang diberikan peneliti untuk pengumpuan data penelitian

b. Uji Tuberkulin untuk melihat skor tuberkulosis pada anak c. Pengambil darah subyek penelitian untuk pemeriksaan kadar seng serum

Satu hari sebelum pengambilan subjek darah, anak-anak berpuasa 12 jam.

Pengambil darah vena puasa diambil oleh petugas masing-masing sebanyak 5mL mengenakan sarung tangan polietilen steril sekali pakai, bebas dari bedak atau pelapis lainnya, menggunakan jarum baja stainless Vacutainer dengan penggunaan minimal torniket yaitu dalam satu menit.

Darah yang diambil dimasukkan ke dalam tabung bebas trace elemen yang telah didemineralisasi dengan asam nitrat 30% satu hari sebelumnya, dan dibilas dengan aqua yang telah di-demineralisasi untuk menghindari kontaminasi mineral lain, tabung dievakuasi tanpa anti-koagulan, menggunakan sumbat silicon

27

Page 28: bab 1-bab 3

Pada saat dan setelah pengambilan darah akan menimbulkan sedikit rasa sakit/nyeri dan apabila terjadi perdarahan/biru-biru karena tindakan ini maka akan dilakukan pertolongan medis.

Sampel darah akan diperiksa di laboratorium prodia bandung dengan diberi kode pada setiap sampel sehingga kerahasiaan terjamin. Pengambilan sampel dilakukan oleh tenaga laboratorium terlatih.

d. Publikasi hasil penelitian dilakukan di forum ilmiah dengan tetap merahasiakan identitas anak.

3) KEUNTUNGAN / MANFAAT

Apabila anak Bapak/Ibu ikut serta dalam penelitian ini, akan mendapatkan manfaat antara lain :

1. Mengetahui status seng serum pada anak 2. Mengetahui skor tuberkulosis pada anak dan derajat keparahan penyakit

4) RISIKO

Apabila bapak/ibu dan anak ibu ikut serta dalam penelitian ini, tidak akan mengalami risiko yang membahayakan dikarenakan dalam penelitian ini tidak ada tindakan yang akan menyakitkan bagi bapak/ibu maupun anak bapak/ibu.

5) KERAHASIAAN

Catatan mengenai informasi bapak/ibu dan hasil penilaian pada anak akan dirahasiakan.Kalaupun dikaji kembali oleh badan-badan kesehatan pemerintah, bapak/ibu dan anak hanya akan dikenal dengan sebuah nomor saja, dan tidak akan diketahui siapa yang turut atau tidak turut mengambil bagian dalam penelitian ini.

6) DENTITAS PENELITI

Apabila bapak/ibu ada pertanyaan mengenai penelitian ini, bapak/ibu dapat menghubungi Shanaz Novriandina dengan NIM: 1361050248 melalui telepon 091293621797 atau di Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Indonesia

7) PARTISIPASI SUKARELA

Keikutsertaan anak Bapak/Ibu dalam penelitian ini bersifat SUKARELA, sehingga anak Bapak/Ibu tidak dapat dan tidak akan dipaksa untuk ikut serta dalam penelitian ini bila Bapak/Ibu tidak menghendakinya. Bapak/Ibu dan anak hanya boleh ikut mengambil bagian atas kehendak Bapak/Ibu sendiri. Bapak/Ibu berhak untuk sewaktu-waktu menolak melanjutkan partisipasi tanpa perlu memberikan suatu alasan. Bila Bapak/Ibu memutuskan untuk berhenti berpartisipasi, tak seorangpun boleh memaksa Bapak/Ibu untuk berubah pikiran. Segera sesudah berhenti berpartisipasi, tak seorangpun boleh melakukan

28

Page 29: bab 1-bab 3

diskriminasi apapun terhadap anak Bapak/Ibu. Peneliti dapat memutuskan bahwa Bapak/Ibu dan anak tidak boleh lagi ikut serta dalam penelitian ini, terlepas dari keinginan untuk tetap berpartisipasi atau tidak. Keputusan ini diambil dengan selalu memperhatikan hal yang terbaik bagi anak bapak/ibu. Selanjutnya setiap pasrtisipan akan mendapatkan kenang-kenangan berupa seperangkat alat tulis.

Kami ucapkan terima kasih telah bersedia membaca penjelasan ini. Apabila kurang jelas dapat ditanyakan langsung kepada peneliti.

B. PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN

Formulir Persetujuan untuk Peserta Sukarela

Saya telah membaca, atau dibacakan kepada saya apa yang tertera diatas ini, dan saya telah diberi kesempatan untuk mengajukan pertanyaan-pertanyaan dan membicarakan penelitian ini dengan para anggota tim penelitian. Saya memahami maksud, risiko, lamanya waktu, dan prosedur penelitan ini. Dengan ini saya:

Nama : ...................................................... Umur : ....................................................... Alamat : .......................................................

Dengan membubuhkan tandatangan saya dibawah ini,saya menegaskan keikutsertaan saya sebagai responden penelitian dan anak saya secara sukarela dalam proyek penelitian ini. Saya telah menerima tembusan dari surat persetujuan ini.Nama Peserta : ____________________________

Tanda tangan Peserta : ____________________________Tanggal : _____ / _____ / _____

Tandatangan Saksi (Jika peserta tidak dapat membaca dan menulis)Saya telah menyaksikan pembacaan penjelasan dari peneliti kepada peserta sukarela, dan peserta telah mendapat kesempatan untuk mengajukan pertanyaan. Saya menyatakan bahwa peserta telah menyatakan persetujuannya secara sukarela untuk ikut serta dalam penelitian ini.

Tanda tangan saksi

(Nama Saksi) ( cap jempol peserta )

29

Page 30: bab 1-bab 3

Formulir untuk Peneliti

Tempat, Tanggal/ Bulan/ Tahun

Peneliti telah memberikan penjelasan kepada peserta sukarela, dan menjawab semua pertanyaan yang diajukan oleh Peserta.

Peneliti yakin bahwa peserta telah memahami informasi dalam lembar Persetujuan setelah penjelasan ini, dan dengan sukarela bersedia ikut serta dalam penelitian ini.Nama Peneliti : Shanaz Novriandina

Tanda tangan Peneliti

(Shanaz Novriandina)

30

Page 31: bab 1-bab 3

Lampiran 2. Kuesioner

KUESIONER PENELITIAN

HUBUNGAN ANTARA SKOR TUBERKULOSIS PADA ANAK DENGAN KADAR

SENG SERUM

Dengan hormat bapak/ibu, nama saya Shanaz Novriandina, mahasiswa Fakultas

Kedokteran Universitas Kristen Indonesia. Saat ini saya sedang melakukan penelitian

tentang Hubungan antara skor tuberkulosis pada anak dengan kadar seng serum di

Poliklinik Spesialis Anak RS Paru Dr. H. A. Rotinsulu Ciumbuleuit, Bandung, Jawa Barat.

Kami sangat mengharapkan Bapak/Ibu/Saudara/I agar bersedia mengisi daftar pertanyaan

berikut ini sesuai dengan pendapat masing-masing. Atas bantuannya kami ucapkan terima

kasih.

PETUNJUK PENGISIAN

1. Isilah identitas anda pada bagian yang telah disediakan

2. Bacalah dengan sebaik-baiknya setiap pertanyaan dan setiap alternatif jawaban yang

diberikan.

3. Pilih alternatif jawaban yang paling sesuai menurut anda dan berikan tanda silang

(x) pada salah satu jawaban yang menurut anda benar

4. Jika terjadi salah pengisian, berilah tanda (O) pada jawaban yang salah tersebut

1. Identitas Responden

1. Nama Responden :

2. Jenis Kelamin :

3. Umur :

4. Latar Belakang Pendidikan :

5. Pekerjaan :

II. Pertanyaan Mengenai Riwayat Penyakit

31

Page 32: bab 1-bab 3

1. Apakah anak anda pernah dirawat di rumah sakit, jika ya dikarenakan peyakit apa?

☐ Ya, karena penyakit :

☐ Tidak pernah

2. Apakah anak anda mempunyai riwayat penyakit keluarga yang dapat

mempengaruhi kesehatan anak anda? jika ya sebutkan penyakit turunan tersebut.

a. Iya,

b. tidak ada

c. tidak tahu

III. Pertanyaan Mengenai Tuberkulosis

3. Menurut Anda, apakah pengertian dari penyakit Tuberkulosis?

a. penyakit menular yang disebabkan oleh kuman Mycobacterium tuberculosis

b. penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus tuberculosis

c. penyakit yang tidak dapat disembuhkan

4. Menurut anda, apakah ada perbedaan tuberkulosis pada orang dewasa dan

tuberkulosis pada anak?

a. iya, ada perbedaan

b. tidak, tidak ada perbedaan

c. tidak mengetahui

5. sebagai orang tua, apakah anda mengetahui cara mencegah penyakit tuberkulosis?

a. Iya, tau dengan cara imunisasi BCG

b. Iya, tau dengan cara memberikan obat anti tuberkulosis

c. Tidak tau

6. menurut anda, mengapa anak rentan tertular penyakit tuberkulosis?

a. karena anak-anak suka jajan sembarangan

b. karena anak-anak suka main diluar tanpa menggunakan sendal

32

Page 33: bab 1-bab 3

c. karena anak-anak tidak menjaga kebersihan diri

II. Pertanyaan Mengenai Asupan Mineral Seng

7. apa yang anda ketahui tentang seng?

a. Seng adalah vitamin

b. Seng adalah mineral

c. Seng adalah enzim

8. Sebutkan apa yang anda ketahui tentang peranan zat seng bagi tubuh?

a. berperan dalam pertahanan tubuh, tumbuh kembang anak, dan proses

mengingat

b. berperan untuk meningkatkan

c. berperan untuk meningkatkan daya pendengaran

9. sebagai orang tua, Darimana saja anak dapa memperoleh zat seng didapatkan

a. telur, daging unggas, daging sapi

b. ikan salmon, ikan gurame

c. cumi-cumi, gurita

10. Menurut anda perlu tidak penambahan suplemen seng pada asupan dan pola makan

anak anda?

☐ Ya, harus selalu menambah suplemen seng pada asupan makan anak

☐ Ya, jika anak terlihat kekurangan kadar seng

☐ Tidak, karena didalam semua makanan mengandung seng

33

Page 34: bab 1-bab 3

Lampiran 3. Daftar Riwayat Hidup

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

I. KETERANGAN PERORANGAN

1. Nama Lengkap : Shanaz Novriandina

2. NIM : 1361050248

3. Tempat Lahir : Makassar (Sulawesi Selatan)

4. Tanggal lahir : 14 November 1995

5. Jenis kelamin : Perempuan

6. Agama : Islam

7. Alamat : Jalan Malaga Nomer 68 Tangerang Selatan 15326

8. Nomor Handphone : 081293621797

9. E-mail : [email protected]

10. Orang Tua

a. Nama Ayah : Afrizal

b. Nama Ibu : Adelena Soviane

II. PENDIDIKAN

Sekolah Dasar : SDN. Mangkura 3 Makassar

Sekolah Menengah Pertama : SMP. Islam Athirah Makassar

Sekola Mengengah Atas : SMAN 2 Kota Tangerang Selatan

Universitas Kristen Indonesia : Fakultas Kedokteran Umum

III. PENGALAMAN ORGANISASI

Ketua Pelatihan Pramuka MPK SMP Islam Athirah

Sekertais Umum PMR SMAN 2 Kota Tangerang Selatan

Bendahara TBM Atlas Universitas Kristen Indonesia

34

Page 35: bab 1-bab 3

35