Upload
phungdiep
View
229
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
1
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada zaman modern seperti sekarang ini, kehidupan manusia
sangat erat kaitannya dan bahkan tidak bisa dilepaskan dari arus
komunikasi dan informasi, sekarang informasi telah berubah menjadi
suatu kekuatan tersendiri di dalam persaingan global yang semakin
kompetitif. Kehadiran internet sebagai sebuah kemajuan teknologi
menyebabkan laju globlasisasi menjadi semakin cepat dan mengakibatkan
lompatan besar bagi penyebaran informasi serta komunikasi di seluruh
dunia.
Penggunaan internet sebagai media informasi multimedia
mengakibatkan berbagai karya digital dapat diperbanyak dan
disebarluaskan ke seluruh dunia dalam waktu yang sangat singkat, hanya
dengan bermodalkan perangkat komputer dan jaringan internet maka karya
digital dapat diperbanyak lalu disebarkan dengan mudah. Oleh karena itu
pantas jika internet dipandang sebagai samudra informasi yang di
dalamnya dipenuhi hak kekayaan intelektual.
Hak Kekayaan Intelektual (selanjutnya disebut HKI) merupakan
hak kekayaan yang timbul atau lahir dari kemampuan intelektual manusia.
HKI memang menjadikan karya-karya yang timbul
2
2
atau lahir karena adanya kemampuan intelektual manusia yang harus
dilindungi. Kemampuan intelektual manusia dihasilkan oleh manusia
melalui daya, rasa, dan karsanya yang diwujudkan dengan karya-karya
intelektual. Karya-karya intelektual juga dilahirkan menjadi bernilai,
apalagi dengan manfaat ekonomi yang melekat sehingga akan
menumbuhkan konsep kekayaan terhadap karya-karya intelektual.1
Dalam perkembangannya, muncul pelbagai macam HKI yang
sebelumnya masih belum diakui atau diakui sebagai bagian daripada HKI.
Dalam perlindungan Persetujuan Umum tentang Tarif dan Perdagangan
(General Agreement on Tariff and trade – GATT) sebagai bagian daripada
pembentukan Organisasi Perdagangan Dunia (WTO – World Trade
Organization) telah disepakati pula norma-norma dan standar
perlindungan HKI yang meliputi 2 : Hak Cipta dan hak-hak lain yang
terkait (Copyright and Related Rights).
1. Merek (Trademark, Service Marks and Trade Names).
2. Indikasi Geografis (Geographical Indications).
3. Desain Produk Industri (Industrial Design).
4. Paten (Patents) termasuk perlindungan varitas tanaman.
5. Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu (Lay Out Designs Topographics of
Integrated Circuits).
1 Suyud Margono, Komentar Atas Undang-Undang Rahasia Dagang, Desain Industri,
Desain Letak Sirkuit Terpadu, CV. Novindo Pustaka Mandiri, Jakarta 2001, hal. 4. 2 Sudargo Gautama, Hak Milik Intelektual dan Perjanjian Internasional, TRIPs, GATT,
Putaran Uruguay (1994), Bandung, PT. Citra Aditya Bakti, 2001, hal. 17.
3
3
6. Perlindungan terhadap Informasi yang dirahasiakan (Protection of
Undisclosed Information).
7. Pengendalian praktik-praktik persaingan curang dalam perjanjian
lisensi (Control of Anti Competitive Practices in Contractual
Licences).
Pengaturan tentang hak cipta di Indonesia mengalami beberapa kali
perubahan dan pergantian Undang-Undang yaitu Undang-Undang No.8
tahun 1982 yang diperbaharui dengan Undang-Undang No. 17 tahun 1987
dan diperbaharui lagi dengan Undang-Undang No. 12 tahun 1997 dengan
Undang-Undang No. 19 tahun 2002 (selanjutnya disebut dengan UUHC).
Lalu perubahan terakhir yaitu menjadi Undang-Undang No.28 tahun 2014
tentang hak cipta.
Pengertian mengenai hak cipta dirumuskan dalam Pasal 2 ayat (1)
Undang-Undang no.28 tahun 2014 tentang hak cipta yaitu : “Hak cipta
adalah hak khusus bagi pencipta atau penerima hak untuk mengumumkan
atau memperbanyak ciptaannya atau memberikan izin untuk itu, dengan
tidak mengurangi pembatasan-pembatasan menurut peraturan perundang-
undangan yang berlaku”
Pemberian hak khusus di dalam pengaturan tentang hak cipta
didasarkan pada adanya kemampuan pencipta untuk menghasilkan suatu
karya yang bersifat khas dan menunjukan keaslian kreativitas sebagi
individu. Karya yang bermuatan hak cipta di internet seperti lagu,
software, gambar, dan lain sebagainya dapat secara mudah di perbanyak
dan disebarkan oleh siapapun. Hal inilah yang kemudian menjadi ancaman
bagi keberadaan perlindungan hak cipta di internet.
4
4
Hak Cipta adalah hak ekslusif bagi pencipta atau penerima hak
untuk mengumumkan atau memperbanyak ciptaannya atau memberikan
izin untuk itu dengan tidak mengurangi batasan – batasan menurut
peraturan perundang – undangan. Ciptaan adalah hasil karya setiap
pencipta yang menunjukkan keasliannya dalam lapangan ilmu
pengetahuan, seni, dan sastra. Ciptaan yang dilindungi harus memenuhi
syarat keaslian dan konkret. Sementara itu, ide tidak mendapat
perlindungan hak cipta.3 Ciptaan dimaknai sebagai hasil setiap karya
pencipta yang menunjukkan keasliannya dalam lapangan ilmu hukum,
pengetahuan, seni dan sastra.4 Oleh karena itu, ruang lingkup hak cipta
meliputi tiga bidang, yaitu ilmu pengetahuan, seni dan sastra.
Dalam perspektif sosial dan budaya, setiap introduksi satu jenis
teknologi ke dalam sebuah masyarakat pasti akan mendorong terjadinya
berbagai perubahan. Apa yang kemudian dikenal sebagai e-commerce,
cyber sex, atau cyberlaw adalah sebagian contoh dari beberapa perubahan
radikal dalam lingkup ekonomi, sosial, dan hukum masyarakat postmodern
saat ini yang mustahil muncul tanpa kehadiran internet.5
Salah satu cipta yang dilindungi oleh hak cipta berdasarkan Pasal
40 Undang – Undang No.28 tahun 2014 Hak Cipta adalah program
komputer. Pada ketentuan umum Undang-Undang Hak Cipta disebutakan
3 Sudaryat, Sudjana, dan Rika Ratna Permata, Hak Kekayaan Intelektual : Memahami
Prinsip Dasar, Cakupan, Dan Undang – Undang Yang Berlaku, Bandung : Oase Media, 2010, hlm. 21.
4 Ibid., Bab I, Pasal 1 Angka (3)
5 Masyarakat Pengguna Internet di Indonesia, Maret 2002, www.geocities.com/inrecent,
hlm. 1, diunduh 20 Agustus 2016
5
5
bahwa progran komputer adalah “seperangkat instruksi yang diekspresikan
dalam bentuk bahasa, kode, skema, atau dalam bentuk apapun yang
ditujukan agar komputer bekerja melakukan fungsi tertentu atau untuk
mencapai hasil tertentu”. Kesimpulan itu yang memberikan alasan kenapa
software harus dilindungi.6
Menurut Konvensi Bern tahun 1971, program komputer (software)
dan kompilasi data dilindungi hanya sebagai karya tulisan. Barulah pada
tahun 1976 dengan adanya amandement to the copyright yang
menambahkan proteksi terhadap hak cipta ke program komputer, sejak
saat itu sistem operasi termasuk dalam perangkat lunak yang dilindungi
oleh hak cipta.7 Pencipta software, khususnya yang berbentuk perusahaan
selain menyandarkan pada perlindungan hak cipta atas perangkat lunak
yang dibuatnya, juga dapat melindungi diri dengan ketentuan peraturan
rahasia dagang, dan bahkan mulai diperkenalkan lembaga perlindungan
melalui paten perangkat lunak komputer.8
Bentuk dari software semakin berkembang mengikuti teknologi.
Salah satunya berbentuk game online. Game online adalah program
permainan komputer yang dapat dimainkan oleh multi pemain melalui
internet. Biasanya disediakan sebagai tambahan layanan dari perusahaan
penyedia jasa online atau dapat diakses langsung (mengunjungi halaman
web yang bersangkutan) atau melalui sistem yang disediakan dari
6 Mochammad Wahyudi, Fenomena Pembajakan Software di Indonesia : Antara
Kebutuhan dan Pelanggaran Hak Cipta (HKI) , www.wahyudi.or.id, diunduh 15 Januari 2011
7 Muhammad Djumhana, Perkembangan Doktrin dan Teori Perlindungan Hak Kekayaan
Intelektual, Bandung: PT Citra Aditya Bakti, 2006, hlm. 23 8 Ibid, Hlm. 24.
6
6
perusahaan yang menyediakan permainan tersebut.9 Game online terdiri
dari dua unsur utama, yaitu server dan client. Dimana server adalah
penyedia layanan gaming yang merupakan basis agar client dapat
memainkan permainan dan melakukan komunikasi dengan baik.
Sedangkan client adalah pengguna permainan yang menggunakan
kemampuan server.
Sama seperti hak cipta objek lain, hak cipta atas software
mempunyai hak yang absolut, yang berarti hak cipta hanya melekat kepada
pembuat software tersebut, sehingga yang mempunyai hak itu dapat
menuntut setiap orang yang melanggar hak ciptanya tersebut. Suatu hak
yang absolut seperti hak cipta mempunya segi balik artinya bahwa setiap
orang mempunyai kewajiban untuk menghormati hak tersebut.10
Dari segi pelaksanaan hak cipta, di dalam undang – Undang Hak
Cipta menganut prinsip bahwa pencipta mempunyai hak eksklusif untuk
melaksanakan ciptaanya, yang artinya dalam kurun waktu tertentu
pencipta mempunyai hak untuk melaksanakan sendiri ciptaanya atau
memberikan izin kepada orang lain untuk melaksanakan ciptaanya itu.11
Dari prinsip hak eksklusif tersebut, maka pihak lain yang ingin ikut
melaksanakan ciptaan dan mengambil manfaat ekonomi dari ciptaan itu,
harus mendapatkan izin yang bersangkutan. Hak cipta dasarnya adalah hak
perseorangan yang tidak berwujud dan timbul karena kemampuan
9 http://id.wikipedia.org diunduh 21 September 2016, Pukul 20.30 Wib
10 Muhamad Djumhana dan R. Djubaedillah, op.cit, hlm, 45
11 C.S.T Kansil, Hak Milik Intelektual, Paten, Merek Perusahaan, Merek Perniagaan,
Hak Cipta¸ Jakarta : Bumi Aksara, 1990, hlm. 7
7
7
itelektual manusia. Sebagai hak milik, hak cipta dapat pula dialihkan oleh
penciptanya atau yang berhak atas ciptaan itu. Hak cipta dapat dialihkan
kepada perorangan atau badan hukum.12 Salah satu cara pengalihan hak
cipta dikenal dengan nama lisensi hak cipta atau dikenal dengan nama
perjanjian lisensi. untuk membuat perjanjian lisensi perjajian hak cipta
harus dituangkan dalam akta notaris. Hal ini mengingat begitu luasnya
aspek yang terjangkau oleh hak cipta sebagai hak, sehingga kalau dibuat
dalam bentuk akte notaris dapat ditentukan secara jelas dan tegas ruang
lingkup pengalihan hak yang diberikan.13
Lisensi adalah pemberian yang dilakukan oleh pemilik hak
kekayaan intelektual kepada perseorangan atau badan hukum dengan izin
utuk melakukan suatu bentuk kegiatan usaha, baik dalam bentu tekologi
atau pengetahuan yang dapat dipergunakan untuk memproduksi,
menghasilkan, mejual, atau memasarkan barang tertentu yang mencakup
hak-hak eksklusif dari pemilik hak kekayaan intelektual tersebut.14 Lisensi
ini berkaitan dengan prinsip yang dianut oleh Undang-Undang Hak Cipta,
yakni asas atau prinsip kepentingan perekonomian nasional, perekonomian
nasional haruslah jadi prioritas utama. Oleh karena itu pemberian lisensi
kepada pihak lain, dilarang memuat ketentuan yang langsung atau tidak
12 Ibid, hlm 45
13 Ibid, hlm 50
14 Suyud Margono, Aspek Hukum Komersialisasi Aset Intelektual, Jakarta : CV Nuansa
Aulia, 2010, hlm. 87
8
8
langsung yang dapat menimbulkan akibat yang dapat merugikan
perekonomian indonesia.15
Hak cipta mengandug hak ekonomi yang artinya hak yang
mempunyai nilai uang, biasanya dapat dialihkan dan diekploitasikan
secara ekonomis.16 Atas alasan ekonomis ini pembajakn marak dilakukan,
khususnya di indonesia. Tuntutan dari para pembuat software yang bernilai
jutaan dolar untuk pembajakan software oleh beberapa penjual komputer
dikawasan pusat penjualan komputer di Mall Mangga Dua dan Hotel Dusit
Jakarta beberapa waktu yang lalu cukup membuat masyarakat pengguna
komputer panik. Apalagi saat ini marak penertiban yang dilakukan pihak --
pihak berwenang untuk menertibkan pembajakan sofware yang dilakukan
di indonesia, hal ini terutama dilakukan kepada institusi bisnis yang
bersifat komersil yang mendapatkan keuntungan dengan memanfaatkan
software tersebut.17
Data Riset International Data Corporation (IDC) menunjukkan,
pada 2012, Indonesia menjadi salah satu negara yang memiliki tingkat
pembajakan software. Data IDC menyatakan, negara ini menempati posisi
11 dunia peredaran software bajakan. Berdasarkan data IDC, jumlah
15 Ketentuan ini bersifat extra-territorial yang dilarang menurut GATT 94/WTO, agaknya
jika kita dituntut untuk menyesuaikan seluruh perangkat perundang –undangan HKI Indonesia
dengan TRIPs, ketentuan semacam ini harus dihapuskan
16 Suyud Margono, op.cit, hlm. 15
17 Mochammad Wahyudi, op.cit, hlm. 23.
9
9
software bajakan yang beredar di Indonesia sangat memprihatinkan, yaitu
sekitar 86 persen. 18
Semakin meluasnya penggunaan komputer memungkinkan setiap
individu diseluruh dunia untuk menggandakan software tanpa diketahui
oleh pemilik hak cipta sehingga pembajakn software sulit untuk diawasi
dan ditindak, terutama pembajakan game online. Karena pembajak dapat
meraup keuntungan dengan membuat game online yang kontennya sama
persis tapi hanya dibedakan dari nama dan sistemnya. Namun sejauh ini
berbagi upaya telah dilakukan pemerintah dan produsen software untuk
melindungi hak intelektual mereka dari pembajakan. Pemerintah
mengeluarkan aturan hukum berkaitan dengan Undang - undang tentang
hak kekayaan intelektual yang berisi tentang tata cara perlindungan
software, berbagai bentuk pembajakan serta sanksi bagi pelaku
pembajakan software.
Sebagaimana terjadi pada pembajakan game online
Ragnarok, Ragnarok Online adalah game yang masi aktif dan
cukup besar komunitasnya. Hal ini dikemukakan oleh Andi
Suryanto selaku CEO dari PT Lyto Datarindo Fortuna (pemilik
liisensi). Tentunya dengan user yang masih sangat besar dan
loyal, maka Ragnarok Online pada saat ini masih sangat
menjanjikan dalam hal keuntungan secara finansial. Karena
18
http://jabar.tribunnews.com/2016/06/19/indonesia-peringkat-11-dunia-pembajakan-
software/ diunduh pada selasa 20 September 2016, pukul 23.00 Wib.
10
10
untuk menaikkan level karakter secara cepat, ataupun untuk
membeli item tertentu, user diwajibkan membeli voucher Game
On yang disediakan oleh PT Lyto Datarindo Fortuna.
Kasus ini terjadi pada tahun 2010, Yonathan Chandra
(Tergugat) yang berumur 26 tahun dan berdomisili di Surabaya
telah melanggar hak cipta pemilik lisensi dengan membuat
Ragnarok Online dengan server sendiri atau yang lebih dikenal
dengan private server dengan nama Ragnarok Online Lebay (RO
Lebay). Hal ini dilakukan tanpa adanya persetujuan dari PT Lyto
Datarindo Fortuna (Penggugat) selaku pemegang lisensi tunggal
Ragnarok Online. Hal itu melanggar ketentuan Pasal 570 KUH
Perdata
”Hak milik adalah hak untuk menikmati kegunaan suatu
kebendaan dengan leluasa, dan untuk berbuat bebas terhadap
kebebdaan itu dengan kedaulatan sepenuhnya, asal tidak
bersalahan dengan undang – undang atau peraturan umum yang
ditetapkan oleh suatu kekuasaan yang berhak menetapkannya,
dan tidak mengganggu hak – hak orang lain; kesemuanya itu
dengan tak mengurangi kemungkinan akan pencabutan hak itu
demi kepentingan umum berdasarkan atas ketentuan undang –
undang dan dengan pembayaran ganti rugi”
Berdasarkan uraian diatas maka penulis tertarik untuk membahas
masalah tersebut dalam sebuah skripsi dengan judul : “
PERLINDUNGAN HUKUM BAGI PEMEGANG LISENSI GAME
BERBASIS ONLINE BERDASARKAN UNDANG - UNDANG
NOMOR 28 TAHUN 2014 TENTANG HAK CIPTA”.
11
11
B. Identifikasi Masalah
Penulis mengangkat permasalahan utama yaitu :
1. Bagaimana pengaturan mengenai perlidungan lisensi game online
berdasarkan Undang - Undang Nomor 28 Tahun 2014 Tentang Hak
cipta?
2. Upaya hukum apa yang dapat dilakukan oleh para pihak untuk
melindungi kepentingan pemegang lisensi dari game berbasis online?
C. Tujuan Penelitian
Secara keseluruhan penelitian ini mempunyai tujuan
sebagai berikut :
1. Meneliti pengaturan mengenai perlindungan lisensi game online
berdasarkan Undang-undang Nomor 28 Tahun 2014 Tentang Hak
Cipta.
2. Menganalisis upaya hukum yang dapat dilakukan oleh para pihak
dalam perlindungan lisensi game online.
D. Kegunaan Penelitian
1. Kegunaan Teoritis
Penelitian ini dapat menjadi karya tulis ilmiah yang dapat
ditelaah dan dipelajari lebih lanjut dalam rangka pengembangan
ilmu hukum pada umumnya baik oleh rekan – rekan mahasiswa
12
12
Fakultaas Hukum Universitas Pasundan maupun oleh masyarakat
luas mengenai perlindungan hukum bagi pemegang lisensi game
berbasis online berdasarkan Undang - Undang Nomor 28 Tahun
2014 Tentang Hak Cipta.
2. Kegunaan Praktis
Penelitian ini diharapkan menambah wawasan dan
pengetahuan bagi penulis di bidang Hukum Perdata yang
berkaitan dengan perlindungan hak cipta, selain itu
diharapkan juga penelitian ini bisa memberikan masukan
berupa fakta dan analisis beserta saran yang berguna bagi
praktisi hukum, kalangan akademisi, masyarakat,
pemerintah terkait serta penegak hukum mengenai
bagaimana peran dan pentingnya lisensi dan perlindungan
hukum serta aspek – aspek hukum yang berhubungan
dengan perjanjian lisensi.
E. Kerangka Pemikiran
Pancasila sebagai Dasar Negara Republik Indonesia dan Falsafah
Negara mencantumkan nilai – nilai kemanusiaan dan keadilan, pada sila
ke-5 menyatakan “ Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia” yang
berarti bahwa Pancasila menaruh perhatian penuh pada nilai-nilai
keadilan”.
UUD 1945 Pasal 1 ayat (3) Amandemen ke IV menyatakan:
13
13
“Negara Indonesia adalah Negara Hukum”
Sebagaimana diuraikan diatas, Sudargo Gautama mengatakan
bahwa ciri-ciri atau unsur-unsur dari negara hukum adalah :19
1. Terdapat pembatasan kekuasaan Negara terhadap perorangan,
maksudnya negara tidak dapat bertindak sewenang -wenang.
2. Tindakan Negara dibatasi oleh hukum, individual mempunyai hak
terhadap penguasa.
3. Asas legalitas, sebuah tindakan harus berdasarkan hukum yang
terlebih dahulu diadakan, yang harus ditaati oleh pemerintah dan
aparaturnya.
4. Pemisahan kekuasaan. Agar hak-hak asasi ini betul-betul
terlindungi adalah dengan pemisahan kekuasaan yaitu badan yang
membuat peraturan perundang-undangan melaksanakan dan
mengadili harus terpisah satu sama lain. Tidak berada dalam satu
tangan.
Negara kesejahteraan adalah konsep pemerintah ketika negara
mengambil peran penting dalam perlindungan dan pengutamaan
kesejahteraan ekonomi dan sosial warga negaranya. Konsep ini didasarkan
pada prinsip kesetaraan kesempatan, distribusi kekayaan yang merata, dan
tanggung jawab masyarakat kepada orang – orang yang mampu memenuhi
pesyaratan minimal untuk memenuhi kehidupan yang layak. Istilah ini
19
Sudargo Gautama, Pengertian Tentang Negara Hukum, Alumni, Bandung, 1993 hlm.
23.
14
14
secara umum bisa mencakup berbagai macam organisasi ekonomi dan
sosial.20
Konsep pembangunan berkelanjutan yang disampaikan oleh
Mochtar Kusumaatmadja dapat dilihat sebagai bagian dari konsep
pembangunan secara umum yang berkembang sejak tahun 1970-an. Teori
hukum sebagai sarana pembangunan dan pembaharuan masyarakat dapat
dianggap sebagai gagasan awal pembangunan berkelanjutan.21
Eddy Damian mengungkapkan suatu ciptaan mempunyai manfaat
bagi kehidupan manusia dan mempunyai nilai ekonomi sehingga
menimbulkan adanya tiga macam konsepsi :22
a. Konsepsi kekayaan;
b. Konsepsi hak;
c. Konsepsi perlindungan hukum.
Pengaturan Hak Kekayaan Intelektual terdapat di berbagai konvensi
internasional, diantaranya yaitu: Berne Convention, UCC, Rome
Convention, serta konvensi-konvensi lainnya. Terdapat pula Trade Related
Aspects of Intellectual Property Rights (TRIP’s) sebagai salah satu bagian
dari perjanjian multirateral Agreement Etsablishing The World Trade
Organization atau perjanjian WTO.
20
https://id.wikipedia.prg/wiki, diunduh pada Minggu 3 Desember 2016, jam 20.00
21
Mochtar Kusuma Atmadja, Peranan Hukum Sebagai Alat atau Sarana Pembaharuan
atau Pembangunan Masyarakat, Unpad. Bandung, 2000 hlm 7. 22
Eddy Damian, Hukum Hak Cipta, Bandung: PT.Alumni, 2003, hlm. 18.
15
15
TRIP’s sebagai peraturan standar internasional perlindungan HKI
mempunyai kedudukan yang sangat penting dalam mengatur hak-hak dan
kewajiban yang berkaitan dengan perdagangan internasional pada bidang
kekayaan intelektual. TRIP’s merpakan salah satu bagian terpenting dalam
kerangka HKI telah menetapkan mekanisme berupa perlindungan
minimum yang sama terhadap HKI di seluruh wilayah negara-negara
anggota WTO. Pemerintah Indonesia yang juga ikut serta menandatangani
Agreement Establishing The World Organization beserta seluruh
persetujuan yang dijadikan lampiran dan sebagai bagian persetujuan
tersebut, lalu mengesahkan Persetujuan Pembentukan WTO tersebut
dengan Undang-Undang No. 7 Tahun 1994 Tentang Pengesahan
Persetujuan Pembentukan Organisasi Perdagangan Dunia.23
Dalam perundingan persetujuan umum tentang tarif dan
perdagangan (General Agreement on Tarif and Trade / GATT) sebagai
bagian dari pembentukan organisasi perdagangan dunia / WTO telah
disepakati norma-norma dan standar perlindungan HKI yang meliputi:24
1. Hak Cipta dan hak lain-lain;
2. Merek;
3. Indikasi Geografis;
4. Desain Produk Industri;
5. Paten, termasuk perlindungan varietas tanaman;
23
Rachmadi Usman, Hukum Hak atas Kekayaan Intelektual, PT.Alumni, Bandung, 2003,
hal.25 24
Adami Chazawi, Tindak Pidana HKI, Bayumedia Publishing, Malang, 2007 , hlm. 4.
16
16
6. Desain tata letak sirkuit terpadu;
7. Perlindungan terhadap informasi yang dirahasiakan;
8. Pengendalian praktik-praktik persaingan curang dalam perjanjian
lisensi.
Pengelompokan HKI yang didasarkan pada Convention
Estabilishing The World Intellectual Property Organization (WIPO).25
1. Hak Cipta (Copy Rights)
2. Hak Milik (kekayaan) perindustrian (industrial property rights)
Adapun prinsip-prinsip dalam HKI, yaitu:26
1. Prinsip Keadilan (the principle of natural justice)
Pencipta yang menghasilkan suatu karya berdasarkan kemampuan
intelektualnya wajar memperoleh imbalan baik berupa materi
maupun bukan materi.
2. Prinsip Ekonomi (the economy argument)
HKI yang diekspresikan khalayak umum dalam berbagai bentuknya,
memiliki manfaat dan nilai ekonomi serta berguna bagi kehidupan
manusia.
3. Prinsip Kebudayaan (the cultural argument)
25
http://www.hkiwipo.co.id/pengelompokanhki, diunduh pada Jumat 22 April 2016,
pukul 17.00 Wib. 26 Sunaryati Hartono, Hukum Ekonomi Pembangunan Indonesia, Cetakan
Pertama, Binacipta, Bandung, 2000, hlm. 124
17
17
Pertumbuhan dan perkembangan ilmu pengetahuan seni, dan sastra
sangat besar artinya bagi peningkatan tarif kehidupan, peradaban,
dan martabat manusia.
4. Prinsip Sosial (the social argument)
Hukum tidak mengatur kepentingan manusia sebagai individu yang
berdiri sendiri terlepas dari manusia yang lain, tetapi hukum
mengatur kepentingan manusia sebagai warga masyarakat.
Setiap orang mempunyai karya cipta seharusnya diberikan
penghargaan berupa pengakuan atas hasil ciptaannya baik dalam bentuk
materi ataupun dalam bentuk piagam penghargaan.Hak cipta terdiri atas
hak ekonomi (economic right) dan hak moral (moral right). Hak ekonomi
adalah hak untuk mendapatkan manfaat ekonomi atas ciptaan serta produk
terkait. Hak moral adalah hak yang melekat pada diri pencipta atau pelaku
yang tidak dapat dihilangkan atau dihapus dengan alasan apapun, walaupun
hak cipta atau hak terkait telah dialihkan (Penjelasan Umum Undang-
undang Hak Cipta, alinea kelima).
Saat ini teknologi berkembang dengan cepat. Salah satunya adalah
internet yang membawa perubahan yang sangat cepat, membawa ke dunia
tanpa batas, pengertian internet adalah Interconnection network (internet)
adalah sistem global dari seluruh jaringan komputer yang saling terhubung.
Internet berasal dari bahasa latin "inter" yang berarti "antara". Internet
merupakan jaringan yang terdiri dari milyaran komputer yang ada di
seluruh dunia.Internet melibatkan berbagai jenis komputer serta topology
18
18
jaringan yang berbeda. Dalam mengatur integrasi dan komunikasi jaringan,
digunakan standar protokol internet yaitu TCP/IP.TCP bertugas untuk
memastikan bahwa semua hubungan bekerja dengan baik, sedangkan IP
bertugas untuk mentransmisikan paket data dari satu komputer ke
komputer lainya.27
Kelebihan dari media internet adalah mudah diakses dimana-
dimana. Dengan mudahnya pengaksesan ini orang-orang mudah
mendapatkan lagu-lagu yang ingin dimilikinya oleh pribadi dengan gratis
yang di sediakan oleh situs-situs di internet.Hak cipta sebagai bagian dari
perlindungan kekayaan intelektual memiliki hak-hak yang ditimbulkan atas
kekayaan yang dimilikinya, dalam hal ini pemilik hak cipta dapat
melakukan peruatan-perbuatan hukum tertentu atas kekayaan yang
dimilikinya. Hak-hak yang timbul dari suatu ciptaan dalamgan hak cipta
oleh hukum diberikan secara bersamaan dengan keistimewaan-
keistimewaan tertentu, yaitu hak untuk mengeksploitasi ciptaannya.
Kepemilikan hak cipta terkait dengan hak-hak yang melekat atau
dimiliki pemegang hak cipta. Pada umumnya, hukum hak cipta
memberikan beberapa hak yang dikenal dengan hak eksklusif (a-number
exclusive right).28
27
http://www.termasmedia.com/65-pengertian/71-pengertian-internet.html. diunduh pada
Selasa 10 februari 2016, pukul 15.00 Wib.
28
Attorney General’s Department Copyright Law Australia, Short Guide Copyright
Information, Australia, Januari, 2000.Tidak dicantumkan halaman.
19
19
Meskipun telah ada peraturan yang mengatur mengenai HKI namun
pelanggaran tetap saja terjadi, padahal hal ini sangat bertentangan dengan
Undang-undang hak cipta serta Undang-Undang Informasi dan Transaksi
elektronik.
Adapun dasar perlindungan Hak Kekayaan Intelektual yang
didalamnya memilki dua prinsip yaitu prinsip deklaratif dan prinsip
konstitutif.
1. Prinsip Deklaratif (First To Use)
Sistem deklaratif adalah sistem pendaftaran yang hanya
menimbulkan dugaan adanya hak sebagai pemakai
pertama pada merek bersangkutan. Sistem deklaratif
dianggap kurang menjamin kepastian hukum
dibandingkan dengan sistem konstitutif berdasarkan
pendaftaran pertama yang lebih memberikan
perlindungan hukum. Dalam sistem deklaratif titik berat
diletakkan atas pemakaian pertama. Siapa pemakai
pertama suatu merek dialah yang dianggap berhak
menurut hukum atas merek bersangkutan.
2. Prinsip Konstitutif (First To File)
Prinsip Konstitutif disebut juga first to file principle. Artinya,
merek yang didaftar adalah yang memenuhi syarat dan sebagai
yang pertama. Tidak semua merek dapat didaftarkan. Merek tidak
20
20
dapat didaftar atas dasar permohonan yang diajukan oleh pemohon
yang beretikad tidak baik. Pemohon beretikad tidak baik adalah
pemohon yang mendaftarkan mereknya secara tidak layak dan
tidak jujur, ada niat tersembunyi misalnya membonceng, meniru,
atau menjiplak ketenaran menimbulkan persaingan tidak sehat dan
mengecohkan atau menyesatkan konsumen. Yang dapat
mendaftarkan merek adalah orang atau badan hukum. Dalam
sistem konstitutif, hak akan timbul apabila telah didaftarkan oleh si
pemegang. Karena itu, dalam sistem ini pendaftaran merupakan
suatu keharusan.
Perbuatan yang dilakukan situs penyedia konten game gratis atas
penyediaan konten yang dapat diunggah oleh pengunjung situs tidak sesuai
dengan aturan UUHC 2014 dan UU ITE 2008.
Game (program komputer) merupakan salah satu objek hak cipta
yang dilindungi, hal ini berdasarkan ketentuan dalam Pasal 40 Ayat (1)
yaitu:
“Ciptaan yang dilindungi meliputi Ciptaan dalam bidang ilmu
pengetahuan, seni, dan sastra, terdiri atas: ..s. Program komputer”.
Pasal 1 angka 20 UUHC 2014 menyebutkan bahwa:
“Lisensi adalah izin yang tertulis diberikan pleh Pemegang Hak
Cipta atau Pemilik Hak Terkait kepada pihak lain
untukmelaksanakan hak ekonomi atas ciptaannya atau produk hak
terkait dengan syarat tertentu.”
21
21
Pasal 8 Undang-Undang No.28 Tahun 2014 tentang hak cipta
menyebutkan bahwa:
“Hak ekonomi merupakan hak eksklusif Pencipta atau Pemegang
Hak Cipta untuk mendapatkan manfaat ekonomi atas Ciptaan.”
Pasal 9 Undang-undang No. 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta
menyebutkan bahwa:
(1) Pencipta atau Pemegang Hak Cipta sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 8 memiliki hak ekonomi untuk melakukan:
a. penerbitan Ciptaan;
b. Penggandaan Ciptaan dalam segala bentuknya;
c. penerjemahan Ciptaan;
d. pengaransemenan, atau pentransformasian Ciptaan;
e. pendistribusian Ciptaan atau salinannya;
f. pertunjukan Ciptaan;
g. Pengumuman Ciptaan;
h. Komunikasi Ciptaan; dan
i. penyewaan Ciptaan.
22
22
(2) Setiap Orang yang melaksanakan hak ekonomi sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) wajib mendapatkan izin Pencipta atau
Pemegang Hak Cipta.
(3) Setiap orang yang tanpa izin Pencipta atau Pemegang Hak Cipta
dilarang melakukan Penggandaan dan/atau Penggunaan Secara
Komersial Ciptaan.
Dalam Pasal 55 UUHC 2014 menyebutkan bahwa:
(1) Setiap orang mengetahui pelanggaran Hak Cipta dan/atau Hak
Terkait melalui sistem elektronik untuk Penggunaan secara
komersial dapat melaporkan kepada Menteri.
(2) Menteri menverifikasi laporan sebagaimana dimaksud pada ayat
(3) Dalam hal ditemukan bukti yang cukup berdasarkan hasil
verifikasi laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), atas
permintaan pelapor Menteri yang menyelanggarakan urusan
pemerintahan di bidang telekomunikasi dan informasi untuk
menutup sebagian atau seluruh konten yang melanggar Hak
Cipta dalan sistem elektronik atau menjadikan layanan sisitem
elektronik tidak dapat diakses.
(4) Dalam hal penutupan situs internet sebagaimana dimaksud pada
ayat (3) dilakukan secara keseluruhan, dalam waktu lama 14
(empat belas) Hari setelah penutupan Menteri meminta
penetapan pengadilan.
23
23
Ketentuan mengenai data yang berada dalam situs internet tersebut
terdapat dalam Undang-undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Internet
dan Transaksi Elektronik.
Dalam pasal 25 UU ITE 2008 dijelaskan bahwa:
“Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik yang disusun
menjadi karya intelektual, situs internet, dan karya intelektual yang
ada didalamnya dilindungi sebagai Hak Kekayaan Intelektual
berdasarkan ketentuan Peraturan Perundang-undangan”
Dari pasal tersebut dijelaskan bahwa kumpulan lagu yang
disediakan dalam situs internet merupakan dokumen elektronik sebagai
objek Hak Kekayaan Intelektual yang harus dilindungi karya ciptanya
karena tidak sesuai dengan yang tercantum dalam UUHC 2014 serta dalam
UU ITE 2008.
Dalam aturan Undang-undang ITE terdapat pasal yang
menyebutkan untuk menyelesaikan masalah ini jika dapat menimbulkan
sengketa, Pasal 38 Ayat (1) menyebutkan bahwa:
“Setiap orang dapat mengajukan Gugatan terhadap pihak yang
menyelenggarakan Sistem Elektronik dan/atau menggunakan
Teknologi Informasi yang menimbulkan kerugian”.
Kemudian Pasal 39 ayat (1) UU ITE 2008 menyatakan bahwa:
“Gugatan perdata dilakukan sesuai dengan ketentuan Peraturan
Perundang-undangan”
Lalu dalam Pasal 39 ayat (2) UU ITE menyebutkan bahwa:
“Selain penyelesaian gugatan perdata sebagaimana dimaksud pada
ayat (1), para pihak dapat menyelesaikan sengketa melalui arbitrase,
atau lembaga penyelesaian sengketa alternatif lainnya sesuai dengan
ketentuan Peraturan Perundang-undangan”.
24
24
Jika dilihat dari Kitab Undang-undang Hukum Perdata, yaitu Pasal 1365
BW menjelaskan bahwa:
“Tiap perbuatan yang melanggar hukum dan membawa kerugian
kepada orang lain, mewajibkan orang yang menimbulkan kerugian
itu karena kesalahannya untuk mengganti kerugian tersebut”
Dalam hal ini maka perbuatan menyediakan konten game gratis
dalam situs internet menimbulkan kerugian Pencipta dan Pemegang Hak
Cipta karena terdapat unsur Perbuatan Melawan Hukum (PMH). Namun
pada umumnya dalam menyelesaikan suatu sengketa maka langkah
awalnya perlu adanya penyelesaian alternatif diluar pengadilan sebelum
melangkah lebih lanjut ke ranah pidana serta kerugiannya, hal ini bertujuan
untuk mencapai suatu kesepakatan dengan win-win solution. Langkah-
langkah yang dilakukan diluar pengadilan yaitu Negoisasi, Konsiliasi, dan
Arbitrase dan lewat pengadilan. Jika tidak mencapai kesepakatan melalui
penyelesaian alternatif maka akan diselesaikan memlalui jalur pengadilan
dan diputus melalui ganti kerugian maupun pidana.
Dalam Pasal 95 UUHC 2014 menyebutkan bahwa:
1. Penyelesaian sengketa Hak Cipta dapat diakukan melalui
alternatif penyelesaian sengketa, arbitrase, atau pengadilan.
2. Pengadilan yang berwenang sebagaimana dimaksud ayat 1
adalah Pengadilan Niaga.
3. Pengadilan lainnya selain Pengadilan Niaga sebagaimana
dimaksud ayat (2) tidak berwenang menangani penyelesaian
sengketa Hak Cipta.
25
25
4. Selain pelanggaran Hak Cipta dan/atau Hak Terkait dalam
bentuk Pembajakan, sepanjang para pihak yang bersengketa
diketahui keberadaannya dan/atau berada di wilayah Negara
Kesatuan Republik Indonesia harus menempuh terlebih dahulu
penyelesaian sengketa memlalui mediasi sebelum melakukan
tuntutan pidana.
Dalam Pasal 113 ayat (3) UUHC 2014 menyebutkan bahwa:
“Setiap Orang yang dengan tanpa hak dan/atau tanpa izin Pencipta
atau pemegang Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi
Pencipta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf a,
huruf b, huruf e, dan/atau huruf g untuk Penggunaan Komersial
dipidana dengan pidana penjara paling lama 4 (empat) tahun
dan/atau pidana denda paling banyak Rp.1.000.000.000,00 (satu
miliar rupiah).
Mengenai alat bukti yang digunakan dapat berupa alat bukti
eletronik, yaitu kumpulan data dalam situs internet, mengenai aklat bukti
elektronik diatur dalam Pasal 5 UU ITE, yaitu:
(1) Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik dan/atau hasil
cetaknya merupakan alat bukti hukum yang sah.
(2) Informasi Elektronik dan/atau Dokumen cetaknya si Elektronik
dan/atau hasil cetaknya sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
merupakan putusan dari alat bukti yang sah sesuai dengan Hukum
Acara yang berlaku di Indonesia.
(3) Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik dinyaktakan
sah apabila menggunakan Sistem Elektronik sesuai dengan
ketentuan yang diatur dalam Undang-undang ini.
26
26
(4) Ketentuan mengenai Informasi Elektronik sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) tidak berlaku untuk:
a. Surat yang menurut Undang-undang harus dibuat dalam bentuk
tertulis; dan
b. Surat beserta dokumennya yang menurut Undang-undang harus
dibuat dalam bentuk akta notaril atau akta yang dibuat oleh pejabat
pembuat akta.”
Jadi berdasarkan teori serta penerapan dalam Peraturan Perundang-
undangan diatas dapat dijadikan sebuah hipotesis bahwa perbuatan
penyediaan konten game online yang dapat diunduh dengan gratis pada
situs internet dengan tanpa izin pencipta dan pemegang hak cipta ditinjau
dari UUHC 2014 dan UU ITE 2008 merupakan perbuatan melawan
hukum (PMH) dan dapat dilakukan upaya untuk melindungi hak cipta bagi
pencipta dan pemegang hak cipta atas karya ciptanya karena sudah
melakukan pendaftaran kepada Direktorat Jenderal Hak Kekayaan
Intelektual.
F. Metode Penelitian
Agar dapat mengetahui dan membahas suatu
permasalahan diperlukan adanya pendekatan dengan
menggunakan metode-metode tertentu yang bersifat ilmiah.
Metode yang digunakan oleh penulis dalam penulisan skripsi ini
adalah sebagai berikut :
1. Spesifikasi Penelitian
27
27
Penelitian ini bersifat deskriptif analitis yang menggambarkan
peraturan perundang-undangan yang berlaku, dikaitkan dengan teori-teori
hukum dalam praktik pelaksanaan yang menyangkut dengan permasalahan
yang diteliti. Peraturan perundang-undangan tersebut adalah Undang-
Undang No.28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta.
2. Metode Pendekatan
Penelitian ini merupakan penelitian yuridis-normatif atau lebih
dikenal dengan istilah penelitian hukum kepustakaan. Selain itu
penelitian ini juga dilengkapi dengan menggunakan pendekatan
perundang-undangan (statute approach), pendekatan historis dan
pendekatakan komparatif (comparative approach) agar penelitian ini
tidak terbatas pada penelitian atas hukum yang berlaku (normatif)
saja, akan tetapi lebih dari itu yakni bagaimana seharusnya hukum
diterapkan.
Penelitian yuridis-normatif mengacu kepada norma hukum
yang terdapat dalam peraturan perundang-undangan dan norma-norma
lain yang berlaku dan mengikat di masyarakat. Perolehan data
dilakukan melalui penelitian kepustakaan yakni melalui pengumpulan
data sekunder, yang mencakup bahan hukum primer, sekunder, dan
bahan hukum tersier.
3. Tahap Penelitian
Sebelum penulis melakukan penelitian, terlebih dahulu
penetapan tujuan penelitian harus jelas, kemudian dilakukan
28
28
perumusan masalah dari berbagai teori dan konsep yang ada, untuk
mendapatkan data primer dan data sekunder sebagaimana dimaksud
diatas, dalam peneliian ini dikumpulkan melalui penelitian
kepustakaan.
Menurut Ronny Hanitijo Soemitro, yang dimaksud dengan
penelitian kepustakaan yaitu29 :
“penelitian terhadap data sekunder. Data sekunder dalam
bidang hukum dipandang dari sudut kekuatan
meningkatnya dapat dibedakan menjadi 3 (tiga), yaitu
bahan hukum primer, bahan hukum sekunder, dan bahan
hukum tersier”.
a. Bahan hukum sekunder, yaitu bahan yang memberikan
penjelasan mengenai bahan hukum primer30, berupa buku-
buku yang ada hubungannya dengan penulisan Skripsi ini.
Bahan-bahan hukum primer, yaitu bahan hukum yang
mengikat31, terdiri dari beberapa peraturan perundang-
undangan, diantaranya yaitu Undang-Undang Dasar 1945
Amandemen Ke-IV, Kitab Undang-Undang Hukum Perdata,
Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta,
Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi
29
Ronny Hanitijo Soemitro, Metodelogi Penelitian Hukum dan Jurumetri, Ghalia
Indonesia, Jakarta, 1990, Hlm. 2 30
Ibid, Hlm 14 31
Soerjono Soekanto, Penelitian Hukum Normatif “Suatu Tinjauan Singkat”, Rajawali
Pers, Jakarta, 1985, Hlm 11
29
29
Dan Transaksi Elektronik, Undang-Undang No. 7 tahun 1994
Tentang Ratifikasi Perjanjian Pembentukan Organisasi
Perdagangan Dunia, Pengaturan dalam Undang-Undang
Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi Dan Transaksi
Elektronik, (Berne Convention for The Protection of Literary
and Artistic Works 1886 atau Konvensi Berne, persetujuan
Trade Related Aspect of Intellectual Property Rights (TRIPs)
– World Trade Organization (WTO), World Intellectual
Property Organization (WIPO) CopyRight Treaty atau WIPO
Copyright Treaty), serta peraturan perundang-undangan
lainnya yang berhubungan dengan permasalahan yang
dibahas.
b. Bahan hukum tersier, yaitu bahan hukum yang memberikan
petunjuk maupun penjelasan terhadap hukum primer dan
sekunder32 seperti kamus hukum.
4. Teknik Pengumpulan Data
Data-data dalam penelitian ini diperoleh melalui studi
kepustakaan (Library Research), yaitu dengan penelaahan data yang
diperoleh dalam peraturan perundang-undangan, buku, teks, jurnal,
hasil penelitian, ensiklopedi, biografi, indeks kumulatif, dan lain-lain
melalui inventarisasi data secara sistematis dan terarah, sehingga
diperoleh gambaran apakah yang terdapat dalam suatu penelitian,
32
Opcit., Metodelogi Penelitian Hukum dan Jurumetri, Hlm. 116
30
30
apakah suatu aturan bertentangan dengan aturan lain atau tidak,
sehingga data yang akan diperoleh lebih akurat. Serta Studi Lapangan
(Field research). Dengan menggunakan metode pendekatan Yuridis-
Normatif, yaitu dititik beratkan pada peenggunaan data kepustakaan
atau data sekunder yang berupa bahan hukum primer, sekunder dan
tersier yang ditunjang oleh data primer. Metode pendekatan ini
digunakan dengan mengingat bahwa permasalahan yang diteliti
berkisar pada perlindungan terhadap hak cipta atas game berbasis
online di Indonesia.
a. StudiPustaka
1) Inventarisasi, yaitu mengumpulkan buku-buku yang
berkaitan dengan Hukum Hak Kekayaan Intelektual,
Hak Cipta, Cyber Law.
2) Klasifikasi, yaitu dengan cara mengolah dan memilih
data yang dikumpulkan tadi kedalam bahan hukum
primer, sekunder, dantersier.
3) Sistematis, yaitu menyusun data-data yang diperoleh
dan telah diklasifikasi menjadi uraian yang teratur dan
sistematis.
b. Studi Lapangan
Selain dengan menggunakan studi kepustakaan, dalam
penelitian ini, peneliti juga menggunakan data lapangan
31
31
untuk memperoleh data primer sebagai pendukung data
sekunder dilakukan dengan cara mencari data di lokasi
penelitian.
5. Alat Pengumpulan Data
Untuk mendapatkan data kepustakaan, peneliti sebagai
instrument utama dalam pengumpulan data kepustakaan dengan
menggunakan :
a. alat tulis untuk mencatat bahan-bahan yang diperlukan
ke dalam buku catatan.
b. alat elektronik (computer) untuk mengkritik dan
menyususn bahan-bahan yang telah diperoleh.
6. Analisis Data
Sebagai cara untuk menarik kesimpulan dari penelitian yang
sudah terkumpul disini penulis sebagai instrument analisis, analisis
data dapat dirumuskan sebagai suatu proses penguraian secara
sistematis dan konsisten terhadap gejala-gejala tertentu33. yang akan
menggunakan metode Yuridis-kualitatif. Dalam arti bahwa melakukan
analisis terhadap data yang diperoleh dengan menekankan pada
tinjauan normatif terhadap objek penelitian dan peraturan-peraturan
yang ada sebagai hukum positif:
33
Soerjono Soekanto, Kesadaran Hukum dan Kepatuhan Hukum, Rajawali, Jakarta, 1982,
hlm 37.
32
32
a. Bahwa undang-undang yang satu dengan yang lain tidak saling
bertentangan;
b. Bahwa undang-undang yang derajatnya lebih tinggi dapat
mengesampingkan undang-undang yang ada dibawahnya.
c. Kepasstian hukum, artinya perundang-undang yang diteliti
telah dilaksanakan dengan didukung oleh penegak hukum dan
pemerintah berwenang.
Dalam permasalahan ini analisa diawali dengan kegiatan
penelitian dan penelaahan tentang latar belakang hak cipta, pengertian
hak cipta, tujuan hak cipta dan sampai pada perlindungan hak cipta
game berbasis online, termasuk menganalisa kasus berdasarkan pada
bahan-bahan kepustakaan yang ada. Kegiatan ini diharapkan dapat
memudahkan peneliti dalam menganalisa permasalahan yang diajukan,
menafsirkannya dan kemudian menarik kesimpulan.
7. Lokasi Penelitian
Penelitian untuk penulisan hukum ini dilakukan pada tempat-
tempat yang memiliki korelasi dengan masalah yang diangkat pada
penulisan hukum ini. Lokasi penelitian dalam penulisan hukum ini
difokuskan pada lokasi kepustakaan, diantaranya yaitu:
a. Penelitian kepustakaan berlokasi di :
1. Kepustakaan Fakultas Hukum Universitas Pasundan
Bandung, Jl. Lengkong Dalam No. 17 Bandung.
33
33
2. Perpustakaan Universitas Padjadjaran Bandung. Jl.
Dipatiukur No. 35 Bandung.
3. Perpustakaan Universitas Khatolik Parahyangan. Jl.
Cimbeuleuit No. 94 Bandung.
4. Perpustakaan Universitas Islam Bandung. Jl. Taman Sari
No. 1 Bandung.
5. Perpustakaan Universitas Indonesia, Kampus UI Depok
Jawa Barat
b. Penelitian lapangan berlokasi di :
1. PT. Lyto Datarindo Fortuna, Jl. Raya Panjang No 7-9
kedoya Selatan, Kebon Jeruk, Jakarta Barat.
2. Bandung Electronic Center, Jl. Purnawarman No.13-15,
Babakan Ciamis, Bandung