59
ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN DHF Disusun oleh kelompok 6: 1. Dewa Ayu Eka Priyanti (12010) 2. Emi Rosmeri (12014) 3. Endro Gunanto (12015) 4. Julius (12024) 5. Margareta Natalia (12027) 6. Nia Tri Utami (12033) 7. Riska April Yani (12043)

Asuhan Keperawatan Anak Dengan Dhf

Embed Size (px)

DESCRIPTION

asuhan keperawatan anak

Citation preview

Page 1: Asuhan Keperawatan Anak Dengan Dhf

ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN DHF

Disusun oleh kelompok 6: 1. Dewa Ayu Eka Priyanti

(12010)2. Emi Rosmeri

(12014)3. Endro Gunanto

(12015)4. Julius (12024)5. Margareta Natalia

(12027)6. Nia Tri Utami

(12033)7. Riska April Yani

(12043)

AKADEMI KEPERAWATAN HARUM JAKARTA

TAHUN 2013

Page 2: Asuhan Keperawatan Anak Dengan Dhf

KATA PENGANTAR

Puji Syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, berkat

rahmat dan Ridho-Nya penulis dapat diberi kesempatan untuk menyelesaikan

makalah tentang “Asuhan Keperawatan Anak Dengan DHF”. Dalam penyusunan

makalah ini penulis banyak mengalami hambatan dan kesulitan namun dengan

bimbingan serta pengarahan serta dukungan dari berbagai pihak, akhirnya makalah

ini dapat terselesaikan. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasi kepada :

1. Ibu Rusmawati Sitorus, S.Pd S.Kep MA Selaku Direktur Akademi

Keperawatan Harum Jakarta serta segenap jajarannya yang telah

memberikan kemudahan-kemudahan baik berupa moril maupun materil

selama mengikuti pendidikan di

2. Ibu Ns. Ns. Khotimah, S.kep selaku dosen pembimbing mata ajar keperawatan

anak

2. Kedua orangtua kami yang telah membantu motil maupun materi, sehingga

penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini.

3. Rekan-rekanmahasiswa yang telah memberikan bantuan kepada penulis dalam

rangka penyusunan makalah ini.

Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari sempurna, untuk itu penulis

mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun demi kebaikan

selanjutnya.

Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi para

pembaca sebelumnya.

Page 3: Asuhan Keperawatan Anak Dengan Dhf

Jakarta, April 2014

Kelompok 6

DAFTAR ISI

Kata Pengantar…………………………………………………………….. i

Daftar Isi………………………………………………………………….. ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang.............................................................................. 1

B. Tujuan Penulisan............................................................................ 2

C. Ruang Lingkup............................................................................... 2

D. Metode Penulisan........................................................................... 2

E. Sistematika Penulisan.................................................................... 3

BAB II TINJAUAN TEORITIS

A. Pengertian………………………………………………………… 4

B. Etiologi…………………………………………………………… 5

C. Patofsiologi………………………………………………………. 5

D. Klasifikasi……………………………………………………….. 8

E. Manifestasi Klinis……………………………………………….. 8

F. Pemeriksaan Diagnostik………………………………………… 9

G. Penatalaksanaan Medis…………………………………………. 9

H. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan…………………………… 9

BAB III TINJAUAN KASUS

A. Pengkajian……………………………………………………… 23

B. Diagnosa……………………………………………………….. 28

C. Intervensi………………………………………………………. 29

Page 4: Asuhan Keperawatan Anak Dengan Dhf

BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan……………………………………………………… 35

B. Saran……………………………………………………………. 36

Daftar Pustaka

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Usia secara jelas mendefinisikan karakteristik yang memisahkan anak-

anak dari orang dewasa. Namun, mendefinisikan anak-anak dari segi usia

dapat menjadi permasalahan besar karena penggunaan definisi yang berbeda

oleh beragam negara dan lembaga internasional. (WHO , 2003) . Anak-anak

sebagai orang yang berusia di bawah 20 tahun. Sedangkan The Convention

on the Rights of the Child mendefinisikan anak-anak sebagai orang yang

berusia di bawah 18 tahun. ( Department of Child and Adolescent Health and

Development , 2006)

Dalam kehidupan anak ada dua proses yang beroperasi secara kontinu,

yaitu pertumbuhan dan perkembangan. Banyak orang yang menggunakan

istilah “pertumbuhan” dan “perkembangan” secara bergantian. Kedua proses

ini berlangsung secara interdependensi, artinya saling bergantung satu sama

lain. Kedua proses ini tidak bisa dipisahkan dalam bentuk-bentuk yang secara

pilah berdiri sendiri-sendiri; akan tetapi bias dibedakan untuk maksud lebih

memperjelas penggunaannya.   Dalam hal ini kedua proses tersebut memiliki

tahapan-tahapan diantaranya tahap secara moral dan spiritual. Karena

pertumbuhan dan perkembangan peserta didik dilihat dari tahapan tersebut

memiliki kesinambungan yang begitu erat dan penting untuk dibahas maka

kita meguraikannya dalam bentuk struktur yang jelas baik dari segi teori

sampai kaitannya dengan pengaruh yang ditimbulkan.  

Penanggulangan demam berdarah secara umum di tujukan pada

pemberantasan rantai penularan dengan memusnahkan pembawa virusnya

Page 5: Asuhan Keperawatan Anak Dengan Dhf

(vektornya) yaitu nyamuk Aedes Aegypty dengan memberantas sarang

perkembangbiakannya yang umunya ada di air bersih yang tergenang di

permukaan tanah maupun di tempat-tempat penampungan air, melakukan

program 3M ( menutup, menguras, mengubur) (WHO 2004).

Dari data yang diperoleh, kasus DBD di dki jakarta menurun selama

tiga tahun terakhir, secara signifikan. Dinas Kesehatan (Dinkes) DKI Jakarta

menyebutkan, penurunan terjadi hingga tiga tahun terakhir. Pada tahun 2007,

jumlah kasus DBD mencapai 31.836 kasus. Jumlah itu mengalami penurunan

di tahun 2008 yang hanya mencapai 28.361 kasus. Pada 2009 penurunannya

sangat signifikan hanya menyisakan 18.835 kasus.  Di tahun 2010, jumlah

kasus DBD kian menyusut menjadi 12.639 kasus.

Data Kementerian Kesehatan RI tahun 2010 menunjukkan, jumlah

kasus DBD di DKI sebesar 18.006 kasus, dengan tingkat kejadian rata-rata

(incidence rate/IR) sebesar 202,4 per 100.000 penduduk. Angka tersebut jauh

di atas target nasional, yaitu 150 per 100.000 penduduk.

Untuk tahun 2011 hingga bulan Mei kasus DBD tercatat sebanyak

3.603 kasus. Dengan rincian Jakarta Timur 941 kasus, Jakarta Selatan 720

kasus, Jakarta Barat 661 kasus, Jakarta Utara 961 kasus, Jakarta Pusat 314

kasus, dan Kepulauan Seribu 6 kasus.

Peran perawat untuk mengatasi penyakit DBD dengan cara promotif,

preventif, kuratif dan rehabilitatif. Promotif yaitu memberi penyuluhan

kesehatan tentang penyakit DBD dan penanggulangannya, preventif yaitu

untuk mencegah terjadinya DBD dengan cara merubah kebiasaan hidup

sehari-hari melalui tidak menggantung pakaian yang sudah di pakai,

menjaga kebersihan lingkungan dan penampungan air, kuratif yaitu untuk

memenuhi cairan tubuh sesuai dengan kebutuhan, serta mengkonsumsi

minuman yang dapat meningkatkan trombosit seperti jus kurma dll. Dari

aspek rehabilitatif perawat berperan memulihkan kondisi klien dan

menganjurkan klien untuk kontrol kembali kerumah sakit bila keluhan

timbul kembali.

Berdasarkan hal tersebut di atas maka penulis tertarik memilih judul

“Asuhan Keperawatan Anak Dengan DHF”.

B. Tujuan penulisan

Page 6: Asuhan Keperawatan Anak Dengan Dhf

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui Asuhan Keperawatan Anak dengan DHF

2. Tujuan Khusus

a) Mahasiswa dapat menjelaskan pengertian DHF.

b) Mahasiswa dapat menjelaskan tentang etiologi DHF.

c) Mahasiswa dapat menjelaskan tentang patofisiologi DHF.

d) Mahasiswa dapat menjelaskan tentang klasifikasi DHF.

e) Mahasiswa dapat menjelaskan tentang manifestasi klinis.

f) Mahasiswa dapat menjelaskan tentang pemeriksaan diagnostik.

g) Mahasiswa dapat menjelaskan tentang penatalaksanaan DHF.

h) Mahasiswa dapat menjelaskan teori asuhan keperawatan DHF

i) Mahasiswa dapat memahmi dalam melakukan asuhan keperawatan

DHF

C. Metode penulisan

Metode dalam penulisan makalah ini, penulis menggunakan metode

studi kepustakaan dengan tujuan mendapatkan gambaran secara tepat

tentang asuhan keperawatan anak pada DHF, untuk memperoleh data,

penyusun menggunakan metode kepustakaan dengan mempelajari buku-

buku referensi yang terkait dengan asuhan keperawatan Anak DHF.

E. Sistematika penulisan

Adapun sistematika penulisan dalam makalah ini adalah terdiri dari 4

BAB,yaitu :

BAB I :Pendahuluan yang terdiri dari latar belakang, tujuan

penulisan, metode penulisan dan sistematika penulisan.

BAB II :Tinjauan teoritis yang meliputi pengertian, etiologi,

patofisiologi, klasifikasi, manifestasi klinis, pemeriksaan

diagnostik, penatalaksanaan, sampai komplikasi

BAB III :Tinjauan Kasus yang meliputi pengkajian, diagnose,

intervensi sampai dengan implementasi.

Page 7: Asuhan Keperawatan Anak Dengan Dhf

BAB IV :Penutup meliputi kesimpulan dan saran yang merupakan

penjelasan singkat tentang asuhan keperawatan anak pada

DHF.

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

I. KONSEP DASAR DHF

A. Pengertian

1. Dengue haemorhagic fever (DHF) adalah penyakit yang disebabkan

oleh virus dengue sejenis virus yang tergolong arbovirus dan masuk

kedalam tubuh penderita melalui gigitan nyamuk aedes aegypty

(Nursalam, dkk. 2008)

2. Dengue haemorhagic fever (DHF) adalah penyakit yang terdapat pada

anak dan orang dewasa dengan gejala utama demam, nyeri otot dan

nyeri sendi yang disertai ruam atau tanpa ruam. DHF sejenis virus yang

tergolong arbo virus dan masuk kedalam tubuh penderita melalui gigitan

nyamuk aedes aegypty (betina) (Hidayat, 2006)

3. Dengue haemorhagic fever (DHF) adalah suatu penyakit akut yang

disebabkan oleh virus yang ditularkan oleh nyamuk aedes aegypty

(Suriadi. 2010)

Dari beberapa pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa dengue

haemorhagic fever (DHF) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus

dengue sejenis virus yang tergolong arbovirus dan masuk kedalam tubuh

penderita melalui gigitan nyamuk aedes aegypty yang terdapat pada anak

dan orang dewasa dengan gejala utama demam, nyeri otot dan nyeri sendi

yang disertai ruam atau tanpa ruam.

Page 8: Asuhan Keperawatan Anak Dengan Dhf

B. Etiologi

Dengue haemoragic Fever (DHF) disebabkan oleh arbovirus

(Arthopodborn Virus) dan ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes

Aegepthy. Virus Nyamuk aedes aegypti berbentuk batang, stabil pada suhu

370 C. Adapun ciri-ciri nyamuk penyebar demam berdarah menurut

(Nursalam ,2008) adalah :

1. Badan kecil, warna hitam dengan bintik-bintik putih

2. Hidup didalam dan sekitar rumah

3. Menggigit dan menghisap darah pada waktu siang hari

4. Senang hinggap pada pakaian yang bergantung didalam kamar

5. Bersarang dan bertelur digenangan air jernih didalam dan sekitar rumah

seperti bak mandi, tempayan vas bunga.

C. Patofisiologi

Virus dengue masuk ke dalam tubuh melalui gigitan nyamuk aedes aegypty

dimana virus tersebut akan masuk ke dalam aliran darah, maka terjadilah

viremia (virus masuk ke dalam aliran darah). Kemudian akan bereaksi

dengan antibody dan terbentuklah kompleks virus antibody yang tinggi

akibatnya terjadilah peningkatan permeabilitas pembuluh darah karena

reaksi imunologik. Virus yang masuk ke dalam pembuluh darah dan

menyebabkan peradangan pada pembuluh darah vaskuler atau terjadi

vaskulitis yang mana akan menurunkan jumlah trombosit (trombositopenia)

dan factor koagulasi merupakan factor terjadi perdarahan hebat. Keadaan

ini mengkibatkan plasma merembes (kebocoran plasma) keluar dari

pembuluh darah sehingga darah mengental, aliran darah menjadi lambat

sehingga organ tubuh tidak cukup mendapatkan darah dan terjadi hipoksia

jaringan.

Pada keadaan hipoksia akan terjadi metabolisme anaerob , hipoksia dan

asidosis jaringan yang akan mengakibatkan kerusakan jaringan dan bila

kerusakan jaringan semakin berat akan menimbulkan gangguan fungsi

organ vital seperti jantung, paru-paru sehingga mengakibatkan hipotensi ,

hemokonsentrasi , hipoproteinemia, efusi pleura, syok dan dapat

Page 9: Asuhan Keperawatan Anak Dengan Dhf

mengakibatkan kematian. Jika virus masuk ke dalam sistem gastrointestinal

maka tidak jarang klien mengeluh mual, muntah dan anoreksia.

Bila virus menyerang organ hepar, maka virus dengue tersebut menganggu

sistem kerja hepar, dimana salah satunya adalah tempat sintesis dan osidasi

lemak. Namun, karena hati terserang virus dengue maka hati tidak dapat

memecahkan asam lemak tersebut menjadi bahan keton, sehingga

menyebabkan pembesaran hepar atau hepatomegali, dimana pembesaran

hepar ini akan menekan abdomen dan menyebabkan distensi abdomen. Bila

virus bereaksi dengan antbody maka mengaktivasi sistem koplemen atau

melepaskan histamine dan merupakan mediator factor meningginya

permeabilitas dinding pembuluh darah atau terjadinya demam dimana dapat

terjadi DHF dengan derajat I,II,III, dan IV.

Page 10: Asuhan Keperawatan Anak Dengan Dhf

Perjalanan penyakit

(Nursalam, 2008)

D.

E. Klasifikasi

Reaksi imunologis

Vaskulitis

hiperemiaHepato megaliPembesaran limfa (splenomegali)

trombositopenia

Pembesaran kelenjargetah

bening

Nyeri otot petekhiemualSakit kepalaDemam

viremia

DHF/DBD

Permeabilitas vaskular meningkat (dinding kapiler)

Kebocoran plasmaHemokonsentrasi (peningkatan HCT >20 %), Hipoproteinemia, Hiponatremia dan Efusi serosa.

hipovolume Peningkatan reabsorbsi air dan Na oleh ginjal dan penurunan eksresi

Na urine serta peningkatan osmolalitas

Hipoksia jaringan

DIC Asidosis metabolik

syok

perdarahan

Page 11: Asuhan Keperawatan Anak Dengan Dhf

Berdasarkan standar WHO (2002), DHF dibagi menjadi empat derajat

sebagai berikut:

1. Derajat I :

Demam disertai gejala klinis lain atau perdarahan spontan, uji turniket

positi, trombositopeni dan hemokonsentrasi.

2. Derajat II :

Seperti derajat I namun di sertai perdarahan spontan di kulitdan atau

perdarahan lain.

3. Derajat III :

Ditemukan kegagalan sirkulasi darah dengan adanya nadi cepat dan

lemah, tekanan darah menurun disertai kulit dingin, lembab dan

gelisah.

4. Derajat IV :

Renjatan berat dengan nadi tidak teratur dan tekanan darah yang tidak

dapat diukur.

F. Manifestasiklinis

Menurut Nursalam, 2008 tanda dan gejala penyakit DHF antara lain

1. Demam tinggi selama 5 – 7 hari

2. Mual, muntah, tidak ada nafsu makan, diare, konstipasi.

3. Perdarahan terutama perdarahan bawah kulit, ptechie, echymosis,

hematoma.

4. Epistaksis, hematemisis, melena, hematuri.

5. Nyeri otot, tulang sendi, abdoment, dan ulu hati.

6. Sakit kepala.

7. Pembengkakan sekitar mata.

8. Pembesaran hati, limpa, dan kelenjar getah bening.

9. Tanda-tanda renjatan (sianosis, kulit lembab dan dingin, tekanan darah

menurun, gelisah, capillary refill lebih dari dua detik, nadi cepat dan

lemah).

G. Pemeriksaan diagnostik

Page 12: Asuhan Keperawatan Anak Dengan Dhf

(Nursalam, 2008)

1. Darah lengkap : hemokonsentrasi (hematokrit meningkat 20 % atau

lebih), trombositopenia (100.000/mm3 atau kurang)

2. Serologi : uji HI (hemoagutination inhibition test).

3. Rontgen thoraks : effusi pleura

H. Penatalaksanaan medis (Narusalam, 2008)

1. Terapi

a. DHF tanpa rejatan

Pada pasien dengan demam tinggi , anoreksia dan sering muntah

menyebabkan pasien dehidrasi dan haus, beri pasien minum 1,5

sampai 2 liter dalam 24 jam. Dapat diberikan teh manis, sirup, susu

dan bila mau lebih baik diberikan oralit. Apabila hiperpireksia

diberikan obat anti piretik dan kompres air biasa.Jika terjadi kejang,

beri luminal atau anti konvulsan lainnya. Luminal diberikan dengan

dosis anak umur kurang dari 1 tahun 50 mg/ IM , anak lebih dari 1

tahun 75 mg. Jika 15 menit kejang belum berhenti luminal

diberikan lagi dengan dosis 3mg / kg BB. Anak diatas satu tahun

diberikan 50 mg dan dibawah satu tahun diberikan 30 mg, dengan

memperhatikan adanya depresi fungsi vital. Infus diberikan pada

pasien tanpa ranjatan apabila pasien terus menerus muntah , tidak

dapat diberikan minum sehingga mengancam terjadinya dehidrasi

dan hematocrit yang cenderung meningkat.

b. Pasien yang mengalami rajatan (syok) harus segera dipasang infus

sebagai pengganti cairan yang hilang akibat kebocoran plasma.

Cairan yang diberikan biasanya Ringer Laktat. Jika pemberian

cairan tersebut tidak ada respon maka dapat diberikan plasma atau

plasma akspander, banyaknya 20 sampai 30 ml/kg BB.

Pada pasien rajatan berat pemberian infus diguyur dengan cara

membuka klem infus tetapi biasanya vena-vena telah kolaps

sehingga kecepatan tetesan tidak mencapai yang diharapkan, maka

untuk mengatasinya dimasukkan cairan secara paksa dengan spuit

dimasukkan cairan sebanyak 200 ml, lalu diguyur.

2. Tindakan Medis yang bertujuan untuk pengobatan

Page 13: Asuhan Keperawatan Anak Dengan Dhf

Keadaan dehidrasi dapat timbul akibat demam tinggi, anoreksia, dan

muntah. Jenis minuman yang diajurkan adalah jus buah, the manis,

sirup, susu, serta larutan oralit. Apabila cairan oralit tidak dapat

dipertahankan maka cairan IV perlu diberikan. Jumlah cairan yang

diberikan tergantung dari derajat dehidrasi dan kehilangan elektrolit,

dianjurkan cairan dextrose 5% di dalam 1/3 larutan NaCl 0,9%. Bila

terdapat asidosis dianjurkan pemberian NaCl 0,9 % +dextrose ¾

bagian natrium bikarbonat.

Kebutuhan cairan diberikan 200 ml/kg BB , diberikan secepat mungkin

dalam waktu 1-2 jam dan pada jam berikutnya harus sesuai dengan

tanda vital, jadar hematocrit, dan jumlah volume urine. Untuk

menurunkan suhu tubuh menjadi kurang dari 39°C perlu diberikan anti

piretik seperti paracetamol dengan dosis 10-15 mg/kg BB/hari. Apabila

pasien tampak gelisah, dapat diberkan sedative untuk menenangkan

pasien seperti kloral hidrat yang diberikan peroral/ perektal dengan

dosis 12,5-50 mg/kg BB (tidak melebihi 1 gram) . Pemberian antibiotic

yang berguna dalam mencegah infeksi seperti Kalmoxcilin, Ampisilin,

sesuai dengan dosis yang ditemukan.

Terapi O2 2 liter /menit harus diberikan pada semua pasien

syok.Tranfusi darah dapat diberikan pada penderita yang mempunyai

keadaan perdarahan nyata, dimaksudkan untuk menaikkan konsentrasi

sel darah merah.Hal yang diperlukan yaitu memantau tanda-tanda vital

yang harus dicatat selama 15 sampai 30 menit atau lebih sering dan

disertai pencatatan jumlah dan frekuensi diuresis.

I. Komplikasi

Adapun komplikasi dari penyakit Dengue Hemoragic Fever menurut

( Hidayat Alimul , 2008) diantaranya:

1. Ensepalopati

Sebagai komplikasi syok yang berkepanjangan dengan perdarahan dan

kemungkinan dapat disebabkan oleh thrombosis pembuluh darah ke

otak.

2. Syok (renjatan)

Page 14: Asuhan Keperawatan Anak Dengan Dhf

Karena ketidakseimbangan cairan dan elektrolit sehingga dapat terjadi

syok hipovolemik.

3. Efusi Pleura

Adanya edema paru akibat pemberian cairan yang berlebihan dengan

tanda pasien akan mengalami distress pernafasan.

4. Perdarahan intravaskuler menyeluruh.

II. KONSEP TUMBUH KEMBANG ANAK USIA SEKOLAH

A. Pengertian

1. Pertumbuhan (crowth)

Yaitu berkaitan dengan masalah perubahan dalam besar, jumlah,

ukuran atau dimensi tingkat sel, organ maupun individuyang bisa di

ukur dengan ukuran berat (gram, pound, kg). Ukuran panjang (cm,

meter), umur, tulang dan keseimbangan metabolik (retensi kalsium &

nitrogen).

2. Perkembangan (development)

Bertambahnya skill/kemampuan dalam struktur dan fungsi tubuh yang

lebih komplek dalam pola yang teratur dan dapat di ramalkansebagai

hasil dari proses pematangan.

B. Faktor-faktor yang mempengaruhi Tumbuh kembang

1. Faktor genetik

a. Merupakan modal dasar dalam mencapai hasil akhir proses tumbang

anak. Melalui instruksi genetik yang terkandung di dalam sel telur

yang telah di buahi, dapat di tentukan kualitas dan kuantitas

pertumbuhan.

b. Termasuk faktor genetik adalah berbagai faktor faktor bawaan yang

nirmal dan patologik, jenis kelamin, suku bangsa. Gangguan

tumbang di sebabkan oleh faktor genetik.

c. Pada negara berkembang di sebabkan faktor genetik, lingkungan

yang kurang memadai.

d. Penyakit keturunan ; kelainan kromosom, sindrom down, sindrom

turner.

2. Faktor lingkungan

Page 15: Asuhan Keperawatan Anak Dengan Dhf

Faktor lingkungan terbagi 2 yaitu :

a. Lingkungan pranatal

Lingkungan di dalam uterus sangat besar pengaruhnya terhadap

perkembngan fetus, terutama karena ada selaput yang menyelimuti

dan melindungi fetus dari lingkungan luar.

b. Pengeruh bydaya lingkungan

Budaya keluarga atau masyarakat akan mempengaruhi bagaimana

meeka memahami kesehatan berprilaku hidup sehat.

c. Status sosial dan ekonomi keluarga

Anak yang berada di lingkungan keluarga yang sosial ekonominya

rendah, bahkan punya keterbatasan untuk memberi makanan yang

bergizi dll.

d. Nutrisi

Telah disebutkan bahwa untuk bertumbuh dan berkembang, anak

membutuhkan zat gizi yang esensial mencakup protein, lemak,

karbohidrat, mineral, vitamin, dan air yang harus di konsumsi

secara seimbang dengan jumlah yang sesuai kebutuhan pada

tahapan usianya.

C. Ciri-ciri tumbuh kembang

Tumbuh kembang anak yang di mulai sejak konsepsi sampai dewasa

mmpunyai ciri-ciri tersendiri, yaitu (soetjiningsih, 1995) :

1. Tumbuh kembang adalah proses yang kontinyu sejak konsepsi sampai

maturitas atau dewasa, di pengaruhi oleh faktor bawaan dan

lingkungan.

2. Dalam periode tertentu terdapat adanya masa perlambatan, serta laju

tumbuh kembang yang berlainan di antara organ-organ.

3. Pola berkembang anak adalah sama, tetapi kecepatannya berbeda antara

anak satu dengan yang lainnya.

4. Perkembangan erat hubungannya maturasi system susunan saraf.

D. Tumbuh kembang anak usia sekolah (6-12 tahun)

Page 16: Asuhan Keperawatan Anak Dengan Dhf

Pertumbuhan merupakan proses bertambahnya ukuran berbagai organ fisik

berkaitan dengan masalah perubahan dalam jumlah, besar, ukuran atau

dimensi tingkat sel. Pertambahan berat badan 2 – 4 Kg / tahun dan pada

anak wanita sudah mulai mengembangkan cirri sex sekundernya.

Perkembangan menitik beratkan pada aspek diferensiasi bentuk dan fungsi

termasuk perubahan sosial dan emosi.

1. Motorik kasar

a. Loncat tali

b. Badminton

c. Memukul

d. Motorik kasar di bawah kendali kognitif dan berdasarkan secara

bertahap meningkatkan irama dan kehalusan.

2. Motorik halus

a. Menunjukan keseimbangan dan koordinasi mata dan tangan

b. Dapat meningkatkan kemampuan menjahit, membuat model dan

bermain alat musik.

3. Kognitif

a. Dapat berfokus pada lebih dan satu aspek dan situasi

b. Dapat mempertimbangkan sejumlah alternatif dalam pemecahan

masalah

c. Dapat membelikan cara kerja dan melacak urutan kejadian

kembali sejak awal

d. Dapat memahami konsep dahulu, sekarang dan yang akan datang

4. Bahasa

a. Mengerti kebanyakan kata-kata abstrak

b. Memakai semua bagian pembicaraan termasuk kata sifat, kata

keterangan, kata penghubung dan kata depan

c. Menggunakan bahasa sebagai alat pertukaran verbal

Page 17: Asuhan Keperawatan Anak Dengan Dhf

d. Dapat memakai kalimat majemuk dan gabungan

III. KONSEP HOSPITALISASI ANAK USIA SEKOLAH (6 – 12 tahun)

A. Pengertian

Hospitalisasi merupakan suatu proses yang karena suatu alasan yang

berencana atau darurat, mengharuskan anak untuk tinggal di rumah sakit,

menjalani terapi dan perawatan sampai pemulangannya kembali ke

rumah. Selama proses tersebut, anak dan orang tua dapat mengalami

berbagai kejadian yang menurut beberapa penelitian di tunjukan dengan

pengalaman yang sangat traumatik dan penuh dengan stresas.

B. Reaksi orang tua terhadap hospitalisasi anak

Banyak penelitian membuktikan bahwa perawatan anak di rumah sakit

menimbulkan stress pada anak dan orang tua. Reaksi orang tua terhadap

perawatan anak di rumah sakit latar belakang yang menyebabkan dapat di

uraikan sebagai berikut :

1. Perasaan cemas dan takut

Perasaan tersebut muncul pada saat orang tua melihat anak mendapat

prosedur menyakitkan, seperti pengambilan darah, injeksi, infus, di

lakukan fungsi lumbal dan prosedur infasiv lainnya.Perilaku yang

sering di tujukan orang tua berkaitan dengan adanya perasaan cemas

dan takut ini adalah sering bertanya atau bertanya tentang hal yang

sama secara berulang pada orang yang berbeda, gelisah, ekspresi

wajah tegang, dan bahkan merah.

2. Perasaan sedih

Page 18: Asuhan Keperawatan Anak Dengan Dhf

Perasaan ini muncul terutama pada saat anak dalam kondisi terminal

dan orang tua mengetahui bahwa tidak ada lagi harapan anaknya

untuk sembuh. Pada kondisi ini, orang tua menunjukan perilaku

isolasi atau tidak mau di dekati orang lain. Bahwa tidak bisa

kooperatif terhadap petugas kesehatan.

3. Perasaan frustrasi

Pada kondisi anak yang telah di rawat cukup lama dan di rasakan

tidak mengalami perubahan serta tidak adekuatnya dukungan

psikologis yang di terima orang tua baik dari keluarga maupun

kerabat lainnya maka orang tua akan merasa putus asa, bahkan

frustrasi. Oleh karena itu, sering kali orang tua menunjukan perilaku

tidak koomperatif, putus asa, menolak tindakan, bahkan

menginginkan pulang paksa.

C. Reaksi anak usia sekolah terhadap hospitalisasi ( 6 – 12 tahun)

Perawatan anak di rumah sakit memaksa anak untuk berpisah

dengan lingkungan yang di cintainya, yaitu keluarga dan terutama

kelompok sosialnya dan menimbulkan kecemasan. Kehilangan kontrol

tersebut berdampak pada perubahan peran dalam keluarga, anak

kehilangan kelompok sosialnya karena ia biasa melakukan kegiatan

bermain atau pergaulan sosial, perasaan takut mati, dan adanya

kelemahan fisik.

Reaksi terhadap perlukaan atau rasa nyeri akan di tunjukan dengan

ekspresi baik secara verbal maupun non verbal karena anak sudah mampu

mengomunikasi kannya. Anak usia sekolah sudah mampu mengontrol

perilakunya jika merasa nyeri, yaitu dengan menggigit bibir dan atau

memegang sesuatu dengan erat.

1. Reaksi anak saat dirawat di Rumah sakit usia sekolah (6-12

tahun)

a. Merasa khawatir akan perpisahan dengan sekolah dan teman

Page 19: Asuhan Keperawatan Anak Dengan Dhf

sebayanya.

b. Dapat mengekspresikan perasaan dan mampu bertoleransi

terhadap rasa nyeri.

c. Selalu ingin tahu alasan tindakan.

d. Berusaha independen dan produktif.

2. Reaksi orang tua

a. Kecemasan dan ketakutan akibat dari seriusnya penyakit,

prosedur, pengobatan dan dampaknya terhadap masa depan

anak.

b. Frustasi karena kurang informasi terhadap prosedur dan

pengobatan serta tidak familiernya peraturan Rumah sakit.

IV. ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN DHF

( Mary E. 2002)

A. Pengkajian

1. Identitas pasien

Nama, umur (pada DHF paling sering menyerang anak-anak dengan

usia kurang dari 15 tahun) , jenis kelamin, alamat, pendidikan, nama

orang tua, pendidikan orang tua, dan pekerjaan orang tua.

2. Keluhan utama

Alasan/keluhan yang menonjol pada pasien DHF untuk datang kerumah

sakit adalah panas tinggi dan anak lemah

3. Riwayat penyakit sekarang

Didapatkan adanya keluhan panas mendadak yang disertai menggigil

dan saat demam kesadaran composmetis.Turunnya panas terjadi antara

hari ke-3 dan ke-7 dan anak semakin lemah. Kadang-kadang disertai

keluhan batuk pilek, nyeri telan, mual, muntah, anoreksia, diare atau

konstipasi, sakit kepala, nyeri otot, dan persendian, nyeri ulu hati, dan

pergerakan bola mata terasa pegal, serta adanya manifestasi perdarahan

pada kult , gusi (grade III. IV) , melena atau hematemesis.

4. Riwayat penyakit yang pernah diderita

Page 20: Asuhan Keperawatan Anak Dengan Dhf

Penyakit apa saja yang pernah diderita. Pada DHF anak biasanya

mengalami serangan ulangan DHF dengan tipe virus lain.

5. Riwayat Imunisasi

Apabila anak mempunyai kekebalan yang baik, maka kemungkinan

akan timbulnya koplikasi dapat dihindarkan.

6. Riwayat Gizi

Status gizi anak DHF dapat bervariasi. Semua anak dengan status gizi

baik maupun buruk dapat beresiko , apabila terdapat factor

predisposisinya. Anak yang menderita DHF sering mengalami keluhan

mual, muntah dan tidak nafsu makan.Apabila kondisi berlanjut dan

tidak disertai dengan pemenuhan nutrisi yang mencukupi, maka anak

dapat mengalami penurunan berat badan sehingga status gizinya

berkurang.

7. Kondisi Lingkungan

Sering terjadi di daerah yang padat penduduknya dan lingkungan yang

kurang bersih ( seperti air yang menggenang atau gantungan baju

dikamar)

8. Pola Kebiasaan

a. Nutrisi dan metabolisme : frekuensi, jenis, pantanganm nafsu

makan berkurang dan menurun,

b. Eliminasi alvi (buang air besar) : kadang-kadang anak yang

mengalami diare atau konstipasi. Sementara DHF pada grade IV

sering terjadi hematuria.

c. Tidur dan istirahat: anak sering mengalami kurang tidur karena

mengalami sakit atau nyeri otot dan persendian sehingga kuantitas

dan kualitas tidur maupun istirahatnya berkurang.

d. Kebersihan: upaya keluarga untuk menjaga kebersihan diri dan

lingkungan cenderung kurang terutama untuk membersihkan tempat

sarang nyamuk aedes aedypty.

e. Perilaku dan tanggapan bila ada keluarga yang sakit serta upaya

untuk menajga kesehatan.

9. Pemeriksaan fisik, meliputi inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi

dari ujung rambut sampai ujung kaki. Berdasarkan tingkatan DHF,

keadaan anak adalah sebagai berikut :

Page 21: Asuhan Keperawatan Anak Dengan Dhf

a. Grade I : kesadaran composmetis , keadaan umum lemah,

tanda-tanda vital dan andi elmah.

b. Grade II : kesadaran composmetis, keadaan umum lemah, ada

perdarahan spontan ptechiae, perdarahan gusi dan telinga, serta nadi

lemah, kecil, dan tidak teratur

c. Grade III : kesadaran apatis, somnolen, keadaan umum lemah,

nadi lemah, kecil dan tidak teratur, serta takanan darah menurun.

d. Grade IV : kesadaran coma, tanda-tanda vital: nadi tidak teraba,

tekanan darah tidak teratur, pernafasan tidak teratur, ekstremitas

dingin. berkeringat dan kulit tampak biru.

10. Sistem Integumen

a. Adanya ptechiae pada kulit, turgor kulit menurun, dan muncl

keringat dingin, dan lembab

b. Kuku sianosis atau tidak

c. Kepala dan leher : kepala terasa nyeri, muka tampak kemerahan

karena demam (flusy). mata anemis, hidung kadang mengalami

perdarahan (epitaksis) pada grade II,III. IV. Pada mulut didapatkan

bahwa mukosa mulut kering , terjadi perdarahan gusi, dan nyeri

telan. Sementara tenggorokan mengalami hyperemia pharing dan

terjadi perdarahan ditelinga (pada grade II,III,IV).

d. Dada : bentuk simetris dan kadang-kadang terasa sesak. Pada poto

thorak terdapat cairan yang tertimbun pada paru sebelah kanan

(efusi pleura), rales +, ronchi +, yang biasanya terdapat pada grade

III dan IV.

e. Abdomen mengalami nyeri tekan, pembesaran hati (hepatomegaly)

dan asites

f. Ekstremitas : dingin serta terjadi nyeri otot sendi dan tulang.

11. Pemeriksaan laboratorium

Pada pemeriksaan darah pasien DHF akan dijumpai :

a. HB dan PVC meningkat (≥20%)

b. Trombositopenia (≤ 100.000/ ml)

c. Leukopenia ( mungkin normal atau lekositosis)

d. Ig. D dengue positif

Page 22: Asuhan Keperawatan Anak Dengan Dhf

e. Hasil pemeriksaan kimia darah menunjukkan hipoproteinemia,

hipokloremia, dan hiponatremia

f. Ureum dan pH darah mungkin meningkat

g. Asidosis metabolic : pCO2 <35-40 mmHg dan HCO3 rendah

h. SGOT /SGPT mungkin meningkat.

B. Diagnosa keperawatan

(Doengoes, E Marilyn. 2000)

a. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan peningkatan

permeabilitas kapiler, perdarahan, muntah dan demam.

b. Hipertemia berhubungan dengan proses penyakit (virus dalam

darah/viremia).

c. Gangguan pemenuhan kubutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

berhubungan dengan anoreksia.

d. Resiko tinggi terjadinya perdarahan berhubungan dengan

trombositopenia.

e. Gangguan aktivitas sehari-hari berhubungan dengan kondisi tubuh

yang lemah.

f. Resiko tinggi syok hipovolemik berhubungan dengan kurangnya

volume cairan tubuh akibat perdarahan.

g. Kurang pengetahuan tenang proses penyakit, diet, perawatan, dan

obat-obatan pasien berhubungan dengan kurangnya informasi.

C. Intervensi keperawatan

(E, Marylin, 2000)

Page 23: Asuhan Keperawatan Anak Dengan Dhf

1. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan peningkatan

permeabilitas kapiler, perdarahan, muntah dan demam.

Tujuan : Gangguan volume cairan tubuh dapat teratasi

Kriteria Hasil : volume cairan perlahan-lahan teratasi, An.A tidak

muntah – muntah lagi, Mukosa bibir kembali normal

Intervensi :

Mandiri :

a. Kaji tanda-tanda vital paling sedikit setiap 4 jam

Rasional :mengetahui atau memantau keadaan umum klien

b. Monitor tanda-tanda meningkatnya kekurangan cairan: turgor kulit

tidak elastis, ubun-ubun cekung , produksi urine menurun

Rasional : untuk mengetahui tingkat dehidrasi dan intervensi

lanjut

c. Observasi dan catat intake dan output cairan

Rasional : untuk mengetahui keseimbangan cairan dan elektrolit

atau balance cairan

d. Berikan hidrasi yanga adekuat sesuai dengan kebutuhan tubuh

Rasional : memenuhi kebutuhan cairan klien

e. Memonitor nilai laboratorium : elektrolit darah, BJ urine, dan

serum albumin

Rasional : memantau keseimbangan cairan dalam darah

f. Monitor dan catat berat badan

Rasional : mengontrol penambahan berat badan karena pemberian

cairan yang berlebihan

g. Monitor tanda syok hipovolemik, baringkan pasien terlentang

tanpa bantal

Rasional : memulihkan dan membantu peredaran darah dalam

tubuh supaya lancar sehingga mengurangi syok yang terjadi

h. Pasang infus dan berikan cairan intravena jika terjadi perdarahan

Rasional : membantu proses perbaikan tubuh.

2. Hipertemia (suhu naik) berhubungan dengan proses penyakit

(viremia/virus).

Page 24: Asuhan Keperawatan Anak Dengan Dhf

Tujuan : Hipertemia dapat teratasi

Kriteria Hasil : Suhu tubuh dalam batas normal (36-370 C).

Mukosa lembab t idak ada sianosis atau purpura

Intervensi

Mandiri :

a. Kaji saat timbulnya demam

Rasional : Untuk mengidentifikasi pola demam pasien.

b. Observasi tanda-tanda vital: suhu, nadi, tensi, pernafasan setiap 3

jam atau lebih sering.

Rasional : Tanda-tanda vital merupakan acuan untuk mengetahui

keadaan umum klien.

c. Anjurkan klien untuk banyak minum ± 2,5 liter/24 jam dan

jelaskan manfaatnya bagi klien.

Rasional : Peningkatan suhu tubuh mengakibatkan penguapan

tubuh meningkat sehingga perlu diimbangi dengan asupan cairan

yang banyak.

d. Lakukan “Tepid Water Sponge”

Rasional : Tepid Water Sponge dapat menurunkan

penguapan dan penurunan suhu tubuh.

e. Anjurkan untuk tidak memakai selimut dan pakaian yang tebal.

Rasional: Pakaian yang tipis akan membantu mengurangi panas

dalam tubuh.

Kolaborasi :

f. Berikan terapi cairan IVFD dan obat antipiretik.

Rasional : Pemberian cairan dan obat antipiretik sangat penting

bagi klien dengan suhu tinggi yaitu untuk menurunkan suhu

tubuhnya.

3. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan

tubuh berhubungandengan anoreksia.

Page 25: Asuhan Keperawatan Anak Dengan Dhf

Tujuan :Anoreksia dan kebutuhan nutrisi dapat teratasi.

Kriteria Hasil : Berat badan stabil dalam batas normal.

Tidak ada mual dan muntah.

Intervensi

Mandiri :

a. Kaji mual, sakit menelan, dan muntah yang dialami oleh pasien.

Rasional : untuk menetapkan cara mengatasinya.

b. Kaji cara/bagaimana makanan dihidangkan

Rasional : Cara menghidangkan makanan dapat mempengarauhi

nafsu makan klien.

c. Berikan makanan yang mudah ditelan seperti bubur, tim, dan

hidangkan saat masih hangat.

Rasional : Membantu mengurangi kelelahan pasien dan

meningkatkan asupan makanan karena mudah ditelan.

d. Jelaskan manfaat makanan/nutrisi bagi klien terutama saat klien

sakit.

Rasional: Meningkatkan pengetahuan pasien tentang nutrisi

sehingga motivasi makan meningkat.

e. Berikan umpan balik positif pada saat klien mau berusaha

menghabiskan makanan.

Rasional : Motivasi dan meningkatklan semangat pasien.

f. Catat jumlah/porsi makan yang dihabiskan oleh klien setiap hari.

Rasional : Untuk mengetahui pemenuhan nutrisi.

g. Lakukan oral hygiene dengan menggunakan sikat gigi yang

lunak.

Rasional : Meningkat nafsu makan.

h. Timbang berat badan setiap hari

Rasional : Mengetahui perkembangan status nutrisi klien.

Kolaborasi :

i. Bererikan obat-obatan antasida (anti emetik) sesuai

Page 26: Asuhan Keperawatan Anak Dengan Dhf

program/instruksi dokter.

Rasional: Dengan pembarian obat tersebut diharapkan intake

nutrisi klien meningkat karena mengurangi rasa mual dan muntah.

j. Kolaborasi dengan ahli gizi dalam pemberian diit yang tepat.

Rasional : Membantu proses penyembuhan klien.

4. Resiko tinggi terjadinya perdarahan berhubungan dengan

trombositopenia.

Tujuan : Perdarahan tidak terjadi.

Kriteria Hasil : Tanda-tanda vital normal.

Jumlah trombosit klien meningkat.

Tidak terjadi epitaksis, melena, dan hemotemesis.

Intervensi.

Mandiri :

a. Monitor tanda-tanda perdarahan dan trombosit yang disertai dengan

tanda-tanda klinis.

Rasional: Penurunan jumlah trombosit merupakan tanda-tanda

adanya perforasi pembuluh darah yang pada tahap tertentu dapat

menimbulkan tanda-tanda klinis berupa perdarahan (petekie,

epistaksis, dan melena).

b. Anjurkan klien untuk banyak istirahat.

Rasional : Aktivitas yang tidak terkontrol dapat menyebabkan

terjadinya perdarahan.

c. Berikan penyelasan pada keluerga untuk segera melaporkan jika ada

tanda-tanda perdarahan.

Rasional : Mendapatkan penanganan segera mungkin.

d. Antisipasi terjadinya perdarahan dengan menggunakan sikat gigi

lunak, memberikan tekanan pada area tubuh setiap kali selesai

pengambilan darah.

Rasional : Mencegah terjadinya pendarahan.

Page 27: Asuhan Keperawatan Anak Dengan Dhf

5. Gangguan aktivitas sehari-hari berhubungan dengan kondisi tubuh

yang lemah.

Tujuan : Aktivitas sehari-hari klien kembali normal.

Kriteria Hasil :Keadaan umum membaik

Kebutuhan sehari-hari terpenuhi seperti: makan,

minum, dan personal hyiene (mandi, menggosok

gigi, dan bershampoo).

Intervensi.

Mandiri :

a. Kaji kebutuhan klien.

Rasional : Mengidentifikasi masalah klien.

b. Kaji hal-hal yang mampu dilakukan klien berhubungan dengan

kelemahan fisiknya.

Rasional: Mengetahui tindakan keperawtan yang akan diberikan

sesuai dengan masalah klien.

c. Bantu klien memenuhi kebutuhan aktivitas sehari-hari klien sesuai

tingkat keterbatasan klien seperti mandi, makan, dan eliminasi.

Rasional : Pemberian bantuan sangat diperlukan oleh klien pada

saat kondisinya lemah dan perawat mempunyai tanggung jawab

dalam pemenuhan kebutuhan sehari-hari tanpa membuat klien

ketergantungan terhadap perawat.

6. Resiko tinggi syok hipovolemik berhibungan dengan kurangnya

volume cairan tubuh akibat perdarahan.

Tujuan : Tidak terjadi syok hipovolemik.

Page 28: Asuhan Keperawatan Anak Dengan Dhf

Kriteria Hasil :Tanda-tanda vital dalam batas normal.

Keadaan umum baik.

Syok hipovolemik tidak terjadi.

Intervensi.

Mandiri :

a. Monitor keadaan umum kilen.

Rasional : Untuk mengetahui jika terjadi tanda-tanda syok.

b. Observasi tanda-tanda vital tiap 2-4 jam.

Rasional : Untuk memastikan tidak terjadi per syok.

c. Monitor tanda-tanda perdarahan.

Rasional : Perdarahan yang cepat diketahui dapat segera teratasi.

d. Anjurkan keluarga/klien untuk segera melapor jika ada tanda-tanda

perdarahan.

Rasional : Untuk membantu tim perawat untuk segara

menentukan tindakan yang tepat.

e. Segera puasakan jika terjadi perdarahan saluran pencernaan.

Rasional : Untuk membantu mengistirahatkan saluran

pencernaan untuksementara selama perdarahan berasal dari saluran

cerna.

f. Perhatikan keluhan klien seperti pusing, lemah, ekstremitas dingin,

sesak nafas.

Rasional : mengetahui seberapa jauh pengaruh perdarahan.

Kolaborasi :

g. Berikan therapi cairan intra vena jika terjadi perdarahan.

Rasional: Untuk mengetahui kehilangan cairan tubuh yang hebat

yaitu untuk mengatasi syok hipovolemik.

h. Cek Hb, Ht, Trombosit (sito)

Rasional : Untuk mengetahui tingkat kebocoran pembuluh darah

yang dialami klien, dan untuk acuan melakukan tindakan lebih

Page 29: Asuhan Keperawatan Anak Dengan Dhf

lanjut.

i. Berikan trasfusi sesuai instruksi dokter.

Rasional : Untuk menganti volume darah serta komponen yang

hilang.

7. Kurang pengetahuan tentang proses penyakit, diit, perawatan, dan

obat-obatan pasien berhubungan dengan kurangnya informasi.

Tujuan : Pengetahuan klien bertambah.

Kriteria Hasil :Pengetahuan klien/Keliarga tentang proses penyakit,

diit,perawatan dan obat penderita DHF meningkat dan klien/keluarga

mampu menjelasakan kembali.

Intervensi

Mandiri :

a. Kaji tingkat pengetahuan klien/keluarga tentang penyakit DHF.

Rasional : mengetahui sejauh mana pengetahuan tentang penyakit

yang diderita klien.

b. Kaji latar belakang pendidikan klien dan keluarga.

Rasional: Agar perawat dapat memberikan penjelasan sesuai dengan

tingkat pendidikan sehingga penjelasan dapat dipahami dan tujuan

yang direncanakan tercapai.

c. Jelaskan tentang proses penyakit,diit, perawatan, obat-obatan pada

klien dengan bahasa yang mudah dimengerti.

Rasional : Agar informasi dapat diterima dengan tepat dan jelas.

d. Berikan kesempatan pada klien/keluarga untuk bertanya sesuai

dengan penyakit yang dialami.

Rasional: Mengurangi kecemasan dan motivasi klien untuk kooperatif

selama masa perawatan/penyembuhan

e. Gunakan leaflet atau gambar-gambar dalam bentuk penjelasan.

Rasional: Dapat membantu mengingat penjelasan yang telah

diberikan karena dapat dilihat atau dibaca berulang kali.

Page 30: Asuhan Keperawatan Anak Dengan Dhf

D. Implementasi

Implementasi adlh proses keperawatan yang mengikuti rumusan dari

keperawatan.

Pelaksanaan keperawatan mencakup melakukan,membantu,memberikan

askep. Tujuannya berpusat pada klien, mencatat serta melakukan

pertukaran informasi yang relevan, dengan keperawatan kesehatan

berkelanjutan pada klien.

1. Proses atau tahapan

a. Mengkaji ulang klien.Fase ini merupakan komponen yang

memberikan mekanisme bagi perawat yang menentukan apakah

tindakan keperawatan yang diusulkan masih sesuai.

b. Mengklarifikasi rencana yang sudah ada.

c. Mengidentifikasi bidang bantuan berupa tenaga, pengetahuan

serta keterampilan.

d. Mengimplementasikan intervensi keperawatan.

2. Dokumentasi

Mencatat semua tindakan yang dilakukan tentang respon pasien,

tanggal dan waktu serta nama dan paraf perawat yang jelas.

E. Evaluasi

1. Definisi

Evaluasi merupakan langkah terakhir dari proses keperawatan dengan

cara melakukan identifikasi sejauh mana tujuan dan rencana

keperawatan tercapai atau tidak.

2. Jenis evaluasi

a. Evaluasi pormatif

Menyatakan evaluasi yang dilakukan pada saat memberikan

intervensi dengan respon segera ( pendokumentasian dan

implementasi ).

b. Evaluasi sumatif

Page 31: Asuhan Keperawatan Anak Dengan Dhf

Merupakan rekapitulasi dari hasil observasi dengan analisis stasus

klien pada waktu tertentu berdasarkan tujuan yang direncanakan

pada tahap perencanaan ( dalam bentuk SOAP ).

BAB III

Page 32: Asuhan Keperawatan Anak Dengan Dhf

TINJAUAN KASUS

A. Kasus DHF

Klien bernama An. A (6 th) masuk ke Unit Gawat Darurat RS. Sukmul Sisma

Medika pada tanggal 24 Maret 2014 pukul 20.50 WIB dengan keluhan panas tiga

hari yang lalu, perut kembung, muntah enam kali isi muntahan makanan, buang

air besar sudah dua kali, konsistensi encer berwarna kuning kecoklatan. Klien

teraba panas , kulit kemerahan, mukosa bibir kering, turgor kulit sedang. Telah

dilakukan pemeriksaan tanda-tanda vital dengan hasil suhu 37,8°C, nadi

146x/menit, tekanan darah 130/60 mmHg, pernafasan 30x/menit. Telah dilakukan

pemeriksaan darah lengkap dengan hasil trombosit 26.000, Hb: 12,3 gr/dl, Ht :

41% volume.

B. Data Fokus

Data Subyektif Data Obyektif

a. Ibu klien mengatakan anaknya

BAB sudah 2 kali dengan

konsistensi encer berwarna kuning

kecoklatan

b. Ibu klien mengatakan perut

anaknya kembung

c. Ibu klien mengatakan anaknya

muntah 6 kali per hari dengan

konsistensi muntahan sesuai

dengan makanan

d. Ibu klien mengatakan anaknya

muntah enam kali isi muntahan

makanan

e. Ibu klien mengatakan anaknya

panas semenjak 3 hari yang lalu

a. Mukosa bibir klien kering

b. Turgor kulit klien sedang

c. Klien teraba panas

d. Kulit klien tampak kemerahan

e. HT : 41% volume

f. HB : 12,3 gr/dl

g. Trombosit 26.000

h. TTV Klien

Suhu 37,8°C

Nadi 146x/menit

Tekanan darah 130/60 mmHg,

Pernafasan 30x/menit.

i. Trombosit 26.000

Page 33: Asuhan Keperawatan Anak Dengan Dhf

C. Data Tambahan

Data Subyektif Data Obyektif

a. Ibu klien mengatakan anaknya

minum kurang lebih 150 cc/24 jam

b. Ibu klien mengatakan anaknya

BAK 7x/hari

c. Ibu klien mengatakan anaknya

lemas

d. Ibu klien mengatakan anaknya tidak

nafsumakan

e. Ibu klien mengatakan anaknya

rewel

f. Ibu klien mengatakan anaknya

hanya menghabiskan ¼ porsi makan

g. Ibu klien mengatakan BB anaknya

turun 3 kg ( BB sebelum sakit 20 kg

setelah sakit 17 kg)

h. Ibu klien mengatakan anaknya

panas naik turun

a. Konjungtiva klien anemis

b. Mata klien tampak cekung

c. Klien tampak lemas

d. LLA 13 CM

e. Klien tampak terpasang infus RA 30

tts/ menit

f. Balance cairan klien= intake-output

Intake :

Infuse : 1200 cc/hari

Makan: 50 cc/hari

Minum: 150cc/hari

Jumlah : 1400 cc/ hari

Output :

BAB : 150 cc/hari

BAK : 750 cc/hari

Muntah : 200cc/hari

IWL : 1980 cc/hari

Jumlah : cc/hari

Jadi balance cairan:

Intake-output = 1400-1980= -580

g. Albumin 3,2 gr/ml

h. Leukosit 5100 / ul

Page 34: Asuhan Keperawatan Anak Dengan Dhf

D. Analisa Data

No Data Masalah Etiologi

1. DS:

a. Ibu klien mengatakan

anaknya minum kurang

lebih 150 cc/24 jam

b. Ibu klien mengatakan

anaknya BAK 5x/hari

c. Ibu klien mengatakan

anaknya BAB sudah 2 kali

dengan konsistensi encer

berwarna kuning kecoklatan

d. Ibu klien mengatakan perut

anaknya kembung

e. Ibu klien mengatakan

anaknya muntah 6 kali per

hari dengan konsistensi

muntahan sesuai dengan

makanan

f. Ibu klien mengatakan

anaknya lemas

DO :

g. Mukosa bibir klien kering

h. Turgor kulit klien sedang

i. Konjungtiva klien anemis

j. Mata klien tampak cekung

k. Ibu klien mengatakan BB

anaknya turun 3 kg ( BB

sebelum sakit 20 kg setelah

Gangguan

volume cairan

kurang dari

kebutuhan tubuh

peningkatan

permeabilitas

kapiler,muntah

dan demam.

Page 35: Asuhan Keperawatan Anak Dengan Dhf

sakit 17 kg)

l. Klien tampak terpasang

infus RA 30 tts/ menit

m. Balance cairan klien=

intake-output

Intake :

Infuse : 1200 cc/hari

Makan: 50 cc/hari

Minum: 150cc/hari

Jumlah : 1400 cc/ hari

Output :

BAB : 150 cc/hari

BAK : 750 cc/hari

Muntah : 250cc/hari

IWL : 880 cc/hari

Jumlah :1980 cc/hari

Jadi balance cairan:

Intake-output = 1400-

1980= -580

n. HT : 41% volume

2. DS :

a. Ibu klien mengatakan

anaknya tidak nafsu makan

b. Ibu klien mengatakan

anaknya rewel

c. Ibu klien mengatakan

anaknya hanya

menghabiskan ¼ porsi

makan

d. Ibu klien mengatakan

anaknya muntah enam kali

isi muntahan makanan

e. Ibu klien mengatakan BB

Gangguan

pemenuhan

kubutuhan nutrisi

kurang dari

kebutuhan tubuh

Anoreksia

Page 36: Asuhan Keperawatan Anak Dengan Dhf

anaknya turun 3 kg ( BB

sebelum sakit 20 kg dan

sesudah sakit 17 kg)

DO :

a. BB ideal anak 20 kg

b. Klien tampak lemas

c. Konjungtiva anemis

d. HB : 12,3 gr/dl

e. Trombosit 26.000

f. Albumin 3,2 gr/ml

g. LLA 13 cm

3. a. Ibu klien mengatakan

anaknya panas semenjak 3

hari yang lalu

b. Ibu klien mengatakan

anaknya panas naik turun

c. Ibu klien mengatakan

anaknya lemas

d. Ibu klien mengatakan

anaknya rewel

DO :

a. Klien teraba panas

b. Kulit klien tampak

kemerahan

c. Suhu 37,8°C

d. Leukosit 5100 / ul

e. Trombosit 26.000

Resiko

peningkatan suhu

tubuh

(hipertermia)

proses penyakit

(virus dalam

darah/viremia).

Page 37: Asuhan Keperawatan Anak Dengan Dhf

E. Diagnosa Keperawatan

No Diagnosa Keperawatan Tanggal

ditemukan

Tanggal

teratasi

Paraf

1. Gangguan volume cairan kurang

dari kebutuhan tubuh berhubungan

dengan peningkatan permeabilitas

kapiler,muntah dan demam.

24 Maret

2014

Belum Kel 6

2. Gangguan pemenuhan kubutuhan

nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

berhubungan dengan anoreksia

24 Maret

2014

Belum Kel 6

3. Resiko peningkatan suhu tubuh

(hipertermia) berhubungan dengan

proses penyakit (virus dalam

darah/viremia).

24 Maret

2014

Belum Kel 6

Page 38: Asuhan Keperawatan Anak Dengan Dhf

BAB IV

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa DHF adalah suatu

penyakit yang disebabkan oleh virus dengue yang masuk ke dalam tubuh

melalui gigitan nyamuk aedes aegypty. Penyakit ini dapat menyerang

semua orang dan dapat mengakibatkan kematian, terutama anak serta

sering menimbulkan wabah.

Menurut klasifikasi pada DHF terdapat 4 derajat yaitu, derajat i :

demam disertai gejala klinis lain atau perdarahan spontan, uji turniket

positi, trombositopeni dan hemokonsentrasi. derajat ii : derajat i di sertai

perdarahan spontan di kulitdan atau perdarahan lain. derajat iii :

kegagalan sirkulasi : nadi cepat dan lemah,hipotensi, kulit dingin lembab,

gelisah. Derajat IV :

Diagnosa yang muncul pada pasien DHF yaitu Hipertemia

berhubungan dengan proses penyakit (virus dalam darah/viremia),

Gangguan pemenuhan kubutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

berhubungan dengan anoreksia, Resiko tinggi terjadinya perdarahan

berhubungan dengan trombositopenia, Gangguan aktivitas sehari-hari

berhubungan dengan kondisi tubuh yang lemah, Resiko tinggi syok

hipovolemik berhubungan dengan kurangnya volume cairan tubuh akibat

perdarahan dan Kurang pengetahuan tenang proses penyakit, diet,

perawatan, dan obat-obatan pasien berhubungan dengan kurangnya

informasi.

Page 39: Asuhan Keperawatan Anak Dengan Dhf

B. SARAN

Berdasarkan kesimpulan diatas, maka penulis memberikan saran sebagai

berikut :

1. Untuk perawat anak

Perawat diharapkan dapat melakukan asuhan keperawatanyang lebih

lengkap sesuai dengan keadaan klien serta memantau keadaan pasien

tersebut, karena akan di takutkan adanya Dengue Syok Syndrom dan

komplikasi lain yang mengakibatkan fatal pada klien.Hendaknya

penyuluhan kesehatan ini di jadikan suatu program di ruangan guna

meningkatkan pengetahuan klien tentang penyakitnya.

2. Untuk klien dan keluarga

Klien dan keluarga diharapkan untuk dapat menjaga lingkungan

rumah, dan melaksanakan program pemerintah untuk pemberantasan

nyamuk demam berdarah yaitu dengan melakukan program 3M,

menguras tempat penampungan air, mengubur barang-barang bekas,

membersihkan lingkungan rumah dan sekitarnya.

Page 40: Asuhan Keperawatan Anak Dengan Dhf

DAFTAR PUSTAKA

Doengoes, E Marilyn. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3, EGC : Jakarta

Nursalam, dkk. 2008. Asuhan keperawatan bayi dan anak. Jakarta : salemba

medika

Hendarwanto. 2003. Ilmu Penyakit Dalam, hal 142, Edisi 3, Jilid I. Jakarta : EGC

Hidayat alimul aziz. 2006. Pengantar ilmu keperawatan anak. Jakarta : salemba

medika

Rampengan. 2007. Penyakit infeksi tropik pada anak. Jakarta : EGC

Supartini Yupi, S.Kp, MSc. 2004. Konsep dasar keperawatan anak. Jakarta : EGC

Suriadi. 2010. Asuhan keperawatan pada anak. Jakarta : cv sagung seto.