Askep Typhus Abdominalis

Embed Size (px)

Citation preview

BAB I

BAB 1TINJAUAN TEORI

1.1 Tinjauan Medis

1.1.1 Pengertian

Demam typhoid adalah penyakit menular yang bersifat akut yang ditandai dengan bakterimia atau perubahan pada system retikuloendeterlial yang bersifat difus, pembentukan mikroabses dan ulserasi nodus peyer distal ileum. (Sugeng sujianto 2002).Thyfoid abdominalis (demam typhoid enteric fever) ialah penyakit infeksi akut yang biasanya mengenai saluran pencernaan dengan gejala demam yang lebih dari 1 minggu, gangguan saluran pencernaan dan gangguan kesadaran (Ngastiyah 1997).Tifus Abdominalis ialah penyakit infeksi akut yang biasanya mengenai saluran cerna dengan gejala demam lebih dari 7 hari, gangguan pada saluran cerna dan gangguan kesadaran (Kapita selekta anak, 2001).1.1.2 Etiologi

Penyakit ini disebabkan oleh kuman :

1. Salmonella Typhosa

2. Salmonella Paratyphi A, B dan C

Pada masa inkubasi kuman kembali masuk ke darah menyebar ke seluruh tubuh (bakterimia sekunder) dan sebagian kuman kembali masuk ke organ tubuh terutama limfe, kandung empedu ke rongga usus dan menyebabkan infeksi di usus kemudian kuman mengeluarkan endotoksin yang mempunyai peranan yang membantu proses peradangan local dimana kuman ini berkembang.

Endoktosin yang dilepaskan ke dalam system sirkulasi, berperan sebagai zat pirogen oleh leokosid pada jaringan meradang selanjutnya zat pirogen yang beredar di darah mempengaruhi pusat termoregulator di hipoltalamus yang mengakibatkan timbulnya demam.

1.1.3 PatofisiologiSalmonella thyposa masuk melalui makanan dan minuman yang terkontaminasi berada pada usus halus.

Menginfasi jaringan limfoid usus halus dan jaringan limfoid

keradangan dan nekrosis local.

bakteri memasuki aliran darah sistemik

Organ Res limfa dan hati kuman AnoreksiaKuman yang tidak terfagosit

berkembang biak

inflamasi usus

Proses infeksi Salmonella

Target organ usus halus terminalisMelepas endotoksin

Gangguan Peristaltik Peristaltik

Hypotalamus

Meningkat Menurun

DiareKembung

1.1.4 Manifestasi Klinis

Gambaran klinik demam tipoid pada anak biasanya lebih ringan dari pada orang dewasa, masa tunas 10-20 hari yang tersingkat 4 hari. Jika infeksi terjadi melalui makanan dan jika melalui minuman yang terlama 30 hari. Selama masa inkubasi mungkin ditemukan gejala prodromal yaitu perasaan tidak enak badan, lesu, nyeri kepala pusing, tidak bersemangat dan nafsu makan kurang, menyusul gambaran klinis yang sering ditemukan (Ngastiyah, 1997)

1. Demam

Pada kasus yang khas demam berlangsung 3 minggu, bersifat febris remitten dan suhu berangsur-angsur naik setiap hari, biasanya menurun pada pagi hari dan meningkat lagi pada sore dan malam hari. Dalam minggu kedua pasien terus berada dalam keadaan demam pada minggu ketiga. Suhu berangsur-angsur turun dengan normal kembali pada minggu ketiga.

2. Gangguan pada saluran pencernaan.

Pada mulut terdapat nafas berbau tidak sedap, bibir kering, pecah-pecah (rogaden), lidah tertutup selaput putih kotor (oated Tongue) ujung dan tepinya kemerahan. Jarang disertai tremor. Pada abdomen dapat ditemukan keadaan perut kembung (Meteorismus) hati dan limpa membesar disertai nyeri pada perabaan biasanya sering terjadi konstipasi tetapi juga dapat diare atau normal.

3. Gangguan kesadaran.

Umumnya kesadaran pasien menurun walaupun tidak seberapa dalam yaitu apatis sampai samnolen. Jarang terjadi sopor, koma atau gelisa (kecuali penyakitnya berat dan terlambat mendapat pengobatan). Disamping gejala-gejala tersebut diatas mungkin pada punggung dan anggota gerak dapat ditemukan roseola yaitu bintik-bintik kemerahan karena emboli basil dalam kapiler kulit yag dapat ditemukan pada minggu pertama demam.

1.1.5 Pemeriksaan Penunjang

1. Pemeriksaan Laboratorium

2. Darah tepi

Terdapat gambaran leokapenia, limfositosis relative dan aneosinofilia pada permulaan sakit mungkin terdapat anemia dan trombositopenia ringan. 3. Darah untuk kultur Biarkan empedu untuk menemukan salmonella thyposa dan pemeriksaan widal merupakan pemeriksaan yang dapat menentukan diagnosa Tifus abdominalis secara pasti. Pemeriksaan ini perlu dikerjakan pada waktu masuk dan setiap minggu berikutnya diperlukan darah vena sebanyak 5 cc untuk kultur atau widal. Biakan empedu hasil salmonella tyhosa dapat ditemukan dalam darah pasien pada minggu pertama sakit. Selanjutnya lebih sering ditemukan dalam urin dan feses. Dan mungkin akan tetap positif untuk waktu yang lama sedangkan pemeriksaan negativ dari contoh urin dan feses 2x berturut-turut digunakan untuk meentukan BAK pasien benar-benar sembuh. Pemeriksan widal dasar pemeriksaan adalah reaksi aglutiniasi yang terjadi bila serum pasien typhoid dicampur dengan suspensi antigen pemeriksaan yang postif ialah berarti terjadi aglotinasi.

4. Pemeriksaan isolasi kuman

Diagnosis pasti demam tyhoid dilakukan dengan isolasi salmoella. Typosa isolasi kuman penyebab demam typoid dapat dilakukan dengan melakukan biakan dari berbagai tempat didalam tubuh. (Sugeng Sujianto 2002)1.1.6 Penatalaksanaan

1. Antibiotik

a. Kloramfenikol 4x250 mg (hari 1), 4x 500 mg (hari II)

b. Ampisilin / amoksilin 10-150 mg/BB

c. Kotrimoksasol 2x2 tablet

d. Sefalosforin generasi 2 dan 3

2. Istirahat dan perawatan profesional bertujuan mencegah iritasi dan mempercepat penyembuhan.

3. Diet dan terapi penunjang (simtomatis dan suportif)1.1.7 Komplikasi

1. Dapat terjadi pada usus halus, contoh : pendarahan usus, Perforasi usus dan peritonitis.

2. Dapat terjadi di luar usus.

Terjadi karena lokalisasi peradangan akibat sepsis (Bakterimia) yaitu meningitis, kolesistis dan ensefalopati. Terjadi infeksi sekunder yaitu Broncho pneumonia.

1.1.8 PrognosisPrognosis menjadi tidak baik apabila terdapat gambaran klinis.

1. Demam tinggi (hyperpyreksia) atau febris continu.

2. Kesadaran sangat menurun (sopor, soma dan delirum)

3. Terdapat komplikasi yang berat misalnya dehidrasi dan asidosis, perforasi

1.2 Tinjauan Asuhan Keperawatan1.2.1 Pengkajian

1. Aktivitas istirahat

a. Tidak bisa tidur karena diare

b. Pembatasan kerja sehubungan dengan proses penyakit

2. Sirkulasi

Kulit / membran mukosa : turgor buruk, kering, lidah pecah-pecah (dehidrasi / malnutrisi)

3. Eliminasi

a. Tekstur feces bervariasi dari bentuk lunak sampai bau / berair

b. Episode diare berdarah tak dapat diperkirakan, hilang timbul, sering, tak dapat dikontrol

4. Makanan / cairan

a. Anorexia, mual / muntah

b. Penurunan BB

c. Kelemahan, tonus otot dan turgor kulit buruk

5. Hygiene

Ketidakmampuan mempertahankan perawatan diri6. Nyeri / kenyamanan

a. Nyeri / nyeri tekan pada kuadran kiri bawah

b. Titik nyeri berpindah, nyeri tekan

c. Nyeri tekan abdomen / distensi1.2.2 Rencana Asuhan KeperawatanDiagnosa Keperawatan 1Hipertermia berhubungan dengan gangguan hypotalamus sekunder terhadap proses infeksi salmonella thyposa.Batasan Karakteristik :

Mayor : Suhu lebih tinggi dari 36.5C, kulit hangat, takikardia

Minor : Kulit kemerahan, peningkatan kedalaman pernapasan, keletihan, kelemahan, menggigil, kehilangan napsu makan, berkeringat.Tujuan : Hipertermia dapat teratasi setelah dilakukan tindakan keperawatan dalam waktu 1x24 jam

kriteria hasil :

1. melaporkan badan tidak panas

2. melaporkan tidak menggigil

S : 37C

P : 80x/mnt

N : 20x/mnt

TD : 120/80 mmHg

Implementasi dan Rasional :

1. Observasi TTV

R : Mengetahui perkembangan pasien

2. Pantau masukan dan haluaran, berikan minuman

R : Untuk mencegah dehidrasi, mempertahankan masukan dan haluaran

3. Berikan kompres hangat

R : Untuk membantu menurunkan suhu tubuh

4. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian antipiretikR : Antipiretik menurunkan suhu tubuh yang panas

Diagnosa Keperawatan 2

Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksiaBatasan karakteristik :

Mayor (harus terdapat)Individu yang tidak puasa melaporkan atau mengalami : pemasukan makanan tidak adekuat, kurang dari yang dianjurkan dengan atau anpa penurunan berat badan atau kebutuhan-kebutuhan metabolik, aktual atau potensial dalam masukan yang berlebihan.Minor (mungkin terdapat)

1. Berat badan 10% sampai 20% atau lebih dibawah berat badan ideal untuk tinggi dan kerangka tubuh

2. Lipatan kulit trisep, lingkar lengan tengah, dan lingkar otot pertengahan lengan kurang dari 60% standar pengukuran

3. Kelemahan otot dan nyeri tekan

4. Peka rangsang mental dan kekacauan mental

5. Penurunan albumin serum

6. Penurunan transferin serum atau penurunan kapasitas ikatan besi

Tujuan : Kebutuhan nutrisi terpenuhi secara adekuat dalam waktu 2x24 jam

Kriteria hasil :

1. mual, muntah hilang

2. pasien tampak segar

3. makan habis 1 porsi

4. BB kembali normal

5. Kulit lembab

6. Turgor kulit normal

Implementasi dan Rasional :

1. Kaji status nutrisi secara kontinue selama perawatan, p[erhatikan tingkat energi, keinginan untuk makan

R : mengobservasi penyimpanan dari normal/ dasar pasien dan mempengaruhi pilihan intervensi

2. Mencatat jumlah porsi makanan yang dihabiskan

R : Untuk mengetahui jumlah nutrisi yang masuk3. Berikan makanan halus hindari makanan kasar sesuai indikasi

R : Untuk menghindari komplikasi perdarahan usus atau perforasi usus

4. Kurangi dari penglihatan dan bau-bauan yang tidak menyenangkan

R : Mengurangi rangsangan pada pusat muntah dan meningkatkan nafsu makan

Diagnosa Keperawatan 3

Gangguan Nyaman Nyeri berhubungan dengan inflamasi usus

Batasan Karakteristik :

Mayor

Individu memperlihatkan / melaporkan ketidaknyamananMinor

1. Respon autonom pada nyeri akut

2. Tekanan darah meningkat

3. Nadi meningkat

4. Pernafasan meningkat

5. Diaforesis

6. Pupil dilatasi

7. Posisis berhati-hati

8. Raut wajah kesakitan

9. Menangis merintih

10. Terasa sesak pada abdomen

Tujuan : Nyeri berkurang/ hilang setelah dilakukan tindakan keperawatan dalam waktu 1x24 jam

kriteria hasil :

1. melaporkan nyeri berkurang/ hilang

2. pasien tampak segar

3. nyeri tekan hilang

4. TD normal (120/80 mmHg)

Implementasi dan Rasional :

1. Observasi TD

R : Mengetahui keadaan umum pasien

2. Kaji tingkat nyeri pasien

R : Mengetahui perkembangan dan keadaan umum pasien3. Ajarkan teknik relaksasi yang benar

R : Mengurangi rasa nyeri

4. Berikan alternatif ketidaknyamanan

R : Meningkatkan ketahanan tubuh, memperlancar peredaran darah

5. Berikan obat analgetik sesuai pesanan dokter

R : Mengyrangi intensitas nyeri dan meningkatkan relaksasi otot

Diagnosa Keperawatan 4

Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan sekunder akibat diareBatasan Karakteristik :

Mayor :

1. Penurunan berat badan2. Kulit/membran mukosa keringMinor :

1. Peningkatan natrium serum2. Urin memekat/sering berkemih3. Penurunan turgor kulit4. Haus, mual, anoreksiaTujuan : mempertahankan berat jenis urine dalam batas normalkriteria hasil :

1. Meningkatkan asupan cairan sesuai usia dan kebutuhan metabolik2. Memperlihatkan tidak adanya tanda gejala dehidrasiImplementasi dan Rasional :

1. Observasi tanda-tanda vitalR : Membantu mengetahui perkembangan pasien2. Monitor tanda-tanda meningkatnya kekurangan cairanR : sebagai tanda adanya dehidrasi3. Observasi dan catat intake output dan pertahankan intake output yang adekuatR : Mencegah terjadinya dehidrasi4. Monitor pemberian cairan melalui intravena setiap jamR : Mengganti cairan yang keluar5. Berikan antibiotik sesuai indikasiR : Mencegah bakteri berkembang penyebab suhu tubuh meningkatDiagnosa Keperawatan 5

Kurang pengetahuan berhubungan dengan ketidaktahuan tentang proses penyakitTujuan : Pengetahuan keluarga meningkat

Kriteria Hasil :

Menujukkan pemahaman tentang proses penyakit, melalui perubahan gaya hidup dan ikut serta dalam pengobatan.

Intervensi :

1. Kaji sejauh mana pengetahuan keluarga tentang penyakit

R/ Mengetahui apa yang diketahui keluarga tentang penyakit

2. Beri pendidikan kesehatan tentang penyakit dan perawatan pasien

R/ Supaya pasien dan keluarga tahu tatalaksana penyakit, perawatan dan pencegahan penyakit typoid

3. Beri kesempatan pada pasien atau keluarga untuk bertanya bila ada yang belum dimengerti

R/ Mengetahui sejauh mana pengetahuan pasien dan keluarga setelah diberi penjelasan

4. Beri pujian positif jika pasien atau keluarga menjawab dengan benar

R/ Memberikan rasa percaya diri pasien untuk kesembuhan sakitnyaDAFTAR PUSTAKA

1. Carpenito, Lynda Juall (1998), Diagnosa Keperawatan, edisi 8, Jakarta, EGC

2. Doengoes, Marylinn E (1998), Rencana Asuhan Keperawatan, edisi 8, Jakrta, EGC

3. Ngastiyah (1997), Perawatan Anak Sakit, Penerbit Buku Kedokteran, EGC

4. Noer, Sjaifoellah (1996),Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, jilid 1, edisi 3, Jakarta, Penerbit FKUI

5. Suriadi (2001), Asuhan Keperawatan Pada Anak, Jakarta

Kurang Pengetahuan

Ketidaktahuan tentang proses penyakit

Hipertermi

Nutrisi kurang dari kebutuhan

Kekurangan volume cairan

Gangguan nyaman nyeri

PAGE 10