Upload
okta-sulistia
View
192
Download
11
Embed Size (px)
DESCRIPTION
tugas ini juga boleh ngopi dari referensi lain semoga bisa membantu
Citation preview
TYPHUS ABDOMINALIS Eidemiologi Penyakit Menular
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Typhus Abdominalis terdapat di seluruh dunia dan penyebarannya tidak tergantung pada iklim,
tetapi lebih banyak di jumpai pada negara-negara berkembang di daerah tropis. Diare
dan Typhoid abdominalis (demam thypoid, entric fever) ialah penyakit infeksi akut yang
biasanya mengenai saluran pencernaan dengan gejala demam yang lebih dari satu minggu,
gangguan pada pencernaan dan gangguan kesadaran, penyebab penyakit ini adalah Salmonela
Thyphosa (Ngatsiyah, 236 : 2005).
Penyakit typhus abdominallis atau demam thypod merupakan problem atau masalah yang serius
bagi kesehatan masyarakat di Negara-negara yang berkembang seperti halnya Indonesia yang
memiliki iklim tropis banyak di temukan penyakit infeksi salah satuhnya Typhus Abdominalis
yang di temukan sepanjang tahun. Typhus abdominalis di sebabkan oleh salmonella tyhpi . Bila
salmonella tyhpi berjalan bersama makanan atau terkontaminasi, ia berserang dijaringan limfoid
pada dinding usus. Aliran limfe membawa organ ini kedalam hati dan empedu. Gejala demam
tipoid atau Typhus abdominalis adalah suhu tubuh meningkat hingga 40c dengan frekuensi nadi
relative lambat. Sering ada nyeri tekan di perut.
Insiden infeksi Typhus abdominalis tertinggi terjadi pada usia 1- 4 tahun. Kenyataannya
sekarang penderita penyakit typhus di RS Roemani masih tinggi khususnya pada tahun 2008-
2009 tercatat penderita typhus mencapai 70%, terdiri dari 50% penderita laki-laki , 20%
penderita perempuan dan pada tahun 2009 , sampai april mencapai 414 penderita untuk kasus ini
masuk dalam kategori 10 jenis penyakit terbesar Typhus abdominalis adalah penyakit infeksi
akut pada usus halus yang biasanya lebih ringan dan menunjukkan manifestasi klinis yang sama
dengan enteritis akut, oleh karena itu penyakit ini disebut juga penyakit demam enterik.
Penyebabnya adalah kuman Salmonella typhi atau Salmonella paratyphi A, B dan C, selain
demam enterik kuman ini dapat juga menyebabkan gastroenteritis (keracunan makanan) dan
septikemia (tidak menyerang usus).
Penyakit ini banyak diderita oleh anak-anak, namun tidak tertutup kemungkinan untuk orang
muda/dewasa. Kuman ini terdapat didalam kotoran, urine manusia, dan juga pada makanan dan
minuman yang tercemar kuman yang dibawa oleh lalat. Dalam masyarakat penyakit ini dikenal
dengan nama thypus, tetapi dalam dunia kedokteran disebut Tyfoid fever atau thypus
abdominalis, karena pada umumnya kuman menyerang usus, maka usus bisa jadi luka, dan
menyebabkan perdarahan, serta bisa pula terjadi kebocoran usus.
Di Indonesia, diperkirakan insiden demam enterik adalah 300 – 810 kasus per 100.000 penduduk
per tahun. Menurut hasil SKRT tahun 1986 bahwa 3 % dari seluruh kematian (50.000 kematian)
disebabkan oleh demam enterik. Penyakit ini meskipun sudah dinyatakan sembuh, namun
penderita belum dikatakan sembuh total karena mereka masih dapat menularkan penyakitnya
kepada orang lain (bersifat carrier). Pada perempuan kemungkinan untuk menjadi carrier 3 kali
lebih besar dibandingkan pada laki-laki. Sumber penularan utama ialah penderita demam enterik
itu sendiri dan carrier, yang mana mereka dapat mengeluarkan berjuta-juta kuman Salmonella
typhi dalam tinja dan tinja inilah yang merupakan sumber pencemaran.
Kuman tersebut masuk melalui saluran pencernaan, setelah berkembang biak kemudian
menembus dinding usus menuju saluran limfa, masuk ke dalam pembuluh darah dalam waktu
24-72 jam. Kemudian dapat terjadi pembiakan di sistem retikuloendothelial dan menyebar
kembali ke pembuluh darah yang kemudian menimbulkan berbagai gejala klinis.
Dalam masyarakat penyakit ini dikenal dengan nama Tipes atau thypus, tetapi dalam dunia
kedokteran disebut TYPHOID FEVER atau Thypus abdominalis, karena berhubungan dengan
usus pada perut.
1.2 Tujuan
Penulisan dalam makalah ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pencegahan dan
pengobatan penyakit Thypus tersebut. Serta dapat mengetahui apa- apa saja yang menjadi dasar
dari penyebab penyakit Thypus ini.
1.3 Manfaat
Adapun manfaat dari makalah ini adalah kita bisa mengetahui penyebab timbulnya penyakit
Thypus tersebut, serta manfaatnya pun kita bisa mengetahui pencegahan apa saja yang bisa kita
lakukan agar terhindar dari penyakit Thypus.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Thypus Abdominalis
Typhoid fever (Demam Tifoid) yang biasa juga disebut typhus atau types oleh orang awam,
merupakan penyakit yang disebabkan bakteriSalmonella Enterica, khususnya turunannya
yaituSalmonella Typhi (S. Typhi) yang menyerang bagian saluran pencernaan (Anonim_a, 2009).
Typhus merupakan penyakit infeksi menular yang dapat terjadi pada anak maupun orang
dewasa. Tetapi demam tifoid lebih sering menyerang anak. Walaupun gejala yang dialami anak
lebih ringan daripada orang dewasa. Menurut Darmowandowo, selama terjadi infeksi bakteri S.
typhi bermultiplikasi dalam sel fagositik mononuklear dan secara berkelanjutan dilepaskan ke
aliran darah (Anonim_b, 2007).
Typus abdominalis adalah penyakit infeksi akut yang biasanya mengenai saluran pencernaan
dengan gejala demam yang lebih dari 1 minggu, gangguan pencernaan dan gangguan kesadaran.
Pada paratipus – jenis tipus yang lebih ringan – mungkin sesekali mengalami buang-buang air .
Jika diamati, lidah tampak berselaput putih susu, bagian tepinya merah terang. Bibir kering, dan
kondisi fisik tampak lemah, serta nyata tampak sakit. Jika sudah lanjut, mungkin muncul gejala
kuning, sebab pada tipus organ hati bisa membengkak seperti gejala hepatitis. Pada tipus limpa
juga membengkak. Kuman tipus tertelan lewat makanan atau minuman tercemar. Bisa jadi
sumbernya dari pembawa kuman tanpa ia sendiri sakit tipus. Kuman bersarang di usus halus, lalu
menggerogoti dinding usus. Usus luka, dan sewaktu-waktu tukak tipus bisa jebol, dan usus jadi
bolong.
Ini komplikasi tipus yang paling ditakuti. Komplikasi tipus umumnya muncul pada minggu
kedua demam. Yaitu jika mendadak suhu turun dan disangka sakitnya sudah menyembuh, namun
denyut nadi meninggi, perut mulas melilit, dan pasien tampak sakit berat. Kondisi begini
membutuhkan pertolongan gawat darurat, sebab isi usus yang tumpah ke rongga perut harus
secepatnya dibersihkan. Untuk tahu benar kena tipus harus periksa darah. Setelah minggu
pertama demam tanda positif tipus baru muncul di darah (Uji Widal).
Pembawa kuman ini berbahaya jika profesinya pramusaji atau orang yang kerjanya menyiapkan
makanan dan minuman jajanan (food handler). Sekarang tipus bisa dicegah dengan imunitas
tipus. Penyakit tipus di Indonesia masih banyak. Mereka yang punya risiko tertular, tidak
salahnya ikut vaksinasi.
Ada 3 metode untuk mendiagnosis penyakit demam typoid (Typhus), yakni :
1. Diagnosis mikrobiologik/pembiakan kuman.
2. Diagnosis serologik.
3. Diagnosis klinik.
Metode diagnosa mikrobiologik adalah metode yang paling spesifik dan lebih dari 90 %
penderita yang tidak diobati, kultur darahnya positif dalam minggu pertama. Hasil ini menurun
drastis setelah pemakaian obat antibiotika dengan hasil positif menjadi 40 %. Meskipun
demikian kultur sumsum tulang memperlihatkan hasil yang tinggi yaitu 90 % positif.
Pada minggu-minggu selanjutnya kultur darah menurun, tetapi untuk tinja dan kultur urin
meningkat yaitu 85 % dan 25 % berturut-turut positif pada minggu ketiga dan keempat.
Organisme dalam tinja masih dapat ditemukan selama 3 bulan dari 90 % penderita dan kira-kira
3 % penderita tetap mengeluarkan kuman Salmonella typhi dalam tinjanya untuk jangka waktu
yang lama yaitu menjadi carrier kronik mengeluarkan kuman Salmonella typhi dalam tinja
seumur hidupnya dan carrier lebih banyak terjadi pada orang dewasa daripada anak-anak dan
lebih sering mengenai wanita daripada laki-laki.
Diagnosis serologik tergantung pada antibody yang timbul terhadap antigen O dan H, yang dapat
dideteksi dengan reaksi aglutinasi (test widan). Antibody terhadap antigen O dari group D timbul
dalam minggu pertama sakit dan mencapai puncaknya pada minggu ketiga dan keempat yang
akan menurun setelah 9 bulan sampai 1 tahun. Titer aglutinin 1/200 atau kenaikan titer lebih dari
4 kali berarti test Widal positif, hal ini menunjukkan infeksi akut Salmonella typhi.
1. A. Agent ( Kuman Penyebab)
2. Morfologi Salmonella typhosa.
Kuman berbentuk batang, tidak berspora dan tidak bersimpai tetapi mempunyai flagel feritrik
(fimbrae), pada pewarnaan gram bersifat gram negatif, ukuran 2 – 4 mikrometer x 0.5-0.8
mikrometer dan bergerak, pada biakan agar darah koloninya besar bergaris tengah 2 sampai 3
millimeter, bulat, agak cembung, jernih, licin dan tidak menyebabkan hemolisis (Gupte, 1990).
1. Fisiologi
Kuman tumbuh pada suasana aerob dan fakultatif anaerob, pada suhu 15 – 41o C (suhu
pertumbuhan optimum 37o C) dan pH pertumbuhan 6 – 8. Pada umumnya isolat kuman
Salmonella dikenal dengan sifat-sifat, gerak positif, reaksi fermentasi terhadap manitol dan
sorbitol positif dan memberikan hasil negatif pada reaksi indol, laktosa, Voges Praskauer dan
KCN.
Sebagian besar isolat Salmonella yang berasal dari bahan klinik menghasilkan H2S. Samonella
thypi hanya membentuk sedikit H2S dan tidak membentuk gas pada fermentase glukosa. Pada
agar SS,Endo, EMB dan MacConkey koloni kuman berbentuk bulat, kecil dan tidak berwana,
pada agar Wilson Blair koloni kuman berwarna hitam berkilat logam akibat pembentukan H2S.
1. Daya tahan
Kuman akan mati karena sinar matahari atau pada pemanasan dengan suhu 60o C selama 15
sampai 20 menit, juga dapat dibunuh dengan cara pasteurisasi, pendidihan dan klorinasi serta
pada keadaan kering. Dapat bertahan hidup pada es, salju dan air selama 4 minggu sampai
berbulan-bulan. Disamping itu dapat hidup subur pada medium yang mengandung garam metil,
tahan terhadap zat warna hijau brilian dan senyawa natrium tetrationat dan natrium deoksikolat.
Senyawa-senyawa ini menghambat pertumbuhan kuman koliform sehingga senyawa-senyawa
tersebut dapat digunakan didalam media untuk isolasi Salmonella dari tinja (Gupte, 1990).
1. B. DISTRIBUSI TYPHUS ABDOMINALIS
Penyebaran penyakit tidak ada perbedaan dimana laki-laki maupun perempuan akan mempunyai
resiko untuk terkena penyakit ini. Insiden yang tertinggi terjadi pada anak-anak, sedangkan pada
orang dewasa penderita sering mengalami infeksi ringan dan biasanya sembuh sendiri yang pada
akhirnya menjadi kebal. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 70 – 80 % pasien berumur 12 – 30
tahun, 10 – 20 % berumur 31 – 40 tahun dan lebih sedikit pada pasien berumur diatas 40 tahun.
Typhus abdominalis terdapat diseluruh dunia dan penyebarannya sebagai penyakit menular,
tidak selalu bergantung pada iklim, tetapi lebih banyak dijumpai di negara-negara berkembang
dan daerah dengan iklim tropis.
Di Indonesia, penyakit ini dapat ditemukan sepanjang tahun, dari hasil penelitian kemungkinan
kasus ini lebih meningkat pada musim hujan, juga bisa pada musim kemarau atau pada peralihan
musim kemarau kemusim hujan. Angka kesakitan demam tifoid di Indonesia masih tinggi
berkisar antara 0,7 – 1 % (Depkes, 1985). Makanan dan minuman terkontaminasi merupakan
mekanisme transmisi kuman Salmonella dan carrier adalah sumber infeksi. Salmonella typhi bisa
berada dalam air, es, debu, sampah kering yang bila organisme ini masuk ke dalam vehicle yang
cocok (daging, kerang dan sebagainya) akan berkembang bika mencapai dosis infektif.
1. C. Epidemiologi
Penyakit typhus abdominalis biasa dikenal dengan penyakit typhus. Namun, dalam dunia
kedokteran disebut tyfoid fever. Di Indonesia, diperkirakan angka kejadian penyakit ini adalah
300 – 810 kasus per 100.000 penduduk/tahun. Insiden tertinggi didapatkan pada anak-anak.
Orang dewasa sering mengalami infeksi ringan dan sembuh sendiri lalu menjadi kebal. Insiden
penderita berumur 12 tahun keatas adalah 70 – 80%, penderita umur antara 12 dan 30 tahun
adalah 10 – 20%, penderita antara 30 – 40 tahun adalah 5 – 10%, dan hanya 5 – 10% diatas 40
tahun.
1. D. Etiologi
Penyebab penyakit ini adalah Salmonella typhi, Salmonella para typhii A, dan Salmonella
paratyphii B. Basil gram negatif, bergerak dengan rambut getar, tidak berspora, mempunyai 3
macam antigen yaitu antigen O, antigen H, dan antigen VI. Dalam serum penderita terdapat zat
(aglutinin) terhadap ketiga macam antigen tersebut. Kuman tumbuh pada suasan aerob dan
fakultatif anaerob pada suhu 15 – 41°C (optimum 37°C) dan pH pertumbuhan 6 – 8.
1. Salmonella thyposa, basil gram negative yang bergerak dengan bulu getar, tidak
bersepora mempunyai sekurang-kurangnya tiga macam antigen yaitu:
- antigen O (somatic, terdiri darizat komplekliopolisakarida)
- antigen H(flagella)
- antigen V1 dan protein membrane hialinSalmonella parathypi A
1. Salmonella parathypi A
2. salmonella parathypi B
3. Salmonella parathypi C
4. Faces dan Urin dari penderita thypus
1. E. Tanda dan Gejala
Masa inkubasi rata-rata 2 minggu gejalanya: cepat lelah, sakit kepala, rasa tidak enak di perut,
dan nyeri seluruh badan. Demam berangsur-angsur naik selama minggu pertama. Demam terjadi
terutama pada sore dan malam hari (febris remitten). Pada minggu 2 dan 3 demam terus menerus
tinggi (febris kontinue) dan kemudian turun berangsur-angsur.
Gangguan gastrointestinal, bibir kering dan pecah-pecah, lidah kotor-berselaput putih dan
pinggirnya hiperemis, perut agak kembung dan mungkin nyeri tekan, bradikardi relatif, kenaikan
denyut nadi tidak sesuai dengan kenaikan suhu badan (Junadi, 1982).
Gejala penyakit ini baru bisa diketahui secara spesifik setelah virus telah cukup berkembang biak
di organ, yang kadang kurang memicu kesadaran jadi sering kali baru diobati dengan benar
setelah gejala terindentifikasi dengan spesifik dan jelas, bahkan ketika gejala stadium penyakit
sudah cenderung kritis.
1. Gejala awal yang perlu dikenali, yang dialami selama beberapa hari yaitu :
2. Gejala tipus ringan (paratipus), yaitu:
3. Gejala tipus stadium lanjut, yaitu: muncul gejala kuning, karena pada tipus organ hati
bisa membengkak seperti gejala hepatitis.
Demam lebih seminggu, mulainya seperti flu akan tetapi jika tipus umumnya muncul
sore dan malam hari.
Demam sukar turun
Nyeri kepala hebat
Perut terasa tidak enak
Tidak bisa buang air besar
Mengalami buang-buang air
Lidah tampak putih susu, bagian tepinya merah terang
Bibir kering
Kondisi fisik lemah
Sedangkan komplikasi yang akan terjadi pada penyakit tipus, pada umumnya muncul setelah
minggu kedua demam, yaitu jika mendadak suhu turun dan disangka sakit sudah sembuh,
sementara itu denyut nadi makin meinggi, perut melilit dan pasien tampak sakit berat. Kondisi
seperti membutuhkan pertolongan gawat darurat, karena isi usu yang tumpah ke ronggo perut
harus secepatnya dibersikan.
1. F. Patofisologi
Penularan salmonella thypi dapat ditularkan melalui berbagai cara, yang dikenal dengan 5 F
yaitu Food (makanan), Fingers (jari tangan/kuku), Fomitus (muntah), Fly (lalat), dan melalui
Feses. Feses dan muntah pada penderita typhoid dapat menularkan kuman salmonella thypi
kepada orang lain. Kuman tersebut dapat ditularkan melalui perantara lalat, dimana lalat akan
hinggap dimakanan yang akan dikonsumsi oleh orang yang sehat. Apabila orang tersebut kurang
memperhatikan kebersihan dirinya seperti mencuci tangan dan makanan yang tercemar kuman
salmonella thypi masuk ke tubuh orang yang sehat melalui mulut. Kemudian kuman masuk ke
dalam lambung, sebagian kuman akan dimusnahkan oleh asam lambung dan sebagian lagi masuk
ke usus halus bagian distal dan mencapai jaringan limpoid. Di dalam jaringan limpoid ini kuman
berkembang biak, lalu masuk ke aliran darah dan mencapai sel-sel retikuloendotelial.
Sel-sel retikuloendotelial ini kemudian melepaskan kuman ke dalam sirkulasi darah dan
menimbulkan bakterimia, kuman selanjutnya masuk limpa, usus halus dan kandung empedu.
Semula disangka demam dan gejala toksemia pada typhoid disebabkan oleh endotoksemia.
Tetapi berdasarkan penelitian eksperimental disimpulkan bahwa endotoksemia bukan merupakan
penyebab utama demam pada typhoid. Endotoksemia berperan pada patogenesis typhoid, karena
membantu proses inflamasi lokal pada usus halus. Demam disebabkan karena salmonella thypi
dan endotoksinnya merangsang sintetis dan pelepasan zat pirogen oleh leukosit pada jaringan
yang meradang.
1. G. . Faktor Resiko
Penyakit Typhus dapat ditularkan melalui makanan dan minuman yang tercemar dengan kuman
Typhus. Bila anda sering menderita penyakit ini kemungkinan besar makanan atau minuman
yang Anda konsumsi tercemar bakterinya. Hindari jajanan di pinggir jalan terlebih dahulu. Atau
telur ayam yang dimasak setengah matang pada kulitnya tercemar tinja ayam yang mengandung
bakteri Typhus , Salmonella typhosa, kotoran, atau air kencing dari penderita Typhus.
1. H. Upaya Pencegahan
Untuk mencegah agar seseorang terhindar dari penyakit ini kini sudah ada Vaksin Tipes atau
Tifoid yang disuntikkan atau secara minum obat dan dapat melindungi seseorang dalam waktu 3
tahun. Mintalah Dokter anda memberikan imunisasi tersebut.
Atau dapat dengan cara :
1. Usaha terhadap lingkungan hidup :
- Penyediaan air minum yang memenuhi
- Pembuangan kotoran manusia (BAK dan BAB) yang hygiene
- Pemberantasan lalat.
- Pengawasan terhadap rumah-rumah dan penjual makanan.
2. Usaha terhadap manusia:
- Imunisasi
- Pendidikan kesehatan pada masyarakat : hygiene sanitasi personal hygiene
Pencegahan yang dapat di lakukan lagi yaitu:
- Dengan mengetahui cara penyebaran penyakit, maka dapat dilakukan pengendalian.
- Menerapkan dasar2 hygiene dan kesehatan masyarakat, yaitu melakukan deteksi dan
isolasi terhadap sumber infeksi. Perlu diperhatikan faktor kebersihan lingkungan.
- Pembuangan sampah dan klorinasi air minum, perlindungan terhadap suplai makanan dan
minuman, peningkatan ekonomi dan peningkatan kebiasaan hidup sehat serta mengurangi
populasi lalat (reservoir).
- Memberikan pendidikan kesehatan dan pemeriksaan kesehatan (pemeriksaan tinja) secara
berkala terhadap penyaji makanan baik pada industri makanan maupun restoran.
- Sterilisasi pakaian, bahan, dan alat-alat yang digunakan klien dengan menggunakan
antiseptik. Mencuci tangan dengan sabun.
- Deteksi karier dilakukan dengan tes darah dan diikuti dengan pemeriksaan tinja dan urin
yang dilakukan berulang-ulang. Klien yang karier positif dilakukan pengawasan yang lebih ketat
yaitu dengan memberikan informasi tentang kebersihan personal.
1. I. Teraphy / Pengobatan
Pengobatan pada penderita ini meliputi tirah baring, diet rendah serat – tinggi kalori dan protein,
obat-obatan berupa antibiotika, serta pengobatan terhadap komplikasi yang mungkin timbul.
Obat untuk penyakit Types adalah antibiotika golongan Chloramphenikol, Thiamphenikol,
Ciprofloxacin dll yg diberikan selama 7 – 10 hari. Lamanya pemberian antibiotika ini harus
cukup sesuai resep yg dokter berikan. Jangan dihentikan bila gejala demam atau lainnya sudah
reda selama 3-4 hari minum obat. Obat harus diminum sampai habis ( 7 – 10 hari ). Bila tidak,
maka bakteri Tipes yg ada di dalam tubuh pasien belum mati semua dan kelak akan kambuh
kembali
Penyakit ini tidak terlalu parah, namun sangat dapat menganggu aktifitas kita. Yang sangat
dibutuhkan adalah istirahat total selama beberapa minggu bahkan bulan. Bagi orang yang sangat
aktif, hal ini sangat menderita. Anda terasa tidak bisa apa-apa ( setidaknya ini yang saya rasakan
ketika menderita penyakit ini).
Yang perlu diperhatikan pasca terkena Tipes adalah pola makan yang benar. Misalnya harus
lunak, ya terapkan makan lunak sampai batas yang telah ditentukan dokter, kemudian makanan
yang berminyak, pedas, asam, spicy hindari. Kurangi kegiatan yang terlalu menguras tenaga.
Kemudian untuk menjaga stamina bisa diberikan Kapsul Tapak ( sesuai ketentuan dokter) Liman
3 x 2 Kaps/hr, Kaps Daun sendok 3 x 2 Kaps.hr, dan Patikan Kebo 3 x 1 Kaps/hr. (untuk
membantu mempercepat penyembuhan luka diusus akibat Typus).
1. J. Pemeriksaan Penunjang
Untuk menegakkan diagnosa penyakit typhus abdominalis perlu dilakukan pemeriksaan yaitu
pemeriksaan laboratorium:
1. Darah tepi
- Terdapat gambaran leucopenia
- limfositosis relatif dan
- ameosinofila pada permulaan sakit
- mungkin terdapat anemia dan trombositopenia ringan
1. K. Komplikasi
1. Pada usus halus:
Perdarahan usus. Hanya sedikit ditemukan jika dilakukan pemeriksaan tinja dengan
benzidin. Jika perdarahan banyak, terjadi melena, dapat disertai nyeri perut.
Perforasi usus. Timbul biasanya pada minggu ketiga atau setelahnya dan terjadi pada
bagian distal ileum.
Peritonitis. Biasanya menyertai perforasi. Ditemukan gejala abdomen akut yaitu nyeri
perut hebat, dinding abdomen tegang dan nyeri tekan.
2. Di luar usus
Terjadi karena lokalisasi peradangan akibat sepsis (bakterinya) yaitu meningitis, kolesistisis,
enselovati, dll.
BAB III
PENDAHULUAN
3.1 HASIL DAN PEMBAHASAN
Thypus abdominalis adalah penyakit infeksi akut pada usus halus yang biasanya lebih ringan dan
menunjukkan manifestasi klinis yang sama dengan eteristis akut, oleh karena itu penyakit ini di
sebut juga penyakit demam entrik.
Hasil yang di peroleh yaitu penderita penyakit Thypus ini dengan pemberian antibiotic yang
efektif dapat mengurangi angka kematian ( di Amerika angka kematian turun menjadi 1 %
bahkan kurang), antiboatik kloramfenikol masih di pakai sebagai obat standar dimana efektivitas
obat- obatan lain masih di banding kan. Perlu di ketahui kloramfenikol mempunyai efek tosik
terhadap sumsum belakang. Penggunaan klomfenikol, demam akan turun rata- rata setelah 5
hari. Obat- obat lain seperti Ampysilin, amoksisilin, dan trimetropin sulfametoksasole dapat di
pergunakan untuk pengobatan.
Dengan mengetahui cara penyebaran penyakit maka dapat dilakukan pengendalian dengan
menerapkan dasar-dasar hygiene dan kesehatan masyarakat yaitu melakukan deteksi dan isolasi
terhadap sumber infeksi, perlu diperhatikan faktor kebersihan lingkungan, pembuangan sampah
dan clorinasi air minum, perlindungan terhadap suplai makanan dan minuman, peningkatan
ekonomi dan peningkatan kebiasaan hidup sehat serta mengurangi populasi lalat (reservoir).
Memberikan pendidikan kesehatan dan pemeriksaan kesehatan (terutama pemeriksaan tinja)
secara berkala terhadap penyaji makanan baik pada industri makanan maupun restoran. Selain itu
yang sangat penting adalah sterilisasi pakaian, bahan dan alat-alat yang digunakan pasien dengan
memberikan antiseptik, dianjurkan pula bagi pengunjung untuk mencuci tangan dengan sabun
dan memberikan desinfektan pada saat mencuci pakaian.
Deteksi carrier dilakukan dengan cara test darah dan diikuti dengan pemeriksaan tinja dan urine
yang dilakukan berulang-ulang.. Pasien yang cerrier positif diperlukan pengawasan yang lebih
ketat yaitu denganmemberikan informasi tentang hygiene perorangan dan cara meningkatkan
standar hygiene agar tidak berbahaya bagi orang lain.
Tabel 1. Karakteristik Anggota Rumah Tangga Terhadap Typhus
Asal daerah (x1)
Perkotaan 20 (1,1%) 195 (10,7%)
Perdesaan 85 (4,7%) 1516 (83,5%)
Jenis Kelamin (x2)
Laki-laki 55 (3%)
790 (43,5%)
Perempuan 50 (2,8%) 921 (50,7%)
Status Sosial Ekonomi (x3)
Miskin 70 (3,9%) 760 (41,9%)
Tidak Miskin 35 (1,9%) 951 (52,4%)
Kualitas Fisik Air Minum (x4)
Keruh 39 (2,1%) 376 (20,7%)
Tidak Keruh 66 (3,7%) 1335 (73,5%)
Tempat Penampungan Air Minum (x5)
Tandon Terbuka 82 (4,5%) 996 (54,8%)
Tando Tertutup 13 (0,7%) 168 (9,3%)
Tidak Ada 10 (0,6%) 547 (30,1%)
Tempat Pembuangan Sampah (x6)
Tertutup 1 (0,1%) 103 (5,7%)
Terbuka 53 (2,9%) 616 (33,9%)
Tidak Ada 51 (2,8%) 992 (54,6%)
Tempat Penampungan Air Limbah (x7)
Tertutup di
pekarangan
11 (0,6%) 171 (9,4%)
Terbuka di 44 (2,4%) 507 (27,9%)
Kategori Terjangkit
Tidak
Terjangkit
pekarangan
Di luar
pekaranagan 12 (0,7%)
150 (8,3%)
Tanpa
penampungan 24 (1,3%)
543 (29,9%)
Langsung ke
got/sungai 14 (0,8%) 340 (18,7%)
Tempat Buang Air Besar (x8)
Jamban 46 (2,6%) 1004 (55,3%)
Bukan Jamban 59 (3,2%) 707 (38,9%)
Kebiasaan Cuci Tangan setelah BAB (x9)
Ya 63 (3,5%) 841 (46,3%)
Tidak 42 (2,3%) 870 (47,9%)
Kebiasaan Cuci tangan sebelum makan
(x10)
Ya 93 (5,1%) 1132 (62,3%)
Tidak 12 (0,7%) 579 (31,9%)
Penyuluhan Kesehatan (x11)
Ya 5 (0,3%) 282 (15,5%)
Tidak 100 (5,5%) 1429 (78,7%)
Tabel 1 menunjukkan bahwa karakteristik dari masing-masing variabel prediktor yang terjangkit
Typhus terbesar adalah anggota rumah tangga dari pedesaan (4,7%), jenis kelamin laki-laki
(3%), status social ekonomi miskin (3,9%), kualitas fisik air minum tidak keruh (3,7%), tidak
ada tandon untuk menampung air minum (4,5%), tempat sampah terbuka (2,9%),penampungan
limbah terbuka di pekarangan (2,4%), tempat buang air besar tidak di jamban (3,2%),
mempunyai kebiasaan cuci tangan pakai sabun setelah buang air besar (3,5%/), mempunyai
kebiasaan cuci tangan pakai sabun sebelum makan (5,1%), dan tidak pernah mengikuti
penyuluhan kesehatan (5,5%).
BAB VI
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Dari makalah di atas dapat di simpulkan bahwa pengertian penyakit Typhus adalah penyakit
infeksi menular yang dapat terjadi pada anak maupun orang dewasa. Tetapi demam tifoid lebih
sering menyerang anak. Walaupun gejala yang dialami anak lebih ringan daripada orang dewasa.
Menurut Darmowandowo, selama terjadi infeksi bakteri S. typhi bermultiplikasi dalam
sel fagositik mononuklear dan secara berkelanjutan dilepaskan ke aliran darah (Anonim_b,2007).
Penyakit typhus abdominallis atau demam thypod merupakan problem atau masalah yang serius
bagi kesehatan masyarakat di Negara-negara yang berkembang seperti halnya Indonesia yang
memiliki iklim tropis banyak di temukan penyakit infeksi salah satuhnya Typhus Abdominalis
yang di temukan sepanjang tahun. Typhus abdominalis di sebabkan oleh salmonella tyhpi.
Ada 3 metode untuk mendiagnosis penyait demam typoid (Typhus), yakni :
1. Diagnosis mikrobiologik/pembiakan kuman.
2. Diagnosis serologik.
3. Diagnosis klinik.
Penularan salmonella thypi dapat ditularkan melalui berbagai cara, yang dikenal dengan 5 F
yaitu Food (makanan), Fingers (jari tangan/kuku), Fomitus (muntah), Fly (lalat), dan melalui
Feses. Feses dan muntah pada penderita typhoid dapat menularkan kuman salmonella thypi
kepada orang lain. Kuman tersebut dapat ditularkan melalui perantara lalat, dimana lalat akan
hinggap dimakanan yang akan dikonsumsi oleh orang yang sehat.
Dengan mengetahui cara penyebaran penyakit maka dapat dilakukan pengendalian dengan
menerapkan dasar-dasar hygiene dan kesehatan masyarakat yaitu melakukan deteksi dan isolasi
terhadap sumber infeksi, perlu diperhatikan faktor kebersihan lingkungan, pembuangan sampah
dan clorinasi air minum, perlindungan terhadap suplai makanan dan minuman, peningkatan
ekonomi dan peningkatan kebiasaan hidup sehat serta mengurangi populasi lalat (reservoir).
4.2. Saran
Melalui makalah ini saya selaku penyusun makalah ini berharap agar pembaca senantiasa
memperdulikan akan kesehatannya sendiri, lingkungan dan sekitarnya agar terhindar dari
penyakit menular khususnya penyakit Typhus dengan melakukan pencegahan sejak dini
sehinnga penyakit ini tidak menjadi suatu Kejadian Luar Biasa (KLB).
DAFTAR PUSTAKA
1. Gupte, S. 1990. Mikrobiologi Dasar. Alih bahasa Julius ES. Binarupa Aksara. Edisi III.
2. Simanjuntak, C H. 1990. Masalah Demam Tifoid di Indonesia. Cermin Dunia
Kedokteran No.60
3. Staf Pengajar Fakultas Kedokteran UI, “Mikrobiologi Kedokteran”, P.T. Binarupa
Aksara, Jakarta, 1993.
4. Staf pengajar FKUNDIP. 1996. Pengendalian Demam Tifoid. Jen. I.
5. Sudibjo, HR, “Jurnal Kedokteran YARSI”, Vol.4 No. 1 Jakarta, 1996, Januari.
6. Suzzane C. Smeltzer, Brenda G. Bare. 2002. Keperawatan Medikal Bedah Vol.1.
Jakarta : EGC.
7. Soepaman, Sarwono Waspadji. 2001. Ilmu Penyakit dalam Jilid II Edisi 3. Jakarta : Balai
Penerbit FKUI
8. Jevuska. 2008. Demam Tifoid (Typhoid Fever),
<http://www.jevuska.com/2008/05/10-/demam-tifoidtyphoid- fever, tanggal akses: 26
September 2009>.
9. http://www.mediastore.co.id/kesehatan/news/0602/08/095423.htm
10.http://www.infokesehatan.co.id
11.http://adhienbinongko.wordpress.com/2012/12/01/typhus-abdominalis-eidemiologi-penyakit-
menular/