33
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pada saat ini, perawatan luka telah mengalami perkembangan yang sangat pesat terutama dalam dua dekade terakhir ini. Teknologi dalam bidang kesehatan juga memberikan kontribusi yang sangat untuk menunjang praktek perawatan luka ini. Disamping itu pula, isu terkini yang berkait dengan manajemen perawatan luka ini berkaitan dengan perubahan profil pasien, dimana pasien dengan kondisi penyakit degeneratif dan kelainan metabolic semakin banyak ditemukan. Kondisi tersebut biasanya sering menyertai kekompleksan suatu luka dimana perawatan yang tepat diperlukan agar proses penyembuhan bisa tercapai dengan optimal. Luka kotor atau luka terinfeksi adalah luka dimana organisme yang menyebabkan infeksi pascaoperatif terdapat dalam lapang operatifnsebelum pembedahan. Hal ini mencakup luka traumatik yang sudah lama dengan jaringan yang terkelupas tertahan dan luka yang melibatkan infeksi klinis yang sudah ada atau visera yang mengalami perforasi. Kemungkinan relatif infeksi luka adalah lebih dari 27 %. Dampak yang terjadi apabila luka kotor dibiarkan atau tidak ditanggulangi dengan tepat maka akan berdampak pada pembusukan pada daerah luka, selain daripada itu terjadinya penambahan daerah luka atau 1

askep luka kotor2

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: askep luka kotor2

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Pada saat ini, perawatan luka telah mengalami perkembangan yang

sangat pesat terutama dalam dua dekade terakhir ini. Teknologi dalam bidang

kesehatan juga memberikan kontribusi yang sangat untuk menunjang praktek

perawatan luka ini. Disamping itu pula, isu terkini yang berkait dengan

manajemen perawatan luka ini berkaitan dengan perubahan profil pasien,

dimana pasien dengan kondisi penyakit degeneratif dan kelainan metabolic

semakin banyak ditemukan. Kondisi tersebut biasanya sering menyertai

kekompleksan suatu luka dimana perawatan yang tepat diperlukan agar

proses penyembuhan bisa tercapai dengan optimal.

Luka kotor atau luka terinfeksi adalah luka dimana organisme yang

menyebabkan infeksi pascaoperatif terdapat dalam lapang operatifnsebelum

pembedahan. Hal ini mencakup luka traumatik yang sudah lama dengan

jaringan yang terkelupas tertahan dan luka yang melibatkan infeksi klinis yang

sudah ada atau visera yang mengalami perforasi. Kemungkinan relatif infeksi

luka adalah lebih dari 27 %.

Dampak yang terjadi apabila luka kotor dibiarkan atau tidak ditanggulangi

dengan tepat maka akan berdampak pada pembusukan pada daerah luka, selain

daripada itu terjadinya penambahan daerah luka atau pelebaran akan

menimbulkan masalah yang serius, dan juga dapat menimbulkan infeksi secara

sistemik.

Dengan demikian, diperlukan ASKEP dalam penanganan mengenai luka

kotor ini agar masalah mengenai luka kotor dapat di tangani oleh seorang

perawat, oleh karena itu kelompok perlu menyajikan makalah ini ASKEP

mengenai luka kotor/ luka infeksi agar teman-teman sejawat dapat mengambil

sejumlah ilmu dan dapat mengaplikasikannya dalam dunia kesehatan.

1

Page 2: askep luka kotor2

B. TUJUAN PENULISAN

1. Tujuan Umum

Agar manusia mengetahui dan memahami bagaimana cara membuat

ASKEP pada klien luka kotor.

2. Tujuan Khusus

a. Agar mahasiswa dapat mampu memahami materi ini

b. Agar mahasiswa mampu dan mengetahui hal-hal yang berkaitan dengan

askep pada luka kotor.

c. Agar Mahasiswa mengetahui bagaimana perawatan luka kotor.

C. RUANG LINGKUP PENULISAN

Dalam penulisan makalah ini kami membahas tentang konsep integumen

kulit, konsep luka kotor dan askep luka kotor.

D. METODE PENULISAN

Dalam suatu penulisan Karta Tulis Ilmiah atau makalah diperlukan metode

penulisan yang tepat dan akurat dengan disesuaikan pada apa yang akan

dituliskan. Untuk itu dalam penulisan makalah ini penulis menggunakan

metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Karena makalah ini memuat

materi yang bersifat diterangkan atau dijelaskan melalui presentasi.

E. SISTEMATIKA PENULISAN

BAB I Pendahuluan, memuat latar belakang, tujuan penulisan, ruang lingkup

penulisan,metode penulisan dan sistematika penulisan.

BAB II Landasan Teoritis, memuat tentang Anatomi fisiologi sistem

integumen, konsep luka kotor dan asuhan keperawatan pada luka kotor.

BAB III Penutup, yang terdiri dari kesimpulan dan saran-saran.

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

2

Page 3: askep luka kotor2

A. ANATOMI FISIOLOGI SISTEM INTEGUMEN

Kulit adalah lapisan jaringan yang terdapat pada bagian luar yang menutupi

dan melindungi permukaan tubuh. Pada permukaan kulit bermuara kelenjar

keringat dan kelenjar mukosa. (Syaifuddin, 2006)

1. ANATOMI SISTEM INTEGUMEN

a. Susunan Kulit Manusia

Menurut Syaifuddin (2006) Kulit manusia tersusun atas tiga lapisan,

yaitu epidermis, dermis dan subkutis. Epidermis dan dermis dapat terikat

satu sama lain akibat adanya papilare dermis dan rabung epidermis.

1) Epidermis merupakan lapisan teratas pada kulit manusia dan memiliki tebal

yang berbeda-beda: 400-600 μm untuk kulit tebal (kulit pada telapak tangan

dan kaki) dan 75-150 μm untuk kulit tipis (kulit selain telapak tangan dan

kaki, memiliki rambut). Selain sel-sel epitel, epidermis juga tersusun atas

lapisan:

a) Melanosit, yaitu sel yang menghasilkan melanin melalui proses

melanogenesis.

b) Sel Langerhans, yaitu sel yang merupakan makrofag turunan sumsum

tulang, yang merangsang sel Limfosit T, mengikat, mengolah, dan

merepresentasikan antigen kepada sel Limfosit T. Dengan demikian, sel

Langerhans berperan penting dalam imunologi kulit.

c) Sel Merkel, yaitu sel yang berfungsi sebagai mekanoreseptor sensoris dan

berhubungan fungsi dengan sistem neuroendokrin difus.

d) Keratinosit, yang secara bersusun dari lapisan paling luar hingga paling

dalam  sebagai berikut:

a) Stratum Korneum, terdiri atas 15-20 lapis sel gepeng, tanpa inti dengan

sitoplasma yang dipenuhi keratin.

3

Page 4: askep luka kotor2

b) Stratum Lucidum, terdiri atas lapisan tipis sel epidermis eosinofilik yang

sangat gepeng, dan sitoplasma terdri atas keratin padat. Antar sel terdapat

desmosom.

c) Stratum Granulosum, terdiri atas 3-5 lapis sel poligonal gepeng yang

sitoplasmanya berisikan granul keratohialin. Pada membran sel terdapat

granula lamela yang mengeluarkan materi perekat antar sel, yang bekerja

sebagai penyaring selektif terhadap masuknya materi asing, serta

menyediakan efek pelindung pada kulit.

d) Stratum Spinosum, terdiri atas sel-sel kuboid. Sel-sel spinosum saling

terikat dengan filamen; filamen ini memiliki fungsi untuk

mempertahankan kohesivitas (kerekatan) antar sel dan melawan efek

abrasi. Dengan demikian, sel-sel spinosum ini banyak terdapat di daerah

yang berpotensi mengalami gesekan seperti telapak kaki.

e) Stratum Basal/Germinativum, merupakan lapisan paling bawah pada

epidermis, terdiri atas selapis sel kuboid. Pada stratum basal terjadi

aktivitas mitosis, sehingga stratum ini bertanggung jawab dalam proses

pembaharuan sel-sel epidermis secara berkesinambungan.

2) Dermis, yaitu lapisan kulit di bawah epidermis, memiliki ketebalan yang

bervariasi bergantung pada daerah tubuh dan mencapai maksimum 4 mm di

daerah punggung. Dermis terdiri atas dua lapisan dengan batas yang tidak

nyata, yaitu stratum papilare dan stratum reticular.

a) Stratum papilare, yang merupakan bagian utama dari papila dermis, terdiri

atas jaringan ikat longgar. Pada stratum ini didapati fibroblast, sel mast,

makrofag, dan leukosit yang keluar dari pembuluh (ekstravasasi).

b) Stratum retikulare, yang lebih tebal dari stratum papilare dan tersusun atas

jaringan ikat padat tak teratur (terutama kolagen tipe I).

Selain kedua stratum di atas, dermis juga mengandung beberapa

turunan epidermis, yaitu folikel rambut, kelenjar keringat, dan kelenjar

sebacea

4

Page 5: askep luka kotor2

a) Rambut, merupakan struktur berkeratin panjang yang berasal dari

invaginasi epitel epidermis, yaitu folikel rambut. Pada folikel ini terdapat

pelebaran terminal yang berbentuk benjolan pada sebuah papilla dermis.

Papila dermis tersebut mengandung kapiler dan ditutupi oleh sel-sel yang

akan membentuk korteks rambut, kutikula rambut, dan sarung akar

rambut.

b) Kelenjar keringat, yang terdiri atas kelenjar keringat merokrin dan kelenjar

keringat apokrin

Kelenjar keringat merokrin, berupa kelenjar tubular sipleks bergelung

dengan saluran bermuara di permukaan kulit. Salurannya tidak bercabang

dan memiliki diameter lebih kecil dari bagian sekresinya 0,4 mm. Terdapat

dua macam sel mioepitel yang mengelilingi bagian sekresinya, yaitu sel

gelap yang mengandung granula sekretoris dan sel terang yang tidak

mengandung granula sekretoris.

Kelenjar keringat apokrin, memiliki ukuran lebih besar (3-5 mm) dari

kelenjar keringat merokrin. Kelenjar ini terbenam di bagian dermis dan

hipodermis, dan duktusnya bermuara ke dalam folikel rambut. Terdapat di

daerah ketiak dan anus.

Kelenjar sebacea, yang merupakan kelenjar holokrin, terbenam di

bagian dermis dengan jumlah bervariasi mulai dari seratus hingga

sembilan ratus per centimeter persegi. Sekret dari kelenjar sebacea adalah

sebum, yang tersusun atas campuran lipid meliputi trigliserida, lilin,

squalene, dan kolesterol beserta esternya.

Pada bagian bawah dermis, terdapat suatu jaringan ikat longgar yang

disebut jaringan subkutan dan mengandung sel lemak yang bervariasi.

Jaringan ini disebut juga fasia superficial, atau panikulus adiposus.

Jaringan ini mengandung jalinan yang kaya akan pembuluh darah dan

pembuluh limfe. Arteri yang terdapat membentuk dua plexus, satu di

5

Page 6: askep luka kotor2

antara stratum papilare dan retikulare, satu lagi di antara dermis dan

jaringan subkutis. Cabang-cabang plexus tersebut mendarahi papila

dermis. Sedangkan vena membentuk tiga plexus, dua berlokasi seperti

arteri, satu lagi di pertengahan dermis. Adapun pembuluh limfe memiliki

lokasi sama dengan pembuluh arteri.

Untuk mendukung fungsi kulit sebagai penerima stimulus, maka

terdapat banyak ujung saraf, antara lain di epidermis, folikel rambut,

kelenjar kutan, jaringan dermis dan subkutis, serta papila dermis. Ujung

saraf ini tanggap terhadap stimulus seperti rabaan-tekanan, sensasi taktil,

suhu tinggi/rendah, nyeri, gatal, dan sensasi lainnya. Ujung saraf ini

meliputi ujung Ruffini, Vaterpacini, Meissner, dan Krause. Selain itu

turunan kulit yang lain adalah kuku. Kuku merupakan lempeng sel epitel

berkeratin pada permukaan dorsal setiap falang distal. Lempeng kuku

terletak pada stratum korneum, sedangkan dasar kuku terletak pada

stratum basal dan spinosum.

Gambar 1 : penampang melintang kulit

6

sectiocadaveris.wordpress.com

Page 7: askep luka kotor2

3) Subkutis

Subkutis terdiri dari kumpulan-kumpulan sel-sel lemak dan diantara

gerombolan ini berjalan serabut-serabut jaringan ikat dermis. Sel-sel lemak

ini bentuknya bulat dan intinya terdesak ke pinggir, sehingga berbrntuk

seperti cincin. Lapisan lemak inni disebut penikulus adiposus yang tabalnya

tidak sama pada tiap-tiap tempat dan juga pembagian antara laki-laki dan

perempuan tidak sama (berlainnan). Guna penikulus adiposus adalah

sebagai shock breaker atau pegas bila tekanan trauma mekanik yang

menimpa pada kulit, isolator panas atau untuk mempertahankan suhu,

penimbunan kalori, dan tambahan untuk kecantikan tubuh.

Gambar 2 : lapisan kulit

7

sectiocadaveris.wordpress.com

Page 8: askep luka kotor2

b. Variasi Ketebalan Lapisan Kulit

Gambar 3 : ketebalan lapisan epidermis

2. FISIOLOGI SISTEM INTEGUMEN

Kulit merupakan organ yang paling luas permukaannya yang

membungkus seluruh bagian luar tubuh sehingga kulit sebagai pelindung

tubuh terhadap bahaya bahan kimia. Cahaya matahari mengandung sinar

ultraviolet dan melindungi terhadap mikroorganisme serta menjaga

keseimbangan tubuh terhadap lingkungan. Kulit merupakan indikator bagi

seorang untuk memperoleh kesan umum dengan melihat perubahan yang

terjadi pada kulit. Misalnya menjadi pucat, kekuning-kuningan, kemerah-

merahan atau suhu kulit meningkat, memperlihatkan adanya kelainan yang

terjadi pada tubuh atau gangguan kulit karena penyakit tertentu.

Gangguan psikis juga dapat menyebabkan kelainan atau perubahan

pada kulit. Misalnya karena stress, ketakutan atau dalam keadaan marah akan

terjadi perubahan pada kulit wajah. Perubahan struktur kulit dapat

menentukan apakah seseorang telah lanjut usia atau masih muda. Wanita atau

8

Punggung

Paha Perut Lengan

Tlp Tangan

Tumit

020406080

100120140

Epid...

www.google.com

Page 9: askep luka kotor2

pria juga dapat membedakan penampilan kulit. Warna kulit juga dapat

menentukan ras atau suku bangsa misalnya kulit hitam suku bangsa negro,

kulit kuning bangsa mongol, kulit putih dari eropa dan lainnya. (Syaifuddin,

2006)

B. KONSEP LUKA KOTOR

1. Pengertian Luka

Luka adalah terganggunya (distrupsion) integritas normal dari kulit dan

jaringan di bawahnya. Trau`ma dapat terjadi secara tiba-tiba atau disengaja,

luka dapat terbuka atau tertutup, bersih atau terkontaminasi, superficial atau

dalam Koizer, (1992)

Sedangkan Walf dkk (1979) dalam (Agustina, ....) mengatakan luka

adalah istilah cedera atau trauma. Cedera pada jaringan dapat terjadi karena

bermacam-macam sebab seperti tekanan pada tubuh atau kekerasan, suhu yang

amat sangat (panas atau dingin); zat-zat kimia, reaksi atau luka mungkin

terbuka atau tertutup. Luka mungkin karena kecelakaan atau disengaja.

Luka adalah ”Rusaknya struktur dan fungsi anatomis normal akibat proses

patologis yang berasal dari intenal maupun eksternal dan mengenai organ

tertentu” Lazarus, (1994) dalam Agustina, (.....)

Luka kotor atau luka terinfeksi adalah luka dimana organisme yang

menyebabkan infeksi pascaoperatif terdapat dalam lapang operatifnsebelum

pembedahan. Hal ini mencakup luka traumatik yang sudah lama dengan

jaringan yang terkelupas tertahan dan luka yang melibatkan infeksi klinis yang

sudah ada atau visera yang mengalami perforasi. Kemungkinan relatif infeksi

luka adalah lebih dari 27 %. Potter and Perry. (2005)

Ketika luka timbul, beberapa efek akan muncul :

a. Hilangnya seluruh atau sebagian fungsi organ

b. Respon stres simpatis

c. Perdarahan dan pembekuan darah

d. Kontaminasi bakteri

e. Kematian sel

9

Page 10: askep luka kotor2

2. Jenis-jenis Luka

Luka sering digambarkan berdasarkan bagaimana cara mendapatkan luka

itu dan menunjukkan derajat luka Taylor, (1997).

a. Berdasarkan tingkat kontaminasi

1) Clean Wounds (Luka bersih), yaitu luka bedah takterinfeksi yang mana

tidak terjadi proses peradangan (inflamasi) dan infeksi pada sistem

pernafasan, pencernaan,genital dan urinari tidak terjadi. Luka bersih

biasanya menghasilkan luka yang tertutup; jika diperlukan dimasukkan

drainase tertutup (misal; Jackson – Pratt). Kemungkinan terjadinya infeksi

luka sekitar 1% – 5%.

2) Clean-contamined Wounds (Luka bersih terkontaminasi), merupakan

lukapembedahan dimana saluran respirasi, pencernaan, genital atau

perkemihan dalamkondisi terkontrol, kontaminasi tidak selalu terjadi,

kemungkinan timbulnya infeksi luka adalah 3% – 11%.

3) Contamined Wounds (Luka terkontaminasi), termasuk luka terbuka, fresh,

luka akibat kecelakaan dan operasi dengan kerusakan besar dengan teknik

aseptik atau kontaminasi dari saluran cerna; pada kategori ini juga termasuk

insisi akut, inflamasi nonpurulen. Kemungkinan infeksi luka 10% – 17%.

4) Dirty or Infected Wounds (Luka kotor atau infeksi), yaitu terdapatnya

mikroorganisme pada luka.

b. Berdasarkan ke dalaman dan luasnya luka

1) Stadium I : Luka Superfisial (“Non-Blanching Erithema) : yaitu luka yang

terjadi pada lapisan epidermis kulit.

2) Stadium II : Luka “Partial Thickness” : yaitu hilangnya lapisan kulit pada

lapisan epidermis dan bagian atas dari dermis. Merupakan luka superficial

dan adanya tanda klinis seperti abrasi, blister atau lubang yang dangkal.

3) Stadium III : Luka “Full Thickness” : yaitu hilangnya kulit keseluruhan

meliputi kerusakan atau nekrosis jaringan subkutan yang dapat meluas

sampai bawah tetapi tidak melewati jaringan yang mendasarinya. Lukanya

10

Page 11: askep luka kotor2

sampai pada lapisan epidermis, dermis dan fasia tetapi tidak mengenai otot.

Luka timbul secara klinis sebagai suatu lubang yang dalam dengan atau

tanpa merusak jaringan sekitarnya.

4) Stadium IV : Luka “Full Thickness” yang telah mencapai lapisan otot,

tendon dan tulang dengan adanya destruksi/kerusakan yang luas.

c. Berdasarkan waktu penyembuhan luka

1) Luka akut : yaitu luka dengan masa penyembuhan sesuai dengan konsep

penyembuhan yang telah disepakati.

2) Luka kronis yaitu luka yang mengalami kegagalan dalam proses

penyembuhan, dapat karena faktor eksogen dan endogen.

3. Mekanisme terjadinya luka :

a. Luka insisi (Incised wounds), terjadi karena teriris oleh instrumen yang

tajam. Misal yang terjadi akibat pembedahan. Luka bersih (aseptik)

biasanya tertutup oleh sutura seterah seluruh pembuluh darah yang luka

diikat (Ligasi)

b. Luka memar (Contusion Wound), terjadi akibat benturan oleh suatu tekanan

dan dikarakteristikkan oleh cedera pada jaringan lunak, perdarahan dan

bengkak.

c. Luka lecet (Abraded Wound), terjadi akibat kulit bergesekan dengan benda

lain yang biasanya dengan benda yang tidak tajam.

d. Luka tusuk (Punctured Wound), terjadi akibat adanya benda, seperti peluru

atau pisau yang masuk kedalam kulit dengan diameter yang kecil.

e. Luka gores (Lacerated Wound), terjadi akibat benda yang tajam seperti oleh

kaca atau oleh kawat.

f. Luka tembus (Penetrating Wound), yaitu luka yang menembus organ tubuh

biasanya pada bagian awal luka masuk diameternya kecil tetapi pada bagian

ujung biasanya lukanya akan melebar.

g. Luka Bakar (Combustio)

11

Page 12: askep luka kotor2

4. Penyembuhan Luka

Tubuh yang sehat mempunyai kemampuan alami untuk melindungi dan

memulihkan dirinya. Peningkatan aliran darah ke daerah yang rusak,

membersihkan sel dan benda asing dan perkembangan awal seluler bagian dari

proses penyembuhan. Proses penyembuhan terjadi secara normal tanpa

bantuan, walaupun beberapa bahan perawatan dapat membantu untuk

mendukung proses penyembuhan. Sebagai contoh, melindungi area yang luka

bebas dari kotoran dengan menjaga kebersihan membantu untuk

meningkatkan penyembuhan jaringan.

a. Prinsip Penyembuhan Luka

Ada beberapa prinsip dalam penyembuhan luka menurut Taylor

(1997) yaitu :

1) Kemampuan tubuh untuk menangani trauma jaringan dipengaruhi oleh

luasnya kerusakan dan keadaan umum kesehatan tiap orang.

2) Respon tubuh pada luka lebih efektif jika nutrisi yang tepat tetap dijaga.

3) Respon tubuh secara sistemik pada trauma.

4) Aliran darah ke dan dari jaringan yang luka.

5) Keutuhan kulit dan mukosa membran disiapkan sebagai garis pertama

untuk mempertahankan diri dari mikroorganisme.

6) Penyembuhan normal ditingkatkan ketika luka bebas dari benda asing

tubuh termasuk bakteri.

b. Fase Penyembuhan Luka

Penyembuhan luka adalah suatu kualitas dari kehidupan jaringan hal

ini juga berhubungan dengan regenerasi jaringan. Fase penyembuhan luka

digambarkan seperti yang terjadi pada luka pembedahan (Kozier,1995).

1) Fase inflamasi :

a) Hari ke 0-5

b) Respon segera setelah terjadi injuri à pembekuan darah à untuk

mencegah kehilangan darah

c) Karakteristik : tumor, rubor, dolor, color, functio laesa

d) Fase awal terjadi haemostasis

12

Page 13: askep luka kotor2

e) Fase akhir terjadi fagositosis

f) Lama fase ini bisa singkat jika tidak terjadi infeksi

Dua proses utama terjadi pada fase ini yaitu hemostasis dan

pagositosis. Hemostasis (penghentian perdarahan) akibat fase konstriksi

pembuluh darah besar di daerah luka, retraksi pembuluh darah, endapan

fibrin (menghubungkan jaringan) dan pembentukan bekuan darah di

daerah luka. Bekuan darah dibentuk oleh platelet yang menyiapkan

matrik fibrin yang menjadi kerangka bagi pengambilan sel. Scab

(keropeng) jugadibentuk dipermukaan luka. Bekuan dan jaringan mati,

scab membantu hemostasis dan mencegah kontaminasi luka oleh

mikroorganisme. Dibawah scab epithelial sel berpindah dari luka ke

tepi. Epitelial sel membantu sebagai barier antara tubuh dengan

lingkungan dan mencegah masuknya mikroorganisme.

Fase inflamatori juga memerlukan pembuluh darah dan respon

seluler digunakan untuk mengangkat benda-benda asing dan jaringan

mati. Suplai darah yang meningkat ke jaringan membawa bahan-bahan

dan nutrisi yang diperlukan pada proses penyembuhan. Pada akhirnya

daerah luka tampak merah dan sedikit bengkak. Selama sel berpindah

lekosit (terutama neutropil) berpindah ke daerah interstitial. Tempat ini

ditempati oleh makrofag yang keluar dari monosit selama lebih kurang

24 jam setelah cidera/luka. Makrofag ini menelan mikroorganisme dan

sel debris melalui proses yang disebut pagositosis. Makrofag juga

mengeluarkan faktor angiogenesis (AGF) yang merangsang

pembentukan ujung epitel diakhirpembuluh darah. Makrofag dan AGF

bersama-sama mempercepat proses penyembuhan. Respon inflamatori

ini sangat penting bagi proses penyembuhan.

2) Fase proliferasi or epitelisasi

a) Hari 3 – 14

b) Disebut juga dengan fase granulasi o.k adanya pembentukan jaringan

granulasi pada luka à luka nampak merah segar, mengkilat

13

Page 14: askep luka kotor2

c) Jaringan granulasi terdiri dari kombinasi : Fibroblasts, sel inflamasi,

pembuluh darah yang baru, fibronectin and hyularonic acid

d) Epitelisasi terjadi pada 24 jam pertama ditandai dengan penebalan

lapisan epidermis pada tepian luka

e) Epitelisasi terjadi pada 48 jam pertama pada luka insisi

Diawali dengan mensintesis kolagen dan substansi dasar yang

disebut proteoglikan kira-kira 5 hari setelah terjadi luka. Kolagen

adalah substansi protein yang menambah tegangan permukaan dari

luka. Jumlah kolagen yang meningkat menambah kekuatan permukaan

luka sehingga kecil kemungkinan luka terbuka. Selama waktu itu

sebuah lapisan penyembuhan nampak dibawah garis irisan luka.

Kapilarisasi tumbuh melintasi luka, meningkatkan aliran darah yang

memberikan oksigen dan nutrisi yang diperlukan bagi penyembuhan.

Fibroblast berpindah dari pembuluh darah ke luka membawa fibrin.

Seiring perkembangan kapilarisasi jaringan perlahan berwarna merah.

Jaringan ini disebut granulasi jaringan yang lunak dan mudah pecah.

3) Fase maturasi atau remodeling

a) Berlangsung dari beberapa minggu s.d 2 tahun

b) Terbentuknya kolagen yang baru yang mengubah bentuk luka serta

peningkatan kekuatan jaringan (tensile strength)

c) Terbentuk jaringan parut (scar tissue) à 50-80% sama kuatnya dengan

jaringan sebelumnya

d) Terdapat pengurangan secara bertahap pada aktivitas selular and

vaskularisasi jaringan yang mengalami perbaikan

Kollagen yang ditimbun dalam luka diubah, membuat

penyembuhan luka lebih kuat dan lebih mirip jaringan. Kollagen baru

menyatu, menekan pembuluh darah dalam penyembuhan luka, sehingga

bekas luka menjadi rata, tipis dan garis putih.

5. Faktor yang mempengaruhi proses penyembuhan luka

a. Status Imunologi

b. Kadar gula darah (impaired white cell function)

14

Page 15: askep luka kotor2

c. Hidrasi (slows metabolism)

d. Kadar albumin darah (‘building blocks’ for repair, colloid osmotic pressure-

oedema)

e. Nyeri (causes vasoconstriction)

f. Corticosteroids (depress immune function)

g. Usia : Anak dan dewasa penyembuhannya lebih cepat daripada orang tua.

Orang tua lebih sering terkena penyakit kronis, penurunan fungsi hati dapat

mengganggu sintesis dari faktor pembekuan darah.

h. Nutrisi : Penyembuhan menempatkan penambahan pemakaian pada tubuh.

Klien memerlukan diit kaya protein, karbohidrat, lemak, vitamin C dan A,

dan mineral seperti Fe, Zn. Klien kurang nutrisi memerlukan waktu untuk

memperbaiki status nutrisi mereka setelah pembedahan jika mungkin. Klien

yang gemuk meningkatkan resiko infeksi luka dan penyembuhan lama

karena supply darah jaringan adipose tidak adekuat.

i. Infeksi : Infeksi luka menghambat penyembuhan. Bakteri sumber penyebab

infeksi.

j. Sirkulasi (hipovolemia) dan Oksigenasi : Sejumlah kondisi fisik dapat

mempengaruhi

k. penyembuhan luka. Adanya sejumlah besar lemak subkutan dan jaringan

lemak (yang memiliki sedikit pembuluh darah). Pada orang-orang yang

gemuk penyembuhan luka lambat karena jaringan lemak lebih sulit

menyatu, lebih mudah infeksi, dan lama untuk sembuh. Aliran darah dapat

terganggu pada orang dewasa dan pada orang yang menderita gangguan

pembuluh darah perifer, hipertensi atau diabetes millitus. Oksigenasi

jaringan menurun pada orang yang menderita anemia atau gangguan

pernapasan kronik pada perokok. Kurangnya volume darah akan

mengakibatkan vasokonstriksi dan menurunnya ketersediaan oksigen dan

nutrisi untuk penyembuhan luka.

l. Hematoma : Hematoma merupakan bekuan darah. Seringkali darah pada

luka secara bertahap diabsorbsi oleh tubuh masuk kedalam sirkulasi. Tetapi

15

Page 16: askep luka kotor2

jika terdapat bekuan yang besar, hal tersebut memerlukan waktu untuk dapat

diabsorbsi tubuh, sehingga menghambat proses penyembuhan luka.

m. Benda asing : Benda asing seperti pasir atau mikroorganisme akan

menyebabkan terbentuknya suatu abses sebelum benda tersebut diangkat.

Abses ini timbul dari serum, fibrin, jaringan sel mati dan lekosit (sel darah

merah), yang membentuk suatu cairan yang kental yang disebut dengan

nanah (“Pus”).

n. Iskemia : Iskemia merupakan suatu keadaan dimana terdapat penurunan

suplai darah pada bagian tubuh akibat dari obstruksi dari aliran darah. Hal

ini dapat terjadi akibat dari balutan pada luka terlalu ketat. Dapat juga

terjadi akibat faktor internal yaitu adanya obstruksi pada pembuluh darah itu

sendiri.

o. Diabetes : Hambatan terhadap sekresi insulin akan mengakibatkan

peningkatan gula darah, nutrisi tidak dapat masuk ke dalam sel. Akibat hal

tersebut juga akan terjadi penurunan protein-kalori tubuh.

p. Keadaan Luka : Keadaan khusus dari luka mempengaruhi kecepatan dan

efektifitas penyembuhan luka. Beberapa luka dapat gagal untuk menyatu.

q. Obat : Obat anti inflamasi (seperti steroid dan aspirin), heparin dan anti

neoplasmik mempengaruhi penyembuhan luka. Penggunaan antibiotik yang

lama dapat membuat seseorang rentan terhadap infeksi luka.

r. Steroid : akan menurunkan mekanisme peradangan normal tubuh terhadap

cedera.

s. Antikoagulan : mengakibatkan perdarahan

t. Antibiotik : efektif diberikan segera sebelum pembedahan untuk bakteri

penyebab.

u. kontaminasi yang spesifik. Jika diberikan setelah luka pembedahan tertutup,

tidak akan efektif akibat koagulasi intravaskular.

16

Page 17: askep luka kotor2

C. ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN LUKA KOTOR

1. Pengkajian Luka

a. Kondisi luka

1) Warna dasar luka

a) Slough (yellow)

b) Necrotic tissue (black)

c) Infected tissue (green)

d) Granulating tissue (red)

e) Epithelialising (pink)

2) Lokasi ukuran dan kedalaman luka

3) Eksudat dan bau

4) Tanda-tanda infeksi

5) Keadaan kulit sekitar luka : warna dan kelembaban

6) Hasil pemeriksaan laboratorium yang mendukung

b. Status nutrisi klien : BMI, kadar albumin.

c. Status vascular : Hb, TcO2

d. Status imunitas: terapi kortikosteroid atau obat-obatan immunosupresan

yang lain

e. Penyakit yang mendasari : diabetes atau kelainan vaskularisasi lainnya

2. Perencanaan

a. Pemilihan Balutan Luka

Balutan luka (wound dressings) secara khusus telah mengalami

perkembangan yang sangat pesat selama hampir dua dekade ini. Revolusi

dalam perawatan luka ini dimulai dengan adanya hasil penelitian yang

dilakukan oleh Professor G.D Winter pada tahun 1962 yang dipublikasikan

17

Page 18: askep luka kotor2

dalam jurnal Nature tentang keadaan lingkungan yang optimal untuk

penyembuhan luka. Menurut Gitarja (2002), adapun alasan dari teori

perawatan luka dengan suasana lembab ini antara lain:

1) Mempercepat fibrinolisis

Fibrin yang terbentuk pada luka kronis dapat dihilangkan lebih

cepat oleh netrofil dan sel endotel dalam suasana lembab.

2) Mempercepat angiogenesis

Dalam keadaan hipoksia pada perawatan luka tertutup akan

merangsang lebih pembentukan pembuluh darah dengan lebih cepat.

3) Menurunkan resiko infeksi

Kejadian infeksi ternyata relatif lebih rendah jika dibandingkan

dengan perawatan kering.

4) Mempercepat pembentukan Growth factor

Growth factor berperan pada proses penyembuhan luka untuk

membentuk stratum corneum dan angiogenesis, dimana produksi

komponen tersebut lebih cepat terbentuk dalam lingkungan yang

lembab.

5) Mempercepat terjadinya pembentukan sel aktif.

Pada keadaan lembab, invasi netrofil yang diikuti oleh makrofag,

monosit dan limfosit ke daerah luka berfungsi lebih dini. Pada

dasarnya prinsip pemilihan balutan yang akan digunakan untuk

membalut luka harus memenuhi kaidah-kaidah berikut ini:

a) Kapasitas balutan untuk dapat menyerap cairan yang dikeluarkan

oleh luka (absorbing)

b) Kemampuan balutan untuk mengangkat jaringan nekrotik dan

mengurangi resiko terjadinya kontaminasi mikroorganisme (non

viable tissue removal)

c) Meningkatkan kemampuan rehidrasi luka (wound rehydration)

d) Melindungi dari kehilangan panas tubuh akibat penguapan

18

Page 19: askep luka kotor2

e) Kemampuan atau potensi sebagai sarana pengangkut atau

pendistribusian antibiotic ke seluruh bagian luka (Hartmann, 1999;

Ovington, 1999)

b. Dasar pemilihan terapi harus berdasarkan pada :

1) Apakah suplai telah tersedia?

2) Bagaimana cara memilih terapi yang tepat?

3) Bagaimana dengan keterlibatan pasien untuk memilih?

4) Bagaimana dengan pertimbangan biaya?

5) Apakah sesuai dengan SOP yang berlaku?

6) Bagaimana cara mengevaluasi?

c. Jenis-jenis balutan dan terapi alternative lainnya

1) Film Dressing

a) Semi-permeable primary atau secondary dressings

b) Clear polyurethane yang disertai perekat adhesive

c) Conformable, anti robek atau tergores

d) Tidak menyerap eksudat

e) Indikasi : luka dgn epitelisasi, low exudate, luka insisi

f) Kontraindikasi : luka terinfeksi, eksudat banyak

g) Contoh: Tegaderm, Op-site, Mefilm

2) Hydrocolloid

1) Pectin, gelatin, carboxymethylcellulose dan elastomers

2) Support autolysis untuk mengangkat jaringan nekrotik atau slough

3) Occlusive –> hypoxic environment untuk mensupport angiogenesis

4) Waterproof

5) Indikasi : luka dengan epitelisasi, eksudat minimal

6) Kontraindikasi : luka yang terinfeksi atau luka grade III-IV

7) Contoh: Duoderm extra thin, Hydrocoll, Comfeel

3) Alginate

1) Terbuat dari rumput laut

2) Membentuk gel diatas permukaan luka

19

Page 20: askep luka kotor2

3) Mudah diangkat dan dibersihkan

4) Bisa menyebabkan nyeri

5) Membantu untuk mengangkat jaringan mati

6) Tersedia dalam bentuk lembaran dan pita

7) Indikasi : luka dengan eksudat sedang s.d berat

8) Kontraindikasi : luka dengan jaringan nekrotik dan kering

9) Contoh : Kaltostat, Sorbalgon, Sorbsan

4) Foam Dressings

1) Polyurethane

2) Non-adherent wound contact layer

3) Highly absorptive

4) Semi-permeable

5) Jenis bervariasi

6) Adhesive dan non-adhesive

7) Indikasi : eksudat sedang s.d berat

8) Kontraindikasi : luka dengan eksudat minimal, jaringan nekrotik

hitam

9) Contoh : Cutinova, Lyofoam, Tielle, Allevyn, Versiva

5) Terapi alternatif

1) Zinc Oxide (ZnO cream)

2) Madu (Honey)

3) Sugar paste (gula)

4) Larvae therapy/Maggot Therapy

5) Vacuum Assisted Closure

6) Hyperbaric Oxygen

3. Implementasi

Luka terinfeksi

a. Bertujuan untuk mengurangi eksudat, bau dan mempercepat penyembuhan

luka

b. Identifikasi tanda-tanda klinis dari infeksi pada luka

20

Page 21: askep luka kotor2

c. Wound culture – systemic antibiotics

d. Kontrol eksudat dan bau

e. Ganti balutan tiap hari

f. Hydrogel, hydrofibre, alginate, metronidazole gel (0,75%), carbon

dressings, silver dressings

4. Evaluasi dan Monitoring Luka

a. Dimensi luka : size, depth, length, width

b. Photography

c. Wound assessment charts

d. Frekuensi pengkajian

e. Plan of care

5. Dokumentasi Perawatan Luka

a. Potential masalah

b. Komunikasi yang adekuat

c. Continuity of care

d. Mengkaji perkembangan terapi atau masalah lain yang timbul

e. Harus bersifat faktual, tidak subjektif

f. Wound assessment charts

21

Page 22: askep luka kotor2

BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Kami menyimpulkan dalam makalah ini

B. SARAN

1. Seorang perawat harus menguasai ilmu dan inovasi produk perawat supaya

optimal dalam melakukan perawatan

2. Seorang perawat harus mengkaji luka secara komperehensif.

3. Seorang perawat harus menguasai pengetahuan dan keterampilan klinis.

DAFTAR PUSTAKA

22