40
ASKEP JIWA DEPRESI BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomi. (UU Kesehatan No. 23 th 1992 ). Sedangkan kesehatan jiwa adalah suatu kondisi yang memungkinkan perkembangan fisik, intelektual dan emosional yang optimal dari seseorang dan perkembangan itu berjalan selaras dengan keadaan orang lain (UU No. 3 th 1966 pasal 1 ). Dengan melihat kedua definisi diatas dapat ditarik kesimpulan diantaranya mengenai jiwa yang merupakan bagian integral dari bagian lainnya baik fisik, sosial maupun ekonomi. Dan ketika seseorang dalam pertumbuhan dan perkembangannya tidak optimal baik fisik, intelektual dan emosionalnya dalam keselarasan dengan orang lain maka dapat dikatakan bahwa individu tersebut mengalami kelainan jiwa. Dalam kenyataannya, ada individu yang mampu mencapai derajat kesehatan secara optimal sehingga bisa selaras dan beradaptasi dengan lingkungannya. Namun terdapat pula individu yang tidak mampu mencapai derajat kesehatan secara optimal dalam pertumbuhan dan perkembangannya sehingga terjadilah konflik dalam dirinya dan dengan ketidakmampuannya tersebut membawa dampak pada kelainan jiwa. Jenis gangguan jiwa yang terjadi dapat berupa Neurosa, Psikosomatik, Gangguan Kepribadian, Mental Retardasi, Gangguan Akibat Zat Psiko Aktif dan Psiko Adiktif serta Psikosa, dimana Psikosa ini terbagi 2 bagian yaitu Psikosa Organik (terjadi pada otak : Meningitis, Ensepalitis, Tumor Otak) dan Psikosa Fungsional terdiri dari Schizofrenia, Afektif dan Paranoid. Penyakit Schizofrenia masih dapat dibagi-bagi lagi menjadi Schizofrenia Simpleks, Schizofrenia Hebefrenik, Schizofrenia Katatonik, Schizofrenia Paranoid, Schizofrenia Residual, Episode Schizofrenia Akut dan Schizofrenia tak tergolongkan.

ASKEP JIWA DEPRESI

Embed Size (px)

DESCRIPTION

jkadjesvg;k;tbh

Citation preview

Page 1: ASKEP JIWA DEPRESI

ASKEP JIWA DEPRESI

BAB IPENDAHULUAN

A.    Latar BelakangKesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap

orang hidup produktif secara sosial dan ekonomi. (UU Kesehatan No. 23 th 1992 ). Sedangkan kesehatan jiwa adalah suatu kondisi yang memungkinkan perkembangan fisik, intelektual dan emosional yang optimal dari seseorang dan perkembangan itu berjalan selaras dengan keadaan orang lain (UU No. 3 th 1966 pasal 1 ).

Dengan melihat kedua definisi diatas dapat ditarik kesimpulan diantaranya mengenai jiwa yang merupakan bagian integral dari bagian lainnya baik fisik, sosial maupun ekonomi. Dan ketika seseorang dalam pertumbuhan dan perkembangannya tidak optimal baik fisik, intelektual dan emosionalnya dalam keselarasan dengan orang lain maka dapat dikatakan bahwa individu tersebut mengalami kelainan jiwa.

Dalam kenyataannya, ada individu yang mampu mencapai derajat kesehatan secara optimal sehingga bisa selaras dan beradaptasi dengan lingkungannya. Namun terdapat pula individu yang tidak mampu mencapai derajat kesehatan secara optimal dalam pertumbuhan dan perkembangannya sehingga terjadilah konflik dalam dirinya dan dengan ketidakmampuannya tersebut membawa dampak pada kelainan jiwa.

Jenis gangguan jiwa yang terjadi dapat berupa Neurosa, Psikosomatik, Gangguan Kepribadian, Mental Retardasi, Gangguan Akibat Zat Psiko Aktif dan Psiko Adiktif serta Psikosa, dimana Psikosa ini terbagi 2 bagian yaitu Psikosa Organik (terjadi pada otak : Meningitis, Ensepalitis, Tumor Otak) dan Psikosa Fungsional terdiri dari Schizofrenia, Afektif dan Paranoid. Penyakit Schizofrenia masih dapat dibagi-bagi lagi menjadi Schizofrenia Simpleks, Schizofrenia Hebefrenik, Schizofrenia Katatonik, Schizofrenia Paranoid, Schizofrenia Residual, Episode Schizofrenia Akut dan Schizofrenia tak tergolongkan.

Menurut data laporan kasus klien yang berkunjung ke RSJP Cimahi periode Januari – Juni 2002 diperoleh data sebagai berikut :

Tabel 1Jumlah Penderita Gangguan Jiwa yang dirawat di RSJP Cimahi

Periode Januari – Juni 2002

No Kode DiagnosaBulan

Jmh01

02

03

04 05 0

6(1)      (2)       (3)       (4)   (5)   (6)   (7)   (8)       (9)   (10)   

1.        F00-03

Gg. mental organik termasuk symtomatik 0 0 0 1 0 0 1

2.        F04-09 Gg. mental lain akibat disfungsi otak 1 0 0 1 0 0 2

3.        F10-19

Gg. mental dan perilaku akibat zat psikoaktif 0 0 0 0 1 0 1

4.        F20.0 Schizofrenia Paranoid 13 8 1

2 3 19 13 68

Page 2: ASKEP JIWA DEPRESI

5.        F20.1 Schizofrenia Hebeprenik 0 0 5 3 2 3 136.        F20.2 Schizofrenia Katatonik 4 8 2 8 4 7 337.        F20.3 Schizofrenia Tak Terinci 1 0 4 0 0 0 5(1)      (2)       (3)       (4)   (5)   (6)   (7)   (8)       (9)   (10)   8.        F20.4 Depresi pasca Schizofrenia 0 0 1 0 0 0 1

9.        F20.5 Schizofrenia Residual 30

38

21

29 29 1

7 164

10.     F20.6 Schizofrenia Simpleks 0 0 0 0 0 1 111.     F20.8 Schizofrenia Form 0 0 1 1 0 1 312.     F20.9 Schizofrenia YTT 3 5 5 4 8 7 32

13.     F23 Gg. Psikosa akut dan sementara 17

22

35

20 32 2

0 146

14.     F24 Gg. Waham Induksi 0 0 0 0 0 0 015.     F25 Gg. Schizoaffektif 2 1 2 6 4 0 1516.     F28 Gg. Psikotik non organik lainnya 0 0 0 0 0 0 017.     F29 Psikosa tak khas 0 1 0 0 0 0 118.     F31 Gg. Affektif Bipolar 0 0 0 0 1 0 119.     F32 Gg. Episode Depresi 3 1 3 4 2 1 14

20.     F40-41

Gg. Anxietas Fobik, Gg. Anxietas lainnya 0 0 0 0 0 0 0

21.     F70-79 Retardasi Mental 1 0 1 0 0 0 2

22.     G40 Epilepsi 1 0 2 0 0 4 7

T O T A L 76

84

94

80

102

74 510

Sumber : Rekapitulasi Medik, RSJP Cimahi tahun 2002Dengan melihat tabel di atas ternyata penyakit Schizofrenia Residual memiliki jumlah yang

banyak sekitar 32% selama periode Januari – Juni 2002 sehingga diperlukan suatu penanganan dalam upaya - upaya untuk penyembuhan penyakit melalui pemeliharaan kesehatan dengan perawatan dan pengobatan. Oleh karena itu penulis merasa tertarik untuk melakukan studi kasus dengan pendekatan proses keperawatan dengan judul “Asuhan Keperawatan Pada Sdr. W Dengan Resiko Bunuh Diri Di Ruang Merak RSJP Cimahi”.

B.     Tujuan Penulisan1. Tujuan Umum

a.       Memperoleh pengalaman secara nyata dalam melaksanakan asuhan keperawatan pada klien

dengan resiko bunuh diri akibat depresi di Ruang Merak RSJP Cimahi

Page 3: ASKEP JIWA DEPRESI

b.      Mampu melaksanakan asuhan keperawatan pada klien dengan resiko bunuh diri akibat depresi di

Ruang Merak RSJP Cimahi secara langsung dan komprehensif meliputi aspek bio-psiko-sosio-

spiritual dengan pendekatan proses keperawatan.

2.      Tujuan Khusus

Adapun tujuan khusus yang ingin dicapai dalam pembuatan laporan studi kasus ini diharapkan agar dapat :

a.       Melaksanakan pengkajian pada klien dengan resiko bunuh diri akibat depresi di Ruang Merak

RSJP Cimahi.

c.       Merencanakan tindakan keperawatan sesuai dengan kebutuhan pada klien dengan resiko bunuh

diri akibat depresi di Ruang Merak RSJP Cimahi

d.      Melaksanakan tindakan keperawatan sesuai rencana yang telah ditetapkan.

e.       Mengevaluasi hasil tindakan keperawatan yang telah dilakukan.

f.       Mendokumentasikan asuhan keperawatan pada klien dengan resiko bunuh diri akibat depresi di

Ruang Merak RSJP Cimahi

C.    Metoda PenulisanMetoda yang digunakan adalah metoda deskriptif yang berbentuk studi kasus.Teknik

pengumpulan data pada kasus melalui wawancara, observasi langsung, pemeriksaan fisik, studi dokumentasi dan kepustakaan serta penjelasan perawat ruangan.

D.    Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan studi kasus ini sebagai berikut :

BAB I : PENDAHULUAN

Page 4: ASKEP JIWA DEPRESI

Terdiri dari latar belakang masalah, tujuan umum dan tujuan khusus, metoda penulisan serta

sistematika penulisan.

BAB II : TINJAUAN TEORITIS

Membahas tentang konsep dasar penyakit meliputi definisi, faktor predisposisi dan presipitasi,

psikodinamika ; proses keperawatan jiwa meliputi pengkajian, perencanaan, pelaksanaan dan

evaluasi.

BAB III : TINJAUAN KASUS DAN PEMBAHASANTinjauan kasus berisi dokumentasi asuhan keperawatan meliputi : pengkajian, perencanaan, pelaksanaan, evaluasi dan catatan perkembangan. Pembahasan menguraikan tentang kesenjangan antara kasus dengan konsep / teori.

BAB IV : KESIMPULAN DAN REKOMENDASIDalam bab ini berisikan kesimpulan dan pelaksanaan asuhan keperawatan serta rekomendasi yang operasional.

BAB II

TINJAUAN TEORI

A.    Depresi

1.         Pengertian

a.       Depresi adalah gangguan alam perasaan (mood) yang ditandai dengan kemurungan dan

kesedihan yang mendalam dan berkelanjutan sehingga hilangnya kegairahan hidup. (Hawari,

2001, hal.19)

Page 5: ASKEP JIWA DEPRESI

b.      Depresi adalah suatu mood sedih (disforia) yang berlangsung lebih dari empat minggu, yang

disertai prilaku seperti perubahan tidur, gangguan konsentrasi, iritabilitas, sangat cemas, kurang

bersemangat, sering menangis, waspada berlebihan, pesimis, merasa tidak berharga, dan

mengantisipasi kegagalan. (DSM-IV-TR,2000 dalam Videbeck, 2008, hal.388)

c.       Depresi adalah suatu gangguan alam perasaan yang ditandai dengan perasaan sedih dan berduka

yang berlebihan dan berkepanjangan. (Purwaningsih, 2009, hal. 130)

d.      Depresi adalah keadaan emosional yang ditunjukkan dengan kesedihan, berkecil hati, perasaan

bersalah,penurunan harga diri, ketidakberdayaan dan keputusasaan. (Isaacs, 2004, hal. 121)

Dari keempat pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa depresi adalah gangguan alam

perasaan yang disertai oleh komponen psikologik dan komponen somatic yang terjadi akibat

kesedihan yang panjang.

2.         Rentang respon emosional

Respon adaptif Respon maladaptive

Menurut Purwaningsih (2009) Reaksi Emosi dibagi menjadi dua yaitu:

1)        Reaksi Emosi Adaptif

Merupakan reaksi emosi yang umum dari seseorang terhadap rangsangan yang diterima dan

berlangsung singkat. Ada 2 macam reaksi adaptif :

a)        Respon emosi yang responsive

Keadaan individu yang terbuka dan sadar akan perasaannya. Pada rentang ini individu dapat

berpartisipasi dengan dunia eksternal dan internal.

Page 6: ASKEP JIWA DEPRESI

b)        Reaksi kehilangan yang wajar

Merupakan posisi rentang yang normal dialami oleh individu yang mengalami kehilangan. Pada

rentang ini individu menghadapi realita dari kehilangan dan mengalami proses kehilangan,

misalnya Bersedih, berhenti kegiatan sehari – hari, takut pada diri sendiri, berlangsung tidak

lama.

2)      Reaksi Emosi Maladaptif

Merupakan reaksi emosi yang sudah merupakan gangguan, respon ini dapat dibagi 3 tingkatan

yaitu :

a)        Supresi

Tahap awal respon emosional maladaptive, individu menyangkal, menekan atau

menginternalisasi semua aspek perasaannya terhadap lingkungan.

b)      Reaksi kehilangan yang memanjang

Supresi memanjang ® mengganggu fungsi kehidupan individu

Gejala : bermusuhan, sedih berlebih, rendah diri.

c)      Mania/ Depesi

Merupakan respon emosional yang berat dan dapat dikenal melalui intensitas dan pengaruhnya

terhadap fisik individu dan fungsi social.

3.         Psikopatologi

Alam perasaan adalah kekuatan/ perasaan hati yang mempengaruhi seseorang dalam jangka

waktu yang lama setiap orang hendaknya berada dalam afek yang tidak stabil tapi tidak berarti

orang tersebut tidak pernah sedih, kecewa, takut, cemas, marah dan saying emosi ini terjadi

sebagai kasih sayang sesorang terhadap rangsangan yang diterimanya dan lingkungannya baik

internal maupun eksternal. Reaksi ini bervariasi dalam rentang dari reaksi adaptif sampai

maladaptive.

1)        Penyebab Terjadinya Depresi

Penyebab utama depresi pada umumnya adalah rasa kecewa dan kehilangan. Tak ada orang yang

mengalami depresi bila kenyataan hidupnya sesuai dengan keinginan dan harapannya.

a)        Kekecewaan

Page 7: ASKEP JIWA DEPRESI

Karena adanya tekanan dan kelebihan fisik menyebabkan seseorang menjadi jengkel tak dapat

berfikir sehat atau kejam pada saat – saat khusus jika cinta untuk diri sendiri lebih besar dan pada

cinta pada orang lain yang menghimpun kita, kita akan terluka, tidak senang dan cepat kecewa,

hal ini langkah pertama depresi jika luka itu direnungkan terus – menerus akan menyebabkan

kekesalan dan keputusasaan.

b)      Kurang Rasa Harga Diri

Ciri - ciri universal yang lain dari orang depresi adalah kurangnya rasa harga diri, sayangnya

kekurangan ini cenderung untuk dilebih – lebihkan menjadi estrim, karena harapan – harapan

yang realistis membuat dia tak mampu merestor dirinya sendiri, hal ini memang benar khususnya

pada individu yang ingin segalanya sempurna yang tak pernah puas dengan prestasi yang

dicapainya.

c)      Perbandingan yang tidak adil

Setiap kali kita membandingkan diri dengan seseorang yang mempunyai nilai lebih baik dari kita

dimana kita merasa kurang dan tidak bisa sebaik dia maka depresi mungkin terjadi.

d)     Penyakit

Beberapa faktor yang dapat mencetuskan depresi adalah organic contoh individu yang

mempunyai penyakit kronis kanker payudara dapat menyebabkan depresi.

e)      Aktivitas mental yang berlebihan

Orang yang produktif dan aktif sering menyebabkan depresi.

f)       Penolakan

Setiap manusia butuh akan rasa cinta, jika kebutuhan akan rasa cinta itu tak terpenuhi maka

terjadilah depresi. (Anonymous, 2004)

Page 8: ASKEP JIWA DEPRESI

Menurut Nanda (2005-2006) adapun Faktor – faktor yang berhubungan dengan sedih kronis

adalah:

a)        Kematian orang yang dicintai

b)        Pengalaman sakit mental/ fisik kronis, cacat (retardasi mental, sklerosis multiple, prematuritas,

spina bifida, kelainan persalinan, sakit mental kronis, infertilitas, kanker, sakit Parkinson)

c)        Pengalaman satu atau lebih kejadian yang memicu (krisis dalam manajemen penyakit, krisis

berhubungan dengan stase perkembangan, kehilangan kesempatan yang dapat meningkatkan

perkembangan, norma social atau personal)

d)       Ketergantungan tak henti pada pelayanan kesehatan dengan mengingat kehilangan.

2)      Gejala Klinis Depresi

Menurut Hawari (2001) secara lengkap gejala klinis depresi adalah sebagai berikut :

a)        Afek disforik, yaitu perasaan murung, sedih, gairah hidup menurun, tidak semangat, merasa

tidak berdaya;

b)        Perasaan bersalah, berdosa, penyesalan;

c)        Nafsu makan menurun;

d)       Berat badan menurun;

e)        Konsentrasi dan daya ingat menurun

f)         Gangguan tidur: insomnia (sukar/tidak dapat tidur) atau sebaliknya hipersomnia (terlalu banyak

tidur). Gangguan ini sering kali disertai dengan mimpi – mimpi yang tidak menyenangkan,

misalnya mimpi orang yang telah meninggal;

g)        Agitasi atau retardasi psikomotor (gaduh gelisah atau lemah tak berdaya);

h)        Hilangnya rasa senang, semangat dan minat, tidak suka lagi melakukan hobi, kreativitas

menurun, produktivitas juga menurun;

Page 9: ASKEP JIWA DEPRESI

i)          Gangguan seksual (libido menurun);

j)          Pikiran – pikiran tentang kematian, bunuh diri.

3)      Tingkat Depresi

a)      Depresi Ringan

Sementara, alamiah, adanya rasa pedih perubahan proses pikir komunikasi social dan rasa tidak

nyaman.

b)      Depresi Sedang

(1)      Afek : murung, cemas, kesal, marah, menangis

(2)      Proses pikir : perasaan sempit, berfikir lambat, berkurang komunikasi verbal, komunikasi non

verbal meningkat.

(3)      Pola komunikasi : bicara lambat, berkurang komunikasi verbal, komunikasi non verbal

meningkat.

(4)      Partisipasi social : menarik diri tak mau bekerja/ sekolah, mudah tersinggung.

c)      Depresi Berat

(1)      Gangguan Afek : pandangan kosong, perasaan hampa, murung, inisiatif berkurang

(2)      Gangguan proses pikir

(3)      Sensasi somatic dan aktivitas motorik : diam dalam waktu lama, tiba – tiba hiperaktif, kurang

merawat diri, tak mau makan dan minum, menarik diri, tidak peduli dengan lingkungan.

4.         Penatalaksanaan depresi

Menurut (Tomb, 2003, hal.61)

Semua pasien depresi harus mendapatkan psikoterapi, dan beberapa memerlukan tambahan

terapi fisik. Kebutuhan terapi khusus bergantung pada diagnosis, berat penyakit, umur pasien,

respon terhadap terapi sebelumnya.

Page 10: ASKEP JIWA DEPRESI

1)        Terapi Psikologik

Psikoterapi suportif selalu diindikasikan. Berikan kehangatan, empati, pengertian dan

optimistic. Bantu pasien mengidentifikasi dan mengekspresikan hal – hal yang membuatnya

prihatin dan melontarkannya. Identifikasi factor pencetus dan bantulah untuk mengoreksinya.

Bantulah memecahkan problem eksternal (misal, pekerjaan, menyewa rumah), arahkan pasien

terutama selama periode akut dan bila pasien tidak aktif bergerak. Latih pasien untuk mengenal

tanda – tanda dekompensasi yang akan dating. Temui pasien sesering mungkin (mula – mula 1 –

3 kali per minggu) dan secara teratur, tetapi jangan sampai tidak berakhir atau untuk selamanya.

Kenalilah bahwa beberapa pasien depresi dapat memprovokasi kemarahan anda (melalui

kemarahan, hostilitas, dan tuntutan yang tak masuk akal, dll.). psikoterapi berorientasi tilikan

jangka panjang, dapat berguna pada pasien depresi minor kronis tertentu dan beberapa pasien

dengan depresi mayor yang mengalami remisi tetapi mempunyai konflik.

Terapi Kognitif – Perilaku dapat sangat bermanfaat pada pasien depresi sedang dan ringan.

Diyakini oleh sebagian orang sebagai “ketidakberdayaan yang dipelajari”, depresi diterapi

dengan memberikan pasien latihan keterampilan dan memberikan pengalaman – pengalaman

sukses. Dari perspektif kognitif, pasien dilatih untuk mengenal dan menghilangkan pikiran –

pikiran negative dan harapan – harapan negative. Terapi ini mencegah kekambuhan.

Deprivasi tidur parsial (bangun mulai di pertengahan malam dan tetap terjaga sampai malam

berikutnya), dapat membantu mengurangi gejala – gejala depresi mayor buat sementara. Latihan

fisik (berlari, berenang) dapat memperbaiki depresi, dengan mekanisme biologis yang belum

dimengerti dengan baik.

2)      Terapi Fisik

Page 11: ASKEP JIWA DEPRESI

Semua depresi mayor dan depresi kronis atau depresi minor yang tidak membaik

membutuhkan antidepresan (70 – 80 % pasien berespon terhadap antidepresan), meskipun yang

mencetuskan jelas terlihat atau dapat diidentifikasi. Mulailah dengan SSRI atau salah satu

antidepresan terbaru. Apabila tidak berhasil, pertimbangkan antidepresan trisiklik, atau MAOI

(terutama pada depresi “atipikal”) atau kombinasi beberapa obat yang efektif bila obat pertama

tidak berhasil. Waspadalah terhadap efek samping dan bahwa antidepresan “dapat” mencetuskan

episode manik pada beberapa pasien bipolar (10 % dengan TCA, dengan SSRI lebih rendah,

tetapi semua koonsep tentang “presipitasi manic” masih diperdebatkan). Setelah semuh dari

episode depresi pertama, obat dipertahankan untuk beberapa bulan, kemudian diturunkan,

meskipun demikian pada beberapa pasien setelah satu atau lebih kekambuhan, membutuhkan

obat rumatan untuk periode panjang. Antidepresan saja (tunggal) tidak dapat mengobati depresi

psikosis unipolar.

Litium efektif dalam membuat remisi gangguan bipolar, mania dan mungkin bermanfaat

dalam pengobatan depresi bipolar akut dan beberapa depresi unipolar. Obat ini cukup efektif

pada bipolar serta untuk mempertahankan remisi dan begitu pula pada pasien unipolar.

Antikonvulsan tampaknya juga sama baik dengan litium untuk mengobati kondisi akut, meskipun

kurang efektif untuk rumatan. Antidepresan dan litium dapat dimulai secara bersama – sama dan

litium diteruskan setelah remisi. Psikotik, paranoid atau pasien sangat agitasi membutuhkan

antipsikotik, tunggal atau bersama – sama dengan antidepresan, litium atau ECT – antidepresan

antipikal yang baru saja terlihat efektif.

ECT mungkin merupakan terapi terpilih :

a)        Bila obat tidak berhasil setelah satu atau lebih dari 6 minggu pengobatan,

b)        Bila kondisi pasien menuntut remisi segera (misal, bunuh diri yang akut),

Page 12: ASKEP JIWA DEPRESI

c)        Pada beberapa depresi psikotik,

d)       Pada pasien yang tidak dapat mentoleransi obat (misal pasien tua yang berpenyakit jantung).

Lebih dari 90 % pasien memberikan respons.

5.         Konsep dasar asuhan keperawatan gangguan alam perasaan

a.         Pengkajian

1)      Faktor Predisposisi

a)      Faktor Genetik

Mengemukakan transmisi gangguan alam perasaan diteruskan melalui garis keturunan.

Frekwensi gangguan alam perasaan meningkat pada kembar monozigote dari dizigote.

b)      Teori Agresi Berbalik pada Diri Sendiri

Mengemukakan bahwa depresi diakibatkan oleh perasaan marah yang dialihkan pada diri sendiri.

Diawali dengan proses kehilangan ® terjadi ambivalensi terhadap objek yang hilang ® tidak

mampu mengekspresikan kemarahan ® marah pada diri sendiri.

c)      Teori Kehilangan

Berhubungan dengan factor perkembangan : misalnya kehilangan orang tua pada masa anak,

perpisahan yang bersifat traumatis dengan orang yang sangat dicintai. Individu tidak berdaya

mengatasi kehilangan.

d)     Teori kepribadian

Mengemukakan bahwa tipe kepribadian tertentu menyebabkan seseorang mengalami depresi

atau mania.

e)      Teori Kognitif

Mengemukakan bahwa depresi merupakan masalah kognitif yang dipengaruhi oleh penilaian

negative terhadap diri sendiri, lingkungan dan masa depan.

Page 13: ASKEP JIWA DEPRESI

f)Teori Belajar Ketidakberdayaan

Mengemukakan bahwa depresi dimulai dari kehilangan kendali diri, lalu menjadi pasif dan tidak

mampu menghadapi masalah. Kemudian individu timbul keyakinan akan ketidakmampuan

mengendalikan kehidupan sehingga ia tidak berupaya mengembangkan respon yang adaptif.

g)      Model perilaku

Mengemukakan bahwa depresi terjadi karena kurangnya pujian (reinforcement) positif selama

berinteraksi dengan lingkungan.

h)      Model Biologis

Mengemukakan bahwa pada keadaan depresi terjadi perubahan kimiawi, yaitu defisiensi

katekolamin, tidak berfungsi endokrin dan hipersekresi kortisol.

2)      Faktor Presipitasi

Stressor yang dapat menyebabkan gangguan alam perasaan meliputi factor biologis, psikologis

dan social budaya. Factor biologis meliputi perubahan fisiologis yang disebabkan oleh obat –

obatan atau berbagai penyakit fisik seperti infeksi, neoplasma dan ketidakseimbangan

metabolism. Factor psikologis meliputi kehilangan kasih saying, termasuk kehilangan cinta,

seseorang, dan kehilangan harga diri. Factor social budaya meliputi kehilangan peran,

perceraian, kehilangan pekerjaan.

3)      Perilaku dan Mekanisme koping

Perilaku yang berhubungan dengan depresi bervariasi. Pada keadaan depresi kesedihan dan

kelambanan dapat menonjol atau dapat terjadi agitasi. Mekanisme koping yang digunakan pada

reaksi kehilangan yang memanjang adalah denial dan supresi, hal ini untuk menghindari tekanan

Page 14: ASKEP JIWA DEPRESI

yang hebat. Depresi, yaitu perasaan berduka yang belum digunakan adalah represi, supresi,

denial dan disosiasi.

4)      Adapun perilaku yang berhubungan dengan depresi menurut Purwaningsih (2009) adalah :

a)      Afektif : sedih, cemas, apatis, murung, kebencian, kekesalan, marah, perasaan ditolak, perasaan

bersalah, merasa tak berdaya, putus asa, merasa sendirian, merasa rendah diri, merasa tak

berharga.

b)      Kognitif : ambivalen, bingung, ragu – ragu, tidak mampu berkonsentrasi, hilang perhatian dan

motivasi, menyalahkan diri sendiri,pikiran merusak diri,rasa tidak menentu, pesimis.

c)      Fisik : sakit perut, anoreksia, mual, muntah, gangguan pencernaan, konstipasi, lemas, lesu, nyeri,

kepala pusing, insomnia, nyeri dada, over acting, perubaha berat badan, gangguan selera makan,

gangguan menstruasi, impotensi, tidak berespon terhadap seksual.

d)     Tingkah laku : agresif, agitasi, tidak toleran, gangguan tingkat aktifitas, kemunduran psikomotor,

menarik diri, isolasi social, irritable (mudah marah, menangis, tersinggung), berkesan

menyedihkan, kurang spontan, gangguan kebersihan.

b.      Analisa Data

1)      Data subjektif

Klien mengatakan sedih, klien mengatakan tidak bergairah untuk bekerja, klien mengatakan

menyesal, klien mengatakan merasa bersalah, klien merasa ditolak, klien merasa tidak berdaya,

merasa tidak berharga.

2)      Data obyektif

Klien tampak sedih, murung, lambat, lemah, lesu, tidak bergairah, cemas, marah.

c.       Rumusan Masalah

1)      Resiko tinggi terjadi kekerasan yang diarahkan pada diri sendiri

Page 15: ASKEP JIWA DEPRESI

2)      Sedih kronis

3)      Harga diri rendah kronis

4)      Koping individu tak efektif

5)      Koping keluarga tak efektif

d.      Pohon Masalah

Resiko tinggi terjadi kekerasan

Yang diarahkan pada diri sendiri

Sedih kronis

Harga diri rendah kronis

Koping individu tak efektif

Koping keluarga tak efektif

e.       Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan yang umum muncul pada klien dengan gangguan alam perasaan : depresi

yaitu :

1)      Resiko tinggi terjadi kekerasan yang diarahkan pada diri sendiri.

2)      Sedih kronis.

3)      Harga diri rendah kronis

4)      Koping individu tak efektif

f.       Rencana tindakan keperawatan

Page 16: ASKEP JIWA DEPRESI

1)      Sedih kronis.

Tujuan jangka panjang : klien tidak mengalami sedih kronis

Tujuan jangka pendek :

(a)       Klien dapat membina hubungan saling percaya

(b)      Klien mengungkapkan perasaannya

(c)       Klien dapat menyebutkan cara- cara mengatasi depresi

(d)      Klien dapat memanfaatkan sistem pendukung yang ada

(e)       Klien mau minum obat sesuai aturan

Rencana tindakan :

(a)       Bina hubungan saling percaya dengan menggunakan prinsip komunikasi terapeutik.

Rasional : Kejujuran, kesediaan, dan penerimaan meningkatkan kepercayaan hubungan

antara klien dan perawat.

(b)      Dorong dan beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaannya.

Rasional : Mengurangi beban pikiran yang dirasakan oleh klien.

(c)       Dengarkan ungkapan perasaan klien dengan empati.

Rasional : Mengurangi beban pikiran yang dirasakan oleh klien.

(d)      Bantu klien untuk mengidentifikasi cara yang tepat untuk mengatasi sedih kronis

Rasional : Mengidentifikasi cara atau koping yang tepat untuk mengatasi sedih kronis

(e)       Beri pujian atas kemampuan klien mengatasi sedih kronis

Rasional : Meningkatkan rasa percaya diri dan harga diri klien

(f)       Beri pendidikan kesehatan kepada keluarga tentang cara merawat klien dengan depresi

Rasional : Diharapkan klien akan merasa diperhatikan

(g)      Anjurkan, jelaskan dan awasi minum obat sesuai aturan.

Page 17: ASKEP JIWA DEPRESI

Rasional : Diharapkan dapat mengefektifkan obat yang diminum oleh klien.

(h)      Delegatif dalam pemberian terapi obat

Rasional : Pemberian obat psikosis dapat mengontrol manifestasi dari kelainan psikosis.

B.     Bunuh Diri

1.      Pengertian

Bunuh diri adalah tindakan agresif yang merusak diri sendiri dan dapat mengakhiri

kehidupan. Bunuh diri mungkin merupakan keputusan terkahir dari individu untuk memecahkan

masalah yang dihadapi (Keliat 1991 : 4).

Beberapa istilah :

1.        Perilaku Destruktif diri

2.        Pencederaan diri

3.        Aniaya diri

4.        Agresi terhadap diri sendiri

5.        Membahayakan diri

6.        Mutilasi diri

Setiap aktivitas yang jika tidak dicegah dapat mengarah pada kematian (Gail

w.Stuart,Keperawatan Jiwa,2007)

Pikiran untuk menghilangkan nyawa sendiri (Ann Isaacs, Keperawatan Jiwa & Psikiatri, 2004)

Ide, isyarat dan usaha bunuh diri, yang sering menyertai gangguan depresifà sering terjadi

pada remaja ( Harold Kaplan, Sinopsis Psikiatri,1997)

2.      Etiologi

Secara universal : karena ketidakmampuan individu untuk menyelesaikan masalah

Page 18: ASKEP JIWA DEPRESI

Terbagi menjadi :

1.      Faktor Genetik

a.       1,5 – 3 kali lebih banyak perilaku bunuh diri terjadi pada individu yang menjadi kerabat tingkat

pertama dari orang yang mengalami gangguan mood/depresi/yg pernah melakukan upaya bunuh

diri

b.      Lebih sering terjadi pada kembar Monozigot dari pada kembar dizigot

2.      Faktor Biologis lain

Biasanya karena penyakit kronis / kondisi medis tertentu :

a.       Stroke

b.      Gangg. Kerusakan kognitif (demensia )

c.       Diabetes

d.      Peny. Arteri koronaria

e.       Kanker

f.       HIV / AIDS

g.      dll

3.      Faktor Psikososial & Lingkungan

a.       Teori Psikoanalitik / Psikodinamika :

Teori Freud : bhw kehilangan objek berkaitan dgn agresi & kemarahan à perasaan negatif thd

diri à depresi. Sigmund Freud dan Karl Menninger meyakini bahwa bunuh diri merupakan hasil

dari marah yang diarahkan pada diri sendiri.

b.      Teori Perilaku Kognitif :

Teori Beck : Pola kognitif negatif yang berkembang à memandang rendah diri sendiri

Page 19: ASKEP JIWA DEPRESI

c.       Stressor Lingkungan : Kehilangan anggota keluarga, penipuan, kurangnya sistem pendukung

social

d.      Teori sosiologi

Emile Durkheim membagi suicide dalam 3 kategori yaitu : Egoistik (orang yang tidak

terintegrasi pada kelompok social) , atruistik (Melakukan suicide untuk kebaikan masyarakat)

dan anomic ( suicide karena kesulitan dalam berhubungan dengan orang lain dan beradaptasi

dengan stressor).

4.      Faktor lain

a.       Adanya harapan untuk reuni dan fantasy.

b.      Merupakan jalan untuk mengakhiri keputusasaan dan ketidakberdayaan

c.       Tangisan untuk minta bantuan

d.      Sebuah tindakan untuk menyelamatkan muka dan mencari kehidupan yang lebih baik

3.      Predisposisi

Penyakit jiwa merupakan faktor predisposisi terpenting terjadinya bunuh diri.WHO

memperkirakan sebanyak 90% orang yang melakukan tindakan bunuh diri terjadi akibat penyakit

jiwa yang tidak didiagnosa dan diobati, di samping penggunaan obat-obatan terlarang dan

konsumsi alkohol.yang mempresentasikan 1,4% dari beban masalah kesehatan dunia.Di samping

itu, masyarakat dalam hal ini tokoh agama dan pemerintah juga mempunyai peran penting dalam

mencegah dan meminimalkan kasus bunuh diri dengan menanamkan nilai-nilai kesehatan jiwa

sejak dini.

Preveler dkk dalam jurnal yang berjudul ‘ABC of Psychological Medicine: Depression in

Medical Patients’ (2002) mengatakan, risiko bunuh diri seumur hidup akan dialami orang yang

mengalami mood disorder, terutama depresi yaitu sebesar 6-15%, sedangkan schizophrenia

Page 20: ASKEP JIWA DEPRESI

sebesar 4-10%. Data tahun 2005 menyebutkan, di negara-negara maju seperti Amerika Serikat,

kejadian bunuh diri akibat depresi menempati ranking ke-11 penyebab kematian penduduk.

Depresi merupakan kondisi medis yang disebabkan karena adanya disregulasi

neurotransmitter (zat penghantar dalam sistem syaraf) terutama serotonin (neurotransmitter yang

mengatur perasaan) dan norepinefrin (neurotransmitter yang mengatur energi dan

minat).Spektrum depresi sangat luas dengan keluhan penyakit dan manifestasi klinik yang

bermacam-macam sehingga pengelolaannya harus dilakukan secara holistik.

4.      Patofisiologi

Luka yang terjadi karena disengaja sering terjadi dan pemeriksaannya biasanya menjadi

tugas ahli patologi dan dokter ahli forensik klinik. Kejadian-kejadian ini terdiri dari: bunuh diri,

percobaan bunuh diri, dan bunuh diri berencana, pada akhirnya tidak adanya makud untuk untuk

membunuh, meskipun kematian mungkin terjadi karena kurang hati-hati. Salah satu keputusan

yang sulit di hadapi oleh ahli patologi dan pemeriksa medis, dan untuk bertindak yang legal,

seperti juga pemeriksa sebab dari kematian, terdapat perbedaan antara bunuh diri, pembunuhan,

dan perlukaan oleh diri sendiri lainnya. Meskipun ini bukan merupakan juga fungsi yang legal

ahli patologi dalam ,menghubung-hubungkan motif, pengalaman mereka dan latihan juga factor-

faktor yang sering sehingga mereka dapat membuat keputusan dalam pengklasifikasian

kebiasaan-kebiasaan atau cara kematian serta perlukaan.

Cidera akibat bunuh diri, Diskusi ini dibatasi dengan trauma fisik, meracuni diri sendiri,

yang akan dibicarakan lebih lanjut. Bunuh diri akibat melukai diri sendiri dengan berbagai

macam cara, yaitu dengan cara yang ganjil atau aneh. Ahli patologi harus selalu waspada dengan

kemungkinan-kemungkinan lain selain karena bunuh diri.Pada beberapa kejadian biasanya

Page 21: ASKEP JIWA DEPRESI

disebabkan karena ketidaksengajaan dilakukan oleh korban.Contoh primer yaitu “Masochistic

Asfiksia”, dimana kadang sering keliru dengan bunuh diri.

5.      Perilaku destruktif diri

Dapat diklasifikasikan menjadi :

1.      Perlaku destruktif diri langsung

a.       Mencakup setiap bentuk aktivitas bunuh diri

b.      Niat à kematian

c.       Individu menyadarinya

d.      Lama perilaku : berjangka pendek

2.      Perilaku destruktif diri tidak langsung

a.       Meliputi setiap aktivitas yang merusak kesejahteraan fisik individu dan dapat mengarah pada

kematian

b.      Individu tsb tidak menyadari ttg potensial kematian akibat perilakunya

c.       Menyangkal apabila dikonfirmasi

d.      Durasi lebih lama dari perilaku bunuh diri yang secara langsung

Contohnya perilaku destruktif diri tidak langsung :

a.       Merokok, mengebut, berjudi, tindakan kriminal

b.      Terlibat dalam aktivitas rekreasi yang beresiko tinggi

c.       Penyalahgunaan zat

d.      Perilaku yang menyimpang secara sosial

e.       Perilaku yang menimbulkan stress

f.       Gangguan makan

g.      Ketidakpatuhan pada pengobatan medis

Page 22: ASKEP JIWA DEPRESI

6.      Perilaku Bunuh diri

Dibagi menjadi tiga kategori :

1.    Ancaman bunuh diri

a.       Ada peringatan verbal & non verbal

b.      Ancaman ini menunjukkan ambivalensi seseorang thd kematian

c.       Jika tdk mendapat respon à maka akan ditafsirkan sbg dukungan untuk melakukan tindakan

bunuh diri

2.    Upaya bunuh diri

Semua tindakan yang dilakukan individu terhadap diri sendiri yang dapat menyebabkan

kematian à jika tidak dicegah

3.    Bunuh diri

a.       Terjadi setelah tanda peringatan terlewatkan atau diabaikan.

b.      Orang yang melakuakn upaya bunuh diri, walaupun tidak benar-benar ingin mati mungkin akan

mati

c.       Perilaku bunuh diri menunjukkan terjadinya kegagalan mekanisme koping

d.      Ancaman bunuh diri merupakan upaya terakhir untuk mendapatkan pertolongan untuk

mengatasi masalahnya

C.    Pemeriksaan dan penatalaksanaan

1.      Pemeriksaan

Page 23: ASKEP JIWA DEPRESI

a.       klinik harus menilai resiko bunuh diri pada pasien individual berdasarkan pemeriksaan klinis.

Hal yang paling prediktif yang berhubungan dengan resiko bunuh diri

b.      memeriksa pasien yang berusaha bunuh diri, jangan meninggalkan mereka sendirian dan

keluarkan benda yang berbahaya dari ruangan

c.       pasien yang baru saja melakukan usaha bunuh diri.

d.      penatalaksaannya adalah sangat tergantung pada diagnosis. Pada pasien dengan gangguan

depresi berat mungkin diobati sebaga pasien rawat jalan jika keluarganya dapat mengawasi

mereka secara ketat dan pengobatannya dapat dimulai secar cepat.

e.       ide bunuh diri pada pasien alkoholik biasanya menghilang dengan abstinensia dalam beberapa

hari. Jika depresi menetap setelah tanda psikologis dari putusnya alkohol yang menghilang

dengan adanya kecurigaan yang tinggi pada ganguan depresi berat

f.       ide bunuh diri pada pasien skizofrenia harus ditanggapi secara serius, karena mereka cendrung

menggunakan kekerasan atau metode yang kacau dengan letalitas yang tinggi

g.      pasien dengan gangguan keperibadian mendapat manfaat dari konfrontasi empatik dan bantuan

dengan mendapatkan pendekatan yang rasional dan bertanggung jawab.

h.      hospitalisasi jangka panjang, diindikasi pada keadaan yang menyebabkan mutilasi diri.

i.        Psikoterapi dengan pedoman wawancara.

2.      Penatalaksanaan

a.       Mulailah dengan bertanya apakah pasien pernah merasa menyerah atau merasa mereka lebih

baik meninggal.

b.      Pendekatan tersebut menyebabkan stigma yang kecil dan dapat dilakukan sebagian besar orang

c.       Berbicaralah mengenai apa yang sebenarnya yang difikirkan pasien dan catatlah fikirannya

d.      Lontarkan pertanyaan pada pasien

Page 24: ASKEP JIWA DEPRESI

e.       Pertimbangkan usia dan kecanggihan pasien dan apakah maksud pertanyaan pasien sesuai

dengan caranya.

f.       Apakah cara yang dipilih untuk bunuh diri tersedia pada pasien.

g.      Pertanyaan yang terakhir menentukan penilaian dan pengobatan karena pasien dapat

menunjukkan cara untuk keluar dari dilemanya

D.    Konsep dasar asuhan keperawatan perilaku bunuh diri

1.      Pengkajian

a.       Jenis kelamin à resiko meningkat pada pria

b.      Usia à lebih tua, masalah semakin banyak

c.       Status perkawinan à menikah dpt menurunkan resiko, hidup sendiri mrpk masalah

d.      Riwayat keluarga à meningkat apabila ada keluarga dengan percobaan bunuh diri /

penyalahgunaan zat

e.       Pencetus ( peristiwa hidup yang baru terjadi) à Kehilangan orang yang dicintai, pengangguran,

mendapat malu di lingkungan sosial, dll

f.       Faktor kepribadian à>>> sering pd kepribadian introvert/menutup diri

g.      Lain – lain à Penelitian membuktikan bahwa ras kulit putih lebih beresiko mengalami perilaku

bunuh diri

h.      Lingkungan dan upaya bunuh diri

Perawat perlu mengkjai pristiwa yang menghina atau menyakitkan , upaya persiapan , ungkapan

verbal, catatan, lukisan, memberikan benda yang berharga, obat, penggunaan kekerasan, racun.

i.        Gejala

Page 25: ASKEP JIWA DEPRESI

Perawat mencatat adaya keputusasaan, celaan terhadap diri sendiri, perasaan gagal dan tidak

berharga, alam perasaan depresi, agitasi, gelisah, insomnia menetap, bewrat badan menurun,

bicara lamban, keletihan, withdrawl.

j.        Penyakit psikiatrik:

Upaya bunuh diri sebelumnya, kelainan afektif, zat adiktif, depresi remaja, gangguan mental

lansia.

k.      Riwayat psikososial

Bercerai, putus hubungan , kehilangan pekerjaan, stress multiple (pindah, kehilangan, putus

hubungan, masalah sekolah, krisis disiplin, penyakit kronik.

l.        Faktor kepribadian

Impulsive, agresif, bermusuhan, kognisi negative dan kakuk, putus asa, jharga diri rendah,

antisocial

m.    Riwayat keluarga

Riwayat bunuh diri, gangguan afektif, alkoholisme

2.      Diagnose

a.       Kecemasan / Ansietas

b.      Gangguan penyesuaian

c.       Gangguan harga diri

d.      Koping individu in-efektif

e.       Koping keluarga in-efektif

f.       Gangguan pola tidur

g.      Isolasi sosial

h.      Perubahan proses pikir

Page 26: ASKEP JIWA DEPRESI

i.        Resiko kekerasan

3.      Intervensi

a.       Fokus : melindungi klien dari bahaya

b.      Menghindari faktor penunjang terjadinya perilaku bunuh diri

c.       Menurunkan faktor resiko à bantu penyelesaian masalah & meningkatkan harga diri

d.      Penyuluhan à meningkatkan support system

e.       Bantu klien untuk menurunkan resiko perilaku destruktif yang diarahkan pada diri sendiri,

dengan cara :

1)      Kaji tingkatan resiko yang di alami pasien : tinggi, sedang, rendah.

2)      Kaji level Long-Term Risk yang meliputi : Lifestyle/ gaya hidup, dukungan social yang tersedia,

rencana tindakan yang bisa mengancam kehidupannya, koping mekanisme yang biasa

digunakan.

f.       Berikan lingkungan yang aman ( safety) berdasarkan tingkatan resiko , managemen untuk klien

yang memiliki resiko tinggi

1)      Orang yang ingin suicide dalam kondisi akut seharusnya ditempatkan didekat ruang perawatan

yang mudah di monitor oleh perawat.

2)      Mengidentifikasi dan mengamankan benda – benda yang dapat membahayakan klien misalnya :

pisau, gunting, tas plastic, kabel listrik, sabuk, hanger dan barang berbahaya lainnya.

g.      Membantu meningkatkan harga diri klien

1)      Tidak menghakimi dan empati

2)      Mengidentifikasi aspek positif yang dimilikinya

3)      Mendorong berpikir positip dan berinteraksi dengan orang lain

4)      Berikan jadual aktivitas harian yang terencana untuk klien dengan control impuls yang rendah

Page 27: ASKEP JIWA DEPRESI

5)      Melakukan terapi kelompok dan terapi kognitif dan perilaku bila diindikasikan.

6)      Bantu klien untuk mengidentifikasi dan mendapatkan dukungan social

7)      Informasikan kepada keluarga dan saudara klien bahwa klien membutuhkan dukungan social

yang adekuat

8)      Bersama pasien menulis daftar dukungan sosial yang di punyai termasuk jejaring sosial yang

bisa di akses.

9)      Dorong klien untuk melakukan aktivitas social

h.      Membantu klien mengembangkan mekanisme koping yang positip.

1)      Mendorong ekspresi marah dan bermusuhan secara asertif

2)      Lakukan pembatasan pada ruminations tentang percobaan bunuh diri.

3)      Bantu klien untuk mengetahui faktor predisposisi ‘ apa yang terjadi sebelum anda memiliki

pikiran bunuh diri’

4)      Memfasilitasi uji stress kehidupan dan mekanisme koping

5)      Explorasi perilaku alternative

6)      Gunakan modifikasi perilaku yang sesuai

4.      Implementasi dan evaluasi

Sesuai dengan intervensi yang telah disusun dan tujuan serta kriteria hasil yang di harapkan

5.      Pedoman yang perlu diperhatikan :

1)       Semua ancaman bunuh diri adalah SERIUS , laporkan sesegera mungkin dan lakukan tindakan

pengamanan

2)       Jauhkan benda yg membahayakan dr pasien

3)       Observasi ketat, baik di tempat tidur maupun di kamar mandi

4)       Komunikasikan dengan keluarga & tunjukkan kepedulian perawat

Page 28: ASKEP JIWA DEPRESI

5)       Waspada jika pasien tiba-tiba tenang dan tampak tentram à menunjukkan rencana lain sedang

disusun

E.     Daftar pustaka

−     http://langgocity.blogspot.com/

−     http://nersjiwa.blogspot.com/

−     http://pojokperawatanjiwa.blogspot.com/

−     Asuhan Keperawatan Klien Yang Mengalami Tingkah Laku Bunuh Diri/Merusak Diri oleh desty

emilyani