Upload
destina-ribkah-sianturi
View
138
Download
5
Embed Size (px)
DESCRIPTION
LAPORAN KASUS JIWA DAN PENATALAKSANAAN
KASUS PSIKIATRI
Dipresentasikan pada Kegiatan Kepaniteraan Klinik Madya Lab. Kesehatan Jiwa
Pemeriksaan dilakukan pada Hari Kamis, 27 September 2012 pukul 10.10 WITA di
Poliklinik RSKD Atma Husada Mahakam Samarinda. Sumber Anamnesa Autoanamnesa dan
Heteroanamnesa.
IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. M
Umur : 62 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Status perkawinan : Sudah menikah
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Swasta
Suku : Jawa
Alamat : Jl. Arjuna, Kampung Jawa Samarinda.
Pasien datang berobat ke Poliklinik Atma Husada Mahakam Samarinda diantar oleh keluarga
pasien.
ANAMNESIS
Keluhan Utama :
Mudah Lupa
Riwayat perjalanan penyakit sekarang:
Autoanamnesis:
Mudah lupa dirasakan Pasien sekitar 2 minggu yang lalu. Pasein mengatakan ingin
meminta obat kepada dokter untuk istrinya yang sakit agar mau makan. Pasien mengaku tidak
ada gangguan tidur, dan nafsu makan baik. Merokok (+), minum alkohol (-), narkoba (-).
Heteroanamnesis:
Keluarga pasien (menantu), mengatakan bahwa pasien menjadi sering lupa sejak 2
minggu yang lalu, seperti saat pasien memegang KTP tetapi pasien masih tetap mencari-cari
dimana KTP itu diletakkannya, atau saat pasien menanyakan hari lalu 5 menit kemudian
pasien menanyakan kembali tentang hari seakan-akan tidak pernah menanyakan sebelumnya.
Perubahan sikap pasien ini dirasakan oleh keluarga sejak istri pasien sakit dan tak kunjung
sembuh dan sakitnya memberat dalam 2 bulan belakangan ini, sehingga membuat pasien
menjadi sedih dan sering merasa kepikiran. Nafsu makan sedikit menurun dan harus
diingatkan keluarganya dan tidur masih baik walau kadang masih terbangun. Tidak ada
berbicara sendiri, tidak ada marah-marah atau mengamuk di rumah. Tidak ada berbicara
sendiri, tidak ada marah-marah atau mengamuk di rumah.
Riwayat Medis dan Psikiatrik Lain
o Gangguan Mental dan Emosi
Pasien tidak memiliki riwayat gangguan mental dan emosi
o Gangguan Psikosomatik
Pasien tidak memiliki riwayat gangguan psikosomatik.
o Kondisi Medis
Pasien tidak memiliki riwayat malaria, thypoid, dan trauma kepala. Pasien juga tidak
memiliki riwayat epilepsi. Pasien juga tidak pernah memiliki riwayat operasi.
o Gangguan Neurologi
Pasien tidak memiliki riwayat gangguan neurologi.
Riwayat Kebiasaan
o Riwayat mengkonsumsi Napza (-)
o Riwayat mengkonsumsi alkohol (-)
o Riwayat merokok (+) 1/2 bungkus/hari sejak pasien masih muda (pasien lupa tepatnya
mengkonsumsi rokok saat usia berapa) hingga sekarang
Gambaran kepribadian
Merupakan pribadi yang ramah dan terbuka selalu menceritakan setiap masalah kepada
keluarga.
Faktor Pencetus
Diduga karena masalah istri pasien yang sakit sejak 2 tahun yang lalu dan memberat 2
bulan belakangan ini dan tak kunjung sembuh.
Riwayat perkawinan
Sudah menikah
Riwayat sosial ekonomi
Berasal dari keluarga dengan tingkat ekonomi menengah ke bawah.
Riwayat penyakit keluarga
Tidak ada keluarga pasien yang memiliki riwayat gangguan jiwa.
Riwayat religius
Pasien rajin beribadah.
Hubungan dengan keluarga dan lingkungan
Pasien memiliki hubungan yang baik dengan anggota keluarga dan lingkungannya.
Genogram
Pasien merupakan anak ketiga dari lima bersaudara.
Keterangan :
: laki- laki
: Pasien
: Perempuan
STATUS PRAESENS
a. Status Internus
Keadaan umum : Rapi, tenang
Kesadaran : Compos Mentis
Tanda vital
Tekanan darah : 150/90 mmHg
Frekuensi nadi : 78 x/menit
Frekuensi pernafasan : 20 x/menit
Suhu : 36,50C
Keadaan Gizi : Baik
Kulit : Anhidrosis (-)
Kepala : Alopesia (-) Trauma (-)
Mata : Anemis (-) Ikterik (-) Pupil isokor
Hidung : Deviasi septum (-) Rhinorrhea (-)
Telinga : Sekret (-) Pendengaran normal
Mulut Tenggorokan: Higien baik, Hiperemi faring (-)
Leher : Pembesaran KGB (-) Deviasi trakea (-)
Toraks : Simetris
Jantung : Cor dalam batas normal
Paru : Pulmo dalam batas normal
Abdomen : Distensi (-) Soefl
Hepar Lien : Pembesaran (-)
Ruang Traube : Timpani
Bising Usus : Normal, Metallic sound (-)
Ekstremitas : Akral hangat, edema (-)
b. Status Neurologikus
Pancaindera : Tidak didapatkan kelainan
Refleks fisiologi : Normal
Lateralisasi : Tidak ada
Refleks Patologis : Tidak ada
Tanda meningeal : Tidak ada
Tekanan intrakranial : Tidak didapatkan tanda-tanda peningkatan TIK.
Mata
Gerakan : Normal
Persepsi : Normal
Pupil : Isokor
Diplopia : Tidak didapatkan kelainan
Visus : Tidak dilakukan pemeriksaan
c. Status Psikiatrikus
A. Penampilan
1. Identifikasi Pribadi: ramah dan kooperatif.
2. Perilaku dan Aktivitas Psikomotor: Psikomotor dbn.
3. Gambaran Umum: tenang, kooperatif, kontak visual dan verbal (+).
B. Bicara: baik
C. Mood dan Afek
1. Mood: Stabil
2. Afek: Sesuai
D. Fikiran dan Persepsi
1. Bentuk Fikiran
i. Produktivitas: Normal
ii. Kelancaran berfikir/ide: Cepat
iii. Gangguan bahasa: (-)
2. Isi Fikiran: Tidak ada gangguan, koheren
3. Gangguan Berpikir
i. Waham: (-)
ii. Flight of Ideas: (-)
4. Gangguan Persepsi
i. Halusinasi: Auditorik (-) Visual (-)
ii. Depersonalisasi dan Derealisasi: (-)
5. Mimpi dan Fantasi (-)
E. Sensorik
1. Kesadaran: Composmentis
2. Orientasi
i. Waktu (+)
ii. Orang (+)
iii. Tempat (+)
3. Konsentrasi dan Berhitung (+)
4. Ingatan
i. Masa dahulu: (+)
ii. Masa kini: (+)
iii. Segera: (+)
5. Pengetahuan (+)
6. Kemampuan berpikir abstrak (+)
7. Tilikan diri: Derajat VI
8. Penilaian
i. Penilaian sosial (+)
ii. Penilaian terhadap test (+)
IKHTISAR DAN KESIMPULAN PEMERIKSAAN PSIKIATRI
A. Keadaan Umum
o Kesadaran : Composmentis
o Sikap : Kooperatif
o Tingkah laku : Tenang
o Perhatian : Baik
o Inisiatif : Baik
o Ekspresi wajah : Tenang
o Verbalisasi : Koheren (+)
B. Pemeriksaan Fisik
Tidak ada kelainan
C. Pemeriksaan Psikis
Keadaan afektif
o Afek : Afek sesuai
o Arus emosi : Stabil
Keadaan dan fungsi intelek
o Daya ingat : Baik
o Konsentrasi : Baik
o Orientasi : Baik
o Insight : Baik
Keadaan sensasi dan persepsi
o Ilusi : (-)
o Halusinasi : auditorik (-), visual (-)
Keadaan proses berfikir
o Kecepatan : Cepat
o Mutu : Koheren
o Isi :Waham (-)
o Kelainan intelektual dan perbuatan
o Kegaduhan umum : (-)
o Deviasi seksual : (-)
o Mannerisme : (-)
o Anxietas : (+)
o Psikomotor : dbn
o Kemauan : ADL mandiri
Hubungan dengan realita : Baik
D. Diagnosis
Formulasi diagnosis
Seorang laki-laki, usia 62 tahun, beragama Islam, status sudah menikah,
pendidikan terakhir SD, pekerjan swasta, tinggal di Samarinda. Datang
berobat ke Poliklinik RSKD Atma Husada Mahakam Samarinda diantar oleh
keluarga, pada hari Kamis, 27 September 2012 pukul 10.10 WITA.
Pasien merasa sering lupa sejak 2 minggu yang lalu, seperti saat pasien
memegang KTP tetapi pasien masih tetap mencari-cari dimana KTP itu
diletakkannya, atau saat pasien menanyakan hari lalu 5 menit kemudian pasien
menanyakan kembali tentang hari seakan-akan tidak pernah menanyakan
sebelumnya. Menurut keluarga perubahan ini terlihat sejak istri pasien sakit
dalam 2 tahun dan memberat sakitnya 2 bulan belakangan ini dan tak kunjung
sembuh. Sedikit mengalami gangguan tidur dan nafsu makan.
Riwayat trauma (-), kejang (-), penyakit infeksi (-)
Riwayat merokok (+) dan mengkonsumsi alkohol (-) NAPZA (-)
Pada pemeriksaan fisik didapatkan Tekanan Darah 150/90 mmHg, Nadi
78x/menit, Frekuensi Nafas 20x/menit, Suhu 36,5oC. Pada pemeriksaan
kardiovaskuler, respiratorik, gastrointestinal, urogenital, dan neurologikus
tidak didapatkan kelainan.
Pada pemeriksaan psikiatri didapatkan kesadaran composmentis, penampilan
rapi, sikap kooperatif, orientasi baik, emosi stabil, afek sesuai, proses fikir
cepat, koheren, waham (-), kehilangan minat (-), konsentrasi baik (+),
halusinasi auditorik (-), visual (-), ilusi (-), kemauan baik, dan psikomotor dbn.
Diagnosis Multiaksial:
Aksis I : F32.1 Episode Depresi Sedang
Aksis II : Tidak ada diagnosis pada aksis ini
Aksis III : Tidak ada diagnosis pada aksis ini
Aksis IV : Masalah Keluarga
Aksis V : GAF 80-71
E. Pengobatan
Psikofarmakolog i :
- Risperidone 1mg 1x1
- Fluoxetine 20mg 1x1
F. Prognosis
Dubia ad bonam jika:
1. Pasien minum obat secara teratur
2. Pasien memiliki keinginan untuk sembuh
3. Terdapat dukungan dari keluarga untuk sering memberikan perhatian kepada
pasien
TINJAUAN PUSTAKA
Pengertian
Gangguan depresif merupakan suatu masa terganggunya fungsi manusia yang berkaitan
dengan alam perasaan yang sedih dengan gejala penyerta termasuk perubahan pola tidur,
nafsu makan,psikomotor, konsentrasi, anhedonia, kelelahan, rasa putus asa, tak berdaya dan
gagasan bunuh diri (Kaplan, 1997). Depresi merupakan salah satu gangguan mood
(mooddisorder). Depresi sendiri adalah gangguan unipolar, yaitu gangguanyang mengacu
pada satu kutub (arah) atau tunggal, yang terdapat perubahan pada kondisi emosional,
perubahan dalam motivasi, perubahan dalam fungsi dan perilaku motorik, dan perubahan
kognitif (Nevid dkk, 2005). Depresi adalah gangguan penyesuaian diri (gangguan dalam
perkembangan emosi jangka pendek atau masalah-masalah perilaku,dimana dalam kasus ini,
perasaan sedih yang mendalam dan perasaan kehilangan harapan atau merasa sia-sia, sebagai
reaksi terhadap stressor) dengan kondisi mood yang menurun (Wenar &Kerig, 2000).
Teori–Teori Depresi
Ada beberapa teori yang dapat digunakan untuk menjelaskan munculnya gangguan depresi,
yaitu:
a. Teori Biologi
Teori biologi ini mempunyai asumsi bahwa penyebab depresi terletak pada gen atau
malfungsi beberapa faktor fisiologik yang memungkinkan faktor tersebut (dalam Sarason
dan Sarason,1989).
b. Pandangan psikodinamika
Studi psikologik tentang depresi dimulai oleh sighmund freud dan karl Abraham.
Keduanya menggambarkan bahwa depresi merupakan reaksi kompleks terhadap
kehilangan atau (loss). Freud dalam bukunya “Mourning and Melancholia”
menggambarkan bahwa rasa sedih yang normal dan depresi sebagai respon dari
kehilangan seseorang atau sesuatu yang dicintainya (Davidson dan Neale, 1997). Pada
orang yang mengalami depresi terjadi pengurangan harga diri secara luar biasa dan
mengalami kemiskinan ego pada skala yang besar (dalam Sarason dan Sarason,1989).
c. Pandangan Behavioral.
Teori belajar berasumsi bahwa antara depresi dan penguat yang kurang (Lack of
Reinforcment) saling berhubungan satu sama lain. Pandangan Behavioral menjelaskan
bahwa orang yang mengalami depresi kurang menerima penghargaan (rewards) atau
dengan kata lain lebih mengalami hukuman (punishment) daripada orang yang tidak
mengalami depresi (dalam Sarason dan Sarason,1989).
d. Pandangan humaistik – eksistansial.
Teori eksistensial memfokuskan kehilangan harga diri sebagai penyebab depresi utama.
Kehilangan harga diri dapat nyata atau simbolik, misal kehilangan kekuasaan, status
sosial atau uang. Teori humanistic menekankan perbedaan self seseorang dengan
keadaan yang nyata sebagai sumber depresi dan kecemasan. Menurut pandangan ini
depresi terjadi jika perbedaan antara ideal self dan kenyataan terlalu besar ( dalam
Sarason dan Sarason, 1989).
e. Pandangan Kognitif.
Teori depresi berdasarkan kognitif ini merupakan teori yang paling sering digunakan
dalam penelitian tentang depresi (dalam susanty, 1997) Hal ini disebabkan karena teori
kognitif selama ini sangat efektif digunakan untuk terapi terhadap deopresi. Teori ini
menyatakan bahwa seseorang yang berpikiran negatif tentang dirinya akan menelusuri
lebih lanjut bahwa mereka melakukan interpretasi yang salah dan menyimpang dari
realita. Salah satu teori kognitif adalah teori depresi beck (Atkinson 1991). Teori tersebut
menyatakan bahwa seseorang yang yang mudah terkena depresi telah mengembangkan
sikap umum untuk menilai peristiwa dari segi negative dan kritik diri.
Faktor Penyebab Timbulnya Depresi
Menurut Hadi (2004), untuk menemukan penyebab depresi kadang menemui kesulitan
karena ada sejumlah penyebab dan mungkin beberapa diantaranya bekerja pada saat yang
sama. Namun dari sekian banyak penyebab dapat dirangkum sebagai berikut:
a. Karena kehilangan. Kehilangan merupakan faktor utama yang mendasari depresi. Ada
empat macam kehilangan, yaitu: 1) kehilangan abstrak, misalnya: kehilangan harga diri,
kasih sayang, harapan, atau ambis. 2) Kehilangan sesuatu yang konkrit, misalnya: rumah,
mobil, potret, orang atau bahkan binatang kesayangan. Kehilangan hal yang bersifat
khayal, misalnya: tanpa fakta mungkin tapi ia merasa tidak disukai atau dipergunjingkan
orang. 4) Kehilangan sesuatu yang belum tentu hilang, misalnya: menunggu hasil tes
kesehatan, menunggu hasil ujian,dll.
b. Reaksi terhadap stress . 85% depresi ditimbulkan oleh stress dalam hidup.
c. Terlalu lelah atau capek, karena terjadi pengurangan tenaga baik secara fisik maupun
emosional.
d. Reaksi terhadap obat.
Dasar umum untuk gangguan depresi berat tidak diketahui,tetapi diduga faktor-faktor
dibawah ini berperan (Kaplan 1997):
1. Faktor biologis
Aktivitas metabolisme yang lebih rendah dan ukuran korteks prefrontal yang lebih
kecil pada diri orang yang secara klinismengidap depresi bila dibandingkan dengan
kelompok kontrol yang sehat. Korteks prefrontal terlibat dalam pengaturan
neurotransmiter yang dipercaya terlibat dalam gangguan mood ,termasuk serotonin
dan norepinephrine , sehingga tidak mengagetkan bila bukti menunjukkan
ketidakteraturan pada bagian otak ini (Nevid, 2005).Faktor neurokimiawi lain seperti
Adenylate cyclase, phospotidylinositol dan regulasi kalsium mungkin juga memiliki
relevansi penyebab. Kelainan pada neuroendokrin utama yang menarik perhatian
dalam adalah sumbu adrenal, tiroid danhormon pertumbuhan. Neuroendokrin yang
lain yakni penurunansekresi nokturnal melantonin, penurunan pelepasan
prolaktinkarena pemberian tryptopan, penurunan kadar dasar folikelstimulating
hormon (FSH), luteinizing hormon (LH) danpenurunan kadar testoteron pada laki-
laki.
2. Faktor genetika
Data genetik menyatakan bahwa sanak saudara derajat pertama dari penderita
gangguan depresi berat kemungkinan 1,5 sampai 2,5 kali lebih besar daripada sanak
saudara derajatpertama subyek kontrol untuk penderita gangguan. Penelitianterhadap
anak kembar menunjukkan angka kesesuaian padakembar monozigotik adalah kira-
kira 50 %, sedangkan padakembar dizigotik mencapai 10 sampai 25 %.
3. Faktor psikologis
a. Faktor kepribadian premorbid.
Tidak ada satu kepribadian atau bentuk kepribadian yang khusus sebagai predisposisi
terhadapdepresi. Semua orang dengan ciri kepribadian manapun dapatmengalami
depresi, walaupun tipe-tipe kepribadian seperti oral dependen, obsesi kompulsif,
histerik mempunyai risiko yangbesar mengalami depresi dibandingkan dengan
lainnya
b. Kehilangan harga diri.
Depresi sebagai suatu efek yang dapatmelakukan sesuatu terhadap agresi yang diarahkan
kedalam dirinya. Apabila pasien depresi menyadari bahwa mereka tidak hidup sesuai
dengan yang dicita-citakannya, akanmengakibatkan mereka putus asa
c. Teori kognitif
menurut A.T. Beck menunjukkan perhatiangangguan kognitif pada depresi. Beck
mengidentifikasikan 3 pola kognitif utama pada depresi yang disebut sebagai triad
kognitif, yaitu pandangan negatif terhadap masa depan, pandangan negatif terhadap diri
sendiri, individu menganggap dirinya tak mampu, bodoh, pemalas, tidak berharga,
pandangan negatif terhadap pengalaman hidup (Durand danBarlow, 2006).
d. Learned Helplessness.
Teori Seligman mengatakan bahwaorang menjadi cemas dan depresi ketika membuat
atribusi bahwa mereka tidak memiliki kontrol atas stres dalamkehidupannya baik sesuai
kenyataan maupun tidak (Duranddan Barlow, 2006).
4. Faktor Sosial
Peristiwa kehidupan dan stress lingkungan, suatupengamatan klinis yang telah lama
direplikasi bahwa peristiwakehidupan yang menyebabkan stress lebih sering mendahului
episode pertama gangguan mood daripada episode selanjutnya,hubungan tersebut telah
dilaporkan untuk pasien dengangangguan depresi berat. Data yang mendukung,
menyatakanbahwa peristiwa kehidupan paling berhubungan denganperkembangan
depresi selanjutnya adalah kehilangan orang tuasebelum usia 11 tahun. Stressor
lingkungan yang palingberhubungan dengan onset satu episode depresi adalah
kehilanganpasangan. Derajat psikopatologi didalam keluarga mungkinmempengaruhi
kecepatan pemulihan, kembalinya gejala danpenyesuaian pasca pemulihan.
Patofisiologi
Timbulnya depresi dihubungkan dengan peran beberapa neurotransmiter aminergik.
Neurotransmiter yang paling banyak diteliti ialah serotonin. Konduksi impuls dapat
terganggu apabila terjadi kelebihan atau kekurangan neurotransmiter di celah sinaps atau
adanya gangguan sensitivitas pada reseptor neurotransmiter tersebut di post sinaps sistem
saraf pusat. Pada depresi telah diidentifikasi 2 sub tipe reseptor utama serotonin yaitu reseptor
5HTIAdan 5HT2A. Kedua reseptor inilah yang terlibat dalam mekanisme biokimiawi depresi
dan memberikan respon pada semua golongan anti depresan (Kaplan, 1998).Depresi
disebabkan karena menurunnya pelepasan dan transmisi serotonin (menurunnya
kemampuan neurotransmisi serotogenik). Terdapat pula sejumlah neurotransmiter lain yang
berperan pada timbulnya depresi yaitu norepinefrin, asetilkolin dan dopamin. Sehingga
depresi terjadi jika terdapat defisiensi relatif satuatau beberapa neurotransmiter aminergik
pada sinaps neuron di otak,terutama pada sistem limbik. Oleh karena itu teori biokimia
depresi dapat diterangkan sebagai berikut (Kaplan, 1998).
1.Menurunnya pelepasan dan transport serotonin atau menurunnya kemampuan
neurotransmisi serotogenik.
2.Menurunnya pelepasan atau produksi epinefrin, terganggunya regulasi aktivitas
norepinefrin dan meningkatnya aktivitas alfa-2 adrenoreseptor presinaptik.
3.Menurunnya aktivitas dopamin.
4.Meningkatnya aktivitas asetilkolin.Teori yang klasik tentang patofisiologi depresi ialah
menurunnya neurotransmisi akibat kekurangan neurotransmitter dicelah sinaps. Ini didukung
oleh bukti-bukti klinis yang menunjukkan adanya perbaikan depresi pada pemberian obat-
obat golongan SSRI (Selective Serotonin Re-uptake Inhibitor ) dan trisiklik yang
menghambat re-uptake dari neurotransmiter atau pemberian obat MAOI ( Mono Amine
Oxidasi Inhibitor) yang menghambat katabolisme neurotransmiter oleh enzim monoamin
oksidase. Hipotesis lain mengenai depresi yang menyebutkan bahwa terjadinya depresi
disebabkan karena adanya aktivitas neurotransmisi serotogenik yang berlebihan dan bukan
hanya kekurangan atau kelebihan serotonin semata. Neurotransmisi yang berlebih ini
mengakibatkan gangguan pada sistem serotonergik, jadi depresi timbul karena dijumpai
gangguan pada sistem serotogenik yang tidak stabil. Hipotesis yang belakangan ini
dibuktikan dengan pemberian anti depresan golongan SSRE (Selective Serotonin Re-uptake
Enhancer) yang justru mempercepat re-uptake serotonin dan bukan menghambat. Dengan
demikian maka turn over dari serotoninmenjadi lebih cepat dan sistem neurotransmisi
menjadi lebih stabilyang pada gilirannya memperbaiki gejala-gejala depresi.Mekanisme
biokimiawi yang sudah diketahui tersebut menjadi dasar penggunaandan pengembangan
obat-obat anti depresan.
Gambaran klinis
Suatu mood depresif, kehilangan minat dan kegembiraanserta berkurangnya energi yang
menuju meningkatnya keadaanmudah lelah (rasa lelah yang nyata sesudah kerja sedikit saja)
danmenurunnya aktivitas merupakan tiga gejala utama depresi (Maslim,2001).
Gejala lainnya dapat berupa :
1)Konsentrasi dan perhatian berkurang
2)Harga diri dan kepercayaan diri berkurang
3)Gagasan tentang rasa bersalah dan tidak berguna
4)Pandangan masa depan yang suram dan pesimistis
5)Gagasan atau perbuatan membahayakan diri atau bunuh diri
6)Tidur terganggu
7)Nafsu makan berkurang.
Gejala-gejala diatas dialami oleh pasien hampir setiap hari dan dinilai berdasarkan ungkapan
pribadi atau hasil pengamatan orang lain misalnya keluarga pasien.
Gejala Depresi
Beck (1988) mengungkapkan gejala – gejala depresi, antara lain:
a.Manifestasi emosi. Seperti suasana hati yang pedih dan pilu, tidak menyukai diri sendiri
(perasaan negatif pada diri sendiri) hilangnya atau kurangnya respon gembira pada situasi
yang menimbulkan kesenangan, hilangnya rasa senang dan menangis.
b.Manifestasi kognitif. Berupa rendahnya penilaian terhadap diri sendiri, pikiran – pikiran
negatif terhadap masa depan, menyalahkan, mengkritik atau mencela diri sendiri, tidak
dapat membuat keputusan dan gambran yang salah tentang diri sendiri.
c.Manifestasi motivasional. Hilangnya motivasi untuk melakukan segala aktivitas, keinginan
untuk menghindar dan menarik diri, meningkatnya ketergantungan dan yaitu menginginkan
bantuan, pegarahan dan bimbingan.
d.Manifestasi fisik dan vegetatif. Seperti hilangnya nafsu makan, mengalami gangguan tidur,
hilangnya nafsu sexual, perasaan lelah yang sangat berat, gangguan berat badan dan
kemampuan fisik.
Jenis Depresi
Adapun jenis – jenis depresi menurut PPDGJ III, yaitu:
1.Depresi ringan, ciri – cirinya: a. sekurang – kurangnya harus ada 2 atau 3 gejala utama
depresi seperti tersebut diatas, b) ditambah sekurang – kurangnya 2 dari gejala lainya : a –
g, c) tidak boleh ada gejala berat diantaranya, d) lamanya seluruh episode berlangsung
sekurang – kurangnya sekitar 2 minggu, e) hanya sedikit kesulitan dalam pekerjaan dan
kegiatan social yang biasa dilakukan.
2.Depresi sedang, ciri – cirinya : a) sekurang – kurangnya harus ada 2 atau 3 gejala utama
depresi seperti pada depresi ringan, b) ditambah sekurang – kurangnya 3 (dan sebaiknya 4)
dari gejala lainya, c) lamanya seluruh episode berlangsung minimal sekitar 2 minggu, d)
menghadapi kesulitan nyata untuk meneruskan kegiatan sosial pekerjaan dan urusan rumah
tangga.
3.Depresi berat dibagi menjadi 2 jenis, yaitu:
a.Depresi berat tanpa gejala psikotik, ciri – cirinya : a) semua 3 gejala depresi harus ada, b)
ditambah sekurang – kurangnya 4 dari gejala lainya dan beberapa diantaranya harus
berintensitas berat, c) bila ada gejala penting (misalnya agitasi atau retardasi psikomotor)
yang mencolok, maka pasien nubgkin tidak mau atau mampu untuk melaporkan banyak
gejala secara rinci, d) episode depresif biasanya harus berlangsung sekurang – kurangnya 2
minggu,akan tetapi jika gejala amat berat dan beronset sangat cepat, maka masih dibenarkan
untuk menegakan diagnosis dalam kurun waktu kurang dari 2 minggu, e) sangat tidak
mungkin pasien akan mampu meneruskan kegiatan social, pekerjaan atau urusan rumah
tangga, kecuali pada taraf yang sangat terbatas.
b.Depresi berat dengan gejala psikotik, cirri – cirinya: a) episode depresi berat yang
memenuhi kriteria menurut depresi berat tanpa gejala psikotic, b) disertai waham, halusinasi
atau stupor depresif, waham biasanya melibatkan ide tentang dosa, kemiskinan atau
malapetaka yang mengancam dan pasien merasa bertanggung jawab atas hal itu. Halusinasi
audiotorik atau aolfatoric biasanya berupa suara yang menghina atau menuduh, atau bau
kotoran atau daging membusuk. Retardasi psikomotorik yang berat dapat menuju pada
stupor. Jika diperlukan, waham atau halusinasi dapat ditentukan sebagai serasi atau tidak
serasi dengan efek (mood congruent).
4.Dampak depresi
Menurut Wibisono (lestari, 2003) sudah banyak penelitian yang menyatakan bahwa depresi
biasanya akan disertai dengan penyakit fisik, seperti asma, jantung koroner, sakit kepala dan
maag. Sedangkan menurut seorang ahli yang juga penulis buku, yaitu Philip Rice (Lestari,
2003) depresi akan meningkatkan resiko seseorang terserang penyakit karena kondisi
depresi yang cenderung meningkatkan sirkulasi adrenalin dan kortisol, sehingga
menurunkan tingkat kekebalan tubuhnya, selain itu penyakit menjadi mudah menghidap
karena orang yang terkena depresi sering kehilangan nafsu makan, kebiasaan makanannya
juga berubah (terlalu banyak makan atau sulit makan), kurang berolahraga, mudah lelah dan
sulit tidur.
Pedoman Diagnostik
Dalam DSM III dan DSM IV atau PPDGJ III tahun 1993,kriteria diagnostik untuk gangguan
depresi berat secara terpisah darikriteria diagnostik untuk diagnosis yang berhubungan
dengan depresi ringan dan sedang serta depresi berulang. Pada PPDGJ IIIpedoman diagnostik
gangguan depresi berat dibagi secara terpisahyaitu gangguan depresi berat tanpa gejala
psikotik dan gangguandepresi berat dengan gejala psikotik.
1.Episode depresif berat tanpa gejala psikotik :
a.Semua gejala depresi harus ada : afek depresif, kehilangan minat dan kegembiraan serta
berkurangnya energi yangmenuju meningkatnya keadaan mudah lelah.
b.Ditambah sekurang-kurangnya 4 dari gejala lainnya :konsentrasi dan perhatian berkurang,
harga diri dankepercayaan diri berkurang, gagasan tentang rasa bersalah dan tidak berguna,
pandangan masa depan yang suram dan pesimis,gagasan atau perbuatan membahayakan diri
atau bunuh diri,tidur terganggu, nafsu makan berkurang.
c.Bila ada gejala penting (misalnya agitasi atau retardasi psikomotor) yang mencolok, maka
mungkin pasien tidak mau atau tidak mampu untuk melaporkan banyak gejalanya secara
rinci. Dalam hal demikian, penilaian secara menyeluruhterhadap episode depresif berat
masih dapat dibenarkan.
d.Episode depresif biasanya harus berlangsung sekurang-kurangnya 2 minggu, akan tetapi
jika gejala amat berat danberonset sangat cepat, maka masih dibenarkan untuk menegakkan
diagnosis dalam kurun waktu dari 2 minggu.
e.Sangat tidak mungkin pasien akan mampu meneruskankegiatan sosial, pekerjaan atau
urusan rumah tangga, kecualipada taraf yang sangat terbatas.
2.Episode Depresif Berat dengan Gejala Psikotik :
a. Episode depresif berat yang memenuhi kriteria diatas.
b. Disertai waham, halusinasi atau stupor depresif. Waham biasanya melibatkan ide tentang
dosa, kemiskinan atau malapetaka yang mengancam dan pasien merasa
bertanggung jawab atas hal itu. Halusinasi audiotorik atau olfaktorik biasanya berupa
suara yang menghina atau menuduh atau bau kotoran atau daging membusuk. Retardasi
psikomotor yangberat dapat menuju stupor.
c. Jika diperlukan, waham atau halusinasi dapat ditentukan sebagai waham atau halusinasi
yang serasi atau tidak serasi dengan afek (mood congruent).
Penatalaksanaan
Diagnosa depresi telah dibuat, selanjutnya dinilai taraf hebatnya gejala depresi dan
besarnya kemungkinan bunuh diri. Hal ini ditanyakan dengan bijkasana dan penderita sering
merasa legabila ia dapat mengeluarkan pikiran-pikiran bunuh diri kepada orangyang
memahami masalahnya, tetapi pada beberapa penderita ada yang tidak memberitahukan
keinginan bunuh dirinya kepada pemeriksa karena takut di cegah. Bila sering terdapat
pikiran-pikiran atau rancangan bunuh diri, maka sebaiknya penderita dirawat di rumah sakit
dengan pemberian terapi elektrokonvulsi di samping psikoterapi dan obat anti depresan
(Kapalan, 1998). Kombinasi psikoterapi dan farmakoterapi adalah pengobatan yang paling
efektif untuk gangguan depresi berat. Tiga jenis psikoterapi jangka pendek yaitu terapi
kognitif, terapi interpersonal dan terapi perilaku, telah diteliti tentang manfaatnya didalam
pengobatan gangguan depresi berat. Pada farmakoterapidigunakan obat anti depresan, dimana
anti depresan dibagi dalam beberapa golongan yaitu :
1.Golongan trisiklik, seperti : amitryptylin, imipramine,clomipramine dan opipramol.
2.Golongan tetrasiklik, seperti : maproptiline, mianserin danamoxapine.
3.Golongan MAOI-Reversibel (RIMA, Reversibel Inhibitor of Mono Amine Oxsidase-A),
seperti : moclobemide.
4.Golongan atipikal, seperti : trazodone, tianeptine dan mirtazepine.
5.Golongan SSRI (Selective Serotonin Re-Uptake Inhibitor), seperti: sertraline, paroxetine,
fluvoxamine, fluxetine dan citalopram.
Dalam pengaturan dosis perlu mempertimbangkan onset efek primer (efek klinis) sekitar 2-4
minggu, efek sekunder (efek samping) sekitar 12-24 jam serta waktu paruh sekitar 12-48
jam(pemberian 1-2 kali perhari). Ada lima proses dalam pengaturan dosis, yaitu :
1.Initiating Dosage (dosis anjuran), untuk mencapai dosis anjuran selama minggu I. Misalnya
amytriptylin 25 mg/hari pada hari Idan II, 50 mg/hari pada hari III dan IV, 100 mg/hari pada
hari Vdan VI.
2.Titrating Dosage (dosis optimal), dimulai pada dosis anjuran sampai dosis efektif
kemudian menjadi dosis optimal. Misalnya amytriptylin 150 mg/hari selama 7 sampai 15
hari (miggu II),kemudian minggu III 200 mg/hari dan minggu IV 300 mg/hari.
3.Stabilizing Dosage (dosis stabil), dosis optimal dipertahankan selama 2-3 bulan. Misalnya
amytriptylin 300 mg/hari (dosisoptimal) kemudian diturunkan sampai dosis pemeliharaan.
4.Maintining Dosage (dosis pemeliharaan), selama 3-6 bulan.Biasanya dosis pemeliharaan ½
dosis optimal. Misalnyaamytriptylin 150 mg/hari.
5.Tapering Dosage (dosis penurunan), selama 1 bulan. Kebalikandari initiating dosage.
Misalnya amytriptylin 150 mg/hari à 100mg/hari selama 1 minggu, 100 mg/hari à 75
mg/hari selama 1minggu, 75 mg/hari à 50 mg/hari selama 1 minggu, 50 mg/hari à25
mg/hari selama 1 minggu.Obat anti depresan dapat diberhentikan total, jika kemudian
sindrom depresi kambuh lagi, proses dimulai lagi dari awal danseterusnya. Pada dosis
pemeliharaan dianjurkan dosis tunggal padamalam hari (single dose one hour before sleep),
untuk golongan trisiklik dan tetrasiklik. Untuk golongan SSRI diberikan dosistunggal pada
pagi hari setelah sarapan.
PEMBAHASAN
Fsktor Pencetus
Pada kasus ini didapatkan keluhan utama pasien mudah lupa selama 2 minggu ini.
Keluarga pasien baru menyadarinya adanya perubahan perilaku sejak istrinya yang sakit dan
semakin memberat 2 bulan terakhir ini, pasien sering menangis, melamun dan dan pasien
juga sedikit mengalami gangguan tidur dan nafsu makan yang berkurang. Berdasarkan
anamnesa pasien menunjukkan gejala-gejala gangguan depresi.
Diagnosis Multiaksial
Aksis I
F.32.1 Episode Depresi Sedang. Dari anamnesa didapatkan kriteria diagnosa depresi pada
pasien ini
Gejala utama depresi berdasarkan PPDGJ III
- Afek depresif
- Kehilangan minat dan kegembiraan
- Berkurangnya energi yang menuju meningkatnya keadaan mudah lelah (rasa lelah
yang nyata sesudah kerja sedikit saja) dan menurunnya aktivitas
Gejala lainnya berdasarkan PPDGJ III
- Konsentrasi dan perhatian berkurang
- Harga diri dan kepercayaan diri berkurang
- Gagasan tentang rasa bersalah dan tidak berguna
- Pandangan masa depan yang suram dan pesimistis
- Gagasan atau perbuatan membahayakan diri atau bunuh diri
- Tidur terganggu
- Nafsu makan berkurang
F.32.1 Episode Depresi Sedang
Pedoman Diagnostik
- Sekurang-kurangnya harus ada 2 dari 3 gejala utama depresi
- Ditambah sekurang-kurangnya 3 (dan sebaiknya 4) dari gejala lainnya
- Lamanya seluruh episode berlangsung minimum sekitar 2 minggu
- Menghadapi kesulitan nyata untuk meneruskan kegiatan sosial, pekerjaan dan urusan
rumah tangga.
Aksis II
Tidak ada diagnosa untuk Aksis II
Aksis III
Tidak ada diagnosa untuk Aksis III
Aksis IV
Untuk Aksis IV, berdasarkan anamnesa didapatkan bahwa pasien memilki masalah keluarga
Aksis V
GAF 80-71, gejala sementara & dapat diatasi, disabilitas ringan dalam sosial, pekerjaan,
sekolah
Pengobatan
Pada pasien ini didapatkan adanya gejala afektif seperti depresi, cemas, perasaan gelisah,
panik, dan stres maka diberikan Risperidone 2mg tab 1x1 dan fluoxetine 1 mg 1x1
DAFTAR PUSTAKA
Atkinson, R. L. 1991. Pengantar Psikologi. Jilid 2. Diterjemahkan oleh Nurdjanah Taufik.
Jakarta: Erlangga
Beck, A. T. 1985. Depression causes treatment. Philadelphia: University of Pennsylvania.
Davidson, G dan Neale, J. M. 1997. Abnormal Psychology. 7th Ed. New York: John Wiley
dan Sons.
Hadi, P. 2004. Depresi dan Solusinya. Yogyakarta: Penerbit Tugu.
Lestari, E. W. 2003. Depresi Akibat Trauma Masa Kanak-Kanak. Skripsi. (Tidak
Diterbitkan). Surakarta: Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta
Mc. Dowel, I & Newell, C. (1996). Measuring Health: A Guide To Rating Scales and
Questionnaire (2nd ed). New York; Oxford University Press.
Sarason, I. G. 1989. Abnormal Psychology. 6th Ed. New Jersey: Pentice Hall.
http://www.masbow.com/2008/10/depresi.html. 30 September 2012