23
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Demam Berdarah Dengue merupakan suatu penyakit demam berat yang sering mematikan, disebabkan oleh virus, ditandai oleh permeabilitas kapiler, kelainan hemostasis dan pada kasus berat, sindrom syok kehilangan protein (Nelson, 2000). Menurut Prof.dr.Tjandra yoga Aditama, Sp.P(K), Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Balitbangkes) Kemenkes RI, pada tahun 2014, sampai pertengahan bulan Desember tercatat penderita DHF di 34 provinsi di Indonesia sebanyak 71.668 orang, dan 641 diantaranya meninggal dunia. Angka tersebut lebih rendah dibandingkan tahun sebelumnya, yakni tahun 2013 dengan jumlah penderita sebanyak 112.511 orang dan jumlah kasus meninggal sebanyak 871 penderita. Dampak terburuk yang bisa terjadi pada DHF adalah kematian, oleh karena itu jika tidak mendapatkan penanganan yang cepat dan tepat akan menjadi fatal sehingga memerlukan perawatan yang intensif. 1

askep Dhf

Embed Size (px)

DESCRIPTION

oke

Citation preview

Page 1: askep Dhf

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang

Demam Berdarah Dengue merupakan suatu penyakit demam berat

yang sering mematikan, disebabkan oleh virus, ditandai oleh permeabilitas

kapiler, kelainan hemostasis dan pada kasus berat, sindrom syok kehilangan

protein (Nelson, 2000).

Menurut Prof.dr.Tjandra yoga Aditama, Sp.P(K), Kepala Badan

Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Balitbangkes) Kemenkes RI,

pada tahun 2014, sampai pertengahan bulan Desember tercatat penderita

DHF di 34 provinsi di Indonesia sebanyak 71.668 orang, dan 641

diantaranya meninggal dunia. Angka tersebut lebih rendah dibandingkan

tahun sebelumnya, yakni tahun 2013 dengan jumlah penderita sebanyak

112.511 orang dan jumlah kasus meninggal sebanyak 871 penderita.

Dampak terburuk yang bisa terjadi pada DHF adalah kematian, oleh

karena itu jika tidak mendapatkan penanganan yang cepat dan tepat akan

menjadi fatal sehingga memerlukan perawatan yang intensif.

1.2. Rumusan Masalah

1. Bagaimana konsep teori dari DHF?

2. Bagaimana konsep asuhan keperawatan pada pasien dengan DHF?

1.3. Tujuan

1. Tujuan Umum

Tujuan umum dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas

pembuatan makalah mata kuliah Keperawatan Sistem Reproduksi

dengan judul “Konsep Teori dan Konsep Asuhan Keperawatan Pada

Pasien dengan DHF”.

1

Page 2: askep Dhf

2. Tujuan Khusus

Tujuan Khusus penulisan makalah ini adalah:

a. Untuk mengetahui definisi DHF

b. Untuk mengetahui etiologi DHF

c. Untuk mengetahui klasifikasi DHF

d. Untuk mengetahui manifestasi klinis DHF

e. Untuk mengetahui patofisiologi DHF

f. Untuk mengetahui pathway DHF

g. Untuk mengetahui pemeriksaan diagnostic DHF

h. Untuk mengetahui penatalaksanaan DHF

i. Untuk mengetahui pengkajian pada pasien dengan DHF

j. Untuk mengetahui diagnosa keperawatan pada pasien dengan DHF

k. Untuk mengetahui rencana keperawatan pada pasien dengan DHF

1.4. Manfaat

1. Bagi Individu

Agar lebih memahami konsep teori dan konsep asuhan

keperawatan pada pasien dengan DHF.

2. Bagi Masyarakat Umum

Agar masyarakat awam mengetahui konsep teori dan konsep

asuhan keperawatan pada pasien dengan DHF.

3. Bagi Dunia Pendidikan

Sebagai referensi bahan ajar dan dapat menambah ilmu

pengetahuan mengenai konsep teori dan konsep asuhan keperawatan

pada pasien dengan DHF.

2

Page 3: askep Dhf

BAB 2

KONSEP TEORI

2.1. Pengertian

Penyakit Dengue adalah infeksi akut yang disebabkan oleh arbovirus

(arthropodborn virus) dan ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes (Aedes

albopictus dan Aedes aegypti) (Ngastiyah, 2014).

Demam Berdarah Dengue ialah suatu penyakit demam berat yang

sering mematikan, disebabkan oleh virus, ditandai oleh permeabilitas

kapiler, kelainan hemostasis dan pada kasus berat, sindrom syok kehilangan

protein (Nelson, 2000).

2.2. Etiologi

Penyakit DBD disebabkan oleh virus dengue dari kelompok

Arbovirus B, yaitu arthropod-borne virus atau virus yang disebarkan oleh

artopoda. Virus ini termasuk genus Flavivirus dari famili flaviviridae.

David Bylon (1779) melaporkan bahwa epidemiologi dengue di

Batavia disebabkan oleh tiga faktor utama, yaitu virus, manusia, dan

nyamuk.

Vektor utama penyakit DBD adalah nyamuk Aedes aegypti (di

daerah perkotaan) dan Aedes albopictus (di derah pedesaan).

Ciri-ciri nyamuk Aedes aegypti adalah:

1. Sayap dan badannya belang-belang atau bergaris-garis putih,

2. Berkembang biak di air jernih yang tidak beralaskan tanah seperti bak

mandi, wc, tempayan, drum, dan barang-barang yang menampung air

seperti kaleng, ban bekas, pot tanaman air, tempat minum burung, dan

lain-lain,

3. Jarak terbang ±100 m,

4. Nyamuk betina bersifat ‘multiple biters’ (menggigit beberapa orang

karena sebelum nyamuk tersebut kenyang sudah berpindah tempat),

3

Page 4: askep Dhf

5. Tahan dalam suhu panas dan kelembapan tinggi.

Nyamuk yang menjadi vektor penyakit DBD adalah nyamuk yang

menjadi terinfeksi saat menggigit manusia yang sedang sakit dan viremia

(terdapat virus dalam darahnya) (Widoyono, 2008).

2.3. Klasifikasi

Berdasarkan patokan dari WHO (1975) DBD dibagi menjadi 4 derajat

sebagai berikut:

1. Derajat I. Demam disertai gejala tidak khas, hanya terdapat manifestasi

perdarahan (uji turnikuet positif).

2. Derajat II. Seperti derajat I disertai perdarahan spontan di kulit dan

perdarahan lain.

3. Derajat III. Ditemukan kegagalan sirkulasi darah dengan adanya nadi

cepat dan lemah, tekanan nadi menurun (kurang dari 20 mmHg) atau

hipotensi disertai kulit yang dingin dan lembab, gelisah.

4. Derajat IV. Renjatan berat dengan nadi tak teraba dan tekanan darah

yang tidak dapat diukur. (Ngastiyah, 2014)

2.4. Manifestasi Klinis

Pasien penyakit DBD pada umumnya disertai dengan tanda-tanda

berikut:

1. Demam selama 2-7 hari tanpa sebab yang jelas.

2. Manifestasi perdarahan dengan tes Rumpel Leede (+), mulai dari petekie

(+) sampai perdarahan spontan seperti mimisan, muntah darah, atau

bercak darah hitam.

3. Hasil pemeriksan trombosit menurun (normal: 150.000-300.000 µL),

hematokrit meningkat (normal: pria <45, wanita <40).

4. Akral dingin, gelisah, tidak sadar (DSS, dengue shock syndrome)

4

Page 5: askep Dhf

Kriteria diagnosis (WHO, 1997)

1. Kriteria klinis

a. Demam tinggi mendadak tanpa sebab yang jelas dan berlangsung

terus-menerus selama 2-7 hari.

b. Terdapat manifestasi perarahan.

c. Pembesaran hati.

d. Syok.

2. Kriteria laboratoris

a. trombositopenia (<100.000/mm3).

b. Hemokonsentrasi (Ht meningkat >20%). (Dr. Widoyono, 2008)

2.5. Patofisiologi ·

Virus dengue akan masuk ke dalam tubuh melalui gigitan nyamuk

aedes aegypti dan kemudian bereaksi dengan antibodi dan terbentuklah

komplek virus antibodi, dalam sirkulasi akan mengakt,ivasi sistem

komplemen. Akibat aktivasi C3 dan C5 akan dilepas C3a dan C5a, dua

peptida yang berdaya untuk melepaskan histamin dan merupakan mediator

kuat sebagai faktor meningginya permeabilitas dinding pembuluh darah dan

menghilangkan plasma mealui endotel dinding itu.

Terjadinya trombositopenia, menurunnya fungsi trombosit dan

menurunnya faktor koagalasi (protambin, faktor V, VII, IX, X dan

fibrinogen) merupakan faktor penyebab terjadinya perdarahan hebat,

teutama perdarahan saluran gastrointestinal pada DHF. · Yang menentukan

beratnya penyakit adalah meningginya permeabilitas dinding pembuluh

darah, menurunnya volume plasma, terjadinya hipotensi, trombositopenia

dan diatesis hemoragik. Renjatan terjadi secara akut.

Nilai hematokrit meningkat bersamaan dengan hilangnya plasma

melalui endotel dinding pembuluh darah. Dan dengan hilangnya plasma

klien mengalami hypovolemik. Apabila tidak diatasi bisa terjadi anoksia

jangan asidosis dan kematian.

5

Page 6: askep Dhf

2.6. Pathway

6

Infeksi virus Dengue

Demam anoreksia

muntahKomplek virus - antibodi

Depresi sumsum

tulang

Kebocoran plasma

Hypovolemia

Renjatan hypovolemia, hipotensi

Dehidrasi Perdarahan

tromsitopenia

Permeabilitas membran meningkat

Aktivasi komplemen

Infeksi virus Dengue

Anti histami dilepaskan

Asidosis metabolik

Vector aedes aeqypti Komplek antinode virus

Virus yang masuk melalui

kulit yang tergigit nyamuk

Asidosis metabolikAktivasi komplemen

verimiaStimulasi sel makrifag

DMN untuk produksi

pyrogen endogenMasuk hipotalamus

Mengacaukan termolegulasi

hiperpereksia

Peningkatan Suhu Tubuh

Tubuh (Hipertermia)

Histamin dilepaskan oleh C3a C5a

Peningkatan permeabilitas PO (plasma leakage)

Plasma ke ekstravaskuler

Volume plasma turun

Hematocrit meningkat

Aliran darah kejantung

Perubahan Perfusi Jaringan Perifer

Hipoksia jaringan

Mobilitas usus lambatNutrisi Kurang Dari

Kebutuhan

Mobilitas usus lambat

Mual muntah Penimbunan asam laknat

Mobilitas usus lambatDehidrasi

Keletihan, malise, nyeri

otot, sendi, nyeri kepala

Kekurangan

Volume Cairan

Dimusnahkan oleh

system RE

Trombositopenia

Perdarahan

Hepatomegaly

Peregangan kapsul

hati

Nyaman (Nyeri)

Page 7: askep Dhf

2.7. Pemeriksaan Diagnostik

Terjadi trombositopenia (100.000/ ml atau kurang) dan

hemokonsentrasi yang dapat dilihat dari meningginya nilai hemokrit

sebanyak 20% atau lebih dibandingkan dengan nilai hematokrit pada masa

konvalesen. Pada pasien dengan 2 atau 3 patokan klinis disertai adanya

trombositopenia dan hemokonsentrasi tersebut jika dilakukan pemeriksaan

serologis ternyata diagnosis tepat (Ngastiyah, 2014).

2.8. Penatalaksanaan

1. Kegagalan sirkulasi darah.

Dengan adanya kebocoran plasma dari pembuluh darah ke dalam

jaringan ekstravaskular, yang pada puncaknya terjadi pada saat renjatan

akan terlihat pada tubuh pasien menjadi sembab (edema) dan darah

menjadi kental.

a. Perawatan pasien DBD derajat I

Pada pasien derajat I ini keadaan umumnya seperti pada pasien

influenza biasa dengan gejala demam, lesu, sakit kepala, dan

sebagainya, tetapi terdapat juga gejala perdarahan atas hasil uji

turniket positif (cara uji turniket ialah pasang manset tensimeter pada

lengan atas dan pompa sampai air raksa mencapai pertengahan

tekanan sistolik dan diastolik, biarkan selama 5 menit. Bila setelah

manset dibuka terdapat lebih dari 20 petekia pada daerah lengan

bawah dengan diameter 2,8 cm dinyatakan positif).

b. Perawatan pasien DBD derajat II

Umumnya pasien dengan DBD derajat II, ketika datang

dirawat sudah dalam keadaan lemah, malas minum (gejala klinis

derajat I ditambah adanya pedarahan spontan) dan tidak jarang

setelah dalam perawatan baru beberapa saat pasien jatuh kedalam

keadaan renjatan. Oleh karena itu, lebih baik jika pasien segera

7

Page 8: askep Dhf

dipasang infus sebab jika sudah terjadi renjatan vena-vena sudah

menjadi kolaps sehingga susah untuk memasang infus.

c. Perawatan pasien DBD derajat III (DSS)

Pasien DSS adalah pasien gawat maka jika tidak mendapatkan

penanganan yang cepat dan tepat akan menjadi fatal sehingga

memerlukan perawatan yang intensif.

2. Risiko terjadi perdarahan.

Adanya trombositopenia, menurunnya fungsi trombosit dan

menurunnya faktor koagulasi merupakan faktor penyebab terjadinya

perdarahan hebat terutama pada traktus gastrointestinal.

3. Gangguan suhu tubuh.

Biasanya terjadi pada permulaan sakit atau hari ke-2 sampai ke-7

dan tidak jarang terjadi hiperpireksia yang dapat menyebabkan pasien

kejang.

4. Gangguan rasa aman dan nyaman.

Gangguan rasa aman dan nyaman dirasakan seperti pasien lainnya

ialah karena penyakitnya dan akibat tindakan selama dirawat

(penanganannya lihat pada tulisan gangguan aman/nyaman).

5. Kurang pengetahuan orang tua mengenai penyakit.

Penyuluhan kepada orang tua ialah bagaimana agar merekadapat

membantu memberantas sarang nyamuk tersebut disamping

menjelaskan tentang penyakit dan bahayanya (Ngastiyah, 2014).

8

Page 9: askep Dhf

BAB 3

KONSEP ASUHA KEPERAWATAN PADA KLIEN DHF

3.1. Pengkajian

A. Identitas pasien

Nama, umur (pada DHF paling sering menyerang anak-anak

dengan usia kurang dari 15 tahun), jenis kelamin, alamat, pendidikan,

nama orang tua, pendidikan orang tua dan pekerjaan oaring tua.

B. Keluhan utama

Alasan/keluhan yang menonjol pada pasien DHF untuk datang ke

Rumah Sakit adalah panas tinggi dan anak lemah.

C. Riwayat penyakit sekarang

Didapatkan adanya keluhan panas mendadak yang disertai

menggigil dan saat demam kesadaran kompos mentis. Turunnya panas

menjadi antara hari ke-3 dan ke-7, dan anak semakin lemah. Kadang-

kadang disertai dengan keluhan batuk pilek, nyeri telan, mual, muntah

anoreksia, diare/konstipasi, sakit kepala, nyeri otot dan persendian, nyeri

ulu hati dan pergerakan bola mata terasa pegal, serta adanya menifestasi

perdarahan pada kulit, gusi (grade III, IV), melena atau hematemesis.

D. Riwayat penyakit yang pernah diderita

Penyakit apa saja yang pernah diderita. Pada DHF, anak bisa

mengalami serang ulangan DHF dengan tipe virus yang lain.

E. Riwayat imunisasi

Apabila anak mempunyai kekebalan yang baik, maka kemungkinan

akan timbulnyakomplikasi dapat dihindarkan.

F. Kondisi lingkungan

Sering terjadi di daerah yang padat penduduknya dan lingkungan

yang kurang bersih (seperti air yang menggenang dan gantungan baju di

kamar).

9

Page 10: askep Dhf

G. Pola kebiasaan

a. Nutrisi dan metabolisme: frekuensi, jenis, pantangan, nafsu makan

berkurang, dan nafsu makan menurun.

b. Eliminasi alvi (buang air besar). Kadang-kadang anak mengalami

diare/konstipasi. Sementara DHF pada grade III-IV bisa terjadi

melena.

c. Eliminasi urine (buang air kecil) perlu dikaji apakah sering kencing,

sedikit/banyak, sakit/tidak. Pada DHF grade IV sering terjadi

hematuria.

d. Tidur dan istirahat. Anak sering mengalami kurang tidur karena

mengalami sakit/nyeri otot dan persendian sehingga kuantitas dan

kualitas tidur maupun istirahatnya kurang.

e. Kebersihan. Upaya keluarga untuk menjaga kebersihan diri dan

lingkungannya cenderung kurang terutama untuk membersihkan

sarang nyamuk aedes aegypti.

f. Perilaku dan tanggapan bila ada keuarga yang sakit srta upaya untuk

menjaga kesehatan.

H. Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan fisik meliputi; inspeksi, palpasi, auskultasi, dan

perkusi dari ujung rambut sampai ujung kaki. Berdasarkan tingkat

(grade) DHF, keadaan fisik anak adalah sebagai berikut:

a. Grade I; kesadaran kompos mentis, keadaan umum lemah, tanda-tanda

vital dan nadi lemah.

b. Grade II: kesadaran kompos mentis, keadaan umum lemah, ada

perdarahan spontan petekia, perdarahan gusi dan telinga, serta nadi

lemah, kecil, dan tidak teratur.

c. Grade III: kedaran apatis, somnolen, keadaan umum lemah, nadi

lemah, kecil, dan tidak teratur, serta tensi menurun.

10

Page 11: askep Dhf

d. Grade IV: kesadaran koma, tanda-tanda vital: nadi tidak teraba, tensi

tidak terukur, pernafasan tidak teratur, ekstermitas dingin, berkeringat,

dan kulit tampak biru.

I. Sistem integumen

a. Adanya petekia pada kulit, turgor kulit menurun, dan muncul keringat

dingin dan lembab.

b. Kuku sianosis/tidak.

c. Kepela dan leher:

Kepala terasa nyeri, muka tampak kemerahan Karena demam (flusu),

mata anemis, hidung kadang mengalami perdarahan (epistaksis) pada

grade II, II, IV, pada mulut didapatkan bahwa mukosa mulut kering,

terjadi perdarahan gisi dan nyeri telan. Sementara tenggorokan

mengalami hipertensi pharing dan terjadi perdarahan telinga (pada

grade II, III, IV).

d. Dada

Bentuk simetris dan kadang” terasa sesak. Pada foto thorak terdapat

adanya cairan yang tertimbun pada parusebelah kanan (efusi pleura),

reles +, ronkhi +, yang biasanya terdapat pada grade III dan IV.

e. Abdomen

Mengalami nyeri tekan, pembesaran hati (Hepatomegali) dan asites.

f. Ekstermitas

Akral dingin, serta terjadi nyeri otot. sendi, serta tulang.

3.2. Diagnosa Keperawatan

1. Peningkatan suhu tubuh (Hipertensi) b.d proses infeksi virus.

2. Kekurangan volume cairan b.d peningkatan permeabilitas kapiler,

perdarahan, muntah, dan demam.

3. Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan b.d mual, muntah,

anoreksia.

11

Page 12: askep Dhf

4. Gangguan rasa nyaman (nyeri) b.d keletihan, melaise sekunder akibat

DHF.

5. Perubahan perfusi jaringan perifer b.d perdarahan.

3.3. Rencana Keperawatan

No. Tujuan & KH Intervensi Rasional1. Setelah dilakukan tindakan

keperawatan selama 1x24jam diharapkan suhu tubuh menurun sampai kembali normal, dengan KH:

- Suhu menurun menjadi 36,50C-37,50C

- Klien sudah tidak tampak lemas.

- Kilen bebas dari demam.

1. Observasi TTV: suhu, nadi, tensi, dan pernafasan setiap 3 jam atau lebih sering lagi.

2. Anjurkan pasien untuk banyak minum, paling tidak ± 2,5 liter tiap.

3. Anjurkan agar pasien tidak memakai selimut dan pakaian yang tebal.

4. Berikan kompres hangat pada daerah axilla dan lipatan paha.

5. Berikan terapi cairan intravena dan obat-obatan sesuai dengan program dokter.

1. TTV merupakan acuan untuk mengetahui keadaan umum pasien.

2. Dengan banyak minum dapat mempercepat penurunan suhu tubuh.

3. Pakaian tipis membantu mengurangi penguapan tubuh.

4. Dengan vasodilatasi dapat meningkatkan penguapan yang mempercepat penurunan suhu tubuh.

5. Pemberian cairan sanagat penting bagi pasien dengansuhu tinggi, dan obat-obatan membatu menurunkan demam seperti parasetamol.

2. Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24jam diharapkan rasa nyeri berkurang sampah hilang, dengan KH:

- Intensitas nyeri:P: Nyeri berkurang

saat melakukan aktivitas

Q: Kemeng berkurang

1. Kajilah tingkat nyeri yang dialami klien

2. Berikan posisi yang nyaman dan usahakan situasi yang tenang.

3. Alihkan perhatian pasien dari rasa nyeri.

1. Untuk mengetahui berapa berat nyeri yang dialami klien.

2. Untuk mengurangi rasa nyeri.

3. Dengan melakukan aktivitas lain, klien dapat mengalihkan perhatiannya terhadap nyeri yang dialami.

12

Page 13: askep Dhf

sampai hilang R: Kemeng

diseluruh tubuh berkurang sampai hilang

S: <3T: -

- Rasa nyaman pasien terpenuhi.

- Nyeri berkurang atau hilang.

4. Berikan obat-obatan analgetik (kolaborasi dengan dokter)

4. Analgetik dapat menekan atau mengurangi nyeri pasien.

3. Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24jam diharapkan pemenuhan kebutuhan nitrisi klien terpenuhi, dengan KH:

- Rasa mual dan muntah hilang.

1. Kajilah mual, sakit menelan, dan muntah yang dialami oleh pasien.

2. Berikan makanan yang mudan ditelan.

3. Berikan makanan dalam porsi kecil dan frekuensi sering.

4. Catatlah jumlah/porsi makanan yang dihabiskan oleh pasien stiap hari.

5. Berikan obat-obatan antiemetik (kolaborasi dengan dokter).

1. Untuk menetapkan cara mengatasinya.

2. Membantu mengurangi kelelahan pasien dan meningkatkan asupan makanannya.

3. Untuk menghindari mual.

4. Untuk mengetahui pemenuhan kebutuhan nutrisi.

5. Antiemetik membantu klien mengurangi rasa mual dan muntah dan diharapkan tingkat nutri klien meningkat.

4. Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1x24jam diharapkan volume cairan tubuh terpenuh, dengan KH:

- Volume cairan terpenuhi.

1. Monitor keadaan umum pasien.

2. Baringkan klien terlentang tanpa bantal.

3. Pasang infus dan beri terapi cairan intravena jika terjadi perdarahan

1. Menetapkan data dasar klien untuk mengetahui penyimpangan dari keadaan normalnya.

2. Dengan posisi klien berbaring terlentang dapat menghindari terjadinya tanda-tanda syok hipovelemik.

3. Pemberian cairan infus sangat penting bagi klien yang

13

Page 14: askep Dhf

(kolaborasi dengan dokter).

mengalami kekurangan cairan tubuh karena cairan langsung masuk kedalam pembulu darah.

5. Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24jam diharapkan klien menunjukan tanda-tanda perfusi jaringan perifer yang adekuat, dengan KH:

- Suhu ekstermitas hangat, tidak lembab, warna merah muda.

- Ekstermitas tidak nyeri, tidak ada pembengkakan.

- CRT kembali dalam 1 detik.

1. Kaji dan catat TTV (kualitas dan frekuensi nadi, tensi, capillary reffil).

2. Kaji dan catat sirkulasi pada ekstermitas (suhu, kelembapan, dana warna).

3. Nilai kemungkinan kematian jaringan pada ekstermitas Spt dingin, nyeri, pembangkakan kaki.

1. Tanda vital merupakan acuan untuk mengetahui penurunan perfusi ke jaringan.

2. Suhu dingin, warna pucat pada ekstermitas menunjukan sirkulasi darah kurang adekuat.

3. Mengetahui tada kematian jaringan pada ekstermitas lebih awal dapat berguna untuk mencegah kematian jaringan.

14

Page 15: askep Dhf

BAB 4

PENUTUP

4.1. Simpulan

Demam Berdarah Dengue merupakan suatu penyakit demam berat

yang sering mematikan, disebabkan oleh virus, ditandai oleh permeabilitas

kapiler, kelainan hemostasis dan pada kasus berat, sindrom syok kehilangan

protein. Jika tidak segera ditangani dapat menyebabkan kematian.

4.2. Saran

Sebagai seorang perawat seharunya dapat mengetahui konsep teori

dan konsep asuhan keperawatan pada klien dengan DHF serta dapat

memberikan asuhan keperawatan secara intensif mulai dari pengkajian,

diagnosa keperawatan, dan intervensi pada pasien dengan DHF.

15