40
1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit infeksi akut yang disebabkan oleh 4 serotipe virus dengue (DEN-1, DEN-2, DEN- 3, DEN-4) dengan daya infeksi tinggi pada manusia. Menurut jumlah kasus DBD di wilayah Asia Tenggara, Indonesia mendapatkan peringkat kedua setelah Thailand. Dilaporkan sebanyak 58.301 kasus DBD terjadi di Indonesia sejak 1 Januari hingga 30 April 2004 dan 658 kematian, yang mencakup 30 provinsi dan terjadi kejadian luar biasa (KLB) pada 293 kota di 17 provinsi.1 Bebepapa penelitian lain menunjukkan kejadian DBD lebih banyak terjadi pada anak-anak yang lebih muda dari 15 tahun.2 Trombositopenia merupakan salah satu kriteria laboratorium non spesifik untuk menegakkan diagnosis DBD yang ditetapkan oleh WHO.3 Hasil penelitian Shah GS dkk4 tahun 2006 di Bangladesh, menunjukkan dari 100 penderita anak-anak yang positif infeksi dengue, 52 (61,7%) menunjukkan trombositopenia pada penderita DBD dan DSS (Dengue Syock Syndrome). Sedangkan penelitian Celia C Carlos dkk5 pada tahun 2005, anak-anak yang menderita infeksi dengue menunjukkan penurunan jumlah trombosit sekitar 113,8 ± 58 (x103/_L) pada group demam dengue dan 58,5 ± 84,1 (x103/_L) pada group DBD. Adanya trombositopenia pada hari ketiga atau keempat pada saat sakit akan mempermudah diagnosis DBD. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola jumlah trombosit pada anak-anak yang menderita DBD berdasarkan petanda serologi IgG dan IgM. Menurut Dirjen P2PL, sejak Januari Oktober 2009, Demam Berdarah Dengue (DBD) telah menelan 1.013 korban jiwa dari total penderita sebanyak 121.423 orang (CFR: 0,83). Jumlah ini meningkat dibandingkan periode tahun 2008 yaitu 953 orang meninggal dari 117.830 kasus (CFR: 0,81). Jangan tunggu jatuh banyak korban lagi, lakukan 3 M Plus secara bersama-sama.

Askep dhf AKPER PEMKAB MUNA

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Askep dhf AKPER PEMKAB MUNA

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit infeksi akut yang

disebabkan oleh 4 serotipe virus dengue (DEN-1, DEN-2, DEN- 3, DEN-4)

dengan daya infeksi tinggi pada manusia. Menurut jumlah kasus DBD di wilayah

Asia Tenggara, Indonesia mendapatkan peringkat kedua setelah Thailand.

Dilaporkan sebanyak 58.301 kasus DBD terjadi di Indonesia sejak 1 Januari

hingga 30 April 2004 dan 658 kematian, yang mencakup 30 provinsi dan terjadi

kejadian luar biasa (KLB) pada 293 kota di 17 provinsi.1 Bebepapa penelitian lain

menunjukkan kejadian DBD lebih banyak terjadi pada anak-anak yang lebih muda

dari 15 tahun.2 Trombositopenia merupakan salah satu kriteria laboratorium non

spesifik untuk menegakkan diagnosis DBD yang ditetapkan oleh WHO.3 Hasil

penelitian Shah GS dkk4 tahun 2006 di Bangladesh, menunjukkan dari 100

penderita anak-anak yang positif infeksi dengue, 52 (61,7%) menunjukkan

trombositopenia pada penderita DBD dan DSS (Dengue Syock Syndrome).

Sedangkan penelitian Celia C Carlos dkk5 pada tahun 2005, anak-anak yang

menderita infeksi dengue menunjukkan penurunan jumlah trombosit sekitar 113,8

± 58 (x103/_L) pada group demam dengue dan 58,5 ± 84,1 (x103/_L) pada group

DBD. Adanya trombositopenia pada hari ketiga atau keempat pada saat sakit akan

mempermudah diagnosis DBD. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola

jumlah trombosit pada anak-anak yang menderita DBD berdasarkan petanda

serologi IgG dan IgM.

Menurut Dirjen P2PL, sejak Januari – Oktober 2009, Demam Berdarah

Dengue (DBD) telah menelan 1.013 korban jiwa dari total penderita sebanyak

121.423 orang (CFR: 0,83). Jumlah ini meningkat dibandingkan periode tahun

2008 yaitu 953 orang meninggal dari 117.830 kasus (CFR: 0,81). Jangan tunggu

jatuh banyak korban lagi, lakukan 3 M Plus secara bersama-sama.

Page 2: Askep dhf AKPER PEMKAB MUNA

2

Dari kasus yang dilaporkan selama tahun 2009, tercatat 10 provinsi yang

menunjukkan kasus terbanyak, yaitu Jawa Barat (29.334 kasus 244 meninggal),

DKI Jakarta (26.326 kasus 33 meninggal), Jawa Timur (15.362 kasus 147

meninggal), Jawa Tengah (15.328 kasus, 202 meninggal), Kalimantan Barat

(5.619 kasus, 114 meninggal), Bali (5.334 kasus, 8 meninggal), Banten (3.527

kasus, 50 meninggal), Kalimantan Timur (2.758 kasus, 34 meninggal), Sumatera

Utara (2.299 kasus, 31 meninggal), dan Sulawesi Selatan (2.296 kasus, 20

meninggal), ujar Prof. Tjandra.

Beberapa provinsi yang mengalami peningkatan kasus dibandingakan

tahun 2008 adalah Jambi, Bangka Belitung, Banten, DKI Jakarta, Jawa Barat,

Jawa Timur, Kalimantan Barat, Sulawesi Barat dan Papua.

Korban akibat DDB diperkirakan terus bertambah terutama pasca banjir,

pergantian musim, dan pada waktu curah hujan jarang terjadi dimana banyak

penampungan air seperti vas bunga, tendon air/ water toren, bak mandi, tempayan

serta ban bekas, kaleng bekas, botol minuman bekas dan sebagainya yang dekat

dengan lingkungan pemukiman penduduk tidak dibersihkan, sehingga menjadi

tempat perindukan nyamuk Aedes Aegypti penular DBD.

Nyamuk ini juga menularkan penyakit Chikungunya yang menyerang otot-

otot dan menimbulkan nyeri berat. Menggigit pada siang hari dengan waku efektif

2 jam setelah matahari terbit (pukul 08.00 12.00 dan beberapa jam setelah

matahari tenggelam (pukul 15.00 – 17.00). Setelah digigit nyamuk, antara 3 – 14

hari kemudian atau biasanya 4 – 7 hari akan menunjukkan gejala atau tanda-tanda

DBD. Penyakit ini dapat dicegah dengan menghindari gigitan nyamuk Aedes

Aegypti, yaitu menggunakan obat nyamuk oles (repellent), menggunakan

kelambu bila tidur siang, dan usir nyamuk dengan obat nyamuk bakar/ semprot

baik di dalam maupun di luar rumah pada pagi dan sore hari.

Melihat semua kejadian yang disebabkan akibat penyakit demam berdarah

dengue, maka semestinya di kalangan instansi pelayanan kesehatan baik

puskesmas maupun Rumah Sakit diaharapkan mampu memberikan asuhan

keperawatan yang baik dalam manangani penderita penyakit tersebut agar

Page 3: Askep dhf AKPER PEMKAB MUNA

3

memperkecil angka penderita penyakit ini. Oleh sebab itu keterampilan seorang

tenaga kesehatan khususnya keperawatan sangat diharapkan dalam mejalankan

asuhan keperawatan.

B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan uraian dari latar belakang diatas, maka rumusan masalah

yang dapat diambil dalam penulisan makalah ini yaitu :

1. Bagaimana konsep umum dari perjalanan penyakit demam berdarah dengue

/DHF, mencakup defenisi, penyebab, gejala klinis, petofisiologi, pemeriksaan

penunjang, pencegahan serta penanganan penyakit Dengue Hemoragik Fever

(DHF)?

2. Bagaimana konsep asuhan keperawatan yang diberikan oleh seorang perawata

pada penderita penyakit demam bedarah dengue khususnya pada anak ?

C. TUJUAN

Tujuan dari penulisan makalah asuhan keperawatan ini yaitu unutk :

1. Mengetahui konsep umum dari perjalanan penyakit demam berdarah dengue

/Dengue Hemoragik Fever (DHF), mencakup defenisi, penyebab, gejala klinis,

petofisiologi, pemeriksaan penunjang, pencegahan serta penanganan penyakit

DHF.

2. Mengetahui konsep asuhan keperawatan yang diberikan oleh seorang perawat

pada penderita penyakit demam bedarah dengue khususnya pada anak.

D. MANFAAT

Adapun manfaat dari penulisan makalah ini yaitu untuk meningkatkan

pemahaman pembaca khususnya mahasiswa keperawatan dalam memahami

konsep umum serta konsep asuhan keperawatan yang diberikan pada penderita

Page 4: Askep dhf AKPER PEMKAB MUNA

4

penyakit Dengue Hemoragik Fever (DHF) pada anak, yang diharapkan dapat

menjadi acuan yang diterapkan pada pelayanan kesehatan nantinya.

Page 5: Askep dhf AKPER PEMKAB MUNA

5

BAB II

KONSEP MEDIS

A. PENGERTIAN

Dengue hemoragik fever (DHF) atau yang sering dikenal dengan Demam

Berdarah Dengue (DBD) merupakan Suatu penyakit infeksi akut terutama

menyerang anak yang disebabkan oleh virus dengue dengan gejala utama demam

dan manifestasi perdarahan pada kulit atau pun bagian tubuh lainnya yang

bertendensi menimbulkan renjatan dan dapat berlanjut danagn kematian.

Dengue haemorhagic fever (DHF) adalah penyakit yang disebabkan oleh

virus dengue sejenis virus yang tergolong arbovirus dan masuk kedalam tubuh

penderita melalui gigitan nyamuk aedes aegypty (Christantie Efendy,1995 ).

Dengue haemorhagic fever (DHF) adalah penyakit yang terdapat pada

anak dan orang dewasa dengan gejala utama demam, nyeri otot dan nyeri sendi

yang disertai ruam atau tanpa ruam. DHF sejenis virus yang tergolong arbo virus

dan masuk kedalam tubuh penderita melalui gigitan nyamuk aedes aegypty

(betina) (Seoparman, 1990).

DHF adalah demam khusus yang dibawa oleh aedes aegypty dan beberapa

nyamuk lain yang menyebabkan terjadinya demam. Biasanya dengan cepat

menyebar secara efidemik. (Sir, Patrick manson, 2001).

B. ETIOLOGI

a. Virus dengue sejenis arbovirus.

b. Virus dengue tergolong dalam family Flavividae dan dikenal ada 4 serotif,

Dengue 1 dan 2 ditemukan di Irian ketika berlangsungnya perang dunia ke

II, sedangkan dengue 3 dan 4 ditemukan pada saat wabah di Filipina tahun

1953-1954. Virus dengue berbentuk batang, bersifat termoragil, sensitif

terhadap in aktivitas oleh diatiter dan natrium diaksikolat, stabil pada suhu

70 oC.

Page 6: Askep dhf AKPER PEMKAB MUNA

6

Keempat serotif tersebut telah di temukan pula di Indonesia dengan serotif

ke 3 merupakan serotif yang paling banyak.

C. KLASIFIKASI DHF

a. Derajat I : Demam diseertai gejala klinis lain, tanpa perdarahan spontan. Uji

torniquet (+), Trombositopenia, dan hemokonsentrasi.

b. Derajat II : Derajat satu ditambah perdarahan spontan pada kulit dan /atau di

tempat lain.

c. Derajat III: Renjatan ( kegaaglan sirkulasi ) Yang ditandai dengan nadi cepat

dan lambat, tekanan nadi menurun, ( < 20 mmHg ) atau hipotensi disertai kulit

dingin, lembab, dan gelisah.

d. Derajat IV : Renjatan dalam dengan nadi tak teraba dan terisi tak teratur.

D. MANIFESTASI KLINIS

Demam tinggi, mendadak terus-menerus selama 2-7 hari

Manipestasi perdarahan baik melalui uji torniquet ( + ) maupun perdarahan

spontan pada kulit ( peteki, ekimosis, Memar ) dan / atau di tempat lain seperti

epistaksis, perdarahan gusi, hematemisis, perdarahan bawah kulit dan melena.

Hepatomegali

Renjatan yang ditandai nadi cepat dan lemah sdampai tak teraba, tekanan nadi

menyempit ( < 20 mm Hg ) atau hipotensi ( < 80 mmHg ) sampai tak terukur

disertai kulit dingin, lembab, dan kegelisahan.

Mual, muntah, tidak ada nafsu makan, diare, konstipasi.

Nyeri otot, tulang sendi, abdoment, dan ulu hati.

Sakit kepala.

Pembengkakan sekitar mata.

Pembesaran limpa, dan kelenjar getah bening.

Page 7: Askep dhf AKPER PEMKAB MUNA

7

E. KOMPLIKASI

Adapun komplikasi dari penyakit demam berdarah diantaranya :

a. Perdarahan luas.

b. Shock atau renjatan.

c. Effusi pleura

d. Penurunan kesadaran

e. DHF mengakibatkan pendarahan pada semua organ tubuh, seperti pendarahan

ginjal, otak, jantung, paru paru, limpa dan hati. Sehingga tubuh kehabisan

darah dan cairan serta menyebabkan kematian.

f. Ensepalopati.

g. Gangguan kesadaran yang disertai kejang.

h. Disorientasi, prognosa buruk.

F. PATOFISIOLOGI

Virus akan masuk ke dalam tubuh melalui gigitan nyamuk aedes aegypty

dan kemudian akan bereaksi dengan antibody dan terbentuklah kompleks virus-

antibody. Dalam sirkulasi akan mengaktivasi system komplemen. Akibat aktivasi

C3 dan C5 akan dilepas C3a dan C5a,dua peptida yang berdaya untuk melepaskan

histamine dan merupakan mediator kuat sebagai factor

meningkatnya permeabilitas dinding pembuluh darah dan menghilangkan plasma

melalui endotel dinding itu.

Terjadinya trobositopenia, menurunnya fungsi trombosit dan menurunnya

faktor koagulasi (protombin dan fibrinogen) merupakan factor penyebab

terjadinya perdarahan hebat , terutama perdarahan saluran gastrointestinal pada

DHF.

Yang menentukan beratnya penyakit adalah meningginya permeabilitas

dinding pembuluh darah, menurunnya volume plasma, terjadinya hipotensi,

trombositopenia dan diathesis hemorrhagic, renjatan terjadi secara akut.

Page 8: Askep dhf AKPER PEMKAB MUNA

8

Infeksi virus dengue

Viremia

Demam Sakit kepala Mual Nyeri otot

petekhie

Pembesaran kelenjar

getah bening

Trombositopneia Infeksi virus

dengue Hepatomegali Hiperimia

Vaskulitis Reaksi imunologis

Permeabilitas kapiler meningkat

(dinding kapiler)

Kebocoran

plasma

Hemokonsentrasi (peningkatan HCT lebih dari 20 %)

Hipoproteinemia

Hiponatremia

Efusi serosa

Hipovolume Peningkatan reabsorbsi air dan natrium oleh ginjal dan penurunan ekskreasi natrium urine serta

peningkatan osmolalitas.

Syok ;Hipotensi

Hipoksia jaringan

DIC Asidosis

metabolik

Perdarahan

masif

Kompleks virus antibodi

Aktivasi komplemen

Histamine dilepaskan

Bagan Terjadinya Dengue Hemoragik

Fever (DHF)

Page 9: Askep dhf AKPER PEMKAB MUNA

9

Nilai hematokrit meningkat bersamaan dengan hilangnya plasma melalui

endotel dinding pembuluh darah. Dan dengan hilangnya plasma klien mengalami

hipovolemik. Apabila tidak diatasi bisa terjadi anoxia jaringan, acidosis metabolic

dan kematian.

Fenomena patologis yang utama pada penderita DHF adalah

meningkatnya permeabilitas dinding kapiler yang mengakibatkan terjadinya

perembesan plasma ke ruang ekstra seluler. Hal pertama yang terjadi stelah virus

masuk ke dalam tubuh adalah viremia yang mengakibatkan penderita mengalami

demam, sakit kepala, mual, nyeri otot, pegal-pegal diseluruh tubuh, ruam atau

bintik-bintik merah pada kulit (petekie), hyperemia tenggorokan dan hal lain yang

mungkin terjadi seperti pembesaran kelenjar getah bening, pembesaran hati

(Hepatomegali) dan pembesaran limpa (Splenomegali).

Peningkatan permeabilitas dinding kapiler mengakibatkan berkurangnya

volume plasma, terjadi hipotensi, hemokonsentrasi, dan hipoproteinemia serta

efusi dan renjatan (syok). Hemokonsentrasi (peningkatan hematokrit > 20 %)

menunjukkan atau menggambarkan adanya kebocoran (perembesan) plasma

sehingga nilai hematokrit menjadi penting untuk patokan pemberian cairan

intravena.

Adanya kebocoran plasma ke daerah ekstra vaskuler dibuktikan dengan

ditemukannya cairan yang tertimbun dalam rongga serosa yaitu rongga

peritoneum, pleura, dan pericard yang pada otopsi ternyata melebihi cairan yang

diberikan melalui infus. Setelah pemberian cairan intravena, peningkatan jumlah

trombosit menunjukkan kebocoran plasma telah teratasi, sehingga pemberian

cairan intravena harus dikurangi kecepatan dan jumlahnya untuk mencegah

terjadinya edema paru dan gagal jantung, sebaliknya jika tidak mendapatkan

cairan yang cukup, penderita akan mengalami kekurangan cairan yang dapat

mengakibatkan kondisi yang buruk bahkan bisa mengalami renjatan.

Jika renjatan atau hipovolemik berlangsung lama akan timbul anoksia jaringan,

metabolik asidosis dan kematian apabila tidak segera diatasi dengan baik.

Gangguan hemostasis pada DHF menyangkut 3 faktor yaitu : perubahan vaskuler,

trombositopenia dan gangguan koagulasi. Pada otopsi penderita DHF, ditemukan

Page 10: Askep dhf AKPER PEMKAB MUNA

10

tanda-tanda perdarahan hampir di seluruh tubuh, seperti di kulit, paru, saluran

pencernaan dan jaringan adrenal.

G. DIAGNOSIS

Patokan WHO (1986) untuk menegakkan diagnosis DHF adalah sebagai

berikut :

a. Demam akut, yang tetap tinggi selama 2 – 7 hari kemudian turun secara lisis

demam disertai gejala tidak spesifik, seperti anoreksia, lemah, nyeri.

b. Manifestasi perdarahan :

o Uji tourniquet positif

o Petekia, purpura, ekimosis

o Epistaksis, perdarahan gusi

o Hematemesis, melena.

c. Pembesaran hati yang nyeri tekan, tanpa ikterus.

d. Dengan atau tanpa renjatan. Renjatan biasanya terjadi pada saat demam turun

(hari ke-3 dan hari ke-7 sakit ). Renjatan yang terjadi pada saat demam

biasanya mempunyai prognosis buruk.

e. Kenaikan nilai Hematokrit / Hemokonsentrasi

H. DIAGNOSIS BANDING

Gambaran klinis DHF seringkali mirip dengan beberapa penyakit lain

seperti :

a. Demam chikunguya.

Dimana serangan demam lebih mendadak dan lebih pendek tapi suhu di

atas 400C disertai ruam dan infeksi konjungtiva ada rasa nyeri sendi dan

otot

b. Demam typhoid. Biasanya timbul tanda klinis khas seperti pola demam,

bradikardi relatif, adanya leukopenia, limfositosis relatif.

Page 11: Askep dhf AKPER PEMKAB MUNA

11

c. Anemia aplastik

Penderita tampak anemis, timbul juga perdarahan pada stadium lanjut,

demam timbul karena infeksi sekunder, pemeriksaan darah tepi

menunjukkan pansitopenia.

d. Purpura trombositopenia idiopati (ITP) Purpura umumnya terlihat lebih

menyeluruh, demam lebih cepat menghilang, tidak terjadi

hemokonsentrasi.

I. PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Trombositopenia : Trombosit < 150.000/ mmHg atau penurunan progresif

pada pemeriksaan periodic disertai waktu perdarahan yang memanjang.

2. Hemokensentrasi : Hematokrit pada MRS > 20 % atau meningkat

progresif pada pemeriksaan priodik.

3. Diagnosa ditegakan bila di temuklan 2 kriteri klinis dan 2 kriteria

laboraturium

4. Darah

o Trombosit menurun.

o HB meningkat lebih 20 %

o HT meningkat lebih 20 %

o Leukosit menurun pada hari ke 2 dan ke 3

o Protein darah rendah

o Ureum PH bisa meningkat

o NA dan CL rendah

5. Serology : HI (hemaglutination inhibition test).

o Rontgen thorax : Efusi pleura.

o Uji test tourniket (+)

Page 12: Askep dhf AKPER PEMKAB MUNA

12

J. PENATALAKSANAAN

1. Penggantian cairan ( Volume Plasma )

- Minum banyak 11/2 – 2 Liter / hari, berupa air gula, susu teh dengan

gula atau air buah.

- Pemberian caira intravena

2. Tranfusi darah dengan indikasi :

- Perdarahan GI berat : Melena, hematemisis

- Dengan pemeriksaan HB, HCT, Secara priodik terus terjadi penurunan,

sementara penderita masih terjadi perdarahan atau keadaan akut

semakin menurun.

3. Tirah baring atau istirahat baring.

4. Diet makan lunak.

5. Minum banyak (2 – 2,5 liter/24 jam) dapat berupa : susu, teh manis, sirup

dan beri penderita sedikit oralit, pemberian cairan merupakan hal yang

paling penting bagi penderita DHF.

6. Pemberian cairan intravena (biasanya ringer laktat, NaCl Faali) merupakan

cairan yang paling sering digunakan.

7. Monitor tanda-tanda vital tiap 3 jam (suhu, nadi, tensi, pernafasan) jika

kondisi pasien memburuk, observasi ketat tiap jam.

8. Periksa Hb, Ht dan trombosit setiap hari.

9. Pemberian obat antipiretik sebaiknya dari golongan asetaminopen.

10. Monitor tanda-tanda perdarahan lebih lanjut.

11. Pemberian antibiotik bila terdapat kekuatiran infeksi sekunder.

12. Monitor tanda-tanda dan renjatan meliputi keadaan umum, perubahan

tanda-tanda vital, hasil pemeriksaan laboratorium yang memburuk.

13. Bila timbul kejang dapat diberikan Diazepam.

14. Pada kasus dengan renjatan pasien dirawat di perawatan intensif dan

segera dipasang infus sebagai pengganti cairan yang hilang dan bila tidak

Page 13: Askep dhf AKPER PEMKAB MUNA

13

tampak perbaikan diberikan plasma atau plasma ekspander atau dekstran

sebanyak 20 – 30 ml/kg BB.

15. Pemberian cairan intravena baik plasma maupun elektrolit dipertahankan

12 – 48 jam setelah renjatan teratasi. Apabila renjatan telah teratasi nadi

sudah teraba jelas, amplitudo nadi cukup besar, tekanan sistolik 20 mmHg,

kecepatan plasma biasanya dikurangi menjadi 10 ml/kg BB/jam.

16. Transfusi darah diberikan pada pasien dengan perdarahan gastrointestinal

yang hebat. Indikasi pemberian transfusi pada penderita DHF yaitu jika

ada perdarahan yang jelas secara klinis dan abdomen yang makin tegang

dengan penurunan Hb yang mencolok.

17. Infus diberikan pada pasien DBD tanpa renjatan apabila :

a. Pasien terus menerus muntah, tidak dapat diberikan minum sehingga

mengancam terjadinya dehidrasi.

b. Hematokrit yang cenderung mengikat.

18. Pada DBD tanpa renjatan hanya diberi banyak minum yaitu 1½-2 liter

dalam 24 jam. Cara pemberian sedikit demi sedikit dengan melibatkan

orang tua.

K. PENCEGAHAN

Prinsip yang tepat dalam pencegahan DHF ialah sebagai berikut :

a. Memanfaatkan perubahan keadaan nyamuk akibat pengaruh alamiah

dengan melaksanakan pemberantasan vektor pada saat sedikit terdapatnya

kasus DHF.

b. Memutuskan lingkaran penularan dengan menahan kepadatan vektor pada

tingkat sangat rendah untuk memberikan kesempatan penderita viremia

sembuh secara spontan.

c. Mengusahakan pemberantasan vektor di pusat daerah penyebaran yaitu di

sekolah, rumah sakit termasuk pula daerah penyangga sekitarnya.

d. Mengusahakan pemberantasan vektor di semua daerah berpotensi

penularan tinggi.

Page 14: Askep dhf AKPER PEMKAB MUNA

14

Ada 2 macam pemberantasan vektor antara lain :

a. Menggunakan insektisida.Yang lazim digunakan dalam program

pemberantasan demam berdarah dengue adalah malathion untuk

membunuh nyamuk dewasa dan temephos (abate) untuk membunuh jentik

(larvasida). Cara penggunaan malathion ialah dengan pengasapan atau

pengabutan. Cara penggunaan temephos (abate) ialah dengan pasir abate

ke dalam sarang-sarang nyamuk aedes yaitu bejana tempat penampungan

air bersih, dosis yang digunakan ialah 1 ppm atau 1 gram abate SG 1 %

per 10 liter air.

b. Tanpa insektisida, Caranya adalah :

1. Menguras bak mandi, tempayan dan tempat penampungan air

minimal 1 x seminggu (perkembangan telur nyamuk lamanya 7 –

10 hari).

2. Menutup tempat penampungan air rapat-rapat.

3. Membersihkan halaman rumah dari kaleng bekas, botol pecah dan

benda lain yang memungkinkan nyamuk bersaran

KASUS :

Klien mengalami demam sudah 5 hari yang lalu waktu ada di rumah.

Orang tua klien sudah membawa klien ke puskesmas dan sudah diberi obat,

demam klien turun namun demamnya kadang naik lagi. Demam di rasakan

terutama pada malam hari dan sepanjang malam. Klien juga mengeluhkan sesak

napas sejak malam sebelumnya bersamaan dengan demam yang dirasakan.Klien

demam, muntah + 10 X, perut sedikit kembung, makan tidak mau, minum sedikit-

sedikit (+ 150 cc ) dan perdarahan pada ginggiva. Pada pemeriksaan kembali di

Puskesmas pada tanggal 03 Mei 2011 klien di duga ( SUSP. DHF ) kemudian di

rujuk ke RSUD SULTRA.

Page 15: Askep dhf AKPER PEMKAB MUNA

15

Setelah dilakukan anamnese didapatkan keadaan umum pasien lemah,

tingkat kesadaran normal, TTV : TD : 100/70 mmhg, P : 60 x/m, N : 120 x/m, S :

380C. klien nampak lemah, perut kembung, peteki, perdarahan pada gusi serta uji

tornikuet positif. Keluarga klien nampak cemas dengan keadaan pasien.

Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan penurunan trombosit, Hb

menurun, leukosit meningkat serta hematokrit mulai meningkat.

Page 16: Askep dhf AKPER PEMKAB MUNA

16

BAB III

KONSEP KEPERAWATAN

I. BIODATA

A. Identitas Klien

1. Nama/Nama Panggilan : Devita Sari / Devi

2. Tempat tanggal lahir/Usia : 02 Juni 2005

3. Umur : 6 Tahun

4. Jenis Kelamin : Perempuan

5. Agama : Islam

6. Pendidikan : SD

7. Alamat : Jl. Kamboja No. 27

8. Tanggal Masuk : 02 Mei 2011 Pk. 20.00 WITA

9. Tanggal Pengkajian : 03 Mei 2011 Pk. 08.30 WITA

10. Diagnosa Medik : Dengue Hemoragik Fever (DHF).

B. Identitas Orang Tua

1. Ayah

a. Nama : Muhammad Sapri

b. Usia : 35 Tahun

c. Pendidikan : SMA

d. Pekerjaan/Sumber Penghasilan: Wiraswasta

e. Agama : Islam

f. Alamat : Jl. Kamboja No. 27

2. Ibu

a. Nama : Sahriah

b. Usia : 33 Tahun

c. Pendidikan : SMP

d. Pekerjaan/Sumber Penghasilan: IRT

Page 17: Askep dhf AKPER PEMKAB MUNA

17

e. Agama : Islam

f. Alamat : Jl. Kamboja No. 27

C. Identitas Saudara Kandung

No Nama Usia Hubungan Status Kesehatan

1.

2.

3.

4.

Imran

Devita Sari

Amalia

Rifal

8 Tahun

6 Tahun

4 Tahun

2 Tahun

Kakak

Klien

Adik

Aduk

Sehat

Sakit

Sehat

Sehat

II. KELUHAN UTAMA/ALASAN MASUK RUMAH SAKIT

Ibu klien mengatakan anaknya sesak napas, badan demam,

muntah-muntah, sakit kepala , tidak mau makan.

III. RIWAYAT KESEHATAN

A. Riwayat Kesehatan Sekarang

Klien mengalami demam sudah 5 hari yang lalu waktu ada di

rumah. Orang tua klien sudah membawa klien ke puskesmas dan sudah

diberi obat, demam klien turun namun demamnya kadang naik lagi.

Demam di rasakan terutama pada malam hari dan sepanjang malam. Klien

juga mengeluhkan sesak napas sejak malam sebelumnya bersamaan

dengan demam yang dirasakan.Klien demam, muntah + 10 X, perut sedikit

kembung, makan tidak mau, minum sedikit- sedikit (+ 150 cc ) dan

perdarahan pada ginggiva. Pada pemeriksaan kembali di Puskesmas pada

tanggal 03 Mei 2011 klien di duga ( SUSP. DHF ) kemudian di rujuk ke

RSUD SULTRA.

Page 18: Askep dhf AKPER PEMKAB MUNA

18

P : Klien mengalami demam selama dirumah sudah 5 hari yang lalu.

Q :Demam dirasakan turun kalau habis minum obat, dan akan timbul

kembali.

R : Demam / panas dirasakan seluruh tubuh

S : Skala demam ; 38o C.

T : Demam dirasakan siang hari dan meningkat pada malam hari.

B. Riwayat Kesehatan lalu

- Pernah sakit dan dirawat di Rumah Sakit dengan batuk-batuk, dan

demam.

- Tidak pernah mengalami jatuh.

- Perkembangan anak normal sesuai dengan umur perkembangan

- Tidak pernah alergi makan dan reksi obat-obatan

C .Riwayat Kesehatan keluarga

- Kakak perderita tidak pernah alergi makan.

- Tidak ada anggota keluarga yang menderita pentakit lain,

D. Genogram

Page 19: Askep dhf AKPER PEMKAB MUNA

19

Keterangan :

: Laki-Laki

: Perempuan

: Klien

: Meninggal

: Tinggal serumah

Klien adalah anak ke dua dari 4 bersaudara. Sekarang tinggal bersama

kedua orang tuanya, ketiga saudaranya serta bersama neneknya dalam serumah.

Kakek klien dari pihak ibu meninggal karena faktor usia serta nenek dari pihak

ayah meninggal karena kecelakaan lalu lintas. Saat mengandung klien, ibu klien

tidak menderita p;enyakit DBD. Semua anggota keluarga klien yang tinggal

serumah tidak menderita penyakit yang sama. Klien tinggal di rumah sendiri dan

berada di pinngir kota yang disekitarnya kurang bersih. Disekitar tempat tinggal

pasien juga ada beberapa orang yang pernah menderita DBD beberapa hari yang

lalu.

? 33 35 ? ? ?

?

2 8 4 6

Page 20: Askep dhf AKPER PEMKAB MUNA

20

IV. RIWAYAT IMMUNISASI

No Jenis Immunisasi

Waktu Pemberian Reaksi Setelah

Pemberian

1. BCG

Usia 1 bulan -

2. DPT (I,II,III)

Usia 2,3,4 bulan Demam

3. Polio (I,II,III,IV)

Usia 2,3,4 Bulan -

4. Campak

Usia 9 bulan -

5. Hepatitis

Hepatitis -

6. Lain-lain

- -

V. RIWAYAT TUMBUH KEMBANG

A.Pertumbuhan Fisik

1. Berat Badan Lahir : 2,80 Kg

2. Tinggi Badan : 48 Cm

3. Waktu tumbuh gigi: 7 bulan , Tanggal gigi tahun. (- )

B. Perkembangan tiap tahap

Usia anak saat:

1. Berguling : tidak ingat

2. Duduk : tidak ingat

3. Merangkak : 10 bulan

Page 21: Askep dhf AKPER PEMKAB MUNA

21

4. Berdiri : 1 tahun

5. Berjalan : 1 Tahun

6. Senyum kepada orang lain pertama kali : 6 bulan

7. Bicara pertama kali : 1tahun

8. Berpakaian tanpa bantuan : 4 Tahun

VI. RIWAYAT NUTRISI

A. Pemberian ASI

1. Pertama kali disusui : Sejak Dari lahir

2. Cara pemberian : Setiap kali menangis:

3. Lama pemberian : 1 tahun.

B. Pemberian susu formula

1. Alasan pemberian : Asi berkurang airnya

2. Jumlah pemberian : 2 Tahun

3. Cara memberikan : Dengan dot

C. Pemberian makanan tambahan :

a. Pertama kali diberikan usia : 4 bulan.

b. Jenis: Bubur susu: : Pisang:in- lain:

D. Pola perubahan nutrisi tiap tahapan usia sampai nutrisi saat ini :

No Usia Jenis Nutrisi Lama Pemberian

0 – 4 bulan

4 – 12 bulan

Saat ini

ASI + bubur tim

ASI + bubur tim

1 Tahun

Page 22: Askep dhf AKPER PEMKAB MUNA

22

VII. RIAYAT PSIKOSOSIAL

Anak tinggal di rumah sendiri

Lingkungan berada di pinggir kota

Rumah agak jauh dari sekolah: , Ada halaman tempat bermain,

Kadang klien tidur dengan nenek

Hubungan antar anggota keluarga baik

Pengasuh anak : ibu dan nenek

VIII. RIWAYAT SPIRITUAL

Support system dalam keluarga : Suport Dalam keluraga nenek dan

tante

Kegiatan keagamaan : kegiatan shalat rutin dan mengaji

IX. REAKSI HOSPITALISASI

A. Pemahaman keluarga tentang sakit dan rawat inap

Orang tua / keluarga membawa klien ke rumah sakit karena dirujuk oleh

PKM ke RS. Labunag BAji

Orang tua merasa cemas dan kawatir mengenai keadaan penyait anaknya

Orang tua selalu menanyakan pakah sakitnya klien dan apa dapat

sembuh

Selain ibu nenek dan tante yang menemani klien di rumah sakit

Apakah dokter menceritakan keadaanmu: Ya

B. Pemahaman anak tentang sakit dan rawat inap

Anak tidak tau tentang keaadaan sakitnya

Anak merasa bosan di rumah sakit, takut setiap akan dilakukan

tindakan dan ingin cepat pulang

Page 23: Askep dhf AKPER PEMKAB MUNA

23

X. AKTIVITAS SEHARI-HARI

A. Nutrisi

Kondisi Sebelum Sakit Saat Sakit

1. Selera makan

2. Menu makan

3. Frekuensi makan

4. Makanan yang disukai

5. Makanan pantangan

6. Pembatasan pola makan

7. Cara makan

8. Ritual saat makan

- Baik

- Nasi, telur , tempe,sayur

- 3x sehari

- Rori, indomi, Es.

- tidak ada

- tidak ada

- Makan sendiri

- Berdoa sebelum makan

- Kurang nafsu makan

- Nasi, telur, sayur,

tidak sampai ¼ porsi

- roti, indomi

- Tidak ada

- Tidak ada

- Disuapi nenek

- Berdo’a

B. Cairan

Kondisi Sebelum Sakit Saat Sakit

1. Jenis minuman

2. Frekuensi minum

3. Kebutuhan cairan

4. Cara pemenuhan

- Air putih

- Setiap haus minum

- Terpenuhi

- Minum sendiri

-

- Air putih dan susu putih

- Setiap haus, + 800cc/hr

-

- Minum sendiri.+ Infus

( IVFD : Asering 50 tt/m

-

C. Eliminasi (BAB/BAK)

Kondisi Sebelum Sakit Saat Sakit

1. Tempat pembuangan

2. Frekuensi (waktu)

WC

1 X sehari

WC

1 x sehari

Page 24: Askep dhf AKPER PEMKAB MUNA

24

3. Konsistensi

4. Kesulitan

5. Obat pencahar

Lunak (kuning

coklat)

Tidak ada

Tidak ada

Lunak (kuning coklat

)

Tidak ada

Tidak ada

D. Istirahat Tidur

Kondisi Sebelum Sakit Saat Sakit

1. Jam tidur :

Siang

Malam

2. Pola tidur

3. Kebiasaan sebelum tidur

4. Kesulitan tidur

- Jam 13. 00 –

15.00

- Jam 21.00 –

06.00

- Kadang tidak

sesuai waktu

- Tidak ada

- Tidak ada

-

- Jam 13 – 15.00

- Jam 21.00 – 05.00

- Kadang terbangun

malam hari

- Tidak ada

- tidak ada

E. Olah raga

Kondisi Sebelum Sakit Saat Sakit

1. Program olah raga

2. Jenis dan frekuensi

3. Kondisi setelah olah

raga

Dilakukan teratur

Senam, tiap jum’at

Segar dan sehat

Tidak dilakukan

Tidak dilakukan

Tidak ada

F. Personal Gygiene

Kondisi Sebelum Sakit Saat Sakit

1. Mandi

Page 25: Askep dhf AKPER PEMKAB MUNA

25

Cara

Frekuesni

2. Cuci rambut

Frekuensi

Cara

3. Gunting kuku

Frekuensi

Cara

4. Gosok gigi

Frekuensi

Cara

Mandiri sendir

2 x 1

3 x seminggu

cuci rambut

Setiap kuku

panjang

2x 1,dibantu ortu

2 x sehari

digosok sendiri

Dibantu orang tua

Sabun mandi ,

waslap

Belum pernah

Belum pernah

1 X sehari

dibantu orang tua

G. Aktivitas / Mobilitas Fisik

Kondisi Sebelum Sakit Saat Sakit

1. Kegiatan sehari-hari

2. Pengaturan jadwal harian

3. Penggunaab alat bantu

aktivitas

4. Kesulitan pergerakan tubuh

Kesekolah , bermain

Sekolah, istirahat,

bermain, mengaji

Tidak ada

Tidak ada

Klien tidur aja

Mengikuti program

pengobatan & perawatan

Tidak ada

Sakit gerah karena perut

kembung, dan sesak

H. Rekreasi

Kondisi Sebelum Sakit Saat Sakit

1. Perasaan saat Sekolah.

2. Waktu luang

Senang banyak

teman

Bermain sam kakak

Bosan, Ingin cepat

pulang

Bedres, kondisi lemah

Page 26: Askep dhf AKPER PEMKAB MUNA

26

3. Perasaan setelah

rekreasi/bermain

4. Waktu senggang

keluarga

5. Kegiatan Hari libur

.

Senang , gembira

Nonton TV,

istirahat

Di rumah

Bergantian menjaga

anak di RS.

XI. PEMERIKSAAN FISIK

A. Keadaan Umum Klien : Klien tampak lemah, sesak nafas, perut

kembung.

B. Tanda-tanda vital

Suhu : 38o C

Nadi : 120 X/ mnt

Respirasi : 60 x

Tekanan darah : 100 / 70 mmHg

C. Antropometri

Tinggi badan : 113 cm

Berat badan : 15 Kg

Lingkar lengan atas : 15 cm

Lingkar kepala : 47 cm

Lingkar dada : 53 cm

Lingkar perut : 56 cm

D. Sistem Pernapasan

Hidung: Simetris kiri – kanan tidak ada skret, tidak ada polip, ada

pernafasan cuping hidung, epistaksis tidak ada.

Leher: Tidak ada pembesaran kelenjar, tidak ada tomor

Dada :

▪ Bentuk dada Normal: simetris

Page 27: Askep dhf AKPER PEMKAB MUNA

27

▪ Perbandingan ukuran anterior-posterior dengan tranversal ; 1 : 2

▪ Gerakan dada: Simetris kiri- kanan , ikut gerakan nafas, tidak ada

retraksi

▪ Suara napas: ronki awal,

▪ Tidak ada clubbing finger:

E. Sistem Cardio Vaskuler

Conjungtiva: sedikit Anemia , bibir kering, Arteri carotis: teraba

Lemah, Ukuran jantung: Normal: ictus kordis teraba pada ICS 5

midklavikula kiri

Capillary Refilling Time: detik

F. Sistem Pencernaan

Sklera tidak ikterus , tidak mau makan oleh karena gelisah sesak

nafas, Bibir kering , lidah kotor, gerakan peristaltic tidak terdengar,

tidak terapba hati- limfa.

Mulut: Kemampuan menelan susah karena sesak.

Gaste: ada kembung:

G. System Indra

1. Mata

Kelopak mat: Kelopak mata tidak edema, alis mata dan bulu

mata merata.

Lapang pandang: Lapangan pandang 150o

2. Hidung

Penciuman normal , tidak ada secret yang menghalangi saluran

nafas.Penciuman normal tidak ada scret yang menghalangi

pernafas:

Sekret yang menghalangi penciuman tidak ada.

3. Telinga

Keadaan daun telinga simetris kiri – kanan , canal auditiri bersih,

tidak ada sirumen, Fungsi pendengaran baik,

H. System Syaraf

1. Fungsi Cerebral

Page 28: Askep dhf AKPER PEMKAB MUNA

28

a. Status Mental:

- Memori ; Klien mampu mengetahui dimana dia berada di

RS, orang, ( Ibu, nenek, tente, dan perawat ).

- Daya ingat : Klien mampu mengingat 3 buah benda yang

diperlihatkan ( Pulpen, Buku, sendok, ). Mampu mengingat

sekolahnya. Skore : 5

- Berhitung : Klien mampu menyebutkan jawaban

perhitungan sederhana Score : 2

- Bahasa: Klien dapat mengikuti perintah , klien dapat

mengenali benda-benda yang dapat diperlihatkan dengan

menyebutkan benda-benda tersebut ( Pulpen, Sendok )

Klien dapat mengukuti apa yang diperintahkan misalnya

angkat tangan, pegang pulpen ) Skore : 7

b. Kesadaran :

Eyes 4 : membuka mata spontan

Verbal 5 : Orenrasi baik

Motrik 6 : Menuruti perintah

c. Fungsi Bicara :

- Ekspresif : Klien mampu mengungkapkan perasaannya ( kalu

sakit bilang sakit )

- Reseptif : Klien mampu mengikuti ucapan yang

diperintahkan ( mengucapkan minum )

2. Fungsi Cranial

1) Nervus I ( Olfaktorius ) : Klien mampu membedakan bau

minyak tawon dengan bau susu.)

2) Nervus II ( Opticus ) : Lapang pandang 150o,

Ketajaman penglihatan baik

3) Nervus III,IV,VI :

o III : ( Okulomotorius ) : Pupil isokor, miosis bila ada

rangsangan cahaya.

Page 29: Askep dhf AKPER PEMKAB MUNA

29

o N. IV : ( Trochlearis ) : Bola mata dapat digerakan

kebawah dan keatas.

o N. VI : Bola mata dapat digerakan kebawah dan keatas.

4) Nervus V ( Trigeminus ) dan VII ( Fasialis )

o Sensorik : Refleks Korne Mengedif , dapt membedakan

panas den dingin pada wajah.

o Motorik : Klien dapat mengunyah

Nervus VII : Dapat membedakan rasa manis, asam dan pahit

5) Nervus VIII ( Akustikus )

Cochlear : Ketaman penglihatan baik

Vestibular : Tidak dapt dilakukan karena klien sesak.

6) Nervus IX ( Glasopharengius ) : Tidak diperiksa klien

gelisah.

7) Nervus X ( Vagus ) : Posisi avula di tengah dan tertarik

keatas saat mengucapkan ahh.

8) Nervus XI ( Aksesorius ) :

o Sternocledomastoideus : Mampu menahan tahan

pemeriksa ketiha menoleh kesamping

o Trapezius : Bahu dapat menahan tahan tangan pemeriksa

9) Nervus XII ( Hipoglosus ) :

Dapat menggerakan lidah kiri – kanan , ke depan belakang.

3. Tes Fungsi sensorik

o Rasa Sakit : Klien dapai melokalisir rasa sakit tempat tusukan

pena

o Vibrasi : Klien mampu meraakan getaran

o Koordinasi : Klien mampu menyentuhka ujung jarinya ke ujug

jari perawat kemudian ke hidungnya

o Sentuhan : Klien mampu merasakan sentuhan kapas yang

disentuhkan pada kulitnya.

o Dis kriminasi : tidak dapat dilakukan karena klien gelisah

Page 30: Askep dhf AKPER PEMKAB MUNA

30

4. Fungsi motorik

o Massa Otot normal : Tonus otot , klien mempu mengkontraksikan

ototnya,

5. Fungsi cerebellum

o Keseimbangan: Tidak dapt dilakukan jkien sesak

o Fugsi koordinasi Baik

6. Fungsi reflek

o RTB ( + )

o R.T Patela ( + )

o RTT ( + )

o R. T Achiles ( + )

7. Rangsangan Meningen

o Kaku Kuduk (-)

o Bruzinsky I (-)

o Kernigsign (-)

o Brudzinsky II (- )

I. System Muskulo Skeletal

o Kepala : Bentuk kepala : Normal cepal , Gerakan: Normal

o Vertebrae; Tidak ada kelainan bentuk , dan tidak ada nyeri tekan.

o Pelvis : Gaya jalan normal

o Lutut : Balotemen ( + )

o Kaki : Dapat melakukan dordopleksi, plantar fleksi, inversi dan

eversi

o Tangan : Tidak ada kelainan bentuk, bahu simetris.

J. System Integumen

o Rambut : Warna hitam tidak mudah dicabut.

o Kulit : Warna sawo matang, kelembaban cukup trugor baikmukosa

bibir kering

o Kuku : Tidak tampak cubing pengger

K. System Endokrim

o Kelenjar Thyroid : Tidak tampak pembesaran kelenjar tiroid

Page 31: Askep dhf AKPER PEMKAB MUNA

31

o Ekskresi urine berlebihan normal

3. Suhu tubuh meningkat , keringat berlebihan

L. System Perkemihan

o Tidak ada odema

o Tidak ada bendungan kandung kemih :

M. System Reproduksi

o Payudarac : Putting ( + )

o Areola mamae ( + )

o Labia mayora dan minora ; Bersih, tidak ada sekret:

XII. PEMERIKSAAN TINGKAT PERKEMBANGAN

o Perkembangan Kognitif

klien kadang menolak kadang dilakukan kerja sama dlam pemeriksaan

o Perkembangan Psikosexual

Tidak dapat bersosialisasi dengan teman, tidak ada teman

o Perkembangan Psikosoial

Klien merasa bosan berada di rumah saki ingin cepat pulang

XIII. TEST DIAGNOSTIK

Laboratorium : Nilai normal

WBC : 16.5 x 103 m/mm3 5500 – 15.500/mm3

Lymp : 35.3 % 25 – 33 %

RBC : -4.56 x 106 m/mm3 4,0 –5,2 juta/mm3

HCT : 55 % 35 - 45 %

HB : 10.7 gr/dl 11.5 – 15.5 gr/dl

MCV : 78 µm3 77- 79µm3

MCH : 23.5 pg 25 – 33 pg/sel

Page 32: Askep dhf AKPER PEMKAB MUNA

32

MCHC : 32.2 g/dl 315 – 35.0

Trombosit : 35 x 103/mm3 150 – 400 x 103/mm3

Urinalysis :

SG : 1.005

PH : 7 (normal)

Leu : Negatif

Nit : Negatif

Pro : Negatif

Glu : 100 mg/dl

KET : Negatif

UBG : Norm

XIV. KLASIFIKASI DATA

Data Subyektif

o Orang tua klien mengeluh anaknya sesak nafas

o Klien mengatakan demam

o Klien mengeluhnsakit kepala

o Mengeluh mual muntah

o Klien kurang nafsu makan

o Badan lemah

o Orang tua khawatir mengenai keadaan anaknya

Data Obyektif

o wajah tampak kemerahan

o Mukosa mulut kering

o TD : 100 / 70 mmHG

o N : 120 x / mnt

Page 33: Askep dhf AKPER PEMKAB MUNA

33

o P ; 60 x / mnt

o S ; 38 o c

o Lidah tampak kotor

o Porsi makan yang disediakan tidak dihabiskan ( hanya 4 sdm yg

dihabiskan).

o Perut kembung

o Perdarahan ginggiva

o Hb : 1 gr/dl

o HCt : 30 %

o Trombosit 35.000 /mm3

o Klien nampak lemah

o Kebutuhan klien dibantu orang tua

o Orang tua nampak gelisah

o Ekspresi cemas / tegang

o Badan terasa hangat

o Klien nampak sesak.

o Klien nampak lemah.

o Nafas cuping hidung ( + )

XV. ANALISA DATA

DATA ETIOLOGI MASALAH

DS :

o Orang tua klien

mengeluh

anaknya sesak.

DO :

o Klien nampak

sesak.

o Klien nampak

lemah.

Infeksi dengue

Revlikasi virus

Kompleks antibody virus

Agregasi trombosit

Pembersihan trombosit

GANGGUAN

PERTUKARAN GAS

Page 34: Askep dhf AKPER PEMKAB MUNA

34

o Nafas cuping

hidung ( + )

o TD : 100 / 70

mmHG

o N : 120 x / mnt

o P ; 60 x / mnt

o S ; 38 o c

O/ RES

Trombositopenia

Perdarahan yang

berlebihan

( Perdarahan internal di

paru)

Keluarnya cairan dari

intravaskuler ke

ekstravaskuler

Penumpukan cairan di

paru

Edema paru

Gangguan pertukaran gas

Di alveoli

Sesak nafas

DS :

o Klien mengatakan

demm

o Klien

mengeluhnsakit

kepala

DO :

o wajah tampak

kemerahan

Infeksi

Degrdasi jaringan tubuh

Pelepasan toksin oleh

virus

Virus dalam jaringan dan

Darah difagositosis oleh

PENINGKATAN

SUHU TUBUH;

HIPERTERMI

Page 35: Askep dhf AKPER PEMKAB MUNA

35

o Mukosa mulut

kering

o Badan terasa hangat

o TD : 100 / 70

mmHG

o N : 120 x / mnt

o P ; 60 x / mnt

o S ; 38 o c

Lykosit, lymposit,

makropak

Pengeluran zat pirogen

Melepaskan zat

interleukim 1

Prostaglandin E2

kedalam cairan tubuh (

pirogen likosit/pirogen

endogen)

Mencapai hipotalamus

( merangsang set poin)

set poin berubah pada

titik nol

Reaksi peningkatan suhu

Menggigil

Tubuh menyesuaikan

Reaksi demam

DS :

o Mengeluh mual

muntah

o Klien kurang nafsu

makan

Mual / muntah

Pengeluaran isi lambung

Kurang nafsu makan

GANGGUAN

PEMENUHAN

KEBUTUHAN

NUTRISI KURANG

DARI KEBUTUHAN

Page 36: Askep dhf AKPER PEMKAB MUNA

36

DO :

o Lidah tampak kotor

o Porsi makan yang

disediakan tidak

dihabiskan( hanya 4

sdm yg dihabiskan)

o Perut kembung

Intake tidak adekuat

Met. Glukosa terganggu

PertukaranATP/ ADP

Menurun

Suplai nutrisi ke jaringan

terganggu

GGn. Pemenuhan

kebutuhan nutrisi

TUBUH

DS : -

DO :

o Perdarahan

ginggiva

o Hb : 8 gr %

o HCt : 30 %

o Trombosit 35.000

/mm3

Infeksi dengue

Revlikasi virus

Kompleks antibody virus

Agregasi trombosit

Pembersihan trombosit

Oleh RES

Trombositopenia

Perdarahan yang

berlebihan

RESIKO TERJADI

PERDARAHAN

LEBIH LANJUT

DS :

o Badan lemah

Mual/ muntah

INTOLERANSI

AKTIVITAS

Page 37: Askep dhf AKPER PEMKAB MUNA

37

DO:

o Klien nampak

lemah

o Kebutuhan klien

dibantu orang tua

Pengeluaran isi lambung

Kurang nafsu makan

Metaboisme glukosa

terganggu

PertukaranATP/ ADP

Menurun

Suplai nutrisi ke jaringan

tubuh menurun

Energi berkurang

Kelemahan otot

Aktivitas intoleran

DS :

o Orang tua

khawatir

mengenai keadaan

anaknya

DO :

o Orang tua nampak

gelisah

o Ekspresi cemas /

tegang

Hospitalisasi

Stress psikologi bagi

keluarga dan pasien

Perasaan khawatir dan

takut

KECEMASAN

D. DIAGNOSA KEPERAWATAN

Page 38: Askep dhf AKPER PEMKAB MUNA

38

1. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan edema alveoli , ditandai

dengan :

DS :

o Orang tua klien mengeluh anaknya sesak.

DO :

o Klien nampak sesak.

o Klien nampak lemah.

2. Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan infeksi dengue ditandai dengan

DS :

o Klien mengatakan demam

o Klien mengeluhnsakit kepala

DO :

o wajah tampak kemerahan

o Mukosa mulut kering

o Badan terasa hangat

o TD : 100 / 70 mmHG

o N : 120 x / mnt

o P ; 60 x / mnt

o S ; 38 o c

3. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

berhubungan dengan intake yang tidak adekuat pemenuhan

ditandai dengan :

DS :

o Mengeluh mual muntah.

o Klien kurang nafsu makan

DO :

o Lidah tampak kotor

o Porsi makan yang disediakan tidak dihabiskan ( hanya 4 sdm yg

dihabiskan).

o Perut kembun

Page 39: Askep dhf AKPER PEMKAB MUNA

39

4. Resiko terjadi perdarahan lebih lanjut berhubungan dengan trombositopenia

Ditandai dengan

DS : -

DO :

o Perdarahan ginggiva

o Hb : 8 gr %

o HCt : 30 %

o Trombosit 35.000 /mm3

5. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik , ditandai dengan :

DS :

o Badan lemah

DO :

o Klien nampak lemah

o Kebutuhan klien dibantu orang tua

6. Kecemasan orang tua berhubungan dengan koping inefektif ditandai dengan :

DS :

o Orang tua khawatir mengenai keadaan anaknya

DO :

o Orang tua nampak gelisah.

o Ekspresi cemas / tegang

Page 40: Askep dhf AKPER PEMKAB MUNA

40