Upload
jemy-genzii
View
79
Download
2
Embed Size (px)
Citation preview
askep DHF
BAB 1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Penyakit Demam Berdarah Dengue merupakan salah satu penyakit menular yang dapat
menimbulkan kejadian luar biasa/wabah. Nyamuk penularnya ( Aedes Aegypti ) yang tersebar
luas sehingga penularannya dapat terjadi di semua tempat. Karena banyaknya kasus demam
berdarah yang terjadi negara Indonesia, maka Indonesia berencana meluncurkan hari demam
berdarah se-ASEAN (ASEAN Dengue Day) yang disepakati setiap tanggal 15 Juni. Tujuan dari
peluncuran ASEAN Dengue Day ini adalah meningkatkan komitmen nasional dan antarnegara
anggota ASEAN pada upaya pengendalian demam berdarah, baik pencegahan, penanggulangan,
hingga tata laksana sehingga angka kejadian dan kematian akibat DBD bisa
ditekan. Kasus DBD di Kaltim, tahun 2007 mencapai 5.244 kasus meninggal dunia
102 orang. Tahun 2008 sebanyak 5.777 kasus meninggal 105 orang dan tahun 2009 sebanyak
5.244 kasus meninggal sebanyak 68 orang. Terbanyak penderitanya adalah di Samarinda,
Balikpapan dan Kukar dengan angka kematian sebesar 1,9 persen. Berdasarkan dana Dinkes
Samarinda tahun 2009 terdapat 1.138 kasus dengan angka kejadian 26/10.000 penduduk.
Sedangkan di Indonesia, Dengan jumlah kematian sekitar 1.317 orang tahun 2010, Indonesia
menduduki urutan tertinggi kasus demam berdarah dengue di ASEAN. Untuk itu, Indonesia
bekerja sama dengan negara-negara anggota ASEAN dalam membasmi penyakit DBD.
Berdasarkan data P2B2, jumlah kasus DBD di Indonesia tahun 2010 ada 150.000 kasus. Menurut
Rita, potensi penyebaran DBD di antara negara-negara anggota ASEAN cukup tinggi mengingat
banyak wisatawan keluar masuk dari satu negara ke negara lain.
Bila pada kasus anak dengan DHF ini lambat penanganannya, maka akan dapat terjadi
komplikasi seperti efusi pleura karena adanya kebocoran lambung akibat meningkatnya
permeabilitas membrane, perdarahan pada lambung karena anak mengalami mual dan muntah
serta kurangnya nafsu makan, terjadi pembesaran pada hati, limpa dan kelenjar getah bening
karena bocornya plasma yang mengandung cairan, dan dapat terjadi syok hipovolemik karena
adanya peningkatan nilai hematokrit.
Berdasarkan angka kejadian diatas dan masalah-masalah yang terjadi akibat lambatnya
penanganan, maka kelompok akan memberikan asuhan keperawatan pada klien An. W dengan
diagnose medis DHF sehingga penulisan dalam makalah ini mengambil judul “ Asuhan
Keperawatan Pada Klien An. W dengan Dengue Hemorrhagic Fever ( DHF ).
Tujuan Penulisan
1.2.1 Tujuan umum
Memberikan gambaran kepada masyarakat tentang penyakit DHF serta agar dapat
diaplikasikan asuhan keperawatan pada anak yang terinfeksi DHF.
1.2.2 Tujuan Khusus
Diharapkan dalam memberikan asuhan keperawatan pada anak dengan DHF, kelompok
akan dapat :
Memberikan gambaran tentang pengkajian asuhan keperawatan pada anak usia prasekolah tentang
penyakit DHF
Memberikan gambaran tentang diagnose keperawatan yang akan muncul jika seorang anak terinveksi
virus dengue.
Memberikan gambaran tentang intervensi keperawatan pada anak dengan DHF
Memberikan gambaran tentang implementasi keperawatan pada anak dengan DHF
Memberikan gambaran tentang evaluasi keperawatan pada anak dengan DHF
Memberikan gambaran tentang dokumentasi keperawatan pada anak dengan DHF setelah melakukan
pengevaluasian dari semua tindakan.
Manfaat Penulisan
Manfaat bagi mahasiswa
Meningkatkan pengetahuan dan memperoleh pengalaman dalam melakukan asuhan
keperawatan pada keluarga secara langsung.
Manfaat bagi institusi pendidikan
Laporan makalah ini diharapkan dapat menjadi tolak ukur sejauh mana upaya
meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam melakukan asuhan keperawatan keluarga.
Sistematika Penulisan
Penyusunan makalah ini terdiri dari tiga bab yang disusun dengan urutan :
Bab 1 Pendahuluan
Terdiri dari Latar Belakang, Tujuan Penulisan, Manfaat Penulisan, dan Sistematika Penulisan
Bab 2 Tinjauan Pustaka
Terdiri dari Pengertian, Etiologi, Patofisiologi.
Bab 3 Tinjauan Kasus
Terdiri dari uraian asuhan keperawatan yang berisi pengkajian, diagnose keperawatan,
perencanaan keperawatan, pelaksanaan keperawatan, dan evaluasi keperawatan.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Dasar Dengue Hemorrhagic Fever
2.1.1 Pengertian
DHF adalah demam khusus yang dibawa oleh aedes aegypty dan beberapa nyamuk lain
yang menyebabkan terjadinya demam. Biasanya dengan cepat menyebar secara efidemik.
(Sir,Patrick manson,2001).
Demam berdarah dengue adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh virus dengue
(arbovirus) yang masuk ke dalam tubuh melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti (Suriadi &
Yuliani, 2001). Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue
Haemorrhagic Fever (DHF) adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh virus Dengue Famili
Flaviviridae,dengan genusnya adalah flavivirus. Virus ini mempunyai empat serotipe yang
dikenal dengan DEN-1, DEN-2, DEN-3 dan DEN-4. Selama ini secara klinik mempunyai
tingkatan manifestasi yang berbeda, tergantung dari serotipe virus Dengue. (Saroso, 2007)
2.1.2 Etiologi
DHF disebabkan oleh virus dengue yang termasuk dalam genus Flavivirus dan ditularkan
oleh nyamuk Aedes Aegypti. Di Indonesia, virus tersebut sampai saat ini telah diisolasi menjadi
4 serotipe virus dengue yang termasuk dalam grup B dari arthropedi borne viruses ( Arbovirus ),
yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-3, dan DEN-4. Infeksi oleh salah satu serotype menimbulkan
antibody seumur hidup terhadap serotype bersangkutan, tetapi tidak ada perlindungan terhadap
serotipr lain. Virus dengue ini terutama ditularkan melalui vector nyamuk aedes aegypti.
Nyamuk aedes albopictus,
aedes polynesiensis dan beberapa spesies lain kurang berperan. Jenis nyamuk ini terdapat hampir
di seluruh Indonesia kecuali di ketinggian lebih dari 1000 m di atas permukaan laut.
Perkembangan hidup nyamuk Aedes Aegypti dari telur hingga dewasa memerlukan waktu
sekitar 10-12 hari. Hanya nyamuk betina yang menggigit dan menghisap darah serta memilih
dari manusia untuk memotong telurnya. Sedangkan nyamuk jantan tidak dapat menghisap darah,
melainkan hidup Dari sari bunga tumbuh-tumbuhan. Umur nyamuk Aedes Aegypti betina sekitar
± 2 minggu. ( Hadinegoro, 1999 )
2.1.3 Patofisiologi
Virus dengue masuk pertama kali ke dalam tubuh manusia melalui gigitan nyamuk,
terinfeksi oleh virus dengue untuk pertama kalinya atau mendapat infeksi berulang virus dengue
lainnya. Saat virus masuk kedalam peredaran darah melalui gigitan nyamuk, terjadi infeksi virus
dengue yang akan merangsang endotoxin,selanjutnya merangsang zat pyrogen dan endogen,
mengakibatkan interleukin 1, menggeser set point dari titik normal, sehingga terjadi menggigil,
demam, dan terjadi hipertermia mendadak. Dari hipertermi akan meningkatkan stress,
merangsang keluarnya histamine, menyebabkan peningkatan HCI, mengiritasi lambung, terjadi
mual dan penurunan nafsu makan, masukan yang tidak adekuat sehingga menyebabkan
ketidakseimbangan nutrisi yaitu kurang dari kebutuhan tubuh.
2.1.4 Pemeriksaan penunjang
a. Darah
Pada demam dengue terdapat leucopenia pada hari ke 2 atau ke 3 pada DBD dijumpai
trombositopenia dan hemokonsentrasi
b. Air Seni
Mungkin ditemukan albuminuria ringan
2.1.5 Tanda dan gejala
a. Demam tinggi mendadak selama 2-7 hari ( tanpa sebab jelas )
b. Manifestasi pendarahan, paling tidak terdapat uji tourniquet positif dan adanya salah satu bentuk
pendarahan yang lain, misalnya : ptekiae, ekimosis, epistaksis, pendarahan gusi, melena atau
hematemesis
c. pembesaran hati
d. mual, muntah, tidak ada nafsu makan, diare, dan konstipasi
e. Nyeri ulu hati karena adanya pendarahan di lambung, nyeri otot, nyeri tulang sendi.
f. Syok yang ditandai nadi lemah dan cepat disertai dengan tekanan nadi yang menurun ( 20
mmHg atau kurang ), tekanan darah yang menurun ( tekanan sistolik menurun sampai 80 mmHg
atau kurang ), dan kulit yang teraba dingin dan lembab, terutama pada ujung hidung, jari dan
kaki. Penderita gelisah serta timbul sianosis di sekitar mulut.
Penatalaksanaan
Bila anak diduga atau sudah didiagnosa medis DHF, maka hal yang harus dilakukan adalah :
Tirah baring
Beri makanan yang lunak. Apabila belum ada nafsu makan dianjurkan untuk minum banyak 1, - 2
liter dalam 24 jam ( susu, air, dengan gula atau sirup ). Atau air tawar yang ditambahkan dengan
garam saja.
Medikamentosa yang bersifat simtomatis. Hiperpireksia dapat diberikan kompres es di kepala, ketiak
dan inguinal. Antipiretik sebaiknya dari golongan asetaminoferen, eukinin, atau dipiron. Hindari
pemberian asetol karena bahaya pendarahan.
Pemberian cairan intravena pada anak tanpa renjatan dilakukan bila anak terus menerus muntah,
sehingga tidak mungkin diberi makanan peroral atau didapatkan nilai hematokrit yang terus
meningkat ( >40vol% ). Jumlah cairan yang diberikan tergantung dari derajat dehidrasi dan
kehilangan elektrolit, dianjurkan cairan glukosa 5 % dalam 1/3 larutan NaCl 0,9% dengan
jumlah tetesan 16 x/ menit.
2.1.7 Prognosis
Kasus DBD di Kaltim, tahun 2007 mencapai 5.244 kasus meninggal dunia 102 orang.
Tahun 2008 sebanyak 5.777 kasus meninggal 105 orang dan tahun 2009 sebanyak 5.244 kasus
meninggal sebanyak 68 orang. Terbanyak penderitanya adalah di Samarinda, Balikpapan dan
Kukar dengan angka kematian sebesar 1,9 persen. Berdasarkan dana Dinkes Samarinda tahun
2009 terdapat 1.138 kasus dengan angka kejadian 26/10.000 penduduk. Sedangkan di Indonesia,
Dengan jumlah kematian sekitar 1.317 orang tahun 2010, Indonesia menduduki urutan tertinggi
kasus demam berdarah dengue di ASEAN. Untuk itu, Indonesia bekerja sama dengan negara-
negara anggota ASEAN dalam membasmi penyakit DBD. Berdasarkan data P2B2, jumlah kasus
DBD di Indonesia tahun 2010 ada 150.000 kasus.
2.1.8 Pencegahan
Pencegahan penyakit DBD sangat tergantung pada pengendalian vektornya, yaitu
nyamuk Aedes Aegypti. Pengendalian nyamuk tersebut dapat dilakukan dengan menggunakan
beberapa metode yang tepat, yaitu :
Lingkungan
Metode lingkungan untuk mengendalikan nyamuk tersebut antara lain dengan pemberantasan
sarang nyamuk, pengelolaan sampah padat, modifikasi tempat pengembangbiakan nyamuk hasil
samping kegiatan manusia.
Biologis
Pengendalian biologis dengan menggunakan ikan pemakan jentik ( ikan cupang )
Kimiawi
Pengendalian kimiawi antara lain :
Pengasapan/fogging berguna untyk mengurangi kemungkinan penularan sampai batas waktu
tertentu.
Memberikan bubuk abate pada tempat-tempat penampungan air seperti gentong air, vas bunga,
kolam, dan lain-lain.
Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
Pengkajian
Pengkajian adalah langkah awal dan dasar bagi seorang perawat dalam melakukan
pendekatan secara sistematis untuk mengumpulkan data dan menganalisa, sehingga dapat
diketahui kebutuhan klien tersebut. Pengumpulan data yang akurat dan sistematis akan
membantu menentukan status kesehatan dan pola pertahanan klien serta memudahkan dalam
perumusan diagnosa keperawatan. ( Doenges : 2000 ).
Tahap pengkajian adalah sebagai berikut :
Pengumpulan data, yaitu mengumpulkan informasi tentang kekuatan dan kelemahan klien dengan
cara wawancara, observasi, dan pemeriksaan fisik melalui keluarga, orang terdekat, masyarakat,
maupun rekam medic.
Identitas klien dan keluarga, terdiri dari :
Nama klien, umur, tanggal lahir, jenis kelamin, agama.
Nama ayah, umur, agama, pekerjaan, pendidikan, alamat.
Nama ibu, umur, agama, pekerjaan, pendidikan, alamat.
Tanggal anak masuk rumah sakit, diagnose medis, dan segala sumber informasi yang diperoleh.
Keluhan utama, yaitu alas an yang paling menonjol pada pasien dengan DHF untuk datang ke rumah
sakit
Riwayat kesehatan
Riwayat penyakit sekarang
Ditemukan adanya keluhan panas mendadak yang disertai menggigil dengan kesadaran
kompos mentis. Turunnya panas terjadi antara hari ke 3 dan ke 7 dan keadaan anak semakin
lemah. Kadang disertai keluhan batuk pilek, nyeri telan, mual, diare/konstipasi, sakit kepala,
nyeri otot, serta adanya manifestasi pendarahan pada kulit
Riwayat penyakit yang pernah diderita
Penyakit apa saja yang pernah diderita klien, apa pernah mengalami serangan ulang DHF.
Pemeriksaan fisik, terdiri dari :
Inspeksi, adalah pengamatan secara seksama terhadap status kesehatan klien ( inspeksi
adanya lesi pada kulit ). Perkusi, adalah pemeriksaan fisik dengan jalan mengetukkan jari tengah
ke jari tengah lainnya untuk mengetahui normal atau tidaknya suatu organ tubuh. Palpasi, adalah
jenis pemeriksaan fisik dengan meraba klien. Auskultasi, adalah dengan cara mendengarkan
menggunakan stetoskop ( auskultasi dinding abdomen untuk mengetahu bising usus )
Riwayat imunisasi
Apabila anak mempunyai kekebalan yang baik, maka kemungkinan akan timbulnya
komplikasi dapat dihindari
Riwayat gizi
Status gii anak yang menderita DHF dapat bervariasi. Semua anak dengan status gizi baik
maupun buruk dapat beresiko, apabila terdapat factor predisposisinya. Anak yang menderita
DHF sering mengalami keluhan mual, muntah, dan nafsu makan menurun. Apabila kondisi ini
berlanjut dan tidak disertai dengan pemenuhan nutrisi yang mencukupi, maka anak dapat
mengalami penurunan berat badan sehingga status gizinya menjadi kurang.
Pola kebiasaan
Nutrisi dan metabolism : frekuensi, jenis, pantangan, nafsu makan berkurang, dan nafsu makan
menurun.
Eliminasi alvi ( buang air besar ). Kadang-kadang anak mengalami diare/konstipasi. Sementara DHF
pada grade III-IV bisa terjadi melena.
Eliminasi urine perlu dikaji apakah sering buang air kecil, sedikit/banyak, sakit/tidak. Pada DHF
grade IV sering terjadi hematuria
Tidur dan istirahat. Anak sering mengalami kurang tidur karena mengalami sakit/nyeri otot dan
persendian sehingga kuantitas dan kualitas tidur maupun istirahatnya kurang.
Kebersihan. Upaya keluarga untuk menjaga kebersihan diri dan lingkungan cenderung kurang
terutama untuk membersihkan tempat sarang nyamuk.
Pemeriksaan laboratorium
Pada pemeriksaan darah klien DHF akan dijumpai :
Hb dan PCV meningkat ( ≥20%)
Trambositopenia (≤100.000/ml)
Leukopenia
Ig.D. dengue positif
Hasil pemeriksaan kimia darah menunjukkan : hipoproteinemia, hipokloremia, dan hiponatremia.
Urium dan Ph darah mungkin meningkat
Asidosis metabolic : Pco2<35-40 mmHg
SGOT/SGPT mungkin meningkat
Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah pernyataan yang menggambarkan respons actual atau
potensial klien terhadap masalah kesehatan yang perawata mempunyai lisensi dan kompeten
untuk mengatasinya. ( Perry Potter, 2005 )
Nursalam ( 2001 ) menyatakan diagnosa keperawatan yang dapat timbul pada klien
dengan DHF adalah :
Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan peningkatan laju metabolisme
Defisit volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidakmampuan untuk
mencerna makanan
Perubahan perfusi jaringan kapiler berhubungan dengan perdarahan
Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan tidak familiar dengan sumber informasi
Menurut Nanda, diagnose keperawatan dinyatakan dengan benar adalah sebagai berikut :
Hipertermia berhubungan dengan peningkatan laju metabolism
Batasan Karakteristik
Konvulsi
Kulit kemerahan
Peningkatan suhu tubuh diatas kisaran normal
Kejang
Takikardi
Takipnea
Kulit terasa hangat
Defisit volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif
Batasan Karakteristik
Perubahan status mental
Penurunan tekanan darah
Penurunan tekanan nadi
Penurunan volume nadi
Penurunan turgor kulit
Penurunan turgor lidah
Pengeluaran haluaran urine
Penurunan pengisian vena
Membrane mukosa kering
Kulit kering
Peningkatan hematokrit
Peningkatan suhu tubuh
Peningkatan frekuensi nadi
Peningkatan konsentrasi urine
Penurunan berat badan tiba-tiba
Haus
Kelemahan
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidakmampuan untuk
mencerna makanan
Batasan Karakteristik
Kram abdomen
Nyeri abdomen
Menghindari makanan
Berat badan turun 20 % atau lebih di bawah berat badan ideal
Kerapuhan kapiler
Diare
Kehilangan rambut berlebihan
Bising usus hiperaktif
Kurang makanan
Kurang informasi
Kurang minat pada makanan
Penurunan berat badan denagn asupan makanan adekuat
Kesalahan konsepsi
Kesalahan informasi
Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan tidak familiar dengan sumber informasi
Batasan Karakteristik
Perilaku hiperbola
Ketidakakuratan mengikuti perintah
Ketidakakuratan melakukan tes
Perilaku tidak tepat
Pengungkapan masalah
Perencanaan Keperawatan
Perencanaan adalah kategori dari perilaku keperawatan dimana tujuan yang berpusat pada
klien dan hasil yang diperkirakan ditetapkan dan intervensi keperawatan dipilih untuk mencapai
tujuan tersebut. ( Perry Potter, 2005 )
Menetapkan prioritas bukan semata-mata memberikan nomor pada diagnose keperawatan dengan
dasar keparahan atau kepentingan fisiologis. Prioritas diklasifikasikan sebagai tinggi, menengah,
atau rendah. (Perry Potter, 2005 )
Merumuskan tujuan dan criteria hasil, pedoman penulisan criteria hasil berdasarkan “ SMART “
S : Spesifik ( tujuan harus spesifik dan tidak menimbulkan arti ganda )
M : Measurable ( tujuan harus dapat diukur )
A : Achievable ( tujuan harus dapat dicapai )
R : Reasonable ( tujuan harus dapat dipertanggungjawabkan secara
ilmiah )
T : Time ( waktu keperawatan )
Nanda ( 2009 ) dan Doenges ( 2000 ), menyatakan bahwa rencana tindakan keperawatan yang
dapat disusun untuk setiap diagnose adalah :
Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan peningkatan laju metabolisme
Tujuan : Mempertahankan suhu tubuh normal dengan criteria hasil suhu tubuh 35,50-37,00c
Kriteria hasil : Suhu tubuh antara 36 – 370 c, membrane mukosa basah, nyeri otot hilang
Rencana :
Ukur tanda-tanda vital ( suhu )
Rasional : Suhu 38,90c-41,10c, menunjukkan proses penyakit infeksi akut
Berikan kompres hangat
Rasional : Kompres hangat akan terjadi perpindahan panas konduksi
Tingkatkan intake cairan
Rasional : Untuk mengganti cairan tubuh yang hilang akibat evaporasi
Defisit volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif
Tujuan : Kebutuhan cairan terpenuhi dengan criteria hasil mata tidak cekung, membrane mukosa tetap
lembab, turgor kulit baik
Kriteria hasil : Turgor kulit baik, kulit tidak kering, membrane mukosa tetap lembab
Rencana :
Observasi tanda-tanda vital paling sedikit setiap tiga jam
Rasional : Penurunan sirkulasi darah dapat terjadi dari peningkatan kehilangan cairan mengakibatkan
hipotensi dan takikardia
Observasi dan cata intake dan output
Rasional :Menunjukkan status volume sirkulasi,terjadinya/perbaikan perpindahan cairan, dan respon terhadap
terapi
Timbang berat badan
Rasional : Mengukur keadekuatan penggantian cairan sesuai fungsi ginjal
Monitor pemberian cairan melalui intravena setiap jam
Rasional : Mempertahankan keseimbangan cairan/elektrolit
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidakmampuan untuk
mencerna makanan
Tujuan : Kebutuhan nutrisi adekuat dengan criteria hasil berat badan stabil atau meningkat
Rencana :
Berikan makanan yang disertai dengan suplemen nutrisi untuk meningkatkan kualitas intake nutrisi
Rasional : Mengganti kehilangan vitamin karena malnutrisi/anemia
Anjurkan kepada orang tua untuk memberikan makanan dengan teknik porsi kecil tapi sering secara
bertahap
Rasional : Porsi lebih kecil dapat meningkatkan masukan
Timbang berat badan setiap hari pada waktu yang sama dan dengan skala yang sama
Rasional : Mengawasi penurunan berat badan
Pertahankan kebersihan mulut klien
Rasional : Mulut yang bersih meningkatkan selera makan dan pemasukan oral
Jelaskan pentingnya intake nutrisi yang adekuat untuk penyembuhan penyakit
Rasional : Meningkatkan motivasi klien untuk makan
Perubahan perfusi jaringan kapiler berhubungan dengan perdarahan
Tujuan : Perfusi jaringan perifer adekuat dengan criteria hasil tanda-tanda vital stabil, nadi
8-100x/menit, pernapasan 15-25 x/menit, suhu tubuh aksila 35,5-37,0 c, tekanan darah 95-
1a20/50-70 mmHg
Rencana :
Kaji dan catat tanda-tanda vital
Rasional : Penurunan sirkulasi darah dapat terjadi dari peningkatan kehilangan cairan mengakibatkan
hipotensi
Nilai kemungkinan terjadinya kematian jaringan pada ekstremitas seperti dingin, nyeri,
pembengkakan kaki
Rasional : Kondisi kulit dipengaruhi oleh sirkulasi, nutrisi, dan immobilisasi
Kurang pengetahuan berhubungan dengan tidak familiar dengan sumber informasi
Tujuan : Klien mengerti dan memahami proses penyakit dan pengobatan
Rencana :
Tentukan kemampuan dan kemauan untuk belajar
Rasional : Adanya keinginan untuk belajar memudahkan penerimaan informasi
Jelaskan rasional pengobatan, dosis, efek samping dan pentingnya minum obat sesuai resep
Rasional : Dapat meningkatkan kerjasama dengan terapi obat dan mencegah penghentian pada obat
dan atau interkasi obat yang merugikan
Beri pendidikan kesehatan mengenai penyakit DHF
Rasional : Dapat meningkatkan pengetahuan pasien dan dapat mengurangi kecemasan
Pelaksanaan Keperawatan
Implementasi, yang merupakan komponen dari proses keperawatan, adalah kategori dari
perilaku keperawatan dimana tindakan yang diperlukan untuk mencapai tujuan dan hasil yang
diperkirakan dari asuhan keperawatan dilakukan dan diselesaikan. (Perry & Potter, 2005 )
Tindakan Keperawatan Mandiri
Tindakan yang dilakukan Tanpa Pesanan Dokter. Tindakan keperawatan mendiri dilakukan
oleh perawat. Misalnya menciptakan lingkungan yang tenang, mengompres hangat saat klien
demam.
Tindakan Keperawatan Kolaboratif
Tindakan yang dilakukan oleh perawat apabila perawata bekerja dengan anggota perawatan
kesehatan yang lain dalam membuat keputusan bersama yang bertahan untuk mengatasi masalah
klien
Evaluasi Keperawatan
Langkah evaluasi dari proses keperawatan mengukur respons klien terhadap tindakan
keperawatan dan kemajuan klien kea rah pencapaian tujuan. Evaluasi terjadi kapan saja perawat
berhubungan dengan klien. Penekanannya adalah pada hasil klien. Perawat mengevaluasi apakah
perilaku klien mencerminkan suatu kemunduran atau kemajuan dalam diagnose keperawatan.
( Perry Potter, 2005 )
Pada saat akan melakukan pendokumentasian, menggunakan SOAP, yaitu :
S : Data subyektif merupakan masalah yang diutarakan klien
O : Data obyektif merupakan tanda klinik dan fakta yang berhubungan dengan diagnose keperawatan
A : Analisis dan diagnose
P : Perencanaan merupakan pengembangan rencana untuk yang akan datang dari intervensi
2.1.6 Dokumentasi Keperawatan
Dokumentasi didefinisikan sebagai segala sesuatu yang tertulis atau tercetak yang dapat
diandalkan sebagai catatan tentang bukti bagi individu yang berwenang. ( Perry Potter, 2005 )
BAB 3
TINJAUAN KASUS
Kasus
An. W berumur 3 tahun masuk rumah sakit pada tanggal 20 September 2012. Ibu klien
mengatakan anaknya mengalami demam secara mendadak naik turun disertai mual, muntah dan
tidak adanya nafsu makan selama 3 hari. Ibu klien mengatakan bahwa sudah lama mengalami
demam tetapi ia hanya menganggap demam biasa.
3.1 Pengkajian
3.1.1 Identitas klien
An. W ( laki-laki ) berumur 3 tahun beragama islam dengan beralamatkan Jl. Siaga,
Samarinda , masuk rumah sakit pada tanggal 20 september 2012. Klien mulai dikaji pada tanggal
21 September 2012 dan di diagnose medis DHF.
3.1.2 Identitas orang tua
Nama ibu dari An. W adalah Ny. A berusia 56 tahun. Pendidikan terkhir ibu klien adalah
SLTP. Sehari-hari ibu klien bekerja sebagai pembantu rumah tangga. Ny. A sendiri beragama
islam dan bertempat tinggal di Jl. Siaga, Samarinda.
3.1.3 Riwayat kesehatan klien
Keluhan utama
“ Anak saya demam tanpa sebab sus “
Riwayat penyakit sekarang
Sebelumnya klien belum pernah masuk rumah sakit rawat inap. Klien demam kira-kira
selama 3 hari mulai tanggal 17 September 2012, paginya klien di kompres dan sudah tidak panas
lagi pada siang hari. Namun ternyata sore hari badan klien demam kembali. Ibu klien langsung
membawa ke rumah sakit karena khawatir dengan keadaan anknya.
Riwayat penyakit lalu
Prenatal Care
Pemeriksaan kehamilan rutin di bidan praktek, selama hamil tidak ada keluhan atau penyakit
yang ibu alami. Ibu klien tidak pernah terpapar dengan radiasi. Berat badan selama kehamilan 62
kg.
Natal
Ibu melahirkan di bidan praktek. Jenis persalinan normal. Tidak ada komplikasi
selama/setelah persalinan
Post natal
Kondisi bayi saat lahir tidak ada cacat. Klien lahir dengan BB : 18 Kg, PB : 101 Cm.
Sebelumnya tidak pernah menderita penyakit seperti sekarang.
Riwayat kesehatan keluarga
Keluarga Ibu klien mempunyai penyakit sesak nafas. Klien dan adiknya mempunyai penyakit
asma.
Riwayat imunisasi
Klien mendapatkan imunisasi polio pada umur 1 bulan dan reaksinya adalah demam.
Imunisasi terakhir pada umur 3 bulan dengan mendapatkan imunisasi DPT.
Riwayat tumbuh kembang
Pertumbuhan Fisik
BB saat sakit : 16 kg
BB sebelum sakit : 18 kg
PB : 101 cm
Perkembangan tiap tahap
Berguling : 6 bulan
Merangkak : 9 bulan
Duduk : 10 bulan
Mengeluarkan suara : 1 tahun
Riwayat nutrisi
Pemberian asi
Klien menyusui setelah lahir, klien mendapatkan asi langsung dari ibu. Lama pemberian asi
± 1 tahun
Pemberian susu formula
Klien diberi susu formula sejak umur 5 bulan sampai sekarang
Perubahan pola nutrisi tiap tahap usia – sekarang
Klien usia 0 – 5 bulan mendapatkan asi eksklusif. Umur 6 – 10 bulan mendapat asi dan
bubur. Umur 11 – 16 bulan mendapatkan asi dan bubur TIM. Umur 3 tahun sampai sekarang
mendapatkan nasi, telur, sayur dan lain – lain.
Riwayat psikososial
Klien tinggal bersama dengan kedua orang tuanya dan seorang adiknya. Klien tidur bersama
dengan sang adik. Sehari – hari klien bermain dengan adiknya karena klien tidak mempunyai
kegiatan khusus.
Riwayat spiritual
Anggota keluarga klien rajin dalam beribadah
Aktivitas sehari –hari
Nutrisi
Sebelum sakit klien suka makan. Sehari klien makan 3 kali dengan lauk apapun. Tetapi saat
sakit, klien hanya makan 1 – 2 kali yaitu sebanyak 3 – 4 sendok makan dari porsi makan yang
disediakan. Ibu klien mengatakan “ anak saya tidak nafsu makan “.
Cairan
Sebelum sakit klien minum susu setiap pagi jika ada dan minum air putih. Klien dalam sehari
minum 5 – 7 gelas perhari. Pada saat sakit klien hanya minum air putih saja dengan takaran 2
gelas / ± 400 cc per hari dan diberi tambahan cairan infuse RL 28 tetes/menit.
Eliminasi
BAB
Sebelum sakit klien BAB 2 kali / hari dengan konsistensi lunak. Saat di rumah sakit klien ada
BAB 1 kali / hari dengan konsistensi lunak. Klien pergi ke toilet tanpa bantuan dan tanpa
pengawasan ibu klien.
BAK
Sebelum sakit klien BAK 3 – 4 kali / hari dan saat sakit klien BAK ± 500 cc perhari, klien
tidak ada masalah dengan BAK.
Istirahat Tidur
Sebelum sakit klien jarang tidur siang. Klien tidur malam mulai jam 21.00 – 06.00 WITA.
Klien tidak mengalami kesulitan tidur.
Olahraga
Klien tidak mempunyai jadwal olahraga yang rutin. Klien biasanya hanya bermain sepak
bola hamper setiap hari dengan teman –temannya.
Personal Hygene
Klien mandi 2 kali sehari menggunakan sabun, sikat gigi, dan pasta gigi. Saat sakit klien
tidak dapat mandi sendiri dan hanya di seka oleh ibu klien dengan bantuan perawat sebanyak 1
kali sehari. Rambut klien terlihat bersih karena ibu klien rajin menyisir rambut klien.
Aktivitas / mobilitas fisik
Kegiatan sehari – hari klien adalah bermain dengan saudara dan teman – teman klien di
rumah. Saat sakit klien hanya berbaring di tempat tidur ditemani sang ibu.
Rekreasi
Klien hanya berkunjung ketempat keluarga terdekat. Dalam keluarga klien tidak ada program
khusus dalam rekreasi baik sebelum sakit maupun saat sakit.
Pemeriksaan fisik
Keadaan umum
KU : sedang, kesadaran komposmentis
Tanda – tanda vital
Nadi : 126x/menit
Suhu : 380 C
Pernafasan : 28x/menit
Antropometri
BB : 16 Kg
TB : 101 cm
Lingkar kepala : 39 cm
Lingkar lengan atas : 16 cm
Lingkar dada : 51 cm
Lingkar perut : 52 cm
Sistem pernapasan
Hidung simetris, tidak ada secret, tidak ada tumor teraba, gerakan dada saat bernafas
simetris.
Kardiovaskuler
Konjungtiva tidak anemis, tidak ada sianosis, bibir kering
Sistem pencernaan
Kemampuan menelan klien baik, tidak ada kembung, mukosa bibir kering.
Sistem indra
Mata : konjungtiva tidak anemis
Hidung : Tidak ada secret
Telinga : Daun telinga keadaannya semistris, fungsi pendengaran baik.
Sistem syaraf
Tingkat kesadaran komposmentis
Gerakan tubuh lemah
Fungsi sensorik klien baik pada sentuhan benda tajam dan benda dingin dengan menolaknya
Sistem integemen
Rambut : warna hitam, terlihat bersih
Kulit : akral hangat, tidak terdapat gatal – gatal
Kuku : warna merah muda, tidak mudah patah dan bersih
Terapi
Amoxsan : 3 x 500 mg
Sanmol : 3 x ½ sendok
Vometa ; 3 x ½ sendok
IVFD RL : 28 Tetes / menit
Klasifikasi Data
Tabel 3.1
Data Subyektif Data Obyektif
“ badan anak saya panas “ Suhu tubuh 380 c
Keadaan umum sedang
Akral terasa hangat
“ anak saya kurang sekali
minumnya”
Klien minum sehari hanya 2 gelas
Klien terlihat lemas
Mukosa bibir kering
“ anak saya tidak nafsu makn “Berat badan sebelum sakit 18 kg setelah sakit
16 kg
Konsistensi makan 4 - sendok
Klien mual dan kadang muntah
Klien terlihat lemah
“ saya tidak tahu anak saya sakit
apa “
Ibu klien banyak bertanya
Ibu klien terlihat binggung saat dilakukan
No Data Etiologi Masalah1DS : “ Badan anak saya
hangat, kulitnya merah-
merah, dan kadang
kejang- kejang”
DO : 1). Konvulsi
2). Peningkatan suhu tubuh
diatas kisaran normal
3). Takikardia
4). Takipnea
Bakteri
Masuk kedalam saluran
Pencernaan
Mengeluarkan endotoin
Interleukin I
Prostaklandin
Endotoxin
Menggigil
Demam
Peningkatan suhu
tubuh
2 DS : “ anak saya sering
kehausan, badannya
lemah sekali, dia gelisah“
DO : 1). Kulit kering
2). Membran mukosa
kering
3). Peningkatan frekuensi
nadi
4). Penurunan turgor kulit
Tubuh yang telah
digigit nyamuk
Virus masuk ke
dalam aliran darah
Infeksi virus dengue
Terbentuknya
kompleks antibody
Aktivasi system
komplemen C3a dan
C5a
Defisit volume
cairan
Diagnosa keperawatan
Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan peningkatan laju metabolism
DS : “ Badan anak saya hangat, kulitnya merah-merah, dan kadang kejang- kejang”
DO : 1). Konvulsi
2). Peningkatan suhu tubuh diatas kisaran normal
3). Takikardia
4). Takipnea
Defisit volume cairan berhubungan dengan peningkatan kehilangan cairan aktif
DS : “ anak saya sering kehausan, badannya lemah sekali, dia gelisah“
DO : 1). Kulit kering
2). Membran mukosa kering
3). Peningkatan frekuensi nadi
4). Penurunan turgor kulit
Kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan butuh berhubungan dengan ketidakmampuan untuk
mencerna makanan
DS : “ anak saya tidak mau makan karena tidak ada nafsu, perutnya sakit,BAB terus, ada sariawan “
DO : 1) Berat badan 20 % dibawah berat badan ideal
2). Stretorea
3). Bising usus hiperaktif
4). Tonus otot menurun
Kurang pengetahuan berhubungan dengan tidak familiar dengan sumber informasi
DS : “ Bagaimana keadaan anak saya sus, sakitnya parah atau tidak, saya takut sekali jika anak saya
kenapa-kenapa“
DO : 1). Ketikakuratan mengikuti perintah
2). Ketidakakuratan performa uji
Intervensi Keperawatan
Diagnosa
Keperawatan
Tujuan Intervensi Keperawatan Rasional
Peningkatan suhu
tubuh berhubungan
dengan peningkatan
laju metabolism
Defisit volume
cairan berhubungan
dengan kehilangan
cairan aktif
Klien akan dapat
melaporkan suhu tubuh
normal dalam waktu 1 x
24 jam dengan criteria
hasil :
Badan hangat
Kulit normal
Tidak terjadi kejang
Klien akan dapat
melaporkan kebutuhan
cairan terpenuhi dalam
waktu 2 x 24 jam
dengan criteria hasil :
Volume cairan adekuat
Kekuatan tubuh kembali
normal
Klien tenang
Ukur tanda-tanda vital ( suhu )
Berikan kompres hangat
Tingkatkan intake cairan
Observasi tanda-tanda vital
paling sedikit setiap tiga jam
Observasi dan cata intake dan
output
Timbang berat badan
Monitor pemberian cairan
melalui intravena setiap jam
Suhu 38,90c-41,10c,
menunjukkan proses
penyakit infeksi akut
Kompres hangat akan
terjadi perpindahan
panas konduksi
Untuk mengganti cairan
tubuh yang hilang akibat
evaporasi
Penurunan sirkulasi
darah dapat terjadi dari
peningkatan kehilangan
cairan mengakibatkan
hipotensi dan takikardia
Menunjukkan status
volume sirkulasi,
terjadinya/perbaikan
perpindahan cairan, dan
respon terhadap terapi
Kebutuhan nutrisi
kurang dari
kebutuhan tubuh
berhubungan dengan
ketidakmampuan
untuk mencerna
makanan Klien akan dapat
melaporkan nutrisi
terpenuhi dalam waktu
2
x 24 jam dengan criteria
hasil :
Nutrisi adekuat BAB
normal
Tidak ada sariawan
Timbang berat badan setiap
hari atau sesuai indikasi
Ciptakan lingkungan yang
nyaman
Berikan makanan yang disertai
dengan suplemen nutrisi untuk
meningkatkan kualitas intake
nutrisi
Anjurkan kepada orang tua
untuk memberikan makanan
dengan teknik porsi kecil tapi
sering secara bertahap
Anjurkan kebersihan oral
Timbang berat badan setiap
hari pada waktu yang sama dan
dengan skala yang sama
Tentukan kemampuan dan
kemauan untuk belajar
Jelaskan rasional pengobatan,
dosis, efek samping dan
pentingnya minum obat sesuai
Mengukur keadekuatan
penggantian cairan
sesuai fungsi ginjal
Mempertahankan
keseimbangan
cairan/elektrolit
Memberikan informasi
tentang kebutuhan
diet/keefektifan terapi
Lingkungan yang nyaman menurunkan stress dan lebih kondusif untuk makan
Memberikan masukan nutrisi yang adekuat yang diperlukan tubuh
Porsi lebih kecil dapat
meningkatkan masukan
Defisiensi
pengetahuan
berhuibungan
dengan tidak
familiar dengan
sumber informasi
Klien akan dapat
melaporkan mengerti
dan memahami proses
penyakit dan
pengobatan dalam
resep
Beri pendidikan kesehatan
mengenai penyakit DHF
Mulut yang bersih dapat
meningkatkan nafsu
makan
Mengawasi penurunan
berat badan
Adanya keinginan untuk
belajar memudahkan
penerimaan informasi
Dapat meningkatkan
kerjasama dengan terapi
obat dan mencegah
penghentian pada obat
dan atau interkasi obat
yang merugikan
Dapat meningkatkan
pengetahuan pasien dan
dapat mengurangi
kecemasan
waktu 1 x 45 menit
dengan criteria hasil :
Ibu klien tenang, tidak
cemas
Informasi adekuat
Implementasi Keperawatan
Hari/Tanggal DX Implementasi Keperawatan Hasil
Selasa, 21 september 2012
08.00
09.00
10.00
Selasa, 21 september 2012
11.00
12.50
08.30
12.05
12.10
I
II
Mengukur tanda-tanda vital ( suhu )
Memberikan kompres hangat
Meningkatkan intake cairan
Mengobservasi tanda-tanda vital paling sedikit
setiap tiga jam
Mengobservasi dan catat intake dan output
Menimbang berat badan
Menonitor pemberian cairan melalui intravena
setiap jam
Memberikan makanan yang disertai dengan
suplemen nutrisi untuk meningkatkan
kualitas intake nutrisi
Menganjurkan kepada orang tua untuk
memberikan makanan dengan teknik
Suhu tubuh 37,5
Badan klien
Panas
Cairan tubuh yang hilang tidak
adekuat
Suhu tubuh 37,5 c
Intake dan output tidak adekuat
Berat badan klien 16 kg
Cairan tubuh klien tidak adekuat
Nafsu makan klien belum ada
Klien makan 1/4 dari porsi
yang disediakan
Ibu klien menerapkan saran
perawat
Tidak terjadi peningkatan berat
13.00
14.00
Selasa, 21 september 2012
08.30
11.30
12.00
12.30
12.45
Selasa, 21 september 2012
09.45
09.55
III
IV
porsi kecil tapi sering secara bertahap
Menimbang berat badan setiap hari pada
waktu yang sama dan dengan skala yang
sama
Menimbang berat badan setiap hari atau sesuai
indikasi
Menganjurkan istirahat sebelum makan
Mmberikan kebersihan mulut terutama
sebelum makan
Menciptakan lingkungan yang nyaman
Mengkolaborasi dengan tim ahli gizi
Menententukan kemampuan dan kemauan
untuk belajar
Menjelaskan rasional pengobatan, dosis, efek
samping dan pentingnya minum obat
sesuai resep
Memberi pendidikan kesehatan mengenai
penyakit DHF
Mengukur tanda-tanda vital ( suhu )
badan
Berat badan klien 16 kg
Berat badan klien 16 kg
Klien terlihat
Tenang
Klien makan 3-4 sendok
Klien terlihat tenang
Klien diberi vometa ½ sendok
makan dan klien masih
mual setelah minum obat
Ibu klien mau untuk belajar
Keluarga klien mengerti tentang
rasional pengobatan
Ibu klien dapat menjelaskan dan
mengulang mengenai
penyakit DHF
Suhu tubuh klien 37,0 c
Badan klien masih hangat
Intake cairan tidak adekuat
Suhu tubuh klien 37 c
Nadi 116 x/menit
Intake dan output tidak adekuat,
10.05
Rabu, 22 september 2012
08.00
09.00
10.00
Rabu, 22 september 2012
11.00
12.50
12.05
Rabu, 22 september 2012
08.30
12.00
12.45
I
II
III
Memberikan kompres hangat
Meningkatkan intake cairan
Mengobservasi tanda-tanda vital paling sedikit
setiap tiga jam
Mengobservasi dan cata intake dan output
Menonitor pemberian cairan melalui intravena
setiap jam
Menimbang berat badan setiap hari atau sesuai
indikasi
Mmberikan kebersihan mulut terutama
sebelum makan
Mengkolaborasi dengan tim ahli gizi
Mengukur tanda-tanda vital
Memberikan kompres hangat
3.Meningkatkan intake cairan
Mengobservasi tanda-tanda vital setiap tiga
jam atau sesuai indikasi
Mengobservasi dan catat intake output
minum 3-4 gelas perhari
IV RL 28 tetes / menit
Berat badan klien 17 kg
Nafsu makan klien belum ada
Klien mual
Suhu tubuh 36,5 c
Badan sudah tidak panas lagi
Intake cairan terpenuhi
Suhu tubuh normal 36,5 c
Intake dan output adekuat, klien
minum -6 gelas / hari
IV RL 20 tetes/menit
Berat badan 18 kg
Nafsu makan kembali normal
Klien tidak mual atau muntah
saat diberikan vometa 1/2
Kamis, 23 September 2012
08.00
09.00
10.00
Kamis, 23 September 2012
11.00
12.50
12.05
Kamis, 23 September 2012
08.30
12.00
12.45
I
II
III
Intake dan output adekuat, klien minum -6
gelas / hari
Menimbang berat badan setiap hari atau sesuai
indikasi
Memberikan kebersihan mutut terutama
sebelum makan
Mengkolaborasi dengan tim ahli gizi
Evaluasi keperawatan
HARI 1 Selasa, 21 September 2012
DX I
S : “ badan anak masih panas“
O : suhu tubuh klien 37,5 c
A : Suhu tubuh tidak normal
P : Lanjutkan intervensi
Mengukur tanda-tanda vital ( suhu )
Memberikan kompres hangat
Meningkatkan intake cairan
Selasa, 21 September 2012
DX 2
S : “ anak saya hanya minum sedikit “
O : - Mukosa bibir kering, minum sehari 1-2 gelas
A : Volume cairan tidak adekuat
P : Lanjutkan intervensi
Mengobservasi tanda-tanda vital paling sedikit setiap tiga jam
Mengobservasi dan cata intake dan output
Menonitor pemberian cairan melalui intravena setiap jam
Selasa, 21 Sepetember 2012
DX 3
S : “ anak saya belum mau makan “
O : BB 16,0 kg
A : Kebutuhan nutrisi tidak adekuat
P : Lanjutkan intervensi
Menimbang berat badan setiap hari atau sesuai indikasi
Memberikan kebersihan mulut terutama sebelum makan
Mengkolaborasi dengan tim ahli gizi
Selasa, 21 september 2012
DX 4
S : “ saya sudah mengetahui tentang penyakit anak saya “
O : Ibu klien melakukan tindakan mandiri dan tidak terlihat bingung
A : Pengetahuan adekuat
P : Pertahankan intervensi
HARI 2 Rabu, 22 September 2012
DX 1
S : “ badan anak saya masih panas “
O : Suhu tubuh 37 c
A : Suhu tubuh tidak normal
P : Lanjutkan intervensi
Mengukur tanda-tanda vital ( suhu )
Memberikan kompres hangat
Meningkatkan intake cairan
Rabu, 22 September 2012
DX 2
S : “ anak saya sedikit minum sus “
O : minum 3-4 gelas /hari, turgor kulit jelek
A : volume cairan tidak adekuat
P : Lanjutkan intervensi
Mengobservasi tanda-tanda vital paling sedikit setiap tiga jam
Mengobservasi dan cata intake dan output
Menonitor pemberian cairan melalui intravena setiap jam
Rabu, 22 September 2012
DX 3
S : “ anak saya makan sedikit saja “
O : berat badan 17 kg, makan setengah dari porsi yang disediakan
A : Nutrisi tidak adekuat
P :Lanjutkan intervensi
Menimbang berat badan setiap hari atau sesuai indikasi
Memberikan kebersihan mulut terutama sebelum makan
Mengkolaborasi dengan tim ahli gizi
HARI 3 Kamis, 23 September 2012
DX 1
S : “ anak saya sudah tidak panas lagi badannya “
O : suhu tubuh 36,5 c
A : Suhu tubuh kembali normal
P : Pertahankan intervensi
DX 2
S : “ anak saya sudah mau dan sering minum sus “
O : Klien minum 5-6 gelas / hari
Klien tidak ada muntal
A : Volume cairan adekuat
P : pertahankan intervensi
DX 3
S : “ anak saya sudah mau makan sus “
O : Klien menghabiskan porsi makan yang disediakan
Klien tidak ada muntah
Berat badan klien 18 kg
A : Nutrisi terpenuhi/ adekuat
P : Pertahankan intervensi
BAB 4
PENUTUP
Kesimpulan
Pada pengkajian yang penulis lakukan didapatkan data yang menunjukkan gejala DHF, adanya
demam tinggi, badan lemas, mukosa bibir kering disertai sedikit minum dan tidak nafsu makan.
Terjadi penurunan berat badan hingga 2 kg. Klien di diagnose medis DHF akibat terinfeksi virus
dengue melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypti.
Pada diagnose keperawatan yang penyusun dapatkan pada An. W ada 4 diagnosa yaitu : Hipertermi
berhubungan dengan peningkatan laju metabolism, defisit volume cairan berhubungan dengan
kehilangan cairan aktif, perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
ketidakmampuan untuk mencerna makanan, defisiensi pengetahuan berhubungan dengan tidak
familiar dengan sumber informasi.
Intervensi keperawatan yang telah disusun semua berdasarkan standar asuhan keperawatan. Pada
diagnose hipertermi intervensi yang dibuat adalah Ukur tanda-tanda vital ( suhu ), Berikan
kompres hangat, Tingkatkan intake cairan. Diagnosa deficit volume cairan intervensi yang dibuat
adalah Observasi tanda-tanda vital paling sedikit setiap tiga jam, dan Observasi dan cata intake
dan output. Diagnosa perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh intervensi yang dibuat
adalah Timbang berat badan, Monitor pemberian cairan melalui intravena setiap jam, Timbang
berat badan setiap hari atau sesuai indikasi, Ciptakan lingkungan yang nyaman, Berikan
makanan yang disertai dengan suplemen nutrisi untuk meningkatkan kualitas intake nutrisi,
Anjurkan kepada orang tua untuk memberikan makanan dengan teknik porsi kecil tapi sering
secara bertahap, Anjurkan kebersihan oral, Timbang berat badan setiap hari pada waktu yang
sama dan dengan skala yang sama
Diagnosa defisiensi pengetahuan intervensi yang dibuat adalah Tentukan kemampuan dan
kemauan untuk belajar, Jelaskan rasional pengobatan, dosis, efek samping dan pentingnya
minum obat sesuai resep, Beri pendidikan kesehatan mengenai penyakit DHF.
Implementasi keperawatan yang dilakukan untuk mengatasi masalah diagnose hipertermi
berhubungan dengan peningkatan laju metabolism tindakan yang dilakukan untuk mengatasinya
adalah mengukur tanda-tanda vital ( suhu ), memberikan kompres hangat, meningkatkan intake
cairan. Diagnosa deficit volume cairan tindakan yang dilakukan untuk mengatasinya adalah
mengobservasi tanda-tanda vital paling sedikit setiap tiga jam, dan mengobservasi dan cata
intake dan output. Diagnosa perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh tindakan yang
dilakukan untuk mengatasinya adalah menimbang berat badan, memonitor pemberian cairan
melalui intravena setiap jam, menimbang berat badan setiap hari atau sesuai indikasi,
menciptakan lingkungan yang nyaman, memberikan makanan yang disertai dengan suplemen
nutrisi untuk meningkatkan kualitas intake nutrisi, menganjurkan kepada orang tua untuk
memberikan makanan dengan teknik porsi kecil tapi sering secara bertahap, menganjurkan
kebersihan oral, menimbang berat badan setiap hari pada waktu yang sama dan dengan skala
yang sama. Diagnosa defisiensi pengetahuan tindakan yang dilakukan untuk mengatasinya
adalah menentukan kemampuan dan kemauan untuk belajar, menjelaskan rasional pengobatan,
dosis, efek samping dan pentingnya minum obat sesuai resep, dan tidak lupa memberikan
pendidikan kesehatan mengenai penyakit DHF.
Pada tahap akhir, yaitu evaluasi disimpulkan bahwa 4 diagnosa yang ada telah diatasi semua selama
tiga hari perawatan pada An. W yaitu diagnose
Hipertermi berhubungan dengan peningkatan laju metabolism, ditandai dengan suhu tubuh
kembali normal 36,5 C. Defisit volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif
ditandai dengan tidak muntah lagi dan minum 5-6 gelas/hari. Perubahan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidakmampuan untuk mencerna makanan ditandai
dengan berat badan kembali normal 18 kg,tidak ada muntah, dan menghabiskan porsi makan
yang disediakan. Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan tidak familiar dengan sumber
informasi ditandai dengan dapat melakukan tindakan mandiri, mengerti tentang penyakit
anaknya.
Saran
Hendaknya institusi meyediakan referensi yang terbaru untuk meningkatkan kemampuan
mahasiswa/I sehingga dapat memecahkan adanya masalah yang ada di tempat praktek
keperawatan.
Hendaknya masyarakat dapat menyebutkan tanda-tanda DHF sehingga komplikasi DHF dapat
diidentifikasi sedini mungkin.
Hendaknya profesi keperawatan dapat menjamin kompetensi profesi perawat melalui uji kompetensi
yang dilakukan pada setiap perawat sehingga perawat terampil dalam memberikan asuhan
keperawatan.
DAFTAR PUSTAKA
Doenges, Marilynn E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. EGC. Jakarta
Herdman, T. Heather. 2009. Diagnosa Keperawatan Nanda Internasional. EGC. Jakarta
Perry, Potter. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan. EGC. Jakarta
Agustiani, Nurlinda. 2008. Karya Tulis Ilmiah DHF. Samarinda
M. Nurs, Nursalam. 2005. Asuhan Keperawatan pada bayi dan anak. Salemba Medika. Jakarta
Suriadi, Yuliani, Rita. 2010. Asuhan Keperawatan Pada Anak edisi 2. Sagung Seto. Jakarta