21
BAB I LAPORAN PENDAHULUAN 1. DEFINISI Demam berdarah dengue adalah penyakit yang terdapat pada anak dan dewasa dengan gejala utama demam, nyeri otot dan sendi yang biasanya memburuk setelah dua hari pertama. (Noer, dkk, 1999). 2. ETIOLOGI Virus dengue yang termasuk kelompok B Arthropod Borne Virus (Arbovirus) yang sekarang dikenal sebagai genus flavivirus, familio flavivisidae dan mempunyai 4 jenis serotipe, yaitu : DEN – 1 , DEN – 2 , DEN – 3, DEN – 4. Di Indonesia pengamatan virus dengue yang dilakukan sejak tahun 1975 di beberapa Rumah Sakit menunjukkan keempat serotipe di temukan dan bersirkulasi sepanjang tahun. Serotipe DEN – 3 merupakan serotype yang dominan dan diasumsikan banyak yang menunjukkan manifestasi klinik yang berat. 3. ANATOMI FISIOLOGI 1

Askep Demam Berdarah (Dhf)

Embed Size (px)

DESCRIPTION

perawat

Citation preview

BAB ILAPORAN PENDAHULUAN

1. DEFINISIDemam berdarah dengue adalah penyakit yang terdapat pada anak dan dewasa dengan gejala utama demam, nyeri otot dan sendi yang biasanya memburuk setelah dua hari pertama. (Noer, dkk, 1999).

2. ETIOLOGIVirus dengue yang termasuk kelompok B Arthropod Borne Virus (Arbovirus) yang sekarang dikenal sebagai genus flavivirus, familio flavivisidae dan mempunyai 4 jenis serotipe, yaitu : DEN 1 , DEN 2 , DEN 3, DEN 4.Di Indonesia pengamatan virus dengue yang dilakukan sejak tahun 1975 di beberapa Rumah Sakit menunjukkan keempat serotipe di temukan dan bersirkulasi sepanjang tahun. Serotipe DEN 3 merupakan serotype yang dominan dan diasumsikan banyak yang menunjukkan manifestasi klinik yang berat.

3. ANATOMI FISIOLOGI1.Sel-sel darah ada 3 macam yaitu:a.Eritrosit (sel darah merah)Eritrosit merupakan sel darah yang telah berdeferensi jauh dan mempunyai fungsi khusus untuk transport oksigen.b.Leukosit (sel darah putih)Sel darah putih yang mengandung inti, normalnya 5.000 9.000 sel/mm.c.Trombosit (sel pembeku darah)Keping darah berwujud cakram protoplasmanya kecil yang dalam peredaran darah tidak berwarna, jumlahnya dapat bevariasi antara 200.000 300.000/mm darah.4. PATOFISIOLOGIFenomena patofisiologi utama yang menentukan berat penyakit dan membedakan demam dengue dengan demam berdarah dengue ialah meningginya permeabilitas dinding kapiler karena pelepasan zat anafilaktoksin, histamin dan serothin sert aktivasi sistim kalikrein yang berakibat ekstravasosi cairan intravascular.

Hal ini mengakibatkan berkurangnya volume plasma, terjadinya hipotensi, hemokonsentrasi, hipeproteinemia, efusi dan syok. Plasma merembes selama perjalanan penyakit mulai dari saat permulaan demam dan mencapai puncaknya padasaat syok.

5. Gejala klinis a.Demam akut suhu 39-42oC dan terjadi pada malam harib.Menggigilc.Perdarahan pada kulit : ptekie, ekimosis, hematomd.Perdarahan lain : epistaksis, hematemasis, hematuri, melenae.Renjatan, nadi cepat dan lemahf.Tekanan darah menurun (< 20 mmHg)g.Kulit dingin dan gelisah

6. KOMPLIKASIMenurut WHO, 1999, komplikasi dari DHF adalah:a. Ensefalopati dengue dapat terjadi pada demam berdarah dengue dengan shok maupun tanpa shok.b. Kejang : Bentuk kejang halus terjadi selama fase demam pada bayi. Kejang ini mungkin hanya kejang demam sederhana, karena cairan serebrospinal ditemukan normal.c. Edema paru dapat terjadi karena hidrasi yang berlebihan selama proses penggantian cairan.d. Pneumonia mungkin terjadi karena adanya komplikasi iatrogenik serta tirah baring yang lama.e. Sepsis Gram negative dapat terjadi karenapenggunaan jalur intravena terkontaminasi.f. Dengue Syok Sindrom (DSS).

7. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIKMenurut Soegijanto (2002), pemeriksaan diagnostic pada pasien DHF meliputi:1. LaboratoriumDarah lengkapa) Hemokonsentrasi (hematokrit meningkat 20% atau lebih). Normal : pria40-48 %.b) Trombositopeni (Jumlah trombosit kurang dari 100.000 mm). Normal : 150000-400000/ui.c) Perpanjangan masa perdarahan dan berkurangnya tingkat protobin.d) Asidosis.e) Kimia darah : hiponatremia, hipokalemia, hipoproteinemia.2. Uji tourniquet positif.Menurut WHO dan Depkes RI (2000), uji tourniquet dilakukan dengan cara memompakan manset sampai ketitik antara tekanan sistolik dan diastolik selama lima menit. Hasil dipastikan positif bila terdapat 10 atau lebih ptekie per 2,5 cm. Pada DHF biasanya uji tourniquet memberikan hasil positif kuat dengan dijumpai 20 ptekie atau lebih. Uji tourniquet bias saja negatif atau hanya positif ringan selama masa shok, dan menunjukkan hasil positif bila dilakukan setelah masa pemulihan fase shok.3. Radiologi foto thorak: 50% ditemukan efusi fleura, efusi pleura dapat terjadi karena adanya rembesen plasma.4. Urine : albuminuria ringan.5. Sumsum tulang : awal hiposeluler kemudian menjadi hiperseluler pada hari ke 5 dengan gangguan maturasi. Hari ke 10 biasanya normal.6. Pemeriksan serologi : dilakukan pengukuran titer antibody pasien dengan cara haemaglutination inhibition tes (HI test)/ dengan uji pengikatan komplemen (complemen fixation test/ CFT) diambil darah vena 2-5 ml.7. USG : hematomegali-splenomegali8. PENATALAKSANAAN MEDIS DAN PERAWATAN1. Medika. DHF tanpa Renjatan (syok). Beri minum banyak ( 1 2 Liter / hari ), seperti jus jambu, air the manis dan gula, sirup, dan susu Obat anti piretik, untuk menurunkanpanas, dapat juga dilakukan kompres Jika kejang maka dapat diberi luminal ( antionvulsan ) untuk anak 1th 75 mg Im. Jika 15 menit kejang belum teratasi , beri lagi luminal dengan dosis 3mg / kb BB ( anak 1th diberikan 5 mg/ kg BB. Berikan infus jika terus muntah dan hematokrit meningkatb. DHF dengan Renjatan. Pasang infus RL Jika dengan infus tidak ada respon maka berikan plasma expander ( 20 30 ml/ kg BB ), warna kuning pekat Tranfusi jika Hb dan Ht turun

2. Keperawatana. Pengawasantanda tanda vitalsecara kontinue tiap jam Pemeriksaan Hb, Ht, Trombocyt tiap 4 Jam Observasi intik output Pada pasienDHF derajat I : Pasien diistirahatkan, observasitanda vitaltiap 3 jam , periksa Hb, Ht, Thrombosit tiap 4 jam beri minum 1 liter 2 liter per hari, berikompres Pada pasien DHF derajat II : pengawasan tanda vital, pemeriksaan Hb, Ht, Thrombocyt, perhatikan gejala seperti nadi lemah, kecil dan cepat, tekanan darah menurun, anuria dan sakit perut, beri infus. Pada pasien DHF derajat III : Infus guyur, posisi semi fowler, beri o2 pengawasan tanda tanda vital tiap 15 menit, pasang cateter, obsrvasi productie urin tiap jam, periksa Hb, Ht dan thrombocyt.b. Resiko Perdarahan Obsevasi perdarahan : Pteckie, Epistaksis, Hematomesis dan melena Catat banyak, warna dari perdarahan Pasang NGT pada pasien dengan perdarahan tractus Gastro Intestinalc. Peningkatan suhu tubuh Observasi / Ukur suhu tubuh secara periodic Beri minum banyak Berikan kompres

9. PENGAKAJIAN DATA DASAR KEPERAWATAN DAN KASUS PENYAKITDalam memberikan asuhan keperawatan, pengkajian merupakan dasar utama dan hal penting dilakukan oleh perawat. Hasil pengkajian yang dilakukan perawat terkumpul dalam bentuk data. Adapun metode atau cara pengumpulan data yang dilakukan dalam pengkajian : wawancara, pemeriksaan (fisik, laboratorium, rontgen), observasi, konsultasi.A. Wawancara Biodata klien, meliputi identitas pasien dan keluarga. Riwayat kesehatan Riwayat kesehatan sekarang. Biasanya klien demam, lemah, sakit kepala, anemia, nyeri ulu hati dan nyeri otot. Riwayat kesehatan keluarga. Sebelumnya apakah ada anggota keluarga yang mengalami penyakit yang sama. Riwayat kesehatan dahulu, Apakah sebelumnya klien pernah mengalami penyakit yang sama.B. Pemeriksaan Fisika. Keadaan umum.Kesadaran : Composmentis, samnolen, koma (tergantung derajat DHF)TTV : Biasanya terjadinya penurunanb. Paru : Pernafasan dangkal, pada perkusi dapat ditemukan bunyi redup karena efusi fleura.Jantung : Dapat terjadi anemia karena ekurangan cairanAbdomen : Nyeri ulu hati, pada palpasi dapat ditemukan pembesaran hepar dan limpac. Ekstremitas : Nyeri sendid. Kulit : Ditemukan ptekie, ekimosis, purpura, hematoma, hyperemiaa). Data subyektif.Adalah data yang dikumpulkan berdasarkan keluhan pasien atau keluarga pada pasien DHF, data obyektif yang sering ditemukan menurut Christianti Effendy, 1995.b). Data obyektif.Adalah data yang diperoleh berdasarkan pengamatan perawat atas kondisi pasien. Data obyektif yang sering dijumpai pada penderita DHF antara lain : Suhu tubuh tinggi, menggigil, wajah tampak kemerahan. Mukosa mulut kering, perdarahan gusi, lidah kotor. Tampak bintik merah pada kulit (petekia), uji torniquet (+), epistaksis, ekimosis, hematoma, hematemesis, melena. Hiperemia pada tenggorokan. Nyeri tekan pada epigastrik. Pada palpasi teraba adanya pembesaran hati dan limpa. Pada renjatan (derajat IV) nadi cepat dan lemah, hipotensi, ekstremitas dingin, gelisah, sianosis perifer, nafas dangkal.\c.). Pemeriksaan laboratorium pada DHF.

10. DIAGNOSA KEPERAWATAN1. Peningkatan suhu tubuh (Hipertermi) berhubungan dengan proses infeksi virus.2. dengue (viremia).3. Resiko defisit volume cairan berhubungan dengan pindahnya cairan intravaskuler ke ekstravaskuler4. Resiko terjadinya cidera (perdarahan) berhubungan dengan penurunan faktor faktor pembekuan darah ( trombositopeni )

11. INTERVENSI KEPERAWATAN DAN RASIONAL1. Peningkatan suhu tubuh (Hipertermi) berhubungan dengan proses infeksi virus dengue (viremia). Tujuan : Suhu tubuh normal kembali setelah mendapatkan tindakan perawatan. Kriteria hasil : Suhu tubuh antara 36 37, membran mukosa basah, nadi dalam batas normal (80-100 x/mnt), Nyeri otot hilang.Intervensi : Berikan kompres (air biasa / kran).Rasional : Kompres dingin akan terjadi pemindahan panas secara konduksi. Berikan / anjurkan pasien untuk banyak minum 1500-2000 cc/hari ( sesuai toleransi ).Rasional : Untuk mengganti cairan tubuh yang hilang akibat evaporasi. Anjurkan keluarga agar mengenakan pakaian yang tipis dan mudah menyerap keringat pada klien.Rasional : Memberikan rasa nyaman dan pakaian yang tipis mudah menyerap keringat dan tidak merangsang peningkatan suhu tubuh. Kolaborasi : pemberian cairan intravena dan pemberian obat antipiretik sesuai program.Rasional : Pemberian cairan sangat penting bagi pasien dengan suhu tubuh yang tinggi. Obat khususnyauntuk menurunkan suhu tubuh pasien.

2. Resiko defisit volume cairan berhubungan dengan pindahnya cairan intravaskuler ke ekstravaskuler. Tujuan : Tidak terjadi devisit voume cairan / Tidak terjadi syok hipovolemik. Kriteria : Input dan output seimbang, Vital sign dalam batas normal (TD 100/70 mmHg, N: 80-120x/mnt), Tidak ada tanda presyok, Akral hangat, Capilarry refill < 3 detik, Pulsasi kuat.Intervensi : Observas vital sign tiap 3 jam/lebih seringRasional : Vital sign membantu mengidentifikasi fluktuasi cairan intravaskuler Observasi capillary RefillRasional : Indikasi keadekuatan sirkulasi perifer Observasi intake dan output. Catat jumlah, warna, konsentrasi, BJ urine.Rasional : Penurunan haluaran urine pekat dengan peningkatan BJ diduga dehidrasi. Anjurkan untuk minum 1500-2000 ml /hari (sesuai toleransi)Rasional : Untuk memenuhi kabutuhan cairan tubuh peroral Kolaborasi : Pemberian cairan intravena, plasma atau darah.Rasional : Dapat meningkatkan jumlah cairan tubuh, untuk mencegah terjadinya hipovolemic syok.

3. Resiko terjadi perdarahan berhubungan dengan penurunan factor-faktor pembekuan darah ( trombositopeni ).Tujuan : Tidak terjadi perdarahan selama dalam masa perawatan.Kriteria : TD 100/60 mmHg, N: 80-100x/menit reguler, pulsasi kuat, tidak ada perdarahan spontan (gusi, hidung, hematemesis dan melena), trombosit dalam batas normal (150.000/uL).Intervensi : Anjurkan pada klien untuk banyak istirahat tirah baring ( bedrest )Rasional : Aktifitas pasien yang tidak terkontrol dapat menyebabkan terjadinya perdarahan. Berikan penjelasan kepada klien dan keluarga tentang bahaya yang dapat timbul akibat dari adanya perdarahan, dan anjurkan untuk segera melaporkan jika ada tanda perdarahan seperti di gusi, hidung(epistaksis), berak darah (melena), atau muntah darah (hematemesis).Rasional : Keterlibatan pasien dan keluarga dapat membantu untuk penaganan dini bila terjadi perdarahan. Antisipasi adanya perdarahan : gunakan sikat gigi yang lunak, pelihara kebersihan mulut, berikan tekanan 5-10 menit setiap selesai ambil darah dan Observasi tanda-tanda perdarahan serta tanda vital (tekanan darah, nadi, suhu dan pernafasan).Rasional : Mencegah terjadinya perdarahan lebih lanjut. Kolaborasi dalam pemeriksaan laboratorium secara berkala (darah lengkap). Monitor tanda-tanda penurunan trombosit yang disertai tanda klinis.Rasional : Penurunan trombosit merupakan tanda adanya kebocoran pembuluh darah yang pada tahap tertentu dapat menimbulkan tanda-tanda klinis seperti epistaksis, ptike. Monitor trombosit setiap hariRasional : Dengan trombosit yang dipantau setiap hari, dapat diketahui tingkat kebocoran pembuluh darah dan kemungkinan perdarahan yang dialami pasien. Kolaborasi dalam pemberian transfusi (trombosit concentrate).

BAB IIIKESIMPULAN1. Demam berdarah dengue (DBD) ialah penyakit yang terdapat pada anak dan dewasa dengan gejala utama demam, nyeri otot dan sendi, yang biasanya memburuk pada hari kedua.2. Virus dengue tergolong dalam grup Flaviviridae dengan 4 serotipe, DEN 3, merupakan serotie yang paling banyak.3. Vektor utama dengue di Indonesia adalah Aedes Aegypti.4. Gejala utama demam berdarah dengue (DBD) adalah demam, pendarahan, hepatomegali dan syok.5. Kriteria diagnosis terdiri dari kriteria klinis dan kriteria laboratoris. Dua criteria klinis ditambah trombosipenia dan peningkatan hmatokrit cukup untuk menegakkan diagnosis demam berdarah dengue.6. Penatalaksanaan demam berdarah dengue bersifat simtomatif yaitu mengobati gejala penyerta dan suportif yaitu mengganti cairan yang hilang.

DAFTAR PUSTAKASuharyono. TATA LAKSANA DEMAM BERDARAH DENGUE DIINDONESIA. Depkes & Kesejahteraan Sosial Dirjen Pemberantasan PenyakitMenular & Penyehatan Lingkungan Hidup. Hal 1 33.

Hendrawanto. Buku Ajar ILMU PENYAKIT DALAM Jilid I Edisi KetigaPERSATUAN AHLI PENYAKIT DALAM INDONESIA. Hal 417 426.

Mansjoer, Arif. Triyanti, Kuspuji. Savitri, Rakhmi. Wardani, Wahyu Ika.Setiowulan, Wiwiek. KAPITA SELEKTA KEDOKTERAN. Media AesculapiusFK UI Edisi ketiga Jilid I. Hal 428 433.Christantie, Effendy. SKp, Perawatan Pasien DHF. Jakarta, EGC.Prinsip Prinsip Keperawatan Nancy Roper hal 269 267Noer, Sjaifoellah dkk. 1998. Standar Perawatan Pasien. Monica Ester : Jakarta.

LAPORAN PENDAHULUAN

DEMAM BERDARAH ( DHF )

SUCI AMALIA

1310069401 074

AKADEMI KEPERAWATAN JAMBI YAYASAN TELANAI BHAKTITAHUN AJARAN 2013/2014

15