37
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kelainan kongenital merupakan kelainan dalam pertumbuhan struktur bayi yang timbul sejak kehidupan hasiI konsepsi sel telur. Kelainan kongenital dapat merupakan sebab penting terjadinya abortus, lahir mati atau kematian segera setelah lahir. Kematian bayi dalam bulan-bulan pertama kehidupannya sering diakibatkan oleh kelainan kongenital yang cukup berat, hal ini seakan-akan merupakan suatu seleksi alam terhadap kelangsungan hidup bayi yang dilahirkan. Bayi yang dilahirkan dengan kelainan kongenitaI besar, umumnya akan dilahirkan sebagai bayi berat lahir rendah bahkan sering pula sebagai bayi kecil untuk masa kehamilannya. Bayi berat lahir rendah dengan kelainan kongenital berat, kira-kira 20% meninggal dalam minggu pertama kehidupannya. Disamping pemeriksaan fisik, radiologik dan laboratorik untuk menegakkan diagnose kelainan kongenital setelah bayi lahir, dikenal pula adanya diagnosisi pre/- ante natal kelainan kongenital dengan beberapa cara pemeriksaan tertentu misalnya pemeriksaan

Askeb Neo Meningokel+Gigitan Ular

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Askeb Neo Meningokel+Gigitan Ular

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kelainan kongenital merupakan kelainan dalam pertumbuhan struktur

bayi yang timbul sejak kehidupan hasiI konsepsi sel telur. Kelainan kongenital

dapat merupakan sebab penting terjadinya abortus, lahir mati atau kematian

segera setelah lahir. Kematian bayi dalam bulan-bulan pertama kehidupannya

sering diakibatkan oleh kelainan kongenital yang cukup berat, hal ini seakan-

akan merupakan suatu seleksi alam terhadap kelangsungan hidup bayi yang

dilahirkan. Bayi yang dilahirkan dengan kelainan kongenitaI besar, umumnya

akan dilahirkan sebagai bayi berat lahir rendah bahkan sering pula sebagai

bayi kecil untuk masa kehamilannya. Bayi berat lahir rendah dengan kelainan

kongenital berat, kira-kira 20% meninggal dalam minggu pertama

kehidupannya. Disamping pemeriksaan fisik, radiologik dan laboratorik untuk

menegakkan diagnose kelainan kongenital setelah bayi lahir, dikenal pula

adanya diagnosisi pre/- ante natal kelainan kongenital dengan beberapa cara

pemeriksaan tertentu misalnya pemeriksaan ultrasonografi, pemeriksaan air

ketuban dan darah janin.

Penyebab langsung kelainan kongenital sering kali sukar diketahui.

Pertumbuhan embrional dan fetal dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti

faktor genetik, faktor lingkungan atau kedua faktor secara bersamaan.

Banyak kelainan kongenital yang tidak diketahui penyebabnya. Faktor

janinnya sendiri dan faktor lingkungan hidup janin diduga dapat menjadi

faktor penyebabnya. Masalah sosial, hipoksia, hipotermia, atau hipertermia

diduga dapat menjadi faktor penyebabnya. Seringkali penyebab kelainan

kongenitai tidak diketahui.

Salah satu kelainan kongenital yang sering terjadi adalah meningokel.

Angka kejadiannya adalah 3 di antara 1000 kelahiran. Terjadi karena adanya

defek pada penutupan spina yang berhubungan dengan pertumbuhan yang

tidak normal korda spinalis atau penutupnya.

Page 2: Askeb Neo Meningokel+Gigitan Ular

Biasanya terletak di garis tengah. Meningokel biasanya terdapat di

daerah servikal atau daerah torakal sebelah atas. Kantong hanya berisi selaput

otak, sedangkan korda tetap dalam korda spinalis (dalam durameter tidak

terdapat saraf).

B. Rumusan Masalah

a. Apa pengertian dari meningokel?

b. Apa etiologi dari maningokel?

c. Apa tanda dan gejala dari meningokel?

d. Bagaimana patofisiologi dari meningokel?

e. Bagaimana cara penatalaksanaan terhadap meningokel?

C. Tujuan

1. Untuk memenuhi tugas mata kuliah Asuhan Neonatus, Bayi dan Balita.

2. Untuk mengetahui dan memahami apa yang dimaksud dengan meningokel dan

dapat memberikan asuhan yang sesuai.

Page 3: Askeb Neo Meningokel+Gigitan Ular

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian

Meningokel merupakan benjolan berbentuk kista di garis tengah tulang

belakang yang umumnya terdapat di daerah lumbosakral. Lapisan meningeal

berupa durameter dan araknoid menonjol sebagai kista keluar kanalis vertebralis,

sedangkan medula spinalis masih di tempat yang normal. Benjolan ditutup

dengan membran tipis yang semitransparan berwarna kebiruan atau terkadang

ditutupi oleh kulit yang dapat menunjukkan hipertrikosis atau sebagai nevus.

Pada transiluminasi tidak terlihat jaringan saraf pusat di dinding benjolan. Fungsi

tungkai bawah biasanya masih normal, hanya terkadang disertai adanya

gangguan.

Meningokel merupakan kelainan kongenital SSP yang paling sering terjadi.

Biasanya terletak di garis tengah. Meningokel biasanya terdapat di daerah

servikal atau daerah torakal sebelah atas. Kantong hanya berisi selaput otak,

sedangkan korda tetap dalam korda spinalis (dalam durameter tidak terdapat

saraf). Tidak terdapat gangguan sensorik dan motorik. Bayi akan menjadi normal

sesudah operasi.

B. Etiologi

Penyebab spesifik dari meningokel atau spina bifida belum diketahui.

Banyak faktor seperti keturunan dan lingkungan diduga terlibat dalam terjadinya

defek ini. Tuba neural umumnya lengkap empat minggu setelah konsepsi. Hal-

hal berikut ini telah ditetapkan sebagai faktor penyebab; kadar vitamin maternal

rendah, termasuk asam folat, mengonsumsi klomifen dan asam valfroat, dan

hipertermia selama kehamilan. Diperkirakan hampir 50% defek tuba neural dapat

dicegah jika wanita bersangkutan meminum vitamin-vitamin prakonsepsi

termasuk asam folat.

Kelainan kongenital SSP yang paling sering dan penting ialah defek

tabung neural yang terjadi pada 3-4 per 100.000 lahir hidup. Bermacam-

Page 4: Askeb Neo Meningokel+Gigitan Ular

macam penyebab yang berat menentukan morbiditas dan mortalitas, tetapi

banyak dari abnormalitas ini mempunyai makna klinis yang kecil dan hanya

dapat dideteksi pada kehidupan lanjut yang ditemukan secara kebetulan.

C. Gambaran klinis

Akibat spina bifida, terjadi sejumlah disfungsi tertentu pada rangka, kulit

dan saluran genitourinari, tetapi tergantung pada bagian medulla spinalis yang

terkena. Pada meningokel dapat ditemukan:

1. Kantong herniasi CSS yang dapat dilihat pada daerah lumbosakral.

2. Hidrosefalus.

D. Patofisiologi

Ada dua jenis kegagalan penyatuan lamina vertebrata dan kolumna spinalis

yaitu spina bifida okulta dan spina bifida sistika.

Spina bifida okulta adalah defek penutupan dengan meningen tidak

terpajan di permukaan kulit. Defek vertebralnya kecil, umumnya pada daerah

lumbosakral.

Spina bifida sistika adalah defek penutupan yang menyebabkan penonjolan

medula spinalis dan pembungkusnya. Meningokel adalah penonjolan yang terdiri

dari meninges dan sebuah kantong berisi cairan serebrospinal (CSS): penonjolan

ini tertutup kulit biasa. Tidak ada kelainan neurologi, dan medulla spinalis tidak

terkena. Hidrosefalus terdapat pada 20% kasus spina bifida sistika. Meningokel

umumnya terdapat pada lumbosakral atau sacral. Hidrosefalus terdapat pada

hampir semua anak yang menderita spina bifida (85% sampai 90%), kira-kira

60% sampai 70% tersebut memiliki IQ normal.

Banyak ahli percaya bahwa defek primer pada NTD (neural tube defect)

merupakan kegagalan penutupan tuba neural selama perkembangan awal embrio.

Akan tetapi, ada bukti bahwa defek ini merupakan akibat dari pemisahan tuba

neural yang sudah menutup karena peningkatan abnormal tekanan cairan

serebrospinal selama trimester pertama. Derajat disfungsi neurologik secara

Page 5: Askeb Neo Meningokel+Gigitan Ular

lansung berhubungan dengan level anatomis defek tersebut dan saraf-saraf yang

terlibat.

Pembedahan dilakukan secepatnya pada spina bifida yang tidak tertutup

kulit, sebaiknya dalam minggu pertama setelah lahir. Kadang-kadang sebagai

akibat eksisi meningokel terjadi hidrosefalus sementara atau menetap, karena

permukaan absorpsi CSS yang berkurang.

Kegagalan tabung neural untuk menutup pada hari ke-28 gestasi, atau

kerusakan pada strukturnya setelah penutupan dapat dideteksi in utero dengan

pemeriksaan ultrasonogrfi. Pada 90% kasus, kadar alfa-fetoprotein dalam serum

ibu dan cairan amnion ditemukan meningkat. Penemuan ini sering digunakan

sebagai prosedur skrining. Keterlibatan baik kranial maupun spinal dapat terjadi

terminology spina bifida digunakan pada keterlibatan spinal, apabila malformasi

SSP disertai rachischisis maka terjadi kegagalan lamina vertebrata.

Posisi tengkurap mempengaruhi aspek lain dari perawatan bayi. Misalnya,

posisi bayi ini, bayi lebih sulit dibersihkan, area-area ancaman merupakan

ancaman yang pasti, dan pemberian makanan menjadi masalah.

Bayi biasanya diletakkan di dalam incubator atau pemanas sehingga

temperaturnya dapat dipertahankan tanpa pakaian atau penutup yang dapat

mengiritasi lesi yang rapuh. Apabila digunakan penghangat overhead, balutan di

atas defek perlu sering dilembabkan karena efek pengering dari panas yang

dipancarkan.

Sebelum pembedahan, kantung dipertahankan tetap lembap dengan

meletakkan balutan steril, lembab, dan tidak lengket di atas defek tersebut.

Larutan pelembab yang dilakukan adalah salin normal steril. Balutan diganti

dengan sering (setiap 2 sampai 4 jam). Dan sakus tersebut diamati dengan cermat

terhadap kebocoran, abrasi, iritasi, atau tanda-tanda infeksi. Sakus tersebut harus

dibersihkan dengan sangat hati-hati jika kotor atau terkontaminasi. Kadang-

kadang sakus pecah selama pemindahan dan lubang pada sakus meningkatkan

resiko infeksi pada system saram pusat.

Page 6: Askeb Neo Meningokel+Gigitan Ular

Latihan rentang gerak ringan kadang-kadang dilakukan untuk mencegah

kontraktur, dan meregangkan kontraktur dilakukan, bila diindikasikan. Akan

tetapi latihan ini dibatasi hanya pada kaki, pergelangan kaki dan sendi lutut. Bila

sendi panggul tidak stabil, peregangan terhadap fleksor pinggul yang kaku atau

otot-otot adductor, mempererat kecenderungan subluksasi.

Penurunan harga diri menjadi ciri khas pada anak dan remaja yang

menderita keadaan ini. Remaja merasa khawatir akan kemampuan seksualnya,

penguasaan sosial, hubungan kelompok remaja sebaya, dan kematangan serta

daya tariknya. Beratnya ketidakmampuan tersebut lebih berhubungan dengan

persepsi diri terhadap kemampuannya dari pada ketidakmampuan yang

sebenarnya ada pada remaja itu.

E. Deteksi prenatal

Terdapat kemungkinan untuk menentukan adanya beberapa NTD terbuka

selama masa prenatal. Pemindaian ultrasuara pada uterus dan peningkatan

konsentrasi alfafetoprotein (AFP), suatu gamma, globulin yang spesifik pada

fetus, dalam cairan amnion mengindikasikan adanya arensefali atau

mielomeningokel. Waktu yang tepat untuk melakukan pemeriksaan diagnostic ini

adalah pada usia gestasi 16 dan 18 minggu, sebelum konsentrasi AFP yang

normalnya menurun, dan pada saat yang tepat untuk melakukan aborsi

terapeutik. Pengambilan sampel virus koronik (chorionic villus sampling, CVS)

juga merupakan pemeriksaan untuk diagnostik NTD pada masa prenatal.

Prosedur diagnostic di atas direkomendasikan untuk semua ibu yang telah

melahirkan anak dengan gangguan ini dan dan pemeriksaan ditawarkan bagi

semua wanita hamil. Selain itu, rencana kelahiran dengan sesar dapat

menurunkan disfungsi motorik.

F. Penatalaksanaan medis dan bedah

Pembedahan mielomeningokel dilakukan pada periode neonatal untuk

mencegah rupture. Perbaikan dengan pembedahan pada lesi spinal dan pirau CSS

Page 7: Askeb Neo Meningokel+Gigitan Ular

pada bayi hidrosefalus dilakukan pada saat kelahiran. Pencangkokan kulit

diperlakukan bila lesinya besar. Antibiotic profilaktik diberikan untuk mencegah

meningitis. Intervensi keperawatan yang dilakukan tergantung ada tidaknya

disfungsi dan berat ringannya disfungsi tersebut pada berbagai system tubuh.

Untuk spina bifida okulta atau maningokel tidak diperlukan pengobatan

Perbaikan mielomeningokel, dan kadang-kadang meningokel, secara bedah

diperlukan

Apabila dilakukan perbedahan secara bedah, maka perlu dipasang suatu

pirau (shunt) untuk memungkinkan drainase CSS dan mencegah timbulnya

hidrosefalus dan peningkatan tekanan intrakranium

Seksio sesarae terencana, sebelum melahirkan, dapat mengurangi

kerusakan neurologis yang terjadi pada bayi dengan defek korda spinalis.

Page 8: Askeb Neo Meningokel+Gigitan Ular

BAB III

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian

a. Anamnesa :

1. Identitas bayi

2. Identitas ibu

3. Riwayat kehamilan ibu

kadar alfa-fetoprotein dalam serum ibu dan cairan amnion ditemukan

meningkat pada usia 16-18 minggu

4. Riwayat kelahiran.

Seksio sesarae terencana atau normal

5. Riwayat Keluarga.

Anak sebelumnya menderita spina bifida

6. Riwayat atau adanya faktor resiko

Jenis kelamin laki-laki

b. Pemeriksaan Fisik.

Observasi adanya manifestasi mielomeningokel

1. Kantong yang dapat dilihat

2. Gangguan sensori biasanya disfungsi motorik paralel

Di bawah vertebra lumbal kedua

Flaksid, paralis parsial arefleksik pada ekstremitas bawah

Berbagai derajat defisit sensori

Inkontenensia aliran berlebihan dengan penetesan urin konstan

Kurang kontrol defikasi

Prolapsus rektal (kadang-kadang)

Di bawah vertebra sakrum ketiga

Tidak ada kerusakan motorik

Dapat berupa anestesia sadel dengan paralis sfingter kandung kemih

dan sfingter anus

Deformitas sendi (terkadang terjadi di uterus)

Page 9: Askeb Neo Meningokel+Gigitan Ular

Talipes valgus atau kontraktur varus

Kifosis

Skoliosis lumbosakral

Dislokasi pinggul

3. Lakukan atau bantu dengan pemeriksaan neurologis

untuk menentukan tingkat kerusakan motorik dan sensorik

4. Inspeksi mielomeningokel untuk adanya perubahan pada

penampilan, sebagai contoh, abrasi, robekan, tanda-tanda infeksi

5. Observasi adanya tanda-tanda hidrosefalus

6. Observasi adanya tanda-tanda alergi lateks

7. Bantu dengan prosedur diagnostik dan pengujian.

Radiologi

Tomografi

B. Diagnosa

1. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan adanya organisme infektif.

2. Risti trauma berhubungan dengan lesi spinal

3. Risti trauma berhubungan dengan kerusakan sirkulasi cairan

serebrospinal

4. Risti cidera berhubungan dengan pemajanan berulang pada produk lateks

dan alergi lateks

5. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan kekuatan dan ketahanan

sekunder akibat peningkatan tekanan intrakranial

6. Perubahan proses keluarga berhubungan dengan perubahan emosi pada

semua anggota keluarga yang berkaitan dengan pengobatan atau sakitnya

anggota keluarga

7. Resiko tinggi penatalaksanaan program terapiutik tidak efektif

berhubungan dengan ketidaktahuan tentang pengobatan atau teknik

Page 10: Askeb Neo Meningokel+Gigitan Ular

8. Risiko hambatan kedekatan orang tua-bayi berhubungan dengan

hambatan untuk menggendong sekunder akibat pemantauan pada

perawatan intensif

9. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan kerusakan imobilitas

sekunder akibat reposisi tidak efektif

10. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh

C. Intervensi

1. Diagnosa : Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan adanya organisme

infektif. Sasaran: Pasien mengalami penurunan risiko terhadap infeksi system

saraf pusat

Intervensi keperawatan/rasional

Posisikan bayi untuk mencegah kontaminasi urin dan feses

Bersihkan mielomeningokel dengan cermat menggunakan salin normal

steril bila bagian ini menjadi kotor atau terkontaminasi

Berikan balutan steril dan lembab dengan larutan steril sesuai instruksi

(salin normal, antibiotik) untuk mencegah pengeringan kantong

Berikan antibiotik sesuai resep

Pantau dengan cermat tanda-tanda infeksi (peningkatan suhu, peka

rangsang, latergi, kaku kuduk) untuk mencegah keterlambatan

pengobatan dalam pengobatan

Berikan perawatan serupa untuk sisi operatif pada paskaoperasi

Hasil yang di harapkan

kantong meningeal tetap bersih, utuh, dan tidak menunjukkan bukti-

bukti infeksi

2. Diagnosa: Risti trauma berhubungan dengan lesi spinal

Sasaran: pasien tidak mengalami trauma pada sisi bedah/lesi spinal

Intervensi keperawatan/rasional

Rawat bayi dengan cermat untuk mencegah kerusakan pada kantong

meningeal atau sisi pembedahan

Page 11: Askeb Neo Meningokel+Gigitan Ular

Gunakan alat pelindung di sekitar kantong missal; selimut plastic

bedah, potong sesuai ukuran dan sesuai ukuran dan tempelkan

dibawah kantong di samping sacrum dan selimuti dengan longgar

untuk memberikan lapisan pelindung

Modifikasi aktifitas keperawatan rutin (misal; member makan,

merapikan tempat tidur, aktifitas kenyamanan) untuk mencegah

trauma

Hasil yang diharapkan

Kantong meningeal tetap utuh

Sisi pembedahan sembuh tanpa trauma

3. Diagnosa Risiko tinggi trauma berhubungan dengan kerusakan sirkulasi

cairan serebrospinl

Sasaran: pasien tidak mengalami tekanan intrakranial

Intervensi keperawatan/rasional

Ukur lingkaran oksifitoprontal setiap hari untuk mendeteksi

peningkatan tekanan intracranial dan terjadinya hidrosefalus

Observasi adanya tanda-tanda peningkatan intracranial, yang

menunjukkan terjadinya hidrosefalus.

o Peka rangsang

o Latergi

Bayi

o Menangis bila diangakat atau digendon: diam bila tetap

berbaring

o Peningkatan lingkar oksipitofrontal

o Peregangan sutura

o Perubahan tingkat kesadaran

Anak

o Sakit kepala (khusus di pagi hari)

o Apatis

Page 12: Askeb Neo Meningokel+Gigitan Ular

o Konfusi

Hasil yang diharapkan

Bukti tekanan intracranial dan hidosefalus terdeteksi dini, dan

intervensi yang tepat diimplementasikan

4. Diognosa: Risti cidera berhubungan dengan pemajanan berulang pada produk

lateks dan alergi lateks

Sasaran pasien: pasien mengalami pemajanan minimum pada lateks

Intervensi keperawatan/rasional

Identifikasi anak dengan alergi lateks

Jaga agar lingkungan bebas lateks untuk menurunkan pemajanan

Ajari anggota keluarga dan pemberi perawatan lain (mis., pekerja

perawatan sehari, guru) tentang hal-hal berikut:

Risiko alergi lateks dan hal-hal yang harus dihindari untuk

menurunkan pemajanan

Tanda-tanda alergi (dari gatal-gatal, ruam, dan mengi pada anafilaktik)

untuk mendeteksi reaksi dengan cepat

Tindakan kedaruratan, termasuk penggunaan kit anafilaktik dan

memanggil pelayanan medis darurat, untuk mencegah keterlambatan

tindakan

Hasil yang diharapkan

Anak tidak mengalami reaksi alergi terhadap lateks

5. Diagnose: kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan kekuatan dan

ketahanan sekunder akibat peningkatan tekanan intrakranial

Sasaran pasien : pasien tidak mengalami deformitas ekstremitas bawah dan

panggul atau resiko pasien terhadap hal tersebut minimal

Intervensi keperawatan/rasional

Lakukan latihan rentang gerak pasif untuk mencegah kontraktur;

jangan memaksakan suatu titik tahanan untuk mencegah trauma

Lakukan peregangan otot bila diindikasikan untuk mencegah

kontraktur

Page 13: Askeb Neo Meningokel+Gigitan Ular

Pertahankan panggul pada abduksi ringan sampai sedang untuk

mencegah dislokasi, jaga agar kaki tetap berada pada posisi netral

untuk mencegah kontraktur

Gunakan gulungan popok, bantalan, bantal pasir kecil, atau alat yang

dirancang khusus untuk mempertahankan posisi yang diinginkan

Hasil yang diharapkan

Ekstremitas mempertahankan fleksibelitasnya

Panggul dan ekstremitas bawah dipertahankan pada artikulasi dan

kesejajaran yang benar

6. Diagnose: Perubahan proses keluarga berhubungan dengan perubahan emosi

pada semua anggota keluarga yang berkaitan dengan pengobatan atau sakitnya

anggota keluarga

Tujuan

Anggota keluarga mempertahankan sistem fungsi dukungan mutual satu sama

lain

Intervensi keperawatan/rasional

Beri dukungan emosional kepada orang tua

Bantu keluarga dalam menghadapi kekhawatirannya terhadap situasi

Ciptakan lingkungan rumah sakit yang bersifat pribadi dan mendukung

untuk keluarga

Libatkan anggota keluarga dalam perawatan anggota keluarganya yang

sakit bila memungkinkan (member makan, memandikan, memakai

baju, ambulasi)

Bantu anggota keluarga mengubah harapan anggota keluarga yang

sakit dengan sikap realistis

Kriteria hasil

Ansietas keluarga berkurang yang berhubungan dengan ketakutan

karena ketidaktahuan, ketakutan karena kehilangan control emosi.

Page 14: Askeb Neo Meningokel+Gigitan Ular

7. Diagnose: Resiko tinggi penatalaksanaan program terapiutik tidak efektif

berhubungan dengan ketidaktahuan tentang pengobatan atau teknik dan

ketidakcukupan pengetahuan

Tujuan

Keluarga mengungkapkan maksud untuk melakukan perilaku kesehatan yang

diperlukan atau keinginan untuk pulih dari penyakit dan pencegahan

kekambuhan atau komplikasi

Intervensi keperawatan/rasional

Dapatkan jalan masuk ke dalam system keluarga, jangan mengambil

alih

Hindari kesan memaksa

Dengarkan untuk mengetahui kesesuaian antara kekhawatiran, hindari

memberi harapan

Upayakan untuk mengetahui kesesuaian antara kebutuhan yang

diungkapkan dengan layanan yang diberikan perawat

Gali dengan orang tua tentang penatalaksanaan masalah yang telah

berhasil pada masa lalu untuk meningkatkan percaya diri

Kumpulkan ekspresi tentang perasaan, keperhatinan, dan pertanyaan

dari individu dan keluarga untuk mengetahui tingkat pengetahuan

keluarga

Beri dorongan keluarga untuk mencari informasi dan membuat

keputusan berdasarkan informasi untuk meningkatkan sikap positif

dan partisipasi aktif keluarga

Kriteria hasil

Ansietas keluarga berkurang yang berhubungan dengan ketakutan

karena ketidaktahuan, ketakutan karena kehilangan kontrol

Anggota keluarga dapat menggambarkan proses penyakit, penyebab

dan factor penunjang pada gejala, dan regimen untuk penyakit atau

control gejala

Page 15: Askeb Neo Meningokel+Gigitan Ular

8. Diagnose : Risiko hambatan kedekatan orang tua-bayi berhubungan dengan

hambatan untuk menggendong sekunder akibat pemantauan pada perawatan

intensif

Tujuan

Mendemonstrasikan peningkatan perilaku kedekatan, seperti menggendong

bayi dengan dekat, tersenyum dan bicara pada bayi, dan mencari kontak mata

dengan bayi

Intervensi keperawatan/rasional

Izinkan orang tua untuk melihat dan menyentuh bayi sebelum

dipindahkan

Anjurkan kunjungan dini untuk ibu bila mungkin, buat hubungan

telefon yang sering dengan pemberi perawatan bayi bila kunjungan

tidak memungkinkan

Kriteria hasil

Orang tua mulai mengungkapkan perasaan positif mengenai bayi

9. Diagnose : Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan kerusakan

imobilitas sekunder akibat reposisi tidak efektif

Tujuan

Individu menunjukkan integritas kulit bebas dekubitus

Intervensi keperawatan/rasional

Ubah posisi individu untuk berbalik atau mengangkat berat badannya

setiap 30 menit sampai 2 jam untuk penurunan takanan pada kulit

Instruksikan keluarga tentang teknik spesifik yang digunakan dirumah

untuk mencegah dekubitus

Kriteria hasil

Individu bebas dari dekubitus

10. Diagnose: Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi: kurang dari kebutuhan

tubuh berhubungan dengan intake adekuat

Tujuan

Membantu terpenuhinya kebutuhan nutrisi

Page 16: Askeb Neo Meningokel+Gigitan Ular

Intervensi keperawatan/rasional

Beri dosis sedikit tetapi sering

Pasang infus

Kolaborasi dengan ahli gizi

Kriteria hasil

Dapat mempertahankan berat badan dalam batas normal normal

D. Implementasi

1. Minimalkan resiko infeksi pada sebelum dan sesdah operasi

2. Jaga pasien tidak mengalami trauma pada sisi bedah/lesi spinal

3. Deteksi dini tanda-tanda peningkatan tekanan intra cranial

4. Minimalkan pemajanan lateks

5. Pertahankan asupan nutrisi dan cairan

6. Pantau adanya tanda dan gejala infeksi

7. Lakukan perawatan luka operasi: gunakan teknik steril ketika mangganti

dan menguatkan balutan

8. Ajarkan pada orang tua tentang pelaksanaan pelatihan jangka panjang

9. Beri informasi pada orang tua tentang teknik-teknik yang memfasilitasi

mobilitas dan kemandirian

10. Beri pendidikan pada orang tua tentang pertumbuhan dan perkembangan

normal serta penyimpangan-penyimpangannya dari normal

E. Evaluasi

1. Apakah anak terhidrasi dengan baik dan mempertahankan berat badannya

2. Apakah anak bebas dari infeksi

3. Apakah Anak dan orang tua menunjukkan kemampuan untuk melaksanakan

perawatan jangka panjang di rumah dan bebas dari komplikasi.

Page 17: Askeb Neo Meningokel+Gigitan Ular

BAB IV

Penutup

A. Kesimpulan

Kelainan kongenital merupakan kelainan dalam pertumbuhan struktur

bayi yang timbul sejak kehidupan hasiI konsepsi sel telur. Kelainan kongenital

dapat merupakan sebab penting terjadinya abortus, lahir mati atau kematian

segera setelah lahir. Kematian bayi dalam bulan-bulan pertama kehidupannya

sering diakibatkan oleh kelainan kongenital yang cukup berat.

Meningokel merupakan kelainan kongenital SSP yang paling sering

terjadi. Biasanya terletak di garis tengah. Meningokel biasanya terdapat di

daerah servikal atau daerah torakal sebelah atas. Kantong hanya berisi selaput

otak, sedangkan korda tetap dalam korda spinalis (dalam durameter tidak

terdapat saraf). Tidak terdapat gangguan sensorik dan motorik. Bayi akan

menjadi normal sesudah operasi.

B. Saran

Deteksi dini dan pencegahan pada awal kehamilan dianjurkan untuk

semua ibu yang telah melahirkan anak dengan gangguan ini dan dan

pemeriksaan ditawarkan bagi semua wanita hamil.

Page 18: Askeb Neo Meningokel+Gigitan Ular

DAFTAR PUSTAKA

1. Cecila L. Betz & Linda A. Sowden.2002. Keperawatan Pediatri Edisi 3.

EGC: Jakarta.

2. Diane M. Fraser. Dkk. 2009. Myles Buku Ajar Kebidanan. EGC: Jakarta.

3. Elizabet J. Corwin. 2000. Buku saku patofisiologi. EGC: Jakarta

4. J.C.E. Underwood. 1999. Patologi Umum Dan Sistematik. Vol 2. EGC:

Jakarta

5. Linda Juall Carpenito-moyet. 2006. Buku saku diagnosis keperawatan

Edisi 10. EGC: Jakarta

6. Marliynn E. Doengoes, Dkk. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3.

EGC: Jakarta

7. Nelson. Ilmu Kesehatan Anak Bag. 3. EGC: Jakarta.

8. Rosa m. Saccharin. 1996. Prinsip keperawatan pediatric edisi 2. EGC;

Jakarta

9. Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak. 1985. Ilmu kesehatan anak volume 3.

FKUI : Jakarta.

10. Taslim S. Soetomenggolo, Sfyan Ismael. 1999. Buku Ajar Neurologi Anak.

BP IDAI: Jakarta.

11. Wiknjosastro, Hanifa . dkk. 1999. Ilmu kebidanan.Yayasan Bina Pustaka

Sarwono Prawiharjo: Jakarta.

12. Wong , Donna L dkk. 2008. Buku ajar keperawatan pediatric vol 2. EGC:

Jakarta.

13. Wong , Donna L. 2004. Pedoman klinis keperawatan Pediatrik Edisi 4 .

EGC: Jakarta.

Page 19: Askeb Neo Meningokel+Gigitan Ular

BAB IPENDAHULUAN

A. Latar Belakang

B. Rumusan Masalah

a. Bagaimana epidemologi gigitan ular?

b. Bagaimana patogenesis gigitan ular?

c. Bagaimana penatalaksanaan dan komplikasi gigitan ular?

C. Tujuan

1. Untuk memenuhi tugas mata kuliah Asuhan Neonatus, Bayi dan Balita.

2. Untuk mengetahui dan memahami apa yang dimaksud dengan meningokel dan

dapat memberikan asuhan yang sesuai.

Page 20: Askeb Neo Meningokel+Gigitan Ular

BAB IIPEMBAHASAN

Jarang bayi tergigit ular berbisa (umumnya ular berbisa mempunyai taring dan

bekas dan bekas gigitan taring ini terdapat pada luka gigitan), tetapi gigitan ini sangat

berbahaya. Karena ukuran tubuh bayi masih kecil, maka sedikit saja ular dapat

mematikan.

Setelah tergigit, penting sekali untuk membuat bayi dan bagian yang terkena

untuk tidak bergerak-gerak. Jika gigitan terjadi pada lengan atau kaki tersebut diikat

(dibelat) dan dipertahankan dalam dalam posisi lebih rendah dari jantung. Jika ada,

lakukan kompres dingin untuk meredakan nyeri, tetapi jangan menggunakan es atau

memberikan obat lain selain petunjuk dokter. Jika dilakukan dengan segera,

menghisap keluar bisa ular dengan mulut (dan diludahkan keluar) dapat menolong,

tetapi jangan membuat irisan apapun, kecuali jika anda berada 4 atau 5 jam jauhnya

dari pertolongan medis terdekat dan timbul gejala yang parah. Jika bayi tidak

bernafas, berikan bantuan pernafasan. Jika perlu lakukan perawatan untuk syok.

Segera dapatkan bantuan medis dan jika mungkin anda perlu bersiap untuk

memberitahukan jenis ular yang menggigit bayi anda. Jika anda tidak bisa

mendapatkan bantuan medis dalam satu jam, pasanglah ikatan (ikat pinggang, dasi,

pita rambut) dengan cukup longgar dimana anda bisa memasukkan dua jari

dibawahnya pada sekitar 5 cm diatas luka gigitan untuk memperlambat aliran darah.

(jangan mengikat terlalu erat di sekitar jari tangan atau jari kaki, di sekitar leher,

kepala atau anggota tubuh lainnya). Sering-seringlah memerikasa denyut nadi

dibawah ikatan untuk memastikan bahwa peredaran darah tidak terhenti sama sekali,

dan perlonggar ikatan jika anggota tubuh terswebut mulai membengkak. Catatlah

waktu ketika pengikatan dilakukan. Gigitan ular yang tidak berbisa dapat dirawat

seperti merawat luka tusuk tertusuk, dan beritahukan pada dokter bayi anda.

Meskipun ada lebih dari 3500 spesies ular di dunia, hanya 200 yang berbisa

terhadap manusia.

Page 21: Askeb Neo Meningokel+Gigitan Ular

1. Epidemologi

Ada sekitar 300.000 gigitan ular berbisa di dunia tiap tahun. Kira-kira

10% gigitan tersebut mengakibatkan kematian, kebanyakan dari ini

disebabkan oleh gigitan kobra di Asia Tenggara. Ada sekitar 7.000 gigitan

ular berbisa di Amerika Serikat setiap tahun, lebih dari 50% yang melibatkan

orang-orang yang berumur kurang dari 20 tahun. Kebanyakan gigitan ular

berbisa di Amerika Serikat adalah karena viper berdekik kurang dari 0,2%

darinya menyebabkan kematian.

2. Patogenesis

Bisa ular adalah suatu campuran kompleks polipeptida, enzim

proteolitik, dan toksin, yang komposisinya sebagian besar spesifik spesies.

Bisa yang dihasilkan oleh Elapidae dan Hydrophidae terutama neurotoksik,

bisa bekerja dengan menghambat panghantaran neuron pada sambungan

neuromuskuler. Kematian karena envenomasi oleh ular-ular ini secara khas

disebabkan oleh depresi pernafasan. Bisa yang dihasilkan oleh Crotalidae

terutama sitolitik, menyebabkan nekrosis seluler, kebocoran vaskular,

hemolisis, dan koagulopati. Kematian karena envenomasi oleh Crotalidae

secara khas disebabkan oleh perdarahan, syok atau kegagalan ginjal.

3. Manifestasi klinis

Kira-kira 20% dari semua gigitan ular berbisa tidak mengakibatkan

envenomasi. Sisanya, beratnya envenomasi tergantung pada banyak variable

yang terkait dengan korban (umur, kesehatan umum, besar), yang terkait

dengan ular tersebut (spesies, keadaan kelenjar bisa, dan taring), yang terkait

dengan gigitan (jumlah, lokasi, dalamnya, jumlah bisa yang disuntikkan), dan

yang terkait dengan kecepatan dan efektifitas terapi awal.

Gigitan viper berdekik biasanya terjadi pada tungkai, menyebabkan

nyeri seperti terbakar dan pembengkakan pada tempat gigitan dalam beberapa

menit. Bila bisa menyebar ke badan melalui limfa, ada edema yang berat dan

ekimosis tungkai yang terlibat dengan limfoadenopati regional yang jelas.

Pada kasus berat, ada tanda-tanda lokal termasuk pembentukan bula dan

Page 22: Askeb Neo Meningokel+Gigitan Ular

nekrosis jaringan tungkai yang terkena. Gejala sistemik termasuk mual dan

muntah, diaforesis, mati rasa atau rasa gatl sekitar mulut, kulit kepala dan jari-

jari, dan fasikulasi otot. Pada krebanyakan kasus berat, ada edema

menyeluruh, shock, aritmia jantung dan kematian. Kelainan kompleks dan

pembekuan darah biasa terjadi pada envenomasi veper berdekik. Hal ini

disebabkan oleh komponen bisa spesifik spesies yang dapat menyebabkan

pengasingan trombosit, aktivasi protein dalam kaskade koagulasi, dan atau

aktivasi protein fibrinolitik. Beratnya enfenomasi krotalid biasanya dibuat

beberapa tingkat yaitu:

Derajat 0 Tidak ada envenomasi

Derajat1 Envenomasi minimal (pembengkakan lokal, nyeri tanpa

penjelekan)

Derajat 2 Envenomasi sedang (pembengkakan, nyeri atau

ekimosis yang berkembang diatas tempat luka; sistemik

atau manifestasi laboratorium ringan)

Derajat 3 Envenomasi berat (respon lokal jelas, tanda-tanda

sistemik berat, dan perubahan penting dalam temuan

laboratorium)

Gigitan Elapidae dan Hydrophidae dapat muinimal nyeri (seperti pada

gigitan ular koral dan kebanyakan spesies Hydrophidae) atau nyeri dan

nikrosis (seperti pada gigitan kobra). Bila bisa pada kedua famili terutama

neuro toksik, gejala sisitemik termasuk perasaan mengantuk, palsi saraf

cranial, kelemahan motorik dan paralysis. Pada kasus yang lebih berat,gejala

dapat kejang-kejang, koma, dan kematian akibat depresi pernafasan.

4. Data Laboratorium

Pemeriksaan darah awal harus termasuk tipe dan uji silang (cross

match), hitung darah dan trombosit total, waktu protrombin dan tromboplastin

partial, produk degradasi fibrinogen dan fibrin, dan urea nitrogen darah,

kreatinin, dan kadar kreatinin fosfokinase. Penelitian ini harus sering diulang

Page 23: Askeb Neo Meningokel+Gigitan Ular

dengan selang waktu tergantung pada beratnya envenomasi dan

ketidakstabilan keadaan penderita.

5. Pengobatan

Pengetahuan mengenai spesies ular endemik pada suatu daerah

geografis tertentu adalah penting dalam pengelolaan gigitan ular secara

optimal. Gigitan ular yang tidak berbisa biasanya tidak meninggalkan lubang

taring yang jelas dan tidak menyebabkan banyak nyeri dan pembengkakan

lokal. Tidak diperlukan terapi.

Pada perawatan gawat darurat envenomasi, harus diingat bahwa bisa

mencapai sirkulasi melalui aliran limfe. Tindakan pertolongan harus

menghambat aliran limfa lokal. Penderita harus diletakkan istirahat dengan

tekanan lokal dan imobilisasi tungkai. Tekanan pada tempat envenomasi

menyebabkan kolaps mikrosirkulasi. Imobilisasi tungkai mengurangi

kontraksi otot yang meningkatkan aliran limfa. Torniquet harus diletakkan

proksimal tempat envenomasi dan diikatkan erat sehingga hanya aliran vena

superfisial dan drainase limfa yang terganggu. Pasokan darah arteri ke tungkai

hrus tidak terganggu karena iskemia dapat memperburuk reaksi jaringan lokal.

Jika envenomasi terjadi beberapa menit, alat penghisap bisa dapat dibeli di

pasaran dan dapat menyembuhkan 20 – 30% dari inokulum bisa.

Pada perawatan di ruang gawat darurat, korban harus dimonitor secara

ketat dan masukan infus intravena ukuran besar harus dilakukan. Sampel

darah dan urin awal harus dikirim untuk analisis. TTV, lingkaran tungkai yang

terkena, pengeluaran urin dan masukan cairan harus sering dimonitor. Larutan

isotonis harus diberikan dalam upaya mengatasi syok. Plasma beku segar,

kriopresipitat, dan infus trombosit harus digunakan jika perlu untuk

memperbaiki koagulopati. Profilaksis tetanus yang tepat harus diberikan dan

antibiotik berspektrum luas serta narkotik harus digunakan untuk mengurangi

nyeri.

Antibisa paling efektif jika diberikan dalam 4 jam sesudah gigitan;

manfaatnya akan berkurang jika pemberian ditunda selama 12 jam. Di

Page 24: Askeb Neo Meningokel+Gigitan Ular

Amerika Serikat terdapat 2 jenis preparat antibisa ular, yaitu antibisa

(Crotalidae) polivalen, yang efektif untuk gigitan viper berdekik, antibisa

(Micrurus vulvis), efektif untuk gigitan oleh ular koral biasa Amerika Utara.

6. Komplikasi

Komplikasi gigitan ular meliputi sindrom kompartemen (compartement

syndrome) dan nekrosis jaringan. Sindrom kompartemen dapat dicegah

menggunakan pemeriksaan secara seri dan alat manometri. Secara klinis,

sindrom kompartemen dapat diingat dengan 6P : nyeri (pain) diluar tempat

luka, tekanan (pressure) (pembengkakan tungkai), parestesia, tidak ada nadi

(pulse absent), nyeri (pain) pada rentangan pasif dan paresis. Penanganannya

dengan tindakan bedah pada bagian yang terkena.

BAB III

Page 25: Askeb Neo Meningokel+Gigitan Ular

PENUTUPA. Kesimpulan

B. Saran