Upload
niaratna-rukhia
View
363
Download
9
Embed Size (px)
DESCRIPTION
spina bifida dengan meningokel
Citation preview
ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN MENINGOKEL
KELOMPOK 3S1.3A
• Andri Subarna
• Dea Fairuz HL
• Difa Juliana
• Lia Nurbaeti
• Mahesa Abirestu Sidiq
• Nia Ratna Rukhiah
DEFINISI
• Prinsip Keperawatan Pediatric, Rosa M. sachrin. Hal-283– Meningokel adalah penonjolan dari pembungkus medulla spinalis melalui spina
bifida dan terlihat sebagai benjolan pada permukaan. Pembengkakan kistis ini ditutupi oleh kulit yang sangat tipis.
– Pada kasus tertentu kelainan ini dapat dikoreksi dengan pembedahan. Pembedahan terdiri dari insisi meningokel dan penutupan dura meter. Kemudian kulit diatas cacat ditutup. Hidrosefalus kemungkinan merupakan komplikasi yang memerlukan drainase.
• IKA-FKUI. Hal-1136– Meningokel merupakan kelainan kongenital SSP yang paling sering terjadi.
Biasanya terletak di garis tengah. Meningokel biasanya terdapat di daerah servikal atau daerah torakal sebelah atas. Kantong hanya berisi selaput otak, sedangkan korda tetap dalam korda spinalis (dalam durameter tidak terdapat saraf). Tidak terdapat gangguan sensorik dan motorik.
– Bayi akan menjadi normal sesudah operasi.
Meningokel
•Meningokel adalah salah satu dari tiga jenis kelainan bawaan spina bifida.
Meningokel adalah meningens yang menonjol melalui vertebra yang tidak
utuh dan teraba sebagai suatu benjolan berisi cairan dibawah kulit. Spina
bifida (sumbing tulang belakang) adalah suatu celah pada tulang belakang
(vertebra), yang terjadi karena bagian dari satu atau beberapa vertebra gagal
menutup atau gagal terbentuk secara utuh (Wafi Nur, 2010).
A. Menicole merupakan hernia yang bemeningen,Biasanya dikaitkan dengan tulang belakang,Dimana terjadi pembengkakan pada area tulang belakangPembengkakan ini berisi caira cerebrospinal.Persitiwa ini terjadi pada bayi baru lahir.dapat disebebakan oleh kelainanKongenital. Yang dikenal dengan sebutukan spinal bifidaB. Gambar bayi baru lahir dengan spnina bifida, dengan meningicole
Pathway
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN(Cecily L Betz dan Linda A Sowden, 2002)
A. Anamnesa :1. Identitas bayi
2. Identitas ibu
3. Riwayat kehamilan ibu
kadar alfa-feteoprotein dalam serum ibu dan cairan amnion
ditemukan meningkat pada usia 16-18 minggu
4. Riwayat kelahiran
5. Riwayat keluarga
Anak sebelumnya menderita spina bifida
Adakah yang menderita penyakit sejenis, bagaimana kondisi kehamilan ibu (demam selama kehamilan, epilepsi, mengkonsumsi obat-obat tertentu, dsb), kaji kehamilan sebelumnya (angka kejadian semakin meningkat jika pada kehamilan dua sebelumnya menderita meningomielokel atau anencefali).
6. Riwayat atau adanya faktor resiko
jenis kelamin laki – laki
7. Riwayat kesehatan sekarang
Apa keluhan utama (kelumpuhan, gangguan eliminasi, dsb), adakah penderita yang sama di lingkungan penderita, sudah berapa lama menderita, kapan gejala terasa dan keluhan
B. Pengkajian fisikPada pengkajian fisik didapat data-data sebagai berikut:
- Aktivitas/istirahatTanda : kelumpuhan tungkai tanpa terasa atau refleks pada bayi.Gejala : dislokasi pinggul.
- SirkulasiTanda : pelebaran kapiler dan pembuluh nadi halus, hipotensi, ekstremitas dingin atau sianosis.
- EliminasiTanda : diurnal ataupun nocturnal, inkontinensia urin/alfi, konstipasi kronis.
- NutrisiTanda : distensi abdomen, peristaltic usus lemah/hilang (ileus paralitik).- Ultrasound
- NeuromuskulerTanda : gangguan sensibilitas segmental dan gangguan trofik paralisis kehilangan refleks asimetris termasuk tendon dalam, kehilangan tonus otot/vasomotor ; kelumpuhan lengan tungkai dan otot bawah.
- Pernapasan
Tanda : pernapasan dangkal, apneu, penurunan bunyi napas.Gejala : napas pendek, sulit bernapas.
– KenyamananGejala : suhu yang berfluktuasi.
– Pemeriksaan diagnosticMRI, CT scan, X-ray, Tes serum alfa fetoprotein (AFP) kadar alfa-fetoprotein dalam serum ibu dan cairan amnion ditemukan meningkat pada usia 16-18 minggu
Pengelompokan Data
Analisa Data
Diagnosa Keperawatan
1. Gg. Perfungsi jaringan serebral b.d peningkatan tekanan intracranial.
2. Innkontennsia Urine b.d ketidakmampuan menontrol keinginan berkemih
3. Kurang pengetahuan orangtua tentang proses penyakit dan penangana penyakit anaknya b.d kurang terpajan informasi
4. Resiko terjadinya kerusakan integritas kulit b.d imobilisasi
NO. Dx TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
1. 1. Tujuan Panjang:
• Pasien kembali pada
keadaan status neurologis
sebelum sakit
Tujuan Pendek:
• Kesadaran
pasien&sensorik
meningkat setelah
dilakukan 2x24 jam
Kriteria:
• TTV dalam batas normal
• Kesadaran meningkat
• Adanya peningkatan
kognitif dan tidak ada
tanda-tanda tekanan
intracranial yang
meningkat.
1. Pasien bedrest total
dengan posisi tidur
terlentang tanpa
bantal.
2. Monitor tanda-tanda status neurologis dengan GCS.
3. Monitor tanda-tanda vital
1. Perubahan pda tekanan intracranial akan dapat menyebabkan resiko untuk terjadinya herniasi otak.
2. Dapat mengurangi kerusakan otak lebih lanjut
3. Pada keadaan normal autoregulasi mempertahankan keadaan tekanan darah sistemik berubah secara fluktuasi. Kegagalan autoreguler akan menyebabkan kerusakan vaskuler cerebral yang dapat dimanifestasikan dengan peningkatan sistolik dan diiukuti oleh penurunan tekanan diastolik. Sedangkan peningkatan suhu dapat menggambarkan perjalanan infeksi
NO. Dx TUJUAN
INTERVENSI RASIONAL
1. 1. 4. Monitor intake dan output cairan
5. Bantu pasien untuk membatasi gerak atau berbalik ditempat tidur.
Kolaborasi
6. Berikan cairan perinfus dengan perhatian ketat.
4. Hipertermi dapat menyebabkan peningkatan IWL dan meningkatkan resiko dehidrasi terutama pada pasien yang tidak sadar, nausea yang menurunkan intake per oral.
5. Aktifitas ini dapat meningkatkan tekanan intrakranial dan intra abdomen.
6. Meminimalkan fluktuasi pada beban vaskuler dan tekanan intrakranial, cairan dapat menurunkan edema cerebral
NO. Dx TUJUAN
INTERVENSI RASIONAL
1. 1. 7. Monitor AGD bila diperlukan pemberian oksigen
8. Berikan terapi sesuai dari dokter seperti : Steroid Aminofiel, Antibiotik.
7. Adanya kemungkinan asidosis disertai dengan pelepasan oksigen pada tingkat sel dapat menyebabkan terjadinya iskhemik serebral
8. Terapi yang diberikan dapat menurunkan permeabilitas kapiler. Menurunkan edema
serebri Menurunka
metabolik sel
NO. Dx TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
2. 2. Tujuan Panjang:• Inkontinensia urin dapat
berkurang/teratasi
Tujuan Pendek:
• Pasein mampu mengontrol
berkemih setelah
dilakukan perawatan 2x24
jam
Kriteria:• Enuresis, diurnal dan
nokturnal berkurang/tidak ada
• Klien berkemih dalam jumlah dan frekuensi yang normal
1. Kaji pola berkemih dan tingkat inkontinensia klien
2. Berikan perawatan pada kulit klien yang basah karena urin (dilap dengan air hangat kemudian dilap kering)
3. Anjurkan ibu klien untuk sering memeriksa popok klien, jika basah segera diganti
4. Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian obat (misalnya: Antikolinergik)
1. Sebagai data dasar untuk intervensi selanjutnya
2. Perawatan yang baik dapat mencegah iritasi pada kulit klien
3. Popok yang selalu basah dapat menimbulkan iritasi dan lecet pada kulit
4. Obat antikolinergik diperlukan untuk menghilangkan kontraksi kandung kemih tak terhambat
NO. Dx TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
3. 3. Tujuan Pendek:• Orang tua klien dapat
memahami proses penyakit dan prosedur penanganan penyakit anaknya
Tujuan Panjang:
• Orangtua klien mampu
menjelaskan penyakit
anaknya
Kriteria:• Orang tua klien tampak
tenang• Orang tua klien dapat
menjelaskan proses penyakit dan prosedur penanganan penyakit anaknya
1. Kaji tingkat pengetahuan orang tua klien tentang proses penyakit dan penanganan penyakit anaknya
2. Berikan kesempatan kepada orang tua klien untuk bertanya
3. Jelaskan dengan baik kepada orang tua tentang proses penyakit dan prosedur penanganannya
4. Berikan dukungan positif kepada orang tua klien
1. Sebagai data dasar dalam memnentukan intervensi selanjutnya
2. Memberikan jalan untuk mengekspresikan perasaannya dan mengetahui pemahaman orang tua klien tentang penyakit anaknya
3. Menigkatkan pemahaman orang tua klien tentang penyakitnya anaknya
4. Dukungan yang positif dapat memberikan semangat kepada orang tua untuk menerima penyakit anaknya dan membantu proses perawatan.
NO. Dx TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
4. 4. Tujuan Pendek:• Kerusakan integritas
kulit tidak terjadi
Tujuan Panjang:
• Setelah diberikan
tindakan keperawatan
selama 1 hari tanda-
tanda gangguan
integritas kuit tidak
terjadi .
Kriteria:• Kulit tampak halus dan
lembut• Tidak ada iritasi/lecet,
dekubitus
1. Kaji tingkat keterbatasan gerak (immobilisasi) klien
2. Rubah posisi klien setiap dua jam
3. Jaga pakaian dan linen tetap kering
4. Ajarkan pada orang tua klien untuk memassage daerah yang tertekan, gunakan lotion
1. Sebagai data dasar untuk intervensi selanjutnya
2. Penekanan yang lama pada salah satu bagian tubuh dapat menyebabkan terjadinya dekubitus
3. Pakaian dan linen yang basah dapat mengiritasi kulit
4. Memperlancar peredaran darah, meningkatkan relaksasi dan mencegah iritasi