HNF Sebagai Teknik Penutupan Kebocoran CSS Disertai Meningokel Sfenoid

Embed Size (px)

Citation preview

  • 8/20/2019 HNF Sebagai Teknik Penutupan Kebocoran CSS Disertai Meningokel Sfenoid

    1/13

     

    1

    HADAD NASOSEPTAL FLAP  SEBAGAI TEKNIK PENUTUPAN KEBOCORAN

    CAIRAN SEREBROSPINAL SPONTAN

    DISERTAI MENINGOKEL SINUS SFENOID

    Oleh:

    Kamal Anshari

    Departemen/SMF Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok

    Bedah Kepala dan Leher

    Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga - RSUD Dr. Soetomo

    Surabaya

    PENDAHULUAN

    Rinore cairan serebrospinal (CSS) merupakan aliran CSS melalui hidung dapat terjadi

    karena adanya fistula (kebocoran) antara duramater dan dasar tengkorak.1

    Kebocoran CSS

     berdasarkan penyebabnya dibagi menjadi traumatik dan nontraumatik. Traumatik (80-90%

    kasus) dapat disebabkan karena kecelakaan dan tindakan iatrogenik. Nontraumatik

    disebabkan karena tumor otak sebanyak 10% (tumor intrakranial dan ekstrakranial,

    kolesteatoma) serta kebocoran dasar tengkorak kongenital seperti meningokel atau

    meningoensefalokel.1-4 

    Meningoensefalokel atau meningokel dari sinus sfenoid merupakan lesi yang jarang,

    terjadi dapat karena trauma, cedera iatrogenik atau erosi dasar tengkorak akibat gangguan

    inflamasi atau neoplastik. Teori fusi inkomplit dari embriologi sinus sfenoid, presfenoid, dan

     basis sfenoid menyimpulkan adanya keterkaitan erat dengan saluran kraniofaringeal lateral

    (kanal Sternberg). Kebocoran CSS pada penderita meningokel sinus sfenoid dapat ditentukan

    dengan menggunakan pemeriksaan beta 2 transferin, magnetic resonance imaging (MRI), dan

    computed tomography (CT) sisternografi sebagai penunjang diagnosis. Target utama

     pengobatan adalah untuk mencegah komplikasi seperti meningitis, abses intrakranial, dan

     pneumocephalus.5,6

     

    Terapi bedah pada kebocoran CSS bertujuan menutup defek sehingga CSS tidak

    mengalir melalui hidung. Sejak bedah intrakranial pertama kali dilakukan pada periode tahun

    1900 hingga mulai ditemukannya endoskopi, penatalaksanaan kebocoran CSS mengalami

    kemajuan yang besar.1,7

      Pengobatan tradisional terhadap kebocoran CSS adalah melalui

    kraniotomi dengan angka keberhasilan 70-80%, tetapi tingkat kekambuhan 40% dilaporkan

  • 8/20/2019 HNF Sebagai Teknik Penutupan Kebocoran CSS Disertai Meningokel Sfenoid

    2/13

    2

    sebagai morbiditas termasuk anosmia, cedera lobus frontal, kejang, defisit memori, dan

     perdarahan intrakranial.5  Teknik bedah sinus endoskopi mengurangi sebagian besar

    morbiditas tersebut. Prosedur endoskopi tidak hanya memiliki visualisasi yang sangat baik,

    lebih dari itu banyak hasil studi melaporkan penurunan angka morbiditas dan tingkat

    keberhasilan penutupan defek yang tinggi. Selain aman dan efisien, bedah sinus endoskopi

     juga sangat baik dalam melindungi struktur anatomi hidung, fungsi saraf normal serta 

    memiliki tingkat keberhasilan lebih dari 90%.3,5,8

    Pada tahun 2006 Hadad dan Bassagasteguy memperkenalkan pedicled nasoseptal flap

    yang juga dikenal  Hadad nasoseptal flap  (HNF). Teknik HNF secara keseluruhan dapat

    menurunkan kebocoran CSS menjadi kurang dari 5%. Sejak saat itu teknik ini digunakan

    secara luas pada kasus kebocoran CSS.9

    Pendekatan HNF digunakan pada kasus kebocoran

    CSS yang sederhana, terletak di anterior atau posterior atap etmoid, dan sinus sfenoid.1,10,11

     

    Makalah ini akan membahas laporan kasus mengenai penggunaan HNF pada

    kebocoran CSS spontan disertai adanya meningokel sinus sfenoid yang dilakukan di bagian

    rinologi THT-KL Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Dr. Soetomo Surabaya.

    1. Laporan Kasus 

    Seorang penderita wanita (Ny. IDN) berusia 37 tahun, berasal dari Kediri dirujuk oleh

    spesialis THT-KL Instalasi Rawat Jalan (IRJ) THT-KL RSUD Dr. Soetomo pada tanggal 28 November 2014 dengan keluhan utama keluar cairan bening dari hidung kiri sejak Februari

    2014 (sembilan bulan).

    1.1 Anamnesis

    Pada anamnesis penderita, didapatkan keluar cairan bening kadang-kadang dari hidung

    kiri sejak sembilan bulan yang lalu, terasa asin, terutama saat posisi bangun dari berbaring

    atau banyak beraktivitas. Tidak ada keluhan bersin dan pilek encer jika terpapar debu dan

    atau dingin. Penderita menyangkal adanya trauma kepala sebelumnya. Tidak ada gangguan

    telinga, tenggorok ataupun gangguan menelan. Penderita pernah mengalami preeklampsia

     berat pada kehamilan ketiga, yakni tahun 2001 (13 tahun yang lalu). Tekanan darah penderita

    mengalami kenaikan di atas 180 mmHg saat persalinan sehingga akhirnya menjalani operasi

    seksio sesarea. Penderita tidak pernah mengalami peningkatan tekanan darah baik sebelum

    dan sesudah kehamilan ketiga tersebut.

  • 8/20/2019 HNF Sebagai Teknik Penutupan Kebocoran CSS Disertai Meningokel Sfenoid

    3/13

    3

    1.2 Pemeriksaan fisik

    Saat datang ke IRJ THT-KL RSUD Dr. Soetomo, kondisi umum penderita baik,

    kesadaran kompos mentis, tekanan darah 130/80 mmHg, pernafasan 18 kali per menit, nadi

    88 kali per menit, suhu normal. Berat badan penderita adalah 90 kg dan tinggi 160 cm, body

    mass index (BMI) adalah 35,156 kg/m2. Pemeriksaan status lokalis telinga kanan-kiri dalam

     batas normal. Kavum nasi kanan dan kiri lapang, tak tampak massa, dan terlihat cairan

     bening mengalir pelan di kavum nasi kiri (saat posisi kepala menunduk). Dari pemeriksaan

    faring, tampak posterior nasal drip bening. Pada leher tidak didapatkan pembesaran kelenjar

    getah bening. Gambar 1 berikut menunjukkan keadaan penderita saat datang pertama kali.

    Gambar 1. Penderita saat datang 28 November 2014

    1.3 Pemeriksaan penunjang

    CT scan  kepala fokus pada sinus paranasal tertanggal tanggal 20 November 2014

    menunjukkan cairan mengisi sinus sfenoid kiri, tampak defek di dinding lateroposterior sinus

    sfenoid kiri, sinus sfenoid kanan normal, sinus paranasal lainnya normal, parenkim otak

    normal dan tak tampak densitas abnormal, tak ada deviasi struktur midline, orbita dan

    mastoid kanan-kiri normal (Gambar 2). 

  • 8/20/2019 HNF Sebagai Teknik Penutupan Kebocoran CSS Disertai Meningokel Sfenoid

    4/13

    4

    Gambar 2. CT scan kepala fokus sinus paranasal menunjukkan cairan mengisi sinus sfenoidkiri, tampak defek di dinding lateroposterior sinus sfenoid kiri (lingkaran merah)

    Dilakukan pemeriksaan nasoendoskopi di IRJ THT-KL RSUD Dr. Soetomo pada

    tanggal 28 November 2014, tampak cairan bening di bagian posterior kavum nasi di atas

    koana kiri, mengesankan aliran CSS di kavum nasi kiri yang berasal dari ostium sinus sfenoid

    kiri (tanpa fluoresens) (Gambar 3).

    Gambar 3. Pemeriksaan nasoendoskopi kavum nasi kiri. CSS mengalir melalui ostium sinus

    sfenoid kiri (tanda panah)

    1.4 Diagnosis

    Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan penunjang, penderita didiagnosis awal

    dengan kebocoran CSS spontan pada dinding lateral sinus sfenoid kiri.

    1.5. Tindakan operasi

    Penderita direncanakan menjalani operasi penutupan defek secara endoskopik

    transfenoid, mononostril dengan teknik HNF. Tindakan operasi dilakukan pada tanggal 5

  • 8/20/2019 HNF Sebagai Teknik Penutupan Kebocoran CSS Disertai Meningokel Sfenoid

    5/13

    5

    Desember 2015. Penderita dalam posisi terlentang, kepala diposisikan anti-Tredelenburg 15o,

    lapang operasi didesinfeksi menggunakan alkohol 70%, kemudian dilakukan dekongesti

    hidung dengan kapas yang dibasahi oksimetazolin. Akses menuju sinus sfenoid kiri diperluas

    dengan melakukan konkotomi parsial konka media dan superior kiri.  Flap  nasoseptal

    disiapkan dengan membuat insisi mukosa di atas koana hingga septum kiri (bagian bawah)

    (Gambar 4A), insisi mukosa di bawah ostium sinus sfenoid hingga septum (bagian atas)

    (Gambar 4B).

    Gambar 4. (A) Insisi mukosa di atas koana sampai septum nasi sisi inferior. (B) Insisi

    mukosa di bawah ostium sinus sfenoid sampai septum nasi sisi superior. (C) Ditemukan

    meningokel mengisi sinus sfenoid kiri, tampak aliran CSS. (D) Reduksi meningokelmenggunakan kauter bipolar. (E) Pemasangan flap. (F) Pemberian fibrin glue di atas flap.

    A B

    C D

    E F

  • 8/20/2019 HNF Sebagai Teknik Penutupan Kebocoran CSS Disertai Meningokel Sfenoid

    6/13

    6

    Garis insisi atas dan bawah disatukan. Mukosa septum dilepaskan dari kartilago

    septum dengan  suction elevator .  Flap  yang telah dipisahkan disimpan sementara di

    nasofaring. Tahap selanjutnya adalah melakukan sfenoidotomi luas dengan mengangkat

    dinding anterior sinus sfenoid kiri, dibuka dengan circular punch  dan  Kerrison punch. 

    Mukosa sinus sfenoid kiri diangkat. Sinus sfenoid yang telah terbuka, teridentifikasi aliran

    CSS yang aktif berasal dari meningokel yang mengalami robekan (Gambar 4C), lalu

    dilakukan reduksi dengan kauter bipolar oleh ahli bedah saraf (Gambar 4D). Defek pada

    sfenoid ditutup menggunakan lemak di abdomen penderita. Selanjutnya dilakukan penutupan

    defek dengan  flap  nasoseptal (Gambar 4E), kemudian diberi  fibrin glue, Surgicel® , dan

     gelfoam (Gambar 4F). Tahapan akhir adalah pemasangan balon kateter Foley nomor 12 di

    kavum nasi kiri. Guna menghindari peningkatan tekanan intrakranial, ahli anestesi memasang

    drain pada bagian lumbal penderita.

    1.6 Perawatan pasca operasi

    Penderita dirawat di bagian THT-KL RSUD Dr. Soetomo. Tampon kateter Foley

    dipertahankan selama lima hari perawatan pasca operasi di rumah sakit. Penderita dilarang

    mengejan, batuk, bersin, dan turun dari tempat tidur, kepala diposisikan miring 15 derajat.

    Penderita mendapatkan pencahar satu tablet pada malam hari. Keluhan nyeri di hidung diatasi

    dengan pemberian analgetika. Antibiotika yang digunakan adalah seftriakson 1 gram secaraintravena dua kali sehari. Drain pada lumbal dilepas pada hari kedua pasca operasi. Tampon

    kateter Foley dilepas pada hari keempat pasca operasi, selanjutnya penderita diberi cuci

    hidung secara rutin di kavum nasi kiri dua kali sehari menggunakan 40 ml larutan salin 0,9%.

    Penderita keluar rumah sakit pada hari ketujuh pasca operasi, dan cuci hidung diteruskan.

    Hari kedelapan belas pasca operasi (23 Desember 2014), penderita melakukan kontrol

    ke IRJ THT-KL RSUD Dr. Soetomo. Hasil pemeriksaan nasoendoskopi menunjukkan adanya

    krusta di superior kavum nasi kiri dan tidak ditemukan kebocoran atau aliran CSS. Terapi

    cuci hidung dengan larutan salin 0,9% 40 ml diberikan 2 kali sehari pada kavum nasi kiri.

    Hari ke-39 pasca operasi (13 Januari 2015), penderita kontrol kali kedua dan diperiksa

    menggunakan nasoendoskopi. Pada kavum nasi kiri terlihat krusta yang minimal, flap tampak

    viable, dan tak ada kebocoran CSS. Penderita kontrol terakhir saat delapan bulan pasca

    operasi (6 Agustus 2015) dan dievaluasi menggunakan nasoendoskopi, tampak kavum nasi

    kiri tak ada krusta, mukosa licin, tak ada retensi sekret,  flap tampak viable, dan tak terlihat

    adanya kebocoran CSS (Gambar 5).

  • 8/20/2019 HNF Sebagai Teknik Penutupan Kebocoran CSS Disertai Meningokel Sfenoid

    7/13

    7

    Gambar 5. Kondisi kavum nasi kiri. (A) Saat kontrol hari kedelapan belas pasca operasi.

    (B) Saat kontrol hari ke-39 pasca operasi. (C) Saat kontrol 8 bulan pasca operasi.

    2. Pembahasan

    Kebocoran CSS paling sering terjadi karena trauma (80-90% kasus). Sedangkan

     penyebab lain adalah akibat tindakan iatrogenik pasca operasi (10%), kebocoran spontan (3-

    4%), tumor, dan inflamasi. Kebocoran ini dapat terjadi pada tekanan intrakranial normal

    maupun yang meningkat seperti karena tumor, infeksi, dan lesi kongenital.1-4 Pada kasus ini

    kebocoran CSS terjadi secara spontan, tanpa adanya riwayat trauma pada penderita ataupun

    riwayat operasi sebelumnya.

    Kebocoran CSS diklasifikasikan menjadi tiga derajat. Derajat 0 jika tidak didapatkan

    kebocoran, derajat 1 jika CSS menetes melalui membran arakhnoid dengan diameter kurang

    dari 1 mm, derajat 2 jika CSS mengalir melalui lubang dengan diameter lebih dari 1 mm. 9 

    Pada penderita didapatkan derajat 2, yakni ditemukan CSS mengalir melalui hidung, dan dari

    gambaran CT scan tampak diameter defek lebih dari 1 mm.

    Diagnosis kebocoran CSS ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik,

     pemeriksaan endoskopik, dan radiologis. Kebocoran dasar tengkorak diamati melalui CT

     scan dan bila secara klinis didapatkan kebocoran CSS tidak diperlukan tes konfirmasi. Pada

     beberapa kasus yang memerlukan tes konfirmasi, maka dapat dilakukan pemeriksaan beta 2

    transferin pada cairan yang diduga CSS karena tes ini memiliki sensitivitas dan spesifisitas

    tinggi.1 Gejala yang dialami penderita dengan kebocoran CSS antara lain adanya sekret jernih

    mengalir di salah satu sisi hidung, dan bila posisi tidur tertentu selama beberapa menit maka

     posterior nasal drip akan meningkat, penderita mengeluh rasa asin di mulutnya, nyeri kepala

    kadang dijumpai pada beberapa kasus dengan peningkatan tekanan intrakranial.1-3,8,12

     Pada

    kasus ini dilakukan CT scan untuk melihat lokasi kebocoran dan kerusakan dasar tengkorak.

    Pada hasil CT scan  menunjukkan adanya cairan yang mengisi sinus sfenoid kiri, tampakdefek di dinding lateroposterior sinus sfenoid kiri, sinus sfenoid kanan normal. Tes

    A B C

  • 8/20/2019 HNF Sebagai Teknik Penutupan Kebocoran CSS Disertai Meningokel Sfenoid

    8/13

    8

    menggunakan beta 2 transferin tidak dilakukan karena secara klinis penderita mengalami

    rinore bening dan terasa asin, terutama saat bangun dari posisi berbaring atau banyak

    melakukan aktivitas.

    Kebocoran CSS spontan terjadi pada pasien –  pasien tanpa diketahui penyebabnya.

     Namun penemuan terkini menyatakan bahwa kebocoran CSS spontan merupakan akibat dari

     proses intrakranial, yakni peningkatan tekanan intrakranial. Banyak faktor yang

    menyebabkan terjadinya peningkatan tekanan intrakranial, dan jika masalah ini terjadi maka

    tekanan pada area-area di dasar tengkorak bagian anterior seperti lamella lateral kribiformis

    atau resesus lateral dari sinus sfenoid, serta hiperpneumatisasi menyebabkan perubahan dan

     penipisan tulang sehingga akhirnya terbentuk suatu defek. Melalui defek tersebut dapat

    terjadi herniasi duramater (meningokel), dan apabila defeknya lebih besar maka parenkim

    otak juga dapat mengalami herniasi (ensefalokel).7,13

      Penyebab lain terjadinya kebocoran

    CSS adalah kelainan kongenital berupa kanal Sternberg. Kanal ini terbentuk akibat penutupan

    inkomplit dari sinus sfenoid saat masa fetus dan anak. Kanal abnormal ini menghubungkan

    fosa kranial media dan sinus sfenoid, hal ini berpotensi menyebabkan terjadinya rinore CSS,

    meningokel dan ensefalokel disertai herniasi lobus temporal.14

      Pada gambaran CT-scan 

     penderita, terdapat gambaran hiperpneumatisasi sinus sfenoid ke lateral, hal ini dapat

    menyebabkan terjadinya defek, namun kepastian adanya meningokel di sinus sfenoid kiri

    ditemukan pada saat operasi.

    Penelitian yang dilakukan di Amerika Serikat melaporkan bahwa kebocoran CSS

    spontan terjadi pada 81% pasien wanita, 92% di antaranya memiliki kategori obesitas (BMI

    kurang dari 25 kg/m2  dikategorikan normal, 25-30 kg/m2  berkategori overweight   dan BMI

    lebih dari 30 kg/m2 dikatergorikan obesitas). Obesitas menyebabkan terjadinya peningkatan

    tekanan intraabdominal dan berakibat pula pada peningkatan tekanan intrakranial, sehingga

    meningkatkan risiko terjadinya kebocoran CSS spontan.13 Penderita pada kasus ini berjenis

    kelamin wanita dan dikategorikan obesitas karena memiliki BMI sebesar 35,156 kg/m2.

    Beberapa dekade yang lalu manajemen bedah kebocoran CSS dilakukan melalui

     pendekatan intrakranial atau kraniotomi. Namun kini pendekatan melalui ekstrakranial atau

     bedah endoskopik lebih disukai karena memiliki tingkat keberhasilan lebih tinggi dan

    morbiditas yang lebih rendah. Tingkat keberhasilan operasi melalui pendekatan bedah

    endoskopik ini lebih dari 90%. Hal ini jauh lebih besar dibanding menggunakan pendekatan

    intrakranial. Tindakan endoskopik menjadi kontraindikasi jika ada lesi intrakranial, fraktur

    kominutiva dasar tengkorak, fraktur dinding posterior sinus frontal, ekstensi fraktur sinus

    frontal ke lateral.2,4  Pada kasus ini kebocoran terjadi di sinus sfenoid kiri dapat diakses

  • 8/20/2019 HNF Sebagai Teknik Penutupan Kebocoran CSS Disertai Meningokel Sfenoid

    9/13

    9

    melalui pendekatan intrakranial atau bedah endoskopik. Selain itu tidak ada kontraindikasi

    terhadap prosedur endoskopik. Hal ini memungkinkan untuk dilakukan penutupan defek

    kebocoran melalui pendekatan nasoendoskopik menggunakan teknik HNF.

    Pemeriksaan endoskopi adalah satu dari beberapa pemeriksaan yang bisa dilakukan

    untuk mendeteksi kebocoran CSS. Lokasi kebocoran dapat lebih mudah dilihat pada posisi

     penderita Trendelenburg. Lokasi kebocoran yang paling sering adalah lamina kribrosa (35%),

    kemudian sinus sfenoid (26%), sinus etmoid anterior (18%), sinus frontal (10%), dan sinus

    etmoid posterior.2,3  Hasil pemeriksaan nasoendoskopi pada penderita ini didapatkan kesan

    aliran CSS berasal dari ostium sinus sfenoid kiri. Hasil CT scan  juga menunjukkan adanya

    defek tulang di sinus sfenoid kiri.

    Penggunaan antibiotika sebagai terapi pada kasus kebocoran CSS masih

    kontroversial. Salah satu peneliti memaparkan hasil metaanalisis 324 penderita dengan

    kebocoran CSS pada tahun 1997. Kejadian meningitis dilaporkan terjadi sebanyak 2,5%

     penderita yang diberikan antibiotika (6 dari 237 penderita) dan 10% penderita tanpa

    antibiotika (9 dari 87 penderita). Penggunaan antibiotika yang sesuai adalah yang memiliki

    kemampuan penetrasi ke serebrospinal antara lain seftriakson.3,8

     Pada penderita ini diberikan

    terapi antibiotika berupa injeksi seftriakson 1 gram dua kali sehari selama perawatan di

    rumah sakit.

    2.1 Perioperatif

    Penggunaan teknik operasi HNF menjadi pemilihan utama dalam rekonstruksi

    kebocoran CSS. Pembuatan  flap dan batasan insisi dapat dilihat pada Gambar 6. Dasar dan

     bagian terpenting dari flap adalah pedikel yang berisi arteri septal posterior (Gambar 7). 

    Gambar 6. (A) Gambaran endoskopi kavum nasi posterior. (B) Arteri cabang septal posterior

     pada pedikel sebagai vaskularisasi HNF. IT (konka inferior), SO (ostium sfenoid), SPF (fossasfenopalatina), ST (konka superior). Garis biru putus-putus menunjukkan letak insisi.8 

  • 8/20/2019 HNF Sebagai Teknik Penutupan Kebocoran CSS Disertai Meningokel Sfenoid

    10/13

    10

    Gambar 7. Penampang sagital septum nasi memperlihatkan arteri septal posterior yang

    merupakan percabangan arteri sfenopalatina. Garis biru putus-putus menunjukkan letak

    insisi. 8

     

    Kavum nasi diberi dekongestan, konka media dan inferior dilakukan outfraksi.

    Terdapat dua insisi horizontal. Insisi pertama (inferior) dimulai setinggi koana posterior

    diperlebar membentuk bingkai pada sisi posterior septum nasi dilanjutkan ke anterior

    sepanjang maxillary crest . Insisi kedua dimulai dari sisi sedikit di bawah ostium sfenoid,

    diperlebar ke medial melewati rostrum sfenoid dan ke depan sepanjang septum nasi (Gambar

    8).

    Gambar 8. Potongan sagital insisi HNF. (A) lokasi insisi untuk membuat pedikel nasoseptal

     flap. (B) insisi septum sisi superior. (C) insisi septum sisi inferior dan superior diperpanjang

    mendekati bagian tengah setinggi konka media.9 

    Prosedur teknik HNF pada kasus ini dilakukan teori, yaitu dengan membuat dua insisi

    dasar. Insisi awal di atas koana diperpanjang sepanjang septum nasi sisi inferior, dilanjutkan

    insisi di bawah ostium sinus sfenoid dan diperpanjang sepanjang septum nasi sisi superior.

    Pedikel dipertahankan karena di dalamnya berisi vaskularisasi  flap sehingga  flap yang akan

    dibuat dapat tetap hidup dan tidak nekrosis.

     Pedicled nasoseptal flap  yang dibuat ketika operasi lebih baik diarahkan di sisi

    inferior menggunakan ujung  suction atau endoskop agar ketika membuka sinus sfenoid tidak

  • 8/20/2019 HNF Sebagai Teknik Penutupan Kebocoran CSS Disertai Meningokel Sfenoid

    11/13

    11

    merusak pedikel (Gambar 9). Selama dilakukan prosedur membuka dan membersihkan

    mukosa sinus sfenoid,  flap  sementara diletakkan di nasofaring agar tidak cedera atau rusak

    oleh tindakan operasi.

    Gambar 9. (A) Pedikel (P) dan proximal septal flap (SF) setelah diseksi. Pedicled septal flap 

    dibuat dan sinus sfenoid dibuka tanpa mencederai pedicled septal flap. Bila diperlukan flap 

    yang dibuat diletakkan di sisi inferior agar tidak rusak ketika membuka sinus sfenoid. (B)

    Pedikel diusahakan diletakkan di sisi inferior. Sinus sfenoid dibuka sampai terlihat  sella (S),

    clival recess (CR) posterior septum (PS) dan dasar sinus sfenoid. Insisi superior dan inferior

     flap terletak di bidang tengah konka media (MT).

    9

     

    Banyak pilihan tandur pada kasus penutupan kebocoran CSS, yakni tandur fasia lata,

    fasia temporalis, konka media, lemak, kartilago atau tulang, dan tandur kulit aselular juga

    dapat dikerjakan.2  Pada kasus ini digunakan tandur lemak yang diambil dari abdomen

     penderita karena lemak mudah dikerjakan dan didapatkan. Selain itu lemak juga dapat

    digunakan untuk mengobliterasi sinus sfenoid dengan baik sehingga kemungkinan CSS bocor

    kembali pasca operasi dapat terhindarkan.

    Pada kasus dengan defek kebocoran yang besar (lebih dari 1 mm), lapisan kedua

    dapat diikuti dengan pemberian  fibrin glue. Lapisan kedua dapat berupa konka media,  septal  

     flap, lemak atau periosteum. Rekonstruksi ini juga disokong dengan pemasangan absorbable 

    (Surgicel®

    , Ethicon, Neuchatel, Switzerland) dan non absorbable  (tampon). Penggunaan

    Surgicel®  di atas  flap  akan membantu menstabilkan posisi  flap. Ketika Surgicel

    ®  terkena

    darah akan menjadi lengket sehingga  flap  tidak mudah lepas. Selain itu  fibrin glue  juga

     berguna agar flap lebih melekat. Gelfoam digunakan untuk mencegah kontak langsung antara

     fibrin glue  dengan kateter, hal ini berguna agar saat kateter dilepas tidak menempel pada flap.2,12  Pada kasus ini, lapisan kedua dilapisi oleh  flap  nasoseptal yang diberi  fibrin glue 

  • 8/20/2019 HNF Sebagai Teknik Penutupan Kebocoran CSS Disertai Meningokel Sfenoid

    12/13

    12

    karena defek kebocoran lebih dari 1 mm. Setelah itu diberikan Surgicel® dan gelfoam sebagai

     pelapis, lalu dipasang tampon kateter Foley nomor 12 pada kavum nasi kiri agar tidak

    melekat sewaktu tampon diambil.

    2.2 Pasca operasi

    Tingkat keberhasilan teknik HNF pada operasi pertama sebesar 83% dan 91% pada

    tindakan operasi yang kedua.2  Pemasangan drain intrakranial selama 24 sampai 120 jam

     pasca operasi dianjurkan oleh beberapa ahli untuk menurunkan tekanan intrakranial dan

    menurunkan aliran CSS melalui fistula. Beberapa kasus dijumpai peningkatan tekanan

    intrakranial sehingga diperlukan asetazolamid sebagai diuretik.2,3

      Pada penderita ini hanya

    menjalani satu kali operasi dan tidak mengalami kebocoran saat kontrol terakhir. Drain di

     bagian lumbal dilepas setelah dua hari pasca operasi.

    Penderita diharuskan bed rest  selama tujuh sampai sepuluh hari, posisi kepala elevasi

    15 - 30 derajat. Tampon anterior dilepas hari ketiga sampai empat. Diberikan obat pencahar,

    antihistamin, dan antiemetik bila diperlukan selama dua minggu untuk menurunkan tekanan

    intraabdominal, penderita dilarang bersin dan batuk selama perawatan satu bulan, bersin

    mulut dibuka.2,3,15

    Kepala penderita pada kasus ini diposisikan elevasi 15 derajat. Tampon

    kateter Foley di kavum nasi kiri dilepas pada hari kelima pasca operasi. Diberikan pencahar

    malam hari untuk mengurangi mengejan saat buang air besar, dan diberi edukasi agarmenahan bersin atau batuk selama sebulan pasca operasi.

    Endoskopi intranasal serial diperlukan untuk evaluasi pasca operasi, membersihkan

    krusta, melihat apakah masih ada kebocoran CSS. Penderita dilarang mengejan, batuk, bersin

    selama satu bulan setelah operasi.7 Penderita menjalani evaluasi nasoendoskopi serial di IRJ

    THT-KL mulai hari kedelapan belas, hari ke-39 dan terakhir 8 bulan pasca operasi. Hasil

    evaluasi terakhir, tampak kavum nasi kiri tak ada krusta, mukosa licin, tak ada retensi sekret,

     flap tampak viable, dan tak terlihat adanya kebocoran CSS

    KESIMPULAN

    Telah dilaporkan satu penderita yang mengalami kebocoran CSS spontan sinus

    sfenoid kiri disertai adanya meningokel sfenoid. Diagnosis didapatkan dari anamnesis berupa

    keluhan keluar cairan bening melalui hidung, pemeriksaan nasoendoskopi ditemukan adanya

    aliran cairan bening melalui ostium sinus sfenoid kiri, dan hasil CT scan diperoleh adanya

    cairan yang mengisi sinus sfenoid kiri serta tampak defek di dinding lateroposterior sinus

    sfenoid kiri. Faktor penyebab terjadinya kebocoran CSS spontan dan meningokel sinus

  • 8/20/2019 HNF Sebagai Teknik Penutupan Kebocoran CSS Disertai Meningokel Sfenoid

    13/13

    13

    sfenoid pada penderita terkait dengan peningkatan tekanan intrakranial akibat adanya faktor

    risiko berupa obesitas dan hiperpneumatisasi sinus sfenoid.

    Terapi operatif untuk penutupan kebocoran cairan serebrospinal melalui bedah sinus

    endoskopik, yakni menggunakan teknik HNF. Delapan bulan pasca operasi, tidak dijumpai

    adanya kebocoran dan viabilitas jaringan flap tampak baik dengan lapisan mukosa yang licin.

    Penerapan teknik HNF pada kasus ini berhasil dilakukan dengan baik dalam satu kali operasi,

    sehingga pada kasus kebocoran cairan serebrospinal lainnya dapat diterapkan kembali sesuai

    dengan indikasi.