Upload
shidiq-widayanto
View
40
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN
KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN
ASFIKSIA NEONATUS
DISUSUN OLEH :
Shidiq Widayanto
P 272 200 10 158
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
Politektik Kesehatan Surakarta
Jurusan Keperawatan
2013
KONSEP DASAR ASFIKSIA
A. Pengertian
Asfiksia neonatus adalah keadaan bayi baru lahir yang tidak dapat bernafas
secara spontan dan teratur dalam satu menit setelah lahir (Manjoer,2000).
Asfiksia berarti hipoksia yang progresif, penimbunan CO2 dan asidosis, bila proses
ini berlangsung terlalu jauh dapat mengakibatkan kerusakan otak atau kematian.
Asfiksia juga dapat mempengaruhi fungsi organ vital lainnya (Saiffudin, 2001).
Ada 3 derajat Asfiksiaa dari hasil Apgar diatas yaitu :
1. Nilai Apgar 7-10, Vigorous baby atau asfiksia ringan.
Bayi dalam keadaan baik sekali. Tonus otot baik, seluruh tubuh kemerah-
merahan. Dalam hal ini bayi dianggap sehat dan tidak memerlukan tindakan
istimewa.
2. Nilai Apgar 4-6 Mild Moderat atau asfiksia sedang.
Pada pemeriksaan fisik akan dilihat frekuensi jantung lebih dari 100 kali
permenit, tonus otot kurang baik, sianosis, reflek iritabilitas tidak ada.
3. Nilai Apgar 0-3, asfiksia Berat
Pada pemeriksaan ditemukan frekuensi jantung kurang dari 100 kali permenit,
tonus otot buruk, sianosis berat dan kadang-kadang pucat, reflek iritabilitas tidak
ada (Bobak, 2004).
B. Etiologi
Asfiksia neonatorum biasanya terjadi pada bayi yang dilahirkan dari ibu
dengan komplikasi. Misalnya ibu dengan diabetes mellitus, preeklamsia berat atau
eklamsia, eritoblastosis fetalis, kelahiran kurang bulan (< 34 minggu), kelahiran lewat
waktu, plasenta previa, solusio plasentae, korioamnionitis, hidramnion dan
oligohidramnion, gawat janin, serta pemberian obat anestesi atau narkotik sebelum
kelahiran.
Penyebab asfiksia menurut Mochtar (1989) adalah :
1. Asfiksia dalam kehamilan.
a. Penyakit infeksi akut.
b. Penyakit infeksi kronik.
c. Keracunan oleh obat-obat bius.
d. Uraemia dan toksemia gravidarum.
e. Anemia berat.
f. Cacat bawaan.
g. Trauma
2. Asfiksia dalam persalinan
a. Kekurangan O2.
i. Partus lama (CPD, rigid serviks dan atonia/ insersi uteri).
ii. Ruptur uteri yang memberat, kontraksi uterus yang terus-menerus
mengganggu sirkulasi darah ke uri.
iii. Tekanan terlalu kuat dari kepala anak pada plasenta.
iv. Prolaps fenikuli tali pusat akan tertekan antara kepaladan panggul.
v. Pemberian obat bius terlalu banyak dan tidak tepat pada waktunya.
vi. Perdarahan banyak : plasenta previa dan solutio plasenta.
vii. Kalau plasenta sudah tua : postmaturitas (serotinus), disfungsi uteri.
b. Paralisis pusat pernafasan
i. Trauma dari luar seperti oleh tindakan forceps.
ii. Trauma dari dalam : akibat obet bius.
C. Patofisiologi
Pernafasan adalah peristiwa menghirup udara luar yang mengandung
oksigen masuk kedalam tubuh (inspirasi) serta menghembus udara yang mengandung
karbondioksida sebagai sisa oksidasi keluar dari tubuh (ekspirasi).
Ada empat proses yang berhubungan dengan pernafasn yaitu :
1. Ventilasi pulmoner ; gerakkan pernafasan yang menukar udara dalam alveoli
dengan udara luar.
2. Arus darah melalui paru-paru ; darah mengandung oksigen masuk ke seluruh
tubuh, karbondiosi dari seluruh tubuh masauk ke paru-paru
3. Distribusi arus udara dan darah sedemikian rupa dalam jumlah yang tepat yang
bisa dicapai untuk semua bagian
4. Difusi gas yang menembus membrane alveoli dan kapiler karbondioksida lebih
mudah berdifusi daripada oksigen.
Paru-paru adalah organ yang sangat penting dalam proses pernafasan. Paru-
paru adalah sebuah alat tubuh yang sebagian besar terdiri dari gelembung-gelembung
(alveoli). Paru-paru terbagi menjadi 2 yaitu :
1. Paru-paru kanan : Terdiri dari 3 lobus, lobus pulmo dekstra superior, medio dan
lobus inferior
2. Paru-paru kiri : Terdiri dari pulmo sinistra superior dan lobus inferior
D. Tanda dan Gejala
1. Distres pernapasan (apnoe atau dispnoe)
2. Detak jantung < 100 x/mnt
3. Refleks/respon bayi lemah
4. Sianosis
5. APGAR skor 5 -7
6. Tonus otot menurun
E. Pemeriksaan Penunjang
1. Penilaian APGAR skor
2. Analisa Gas Darah
3. Foto polos dada
4. USG kepala
5. Laboratorium : darah rutin, analisa gas darah, serum elektrolit
6. Elektrolit darah
7. Gula darah
8. Baby gram
9. Pemeriksaan EGC dab CT- Scan
10. Pengkajian spesifik
F. Penatalaksanaan
Pada neonatus dengan asfiksia, resusitasi diberikan secepat mungkin tanpa
menunggu perhitungan APGAR skor. Langkah resusitusi mengikuti ABC : A.
mempertahankan jalan napas bebas, jika perlu dengan jalan intubasi endotrakeal. B.
bangkitkan napas spontan dengan stimulasi faktil atau tekanan positif menggunakan
bag and mask atau lewat pipa endotrakeal. C. pertahankan sirkulasi jika perlu dengan
kompresi dada dan obat – obatan.
Pada asfiksia ringan, berikan bantuan napas dengan oksigen 100 % melalui
bag and mask selama 15 – 30, bila dalam waktu 30 detik denyut nadi masih di bawah
sternum sebanyak 120x/mnt.
Tindakan dilakukan pada setiap bayi tanpa memandang nilai apgar. Segera
setelah lahir, usahakan bayi mendapat pemanasan yang baik, harus dicegah atau
dikurangi kehilangan panas pada tubuhnya, penggunaan sinar lampu untuk pemanasan
luar dan untuk meringankan tubuh bayi, mengurangi evaporasi.
Bayi diletakkan dengan kepala lebih rendah, pengisapan saluran nafas
bagian atas, segera dilakukan dengan hati-hati untuk menghindari timbulnya
kerusakan mukosa jalan nafas, spasmus larink atau kolaps paru. Bila bayi belum
berusaha untuk nafas, rangsangan harus segera dikerjakan, dapat berupa rangsangan
nyeri dengan cara memukul kedua telapak kaki, menekan tendon Achilles atau pada
bayi tertentu diberikan suntikan vitamin K.
G. Komplikasi
Komplikasi dapat berupa perdarahan otak, edema otak, anuria atau oliguria,
hiperbilirubinemia, enterokolitis, nekrotikans, kejang, koma dan tindakan bag and
mask berlebihan dapat menyebabkan pneumotoraks. Edema otak, perdarahan otak,
anusia dan oliguria, hiperbilirubinumia, enterokolitis, nekrotikans, kejang,
koma. Tindakan bag and mask berlebihan dapat menyebabkan pneumotoraks.
1. Otak : Hipokstik iskemik ensefalopati, edema serebri, palsi serebralis.
2. Jantung dan paru: Hipertensi pulmonal persisten pada neonatorum, perdarahan
paru, edema paru.
3. Gastrointestinal: enterokolitis, nekrotikans.
4. Ginjal: tubular nekrosis akut, siadh.
5. Hematologi: dic
H. Diagnosis
Diagnosis hipoksia janin dapat dibuat dalam persalinan dengan
ditemukannya tanda-tanda gawat janin. Tiga hal yang perlu diperhatikan Denyut
jantung janin. Frekuensi normal adalah antara120 dan 160 denyut/menit selama his
frekuensi turun, tetapi diluar his kembali lagi kepada keadaan semula. Peningkatan
kecepatan denyut jantung umumnya tidak besar, artinya frekuensi turun sampai
dibawah 100 x/ menit diluar his dan lebih-lebih jika tidak teratur, hal itu merupakan
tanda bahaya.
Mekonium dalam air ketuban. Mekonium pada presentasi – sungsang tidak
ada, artinya akan tetapi pada presentasi kepala mungkin menunjukan gangguan.
Oksigenisasi dan harus menimbulkan kewaspadaan. Biasanya mekonium dalam air
ketuban pada presentasi kepaladapat merupakan indikasi untuk mengakhir persalinan
bila hal itu dapat dilakukan dengan mudah.
Pemeriksaan pH darah janin. Dengan menggunakan amnioskop yang
dimasukan lewat serviks dibuat sayatan kecil pada kulit pada kulit kepala janin dan
diambil contoh darah janin. Darah ini diperiksa pH-nya. Adanya asidosis
menyebabkan turunnya pH. Apabila pH itu sampai turun dibawah 7,2 hal itu dianggap
sebagai tanda bahaya.
I. Prognosis
1. Asfiksia Ringan :Tergantung pada kecepatan penatalaksanaan.
2. Asfikisia Berat : Dapat menimbulkan kematian pada hari-hari pertama
kelainan saraf. Asfiksia dengan PH 6,9 dapat menyababkan kejang sampai
koma dan kelainan neurologis permanen,misalnya retardasi mental.
J. Penilaian Asfiksia Pada Bayi Baru Lahir
Aspek yang sangat penting dari resusitasi bayi baru lahir adalah menilai bayi,
menentukan tindakan yang akan dilakukan dan akhirnya melaksanakan tindakan
resusitasi. Upaya resusitasi yang efesien clan efektif berlangsung melalui rangkaian
tindakan yaitu menilai pengambilan keputusan dan tindakan lanjutan. Penilaian untuk
melakukan resusitasi semata-mata ditentukan oleh tiga tanda penting, yaitu :
1. Penafasan
2. Denyut jantung
3. Warna kulit
Nilai apgar tidak dipakai untuk menentukan kapan memulai resusitasi atau
membuat keputusan mengenai jalannya resusitasi. Apabila penilaian pernafasan
menunjukkan bahwa bayi tidak bernafas atau pernafasan tidak kuat, harus segera
ditentukan dasar pengambilan kesimpulan untuk tindakan vertilasi dengan tekanan
positif (VTP).
K. Penanganan Asfiksia Pada Bayi Baru Lahir
Tindakan resusitasi bayi baru lahir mengikuti tahapan-tahapan yang dikenal
sebagai ABC resusitasi, yaitu :
1. Memastikan saluran terbuka
a. Meletakkan bayi dalam posisi kepala defleksi bahu diganjal 2-3 cm.
b. Menghisap mulut, hidung dan kadang trachea.
c. Bila perlu masukkan pipa endo trachel (pipa ET) untuk memastikan
saluran pernafasan terbuka.
2. Memulai pernafasan
a. Memakai rangsangan taksil untuk memulai pernafasan.
b. Memakai VTP bila perlu seperti : sungkup dan balon pipa ETdan balon
atau mulut ke mulut (hindari paparan infeksi).
3. Mempertahankan sirkulasi
a. Kompresi dada.
b. Pengobatan.
PATHWAY
Persalinan lama, lilitan tali pusat, presentasi
janin abnormal
Paralisis pusat pernafasan
Resiko ketdkseimbangan
suhu tubuh
Suplai O2 dlm darah menurun
Resiko cedera
Proses keluarga terhenti
Kematian bayi
Kerusakan otak
Suplai O2 ke paru menurun
Pola nafas tdk efektif
Janin tdk bereaksi thd rangsangan
DJJ & TD menurun
Apneu
Nafas cepat
Paru-paru berisi cairan
Janin kekurangan O2, kadar CO2 meningkat
Asfiksia
Anestesi, obat-obatan narkotik
Kerusakan pertukaran gas
Ggu perfusi ventilasi
Asidosis respiratorik
Ggu metabolism & perubahan asam basa
Bersihan jalan tdk efektif
ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN ASFIKSIA NEONATUS
A. Pengkajian
1. Biodata
Terdiri dari nama, umur/tanggal lahir, jenis kelamin, agama, anak keberapa,
jumlah saudara dan identitas orang tua. Yang lebih ditekankan pada umur bayi karena
berkaitan dengan diagnosa Asfiksia Neonatorum.
2. Keluhan Utama
Pada klien dengan asfiksia yang sering tampak adalah sesak nafas
3. Riwayat kehamilan dan persalinan
Bagaimana proses persalinan, apakah spontan, premature, aterm, letak bayi
belakang kaki atau sungsang
4. Kebutuhan dasar
a. Pola Nutrisi
Pada neonatus dengan asfiksia membatasi intake oral, karena organ tubuh
terutama lambung belum sempurna, selain itu juga bertujuan untuk mencegah
terjadinya aspirasi pneumonia
b. Pola Eliminasi
Umumnya klien mengalami gangguan b.a.b karena organ tubuh terutama
pencernaan belum sempurna
c. Kebersihan diri
Perawat dan keluarga pasien harus menjaga kebersihan pasien, terutama saat
b.a.b dan b.a.k, saat b.a.b dan b.a.k harus diganti popoknya
d. Pola tidur
Biasanya istirahat tidur kurang karena sesak nafas
5. APGAR SKOR
No. Klinis 0 1 2
1 Detak jantung Tidak ada <100x/mnt >100x/mnt
2 Pernapasan Tidak ada Tidak teratur Tangis kuat
3 Reflek waktu jalan napas
dibersihkan
Tidak ada Menyeringai Batuk / bersin
4 Tonus otot Lunglai Fleksi
ektrimitas
Fleksi kuat
gerak aktif
(lemas)
5 Warna kulit Biru/pucat Tubuh merah,
ekstrimitas
biru
Merah seluruh
tubuh
6. Manifestasi Klinis
Appnoe primer : Pernafasan cepat, denyut nadi menurun dan tonus
neuromuscular menurun. Appnoe sekunder : Apabila asfiksia berlanjut , bagi
menunjukan pernafasan megap–megap yang dalam, denyut jantung terus menerus,
bayi terlihat lemah (pasif), pernafasan makin lama makin lemah
TANDA-TANDA
STADIUM I STADIUM II STADIUM III
Tingkat kesadaran
Sangat waspada Lesu (letargia) Pinsan (stupor), koma
Tonus otot Normal Hipotonik FlasidPostur Normal Fleksi DisorientasiRefleks tendo / klenus
Hyperaktif Hyperaktif Tidak ada
Mioklonus Ada Ada Tidak adaRefleks morrow Kuat Lemah Tidak adaPupil Midriasis Miosis Tidak sama, refleks
cahaya jelekKejang-kejang Tidak ada Lazim DeserebrasiEEG Normal Voltase rendah
1aktifitas kejang-kejang
Supresi ledakan sampai isoelektrik
Lamanya 24 jam jika ada kemajuan
24 jam sampai 14 hari
Beberapa hari sampai beberapa minggu
Hasil akhir Baik Bervariasi Kematian, defisit berat
7. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum
Pada umumnya pasien dengan asfiksia dalam keadaan lemah, sesak nafas,
pergerakan tremor, reflek tendon hyperaktif dan ini terjadi pada stadium
pertama.
b. Tanda-tanda Vital
Pada umunya terjadi peningkatan respirasi
c. Kulit
Pada kulit biasanya terdapat sianosis
d. Kepala
Inspeksi : Bentuk kepala bukit, fontanela mayor dan minor masih cekung,
sutura belum menutup dan kelihatan masih bergerak
e. Mata
Pada pupil terjadi miosis saat diberikan cahaya
f. Hidung
Yang paling sering didapatkan adalah didapatkan adanya pernafasan cuping
hidung.
g. Dada
Pada dada biasanya ditemukan pernafasan yang irregular dan frekwensi
pernafasan yang cepat
h. Neurology / reflek
Reflek Morrow : Kaget bila dikejutkan (tangan menggenggam)
i. Aktifitas
Pergerakan hyperaktif
j. Dada
Inspeksi
Bayi tampak lemah, ekstrimitas tampak sianosis, pernapasan cepat lebih dari
30 – 60 x/mnt, tangis bayi merintih (menyeringai)
Auskultasi
Detak jantung < 100x/mnt, suara napas terdengar
Palpasi
Ekstrimitas teraba dingin
B. Diagnosa Keperawatan
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d produksi mukus banyak.
2. Pola nafas tidak efektif b.d hipoventilasi/ hiperventilasi
3. Kerusakan pertukaran gas b.d ketidakseimbangan perfusi ventilasi.
4. Risiko cedera b.d anomali kongenital tidak terdeteksi atau tidak teratasi
pemajanan pada agen-agen infeksius.
5. Risiko ketidakseimbangan suhu tubuh b.d kurangnya suplai O2 dalam darah.
6. Proses keluarga terhenti b.d pergantian dalam status kesehatan anggota keluar
C. Intervensi Keperawatan
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d produksi mukus banyak.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama proses keperawatan
diharapkan jalan nafas lancar.
NOC I : Bersihan jalan nafas ,
Kriteria Hasil :
a. Rata-rata repirasi dalam batas normal.
b. Pengeluaran sputum melalui jalan nafas.
c. Tidak ada suara nafas tambahan.
NOC II : Status Pernafasan : Pertukaran Gas
Kriteria Hasil :
a. Mudah dalam bernafas.
b. Tidak adanya sianosis.
c. PaCO2 dalam batas normal (35-45mmHg).
d. PaO2 dalam batas normal (60-90 mmHg).
e. Keseimbangan perfusi ventilasi
NIC I : Suction jalan nafas
Intervensi :
1. Tentukan kebutuhan oral atau suction tracheal.
2. Auskultasi suara nafas sebelum dan sesudah suction
3. Beritahukan tentang suction
4. Bersihkan daerah tracheal setelah suction selesai dilakukan
5. Monitor status oksigen klien, status hemodinamik segera sebelum,
selama dan sesudah suction.
NIC II : Resusitasi : Neonatus
Intervensi :
1. Siapkan perlengkapan resusitasi sebelum persalinan.
2. Tes resusitasi bagian suction dan aliran O2 untuk memastikan
dapat berfungsi dengan baik.
3. Tempatkan BBL di bawah lampu pemanas.
4. Masukkan laringoskopy untuk memmvisualisasi trachea untuk
menghisap mekonium.
5. Intubasi dengan endotracheal untuk mengeluarkan mekonium
dari jalan nafas bawah.
6. Berikan stimulasi taktil pada telapak kaki atau punggung bayi.
7. Monitor respirasi
8. Lakukan auskultasi untuk memastikan ventilasi yang adekuat.
2. Pola nafas tidak efektif b.d hipoventilasi, hiperventilasi.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama proses keperawatan
diharapkan pola nafas menjadi efektif.
NOC : Status respirasi : ventilasi
Kriteria Hasil :
a. Klien menunjukkan pola nafas yang efektif.
b. Ekspansi dada simetris.
c. Tidak ada bunyi nafas tambahan.
d. Kecepatan dan irama respirasi dalam batas normal.
NIC : Manajemen jalan nafas
Intervensi :
1. Pertahankan kepatenan jalan nafas dengan melakukan pengisapan
lendir.
2. Pantau status pernafasan dan oksigenasi sesuai dengan kebutuhan.
3. Auskultasi jalan nafas untuk mengetahui adanya penurunan
ventilasi.
4. Kolaborasikan dengan dokter untuk pemeriksaan AGD dan
pemakaian alat bantu nafas.
5. Berikan oksigen sesuai kebutuhan.
3. Kerusakan pertukaran gas b.d ketidakseimbangan perfusi ventilasi.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama proses keperawatan
diharapkan pertukaran gas teratasi.
NOC I : Status respiratori : pertukaran gas
Kriteria Hasil :
a. Tidak sesak nafas
b. Fungsi paru dalam batas normal
c. Hasil laboratorium dalam batas normal (AGD :)
NOC II : Status respiratorius : Pertukaran gas
Kriteria hasil :
a. Tidak sesak nafas
b. Fungsi paru dalam batas normal
NIC : Manajemen asam basa
Intervensi :
1. Kaji bunyi paru, frekuensi nafas, kedalaman nafas dan
produksi sputum.
2. Pantau saturasi oksigen dengan oksimetri.
3. Pantau hasil AGD.
4. Risiko cedera b.d anomali kongenital tidak terdeteksi atau tidak teratasi
pemajanan pada agen-agen infeksius.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama proses keperawatan
diharapkan resiko cedera dapat di cegah.
NOC : Pengetahuan : Keamanan anak
Kriteria Hasil :
a. Bebas dari cedera atau komplikasi.
b. Mendiskripsikan aktifitas yang tepat dari level perkembangan
anak.
c. Mendiskripsikan teknik pertolongan pertama.
NIC : Kontrol Infeksi
Intervensi :
1. Cuci tangan setiap sebelum dan sesudah merawat bayi.
2. Pakai sarung tangan steril.
3. Lakukan pengkajian fisik secara rutin terhadap bayi baru lahir,
perhatikan pembuluh darah dan adanya anomaly.
5. Risiko ketidakseimbangan suhu tubuh b.d kurangnya suplai O2 dalam darah.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama proses keperawatan di
harapkan suhu tubuh normal.
NOC I : Termoregulasi : neonates
Kriteria Hasil :
a. Temperatur badan dalam batas normal (36-37,5oC).
b. Tidak terjadi distress pernafasan.
c. Tidak gelisah.
d. Perubahan warna kulit.
NIC I : Perawatan hipotermi.
Intervensi :
1. Hindarkan klien dari kedinginan dan tempatkan pada
lingkungan yang hangat.
2. Monitor gejala yang berhubungan dengan hipotermi, missal
fatigue, apatis, perubahan warna kulit, dll.
3. Monitor temperature dan warna kulit.
4. Monitor adanya bradikardi.
5. Monitor status pernafasan.
NIC II : Temperatur reguasi
Intervensi :
1. Monitor temperature BBL setiap 2 jam sampai suhu stabil.
2. Jaga temperature suhu tubuh bayi agar tetap hangat.
3. Tempatkan BBL pada inkubator.
6. Proses keluarga terhenti b.d pergantian dalam status kesehatan anggota keluarga.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama proses keperawatan
diharapkan koping keluarga adekuat.
NOC I : Koping keluarga
Kriteria Hasil :
a. Percaya dapat mengatasi masalah.
b. Mempunyai rencana darurat.
c. Mengatur ulang cara perawatan.
NOC II : Status Kesehatan keluarga
Kriteria Hasil :
a. Status kekebalan anggota keluarga.
b. Anak mendapat perawatan tindakan pencegahan.
c. Kesehatan fisik anggota keluarga baik.
NIC I : Pemeliharaan proses keluarga
Intervensi :
1. Tentukan tipe proses keluarga’
2. Identifikasi efek pertukaran peran dalam proses keluarga.
3. Bantu anggota keluarga untuk menggunakan mekanisme
support yang ada dan merencanakan strategi normal dalam
segala situasi.
NIC II : Dukungan keluarga
Intervensi :
1. Pastikan anggota keluarga bahwa klien memperoleh
perawatan yang baik.
2. Tentukan prognosis beban psikologi dari keluarga.
3. Berikan harapan realistic.
4. Identifikasi alam spiritual yang di berikan keluarga.
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito. 2001. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8. Jakarta : EGC
Mansjoer, A. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi Ketiga. Jilid II. Jakarta : Media
Aesculapius
Santosa, B. 2005. Panduan Diagnosa Keperawatan Nanda. Definisi dan Klasifikasi.
Jakarta : Prima Medika
Wilkinson. 2007. Buku Saku Diagnosa Keperawatan dengan Intervensi NIC dan
Criteria Hasil NOC. Edisi 7. Jakarta : EGC
Saifudin. A. B. 2001. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka
Straight. B. R. 2004. Keperawatan Ibu Baru Lahir. Edisi 3. Jakarta : EGC
terdapat pada http://www .f ree we bs.com/asfiksia/pola cedera asfiksia.htm