Artikel Metopel Nur Af'Idah Anas

Embed Size (px)

Citation preview

  • 1

    Potensi Ekstrak Limbah Kulit Biji Mete (Anacardium occidentale

    L.) Sebagai Antioksidan Alami

    Nur Afidah Anas1, Sri Rezki Anita1*, Syahrir1, Wisdayanti Nur Fatma1 1Jurusan Farmasi, Universitas Halu Oleo Kendari 93232 Indonesia

    [email protected]

    ABSTRACT

    Senyawa antioksidan memiliki peran yang sangat penting dalam dunia

    kesehatan. Berbagai bukti ilmiah menunjukkan bahwa senyawa antioksidan

    mengurangi risiko berbagai penyakit degeneratif seperti kanker dan penyakit

    jantung koroner yang disebabkan oleh radikal bebas. Antioksidan yang digunakan

    selama ini seperti BHT, BHA, dan TBHQ bersumber dari bahan minyak bumi atau

    sintesis. Penggunaan antioksidan sintetis pada saat ini tidak direkomendasikan oleh

    Departemen Kesehatan karena diduga dapat menyebabkan penyakit kanker

    (Carcinogenic Agent. Untuk mengatasi hal tersebut, dibutuhkan antioksidan

    tambahan dari luar yang bersifat alami.Jambu mete merupakan tanaman yang cukup

    berlimpah di Sulawesi Tenggara.Buah mete semu dapat diolah menjadi berbagai

    jenis makanan seperti manisan, selai, dll. Kulit kayu batang mete mengandung

    cairan berwarna coklat yang dapat digunakan sebagai bahan pewarna alami. Akar

    jambu mete dapat digunakan sebagai pencahar atau pencuci perut. Dan daunnya

    dapat digunakan sebagai obat anti fungi. Kandungan kimia dari buah semu mete

    dapat di uji aktivitas antioksidannya, maka panyusun akan mencoba juga menguji

    aktivitas antioksidan pada biji metenya, dalam hal ini kulit biji metenya. Uji

    aktivitas antioksidan dilakukan menggunakan metoda DPPH. Metode DPPH

    menggunakan 2,2difenil-1- pikrilhidrazil sebagai sumber radikal bebas. Prinsipnya

    adalah reaksi penangkapan hidrogen oleh DPPH dari zat antioksidan.

    PENDAHULUAN

    Senyawa antioksidan

    memiliki peran yang sangat penting

    dalam dunia kesehatan. Berbagai

    bukti ilmiah menunjukkan bahwa

    senyawa antioksidan mengurangi

    risiko berbagai penyakit (Kuntorini

    dan Astuti, 2010).

    Seiring dengan

    perkembangan zaman dan teknologi,

    tumbuh-tumbuhan dapat digunakan

    untuk bahan-bahan sintesis senyawa

    kimia, obat-obatan tradisional, bahan

    dasar obat-obatan modern, insektisida

    dan kosmetik. Senyawa kimia yang

    terkandung dalam suatu tanaman

    memegang peranan penting dalam

    menunjang kegunaan tanaman

    tersebut, khususnya sebagai tanaman

    obat (Nurmuhaimina et al, 2009).

    Buah semu jambu mete

    memiliki kandungan karbohidrat dan

    unsur gizi lainnya yang cukup tinggi,

    kandungan vitamin C pada buah semu

    jambu mete tiga kali lipat kandungan

    vitamin C pada jeruk (Jumari et all,

  • 2

    2009). Pada buah mete kandungan

    taninnya sangat tinggi, Tanin

    merupakan bentuk komplek dari

    protein, pati, selulosa dan mineral.

    Tanin mempunyai struktur dengan

    formula empiris C72H52O46 (Artati &

    Fadillah, 2007).

    Senyawa kimia yang

    berkaitan dengan metabolit sekunder

    seperti alkaloid, terpenoid, golongan

    fenol, flavonoid, kuinon, tanin,

    saponin banyak terdapat di dalam

    tumbuhan dan sangat potensial untuk

    diteliti dan dikembangkan oleh para

    peneliti Indonesia dalam rangka

    pencarian obat atau bahan baku obat

    (Lolaen et all, 2013).

    Hasil tinjauan di atas

    memperlihatkan bahwa jambu mete

    (Anacardium occidentale L.)

    berpotensi sebagai antioksidan yang

    cukup baik. Oleh karena itu, perlu

    dilakukan pengembangan potensi

    tanaman ini sebagai bahan

    pengobatan, misalnya dengan

    meneliti kulit bijinya. Dengan

    demikian kami akan melakukan uji

    aktivitas oksidan dari kulit bijinya

    dan membandingkan efektivitasnya

    dalam fraksi yang berbeda.

    Selain itu juga, kita dapat

    memanfaatkan limbah dari biji mete

    tersebut yaitu berupa kulit bijinya.

    Dan tempat domisili kami adalah

    daerah Sulawesi Tenggara yang

    merupakan penghasil mete yang

    cukup besar.

    METODOLOGI

    1. Penyiapan Sampel

    Kulit kacang mete

    (Anacardium occidentale L.) berasal

    dari Kebun Masyarakat Desa Lapoa

    Kecamatan Tinanggea Kabupaten

    Konawe Selatan Provinsi Sulawesi

    Tenggara.

    2. Preparasi Sampel

    Tanaman diambil bagian kulit

    buahnya dan dikeringkan dengan

    sinar matahari atau dikeringkan

    diudara terbuka, dihaluskan

    kemudian dimaserasi dengan metanol

    selama 324 jam. Setelah itu

    dilakukan ekstraksi cair-cair dengan

    etil asetat, metanol, dan n-heksan

    sehingga diperoleh fraksi etil asetat,

    fraksi metnol, dan fraksi n-heksan.

    3. Uji Aktivitas Antioksidan

    Uji aktivitas antioksidan

    dilakukanmenggunakan metoda

    DPPH menurut Chow et all (2003).

    Metode DPPH menggunakan

    2,2difenil-1- pikrilhidrazil sebagai

    sumber radikal bebas.

    a. Pembuatan Larutan 1 mM

    DPPH

    19,716 mg DPPH (BM

    = 394,32) ditimbang seksama,

    kemudian dilarutkan dalam

    50,0 ml metanol.

    b. Pembuatan Larutan

    Blangko

    1 ml larutan DPPH 1

    mMdipipet ke dalam labu

    ukur 5 ml,dilarutkan dalam

    metanolhingga tanda tera,

    kocok hingga homogen.

    c. Pembuatan Larutan Uji

  • 3

    Pengujian dilakukan

    empat tahap, yaitu dalam

    bentuk maserat, ekstrak etil

    asetat, ekstrak metanol, dan

    ekstrak n-heksan sehingga

    kami membuat empat larutan

    uji. 10 mg maserat, ekstrak

    etil asetat, ekstrak metanol,

    dan ekstrak n-heksan

    ditimbang seksama,

    laludimasukkan ke dalam labu

    ukur 10 ml, dilarutkan dalam

    metanol hingga tanda tera

    (larutan induk 1000 g/ml).

    Dibuat berbagai konsentrasi

    yaitu 5,10, 25, 50, 100 g/ml

    dalam masing-masing tabung

    reaksi dan ditambahkan 1,0

    ml larutan DPPH 1mM dan

    dilarutkan dalam metanol

    hingga tanda tera.

    d. Pembuatan Kontrol Positif

    10 mg vitamin

    Cditimbang seksama,

    kemudian dimasukkan ke

    dalam labu ukur 10ml,

    dilarutkan dalam metanol

    hingga tanda tera (larutan

    induk 1000 g/ml). Dibuat

    berbagai konsentrasi yaitu 3,

    6, 9, 12, 15 g/ml dalam

    masing-masing tabung reaksi

    dan ditambahkan 1,0 ml

    larutan DPPH 1 mM dan

    dilarutkan dalam metanol

    hingga tanda tera.

    e. Uji Aktivitas

    Uji aktivitas

    antioksidan dilakukan secara

    kualitatif dan kuantitatif.

    Secara kualitatif, sampel

    ditotolkan pada plat KLT lalu

    ditetesi dengan larutan DPPH

    1mM dan didiamkan selama

    30 menit. Terbentuknya

    warna kuning dengan latar

    belakang ungu menunjukkan

    ekstrak memiliki aktivitas

    antioksidan.

    Uji kuantitatif

    dilakukan dengan

    menambahkan 1,0 ml larutan

    DPPH 1 mmol kedalam setiap

    tabung larutan uji dan kontrol

    positif, kemudian

    ditambahkan metanol hingga

    5 ml dan dihomogenkan.

    Larutan blangko, larutan uji

    dan larutan kontrol positif

    segera diinkubasi selama 30

    menit pada suhu370C. Uji

    serapan dilakukan pada

    panjang gelombang 515 nm.

    Persentase hambatan (%I)

    dihitung berdasarkan:

    100%

    A blanko = serapan radikal

    DPPH 1mM

    A sampel = serapan radikal

    DPPH 1mM setelah diberi

    perlakuan sampel(Simanjuntak et

    al, 2011).

    Nilai hambatan dan

    konsentrasi sampel diplot masing-

    masing pada sumbu x dan y, dan

    persamaan garis yang diperoleh

    digunakan untuk menghitung

  • 4

    Inhibition Concentration 50%

    (IC50). IC50, yaitu konsentrasi

    larutan sampel yang dibutuhkan

    untuk menghambat 50% radikal

    bebas DPPH (Andayani et al,

    2008).

    HASIL DAN PEBAHASAN

    Isolasi

    Ekstrak metanol dari hasil

    ekstraksi sampel, dipartisi

    menggunakan etil asetat dan n-

    heksan. Fraksi etil asetat di KLT

    menggunakan sistem pelarut n-

    Heksan:etil asetat perbadingan 10:0,

    9:1, 8:2, berturut-turut hingga 0:10.

    Dengan memperhatikan banyaknya

    spot senyawa dan selisih yang besar

    pada perbandingan 8:2, hal ini

    menunjukkan kemampuan yang baik

    untuk memisahkan senyawa

    metabolit sekunder sehingga sistem

    pelarut 8:2 digunakan sebagai acuan

    dalam pemisahan menggunakan

    KKV dan KR.

    Uji Aktiivtas Antioksidan

    Pengujian dilakukan dalam

    dua tahap yaitu dalam bentuk ekstrak

    etil asetat dan senyawa murni. Hasil

    menunjukkan bahwa keduanya aktif

    sebagai antioksidan.

    Berdasarkan kurva tersebut

    diperoleh nilai IC50 yang merupakan

    kemampuan menghambat 50%

    konsentrasi radikal bebas DPPH

    adalah 128,19 g/ml untuk ekstrak

    etil asetat.

    KESIMPULAN

    Kesimpulan dari penelitian

    kali ini yaitu aktivitas antioksidan

    terbaik diperoleh nilai IC50 yang

    merupakan kemampuan menghambat

    50% konsentrasi radikal bebas DPPH

    adalah 128,19 g/ml untuk ekstrak

    etil asetat.

    DAFTAR PUSTAKA

    Andayani R, Lisawati Y,

    Maimunah. 2008.

    Penentuan Aktivitas

    Antioksidan, Kadar Fenol

    Total dan Likopen pada

    Buah Tomat (Solanum

    lycupersicum L).

    JurnalSains dan Teknologi

    Farmasi, Vol.(13) No.(1).

    Artati, E.K & Fadilah. 2007.

    Pengaruh Kecepatan Putar

    Pengadukan Dan Suhu

    Operasi PadaEkstraksi

    y = 0.25xR = 1

    050

    100150200

    0 200 400 600 800

    % in

    hib

    isi

    konsentrasi (ppm)

    Ekstrak Etil Asetat

    y = 0.1925x + 164R = 0.9875

    0

    200

    400

    0 500 1000

    % in

    hib

    isi

    Konsentrasi (ppm)

    Ekstrak Metanol

    y = 0.25x + 8.3333R = 0.9231

    0

    100

    200

    0 500 1000

    % in

    hib

    isi

    Konsentrasi (ppm)

    Ekstrak n-Heksan

  • 5

    Tanin Dari Jambu Mete

    Dengan Pelarut Aseton.

    Ekuilibrium. Vol. (6). No.

    (1). Hal 33-38.

    Chen HM, Koji M, Fumio Y,

    Kiyoshi N. 1996.

    Antioxidant activity of

    designed peptides based on

    the antioxidative peptide

    isolated from digests of a

    soybean protein. J. Agric.

    Food Chem. Vol. (44)

    No.(26). Hal. 19-23.

    Chow ST, WW Chaw and YC

    Chung. 2003. Antioxidant

    activity and safety of 50 %

    ethanolic red bean extract

    (Phaseolus raditus L, Var

    Aurea). Journal of Food

    Science. Vol. 6(8) No. (1).

    Hal 5-21.

    Daras, usman. 2007. Strategi Dan

    Inovasi Teknologi

    Peningkatan Produktivitas

    Jambu Mete Di Nusa

    Tenggara. Jurnal Litbang

    Pertanian.Vol (26). No. (1).

    Deiana M, A Rosa, V Casu,

    Cotiglia L. 2003.Chemical

    Composition and

    Antioxidant Activity

    ofExtract from

    Dephegnidium L. JAOCS.

    80(1): 65-70.

    Halliwell B dan Gutteridge JMC.

    2000.Free Radical in

    Biology and Medicine. New

    York: Oxford

    UniversityPress.

    Hernani dan Rahardjo M. 2005.

    Tanaman Berkhasiat

    Antioksidan. Jakarta:

    Penerbit Swadaya.

    Jumari et all. 2009. Pembuatan

    Etanol Dari Jambu Mete

    Dengan Metode

    Fermentasi. Ekuilibrium.

    Vol (7). No. (2). Hal 48-54.

    Kuntorini EM dan Astuti MD.

    2010. Penentuan Aktivitas

    Antioksidan Ekstrak Etanol

    Bulbus Bawang Dayak

    (Eleutherine americana

    Merr.). Sains dan Terapan

    Kimia. Vol (4) No. (1). Hal.

    1522. Kusrini, D., dan Mahendra, I.

    2003. Asam Anakardat Dari

    Kulit Biji Jambu Mete

    (Anacardium Occidentale

    L) Yang Mempunyai

    Aktivitas Sitotoksik. JSKA.

    Vol (4). No (1).

    Laloen et all. 2013. Uji Aktivitas

    Antioksidan Kandungan

    Fitokimia Jus Buah

    Gandaria (Bouea

    Macrophylla Griffith).

    Pharmacon Jurnal Ilmiah

    Farmasi. Vol. (2). N0. (2).

    Prakash A. 2001. Antioxidant

    Activity. Medallion

    Laboratories: Analytical

    Progress Vol (19). No (2).

    Hal. 1-4

    Risfaheri, et al. 2004. Pemisahan

    Kardanol Dari Minyak Kulit

    Biji Mete Dengan Metode

    Destilasi Vakum. J. Pasca

    Panen. Vol (1). No. (1). Hal

    1-11.

    Rukmiasih, Hardjosworo PS,

    Ketaren PP, dan Matitaputty

    PR. 2011. Penggunaan

    Beluntas, Vitamin C dan E

    sebagai Antioksidan untuk

    Menurunkan Off-Odor

    Daging Itik Alabio dan

    Cihateup. JTTV. Vol.(16)

    No. (1). Hal. 9-16.

    Simpen, I.N. 2008. Isolasi

    Cashew Nut Shell Liquid

  • 6

    Dari Kulit Biji Jambu Mete

    (Anacardium Occidentale

    L) Dan Kajian Beberapa

    Sifat Fisiko-Kimianya.

    Jurnal Kimia. Vol (2). No

    (2). Hal 71-76.

    Soeksmanto A, Hapsari Y,

    Simanjuntak P. 2007.

    Kandungan Antioksidan

    pada Beberapa Bagian

    Tanaman Mahkota Dewa,

    Phaleria macrocarpa

    (Scheff) Boerl.

    (Thymelaceae).

    Sulistyawati, D & Sri, M. 2009.

    Aktivitas Infusa Daun

    Jambu Mete (Anacardium

    Occidentale L) terhadap

    Candica albians. Biomedika.

    Vol (1). No. (1).

    Tamat SR, Wikanta T, Maulina

    LS.2007. Aktivitas

    Antioksidan dan Toksisitas

    Senyawa Bioaktif dari

    Ekstrak Rumput Laut Hijau

    Ulva reticulata Forsskal.

    Jurnal Ilmu Kefarmasian

    Indonesia, Vol. (5) No.(1).

    Hal. 31-36

    Widyastuti N. 2010. Pengukuran

    Aktivitas Antiok

  • 7