Upload
adek-iim
View
72
Download
2
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Tugas Kuliah
Citation preview
PROPOSAL PENELITIAN
BETON RINGAN BER-AGREGAT LIMBAH PLASTIK JENIS
PET (Poly Ethylene Terephthalate) DAN FLY ASH
Disusun oleh;
QUROTUL ‘AINI
2009213001
JURUSAN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI PADANG
2010
BAB I
PENDAHULUAN
1. 1 Latar Belakang Masalah
Beton didefinisikan sebagai bangunan yang terletak di atas tanah yang
menggunakan tulangan atau tidak menggunakan tulangan (ACI 318-89,1990:1-1),
struktur beton sangat dipengaruhi oleh komposisi dan kualitas bahan-bahan
pencampurnya, serta dibatasi oleh kemampuan daya tekan beton seperti yang
tercantum dalam perencanaannya. Perkembangan teknologi saat ini disadari bahwa
beton yang kuat itu tidak harus berat khususnya untuk bangunan didaerah gempa.
Diketahui semakin berat bangunan maka semakin besar gaya inersia yang timbul
akibat berat sendiri bangunan sehingga dengan berkurangnya berat sendiri beton dapat
memberikan pengaruh besar terhadap perencanaan bangunan terutama gedung
bertingkat. Beton ini dikenal sebagai beton ringan (lightweight concrete), agregat yang
digunakan pada beton ini adalah agregat ringan yang umumnya berasal dari material
lain yang lebih ringan dengan berat jenis sebesar 1900 kg/m3 dan saat ini telah banyak
digunakan dalam konstruksi sipil. Dalam rangka mendukung gerakan Green Concrete
dan pembangunan yang berwawasan lingkungan dimana penggunaan bahan alam yang
merusak lingkungan harus dibatasi, sehingga harus dilakukan pemanfaatan limbah
secara optimal sesuai PP-29/1986 tentang Analisis Dampak Lingkungan (AMDAL) .
Pada penelitian ini akan digunakan material limbah berupa plastic sebagai
agregat ringan buatan dan fly ash sebagai bahan pengikat tambahan dalam campuran
beton ringan yang merupakan penelitian lanjutan untuk mendapatkan hasil yang lebih
baik. Pada penelitian sebelumnya limbah plastic jenis PET digunakan sebagai
pengganti aggregate kasar buatan sehingga diperoleh komposisi campuran beton
ringan dengan kuat tekan sebesar 17,49 Mpa, sehingga beton ini dapat dikategorikan
sebagai beton structural. Sebagai salah satu daerah penghasil batubara, sumatera barat
menghasilkan limbah fly ash, sehingga karena bahan ini mudah diperoleh maka
dilakukan penelitian terhadap pemanfaatannya pada komposisi beton ringan yang
menggunakan agregat plastic jenis PET ini. Dari komposisi material ini diharapkan
dapat diperoleh mutu beton yang direncanakan dan menjadikan kedua jenis limbah ini
dapat bermanfaat untuk kehidupan manusia dan lingkungan.
1. 2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut diatas, maka masalah dalam
penelitian ini dapat dirumuskan, sebagai berikut;
Apakah limbah plastic jenis PET dan fly ash dapat digunakan sebagai agregat
beton ringan?
Bagaimanakah sifat mekanik beton yang dihasilkan dari campuran limbah
plastic jenis PET dan fly ash ini?
1. 3 Maksud dan Tujuan
Maksud dari penelitian ini adalah untuk memperoleh alternative campuran
beton dengan memanfaatkan limbah plastic dan fly ash pada beton ringan yang sesuai
dengan criteria konstruksi, sehingga dapat digunakan untuk konstruksi bangunan
aman gempa yang ramah lingkungan.
Tujuan dari penelitian ini adalah:
Menentukan perbandingan campuran beton ringan yang terdiri dari: semen,
agregat kasar dari limbah plastic, agregat halus, agregat pengisi dari fly ash,
dan air.
Menentukan sifat fisik dan sifat mekanik dari campuran beton ringan ini
sehingga dapat memenuhi aspek beton ringan yang dapat digunakan sebagai
beton nonstruktur dan sesuai dengan SKSNI 03-2847-2002 dan SKSNI T-15-
1991.
1. 4 Batasan Masalah
Berdasarkan tujuan diatas, penelitian yang dilakukan akan dibatasi pada, yaitu
sebagai berikut:
Agregat kasar buatan untuk campuran beton ringan berasal dari limbah plastic
jenis PET.
Agregat pengisi digunakan fly ash dengan komposisi rencana yaitu: 5% dan
10% dari jumlah semen.
Beton yang akan diteliti adalah beton ringan dengan mutu K175 dan kuat
lentur rencana sebesar 100 kg/cm2.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.
2. 1 Kajian Teori
Penggunaan beton ringan (lightweight concrete) dari segi ekonomis lebih
menguntungkan sehingga dengan berkembangnya pengetahuan maka beton ringan
digunakan pada struktur beton bertulang dan kualitasnya pun semakin ditingkatkan.
Beton ringan adalah beton yang memiliki berat jenis (density) lebih ringan daripada
beton pada umumnya. Beton ringan bisa disebut sebagai beton ringan (Aerated
Lightweight Concrete/ALC) atau sering disebut juga (Autoclaved Aerated Concrete/
AAC), esensi agregat ringan yang digunakan adalah agregat yang mempunyai berat
jenis yang ringan dan porositas yang tinggi, yang dihasilkan dari agregat alam maupun
hasil pabrikasi (Tri Mulyono: 2004). Secara umum beton ringan dapat dibuat dengan
beberapa cara tetapi semua bergantung dengan adanya rongga udara pada sifat agregat
dan atau kandungan udara didalam beton. Diantaranya ada tiga cara pembuatan, yaitu:
1. Beton ringan dengan agregat berongga, dapat berupa batuan berongga ataupun
agregat ringan buatan yang dapat digunakan sebagai pengganti kerikil. Beton
ini menggunakan agregat ringan dengan berat jenis rendah akibat agregat kasar
yang bersifat porous. Untuk memperoleh kekuatan beton yang baik digunakan
agregat halus berupa pasir alam (atau dikenal sebagai sanded lightweight
concrete) dengan gradasi yang baik untuk memperbaiki memperoleh
workability adukan semen. Tetapi untuk tetap menjaga kepadatan beton tetap
rendah penggunaan pasir alam dibatasi antara 15%-30% dari volume agregat.
Berdasarkan kepadatan, kekuatan dan jenis agregat yang digunakan beton ini
dapat digolongkan menjadi beberapa macam, yaitu:
Beton insulasi (insulating concrete). Beton ini memiliki berat jenis
antara 300-800 kg/m3 dan memiliki kuat tekan sebesar 0,69-6,89 Mpa.
Beton ini biasanya digunakan untuk keperluan insulasi karena
kemampuannya menahan panas (konduktivitas panas yang rendah) dan
kedap suara, beton ini disebut jga sebagai low density concrete. Jenis
agregat yang biasa digunakan pada beton jenis ini adalah perlite dan
vermite.
Beton ringan dengan kekuatan sedang (moderate strength concrete).
Beton jenis ini memiliki berat jenis sebesar 800-1440 kg/m3, serta
memiliki kuat tekan berkissar antara 6,89-17,24 Mpa, yang biasa
digunakan sebagai beton struktur ringan atau beton pengisi (fill
concrete). Beton ini terbuat dari agregat ringan alami (pumice, scoria,
tufa) dan agregat ringan buatan (terak/slag, slate, shale, fly ash, clay).
Beton ringan structural (structural concrete). Beton ini memliki berat
jenis sebesar 1440-1850 kg/m3 dan dapat digunakan sebagai beton
strutur jika memenuhi syarat kuat tekan >17,24 Mpa pada benda uji
yang berumur 28 hari. Untuk mencapai kekuatan tersebut dapat
digunakan agregat kasar dari expanded shale, clay, slate, atau
campuran ringan buatan yang sesuai.
2. Beton ringan tanpa pasir (non fires concrete), dimana dalam campuran beton
ini tidak menggunakan agregat halus (pasir) dalam campuran pastanya
sehingga memiliki sejumlah besar pori-pori. Kekuatan beton berkisar 7-14
Mpa, yang dipengaruhi oleh berat isi beton dan kadar semen. Pemakaian beton
ini sangat baik untuk kemampuan insulasi dari struktur, meskipun keberadaan
rongga udara sangat banyak dan cenderung seragam yang dapat mengurangi
kuat tekan agregat.
3. Beton ringan yang diperoleh dengan memasukkan udara kedalam adukan atau
mortarnya. Dengan demikian akan terjadi rongga udara atau dikenal sebagai
beton aerasi/beton berongga/beton udara/beton gas dengan ukuran rongga 0,1-
1 mm, beton jenis ini biasanya digunakan untuk keperluan insulasi dan struktur
beton tahan api. Dengan menambahkan larutan hydrogen peroksida sebagai
aerated agent volume campuran beton akan mengembang secara dramatis, hal
ini akan membuat penggunaan material menjadi lebih ekonomis. Kemudian
beton ini dikeraskan dengan memberi tekanan didalam cetakan, proses ini
dilakukan dengan memasukkan beton kedalam pressurized steam chamber.
Ada beberapa Kelebihan dari Beton ringan yaitu:
Balok beton ringan mudah dibentuk. Sehingga dapat dengan cepat dan akurat
dipotong atau dibentuk untuk memenuhi tuntutan dekorasi gedung. Alat yang
digunakan pun sederhana, cukup menggunakan alat pertukangan kayu.
Karena ukurannya yang akurat tetapi mudah dibentuk, sehingga dapat
meminimalkan sisa-sisa bahan bangunan yang tak terpakai.
Dapat mempermudah proses konstruksi, untuk membangun sebuah gedung
dapat diminimalisir produk yang akan digunakan. Misalnya tidak perlu batu
atau kerikil untuk mengisi lantai beton.
Karena ringan, tukang bangunan tidak cepat lelah. Sehingga cepat dalam
pengerjaannya, waktu pembangunan lebih pendek. Tukang yang mengerjakan
lebih sedikit. Sehingga secara keseluruhan bisa lebih murah dan efisien.
Tahan panas dan api, karena berat jenisnya rendah.
Tahan lama, kurang lebih sama tahan lamanya dengan beton konvensional.
Kuat tetapi ringan, Tahan gempa, Biaya perawatan yang sedikit, bangunan tak
terlalu banyak mengalami perubahan atau renovasi hingga 20 tahun.
Selain kelebihan, Beton ringan juga memiliki beberapa kelemahan, yaitu :
Diperlukan keahlian tambahan untuk tukang yang akan memasangnya, karena
dampaknya berakibat pada waste dan mutu pemasangan.
Perekat yang digunakan harus disesuaikan dengan ketentuan produsennya,
umumnya adalah semen instan.
Karena nilai kuat tekannya (compressive strength) terbatas, sehingga pada
penggunaan untuk perkuatan (struktural) diperlukan perlakuan khusus.
Karena dapat diganti dengan material lain maka pada pencampuran material
beton diperlukan perlakuan khusus agar mutu beton dapat dijaga.
Material atau agregat ringan penyusun beton dapat dibedakan berdasarkan asal
terjadinya, yaitu sebagai berikut:
1. Agregat Alami, yang berasal dari gunung api, seperti; Pumice, Pozzolanas,
Tufas, dan Slag, serta jenis Perlite dan obsidian untuk beton non structural.
2. Agregat Organik, yang berasal dari tumbuh-tumbuhan, seperti; serbuk gergaji,
dan serat tumbuhan.
3. Agregat buatan, yang dibedakan menjadi dua, yaitu;
Agregat yang dihasilkan dari residu proses industry, seperti; fly ash
Agregat yang dihasilkan dari proses khusus, seperti: plastic.
2. 2 Material Pembentuk Beton Ringan.
Berdasarkan karakteristiknya, pada pembuatan beton diperlukan suatu
perencanaan campuran yang bertujuan untuk menentukan proporsi semen, agregat
halus, agregat kasar, serta air yang memenuhi persyaratan berikut:
Kekuatan tekan yang tinggi (high strength concrete)
Kedap air (permeability)
Keawetan (durability)
Mudah dikerjakan (workability),
Tidak mengalami segregasi dan memiliki nilai susut yang dapat diterima.
Factor utama yang menentukan kekuatan beton adalah, yaitu:
Kekuatan campuran pasta
Kualitas agregat penyusunnya
Daya lekat antara pasta dan agregat.
Supartono (2001) menyatakan, untuk mendapatkan beton mutu tinggi secara umum
memerlukan beberapa masalah dalam persyaratannya untuk memenuhi fungsi sebagai
beton yang cukup kuat dalam menahan beban yang diberikan, yaitu:
1. Meningkatkan mutu mortar dengan mencari air semen (w/c ratio) yang sesuai,
dimana semakin rendah faktor air semen akan menghasilkan mutu beton yang
semakin tinggi.
2. Menggunakan agregat.
3. Meningkatkan daya lekat mortar dengan agregat.
4. Menggunakan bahan tambahan untuk meningkatkan kekuatan beton.
Menurut Abrar dan Hendri (2006), prilaku beton dipengaruhi oleh bahan-bahan
pembentuknya terutama pasta semen (setelah mengeras), maka beton yang telah
mengeras mempunyai sifat yang getas yaitu kuat dalam menahan tekanan dan lemah
menahan tarik. Oleh sebab itu yang menjadi factor utama dalam menentukan kekuatan
beton adalah, yaitu:
Kekuatan pasta semen.
Kualitas agregat.
Daya lekat antara pasta semen dan agregat.
Untuk memenuhi factor-factor diatas maka perlu diketahui sifat dan
karakteristik dari material-material yang akan digunakan untuk menyusun beton.
2. 2. 1. Semen
Semen adalah suatu hasil produksi pabrikasi dengan mencampurkan bahan-
bahan silikat kalsium, dan gips sehingga memiliki sifat hidrolis yang dapat
bereaksi secara kimiawi dengan air. Dalam campuran beton, semen yang
umum digunakan adalah semen Portland, dalam hal kecepatan dari
perkembangan kekuatan semen dapat dibedakan dalam tiga kelas, yaitu:
Kelas A, yaitu Semen yang memiliki kekuatan awal yang normal.
Kelas B, yaitu semen yang memiliki kekuatan awal tinggi.
Kelas C, yaitu semen yang memiliki kekuatan awal yang sangat tinggi.
Tabel 2. 1. Kelas dan Jenis Semen
Jenis SemenKelas
WarnaA B C
Semen Portland * * * Abu-abu
Semen Portland Abu terbang * Abu-abu
Semen Portland putih * Putih
Sumber: Pedoman pengerjaan beton berdasarkan SKSNI T-15-1991-03.
Karena beton terbuat dari ikatan agregat dan pasta semen yang mengeras maka
diharapkan makin tebal semen, kekuatan perekatnya makin baik, tetapi jika
terlalu tebal akan menurunkan kekuatan rekatnya. Hal-hal yang harus
diperhatikan dalam menentukan kecepatan waktu pengikatan adalah;
kehalusan semen, factor air semen, dan temperature.
Beberapa tipe semen yang diproduksi di Indonesia, antara lain:
Semen Portland tipe I, yang banyak digunakan pada konstruksi sipil
karrena tidak memerlukan perlakuan khusus.
Semen Portland tipe II, merupakan modifikasi tipe I untuk meningkatkan
ketahanan terhadap sulfat dan menghasilkan panas hidrasi yang rendah.
Semen Portland tipe III, merupakan semen yang cepat mengeras, dan
memiliki kekuatan yang sama dengan tipe sebelumnya.
Semen Portland tipe V, adalah semen yang memberikan perlindungan
terhadap bahaya korosi akibat air laut, air asam tambang, dan asam sulfat.
2. 2. 2. Agregat
Dalam SNI T-15-1991-03 agregat adalah material granular, misalnya pasir,
kerikil, batu pecah, dan trak tungku besi yang dipakai bersama-sama dengan
suatu bahan pengikat untuk membuat adukan beton. Berdasarkan ukurannya
agregat dapat dibedakan menjadi, yaitu:
Agregat halus berdiameter 0-5 mm, disebut pasir, yang dapat dibedakan
menjadi: pasir halus (0-1 mm) dan pasir kasar (1-5 mm).
Agregat kasar berdiameter > 5 mm atau lolos saringan no. 4 yang
umumnya disebut kerikil. Material ini merupakan hasil disintegrasi alami
batuan atau hasil industry pemecah batu.
Agregat campuran dalam beton harus memenuhi syarat dan ketentuan dari SNI
0052-80, ASTM C330 tentang spesifikasi untuk campuran agregat, dan PBI
1971 dengan alasan agar, yaitu:
Membersihkan agregat dari lempung dan lumpur yang dapat
menghalangi ikatan agregat dengan pasta semen.
Membersihkan bahan-bahan organic yang dapat memperlambat proses
pengerasan semen.
Adanya garam magnesium, klorida, dan sulfat akan menurunkan mutu
beton karena menyebabkan pelapukan.
1. Plastic Jenis PET (poly ethylene terephthalate) sebagai agregat buatan.
Plastik merupakan bahan baru yang semakin berkembang. Dewasa ini, plastik
banyak digunakan untuk berbagai macam bahan dasar. Penggunaan plastik
dapat dipakai sebagai bahan pengemas, konstruksi, elektroteknik, automotif,
mebel, pertanian, peralatan rumah tangga, bahan pesawat, kapal mainan dan
lain sebagainya. Penggunaan plastik di berbagai bidang seperti di atas di
dasarkan pada alasan bahwa bahan plastik mempunyai keunggulan
dibandingkan dengan bahan lain antara lain, seperti tidak mudah berkarat,
kuat, tidak mudah pecah, ringan, dan elastis. Limbah plastic sangat mudah
dijumpai terutama di daerah pemukiman dan merupakan masalah limbah yang
kompleks. Plastic Jenis PET (poly ethylene terephthalate) adalah plastic yang
bersifat mengambang di air, mudah dibentuk, kalau dibakar terjadi tetesan api,
asap warna hitam dan bau seperti lilin. Biasanya tanda ini tertera logo daur
ulang dengan angka 1 di tengahnya terus ada tulisan PETE atau PET
(Polyethylene Terephthalate) di bawah segitiga. Dipakai untuk botol plastik,
berwarna jernih / transparan / tembus pandang contohnya botol air mineral,
botol jus dan hampir semua botol minuman lainnya. Plastic jenis PET atau
PETE dipakai hanya sekali saja, karena bila digunakan berulangkali untuk
menyimpan air hangat maupun panas dapat mengakibatkan lapisan polimer
pada botol akan meleleh dan mengeluarkan zat karsinogenik yang dalam
jangka panjang dapat menyebabkan kanker serta bahan Antimoni Trioksida
yang dapat masuk ke dalam tubuh melalui sistem pernafasan yaitu akibat
menghirup debu yang mengandung senyawa ini. Dalam jangka waktu lama
akan mengakibatkan iritasi kulit dan saluran pernafasan. Bahan plastik PET
dari serat sintetis (sekitar 60%), di tekstil PET biasa digunakan dengan
polyester, bahan dasar botol kemasan 30%. Meski demikian karena plastik
tidak mudah teruraikan oleh bakteri secara alami dan memiliki berat yang
ringan maka muncul ide untuk memanfaatkannya sebagai agregat dalam
campuran beton untuk konstruksi sipil. Berdasarkan hasil penelitian
sebelumnya (Pratikto: 2010), dari hasil uji density; agregat buatan dari plastic
jenis PET diperoleh BJ SSD sebesar 1,338, penyerapan air rata-rata sebesar
2,64%, dan berat isi lepas serta berat isi padat yang diperoleh termasuk
dalamjenis agregat ringan. Sedangkan nilai voids rata-rata 47,295%. Nilai ini
masih dalam batas teoritis yaitu maksimum 50%. Dari hasil uji analisa ayak
pada agregat kasar buatan PET diperoleh gradasi yang memenuhi syarat
SKSNI No: 52 tahun 1980, dengan diameter maksimum sebesar 19,00mm.
2. Fly ash sebagai bahan tambahan beton (admixture).
Menurut ASTM C.618 (ASTM, 1995:304) fly ash (abu terbang) adalah butiran
halus hasil residu pembakaran batubara. Fly ash dapat dibedakan menjadi dua,
yaitu; fly ash normal (klas F) yang berasal dari pembakaran batubara antrasit
atau bituminous, dan fly ash klas C yang dihasilkan dari pembakaran
subbituminuos atau lignite yang umumnya mengandung kapur. Kandungan
kimia fly ash terdiri dari; SiO2 : 52,00% ; Al2O3 : 31,86%; Fe2O3 : 4,89%;
CaO : 2,68%; MgO : 4,66%. Fly ash atau abu terbang digunakan sebagai
bahan tambahan adukan (mortar) beton semen untuk mendapatkan kualitas
beton yang tinggi dan ekonomis.
Penggunaan Fly Ash memiliki beberapa keuntungan, yaitu:1. Mengurangi biaya material semen sehingga pembiayaan lebih hemat
dan ekonomis.
2. Mudah dalam pengerjaan, cepat kering dan mengeras.
3. Tahan terhadap rembasan air (kedap air).
4. Melekat dengan baik pada pasangan batu pondasi, bata merah atau
batako.
Penggunaan fly ash ini tidak bisa dikerjakan secara sembarangan. Sebab jika
penambahan fly ash terlalu banyak maka mutu dari beton tersebut justru akan
turun. Maka dari itu diperlukan takaran yang pas untuk penambahan fly ash
kedalam racikan beton yang disesuaikan dengan kondisi bangunan yang
diinginkan. Pada penelitian jumlah fly ash yang akan digunakan sekitar 5%
dan 10% dari jumlah semen pada campuran rencana (mix design).
2. 2. 3. Air
Penggunaan air untuk campuran beton berbanding terbalik dengan berat semen
didalam adukan beton. Berdasarkan PBI 1979, penggunaan air untuk campuran
beton harus memenuhi persyaratan, sebagai berikut:
Air untuk pembuatan dan perawaatan beton tidak boleh mengandung
minyak, asam alkali, garam, dan bahan organic lain yang dapat merusak
beton dan baja tulangan.
Apabila ada keraguan mengenai kualitas air, harus dilakukan percobaan
perbandingan kekuatan tekan mortar dengan memakai air tersebut dengan
air sulingan. Air tersebut dapat dipakai jika kuat tekan mortarnya mencapai
± 90% dari kuat tekan mortar air sulingan pada umur 7 hari dan 28 hari.
Jumlah air yang dipakai untuk aduka semen dapat ditentukan dengan
ukuran isi atau ukuran berat dan hidrolis dilakukan secepat-cepatnya.
Air keruh harus diendapakan minimal 24 jam atau disaring sehingga
memenuhi persyaratan yang ditetapkan.
Gambar 2.1. Hubungan antara kuat tekan beton dengan factor air semen.*
Dari grafik diatas dapat diketahui bahwa dalam jumlah air yang seimbang
mempengaruhi kekuatan beton, untuk konstruksi gedung biasanya memiliki
nilai rasio air semen sebesar 0,45-0,65 sehingga dapat dihasilkan beton yang
kedap air.
2. 3 Karakteristik Fisik Pada Perancangan Beton Ringan.
Berdasarkan material penyusunnya, beton ringan memiliki sifat karakteristik
fisik yang dapat diamati yaitu:
1. Porositas dan distribusi ukuran pori.
Sifat beton seperti; compression strength, permeability, penyusutan
(shrinkage), dan creep sangat dipengaruhi oleh porositas dan distribusi ukuran
pori. Hal ini tergantung pada komposisi, metoda, dan bahan material penyusun
atau aerated agent yang digunakan, porositas beton yang lebih tinggi diperoleh
dari meningkatnya volume pori-pori makro.
2. Berat jenis (Density) yang ringan.
Untuk memperoleh density beton yang diinginkan harus memperhatikan
variasi komposisi beton yang mempengaruhi struktur, ukuran, dan distribusi
pori, untuk memperoleh sifat fisik dan mekanik beton yang optimum. Ketika
menentukan density perlu diperhatikan kondisi kelembaban beton,
pengembangan pori-pori makro dapat menurunkan density secara signifikan.
Gambar 2.2. Grafik hubungan kadar air, relative agregat, dan kepadatan beton**.
3. Kuat Tekan Beton.
Kuat tekan beton adalah kemampuan beton dalam menerima gaya tekan
persatuan luas, hal-hal yang mempengaruhi kuat tekan beton ringan adalah
karakteristik material penyusun beton, umur, ukuran, bentuk benda uji,
kandungan air, metoda pembentuk pori, arah pembebanan, dan metoda curing.
Kekuatan tekan relative antara benda uji silinder dan kubus ditunjukkan pada
table 2.3 dan table 2.4 (menurut standar ISO).
Tabel 2.3. Ratio kuat tekan silinder-kubusKuat Tekan
(Mpa)
7,0
015,20 20,00
24,1
026,20 34,50 36,50
40,7
044,10 50,30
Kuat Ratio
Silinder/Kubus
0,7
60,77 0,81 0,87 0,91 0,94 0,87 0,92 0,91 0,96
(sumber: Neville, “Properties of Concrete”, 3rd Edition, Pitman Publishing, London, 1981, p.544)
Tabel 2.4. Perbandingan Kuat Tekan antara silinder dan kubusKuat Tekan
Silinder (Mpa)2 4 6 8 10 12 16 20 25 30 35 40
4
550
Kuat Tekan
Kubus (Mpa)2,5 5 7,5 10
12,
515 20 25 30 35 40 45
5
055
(sumber: ISO Standard 3893-1977)
Menurut BS. 1881, rasio kubus terhadap silinder untuk semua kelas adalah
1,25. Sedangkan menurut K. W. Day, “Concrete Mix Design. Quality Control
and Specification”, E & FN SPON, London 1995, kekuatan tekan kubus jika
dibandingkan dengan silinder dinyatakan dalam persamaan 1.1 dan 1.2 dengan
nilai kuat tekan dinyatakan dalam Mpa atau N/mm2. Departemen Pekerjaan
Umum dalam Pedoman Beton 1989 (draft), LPMB, 1991 pasal 4.1.2.
memberikan hubungan antara kuat tekan kubus dan silinder dalam persamaan
1.3. (Tri Mulyono: 2004).
f ' ck=( f ' c− 19√ f ' c )……… (1.1 )
f ' ck=( f ' c− 20√ f ' c )……… (1.2 )
f ' c=[0,76+0,2 . log( fck15 )] fck ……… (1.3 )
Berdasarkan hubungan antara kuat tekan dengan material penyusun beton
(factor air semen, jenis semen, dan agregat kasar-nya) dapat dilihat pada tabel
2.5.
Tabel 2.5. Perkiraan Kuat Tekan Dengan Faktor Air Semen 0,6, Jenis Semen, dan
Agregat Kasar yang biasa dipakai di Indonesia
Biasanya kuat tekan akan meningkat secara linier dengan density, hubungan
nilai kuat tekan untuk berbagai densitas ditunjukan oleh tabel 2.6.
Tabel 2.6. Sifat Beton Aerasi AAC dengan Density-nya.
Dry Density
Comparassive
Strength
(N/mm3)
Static Modulus Of
Elasticity
(KN/mm2)
Thermal
Conductivity
(W/m0C)
400 1,3-2,8 0,18-1,17 0,07-0,11
500 2,0-4,4 1,24-1,84 0,08-0,13
600 2,8-6,3 1,76-2,64 0,11-0,17
700 3,9-8,5 2,42-3,58 0,13-0,21
Sumber: Skripsi Pengaruh Zat Adiftif Pada Beton Ringan AAC oleh Yudith Abdullah. FT UI, 2008.
4. Kuat Lentur Beton
Menurut Tri Mulyono (2010), Beton menunjukan sifat elastisitas murni pada
waktu pembebanan singkat, sedangkan pada pembebanan yang lama beton
akan mengalami tegangan dan regangan sebesar lama waktu pembebanan.
Deformasi awal akibat pembebanan disebut ssbagai regangan elastic,
sedangkan regangan tambahan akibat beban yang sama disebut rangkak.
Rangkak timbul dengan intensitas yang berkurang setelah selang waktu
tertentu dan kemungkinan berakhir seteleh beberapa tahun. Nilai rangkak
untuk mutu beton tinggi lebih kecil dibandingkan dengan mutu beton rendah.
Akibat rangkak tidak berdampak langsung terhadap kekuatan struktur tetapi
mengakibatkan timbulnya redistribusi tegangan pada beban yang bekerja dan
kemudian mengakibatkan terjadinya peningkatan lendutan (deflection).
Suatu beton praktis mempuyai daerah sendi plastis yang direncanakan sebagai
bagian lemah karena kolom-kolom lebih kuat dan kegagalan getas akibat
beban geser tidak terjadi di awal dari terbentuknya sendi-sendi plastis dengan
deformasi lentur yang cukup besar. Nilai kuat lentur suatu balok lebih besar
dari nilai kuat nominalnya. Untuk menganalisa kuat lentur penampang balok di
daerah sendi plastis, SKSNIT-15-1991-03[8] menentukan faktor penambahan
kekuatan (over strength factor) 0 sebesar 1,25 untuk fy<400MP dan 0 sebesar
1,40 untuk fy>400MP. (Gideon Kusuma dkk: 1994).
5. Kuat Tarik Belah beton
Kekuatan tarik sebenarnya dapat diprediksi dari kuat tekan. Karena nilai kuat
tarik beton kecil, maka sering diabaikan. Menurut Praktikto (2010) kuat tarik
belah mengalami kenaikan sesuai dengan kenaikan yang terjadi pada kuat
tekan beton ringan. Kekuatan tarik yang diperoleh tidak melebihi 10% dari
kuat tekan beton ringan. Dari hasil pengujian diperoleh, kuat tekan yang
dihasilkan sebesar 17,45 Mpa dengan kuat tarik belah sebesar 1,15 Mpa,
sehingga beton ringan tersebut dapat dikategorikan sebagai beton struktural.
BAB III
METODOLOGI
3.1. Jenis Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan secara eksperimen, penelitian eksperimen adalah
suatu observasi dibawah kondisi buatan (artificial condition) atau manipulasi terhadap
objek penelitian serta adanya kontrol yang dilakukan oleh si peneliti. Umumnya
digunakan pada bidang keilmuan eksakta (ilmu sains, teknik, dan farmasi) yang
bertujuan untuk menyelidiki hubungan sebab akibat dari suatu kelompok atau
beberapa objek penelitian dengan memberikan perlakuan-perlakuan tertentu dan
menyediakan control untuk perbandingan. Dengan adanya penelitian eksperimen
diharapkan dapat mengubah atau memperkuat suatu teori dari penelitian sebelumnya.
Pada penelitian ini dilakukan teknik sampling untuk memperoleh data-data hasil akhir
dari penelitian.
Idealnya, agar hasil penelitiannya lebih bisa dipercaya, seorang peneliti harus
melakukan sensus. Populasi atau universe adalah sekelompok orang, kejadian, atau
benda, atau keseluruhan elemen/unsur yang dijadikan obyek penelitian. Sampel adalah
sebagian dari populasi. Proses menyeleksi sejumlah elemen dari populasi sehingga
diharapkan dengan mempelajari sampel dan memahami sifat-sifat subyek dalam
sampel, maka kita mampu menggenalisir sifat-sifat tersebut ke dalam elemen-elemen
populasi disebut sebagai teknik sampling. Alasan dilakukan sampling yaitu:
a. Populasi demikian banyaknya sehingga dalam prakteknya tidak mungkin
seluruh elemen diteliti;
b. Keterbatasan waktu penelitian, biaya, dan sumber daya manusia, membuat
peneliti harus telah puas jika meneliti sebagian dari elemen penelitian;
c. Penelitian yang dilakukan terhadap sampel bisa lebih reliabel daripada
terhadap populasi, karena elemen sedemikian banyaknya maka akan
memunculkan kelelahan fisik dan mental para pencacahnya sehingga banyak
terjadi kekeliruan. (Uma Sekaran, 1992);
Sampel yang baik adalah yang dapat mewakili sebanyak mungkin karakteristik
populasi. Dalam bahasa pengukuran, artinya sampel harus valid, yaitu bisa mengukur
sesuatu yang seharusnya diukur. Syarat sampel yang baik adalah:
Akurasi atau ketepatan , yaitu tingkat ketidakadaan “bias” (kekeliruan) dalam
sample.
Presisi adalah memiliki tingkat presisi estimasi. Presisi diukur oleh simpangan
baku (standard error). Makin kecil perbedaan di antara simpangan baku yang
diperoleh dari sampel (S) dengan simpangan baku dari populasi (), makin
tinggi pula tingkat presisinya. Walau tidak selamanya, tingkat presisi mungkin
bisa meningkat dengan cara menambahkan jumlah sampel, karena kesalahan
mungkin bisa berkurang kalau jumlah sampelnya ditambah ( Kerlinger, 1973 ).
Teknik pengambilan sampel terdiri dari dua jenis teknik pengambilan sampel yaitu,
sampel acak atau random sampling / probability sampling, dan sampel tidak acak atau
nonrandom sampling/nonprobability sampling. Random sampling adalah cara
pengambilan sampel yang memberikan kesempatan yang sama untuk diambil kepada
setiap elemen populasi. Sedangkan yang dimaksud dengan nonrandom sampling atau
nonprobability sampling, setiap elemen populasi tidak mempunyai kemungkinan yang
sama untuk dijadikan sampel. Pada penelitian ini teknik pengambilan sampel yang
digunakan adalah teknik probability sampling, dengan tujuan untuk memperoleh
keakuratan data yang baik. Empat Macam Teknik Probability Sampling, yaitu:
1. Teknik Random Sampling. Setiap elemen dalam populasi mempunyai
kesempatan sama untuk diseleksi sebagai subyek dalam sampel. Cara
pengambilan sampel bisa melalui undian.
2. Teknik Stratified. Teknik ini dilakukan dengan mengambil sampel dari tiap
strata/tingkatan. Populasi dianggap heterogen dan dikelompokkan menjadi
subpopulasi, dari tiap subpopulasi secara acak diambil anggota sampelnya.
3. Teknik Stratified Random Sampling. Dilakukan dengan membagi setiap
elemen populasi ke dalam strata. Selanjutnya dari masing-masing strata dipilih
sampelnya secara random sesuai proporsinya. Sampling ini banyak digunakan
untuk mempelajari karakteristik yang berbeda.
4. Teknik Cluster Sampling. Elemen dalam populasi dibagi ke dalam
cluster/kelompok, jika ada beberapa kelompok dengan heterogenitas dalam
kelompoknya dan homogenitas antar kelompok. Teknik cluster sering
digunakan oleh para peneliti di lapangan yang mungkin wilayahnya luas.
Sampling ini mudah dan murah, tapi tidak efisien dalam ketepatan, dan tidak
umum.
3.2. Sampel/Benda Uji
Pengerjaan awal dari penelitian ini adalah persiapan benda uji, material yang
akan diteliti adalah bahan yang berasal dari beberapa tempat.
1. Limbah plastic, dipersiapkan untuk diolah menjadi agregat kasar buatan.
2. Semen Portland tipe I, berasal dari PT. Semen Padang, Indarung.
3. Agregat halus, pasir sungai.
4. Fly ash, berasal dari PLTU Sijantang, Sawahlunto.
5. Air dari PDAM.
Menurut Pratikto (2010), untuk uji BJ pada agregat kasar buatan jenis PET
diperoleh BJ SSD sebesar 1,338, dan penyerapan air rata-rata sebesar 2,84%. Dari
data tersebut diperoleh komposisi campuran beton ringan menggunakan standar SNI
kebutuhan rata-rata beton ringan per-m3 (kg) yaitu;
Semen : Pasir : PET : Air adalah;
269 : 560 : 558 : 209
Berdasarkan nilai komposisi tersebut maka dibuat rancangan campuran rencana beton
ringan, dengan tiga perbandingan campuran tanpa dan menggunakan fly ash sebesar
5% dan 10%, seperti pada table 3.1.;
Tabel 3.1. Rancangan Benda Uji Campuran Beton Agregat Ringan.
Material BetonBenda uji per m3 (kg) Keterangan
I II III Mix I tidak menggunakan fly ashMix II menggunakan 5% flyash.Mix III menggunakan 10% flyash.
Semen 263 263 280Pasir 420 420 840
Plastic 530 559 585Air 238 279 110
Fly ash 0 13,15 28
Dari setiap komposisi mix tersebut akan dibuat 25 buah benda uji.
Penelitian akan dilaksanakan di Laboratorium Teknik Sipil ITP dan memanfaatkan
semua peralatan yang tersedia. Adapun jenis peralatan yang akan digunakan untuk
penelitian ini yaitu:
Timbangan dengan ketelitian 0,01 gram, 0,1 gram, 1 gram, dan 10 gram.
Satu set Saringan dengan no. 4, 8, 16, 30, 50, 100, dan 200.
Oven
Bak perendam
Mold
Piknometer
Kerucut terpancung
Satu set gelas SE
Gelas ukur
Tinto meter
Alat uji kuat tekan beton.
Molen atau alat pengaduk beton mekanis.
Sendok, talam, mistar besi, dan sikat kawat, Dan peralatan pendukung
lainnya.
3.3. Metodologi Penelitian
Pada penelitian beton ringan ini akan dilakukan sesuai alur penelitian rencana,
dengan tahapan awal seperti pada gambar 3.1. dan tahap pelaksanaan pembuatan
agregat dari plastic jenis PET seperti pada gambar 3.2. Yaitu, sebagai berikut;
Start Persiapan Material
Pembuatan benda uji
Pemeriksaaan benda uji
Tidak sesuai Standar
Pembahasan
Analisa Hasil uji
Pengujian Material
Penyusunan rancangan benda uji
Tidak sesuai Standar
Sesuai Standar
Kesimpulan
Sesuai standar
Gambar 3.1. Alur Tahapan Pelaksanaan Penelitian.
Tahapan pelaksanaan penelitian;
1. Persiapan material.
a. Pembuatan agregat kasar dari plastic.
Tahap pengolahan plastic menjadi agregat kasar dapat dilaksanakan
secara manual, dimulai dari pembersihan plastic dari material
pengotor/lumpur dengan cara dicuci dengan air mengalir, kemudian
dikeringkan. Setelah plastic kering, maka dilakukan pemotongan
plastic. Dilanjutkan dengan pemanasan dan pendinginan serta
pemecahan material sehingga dihasilkan agregat kasar. Tahap
pelaksanaan yang dilakukan sesuai alur skema, sebagai berikut;
Gambar 3.2. Skema pembuatan agregat kasar dari plastic.Sumber; Pratikto, 2010.
b. Persiapan agregat kasar dan halus.
Selesai
Pengumpulan Sampah Plastik
Pembersihan
Pemotongan plastik
Pendinginan
Pencairan Plastik
Agregat kasar buatan untuk beton ringan
Pencairan Ulang
TIDAKIYA
Material campuran dalam pembuatan rancangan benda uji yang akan
diteliti ditimbang sesuai ukuran rancangan dan dibuat dua kali jumlah
rencana.
2. Pengujian material.
Pengujian material penyusun beton ringan terdiri dari pemeriksaan fisik, yaitu;
a. Analisa specific gravity dan absorpsi terhadap agregat kasar dan
agregat halus.
b. Analisa saringan terhadap agregat kasar dan agregat halus.
c. Berat isi/volume terhadap agregat kasar dan agregat halus.
d. Passing 200 terhadap agregat halus.
e. Kotoran organic terhadap agregat halus.
f. Sand equivalent terhadap agregat halus.
g. Pemeriksaan air secara visualisasi.
3. Pemeriksaan Nilai Slump
Pemeriksaan nilai slump dilaksanakan untuk mengetahui tingkat kemudahan
pengerjaan (workability) yang identik dengan tingkat plastis beton. Ada tiga macam
nilai slump yang mungkin terjadi yang dipengaruhi oleh factor air semen, yaitu,
sebagai berikut:
a. Slump sejati (kental)
b. Slump geser (plastis)
c. Slump runtuh (encer)
Komposisi rancangan campuran yang telah diaduk/dicampur harus ditest
terlebih dahulu slumpnya, diharapkan slump dari campuran yang terjadi cukup
kental (plastis) sehingga agregat kasar buatan dari plastic jenis PET dapat tergradasi
dengan baik dan terhindar dari segregation dan bleeding.
4. Pembuatan benda uji.
Benda uji yang akan dibuat sesuai dengan komposisi rancangan campuran
(mix design) yang telah dipersiapkan, dan akan dicetak dalam bentuk kubus
berukuran 15 x 15 x 15 cm. Semua bahan campuran yang telah dipersiapkan
dimasukkan kedalam molen/alat pengaduk beton mekanis, kemudian campuran
beton segar dituang kedalam cetakan yang telah dipersiapkan, pencampuran semua
material penyusun beton harus dilaksanakan dengan bertahap dan hati-hati. Pada
tahap ini dilakukan pengujian berat isi beton ringan sesuai SNI, kemudian benda uji
didiamkan selama ± 24 jam setelah itu cetakan dibuka dan benda uji dirawat dengan
cara direndam sesuai persyaratan SNI.
5. Perawatan beton (curing).
Perawatan beton dilakukan dengan tujuan untuk menjaga suhu/temperature
beton tetap stabil supaya proses hidrasi selanjutnya tidak mengalami gangguan.
Diharapkan dengan dilakukan perawatan maka akan diperoleh kekuatan tekan beton
yang tinggi dan menjaga supaya beton tetap awet atau stabil dimensinya. Curing
dilakukan setelah beton mengeras, dilakukan metoda pembasahan yaitu dengan cara
meletakkan beton segar dalam ruangan yang lembab dengan suhu udara kamar yang
tetap.
6. Pemeriksaan benda uji.
Pemeriksaan benda uji dilaksanakan dengan umur beton yang bervariasi, mulai
dari 3, 7, 14, dan 28 hari, agar dapat dilakukan pembebanan yang merata maka sehari
sebelum pemeriksaan benda uji harus di capping. Prosedur pengujian kuat tekan
benda uji adalah SNI 03-3421-1994, ASTM C 617-94, dan ASTM C 39-93a
menggunakan alat uji kuat beton. Pembebanan yang diberikan sampai benda uji
runtuh, atau pada saat beban maksimum bekerja. Prosedur pengujian kuat lentur
benda uji dilakukan untuk mengetahui sifat plastis dari beton ringan ini dengan
membuat balok panjang dari campuran rencana beton ringan menggunakan prosedur
SNI T-15-1991-03.
7. Analisis hasil.
Dari hasil pemeriksaan benda uji maka dapat dianalisa hubungan antara umur
beton kuat tekan beton sesuai dengan rumus di bawah dan catat hasilnya dengan
ketelitian mendekati 0,007 Mpa. sebagai berikut:
Kuat tekan, τ=PmaxA (Mpa)
Kuat tarik belah, σtr=2 PA (Mpa)
Dimana;
τ, tau, adalah kuat tekan beton dalam satuan kg/cm2 atau N/mm2 (Mpa).
P max adalah beban maksimum dalam satuan kilogram atau newton.
tr, sigma adalah kuat tarik belah dalam satuan kg/cm2 atau N/mm2 (Mpa).
A adalah luas bidang tekan rata-rata dari benda uji dalam satuan mm2.
(standar SNI 03-3421-1994).
Kuat lentur beton dapat dianalisa dengan rumus: M=fr∗I g
yg (Mpa)
Dengan nilai fr untuk beton normal, yaitu: fr=0,7√ f c '
Bila digunakan beton dengan agregat ringan, maka harus dilakukan salah satu
modifikasi berikut:
a. Bila fcr sudah ditentukan dan betonnya dirancang berdasarkan
ketentuan 7.2, maka fr harus diubah dengan menggantikan 1,8fcr untuk
√ fc ' , tapi nilai 1,8fcr tidak boleh melebihi √ fc ' .
b. Bila fcr tidak ditentukan, maka fr harus dikalikan dengan 0,75 untuk
“beton ringan-total” dan dengan 0,85 untuk “beton ringan pasir”.
Interpolasi linear boleh digunakan bila dilakukan penggantian pasir
secara parsial.
(RSNI 03-xxxx-2002, 16 Desember2002).
DAFTAR PUSTAKA
Sagel. R. dkk. 1994. Pedoman Pengerjaan Beton Berdasarkan SKSNI T-15-1991-03, Penerbit Erlangga, Jakarta.
Departemen Pekerjaan Umum (DPU). 2005. Revisi SNI 03-3421-1994 Tentang Metode Pengujian Kuat Tekan Beton Ringan Isolasi. DPU-Balai Penelitian dan Pengembangan PU, 2005.
Wahyudi, L. Rahim. Syahril.A.1997. Struktur Beton Bertulang Standar Baru SNI T-151991-03. Penerbit Gramedia, Jakarta.
Mulyono, T., 2004. Teknologi Beton. Penerbit Andi, Yogyakarta.
Praktikto., 2010. Beton Ringan Ber-Agregat Limbah Botol Plastik Jenis PET (Poly Ethylene Terephthalate), Makalah Seminar Nasional Teknik Sipil 2010 Politeknik Negeri Jakarta. Jakarta.
Abdullah, Yudith., 2008. Pengaruh Zat Adiktif Terhadap Kuat Tekan Beton Teraerasi AAC. Jakarta. Skripsi. Universitas Indonesia. Jakarta.
SNI 03-2487-2002, Tata Cara Perhitungan Struktur Beton Untuk Bangunan Gedung (Beta Version). Bandung.
SNI 03–2493-1991, Metode Pembuatan Dan Perawatan Benda Uji Beton Di Laboratorium.
http://pustaka-ts.blogspot.com/2010/08/beton-ringan-lightweight-concrete.html.Diposkan: I Kadek Bagus Widana Putra, Makalah Beton Ringan (Leightweight
concrete), Label: Teknologi Bahan Konstruksi. Search at Google.com.
http://www.scribd.com/doc/14851013/Pembuatan-Beton-RinganAnonim, Makalah Beton Ringan bermutu tinggi beragregat pumice dan pasir Bangka.
Lomba Beton Nasional XV di Universitas Tarumanegara.
http://abdulhamid.files.wordpress.com/.../materi_kuliah_3_19_feb_06.doc.Materi kuliah; Metodologi Penelitian, Teknik Sampling, Modul 7.
http://www.ilustri.org/
http://www.pu.go.id/
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ……………………………………………………….. i
DAFTAR ISI ……………………………………………………………….. ii
BAB I. PENDAHULUAN ………………………………………………….. 1
1. 1 Latar Belakang Masalah ………………………………………… 1
1. 2 Perumusan Masalah ………………………………………..……. 2
1. 3 Maksud dan Tujuan ……………………………………….…….. 2
1. 4 Batasan Masalah …………………………………………….…… 2
BAB II. KAJIAN PUSTAKA ……………………………………………… 3
3.
2. 1 Kajian Teori ……………………………………………………… 3
2. 2 Material Pembentuk Beton Ringan……………………..……….. 6
2. 2. 1. Semen …………………………………………………… 7
2. 2. 2. Agregat …………………………………………………. 8
2. 2. 3. Air ……………………………………………………….. 10
2. 3 Karakteristik Fisik Pada Perancangan Beton Ringan ………….. 11
BAB III. METODOLOGI …………………………………………………. 15
3.1. Jenis Penelitian ……………………………………………………… 15
3.2. Sampel/Benda Uji …………………………………………………… 17
3.3. Metodologi Penelitian ……….…………………………………….. 20
DAFTAR PUSTAKA