Upload
vodiep
View
229
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
i
APLIKASI MODEL PAIKEM DALAM PEMBELAJARAN
PENJASORKES OLEH GURU PENJASORKES PASCA SERTIFIKASI
YANG TELAH BERSERTIFIKAT DI SMA NEGERI SE KABUPATEN
KEBUMEN TAHUN PELAJARAN 2010/2011
SKRIPSI
OLEH:
BERTA BUDHI SETYAWAN
X.4604013
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
APLIKASI MODEL PAIKEM DALAM PEMBELAJARAN
PENJASORKES OLEH GURU PENJASORKES PASCA SERTIFIKASI
YANG TELAH BERSERTIFIKAT DI SMA NEGERI SE KABUPATEN
KEBUMEN TAHUN PELAJARAN 2010/2011
Oleh:
BERTA BUDHI SETYAWAN
X.4604013
Skripsi
Ditulis dan diajukan untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi
Jurusan Pendidikan Olahraga dan Kesehatan
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
S U R A K A R T A
2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
ABSTRAK
Bertha Budhi Setyawan. APLIKASI MODEL PAIKEM DALAM
PEMBELAJARAN PENJASORKES OLEH GURU PENJASORKES
PASCA SERTIFIKASI YANG TELAH BERSERTIFIKAT DI SMA
NEGERI SE KABUPATEN KEBUMEN TAHUN PELAJARAN 2010/2011.
Skripsi, Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas
Maret Surakarta, Juni 2011.
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui: (1) Peran guru Penjasorkes pasca
sertifikasi yang telah bersertifikat dalam membelajarkan Penjasorkes di SMA
Negeri se Kabupaten Kebumen tahun pelajaran 2010/2011. (2) Aplikasi model
PAIKEM dalam pembelajaran Penjasorkes oleh guru Penjasorkes pasca sertifikasi
yang telah bersertifikat di SMA Negeri se Kabupaten Kebumen tahun pelajaran
2010/2011.
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif. Sumber data
diperoleh dari guru Penjasorkes dan Kepala Sekolah di SMA Negeri se Kabupaten
tahun pelajaran 2010/2011 berjumlah 21 orang. Teknik pengumpulan data dengan
angket tertutup (quisioner). Teknik analisis data dengan deskriptif yang
didasarkan pada analisis kuantitatif melalui frekuensi dan prosentase.
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh simpulan sebagai berikut: (1) Peran
guru Penjasorkes pasca sertifikasi yang telah bersertifikat dalam membelajarkan
Penjasorkes di SMA Negeri se Kabupaten Kebumen tahun pelajaran 2010/2011
adalah baik. Dari hasil analisis angket peran guru Penjasorkes pasca sertifikasi
yang telah bersertifikat dalam membelajarkan Penjasorkes di SMA Negeri se
Kabupaten Kebumen tahun pelajaran 2010/2011 diperoleh jawaban ya atau nilai
(2) sebanyak 62%, sedangkan jawaban tidak atau nilai (1) sebanyak 38%. (2)
Guru Panjasorkes pasca sertifikasi yang telah bersertifikat telah mengaplikasikan
model PAIKEM dalam membelajarkan Penjasorkes di SMA Negeri se Kabupaten
Kebumen tahun pelajaran 2010/2011 adalah baik. Dari hasil analisis angket
pembelajaran Penjasorkes model PAIKEM oleh guru Panjasorkes pasca sertifikasi
yang telah bersertifikat di SMA Negeri se Kabupaten Kebumen tahun pelajaran
2010/2011 diperoleh jawaban ya atau nilai (2) sebanyak 77%, sedangkan jawaban
tidak atau nilai (1) sebanyak 23%.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
MOTTO
Allah meninggikan orang yang beriman di antara kamu dan orang-orang yang
diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat.
(Terjemahan Q.S. Al Mujadalah:11)
Tidak ada simpanan yang lebih berguna daripada ilmu, tidak ada sesuatu yang
lebih terhormat daripada adab dan tidak akan kawan yang lebih bagus
daripada akal.
(Al Imam Al Mawardi)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
PERSEMBAHAN
Kusunting skripsi ini untuk:
Bapak (Almarhum) dan Ibu yang selalu mendo’a kan
Saudara dan Keluarga tercinta yang telah memberi semangat dan
motivasi dalam perkuliahanku
Teman-teman ku Angkatan ’04 FKIP JPOK UNS Surakarta yang selalu
memberi motivasi dan semangat untuk menyelesaikan kuliah
Guru-Guru Penjasorkes Pasca Sertifikasi dan Kepala Sekolah SMA Negeri
se Kabupaten Kebumen
Tmean-Teman Agger FC & Anak-Anak Teater Lincak
Almamater
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
DAFTAR ISI
Halaman
JUDUL ................................………………………………………………..
PENGAJUAN ...............................…………………………………………
PERSETUJUAN .........................…………………………………………
PENGESAHAN ..............................………………………………………..
ABSTRAK .................………………………………………………………
MOTTO .....................………………………………………………………
PERSEMBAHAN .............................………………………………………
DAFTAR ISI ......................................……………………………………..
KATA PENGANTAR…………………………………………………….
DAFTAR TABEL…………………………………………………………..
DAFTAR GAMBAR ...................................……………………………….
DAFTAR LAMPIRAN ...............................……………………………….
BAB I PENDAHULUAN ………………………………………………..
A. Latar Belakang Masalah ………………………………………..
B. Perumusan Masalah ......……………………………………….
C. Tujuan Penelitian .....……………………………………………
D. Manfaat Penelitian .....………………………………………….
BAB II LANDASAN TEORI ……………………………………………..
A. Tinjauan Pustaka ...………………………………………………
1. Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan……………….
a. Pengertian Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan
b. Landasan Ilmiah Pendidikan Jasmani……………………
2. Model Pembelajaran Pendidikan Jasmani Olahraga dan
Kesehatan…………………………………………………….
a. Hakikat Pembelajaran…………………………………….
b. Komponen-Komponen Pembelajaran……………………
c. Model Pembelajaran Penjasorkes…………………………
i
ii
iii
iv
v
vi
vii
viii
xii
xii
xvi
xvii
1
1
5
5
6
7
7
7
7
11
12
12
15
20
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
d. Kompetensi yang Harus Dimiliki Seorang Guru
Penjasorkes……………………………………………….
e. Pembelajaran yang Sukses……………………………….
3. Pembelajaran Model PAIKEM………………………………
a. Pengertian PAIKEM……………………………………..
b. Penerapan PAIKEM dalam Proses Pembelajaran………..
c. Hal-Hal yang Harus Diperhatikan dalam PAIKEM……..
4. Sertifikasi Guru……………………………………………….
a. Hakikat Sertifikasi Guru………………………………….
b. Prosedur Sertifikasi………………………………………
C. Kerangka Pemikiran .......………………………………………
BAB III METODE PENELITIAN .............……………………………….
A. Tempat dan Waktu Penelitian ....……………………………….
B. Bentuk dan Strategi Penelitian…………………………………
C. Sumber Data……………………………………………….......
D. Teknik Sampling (Cuplikan)…………………………………..
E. Teknik Pengumpulan Data……………………………………
F. Validitas Data…………………………………………………..
G. Analisis Data…………………………………………………..
H. Prosedur Penelitian…………………………………………….
BAB IV HASIL PENELITIAN ...................…………………………….
A. Hasil Penelitian……………………………………………….
B. Pembahasan Hasil Analisis Data…………………………….
BAB V SIMPULAN IMPLIKASI DAN SARAN………………………
A. Simpulan……………………………………………………….
B. Implikasi……………………………………………………….
C. Saran………………………………………………………….
DAFTAR PUSTAKA .............................…………………………………..
LAMPIRAN………………………………………………………………..
22
24
25
25
27
28
30
30
33
35
37
37
37
37
37
38
38
39
40
41
41
63
66
66
66
67
68
70
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang
telah melimpahkan rahmat dan hidayah Nya, sehingga dapat diselesaikan
penulisan skripsi ini.
Disadari bahwa penulisan skripsi ini banyak mengalami hambatan, tetapi
berkat bantuan dari beberapa pihak maka hambatan tersebut dapat diatasi. Oleh
karena itu dalam kesempatan ini disampaikan ucapan terima kasih kepada yang
terhormat:
1. Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd., Dekan Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
2. Drs. H. Mulyono, M.M., Ketua Jurusan Pendidikan Olahraga dan Kesehatan
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
3. Waluyo, S.Pd., M.Or., Ketua Program Pendidikan Jasmani Kesehatan dan
Rekreasi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
4. Drs.Budhi Satyawan, M.Pd., sebagai pembimbing I yang telah memberikan
bimbingan dan pengarahan dalam penyusunan skripsi.
5. Singgih Hendarto, S.Pd., M.Pd., sebagai pembimbing II yang telah
memberikan motivasi dan arahan dalam penyusunan skripsi.
6. Bapak dan Ibu Dosen FKIP JPOK UNS Surakarta yang secara tulus
memberikan ilmu dan masukan-masukan kepada penulis.
7. Kepala Sekolah dan Guru Penjasorkes SMA Negeri se Kabupaten Kebumen
tahun pelajaran 2010/2011 yang telah bersedia menjadi responden penelitian.
8. Semua pihak yang telah membantu terlaksananya penelitian ini.
Peneliti menyadari bahwa skripsi ini jauh dari sempurna. Oleh karena itu,
saran dan kritik yang membangun penulis harapkan. Akhirnya penulis berharap
semogra skripsi yang sederhana ini dapat bermanfaat dan menambah wawasan
bagi para pembaca.
Surakarta, Juni 2011
Penulis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
DAFTAR TABEL
Tabel
1. Frekuensi dan Prosentase Guru Penjasorkes Mendapat
Panggilan Sertifiaksi Merasa Senang…………………………………
2. Frekuensi dan Prosentase Guru Penjasorkes yang Mendapat
Panggilan Sertifikasi Merasa Belum Siap dan Bingung……………..
3. Frekuensi dan Prosentase Guru Penjasorkes Lulus
Sertifikasi Melalui Jalur Portofolio…………………………………..
4. Frekuensi dan Prosentase Guru Penjasorkes Lulus
Sertifikasi Melalui Jalur PLPG………………………………………
5. Frekuensi dan Prosentase Guru Penjasorkes Merasa Layak
Menerima Sertifikasi Profesi Guru dan Mendapat Gaji
Sertifikasi……………………………………………………………
6. Frekuensi dan Prosentase Guru Penjasorkes dalam
Melengkapi Berkas Portofolio Sesuai/Benar dan Tidak
Berkas yang Dipalsukan……………………………………………...
7. Frekuensi dan Prosentase Guru Penjasorkes Setuju dengan
Program Pemerintah tentang Sertifikasi Guru……………………….
8. Frekuensi dan Prosentase Guru Penjasorkes Meras Berat
atau Sulit saat Melengkapi Portofolio Sertifiaksi Guru……… ……..
9. Frekuensi dan Prosentase Guru Penjasorkes Meras Berat
atau Sulit saat Mengikuti PLPG……………………………… ……..
10. Frekuensi dan Prosentase Guru Penjasorkes Merasa Cukup
Berprofesi sebagai Guru yang Profesional melalui Jalur
PLPG yang Waktunya Relatif Singkat……………………………...
11. Frekuensi dan Prosentase Orientasi Semua Guru Gajinya
akan Bertambah setelah Mendapat Tunjangan Sertifikasi
Guru…………………………………………………………….…...
42
42
43
43
44
44
45
46
46
47
47
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xii
12. Frekuensi dan Prosentase Orientasi Guru Penjasorkes
Menjadi Guru Profesional setelah Mendapat Tunjangan
Sertifiaksi Guru……………………………………………………
13. Frekuensi dan Prosentase Kinerja Guru Penjasorkes Lebih
Profesional atau Lebih Baik setelah Mendapat Tunjangan
Sertifikasi Guru………………………………………………. …...
14. Frekuensi dan Prosentase Kinerja Guru Penjasorkes Masih
Sama Seperti Sebelumnya setelah Mendapat Sertifikat
Sertifikasi Guru…………………………………………………….
15. Frekuensi dan Prosentase Guru Penjasorkes Menerapkan
Ilmu Pengetahuan yang Diterima dari Kegiatan PLPG…………….
16. Frekuensi dan Prosentase Guru Penjasorkes Mengusai
Semua Materi yang Diterima dari Kegiatan PLPG………….. ……
17. Frekuensi dan Prosentase Guru Penjasorkes yang Lulus
Sertifikasi Melalui Portofolio Lebih Baik daripada Lulus
Melalui Jalur PLPG…………………………………………………
18. Frekuensi dan Prosentase Guru Penjasorkes Merasa Lebih
Enak Lulus Sertifikasi Melalui Portofolio daripada Lulus
Melalui Jalur PLPG…………………………………………… ……
19. Frekuensi dan Prosentase Proses Sertifikasi Guru Sangat
Rumit dan Bertele-Tele………………………………………. ……
20. Frekuensi dan Prosentase Guru Penjasorkes Selalu
Meningkatkan Ilmu Pengetahuannya dalam Kegiatan Belajar
Mengajar setelah Mendapat Sertifikat Sertifikasi Guru……………
21. Frekuensi dan Prosentase Guru Penjasorkes Mengenal atau
Mengetahui Model Pembelajaran PAIKEM…………………. ……
22. Frekuensi dan Prosentase Guru Penjasorkes Mengetahui
Model Pembelajaran PAIKEM dari Guru Lain…………………….
23. Frekuensi dan Prosentase Guru Penjasorkes Mengetahui
Model Pembelajaran PAIKEM dari Pengembangan Ilmu
atau PLPG…………………………………………………………..
48
49
49
50
50
51
52
52
53
54
54
55
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiii
24. Frekuensi dan Prosentase Guru Penjasorkes dalam
Membelajarkan Penjasorkes dengan Model Pembelajaran
PAIKEM……………………………………………………… …..
25. Frekuensi dan Prosentase Guru Penjasorkes Memiliki
Inovasi - Inovasi dalam Membelajarkan Penjasorkes Jika
Sarana Tidak Tersedia……………………………………………...
26. Frekuensi dan Prosentase Guru Penjasorkes Menemui
Masalah dalam Membelajarkan Penjasorkes………………………
27. Frekuensi dan Prosentase Guru Penjasorkes Mengetahui
PTK…………………………………………………………………
28. Frekuensi dan Prosentase Guru Penjasorkes Membuat PTK……….
29. Frekuensi dan Prosentase Siswa Mengalami Kesulitan dalam3
Pembelajaran Penjasorkes Guru Penjasorkes Membuat PTK…….
30. Frekuensi dan Prosentase PTK yang Dibuat Guru
Penjasorkes Relevan dengan Model Pembelajaran PAIKEM……...
31. Frekuensi dan Prosentase Guru Penjasorkes Selalu
Mengembangkan Ilmu Pengetahuan Masalah Pembelajaran
Melalui Buku-Buku yang Relevan…………………………………
32. Frekuensi dan Prosentase Guru Penjasorkes dalam
Membelajarkan Penjasorkes Hanya Berpedoman pada LKS………
33. Frekuensi dan Prosentase Guru Penjasorkes Memiliki
Reverensi-Reverensi Model Pembelajaran PAIKEM untuk
Mendukung Pembelajaran Penjasorkes…………………………….
34. Frekuensi dan Prosentase Guru Penjasorkes Tidak Peduli
Dengan Perkembangan Ilmu Pembelajaran, sehingga
Pembelajaran Penjasorkes Monoton………………………………
35. Frekuensi dan Prosentase Model Pembelajaran PAIKEM
yang Dicangkan Pemerintah Mengakibatkan Ada Perubahan
dalam Membelajarkan Penjasorkes………………………….. …….
56
56
57
57
58
58
59
60
60
61
62
62
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiv
36. Perhitungan secara Keseluruhan Prosentase pada Instrumen
Peran Guru Penjasorkes Pasca Sertifikasi di SMA Negeri se
Kabupaten Kebumen Tahun Pelajaran 2010/2011…………………
37. Perhitungan secara Keseluruhan Prosentase pada Instrumen
Pembelajaran Penjasorkes Model PAIKEM oleh Guru
Penjasorkes Pasca Sertifikasi di SMA Negeri se Kabupaten
Kebumen Tahun Pelajaran 2010/2011……………………………..
64
65
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xv
DAFTAR GAMBAR
Gambar
1. Skematis Pendidikan Jasmani Menuju Perkembangan
Menyeluruh…………………………………………………………..
2. Skema Landasan Ilmiah Pendidikan Jasmani………………………..
3. Bagan Komponen-Komponen Pembelajaran………………………...
4. Diagram Prosedur Sertifikasi Guru dalam Jabatan…………………..
9
12
16
34
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
1. Kisi-Kisi Ujicoba Instrumen Angket……………………………….
2. Daftar Pertanyaan Ujicoba Penelitian………………………………
3. Daftar Pertanyaan Angket Penelitian……………………………….
4. Data Tes Angket Try Out……………………………………………
5. Uji Validitas Butir Soal Angket Try Out……………………………
6. Uji Reliabilitas Data Tes Soal Angket………………………………
7. Dokumentasi Pelaksanan Try Out………………………………….
8. Dokumentasi Pelaksanan Penelitian……………………. ………….
9. Surat Ijin Penelitian dari Universitas Sebelas Maret
Surakarta……………………………………………………………
10.Surat Keterangan Penelitian try Out……………………. …………
11.Surat Keterangan Penelitian…………………………….. …………
71
73
81
88
89
91
92
94
96
101
102
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvii
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Kebutuhan guru pendidikan jasmani yang profesional sangat tinggi dalam
rangka menanggapi tantangan zaman modern. Seiring dengan itu banyak
dinyatakan beberapa praktisi bahwa, guru pendidikan jasmani secara umum belum
menunjukkan profesionalnya. Hal itu dapat diberikan beberapa contoh yaitu: guru
mengajar hanya duduk di pinggir lapangan, sedangkan siswa disuruh latihan atau
bermain sendiri tanpa ada motivasi, penghargaan, dan perhatian yang serius.
Contoh yang lain guru mengajar hanya secara tradisional tanpa menggunakan
media dan metode yang sesuai dengan yang seharusnya.
Guru pendidikan jasmani tugasnya tidak hanya menyampaikan materi
yang bersifat fisik dan motorik saja, melainkan semua ranah harus tersampaikan
pada siswanya melalui pembelajaran dan pendidikan yang utuh. Adang Suherman
(2000: 23) menyatakan, “Secara umum tujuan pendidikan jasmani dapat
diklasifikasikan ke dalam empat kategori yaitu: (1) perkembangan fisik, (2)
perkembangan gerak, (3) perkembangan mental dan, (4) perkembangan sosial”.
Dalam pendidikan jasmani diajarkan beberapa macam cabang olahraga menurut
jenjang pendidikannya. Menurut Depdiknas (2004: 19-20) bahwa, “Materi pokok
pendidikan jasmani dikelompokkan menjadi enam aspek yaitu: (1) permainan dan
olahraga, (2) aktivitas pengembangan, (3) uji diri/senam, (4) aktivitas ritmik, (5)
akuatik dan, (6) aktivitas luar sekolah”.
Berdasarkan kurikulum Penjasorkes bahwa, materi pendidikan jasmani
olahraga dan kesehatan mencakup berbagai aspek yaitu permainan dan olahraga,
aktivitas pengembangan, aktivitas ritmik, aktivitas air, pendidikan luar kelas dan
kesehatan. Dalam upaya mengajarkan materi pendidikan jasmani tersebut, maka
seorang guru pendidikan jasmani harus memiliki kompetensi yang memadai
dengan mengembangkan pengetahuannya agar kualitas pendidikan di Indonesia
lebih maju dibandingkan dengan sebelumnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xviii
Adanya program pemerintah tentang sertifikasi guru yang mulai
diselenggarakan tahun 2007 merupakan konsekuensi dari hukum tentang
pendidikan yaitu: UU RI No. 20/2003 tentang Sisdiknas, UU RI No. 14/2005
tentang Guru dan Dosen dan PP No. 19/2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan (Farida Sarimaya, 2009: 9).
Berdasarkan Undang-Undang maupun Peraturan Pemerintah tersebut guru
adalah pendidik profesional. Sebagai pendidik profesional, maka guru harus
memenuhi sejumlah persyaratan baik kualifikasi akademik maupun kompetensi.
Menurut Syaiful Sagala (2009: 31-39) bahwa, “Kompetensi seorang guru meliputi
empat macam yaitu: (1) kompetensi pedagogik, (2) kompetensi kepribadian, (3)
kompetensi sosial dan (4) kompetensi profesional”. Berkaitan dengan kompetensi
profesional dalam (http://arifkurniawan 045.blogspot.com/2007/12/persiapan-
profesi-guru-penjas.html) dijelaskan:
Profesionalisme guru dibangun melalui penguasaan kompetensi-komptensi
yang secara nyata diperlukan dalam menyelesaikan pekerjaan. Kompetensi-
kompetensi penting jabatan guru tersebut adalah: kompetensi bidang bidang
substansi atau bidang studi, kompetensi bidang pembelajaran, kompetensi
bidang pendidikan nilai dan bimbingan serta kompetensi bidang hubungan
dan pelayanan/pengabdian masyarakat. Pengembangan profesionalisme guru
meliputi peningkatan kompetensi, peningkatan kerja dan kesejahteraannya.
Guru sebagai profesional dituntut untuk senantiasa meningkatkan
kemampuan, wawasan dan kreatifitasnya.
Sedangkan Wina Sanjaya (2006: 143-144) menyatakan ciri dan karakteristik dari
proses mengajar sebagai tugas profesional guru mencakup:
1) Dalam mengajar dibutuhkan keterampilan khusus yang didasarkan pada
konsep dan ilmu pengetahuan yang spesifik.
2) Seorang guru harus memiliki bidang keahlian yang jelas, yaitu
mengantarkan siswa ke arah tujuan yang diinginkan.
3) Seorang guru dibutuhkan tingkat pendidikan yang memadai.
4) Seorang guru bertugas mempersiapakan generasi muda yang dapat hidup
berperan aktif di masyarakat.
5) Pekerjaan guru merupakan pekerjaan dinamis yang selamanya harus
sesuai dan menyesuaikan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi.
Program sertifikasi merupakan program pemberian sertifikat bagi guru
yang telah memenuhi sejumlah persyaratan menuju guru profesional. Pemenuhan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xix
persyaratan kualifikasi akademik minimal S1/D4 dibuktikan dengan ijazah dan
persyaratan relevansi mengacu pada jenjang pendidikan yang dimiliki dan mata
pelajaran yang dibina. Melalui program sertifikasi ini diharapkan guru selalu
meningkatkan ilmu pengetahuannya tentang masalah pembelajaran di sekolah.
Apakah guru yang telah mendapat sertifikat sertifikasi kualitasnya menjadi lebih
baik ataukah sama saja.
Banyak kasus dijumpai bahwa, guru yang mendapat panggilan sertifikasi
atau telah memiliki sertifikat guru orientasinya gajinya akan bertambah. Masih
banyak guru yang memiliki sertifikasi belum mengetahui dan tidak mampu
melaksanakan atau membuat PTK (Penelitian Tindakan Kelas), tidak mampu
mengoperasikan komputer atau LCD dan lain sebagainya. Bisa dikatakan program
sertifikasi guru tidak tepat pada sasaran, sehingga hal ini berdampak rendahnya
mutu pendidikan. Selain itu, guru yang telah memiliki sertifikat sertifikasi guru
tidak ada kemauan dan kemampuan guru dalam mengembangkan ilmu
pengetahuannya dalam pembelajaran. Banyak guru yang telah memiliki sertifikat
sertifikasi guru dalam proses pembelajaran masih tradisional. Banyaknya model-
model pembelajaran kurang mengetahui dan memahaminya, meskipun telah
mengikuti program sertifikasi melalui PLPG (Program Latihan Profesi Guru)
ataupun lulus Portofolio. Program PLPG maupun Portofolio yang dilaksanakan
pemerintah belum menjamin mampu meningkatkan kualitas guru. Program PLPG
yang relatif singkat dengan materi yang banyak tentu tidak maksimal untuk
menghantarkan guru menjadi profesional. Pengkajian dan perkembangan ilmu
pengetahuan dalam pendidikan selalu berkembang pesat, sehingga menuntut
seorang guru harus selalu mengembangkan pengetahuannya.
PAIKEM merupakan salah satu model pembelajaran yang saat ini baru
gencar dicanangkan oleh pemerintah dalam kegiatan belajar mengajar. PAIKEM
merupakan kepanjangan Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif dan
Menyenangkan ternyata masih banyak guru yang lulus sertifikasi belum
memahaminya dan tidak diterapkan dalam kegiatan belajar mengajar. Model
pembelajaran PAIKEM menuntut kreatifitas dan inisiatif guru pendidikan jasmani
untuk menciptakan kegiatan belajar mengajar yang beraneka ragam. Selain itu,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xx
pembelajaran yang dilaksanakan harus efektif agar tujuan pembelajaran dapat
tercapai dengan baik. Dan hal yang tak kalah pentingnya, seorang guru harus
mampu menciptakan kondisi pembelajaran yang menyenangkan bagi siswa dalam
belajar, sehingga siswa responsif dengan pembelajaran yang diterimanya,
sehingga tujuan pembelajaran akan tercapai secara optimal.
PAIKEM merupakan model pembelajaran yang menuntut kemampuan
guru dalam mengorganisasi pembelajaran dan menuntut siswa terlibat aktif dalam
kegiatan pembelajaran. Keaktifan siswa dalam proses pembelajaran sangat
penting agar tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan baik dan efektif. Apakah
guru pasca sertifikasi telah mengaplikasikan model PAIKEM dalam kegiatan
belajar mengajar. Untuk mengetahui hal tersebut, penelitian ini akan dilaksanakan
pada guru Penjasorkes di SMA Negeri se-Kabupaten Kebumen tahun 2010.
Berdasarkan kenyataan bahwa, sudah banyak para guru Penjasorkes di
SMA se-Kabupaten Kebumen telah memiliki sertifikat sertifikasi guru. Namun
belum diketahui apakah telah menerapkan model PAIKEM dalam membelajarkan
Penjasorkes. Masih banyak guru Penjasorkes dalam membelajarkan pendidikan
jasmani kurang inovatif dan kreatif, sehingga pembelajarannya kelihatan
monoton. Selain permasalahan tersebut, masih banyak para siswa yang kurang
senang dengan pembelajaran pendidikan jasmani, sehingga siswa tidak terlibat
aktif dalam kegiatan belajar mengajar. Kegiatan-kegiatan pembelajaran
pendidikan jasmani yang monoton dan siswa tidak aktif akan berdampak pada
motivasi belajar menurun, sehingga tujuan pembelajaran tidak dapat dicapai.
Sebagai seorang guru Penjasorkes yang telah lulus sertifikasi seharusnya
mampu menerapkan model pembelajaran yang tepat agar siswa terlibat aktif
dalam kegiatan belajar dan menyenangkan siswa, sehingga tujuan pembelajaran
akan tercapai. Tetapi sebaliknya, pembelajaran yang monoton dan tidak
menyenangkan, maka siswa akan merasa bosan dan jenuh, sehingga siswa akan
malas melaksanakan tugas ajar, sehingga tujuan pembelajaran tidak tercapai.
Untuk mengetahui apakah guru Penjasorkes yang telah lulus sertifikasi telah
mengaplikasikan model PAIKEM dalam pembelajaran Penjasorkes, maka perlu
dilakukan penelitian dengan judul, “Aplikasi Model PAIKEM dalam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xxi
Pembelajaran Penjasorkes oleh guru Penjasorkes Pasca Sertifikasi yang telah
Bersertifikat di SMA Negeri se Kabupaten Kebumen Tahun Pelajaran
2010/2011”.
Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas, masalah
dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Bagaimanakah peran guru Penjasorkes pasca sertifikasi yang telah
bersertifikat dalam membelajarkan Penjasorkes di SMA Negeri se Kabupaten
Kebumen tahun pelajaran 2010/2011?
2. Apakah guru Penjasorkes pasca sertifikasi yang telah bersertifikat di SMA
Negeri se Kabupaten Kebumen tahun pelajaran 2010/2011 telah
mengaplikasikan model PAIKEM dalam membelajarkan Penjasorkes?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan permasalah yang telah dikemukakan di atas, penelitian ini
mempunyai tujuan untuk mengetahui:
1. Peran guru Penjasorkes pasca sertifikasi yang telah bersertifikat dalam
membelajarkan Penjasorkes di SMA Negeri se Kabupaten Kebumen tahun
pelajaran 2010/2011.
2. Aplikasi model PAIKEM dalam pembelajaran Penjasorkes oleh guru
Penjasorkes pasca sertifikasi yang telah bersertifikat di SMA Negeri se
Kabupaten Kebumen tahun pelajaran 2010/2011.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xxii
D. Manfaat Penelitian
Masalah dalam penelitinan ini penting untuk diteliti dengan harapan
memiliki manfaat antara lain:
1. Dapat diperoleh informasi tentang model pembelajaran Penjasorkes di SMA
Negeri se Kabupaten Kebumen.
2. Dapat dijadikan sebagai bahan evaluasi dalam pembelajaran Penjasorkes,
sehingga kelemahan atau kekurangan dalam pembelajaran Penjasorkes dapat
diatasi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xxiii
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pusataka
1. Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan
a. Pengertian Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan
Pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan merupakan bagian integral
dari sistem pendidikan secara keseluruhan, yang memfokuskan pengembangan
aspek kebugaran jasmani, keterampilan gerak, keterampilan berfikir kritis,
stabilitas emosional, keterampilan sosial, penalaran dan tindakan moral melalui
aktivitas jasmani, olahraga dan kesehatan terpilih yang direncanakan secara
sistematis dalam rangka mencapai tujuan pendidikan Nasional. Di dalam
intensitifikasi penyelenggaraan pendidikan sebagai suatu proses pembinaan
manusia yang berlangsung seumur hidup, peranan pendidikan jasmani sangat
penting yakni memberikan kesempatan pada siswa untuk terlibat langsung dalam
aneka pengalaman belajar melalui aktivitas jasmani yang dilakukan secara
sistematis. Pembekalan pengalaman belajar itu diarahkan untuk membina
sekaligus membentuk gaya hidup sehat dan aktif sepanjang hayat.
Pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan merupakan media untuk
mendorong perkembangan keterampilan motorik, kemampuan fisik, pengetahuan
dan penalaran, penghayatan nilai-nilai (sikap-mental-emosional-spiritual-sosial)
serta pembiasaan pola hidup sehat yang bermuara untuk merangsang pertumbuhan
dan perkembangan yang seimbang. Dengan pendidikan jasmani siswa akan
memperoleh berbagai ungkapan yang erat kaitannya dengan kesan pribadi yang
menyenangkan serta berbagai ungkapan yang kreatif, inovatif, terampil dan
memiliki kebugaran jasmani dan kebiasaan hidup sehat serta memiliki
pengetahuan dan pemahaman terhadap gerak manusia. Berkaitan dengan
pendidikan jasmani Aip Syarifuddin dan Muhadi (1992: 4) menyatakan,
“Pendidikan jasmani adalah suatu proses aktivitas jasmani yang dirancang dan
disusun secara sistematik untuk merangsang pertumbuhan dan perkembangan,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xxiv
meningkatkan kemampuan dan keterampilan jasmani, kecerdasan dan
pembentukan watak, serta nilai dan sikap yang positif bagi setiap warga negara
dalam rangka mencapai tujuan pendidikan”. Menurut Agus Mahendra (2004: 17)
bahwa, “Pendidikan jasmani adalah proses pendidikan melalui aktivitas jasmani,
permainan atau olahraga yang terpilih untuk mencapai tujuan pendidikan”.
Sedangkan Toho Cholik dan Rusli Lutan (2001: 2) menyatakan, “Pendidikan
jasmani merupakan bagian dari pendidikan secara umum. Pendidikan jasmani
merupakan sebagai suatu proses pendidikan yang ditujukan untuk mencapai
tujuan pendidikan melalui gerak fisik”.
Berdasarkan pengertian pendidikan jasmani yang dikemukakan para ahli
tersebut dapat disimpulkan bahwa, pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan
merupakan suatu pendidikan yang di dalamnya mencakup pengembangan
individu secara menyeluruh. Cakupan pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan
tidak hanya pada aspek jasmani saja, tetapi juga aspek neuromuskular, perseptual,
kognitif, sosial dan emosional. Menurut Agus Mahendra (2004: 7-8) bahwa,
secara umum manfaat pendidikan jasmani di sekolah mencakup:
1) Memenuhi kebutuhan anak akan gerak
Pendidikan jasmani memang merupakan dunia anak-anak dan sesuai
dengan kebutuhan anak-anak. Di dalamnya anak-anak dapat belajar
sambil bergembira melalui penyaluran hasratnya. Semakin terpenuhi
kebutuhan akan gerak dalam masa-masa pertumbuhannya, semakin besar
kemaslahatannya bagi kulaitas pertumbuhan itu sendiri.
2) Mengenalkan anak pada lingkungan dan potensi dirinya
Pendidikan jasmani adalah waktu untuk berbuat. Anak-anak akan lebih
memilih untuk berbuat sesuatu daripada hanya harus melihat atau
mendengarkan oarng lain ketika mereka sedang belajar. Suasana
kebebasan yang ditawarkan di lapangan atau gedung olahraga sirna
karena sekian lama terkurung di antara batas-batas ruang kelas. Keadaan
ini benar-benar tidak sesuai dengan dorongan nalurinya.
Dengan bermain dan bergerak anak benar-benar belajar tentang
potensinya dan dalam kegiatan ini anak-anak mencoba mengenali
lingkungan sekitarnya. Para ahli sepaham bahwa pengalaman ini penting
untuk merangsang pertumbuhan intelektual dan hubungan sosialnya dan
bahkan perkembangan harga diri yang menjadi dasar kepribadian kelak.
3) Menanamkan dasar-dasar keterampilan yang berguna
Peranan pendidikan jasmani di sekolah dasar cikup unik, karena turut
mengembangkan dasar-dasar keterampilan yang diperlukan anak untuk
menguasai berbagai keterampilan dalam kehidupan dikemudian hari.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xxv
Karena pada usia SD tingkat pertumbuhan sedang lambat-lambatnya,
maka pada usia-usia inilah kesempatan anak untuk mempelajari
keterampilan gerak sedangkan tiba pad amasa kritisnya. Konsekuensinya,
keterlantaran pembinaan pada masa ini sangat berpengaruh terhadap
perkembangan anak pada masa berikutnya.
4) Menyalurkan energi yang berlebihan
Anak adalah makhluk yang sedang berada dalam masa kelebihan
keseimbangan perilaku dan mental anak. Segera setelah kelebihan energi
tersalukan, anak akan memperoleh kembali keseimbangan dirinya, karena
setelah istirahat, anak akan kembali memperbaharui dan memulihkan
energi secara optimum.
5) Merupakan proses pendidikan secara serempak baik fisik, mental maupun
emosional
Pendidikan jasmani yang benar akan memberikan sumbangan yang
sangat berarti terhadap pendidikan anak secara keseluruhan. Hasil nyata
yang diperoleh dari pendidikan jasmani adalahperkembangan yang
lengkap, meliputi aspek fisik, metal, emosi , sosial dan moral.
Sedangkan Rusli Lutan (2000: 4) menggambarkan pendidikan jasmani menuju
perkembangan menyeluruh sebagai berikut:
Gambar 1. Skematis Pendidikan Jasmani Menuju Perkembangan Menyeluruh
(Rusli Lutan, 2000: 4)
Pendidikan Jasmani
Praktik pengajaran berorientasi pada
karakteristik perkembangan dan
pertumbuhan anak
Psikomotorik
Kesegaran jasmani Perseptual motorik
Afektif Kognitif
Konsep diri Intelegensia
emosional & watak Penalaran &
pembuatan keputusan
Pengetahuan tentang penjas,
olahraga dan kesehatan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xxvi
Skema tersebut menunjukkan bahwa cakupan tujuan ideal pendidikan
jasmani yang pelaksanaannya dilandaskan pada pendekatan pengajaran yang
berorientasi pada taraf perkembangan dan pertumbuhan anak.
Pengembangan domain psikomotor yang mencakup aspek kesegaran
jasmani dan perkembangan perseptual-motorik menegaskan bahwa, upaya
pendidikan jasmani berlangsung melalui gerak atau aktivitas jasmani sebagai
perantara untuk tujuan yang bersifat mendidik dan sekaligus untuk tujuan yang
bersifat pembentukan serta pembinaan keterampilan. Dengan kata lain, dari aspek
perilaku yang teramati, proses belajar itu tertuju pada dua hal yaitu (1) belajar
untuk bergerak atau menguasai keterampilan gerak dan (2) belajar melalui gerak
bermakna.
Kesegaran jasmani merupakan sebuah topik penting dari domain
psikomotorik yang bertumpu pada perkembangan kemampuan biologik organ
tubuh. Konsentrasinya lebih lebih banyak pada persoalan peningkatan efisiensi
fungsi faal tubuh dengan segala aspeknya sebagai sebuah sistem (misalnya sistem
peredaran darah, sistem pernapasan dan sistem metabolisme dan lain-lain). Bila
kesegaran jasmani ditekankan pada aspek kesehatan, maka disebut dalam istilah
kesegaran jasmnai yang berhubungan dengan kesehatan, dan apabila ditekankan
pada penampilan performa gerak seperti pada pencapaian prestasi olahraga
disebut kesegaran jasmani yang berkaitan dengan performa.
Perkembangan perseptual-motorik terjadi melalui proses kemampuan
seseorang untuk menerima rangsang dari luar dan rangsang itu kemudian diolah
dan diprogramkan sampai kemudian tercipta respons berupa aksi yang selaras
dengan rangsang. Dampak langsung dari aktivitas jasmani yang merangsang dan
kecepatan proses persepsi dan aksi itu adalah perkembangan kepekaan sistem
saraf.
Domain kognitif mencakup pengetahuan tentang fakta, konsep dan lebih
penting lagi adalah penalaran dan kemampuan memecahkan masalah. Aspek
kognitif dalam pendidikan jasmani tidak saja menyangkut penguasaan
pengetahuan yang berkaitan dengan landasan ilmiah pendidikan jasmani dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xxvii
olahraga serta kegiatan pengisi waktu luang, sama halnya pengetahuan yang
berkaitan dengan kesehatan.
Domain afektif menyangkut sifat-sifat psikologis yang menjadi unsur
kepribadian yang kukuh. Tidak hanya tentang sikap sebagai kesiapan berbuat
yang perlu dikembangkan, namun lebih penting diantaranya konsep diri dan
komponen kepribadian lainnya seperti intelegensia, emosional dan watak. Konsep
diri menyangkut persepsi diri atau penilaian seseorang tentang kelebihannya.
Konsep diri merupakan fundasi kepribadian anak dan sangat diyakini ada
kaitannya dengan pertumbuhan dan perkembangan mereka setelah dewasa.
Intelegensia emosional mencakup beberapa sifat penting yakni
pengendalian diri, kemampuan memotivasi diri, ketekunan dan kemampuan untuk
berempati. Pengendalian diri merupakan kualitas pribadi yang mampu
menyelaraskan pertimbangan akal dan emosi (kata hati) yang menjadi sifat
penting dalam kehidupan sosial dan pencapaian sukses hidup bermasyarakat.
Tidak ada pekerjaan yang dapat mencapai hasil terbaik tanpa ketekunan, seperti
juga halnya tentang pentingnya kemampuan memotivasi diri, kemadirian untuk
tidak selalu diawasi dalam penyelesaian tugas apapun. Kemampuan berempati
merupakan kualitas pribadi yang mampu menempatkan diri di pihak orang lain.
Karena itu, empati disebut juga sebagai kecerdasan hubungan sosial antar orang.
Dampak yang jelas dari pendidikan jasmani adalah memberikan
sumbangan kepada prestasi akademik. Sebagian ahli percaya, sumbangannya
melalui perantaraan perkembangan konsep diri yang lebih positif. Sebagian ahli
lainnya percaya bahwa, kemampuan akademis itu didukung oleh perkembangan
perseptual motorik yang merangsang kecerdasan otak.
b. Landasan Ilmiah Pendidikan Jasmani
Pendidikan jasmani merupakan pendidikan yang mengutamakan aktivitas
jasmani yang di dalamnya mengandung unsur pendidikan. Banyak disiplin ilmu
yang mendasari dalam pendidikan jasmani. Oleh karena itu, seorang guru
pendidikan jasmani harus memahami dan mengusai beberapa disiplin ilmu yang
mendukung dalam pendidikan jasmani. Dengan menguasai beberapa disiplin ilmu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xxviii
yang mendasari pendidikan jasmani, maka dalam mengajarkan pendidikan
jasmani dapat dilakukan dengan baik dan benar. Adang Suherman (2000: 34)
menggambarkan skema unsur-unsur disiplin ilmu yang melandasi pendidikan
jasmani sebagai berikut:
Gambar 2. Skema Landasan Ilmiah Pendidikan Jasmani
(Adang Suherman, 2000: 34)
Berdasarkan skema di atas menunjukkan bahwa, landasan ilmiah dalam
pendidikan jasmani ada delapan unsur yaitu: sport medecine, training theory,
sport biomechanic, sport psikolgi, sport pedagogi, sport sosiologi, sport history
dan sport philosopy. Dari kedelapan disiplin ilmu yang mendasari pendidikan
jasmani tersebut harus dipahami dan dikuasai oleh guru pendidikan jasmani.
2. Model Pembelajaran Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan
a. Hakikat Pembelajaran
Pembelajaran dewasa ini mengalami perubahan dan perkembangan.
Pembelajaran tidak hanya sekedar guru menyampaikan ilmu pengetahuan atau
keterampilan kepada siswa, tetapi pembelajaran sekarang ini merupakan suatu
proses agar siswa belajar sesuai dengan kemampuannya. Wina Sanjaya (2006: 77)
menyatakan, “Mengajar jangan diartikan sebagai proses penyampaian materi
Sport
Sociology
Sport Pedagogy General
and Specific theory of
Instruction
Training Theory
Sport
Biomechanic
Sport Psichology
Pendidikan Jasmani
Pendidikan melalui aktivitas
jasmani dan pendidikan
tentang jasmani dan
aktivitas jasmani
Sport Medecine
Sport
Phylosophy
Sport History
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xxix
pembelajaran, atau memberikan stimulus sebanyak-banyaknya kepada siswa,
tetapi lebih dipandang sebagai proses mengatur lingkungan agar siswa belajar
sesuai dengan kemampuan dan potensi yang dimilikinya”.
Kegiatan pembelajaran lebih berorientasi pada bagaimana seorang guru
menciptakan lingkungan belajar yang baik, seperti penataan lingkungan,
menyediakan alat dan sumber pembelajaran dan hal-hal lain yang memungkinkan
siswa betah dan merasa senang, sehingga dapat berkembang secara optimal sesuai
dengan bakat, minat dan potensi yang dimiliki. M. Sobry Sutikno (2009: 32)
berpendapat pembelajaran adalah “Segala upaya yang dilakukan guru (pendidik)
agar terjadi proses belajar pada diri siswa”. Menurut UUSPN No. 20 tahun 2003
yang dikutip Syaiful Sagala (2005: 62) bahwa:
Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan
sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran sebagai proses
belajar yang dibangun oleh guru untuk mengembangkan kreatifitas berfikir
yang dapat meningkatkan kemampuan berfikir siswa, serta dapat
meningkatkan kemampuan mengkontruksi pengetahuan baru sebagai upaya
meningkatkan penguasaan yang baik terhadap materi pelajaran.
Secara implisit di dalam pembelajaran ada dua kegiatan memilih,
menetapkan dan mengembangkan metode untuk mencapai hasil pembelajaran
yang diinginkan. Pembelajaran lebih menekankan pada cara-cara untuk mencapai
tujuan dan berkaitan dengan bagaimana cara mengorganisasikan materi pelajaran
dan mengelola pembelajaran. Dalam kegiatan pembelajaran seorang guru harus
memahami hakikat materi pelajaran yang diajarkannya sebagai suatu pelajaran
yang dapat mengembangkan kemampuan berfikir siswa dan memahami berbagai
model pembelajaran yang dapat merangsang kemampuan siswa untuk belajar
dengan perencanaan yang matang. Dalam proses pembelajaran inilah, peran guru
dan siswa telah mengalami perubahan. Lebih lanjut M. Sobry Sutikno (2009: 33-
34) menyatakan:
1) Peran guru telah berubah dari:
a) Sebagai penyampai pengetahuan, sumber utama informasi, ahli
materi dan sumber segala jawaban, menjadi sebagai fasilitator
pembelajaran, pelatih, kolabolator dan mitra belajar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xxx
b) Dari mengendalikan dan mengarahkan semua aspek pembelajaran,
menjadi lebih banyak memberikan alternatif dan tanggung jawab
kepada setiap siswa dalam proses pembelajaran.
2) Peran siswa dalam pembelajaran telah mengalami perubahan, yaitu:
a) Dari penerima informasi yang pasif menjadi partisipan aktif dalam
proses pembelajaran.
b) Dari mengungkapkan kembali pengetahuan menjadi menghasilkan
dan berbagi pengetahuan.
c) Dari pembelajaran sebagai aktivitas individual menjadi pembelajaran
berkolaboratif dengan siswa lain.
Dalam kegiatan proses pembelajaran siswa lebih dominan atau berperan
aktif. Siswa harus selalu berpartisipasi aktif, menghasilkan berbagai macam
pengetahuan dan harus mampu bekerjasama dengan siswa lainnya. Sedangkan
guru bertindak sebagai fasilitator, memanage berbagai sumber dan fasilitas untuk
dipelajari siswa. Menurut Wina Sanjaya (2006: 79) terdapat beberapa karakteristik
penting dari istilah pembelajaran yaitu:
1) Pembelajaran berarti membelajarkan siswa.
Dalam konteks pembelajaran, tujuan utama mengajar adalah
membelajarkan siswa. Oleh sebab itu, kriteria keberhasilan proses
pembelajaran tidak diukur dari sejauh mana siswa telah menguasai
materi pelajaran, tetapi diukur sejauh mana siswa telah melakukan
proses belajar. Dengan demikian guru tidak lahi berperan hanya sebagai
sumber belajar, tetapi berperan sebagai orang yang membimbing dan
memfasilitasi agar siswa mau dan mampu belajar. Inilah makna proses
pembelajaran berpusat pada siswa (student oriented). Siswa tidak
dianggap sebagai objek belajar yang dapat diatur dan dibatasi oleh
kemauan guru, melainkan siswa ditempatkan sebagai subjek yang belajar
sesuai dengan bakat, minat dan kemampuan yang dimilikinya. Oleh
sebab itu, materi apa yang seharusnya dipelajari dan bagaimana cara
mempelajarinya tidak semata-mata ditentukan oleh keinginan guru,
tetapi memperhatikan setiap perbedaan.
2) Proses pembelajaran berlangsung di mana saja
Sesuai dengan karakteristik pembelajaran yang berorientasi kepada
siswa, maka proses pembelajaran bisa terjadi dimana saja. Kelas
bukanlah satu-satunya tempat belajar siswa. Siswa dapat memanfaatkan
berbagai tempat belajar sesuai dengan kebutuhan dan sifat materi
pelajaran.
3) Pembelajaran berorientasi pada pencapaian tujuan
Tujuan pembelajaran bukanlah penguasaan materi pelajaran, akan tetapi
proses untuk mengubah tingkah laku siswa sesuai dengan tujuan yang
dicapai. Oleh karena itulah penguasaan materi pelajaran bukanlah akhir
dari proses pengajaran, tetapi hanya sebagai tujuan antara pembentukan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xxxi
tingkah laku yang lebih luas. Artinya, sejauh mana materi pelajaran yang
dikuasai dapat membentuk pola perilaku siswa sendiri. Untuk itulah
metode dan strategi yang digunakan guru tidak hanya sekedar metode
ceramah, tetapi menggunakan berbagai metode, seperti diskusi,
penugasan, kunjungan ke objek-objek tertentu dan lain sebagainya.
Berdasarkan pengertian pembelajaran dan karakteristik dari pembelajaran
dapat disimpulkan, pembelajaran merupakan suatu kegiatan yang dirancang oleh
guru untuk membantu peserta didik mempelajari suatu kemampuan atau nilai
yang baru dalam suatu proses yang sistematis melalui tahap rancangan,
pelaksanaan dan evaluasi dalam konteks kegiatan pembelajaran. Dalam proses
pembelajaran itu dikembangkan melalui pola pembelajaran yang menggambarkan
kedudukan serta peran pendidik dan peserta didik dalam proses pembelajaran.
Pendidik sebagai sumber belajar, penentu metode belajar, dan juga penilai
kemajuan belajar.
b. Komponen-Komponen Pembelajaran
Kegiatan belajar mengajar akan dapat berjalan dengan lancar dan tujuan
dapat tercapai tidak terlepas dari beberapa komponen yang terlibat di dalamnya.
Karena pembelajaran merupakan proses, maka harus dapat mengembangkan dan
menjawab beberapa persoalan yang mendasar mengenai kemana proses akan
diarahkan, apa yang harus dibahas dalam proses tersebut, bagaimana cara
melakukannya dan bagaimana mengetahui berhasil tidaknya proses tersebut. Hal
ini artinya, dalam kegiatan pembelajaran harus mengetahui komponen-komponen
yang terlibat di dalamnya. Muhammad Ali (2004: 4) menyatakan, “Komponen-
komponen dalam kegiatan belajar mengajar dikelompokkan ke dalam tiga
kategori yaitu (1) guru, (2) isi atau materi pelajaran dan (3) siswa”. H.J. Gino
dkk., (1998: 30) berpendapat, “Komponen-komponen dalam suatu kegiatan
pembelajaran yaitu: siswa, guru, tujuan, isi pelajaran, metode, media dan
evaluasi”. Sedangkan Nana Sudjana (2005: 30) menggambarkan skematis
komponen-komponen pembelajaran sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xxxii
Gambar 2. Bagan Komponen-Komponen Pembelajaran
(Nana Sudjana, 2005: 30)
Komponen-komponen pembelajaran tersebut pada prinsipnya saling
berkaitan antara yang satu dengan lainnya. Hal senada tentang komponen-
komponen pembelajaran dikemukakan. M. Sobry Sutikno (2009: 35-40) bahwa,
“Komponen pembelajaran meliputi beberapa aspek yaitu: “(1) Tujuan
pembelajaran, (2) materi pelajaran, (3) kegiatan pembelajaran, (4) metode, (5)
media, (6) sumber belajar dan, (7) evaluasi”. Untuk lebih jelasnya komponen-
komponen pembelajaran diuraikan secara singkat sebagai berikut:
1) Tujuan Pembelajaran
Tujuan pembelajaran pada dasarnya merupakan kemampuan-kemampuan
yang diharapkan dimiliki siswa setelah memperoleh pengalaman belajar. Dengan
kata lain, tujuan pembelajaran merupakan suatu cita-cita yang ingin dicapai dari
pelaksanaan pembelajaran. Tujuan pembelajaran mempunyai jenjang dari yang
luas atau umum sampai kepada yang sempit atau khusus. Semua tujuan itu
berhubungan antara satu dengan yang lainnya, dan tujuan di atasnya. Bila tujuan
terendah tidak tercapai, maka tujuan di atasnya tidak tercapai pula. Oleh karena
itu, aspek tujuan pembelajaran merupakan faktor utama yang harus dirumuskan
secara jelas dan spesifik, karena akan menentukan arah pembelajaran. Tujuan-
tujuan pembelajaran harus berpusat pada perubahan perilaku siswa yang
diinginkan, dan karenanya harus dirumuskan secara operasional, dapat diukur dan
dapat diamati ketercapaiannya.
Tujuan
Metode dan alat
Penilaian
Bahan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xxxiii
2) Materi Pelajaran
Materi pelajaran merupakan unsur belajar yang penting mendapat
perhatian oleh guru. Materi pelajaran merupakan medium untuk mencapai tujuan
pembelajaran yang dikonsumsi oleh siswa. Oleh karena itu, penentuan materi
pelajaran harus berdasarkan tujuan yang hendak dicapai, misalnya berupa
pengetahuan, keterampilan, sikap dan pengalaman lainnya. Materi pelajaran yang
diterima siswa harus mampu merespons setiap perubahan dan mengantisipasi
setiap perkembangan yang akan terjadi di masa depan. Nana Sudjana (2005: 69)
menyatakan, beberapa hal yang harus diperhatikan dalam menetapkan materi
pelajaran sebagai berikut:
1) Bahan pelajaran harus sesuai dan menunjang tercapainya tujuan.
2) Materi pelajaran yang ditulis dalam perencaan pembelajaran terbatas pada
konsep saja, atau berbentuk garis besar bahan pelajaran tidak pula
diuraikan terinci.
3) Menetapkan materi pelajaran harus serasi dengan urutan tujuan.
4) Urutan materi pelajaran hendaknya memperhatikan kesinambungan
(kontinuitas).
5) Materi pelajaran disusun dari yang sederhana menuju yang kompleks, dari
yang mudah menuju yang sulit, dari yang kongkret menuju yang abstrak.
Dengan cara ini siswa akan mudah memahaminya.
6) Sifat materi pelajaran ada yang faktual dan ada yang konseptual.
Untuk menetapkan materi pelajaran hendaknya harus selalu berpedoman
pada tujuan pembelajaran. Oleh karena itu, merumuskan tujuan pembelajaran
pada awal pembelajaran sangat penting agar pembelajaran dapat berjalan dengan
baik.
3) Kegiatan Pembelajaran
Dalam kegiatan pembelajaran, guru dan siswa terlibat dalam interaksi
dengan materi pelajaran sebagai mediumnya. Dalam interaksi itu siswalah yang
lebih aktif, bukan guru. Keaktifan siswa tentu mencakup kegiatan fisik dan
mental, individual dan kelompok. Interaksi dikatakan maksimal bila terjadi antara
guru dengan semua siswa, antara siswa dengan guru, antara siswa dengan siswa
dengan materi pelajaran dan media pembelajaran, bahkan siswa dengan sendirinya
sendiri, namun tetap dalam kerangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xxxiv
bersama. Agar memperoleh hasil belajar yang optimal, hendaknya guru
memperhatikan perbedaan individual siswa, baik aspek biologis, intelektual dan
psikologis. Ketiga aspek ini diharapkan memberikan informasi pada guru bahwa,
setiap siswa dapat mencapai prestasi belajar yang optimal, sekalipun dalam tempo
yang berlainan. Guru harus mampu membangun suasana belajar yang kondusif,
sehingga siswa mampu belajar mandiri. Guru juga harus mampu menjadikan
proses pembelajaran sebagai salah satu sumber yang penting dalam kegiatan
eksplorasi.
4) Metode
Metode merupakan suatu cara yang dipergunakan untuk mencapai tujuan
yang telah ditetapkan. Dalam kegiatan pembelajaran, metode diperlukan oleh guru
dengan penggunaan yang bervariasi sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.
Menurut Nana Sudjana (2005: 77-89) metode pembelajaran terdiri dari:
1) Metode ceramah
2) Metode tanya jawab
3) Metode diskusi
4) Metode tugas belajar dan resitasi
5) Metode kerja kelompok
6) Metode demonstrasi dan eksperimen
7) Metode sosio drama (role-playing)
8) Metode problem solving
9) Metode sistem regu (team taching)
10) Metode latihan (drill)
11) Metode keryawisata (field trip)
12) Metode resource person (manusia sumber)
13) Metode masyarakat
14) Metode simulasi
Menguasai dan memahami metode-metode pembelajaran tersebut sangat
penting bagi seorang guru. Untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah
dirumuskan, maka dalam pelaksanaan pembelajaran dapat diterapkan macam-
macam metode pembelajaran menurut kebutuhan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xxxv
5) Media
Media merupakan segala sesuatu yang dapat digunakan dalam rangka
mencapai tujuan pembelajaran. Berkaitan dengan media pembelajaran,
Muhammad Ali 2004: 88) menyatakan, “Media pengajaran merupakan bagian
integral dalam sistem pengajaran. Banyak media pengajaran yang dapat
digunakan. Penggunaannya meliputi manfaat yang banyak pula. Penggunaan
media harus didasarkan kepada pemilihan yang tepat, sehingga dapat
memperbesar arti dan fungsi dalam menunjang efektifitas dan efisiensi proses
belajar dan mengajar”.
Pendapat tersebut menujukkan, penggunaan media atau alat dalam
pembelajaran sangat penting. Penggunaan media atau alat yang tepat sesuai materi
pelajaran, maka akan memperbesar hasil belajar. Oleh karena itu, untuk
mndukung kegiatan belajar mengajar, seorang guru harus memanfaatkan media
pembelajaran yang tepat.
6) Sumber Belajar
Sumber belajar merupakan segala sesuatu yang dapat dipergunakan
sebagai tempat dimana materi pelajaran terdapat. Menurut M. Sobry Sutikno
(2009: 39) bahwa, “Sumber belajar dapat dibedakan menjadi dua, yaitu sumber
belajar yang direncanakan dan sumber belajar karena manfaat”.
Sumber belajar yang direncanakan adalah semua sumber yang secara
khusus telah dikembangkan sebagai komponen sistem pembelajaran untuk
memberikan fasilitas belajar yang terarah dan bersifat formal. Sedangkan sumber
belajar karena dimanfaatkan adalah sumber-sumber yang tidak secara khusus
didesain untuk keperluan pembelajaran, namun dapat ditemukan, diaplikasikan
dan digunakan untuk keperluan belajar.
7) Evaluasi
Evaluasi merupakan suatu tindakan atau proses untuk menentukan nilai
dari suatu tindakan atau suatu proses untuk menentukan nilai dari sesuatu.
Sudjana (2005: 111) menyatakan, ”Penilaian yang dilakukan terhadap proses
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xxxvi
pembelajaran berfungsi (1) untuk mengetahui tercapai tidaknya tujuan pengajaran.
(2) Untuk mengetahui keefektifan proses belajar mengajar yang telah dilakukan
guru”.
Evaluasi merupakan aspek yang penting yang berguna untuk mengukur
dan menilai seberapa jauh tujuan pembelajaran telah tercapai atau sampai mana
terdapat kemajuan belajar siswa dan bagaimana tingkat keberhasilan sesuai
dengan tujuan pembelajaran. Apakah tujuan yang telah dirumuskan dapat dicapai
atau tidak, apakah materi pelajaran yang telah diberikan dapat dikuasai atau tidak,
dan apakah penggunaan metode dan alat pembelajaran tepat atau tidak.
c. Model Pembelajaran Penjasorkes
Model pembelajaran telah dilakukan sejak dahulu pada tahun 1950-an
yang dilakukan oleh peneliti dari Amerika Serikat yaitu Marc Belth. Marc Belth
kemudian mendorong ahli-ahli pendidikan di antaranya Joyce dan Weil untuk
melakukan penelitian tentang model pembelajaran. Menurut Joyce dan Weil yang
dikutip Suharno dkk., (1998: 25-26) bahwa, “Model pembelajaran adalah suatu
rencana atau pola yang dapat digunakan untuk membentuk kurikulum (suatu
rencana pembelajaran jangka panjang) merancang bahan-bahan pembelajaran dan
membimbing pembelajaran di kelas atau yang lain. Menurut Nurulwati yang
dikutip Trianto (2007: 5) bahwa, “Maksud dari model pembelajaran adalah
kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam
mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan tertentu dan
berfungsi sebagai pedoman bagi guru perancang pembelajaran dan para pengajar
dalam merencanakan aktivitas belajar mengajar”. Pendapat lain dikemukakan
Syaiful Sagala (2005: 176) bahwa:
Model pembelajaran dapat dipahami sebagai kerangka koseptual yang
mendeskripsikan dan melukiskan prosedur yang sistematik dalam
mengorganisasikan pengalaman belajar dan pembelajaran untuk mencapai
tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi perencanaan
pengajaran bagi para guru dalam melaksanakan aktivitas pembelajaran.
Model pembelajaran pada dasarnya merupakan suatu pola atau
perencanaan yang digunakan sebagai pedoman dalam mengajar. Dalam model
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xxxvii
pembelajaran ini dibutuhkan perangkat-perangkat yang mendukung kegiatan
pembelajaran. Dengan pola pembelajaran yang baik dan didukung perangkat-
perangkat pembelajaran yang baik dan ideal, maka memperbesar tujuan
pembelajaran dapat tercapai dengan baik.
Pendidikan jasmani merupakan suatu pendidikan yang mempunyai
karakteristik yang berbeda dengan pelajaran lainnya. Pendidikan jasmani
merupakan pendidikan yang mengutamakan aktivitas gerak untuk
mengembangkan aspek-aspek yang ada dalam diri siswa untuk mendukung
pencapaian tujuan pendidikan secara keseluruhan. Untuk membelajarkan
pendidikan jasmani yang tepat, perlu diterapkan model pembelajaran yang baik
dan tepat. Menurut Griffin, Mitchell dan Oslin (1997), Joyce, Well, dan Showers
(1992), Singer dan Dick (1980) dalam Kurikulum Penjas untuk Sekolah
Menengah Pertama (2004: 27-28) model pembelajaran yang sering digunakan
dalam pembelajaran pendidikan jasmani sebagai berikut:
1) Model pengetahuan keterampilan (knowledge skill aproach). Model
pembelajaran ini memiliki dua metode yaitu ceramah (lecture) dan
latihan (drill).
2) Model sosialisasi (socialization approach), berlandaskan pandangan
bahwa, proses pendidikan harus diarahkan untuk meningkatkan
keterampilan pribadi berkarya, keterampilan interaksi sosial. Model
pembelajaran ini terdiri dari: model the social family, the information
processing family, dan the professional skills.
3) Model personalisasi. Model ini berlandasakan atas pemikiran bahwa
aktivitas jasmani dapat dipergunakan sebagai media untuk
mengembangkan kualitas pribadi, model pembelajarannya yaitu:
movement education (problem solving techniques).
4) Model belajar (learning approach). Model ini berupaya untuk
mempengaruhi kemampuan dan proses belajar anak dengan metode
terprogram (programmed instruction), Computer Assisted Instruction
(CAI) dan model kreativitas dan pemecahan masalah (creativity and
problem solving).
5) Model pembelajaran motorik (motor learning). Model ini mengajarkan
aktivitas jasamni berdasarkan klasifikasi keterampilan dan teori proses
informasi yang diterima. Model pembelajaran yang dikembangkan
berdasarkan model part hwole methods dan modelling (demonstration).
6) Spektrum gaya mengajar. Spektrum dikembangkan berdasarkan
pemikiran bahwa, pembelajaran merupakan interaksi antra guru dengan
murid dan pelaksanaan pembagian tanggungjawab. Model pada
spektrum gaya mengajar berjumlah sebelas (11) yaitu: komando
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xxxviii
(commad), latihan (practice), resiprokal (reciprocal), uji diri (self check),
inklusi (inclusion), penemuan terbimbing (guided discovery), penemuan
tunggal (convergen discovery), penemuan beragam (divergent
production), program individu (individual program), inisiasi siswa
(learner initiated), dan pengajaran diri (self teaching).
7) Model permainan taktis (tactical games approaches). Model ini
mengajarkan permainan agar anak memahami manfaat teknik permainan
tertentu dengan cara mengenalkan situasi permainan tertentu terlebih
dahulu kepada anak.
Dari model-model pembelajaran tersebut, seorang guru penjas dapat
menerapkannya dalam pembelajaran menurut kebutuhannya. Selain model-model
pembelajaran tersebut, seorang guru penjas harus selalu mengikuti perkembangan
dan kemajuan ilmu pengetahuan tentang model-model pembelajaran. Hal ini
karena, pengakajian tentang model-model pembelajaran selalu dilakukan oleh
praktisi-praktisi pembelajaran yang bertujuan untuk memperbaiki kualitas
pendidikan. Salah satu model pembelajaran yang dewasa ini sedang digalakkan
dalam proses pembelajaran yaitu pembelajaran model PAIKEM.
d. Kompetensi yang Harus Dimiliki Seorang Guru Penjasorkes
Tanggung jawab dalam mengembangkan profesi guru pada dasarnya
merupakan tuntutan dan panggilan untuk selalu mencintai, menghargai, menjaga
dan meningkatkan tugas dan tanggung jawab profesinya. Seorang guru harus
sadar bahwa tugas dan tanggung jawabnya tidak bisa dilakukan oleh orang lain
dan dalam melaksanakan tugasnya harus bersungguh-sungguh. Seorang guru
dituntut agar selalu meningkatkan pengetahuannya, kemampuan dalam rangka
pelaksanaan tugas profesinya. Seorang guru harus peka terhadap perubahan-
perubahan yang terjadi, khususnya dalam bidang pendidikan dan pengajaran, dan
pada masyarakat pada umumnya. Guru harus dapat mengikuti perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi, sehingga dalam pelaksanaan pengajaran sesuai
dengan tuntutan perkembangan jaman.
Meningkatkan kemampuan dan pengetahuan diberbagai bidang merupakan
keharusan bagi seorang guru. Untuk itu seorang guru Penjasorkes harus memiliki
beberapa kompetensi. Rusli Lutan dkk., (2002: 68-69) menyatakan:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xxxix
Berdasarkan tinjauan literatur dalam pendidikan jasmani sekurang-
kurangnya terdapat 5 kompetensi guru pendidikan jasmani yaitu:
1) Pemahaman dan pengahayatan etika dan tindakan moral yang melandasi
profesi dalam pendidikan jasmani, utamanya dalam pemberian perlakuan
(misalnya, memberikan isntruksi, mengoreksi dan lain-lain) yang dapat
dipertanggungjawabkan secara etik, termasuk nilai-nilai agama.
2) Penguasaan keterampilan gerak dan atau dasar-dasar keterampilan
beberapa cabang olahraga, termasuk pengetahuan yang berkaitan dengan
cabang atau aktivitas jasmani yang bersangkutan (misalnya, peraturan
dan ketentuan khusus dalam cabang olahraga).
3) Penguasaan konsep dan teori dalam beberapa subdisiplin ilmu
keolahragaan yang bersifat integrative, sebagai landasan ilmiah
pendidikan jasmani dan olahraga guna memfasilitasi proses
pembelajaran, terutama disesuaikan dengan asas pentahapan
pertumbuhan dan perkembangan peserta didik.
4) Kompetensi dalam menerapkan kurikulum dalam konteks metode dan
strategi umum atau khusus dalam pembelajaran, termasuk kompetensi
dalam melaksanakan asesmen hasil belajar.
5) Komptensi sosial yang melibatkan keterampilan sosial, seperti
kepemimpinan, kemampuan berkomunikasi, kemampuan kerjasama
dalam tim.
Berdasarkan pendapat tersebut menunjukkan bahwa, kompetensi yang
harus dimiliki seorang guru cukup komplek, baik secara umum maupun secara
spesifik sebagai guru pendidikan jasmani. Seorang guru yang memiliki
kompetensi sesuai dengan bidang studinya, maka akan mampu bekerja secara
maksimal. Kinerjanya menjadi lebih baik, karena mengetahui dan menguasainya
tugas dan tanggungjawab yang harus dilakukan sesuai dengan bidangnya.
Menurut Nana Sudjana (2005: 19) bahwa,
Kompetensi yang banyak berhubungan dengan usaha meningkatkan proses
dan hasil belajar dikelompokkan ke dalam empat kemampuan yaitu: (1)
Merencanakan program belajar mengajar, (2) melaksanakan dan memimpin,
(3) menilai kemajuan proses belajar mengajar, (4) menguasai bahan pelajaran
dalam pengertian menguasai bidang studi atau mata pelajaran yang
dipegangnya/dibinannya.
Pendapat tersebut menunjukkan bahwa, kompetsni yang harus dimiliki
seorang guru Penjasorkes mencakup empat aspek yaitu: merencanakan program
pembelajaran, melaksanakan dan memimpin pembelajaran, menilai kemajuan
proses belajar mengajar dan menguasai bahan pelajaran sesuai dengan bidang
studinya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xl
e. Pembelajaran yang Sukses
Mencapai hasil belajar yang maksimal yaitu terjadinya peningkatan
kemampuan atau keterampilan pada diri siwa sangat didambakan baik dari pihak
guru maupun siswa. Namun untuk menentukan indikator bagaimanakah
pembelajaran dapat dikatakan sukses atau berhasil tidaklah mudah. Untuk
mencapai pembelajaran yang sukses, maka perlu penerapan desain sistem
pembelajaran yang baik dan tepat. Menurut Heinich dkk (2005) yang dikutip
Benny A. Pribadi (2009: 19-21) mengemukakan, perspektif pembelajaran sukses
yang terdiri atas beberapa kriteria, yaitu:
1) Peran aktif siswa (active participation)
Proses belajar akan berlangsung efektif, jika siswa terlibat secara aktif
dalam tugas-tugas yang bermakna, dan berinteraksi dengan materi
pelajaran secara intensif. Keterlibatan mental siswa dalam melakukan
proses belajar akan memperbesar kemungkinan terjadinya proses belajar
dalam diri seseorang.
2) Latihan (practice)
Latihan yang dilakukan dalam berbagai konteks dapat memperbaiki
tingkat daya ingat atau retensi. Latihan juga dapat memperbaiki
kemampuan siswa untuk mengaplikasikan pengetahuan dan keterampilan
yang baru dipelajari. Tugas-tugas belajar berupa pemberian latihan akan
dapat meningkatkan penguasaan siswa terhadap pengetahuan dan
keterampilan yang dipelajari.
3) Perbedaan individual (individual differences)
Setiap individu memiliki karakteristik unik yang membedakannya dari
individu yang lain. Setiap individu memiliki potensi yang perlu
dikembangkan secara optimal. Dalam hal ini, tugas guru atau instruktur
adalah mengembangkan potensi yang dimiliki oleh individu seoptimal
mungkin melalui proses pembelajaran yang berkualitas.
4) Umpan balik (feedback)
Umpan balik sangat diperlukan oleh siswa untuk mengetahui
kemampuan dalam mempelajari materi pelajaran yang benar. Umpan
balik dapat diberikan dalam bentuk pengetahuan tentang hasil belajar
(learning outcomes) yang telah dicapai siswa setelah menempuh program
dan aktivitas pembelajaran. Informasi dan pengetahuan tentang hasil
belajar akan memacu seseorang untuk berprestasi lebih baik lagi.
5) Konteks nyata (realitic context)
Siswa perlu mempelajari materi pelajaran yang berisi pengetahuan dan
keterampilan yang dapat diterapkan dalam sebuah situasi yang nyata.
Siswa yang mengetahui kegunaan pengetahuan dan keterampilan yang
dipelajari akan memiliki motivasi tinggi untuk mencapai tujuan
pembelajaran.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xli
6) Interaksi sosial (social interaction)
Interaksi sosial sangat diperlukan oleh siswa agar dapat memperoleh
dukungan sosial dalam belajar. Interaksi yang berkesinambungan dengan
sejawat atau sesama siswa memungkinkan siswa untuk melakukan
konfirmasi terhadap pengetahuan dan keterampilan yang sedang
dipelajari.
Berdasarkan pendapat tersebut menunjukkan, pembelajaran yang sukses
apabila siswa berperan aktif, diberikan latihan, memahami perbedaan individu,
adanya umpan balik, ada konmteks yang nyata dan adanya interaksi sosial antar
siswa. Untuk mencapai pembelajaran yang sukses, maka hal-hal seperti di atas
harus diperhatikan dalam kegiatan pembelajaran.
3. Pembelajaran Model PAIKEM
a. Pengertian PAIKEM
PAIKEM (Pembelajaran Akktif, Inovatif, Kreatif, Efektif dan
Menyenangkan) merupakan salah satu model pembelajaran yang baru
dikembangkan di Indonesia pada saat ini. PAIKEM pada awalnya berasal dari
model pembelajaran PAKEM. Selanjutnya melalui pengkajian oleh para ahli ilmu
pengetahuan dijadikan atau dirubah dengan nama PAIKEM. PAIKEM lahir dari
pengkajian pembelajaran aktif, dimana pembelajaran yang berpusat pada siswa
(student oriented). Dasim Budimansyah dkk., (2009: 7) menyatakan:
Pembelajaran aktif (active learning) merupakan salah satu model
pembelajaran aktif yang dinilai memang dapat:
1) Menciptakan ketertarikan bagi siswa (creating exicitement in the
classroom).
2) Memberikan kesempatan kepada siswa untuk dapat berfikir dan bekerja
(getting students to think and work).
Dari model pembelajaran PAKEM inilah dilakukan pengkajian lebih
dalam lagi hingga dirubah atau ditambah menjadi model pembelajaran PAIKEM.
PAIKEM memiliki kepanjangan yaitu: Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif,
Efektif dan Menyenangkan. (htt://tarmizi.wordpress.com/2010/14/05). Model
pembelajaran PAIKEM merupakan salah satu usaha mendorong terus
ditingkatkannya pelaksanaan pembelajaran di lapangan yang benar-benar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xlii
berorientasi kepada siswa sebagai subjek belajar dan efektif hasilnya. Maksud dari
masing-masing kata tersebut menurut Madyo Ekosusilo (2007: 2) yaitu:
1) Aktif yaitu guru harus menciptakan suasana sedemikian rupa sehingga
siswa aktif bertanya, mempertanyakan, mengemukakan
pendapat/gagasan.
2) Inovatif yaitu guru harus menciptakan kondisi belajar dan kegiatan
pembelajaran yang baru sesuai dengan tuntutan dan perkembangan
pendidikan.
3) Kreatif yaitu guru menciptakan kegiatan belajar mengajar yang beragam
sehingga memenuhi berbagai tingkat kemampuan siswa.
4) Efektif yaitu pembelajaran harus dapat mencapai tujuan/kompetensi
yang ditetapkan.
5) Menyenangkan yaitu guru harus mampu menciptakan suasana belajar
mengajar yang menyenangkan sehingga siswa memusatkan perhatiannya
secara penuh pada apa yang sedang dipelajari.
Berdasarkan pendapat tersebut menunjukkan bahwa, Pembelajaran Aktif,
Inovatif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan (PAIKEM) merupakan model
pembelajaran yang berpusat pada siswa. Siswa dituntut untuk mandiri dan aktif
dalam mengikuti pembelajaran, sedangkan guru bertugas sebagai monitoring dan
fasilitator. Setiap kegiatan yang dilakukan siswa selalu dipantau oleh guru, dan
setiap kesulitan yang dihadapi siswa guru memberi solusi atau jalan keluarnya.
Lebih lanjut Madyo Ekosusilo (2007: 3) menyatakan:
1) PAIKEM dari segi guru yaitu:
(1) Aktif:
(a) Memantau kegiatan belajar siswa.
(b) Memberi umpan balik.
(c) Mengajukan pertanyaan yang menantang.
(d) Mempertanyakan gagasan siswa
(2) Inovatif:
(a) Menciptakan hal-hal yang baru dalam pembelajaran yang baru.
(3) Kreatif:
(a) Mengembangkan kegiatan yang beragam.
(b) Membuat alat bantu belajar sederhana.
(4) Efektif:
(a) Mencapai tujuan pembelajaran.
(5) Menyenangkan:
(a) Tidak membuat anak:
(b) Takut salah
(c) Takut ditertawakan
(d) Takut dianggap sepele
(e) Takut dimarahi dan lain sebagainya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xliii
2) PAIKEM dari siswa:
(1) Aktif:
(a) Bertanya
(b) Mengemukakan pendapat
(c) Mempertanyakan gagasan orang lain dan gagasannya.
(2) Inovatif:
(a) Berusaha menemukan hal-hal yang baru.
(3) Kreatif:
(a) Merancang/membuat sesuatu.
(b) Menulis/mengarang.
(4) Efektif:
(a) Menguasai keterampilan yang diperlukan.
(5) Menyenangkan:
(a) Membuat anak berani:
(b) Mencoba/berbuat
(c) Bertanya
(d) Mengemukakan pendapat/gagasan
(e) Mempertanyakan gagasan orang lain.
Berdasarkan pendapat tersebut menunjukkan, PAIKEM dilihat dari guru
dan siswa merupakan hubungan timbal balik. Guru berusaha merancang dan
mengorganisasi pembelajaran sebaik mungkin, sedangkan siswa harus aktif dalam
mengikuti pembelajaran. Dengan kata lain, antara guru dan siswa terjalin
koordinasi pembelajaran yang interaktif dan setiap kegiatan yang dilakukan siswa
selalu dipantau oleh guru.
b. Penerapan PAIKEM dalam Proses Pembelajaran
Munculnya model pembelajaran PAIKEM melalui proses dan pengkajian
dari para ahli yang cukup lama. Dasim Budimansyah dkk., (2009: 72)
menyatakan:
PAIKEM berasal dari akronim PAKEM. Sementara PAIKEM adalah
PAKEM yang ditambah dengan satu ciri pengembangan dari pembelajaran
kreatif, yakni pembelajaran inovatif. Dari program MBE (Managing Basic
Education) selalu mengkaitkan antara PAKEM dengan MBS (Manajemen
Berbasis Sekolah) dan PSM (Peran Serta Masyarakat). Ketiganya
dipandang sebagai tiga unsur dalam satu kesatuan (three in one) program
MBE.
Berdasarkan pendapat tersebut menunjukkan bahwa, dalam kegiatan
pembelajaran ada tiga unsur yang saling mempengaruhi dan saling mendukung.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xliv
Dapat dikatakan, tidak ada PAIKEM dalam pembelajaran tanpa diawali dengan
manajemen yang berbasis sekolah (MBS) dan tidak akan ada MBS tanpa
didukung oleh peran serta secara aktif orang tua dan masyarakat (PSM).
Munculnya PAIKEM sangat penting dalam kegiatan belajar mengajar di
sekolah agar tujuan pembelajaran dapat tercapai. Penerapan PAIKEM dalam
proses pembelajaran secara garis besar dapat digambarkan sebagai berikut:
1) Siswa terlibat dalam berbagai kegiatan yang mengembangkan
pemahaman dan kemampuan mereka dengan penekanan pada belajar
melalui berbuat.
2) Guru menggunakan berbagai alat bantu dan berbagai cara dalam
membangkitkan semangat, termasuk menggunakan lingkungan sebagai
sumber belajar untuk menjadikan pembelajaran menarik, menyenangkan
dan cocok bagi siswa.
3) Guru mengatur kelas dengan memajang buku-buku dan bahan belajar
yang lebih menarik dan menyediakan pojok baca.
4) Guru menerapkan cara mengajar yang lebih kooperatif dan inetraktif,
termasuk cara belajar kelompok.
5) Guru mendorong siswa untuk menemukan caranya sendiri dalam
pemecahan suatu masalah, untuk mengungkapkan gagasannya dan
melibatkan siswa dalam menciptakan lingkungan sekolahnya.
(http://tarmizi.wordpress.com/2008/11/11pembelajaran-aktif-novatif-
kreatif-efektif-dan menyenangkan).
Berdasarkan pendapat tersebut menunjukkan bahwa, PAIKEM menuntut
siswa lebih aktif dalam kegiatan belajar mengajar. Guru berperan mengkondisikan
pembelajaran yang lebih menarik dan menyenangkan. Kerjasama antara siswa dan
guru sangat dibutuhkan dalam PAIKEM. Dengan kerjasama yang baik antara guru
dan siswa, maka pembelajaran akan berjalan efektif, siswa lebih kreatif dan lebih
senang mengikuti pembelajaran.
c. Hal-Hal yang Harus Diperhatikan dalam PAIKEM
Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif dan menyenangkan
(PAIKEM) merupakan pembelajaran yang berpusat pada siswa. Menurut Madyo
Ekosusilo (2007: 4) ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam PAIKEM
yaitu:
1) Memahami sifat yang dimiliki anak:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xlv
Anak memiliki sifat ingin tahu dan berimajinasi-modal dasar
perkembangannya sikap kritis dan kreatif. Kegiatan pembelajaran
merupakan salah satu lahan yang harus diolah guru sehingga subur untuk
perkembangannya kedua sifat tersebut.
2) Mengenal anak secara perorangan:
Anak berasal dari lingkungan keluarga yang bervariasi dan memiliki
kemampuan yang berbeda. Perbedaan individu harus diperhatikan dan
tercermin dalam pembelajaran.
3) Memanfaatkan perilaku anak dalam pengorganisasian belajar:
Sebagai makhluk sosial suka berkelompok, tugas kelompok, bertukar
pikiran dan berinteraksi.
4) Mengembangkan kemampuan berfikir kritis, kreatif dan kemampuan:
Pada dasarnya hidup ini adalah memecahkan masalah, maka perlu
kemampuan berfikir kritis dan kreatif, sehingga melahirkan alternatif
pemecahan masalah. Tugas guru mengembangkan dengan cara memberi
tugas atau mengajukan pertanyaan secara terbuka.
5) Mengembangkan ruang kelas sebagai lingkungan belajar yang menarik:
Hasil pekerjaan siswa perlu dipajang secara rapi untuk memberi motivasi
bekerja lebih baik lagi. Pajangan dapat menimbulkan inspirasi bagi
siswa lainnya dan dapat sebagai rujukan bagi guru.
6) Memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar:
Lingkungan (fisik, sosial, budaya) sebagai bahan ajar dan sumber belajar
perlu dimanfaatkan oleh guru, sehingga anak menjadi lebih lebih senang,
dapat mengembangkan sejumlah keterampilan seperti mengamati,
mencatat, merumuskan pertanyaan, berhipotesis, mengklasifikasi,
membuat tulisan, membuat gambar dan lain sebagainya.
7) Memberikan umpan balik yang baik untuk meningkatkan:
Umpan balik merupakan bentuk interaksi guru-siswa, hendaknya lebih
mengungkap kekuatan daripada kelemahan dan perlu diberikan secara
santun untuk menanamkan rasa percaya diri siswa. Guru harus konsisten
memberikan hasil pekerjaan siswa.
8) Membedakan antara aktif fisik dan aktif mental:
Aktif mental harus diutamakan sehingga menimbulkan keberanian bagi
siswa. Guru harus mampu menghilangkan penyebab rasa takut.
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam Pembelajaran Aktif, Inovatif,
Kreatif, Efektif dan Menyenangkan (PAIKEM) yaitu: memahami sifat anak,
mengenal secara peroarangan, memanfaatkan perilaku anak, mengembangkan
kemampuan berfikir kritis, kreatif, mengembangkan ruang kelas sebagai
lingkungan belajar yang menarik, memanfaatkan lingkungan sebagai sumber
belajar, memberikan umpan balik dan membedakan antara aktif fisik dan aktif
mental. Dengan memperhatikan hal-hal tersebut, maka memberi peluang yang
besar pembelajaran akan berhasil. ciri-ciri keberhasilan PAIKEM menurut Madyo
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xlvi
Ekosusilo (2007: 5) yaitu: “Berfikir kritis, kreatif, produktif, belajar mandiri,
bertanggungjawab, bias bekerjasama, mencari dan memanfaatkan informasi,
memecahkan masalah dan siap menghadapi perubahan”.
4. Sertifikasi Guru
a. Hakikat Sertifikasi Guru
Profesi guru merupakan termasuk profesi tua di dunia, karena pekerjaan
mengajar telah ditekuni orang sejak lama. Profesi guru pada sistem persekolahan
mulai berkembang di Indonesia pada zaman kolonial. Profesi guru pernah menjadi
profesi penting dalam perjalanan bangsa ini dalam menanamkan nasionalisme,
menggalang persatuan dan berjuang melawan penjajahan. Sayangnya dalam
beberapa dekade yang lalu dan masih berlanjut sampai kini profesi guru dianggap
kurang bergengsi dan kinerjanya dinilai belum optimal serta belum memenuhi
harapan masyarakat. Akibatnya mutu pendidikan Nasional pun dinilai terpuruk.
Persoalan guru semakin menjadi persoalan pokok dalam pembangunan
pendidikan, disebabkan adanya tuntutan perkembangan masyarakat dan
perkembangan global. Sampai saat ini persoalan guru belum pernah terselesaikan
secara tuntas. Persoalan guru di Indonesia adalah terkait dengan masalah-masalah
kualifikasi yang rendah, pembinaan yang terpusat, perlindungan profesi yang
belum memadai dan persebarannya yang tidak merata sehingga menyebabkan
kekurangan guru di beberapa lokasi. Segala persoalan guru tersebut timbul karena
adanya berbagai sebab dan masing-masing saling mempengaruhi. Melihat
pendidikan di negara kita yang mutunya masih kurang baik, maka pemerintah
harus segera memperbaiki agar mutu pendidikan di Indonesia bisa terangkat dan
dapat disejajarkan dengan negara asia lainnya. Di dalam meningkatkan mutu
pendidikan di ndonesia peran guru sangat penting, maka sangat dibutuhkan guru-
guru yang profesional.
Salah satu langkah untuk meningkatkan profesionalisme guru, pemerintah
Indonesia telah melaksanakan program sertifikasi guru. Farida Sarimaya (2009:
25) menyatakan, “Program sertifikasi guru adalah program yang berisi tentang
proses pemberian sertifikat pendidik untuk guru. Guru yang telah mengikuti
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xlvii
program sertifikasi dan dinyatakan lulus akan memperoleh sertifikasi profesi guru
sebagai tenaga profesional”.
Secara garis besar program sertifikasi guru dibedakan menjadi dua yaitu:
program sertifikasi untuk guru yang telah ada (guru dalam jabatan) dan program
sertifikasi untuk calon guru. Program sertifikasi bagi guru dalam jabatan
diperuntukan bagi guru yang telah ada baik guru negeri maupun swasta yang
belum memiliki sertifikat profesi guru. Program sertifikasi ini dapat diikuti di
perguruan tinggi yang memiliki program pengadaan tenaga kependidikan yang
terakreditasi dan ditetapkan oleh pemerintah. Farida Sarimaya (2009: 25)
menyatakan:
Dalam program sertifikasi guru dalam jabatan, sertifikat guru sebagai
profesi dapat diperoleh melalui:
1) Proses pendidikan profesi terlebih dahulu yang dilanjutrkan dengan uji
sertifikasi (bila lulus dalam uji sertifikasi).
2) Uji sertifikasi langsung sebagai bentuk pengakuan kompetensi
keprofesian guru sebagai agen pembelajaran oleh perguruan tinggi
terakreditasi yang ditetapkan oleh Pemerintah (bila lulus dalam uji
sertifikasi).
Program sertifikasi untuk calon guru diperuntukkan bagi calon guru yang
berminat mengambil profesi guru atau bagi guru dalam jabatan yang
memerlukannya sebelum mengikuti uji sertifikasi. Program sertifikasi untuk caon
guru juga dapat diikuti di perguruan tinggi yang memiliki program pengadaan
tenaga kependidikan yang terakreditasi dan ditetapkan oleh pemerintah. Menurut
Kemendiknas dalam Panduan Pendidikan Profesi Guru (PPG) (2010: 18)
dijelaskan, sertifikasi guru sebagai pendidik diperoleh melalui proses pendidikan
profesi dengan ketentuan sebagai berikut:
1) TK/RA/TKLB atau bentuk lain yang sederajat lulusan S-1/D-IV
kependidikan untuk TK/RA/TKLB atau bentuk lain yang sedarajat
adalah 18 (delapan belas) sampai dengan 20 (dua puluh) satuan kredit
semester.
2) SD/MI/SDLB atau bentuk lain yang sederajat lulusan S-1/D-IV
kependidikan untuk SD/MI/SDLB atau bentuk lain yang sederajat
adalah 18 (delapan belas) sampai 20 (dua puluh) satuan kredit semester.
3) TK/RA/TKLB atau bentuk lain yang sederajat lulusan S-1/D-IV
kependidikan selain untuk TK/RA/TKLB atau bentuk lain yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xlviii
sederajat adalah 36 (tiga puluh enam) sampai dengan 40 (empat puluh)
satuan kredit semester.
4) SD/MI/TKLB atau bentuk lain lulusan S-1/D-IV kependidikan selain
untuk SD/MI/SDLB atau bentuk lain yang sederajat adalah 36 (tiga
puluh enam) sampai dengan 40 (empat puluh) satuan kredit semester.
5) TK/RA/TKLB atau bentuk lain yang sederajat dan pada satuan
pendidikan SD/MI/SDLB atau bentuk lain lulusan S-1 Psikologi adalah
36 (tiga puluh enam) sampai dengan 40 (empat puluh) satuan kredit
semester.
6) SMP/MTs/SMPLB atau bentuk lain yang sederajat dan satuan
pendidikan SD/MI/SMALB/SMK/MAK atau bentuk lain yang
sedarajat, lulusan S-1/D-IV kependidikan dan S-1/D-IV Non
Kependidikan adalah 36 (tiga puluh enam) sampai dengan 40 (empat
puluh) satuan kredit semester.
Pendapat tersebut menunjukkan bahwa, guru yang berhak mendapat
sertifikasi memiliki ketentuan seperti di atas. Uji sertifikasi yang dilakukan baik
untuk guru dalam jabatan maupun untuk calon guru meliputi ujian tertulis dan
ujian kinerja yang dapat ditempuh secara parsial. Secara parsial artinya, ujian tulis
dan ujian kinerja dapat dilakukan secara sendiri-sendiri. Ujian kinerja dilakukan
secara holistik yang mencakup ujian komptensi, pedagogik, kepribadian, sosial
dan profesional. Secara holistik artinya, keempat kompetensi tersebut merupakan
satu kesatuan kompeten yang satu sama lain saling berhubungan dan saling
mendukung.
Dalam pelaksanaan program sertifikasi dalam bentuk pendidikan profesi
diakhiri dengan ujian sertifikasi. Setelah dinyatakan lulus uji sertifikasi, maka
guru atau calon guru berhak mendapatkan sertifikat guru sebagai profesi berikut
hak dan kewajiban yang melekat padanya. Sertifikat pendidik berlaku sah setelah
mendapat nomor unik dari Depertemnen Pendidikan nasional. Nomor unik
merupakan nomor resmi sertifikat pendidik yang dikeluarkan oleh Departemen
Pendidikan Nasional sebagai nomor identitas pemegang sertifikat pendidik dalam
satuan atau lebih bidang studi/keahlian yang berbeda anatar pemegang satu
dengan lainnya. Dimana seseorang dapat memperoleh lebih dari satu sertifikat
pendidik, nomor registrasi unik dari Departemen Pendidikan Nasionalnya hanya
satu.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xlix
b. Prosedur Sertifikasi
Sertifikasi guru merupakan kegiatan bersama antara Direktorat Jenderal
peningkatan Mutu pendidik dan tenaga Kependidikan (Ditjen PMPTK)/Dinas
pendidikan Provinsi/Kabupaten/Kota sebagai pengelola guru dan Ditjen
Dikti/Perguruan Tinggi sebagai penyelenggara sertifikasi. Sebagai pengelola guru,
Dinas Pendidikan Provinsi/Kabupaten/Kota dan lembaga Penjamin Mutu
Pendidikan (LPMP) (sebagai jajaran Ditjen PMPTK) bertugas menyiapakan guru
agar siap mengikuti sertifikasi, termasuk mengatur urutan, jika pesertanya
melebihi kapasitas yang ditetapkan.
Menurut Farida Sarimaya (2009: 29) beberapa pertimbangan untuk
menyusun urutan daftar calon peserta sertifikasi guru antara lain:
1) Penguasaan terhadap kompetensi.
2) Prestasi yang dicapai, misalnya guru teladan, guru berprestasi dan lain
sebagainya.
3) Daftar urut kepangkatan.
4) Masa kerja
5) Usia
Penyelenggara uji sertifikasi dilaksanakan oleh Konsorsium
Penyelenggara Sertifikasi dari LPTK, Dirjen Dikti dan Dirjen PMPTK. Adapun
tahapan atau prosedur sertifikasi guru menurut Depdiknas (2007: 3) digambarkan
sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
l
Lulus
Tidak Lulus
Lulus
Tidak Lulus
Lulus
Tidak Lulus
Gambar 4. Diagram Prosedur Sertifikasi Guru dalam Jabatan
(Depdiknas 2007: 3)
Guru peserta sertifikasi yang diusulkan oleh Dinas Pendidikan
Provinsi/Kabupaten/Kota mengikuti tes tertulis, tes kinerja dan dilengkapi dengan
self appraisal/portofolio, serta penilaian atasan. Hasil tes tulis, kinerja dan
penilaian terhadap self appraisal dan portofolio serta penilaian atasan
digabungkan untuk menentukan kelulusannya. Bagi mereka yang lulus diberikan
sertifikat pendidik, sedangkan yang tidak lulus disarankan mengikuti pelatihan
atau pembinaan melalui MGMP/KKG, PPG, LPMP atau lembaga liannya agar
lebih siap untuk mengikuti tes ulang berikutnya.
GURU DALAM JABATAN
S1/D4
PENILAIAN
PORTOFOLIO
SERTIFIKASI
PENDIDIKAN
KEGIATAN MELENGKAPI PORTOFOLIO
DINAS
PENDIDIKAN
PELAKSANAAN
DIKLAT
UJIAN
UJIAN
ULANG 2 X
DIKLAT PROFESI GURU
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
li
B. Kerangka Pemikiran
Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan (Penjasorkes) merupakan
mata pelajaran yang tidak kalah pentingnya dengan mata pelajaran lainnya seperti
Matematika, IPA, IPS dan lain-lain. Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan
merupakan salah satu mata pelajaran yang mempunyai peran penting untuk
mencapai tujuan pendidikan secara keseluruhan. Pendidikan jasmani merupakan
suatu proses pendidikan melalui aktivitas jasmani dan olahraga, dimana
pendidikan jasmani mempunyai maksud dan tujuan untuk mendidikan siswa. Hal
yang membedakan dengan mata pelajaran lainnya adalah alat yang digunakan
yaitu: gerak insani, manusia yang bergerak secara sadar. Gerak tersebut dirancang
secara sadar oleh gurunya untuk merangsang pertumbuhan dan perkembangan
siswa dan mengembangkan aspek-aspek lainnya seperti kongnitif, afektif,
psikomotorik, sosial dan mental. Dalam upaya mengembangkan dan mendidik
siswa, maka Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan harus dilaksanakan
dengan baik dan tepat.
Untuk memenuhi tuntutan perkembangan dan kemajuan dibidang ilmu
pendidikan, maka dalam membelajarkan Pendidikan Jasmani Olahraga dan
Kesehatan di sekolah harus dilakukan dengan tenaga-tenaga pendidik yang
profesional. Hal ini dimaksudkan agar tujuan Pendidikan Jasmani Olahraga dan
Kesehatan dapat tercapai. Upaya meningkatkan profesi guru pemerintah telah
melasanakan program sertifikasi guru. Melalui program sertifikasi guru
diharapkan para guru Penjasorkes memiliki profesional dalam membelajarkan
Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan.
Perkembangan dan kemajuan dalam bidang pembelajaran Penjasorkes
mengharuskan guru Penjasorkes mengikutinya dan menerapkan dalam
pembelajaran Penjasorkes. PAIKEM merupakan model pembelajaran yang
digalakkan oleh pemerintah dalam kegiatan belajar mengajar termasuk dalam
pembelajaran Penjasorkes.
Model Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan
(PAIKEM) merupakan pembelajaran yang menuntut guru untuk aktif
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
lii
menciptakan suasana pembelajaran, sehingga memicu siswa untuk aktif terlibat
dalam kegiatan pembelajaran. Inovatif menuntut seorang guru untuk menemukan
hal-hal yang baru dalam membelajarkan pendidikan jasmani. Kreatif menuntut
seorang guru untuk menciptakan kegiatan belajar mengajar yang beragam atau
bervariasi, sehingga memenuhi berbagai tingkat kemampuan siswa. Upaya guru
menciptakan pembelajaran yang inovatif dan kreatif dapat dilakukan dengan
memodifikasi sarana pembelajaran. Misalnya menggunakan kardus atau tali untuk
pembelajaran lompat, menggunakan bola plastik untuk pembelajaran bola voli
atau bola basket dan lain sebagainya. Efektif yaitu menghendaki tujuan
pembelajaran dapat tercapai. Dan menyenangkan menuntut seorang guru
mencitptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan, siswa tidak memiliki
rasa takut, senang mengikuti pembelajaran sehingga perhatian siswa lebih terarah
terhadap pelajaran yang diterimanya.
Selain itu, model PAIKEM menuntut siswa untuk terlibat aktif dalam
kegiatan pembelajaran. Siswa dituntut untuk akif mengemukakan pendapat atau
bertanya atau mempertanyakan gagasan orang lain. Siswa harus mampu
menemukan hal-hal baru dalam proses pembelajaran. Siswa harus kreatif
merancang atau membuat sesuatu atau menemukan hal-hal baru dalam kegiatan
belajar mengajar. Dengan siswa terlibat aktif, maka tujuan pembelajaran akan
tercapai secara efektif. Dan hal yang terpenting siswa harus mempunyai
keberanian bertindak, bertanya atau mengemukakan pendapat. Keberhasilan dari
PAIKEM yaitu, siswa berfikir kritis, kreatif, produktif, belajar mandiri,
bertanggungjawab, bisa bekerjasama, mampu mencari dan memanfaatkan
informasi, mampu memecahkan masalah dan siap menghadapi perubahan. Untuk
mencapai hasil belajar pendidikan jasmani yang optimal, maka menerapkan model
pembelajaran yang tepat sangat penting. Model pembelajaran PAIKEM
merupakan model pembelajaran yang baik untuk membelajarkan Pendidikan
Jasmani Olahraga dan Kesehatan. Dengan model pembelajaran PAIKEM, maka
motivasi belajar siswa akan menjadi meningkat sehingga tujuan pembelajaran
dapat tercapai lebih optimal.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
liii
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Tempat penelitian di SMA Negeri se Kabupaten Kebumen.
2. Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada bulan Pebruari 2011. Penelitian dilaksanakan
pada masing-masing SMA Negeri se Kabupaten Kebumen.
B. Bentuk dan Startegi Penelitian
Metode penelitian yang digunakan sesuai dengan tujuan penelitian adalah
metode deskriptif dengan cara survai. Menurut Sugiyanto (1993: 52) bahwa,
“Penelitian deskriptif dengan metode survai yaitu penelitian bertujuan mencari
informasi mengenai fenomena-fenomena atau situasi yang aktual atau yang ada
pada saat penelitian sedang berlangsung. Penelitian deskriptif pada umumnya
tidak untuk menguji hipotesis, melainkan hanya untuk meminta gambaran atau
dekriptif tentang apa yang terjadi”.
C. Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ini adalah guru Penjasorkes dan Kepala
Sekolah di SMA Negeri se Kabupaten tahun pelajaran 2010/2011.
D. Teknik Sampling
Teknik sampling dalam penelitian ini dengan tanpa seleksi atau snow ball.
Peneliti tidak membatasi atau menyeleksi jumlah informan. Jumlah sampel adalah
keseluruhan guru Penjasorkes SMA Negeri se Kabupaten Kebumen tahun
pelajaran 2010/2011 pasca sertifikasi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
liv
E. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
menggunakan teknik angket yaitu, daftar pertanyaan yang diajukan kepada guru
Kepala Sekolah dan guru Penjasorkes SMA Negeri se Kabupaten tahun pelajaran
2010/2011 pasca sertifikasi. Angket yang dihasilkan berupa data penelitian yang
memiliki pola jawaban “ya” dengan skor (2) dan jawaban “tidak” dengan skor (1).
F. Validitas Data
1. Uji Validitas
Data dianalisis secara kuantitatif dengan bantuan statistik deskriptif kualitatif.
Instrumen ini diujicobakan (try out) untuk validitas instrument itu sendiri.
Setelah ditemukan instrument yang valid, baru digunakan untuk memperoleh
data langsung di lapangan atau subjek penelitian. Metode analisis yang
digunakan untuk menguji validitas tiap butir soal menggunakan korelasi
product moment pearson (Suharsimi Arikunto, 2000: 72). Uji vailiditas
penelitian ini menggunakan rumus prodduct moment dari Suharsimi Arikunto
(2000: 72) sebagai berikut:
N. XY - X.Y
r XY =
{N.X2 - (X)
2} {N.Y
2 - (Y)
2}
Keterangan :
N = Jumlah sampel
rXY = Korelasi antara X dan Y
X = Variabel prediktor
Y = Variabel kriterium
= Jumlah
Dari hasilperhitungan rhitung dikonsultasikan dengan rtabel pada taraf
signifikansi 5%. Jika rhitung > rtabel maka data tersebut valid. Sebaliknya jika rhitung
< rtabel maka butir soal tidak valid. Selanjutnya item soal yang dipakai sebagai
instrument penelitian adalah butir soal yang valid.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
lv
2. Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas data dalam penelitian ini menggunakan koefisien
reliabilitas belah dua dari Mulyono B. (1997: 28) sebagai berikut:
N.Y1Y2 - (Y1) (Y2)
rY1Y2 =
{N.Y12
- (Y1)2} {N. Y2
2 - (Y2)
2
Hasil penghitungan korelasi di atas kemudian dimasukkan ke dalam rumus
reliabilita dari Sperman Brown sebagai berikut :
2. (rY1Y2)
r11 =
1 + rY1Y2
Untuk mengetahui kategori koefisien reliabilitas test menggunakan
pedoman tabel koefisien reliabilitas dari Strand B.N. & Wilson R. (1993: 11)
sebagai beriukut:
Kategori Reliabilitas
Excellent 0.95 – 0.99
Very good 0,90 – 0.94
Acceptable 0.80 – 0.89
Poor 0.70 – 0.79
Quisonable 0.60 – 0.69
G. Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah secara deskriptif
yang didasarkan pada analisis kuantitatif melalui frekuensi dan prosentase.
Hasil perhitungan frekuensi dan prosentase yang diperoleh, kemudian disajikan
dalam bentuk tabel dan diuraikan secara deskriptif untuk masing-masing
instrument, sehingga akan diperoleh gambaran yang sesungguhnya mengenai
variabel yang diteliti. Cara penghitungan prosentase masing-masing indikator
penelitian sebagai berikut:
Jawaban masing-masing indikator
F = X 100%
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
lvi
N (Jumlah sampel/responden)
H. Prosedur Penelitian
Prosedur dalam penelitian ini dilakukan melalui beberapa tahap sebagai
berikut:
1. Membuat kisi-kisi instrumen penelitian.
2. Melakukan ujicoba instrumen penelitian
3. Menentukan jumlah butir-butir instrumen yang valid untuk dijadikan angket
penelitian
4. Menyebar angket penelitian kepada responden/sampel yang telah ditentukan.
5. Menganalisis hasil jawaban angket dari sampel/responden.
6. Menyimpulkan hasil penelitian.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
lvii
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Hasil Penelitian
Data hasil penelitian yang diperoleh melalui butir soal, kemudian disajikan
dalam bentuk tabel yang berisi frekuensi dan persentase dari setiap butir
instrumen serta dilengkapi dengan uraian deskriptif. Untuk memperoleh data
penelitian digunakan instrumen penelitian yang berupa angket yang memiliki pola
jawaban (a) ya dengan skor nilai: 2, (b) tidak dengan skor nilainya: 1.
Uraian selanjutnya data hasil temuan didiskripsikan berdasarkan tiap butir
dan kelompok indikator yang sama. Ada 2 (dua) komponen dari hasil penelitian
yaitu: peran guru dalam membelajarkan Penjasorkes pasca sertifikasi dan
pembelajaran Penjasorkes oleh guru Penjasorkes panca sertifikasi. Berikut ini
disajikan berturut-turut indikator-indikator penelitian sebagai berikut:
1. Peran Guru dalam Membelajarkan Penjasorkes Pasca Sertifikasi
Butir soal yang digunakan untuk melacak identifikasi peran guru dalam
membelajarkan Penjasorkes pasca sertifikasi soal nomor 1 sampai nomor 20.
Hasil pengolahan data tentang peran guru dalam membelajarkan Penjasorkes
pasca sertifikasi sebagai berikut:
Butir soal 1) Panggilan Sertifikasi kepada guru Penjasorkes
Butir soal yang digunakan untuk melacak indikator ini adalah soal nomor
1. Hasil yang dilacak butir soal nomor 1 yaitu guru Penjasorkes senang mendapat
panggilan sertifikasi. Hasil jawaban butir soal nomor 1 disajikan dalam bentuk
tabel sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
lviii
Tabel 1. Frekuensi dan Prosentase Guru Penjasorkes Mendapat Panggilan
Sertifikasi Merasa Senang
F & % Rentang Nilai
Jumlah Ya/2 Tidak/1
F 21 0 21
% 100% 0% 100%
Berdasarkan data tersebut menunjukkan bahwa, pada butir soal guru
Penjasorkes mendapat panggilan sertifikasi merasa senang yang diajukan ke 21
responden yang menjawab indikator jawaban a (nilai 2) sebanyak 21 orang atau
100%, jawaban indikator b (nilai 1) tidak ada atu 0%.
Butir soal 2) Guru Penjasorkes Bingung atau Belum Siap Mendapat
Panggilan Sertifikasi
Butir soal yang digunakan untuk melacak indikator ini adalah soal nomor
2. Hasil yang dilacak butir soal nomor 2 yaitu guru Penjasorkes merasa binggung
atau belum siap pada saat mendapat panggilan sertifikasi. Hasil jawaban butir soal
nomor 2 disajikan dalam bentuk tabel sebagai berikut:
Tabel 2. Frekuensi dan Prosentase Guru Penjasorkes yang Mendapat Panggilan
Sertifikasi Merasa Belum Siap dan Bingung
F & % Rentang Nilai
Jumlah Ya/2 Tidak/1
F 0 21 21
% 0% 100% 100%
Berdasarkan data tersebut menunjukkan bahwa, pada butir soal guru
Penjasorkes merasa binggung atau belum siap pada saat mendapat panggilan
sertifikasi yang diajukan ke 21 responden yang menjawab indikator jawaban a
(nilai 2) tidak ada atau 0%, jawaban indikator b (nilai 1) sebanyak 21 orang atau
100%.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
lix
Butir soal 3) Guru Penjasorkes Lulus Sertifikasi melalui Jalur Portofolio
Butir soal yang digunakan untuk melacak indikator ini adalah soal nomor
3. Hasil yang dilacak butir soal nomor 3 yaitu guru Penjasorkes lulus sertifikasi
melalui jalur portofolio. Hasil jawaban butir soal nomor 3 disajikan dalam bentuk
tabel sebagai berikut:
Tabel 3. Frekuensi dan Prosentase Guru Penjasorkes Lulus Sertifikasi melalui
Jalur Portofolio
F & % Rentang Nilai
Jumlah Ya/2 Tidak/1
F 18 3 21
% 85.71% 14.29% 100%
Berdasarkan data tersebut menunjukkan bahwa, pada butir soal guru
Penjasorkes lulus sertifikasi melalui jalur portofolio yang diajukan ke 21
responden yang menjawab indikator jawaban a (nilai 2) sebanyak 18 orang atau
85.71%, jawaban indikator b (nilai 1) sebanyak 3 orang atau 14.29%.
Butir soal 4) Guru Penjasorkes Lulus Sertifikasi melalui Jalur PLPG
Butir soal yang digunakan untuk melacak indikator ini adalah soal nomor
4. Hasil yang dilacak butir soal nomor 4 yaitu guru Penjasorkes lulus sertifikasi
melalui jalur PLPG. Hasil jawaban butir soal nomor 4 disajikan dalam bentuk
tabel sebagai berikut:
Tabel 4. Frekuensi dan Prosentase Guru Penjasorkes Lulus Sertifikasi melalui
Jalur PLPG
F & % Rentang Nilai
Jumlah Ya/2 Tidak/1
F 4 17 21
% 19.05% 80.95% 100%
Berdasarkan data tersebut menunjukkan bahwa, pada butir soal guru
Penjasorkes lulus sertifikasi melalui jalur PLPG yang diajukan ke 21 responden
yang menjawab indikator jawaban a (nilai 2) sebanyak 4 orang atau 19.05%,
jawaban indikator b (nilai 1) sebanyak 17 orang atau 80.95%.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
lx
Butir soal 5) Guru Penjasorkes Merasa Layak Menerima Sertifikat Profesi
Guru dan Mendapat Gaji Sertifikasi Guru
Butir soal yang digunakan untuk melacak indikator ini adalah soal nomor
5. Hasil yang dilacak butir soal nomor 5 yaitu guru Penjasorkes merasa layak
menerima sertifikat profesi dan mendapat gaji sertifikasi guru. Hasil jawaban butir
soal nomor 5 disajikan dalam bentuk tabel sebagai berikut:
Tabel 5. Frekuensi dan Prosentase Guru Penjasorkes Merasa Layak Menerima
Sertifikasi Profesi Guru dan Mendapat Gaji Sertifikasi Guru
F & % Rentang Nilai
Jumlah Ya/2 Tidak/1
F 21 0 21
% 100% 0% 100%
Berdasarkan data tersebut menunjukkan bahwa, pada butir soal guru
Penjasorkes merasa layak menerima sertifikat profesi dan mendapat gaji
sertifikasi guru yang diajukan ke 21 responden yang menjawab indikator jawaban
a (nilai 2) sebanyak 21 orang atau 100%, jawaban indikator b (nilai 1) tidak ada
atau 0%.
Butir soal 6) Guru Penjasorkes dalam Melengkapi Berkas Portofolio
Sesuai/Benar dan Tidak Ada Berkas yang Dipalsukan
Butir soal yang digunakan untuk melacak indikator ini adalah soal nomor
6. Hasil yang dilacak butir soal nomor 6 yaitu guru Penjasorkes dalam melengkapi
portofolio sesuai/benar dan tidak ada berkas yang dipalsukan. Hasil jawaban butir
soal nomor 6 disajikan dalam bentuk tabel sebagai berikut:
Tabel 6. Frekuensi dan Prosentase Guru Penjasorkes dalam Melengkapi Berkas
Portofolio Sesuai/Benar dan Tidak Ada Berkas yang Dipalsukan
F & % Rentang Nilai
Jumlah Ya/2 Tidak/1
F 21 0 21
% 100% 0% 100%
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
lxi
Berdasarkan data tersebut menunjukkan bahwa, pada butir soal guru
Penjasorkes dalam melengkapi portofolio sesuai/benar dan tidak ada berkas yang
dipalsukan yang diajukan ke 21 responden yang menjawab indikator jawaban a
(nilai 2) sebanyak 21 orang atau 100%, jawaban indikator b (nilai 1) tidak ada
atau 0%.
Butir soal 7) Guru Penjasorkes Setuju dengan Program Pemerintah tentang
Sertifikasi Guru
Butir soal yang digunakan untuk melacak indikator ini adalah soal nomor
7. Hasil yang dilacak butir soal nomor 7 yaitu guru Penjasorkes setuju dengan
program pemerintah tentang sertifikasi guru. Hasil jawaban butir soal nomor 7
disajikan dalam bentuk tabel sebagai berikut:
Tabel 7. Frekuensi dan Prosentase Guru Penjasorkes Setuju dengan Program
Pemerintah tentang Sertifikasi Guru
F & % Rentang Nilai
Jumlah Ya/2 Tidak/1
F 21 0 21
% 100% 0% 100%
Berdasarkan data tersebut menunjukkan bahwa, pada butir soal guru
Penjasorkes setuju dengan program pemerintah tentang sertifikasi guru yang
diajukan ke 21 responden yang menjawab indikator jawaban a (nilai 2) sebanyak
21 orang atau 100%, jawaban indikator b (nilai 1) tidak ada atau 0%.
Butir soal 8) Guru Penjasorkes Merasa Berat atau Sulit dalam Melengkapi
Berkas Portofolio untuk Sertifikasi Guru
Butir soal yang digunakan untuk melacak indikator ini adalah soal nomor
8. Hasil yang dilacak butir soal nomor 8 yaitu guru Penjasorkes merasa berat atau
sulit saat melengkapi portofolio sertifiaksi guru. Hasil jawaban butir soal nomor 8
disajikan dalam bentuk tabel sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
lxii
Tabel 8. Frekuensi dan Prosentase Guru Penjasorkes Merasa Berat atau Sulit saat
Melengkapi Portofolio Sertifikasi Guru
F & % Rentang Nilai
Jumlah Ya/2 Tidak/1
F 0 21 21
% 0% 100% 100%
Berdasarkan data tersebut menunjukkan bahwa, pada butir soal guru
Penjasorkes merasa berat atau sulit saat melengkapi portofolio sertifiaksi guru
yang diajukan ke 21 responden yang menjawab indikator jawaban a (nilai 2) tidak
ada atau 0%, jawaban indikator b (nilai 1) sebanyak 21 orang atau 100%.
Butir soal 9) Guru Penjasorkes Merasa Berat atau Sulit Saat Mengikuti
PLPG
Butir soal yang digunakan untuk melacak indikator ini adalah soal nomor
9. Hasil yang dilacak butir soal nomor 9 yaitu guru Penjasorkes merasa berat atau
sulit saat mengikuti PLPG. Hasil jawaban butir soal nomor 9 disajikan dalam
bentuk tabel sebagai berikut:
Tabel 9. Frekuensi dan Prosentase Guru Penjasorkes Merasa Berat atau Sulit saat
Mengikuti PLPG
F & % Rentang Nilai
Jumlah Ya/2 Tidak/1
F 6 15 21
% 28.57% 71.43% 100%
Berdasarkan data tersebut menunjukkan bahwa, pada butir soal guru
Penjasorkes merasa berat atau sulit saat mengikuti PLPG yang diajukan ke 21
responden yang menjawab indikator jawaban a (nilai 2) sebanyak 6 orang atau
28.57%, jawaban indikator b (nilai 1) sebanyak 15 orang atau 71.43%.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
lxiii
Butir soal 10) Guru Penjasorkes Merasa Cukup Berprofesi sebagai Guru
yang Profesional melalui Jalur PLPG yang Waktunya Relatif Singkat
Butir soal yang digunakan untuk melacak indikator ini adalah soal nomor
10. Hasil yang dilacak butir soal nomor 10 yaitu guru Penjasorkes merasa cukup
berprofesi sebagai guru yang profesional melalui jalur PLPG yang waktunya
relatif singkat. Hasil jawaban butir soal nomor 10 disajikan dalam bentuk tabel
sebagai berikut:
Tabel 10. Frekuensi dan Prosentase Guru Penjasorkes Merasa Cukup Berprofesi
sebagai Guru yang Profesional melalui Jalur PLPG yang Waktunya
Relatif Singkat
F & % Rentang Nilai
Jumlah Ya/2 Tidak/1
F 16 5 21
% 76.19% 23.81% 100%
Berdasarkan data tersebut menunjukkan bahwa, pada butir soal guru
Penjasorkes merasa cukup berprofesi sebagai guru yang profesional melalui jalur
PLPG yang waktunya relatif singkat yang diajukan ke 21 responden yang
menjawab indikator jawaban a (nilai 2) sebanyak 61 orang atau 76.19%, jawaban
indikator b (nilai 1) sebanyak 5 orang atau 23.81%.
Butir soal 11) Orientasi Semua Guru Gajinya akan Bertambah setelah
Mendapat Tunjangan Sertifikasi Guru
Butir soal yang digunakan untuk melacak indikator ini adalah soal nomor
11. Hasil yang dilacak butir soal nomor 11 yaitu orientasi semua guru gajinya
akan bertambah setelah mendapat tunjangan sertifikasi guru. Hasil jawaban butir
soal nomor 11 disajikan dalam bentuk tabel sebagai berikut:
Tabel 11. Frekuensi dan Prosentase Orientasi Semua Guru Gajinya akan
Bertambah setelah Mendapat Tunjangan Sertifikasi Guru
F & % Rentang Nilai
Jumlah Ya/2 Tidak/1
F 19 2 21
% 90.48% 9.52% 100%
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
lxiv
Berdasarkan data tersebut menunjukkan bahwa, pada butir soal orientasi
semua guru gajinya akan bertambah setelah mendapat tunjangan sertifikasi guru
yang diajukan ke 21 responden yang menjawab indikator jawaban a (nilai 2)
sebanyak 19 orang atau 90.48%, jawaban indikator b (nilai 1) sebanyak 2 orang
atau 9.52%.
Butir soal 12) Orientasi Guru Penjasorkes akan Menjadi Profesional setelah
Mendapat Tunjangan Sertifikasi Guru
Butir soal yang digunakan untuk melacak indikator ini adalah soal nomor
12. Hasil yang dilacak butir soal nomor 12 yaitu orientasi guru Penjasorkes akan
menjadi guru yang profesional setelah mendapat tunjangan sertifikasi guru. Hasil
jawaban butir soal nomor 12 disajikan dalam bentuk tabel sebagai berikut:
Tabel 12. Frekuensi dan Prosentase Orientasi Guru Penjasorkes Menjadi Guru
Profesional setelah Mendapat Tunjangan Sertifikasi Guru
F & % Rentang Nilai
Jumlah Ya/2 Tidak/1
F 18 3 21
% 85.71% 14.29% 100%
Berdasarkan data tersebut menunjukkan bahwa, pada butir soal orientasi
guru Penjasorkes akan menjadi guru yang profesional setelah mendapat tunjangan
sertifikasi guru yang diajukan ke 21 responden yang menjawab indikator jawaban
a (nilai 2) sebanyak 18 orang atau 85.71%, jawaban indikator b (nilai 1) sebanyak
3 orang atau 14.29%.
Butir soal 13) Kinerja Guru Penjasorkes Lebih Profesional atau Lebih Baik
setelah Mendapat Tunjangan Sertifikasi Guru
Butir soal yang digunakan untuk melacak indikator ini adalah soal nomor
13. Hasil yang dilacak butir soal nomor 13 yaitu kinerja guru Penjasorkes lebih
profesional atau lebih baik setelah mendapat tunjangan sertifikasi guru. Hasil
jawaban butir soal nomor 13 disajikan dalam bentuk tabel sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
lxv
Tabel 13. Frekuensi dan Prosentase Kinerja Guru Penjasorkes Lebih Profesional
atau Lebih Baik setelah Mendapat Tunjangan Sertifikasi Guru
F & % Rentang Nilai
Jumlah Ya/2 Tidak/1
F 21 0 21
% 100% 0% 100%
Berdasarkan data tersebut menunjukkan bahwa, pada butir soal kinerja
guru Penjasorkes lebih profesional atau lebih baik setelah mendapat tunjangan
sertifikasi guru yang diajukan ke 21 responden yang menjawab indikator jawaban
a (nilai 2) sebanyak 21 orang atau 100%, jawaban indikator b (nilai 1) tidak ada
atau 0%.
Butir soal 14) Kinerja Guru Penjasorkes Masih Sama Seperti Sebelum
Mendapat Sertifikat Sertifikasi Guru
Butir soal yang digunakan untuk melacak indikator ini adalah soal nomor
14. Hasil yang dilacak butir soal nomor 14 yaitu kinerja guru Penjasorkes masih
sama seperti sebelumnya setelah mendapat sertifikat sertifikasi guru. Hasil
jawaban butir soal nomor 14 disajikan dalam bentuk tabel sebagai berikut:
Tabel 14. Frekuensi dan Prosentase Kinerja Guru Penjasorkes Masih Sama
Seperti Sebelumnya Setelah Mendapat Sertifikat Sertifikasi Guru
F & % Rentang Nilai
Jumlah Ya/2 Tidak/1
F 2 19 21
% 9.52% 90.48% 100%
Berdasarkan data tersebut menunjukkan bahwa, pada butir soal kinerja
guru Penjasorkes masih sama seperti sebelumnya setelah mendapat sertifikat
sertifikasi guru yang diajukan ke 21 responden yang menjawab indikator jawaban
a (nilai 2) sebanyak 2 orang atau 9.52%, jawaban indikator b (nilai 1) sebanyak 19
orang atau 90.48%.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
lxvi
Butir soal 15) Guru Penjasorkes Menerapkan Ilmu Pengetahuannya dari
PLPG
Butir soal yang digunakan untuk melacak indikator ini adalah soal nomor
15. Hasil yang dilacak butir soal nomor 15 yaitu guru Penjasorkes menerapkan
ilmu pengetahuan yang diterima dari kegiatan PLPG. Hasil jawaban butir soal
nomor 15 disajikan dalam bentuk tabel sebagai berikut:
Tabel 15. Frekuensi dan Prosentase Guru Penjasorkes Menerapkan Ilmu
Pengetahuan yang Diterima dari Kegiatan PLPG
F & % Rentang Nilai
Jumlah Ya/2 Tidak/1
F 17 4 21
% 80.95% 19.05% 100%
Berdasarkan data tersebut menunjukkan bahwa, pada butir soal guru
Penjasorkes menerapkan ilmu pengetahuan yang diterima dari kegiatan PLPG
yang diajukan ke 21 responden yang menjawab indikator jawaban a (nilai 2)
sebanyak 17 orang atau 80.95%, jawaban indikator b (nilai 1) sebanyak 4 orang
atau 19.05%.
Butir soal 16) Guru Penjasorkes Menguasai Semua Materi yang Diterima
dari PLPG
Butir soal yang digunakan untuk melacak indikator ini adalah soal nomor
16. Hasil yang dilacak butir soal nomor 16 yaitu guru Penjasorkes menguasai
semua materi yang diterima dari PLPG. Hasil jawaban butir soal nomor 16
disajikan dalam bentuk tabel sebagai berikut:
Tabel 16. Frekuensi dan Prosentase Guru Penjasorkes Menguasai Semua Materi
yang Diterima dari Kegiatan PLPG
F & % Rentang Nilai
Jumlah Ya/2 Tidak/1
F 21 0 21
% 100% 0% 100%
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
lxvii
Berdasarkan data tersebut menunjukkan bahwa, pada butir soal guru
Penjasorkes menguasai semua materi yang diterima dari PLPG yang diajukan ke
21 responden yang menjawab indikator jawaban a (nilai 2) sebanyak 21 orang
atau 100%, jawaban indikator b (nilai 1) tidak ada atau 0%.
Butir soal 17) Guru Penjasorkes yang Lulus Sertifikasi Melalui Jalur
Portofolio Lebih Baik daripada yang Lulus Melalui Jalur PLPG
Butir soal yang digunakan untuk melacak indikator ini adalah soal nomor
17. Hasil yang dilacak butir soal nomor 17 yaitu guru Penjasorkes yang lulus
sertifikasi melalui jalur portofolio lebih baik daripada lulus melalui jalur PLPG.
Hasil jawaban butir soal nomor 17 disajikan dalam bentuk tabel sebagai berikut:
Tabel 17. Frekuensi dan Prosentase Guru Penjasorkes yang Lulus Sertifikasi
Melaliu Portofolio Lebih Baik daripada Lulus Melalui Jalur PLPG
F & % Rentang Nilai
Jumlah Ya/2 Tidak/1
F 8 13 21
% 38.10% 61.90% 100%
Berdasarkan data tersebut menunjukkan bahwa, pada butir soal guru
Penjasorkes yang lulus sertifikasi melalui jalur portofolio lebih baik daripada lulus
melalui jalur PLPG yang diajukan ke 21 responden yang menjawab indikator
jawaban a (nilai 2) sebanyak 8 orang atau 38.10%, jawaban indikator b (nilai 1)
sebanyak 13 orang atau 61.90%.
Butir soal 18) Merasa Lebih Enak Lulus Sertifikasi Melalui Jalur Portofolio
daripada Lulus Melalui Jalur PLPG
Butir soal yang digunakan untuk melacak indikator ini adalah soal nomor
18. Hasil yang dilacak butir soal nomor 18 yaitu guru Penjasorkes merasa lebih
enak lulus sertifikasi melalui jalur portofolio daripada lulus melalui jalur PLPG.
Hasil jawaban butir soal nomor 18 disajikan dalam bentuk tabel sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
lxviii
Tabel 18. Frekuensi dan Prosentase Guru Penjasorkes Merasa Lebih Enak Lulus
Sertifikasi Melaliu Portofolio daripada Lulus Melalui Jalur PLPG
F & % Rentang Nilai
Jumlah Ya/2 Tidak/1
F 21 0 21
% 100% 0% 100%
Berdasarkan data tersebut menunjukkan bahwa, pada butir soal guru
Penjasorkes merasa lebih enak lulus sertifikasi melalui jalur portofolio daripada
lulus melalui jalur PLPG yang diajukan ke 21 responden yang menjawab
indikator jawaban a (nilai 2) sebanyak 21 orang atau 100%, jawaban indikator b
(nilai 1) tidak ada atau 0%.
Butir soal 19) Proses Sertifikasi Guru Sangat Rumit dan Bertele-Tele
Butir soal yang digunakan untuk melacak indikator ini adalah soal nomor
19. Hasil yang dilacak butir soal nomor 19 yaitu proses sertifikasi guru sangat
rumit dan bertele-tele. Hasil jawaban butir soal nomor 19 disajikan dalam bentuk
tabel sebagai berikut:
Tabel 19. Frekuensi dan Prosentase Proses Sertifikasi Guru Sangat Rumit dan
Bertele-Tele
F & % Rentang Nilai
Jumlah Ya/2 Tidak/1
F 2 19 21
% 9.52% 90.48% 100%
Berdasarkan data tersebut menunjukkan bahwa, pada butir soal proses
sertifikasi guru sangat rumit dan bertele-tele yang diajukan ke 21 responden yang
menjawab indikator jawaban a (nilai 2) sebanyak 2 orang atau 9.52%, jawaban
indikator b (nilai 1) sebanyak 19 orang atau 90.48%.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
lxix
Butir soal 20) Guru Penjasorkes Selalu Meningkatkan Ilmu Pengetahuannya
dalam Kegiatan Belajar Mengajar setelah Memperoleh Sertifikat Sertifikasi
Guru
Butir soal yang digunakan untuk melacak indikator ini adalah soal nomor
20. Hasil yang dilacak butir soal nomor 20 yaitu guru Penjasorkes selalu
meningkatkan ilmu pengetahuannya dalam kegiatan belajar mengajar setelah
mendapat sertifikat sertifikasi guru. Hasil jawaban butir soal nomor 20 disajikan
dalam bentuk tabel sebagai berikut:
Tabel 20. Frekuensi dan Prosentase Guru Penjasorkes Selalu Meningkatkan Ilmu
Pengetahuannya dalam Kegiatan Belajar Mengajar setelah Mendapat
Sertifikat Sertifikasi Guru
F & % Rentang Nilai
Jumlah Ya/2 Tidak/1
F 2 19 21
% 9.52% 90.48% 100%
Berdasarkan data tersebut menunjukkan bahwa, pada butir soal guru
Penjasorkes selalu meningkatkan ilmu pengetahuannya dalam kegiatan belajar
mengajar setelah mendapat sertifikat sertifikasi guru yang diajukan ke 21
responden yang menjawab indikator jawaban a (nilai 2) sebanyak 2 orang atau
9.52%, jawaban indikator b (nilai 1) sebanyak 19 orang atau 90.48%.
2. Pembelajaran Penjasorkes Model PAIKEM oleh Guru Penjasorkes
Pasca Sertifikasi
Butir soal yang digunakan untuk melacak identifikasi pembelajaran
Penjasorkes model PAIKEM oleh guru Penjasorkes pasca sertifikasi butir soal
21,22,23,24,25,26,27,28,29,30,31,32,33,34,35. Hasil pengolahan data tentang
pembelajaran Penjasorkes model PAIKEM oleh guru Penjasorkes pasca sertifikasi
sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
lxx
Butir soal 21) Guru Penjasorkes Mengenal atau Mengetahui Model
Pembelajaran PAIKEM
Butir soal yang digunakan untuk melacak indikator ini adalah soal nomor
21. Hasil yang dilacak butir soal nomor 21 yaitu guru Penjasorkes mengenal atau
mengetahui model pembelajaran PAIKEM. Hasil jawaban butir soal nomor 21
disajikan dalam bentuk tabel sebagai berikut:
Tabel 21. Frekuensi dan Prosentase Guru Penjasorkes Mengenal atau Mengetahui
Model Pembelajaran PAIKEM
F & % Rentang Nilai
Jumlah Ya/2 Tidak/1
F 20 1 21
% 90.24% 4.76% 100%
Berdasarkan data tersebut menunjukkan bahwa, pada butir soal guru
Penjasorkes mengenal atau mengetahui model pembelajaran PAIKEM yang
diajukan ke 21 responden yang menjawab indikator jawaban a (nilai 2) sebanyak
20 orang atau 90.24%, jawaban indikator b (nilai 1) sebanyak 1 orang atau 4.76%.
Butir soal 22) Guru Penjasorkes Mengetahui Model Pembelajaran PAIKEM
dari Guru Lain
Butir soal yang digunakan untuk melacak indikator ini adalah soal nomor
22. Hasil yang dilacak butir soal nomor 22 yaitu guru Penjasorkes mengetahui
model pembelajaran PAIKEM dari guru lain. Hasil jawaban butir soal nomor 22
disajikan dalam bentuk tabel sebagai berikut:
Tabel 22. Frekuensi dan Prosentase Guru Penjasorkes Mengetahui Model
Pembelajaran PAIKEM dari Guru Lain
F & % Rentang Nilai
Jumlah Ya/2 Tidak/1
F 4 17 21
% 19.05% 80.95% 100%
Berdasarkan data tersebut menunjukkan bahwa, pada butir soal guru
Penjasorkes mengetahui model pembelajaran PAIKEM dari guru lain yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
lxxi
diajukan ke 21 responden yang menjawab indikator jawaban a (nilai 2) sebanyak
4 orang atau 19.05%, jawaban indikator b (nilai 1) sebanyak 17 orang atau
80.95%.
Butir soal 23) Guru Penjasorkes Mengetahui Model Pembelajaran PAIKEM
dari Pengembangan Ilmu Pengetahuan atau dari PLPG
Butir soal yang digunakan untuk melacak indikator ini adalah soal nomor
23. Hasil yang dilacak butir soal nomor 23 yaitu guru Penjasorkes mengetahui
model pembelajaran PAIKEM dari pengambangan ilmu pengetahuan atau PLPG.
Hasil jawaban butir soal nomor 23 disajikan dalam bentuk tabel sebagai berikut:
Tabel 23. Frekuensi dan Prosentase Guru Penjasorkes Mengetahui Model
Pembelajaran PAIKEM dari Pengembangan Ilmu atau PLPG
F & % Rentang Nilai
Jumlah Ya/2 Tidak/1
F 7 14 21
% 33.33% 66.67% 100%
Berdasarkan data tersebut menunjukkan bahwa, pada butir soal guru
Penjasorkes mengetahui model pembelajaran PAIKEM dari pengambangan ilmu
pengetahuan atau PLPG yang diajukan ke 21 responden yang menjawab indikator
jawaban a (nilai 2) sebanyak 7 orang atau 33.33%, jawaban indikator b (nilai 1)
sebanyak 14 orang atau 66.67%.
Butir soal 23) Guru Penjasorkes dalam Membelajarkan Penjasorkes dengan
Model Pembelajaran PAIKEM
Butir soal yang digunakan untuk melacak indikator ini adalah soal nomor
24. Hasil yang dilacak butir soal nomor 24 yaitu guru Penjasorkes dalam
membelajarakan Penjasorkes dengan model pembelajaran PAIKEM. Hasil
jawaban butir soal nomor 24 disajikan dalam bentuk tabel sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
lxxii
Tabel 24. Frekuensi dan Prosentase Guru Penjasorkes dalam Membelajarkan
Penjasorkes dengan model Pembelajaran PAIKEM
F & % Rentang Nilai
Jumlah Ya/2 Tidak/1
F 21 0 21
% 100% 0% 100%
Berdasarkan data tersebut menunjukkan bahwa, pada butir soal guru
Penjasorkes dalam membelajarakan Penjasorkes dengan model pembelajaran
PAIKEM yang diajukan ke 21 responden yang menjawab indikator jawaban a
(nilai 2) sebanyak 21 orang atau 100%, jawaban indikator b (nilai 1) tidak ada
atau 0%.
Butir soal 24) Guru Penjasorkes Memiliki Inovasi-Inovasi Baru dalam
Membelajarkan Penjasorkes, jika Sarana Tidak Tersedia
Butir soal yang digunakan untuk melacak indikator ini adalah soal nomor
25. Hasil yang dilacak butir soal nomor 25 yaitu guru Penjasorkes memiliki
inovasi-inoasi baru dalam membelajarkan Penjasorkes jika sarana tidak tersedia.
Hasil jawaban butir soal nomor 25 disajikan dalam bentuk tabel sebagai berikut:
Tabel 25. Frekuensi dan Prosentase Guru Penjasorkes Memiliki Inovasi-Inovasi
dalam Membelajarkan Penjasorkes Jika Sarana Tidak Tersedia
F & % Rentang Nilai
Jumlah Ya/2 Tidak/1
F 21 0 21
% 100% 0% 100%
Berdasarkan data tersebut menunjukkan bahwa, pada butir soal
Penjasorkes memiliki inovasi-inoasi baru dalam membelajarkan Penjasorkes jika
sarana tidak tersedia yang diajukan ke 21 responden yang menjawab indikator
jawaban a (nilai 2) sebanyak 21 orang atau 100%, jawaban indikator b (nilai 1)
tidak ada atau 0%.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
lxxiii
Butir soal 26) Guru Penjasorkes Menemui Masalah dalam Membelajarkan
Penjasorkes
Butir soal yang digunakan untuk melacak indikator ini adalah soal nomor
26. Hasil yang dilacak butir soal nomor 26 yaitu guru Penjasorkes menemui
masalah dalam membelajarkan Penjasorkes. Hasil jawaban butir soal nomor 26
disajikan dalam bentuk tabel sebagai berikut:
Tabel 26. Frekuensi dan Prosentase Guru Penjasorkes Menemui Masalah dalam
Membelajarkan Penjasorkes
F & % Rentang Nilai
Jumlah Ya/2 Tidak/1
F 9 12 21
% 42.86% 57.14% 100%
Berdasarkan data tersebut menunjukkan bahwa, pada butir soal guru
Penjasorkes menemui masalah dalam membelajarkan Penjasorkes yang diajukan
ke 21 responden yang menjawab indikator jawaban a (nilai 2) sebanyak 9 orang
atau 42.86%, jawaban indikator b (nilai 1) sebanyak 12 orang atau 57.14%.
Butir soal 27) Guru Penjasorkes Mengetahui PTK
Butir soal yang digunakan untuk melacak indikator ini adalah soal nomor
27. Hasil yang dilacak butir soal nomor 27 yaitu guru Penjasorkes mengetahui
PTK (Penelitian Tindakan Kelas). Hasil jawaban butir soal nomor 27 disajikan
dalam bentuk tabel sebagai berikut:
Tabel 27. Frekuensi dan Prosentase Guru Penjasorkes Mengetahui PTK
F & % Rentang Nilai
Jumlah Ya/2 Tidak/1
F 21 0 21
% 100% 0% 100%
Berdasarkan data tersebut menunjukkan bahwa, pada butir soal guru
Penjasorkes mengetahui PTK (Penelitian Tindakan Kelas) yang diajukan ke 21
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
lxxiv
responden yang menjawab indikator jawaban a (nilai 2) sebanyak 21 orang atau
100%, jawaban indikator b (nilai 1) tidak ada atau 0%.
Butir soal 28) Guru Penjasorkes Membuat PTK
Butir soal yang digunakan untuk melacak indikator ini adalah soal nomor
28. Hasil yang dilacak butir soal nomor 28 yaitu guru Penjasorkes membuat PTK
(Penelitian Tindakan Kelas). Hasil jawaban butir soal nomor 28 disajikan dalam
bentuk tabel sebagai berikut:
Tabel 28. Frekuensi dan Prosentase Guru Penjasorkes Membuat PTK
F & % Rentang Nilai
Jumlah Ya/2 Tidak/1
F 12 9 21
% 57.14% 42.86% 100%
Berdasarkan data tersebut menunjukkan bahwa, pada butir soal guru
Penjasorkes membuat PTK (Penelitian Tindakan Kelas) yang diajukan ke 21
responden yang menjawab indikator jawaban a (nilai 2) sebanyak 12 orang atau
57.14%, jawaban indikator b (nilai 1) sebanyak 9 orang atau 42.86%.
Butir soal 29) Siswa Mengalami Kesulitan dalam Pembelajaran Penjasorkes
Guru Penjasorkes Membuat PTK
Butir soal yang digunakan untuk melacak indikator ini adalah soal nomor
29. Hasil yang dilacak butir soal nomor 29 yaitu siswa mengalami kesulitan dalam
pembelajaran guru Penjasorkes membuat PTK (Penelitian Tindakan Kelas). Hasil
jawaban butir soal nomor 29 disajikan dalam bentuk tabel sebagai berikut:
Tabel 29. Frekuensi dan Prosentase Siswa Mengalami Kesulitan dalam
Pembelajaran Penjasorkes Guru Penjasorkes Membuat PTK
F & % Rentang Nilai
Jumlah Ya/2 Tidak/1
F 12 9 21
% 57.14% 42.86% 100%
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
lxxv
Berdasarkan data tersebut menunjukkan bahwa, pada butir soal siswa
mengalami kesulitan dalam pembelajaran guru Penjasorkes membuat PTK
(Penelitian Tindakan Kelas) yang diajukan ke 21 responden yang menjawab
indikator jawaban a (nilai 2) sebanyak 12 orang atau 57.14%, jawaban indikator b
(nilai 1) sebanyak 9 orang atau 42.86%.
Butir soal 30) PTK yang Dibuat Guru Penjasorkes Guru Penjasorkes
Relevan dengan Model Pembelajaran PAIKEM
Butir soal yang digunakan untuk melacak indikator ini adalah soal nomor
30. Hasil yang dilacak butir soal nomor 30 yaitu PTK yang dibuat guru
Penjasorkes relevan dengan model pembelajaran PAIKEM. Hasil jawaban butir
soal nomor 30 disajikan dalam bentuk tabel sebagai berikut:
Tabel 30. Frekuensi dan Prosentase PTK yang Dibuat Guru Penjasorkes Relevan
dengan Model Pembelajaran PAIKEM
F & % Rentang Nilai
Jumlah Ya/2 Tidak/1
F 21 0 21
% 100% 0% 100%
Berdasarkan data tersebut menunjukkan bahwa, pada butir soal PTK yang
dibuat guru Penjasorkes relevan dengan model pembelajaran PAIKEM yang
diajukan ke 21 responden yang menjawab indikator jawaban a (nilai 2) sebanyak
21 orang atau 100%, jawaban indikator b (nilai 1) tidak ada atau 0%.
Butir soal 31) Guru Penjasorkes Mengembangkan Ilmu Pengetahuan
Masalah Pembelajaran Penjasorkes Melalui Buku-Buku yang Relevan
Butir soal yang digunakan untuk melacak indikator ini adalah soal nomor
31. Hasil yang dilacak butir soal nomor 31 yaitu guru Penjasorkes selalu
mengembangkan ilmu pengetahuan masalah pembelajaran Penjasorkes melalui
buku-buku yang relevan. Hasil jawaban butir soal nomor 31 disajikan dalam
bentuk tabel sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
lxxvi
Tabel 31. Frekuensi dan Prosentase Guru Penjasorkes Selalu Mengembangkan
Ilmu Pengetahuan Masalah Pembelajaran Penjasorkes Melalui Buku-
Buku yang Relevan
F & % Rentang Nilai
Jumlah Ya/2 Tidak/1
F 21 0 21
% 100% 0% 100%
Berdasarkan data tersebut menunjukkan bahwa, pada butir soal guru
Penjasorkes selalu mengembangkan ilmu pengetahuan masalah pembelajaran
Penjasorkes melalui buku-buku yang relevan yang diajukan ke 21 responden yang
menjawab indikator jawaban a (nilai 2) sebanyak 21 orang atau 100%, jawaban
indikator b (nilai 1) tidak ada atau 0%.
Butir soal 32) Guru Penjasorkes dalam Pembelajaran Penjasorkes hanya
Berpedoman pada LKS
Butir soal yang digunakan untuk melacak indikator ini adalah soal nomor
32. Hasil yang dilacak butir soal nomor 32 yaitu guru Penjasorkes dalam
membelajarkan Penjasorkes hanya berpedoman pada LKS. Hasil jawaban butir
soal nomor 32 disajikan dalam bentuk tabel sebagai berikut:
Tabel 32. Frekuensi dan Prosentase Guru Penjasorkes dalam Membelajarkan
Penjasorkes Hanya Berpedoman pada LKS
F & % Rentang Nilai
Jumlah Ya/2 Tidak/1
F 0 21 21
% 100% 0% 100%
Berdasarkan data tersebut menunjukkan bahwa, pada butir soal guru
Penjasorkes dalam membelajarkan Penjasorkes hanya berpedoman pada LKS
yang diajukan ke 21 responden yang menjawab indikator jawaban a (nilai 2) tidak
ada atau 0%, jawaban indikator b (nilai 1) sebanyak 21 orang atau 100%.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
lxxvii
Butir soal 33) Guru Penjasorkes Memiliki Reverensi-Reverensai Model
Pembelajaran PAIKEM untuk Mendukung Pembelajaran Penjasorkes
Butir soal yang digunakan untuk melacak indikator ini adalah soal nomor
33. Hasil yang dilacak butir soal nomor 33 yaitu guru Penjasorkes memiliki
reverensi-reverensi model pembelajaran PAIKEM untuk mendukung pembelajran
Penjasorkes. Hasil jawaban butir soal nomor 33 disajikan dalam bentuk tabel
sebagai berikut:
Tabel 33. Frekuensi dan Prosentase Guru Penjasorkes Memiliki Reverensi-
Reverensi Model Pembelajaran PAIKEM untuk Mendukung
Pembelajaran Penjasorkes
F & % Rentang Nilai
Jumlah Ya/2 Tidak/1
F 19 2 21
% 90.48% 9.52% 100%
Berdasarkan data tersebut menunjukkan bahwa, pada butir soal guru
Penjasorkes memiliki reverensi-reverensi model pembelajaran PAIKEM untuk
mendukung pembelajran Penjasorkes yang diajukan ke 21 responden yang
menjawab indikator jawaban a (nilai 2) sebanyak 19 orang atau 90.48%, jawaban
indikator b (nilai 1) sebanyak 2 orang atau 9.52%.
Butir soal 34) Guru Penjasorkes Tidak Peduli dengan Perkembangan Ilmu
Pembelajaran dan pembelajaran yang Dilaksanakan Monoton
Butir soal yang digunakan untuk melacak indikator ini adalah soal nomor
34. Hasil yang dilacak butir soal nomor 34 yaitu guru Penjasorkes tidak peduli
dengan perkembangan ilmu pembelajaran, sehingga pembelajaran Penjasorkes
monoton. Hasil jawaban butir soal nomor 34 disajikan dalam bentuk tabel sebagai
berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
lxxviii
Tabel 34. Frekuensi dan Prosentase Guru Penjasorkes Tidak Peduli dengan
Perkembangan Ilmu Pembelajaran, sehingga Pembelajaran
Penjasorkes Monoton
F & % Rentang Nilai
Jumlah Ya/2 Tidak/1
F 0 21 21
% 90.48% 9.52% 100%
Berdasarkan data tersebut menunjukkan bahwa, pada butir soal guru
Penjasorkes tidak peduli dengan perkembangan ilmu pembelajaran, sehingga
pembelajaran Penjasorkes monoton yang diajukan ke 21 responden yang
menjawab indikator jawaban a (nilai 2) tidak ada atau 0%, jawaban indikator b
(nilai 1) sebanyak 21 orang atau 100%.
Butir soal 35) Model Pembelajaran PAIKEM yang Dicanangkan Pemerintah
Mengakibatkan Ada Perubahan dalam Membelajarkan Penjasorkes
Butir soal yang digunakan untuk melacak indikator ini adalah soal nomor
35. Hasil yang dilacak butir soal nomor 35 yaitu model pembelajaran PAIKEM
yang dicanangkan pemerintah mengakibatkan ada perubahan dalam
membelajarkan Penjasorkes. Hasil jawaban butir soal nomor 35 disajikan dalam
bentuk tabel sebagai berikut:
Tabel 35. Frekuensi dan Prosentase Model Pembelajaran PAIKEM yang
Dicanangkan Pemerintah Mengakibatkan Ada Perubahan dalam
Membelajarkan Penjasorkes
F & % Rentang Nilai
Jumlah Ya/2 Tidak/1
F 18 3 21
% 85.71% 14.29% 100%
Berdasarkan data tersebut menunjukkan bahwa, pada butir soal model
pembelajaran PAIKEM yang dicanangkan pemerintah mengakibatkan ada
perubahan dalam membelajarkan Penjasorkes yang diajukan ke 21 responden
yang menjawab indikator jawaban a (nilai 2) sebanyak 18 orang atau 85.71%,
jawaban indikator b (nilai 1) sebanyak 3 orang atau 14.29%.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
lxxix
B. Pembahasan Hasil Analisis Data
Berdasarkan identifikasi dari masing-masing indikator, maka dari jawaban
frekuensi dan prosentase masing-masing butir soal diakumulasikan atau
dijumlahkan. Dari dua (2) alternatif pilihan jawaban ya/2 dan tidak/1 tersebut,
dijadikan patokan menyimpulkan dari jumlah prosentase masing-masing jawaban.
Jika prosentase jawaban lebih banyak pada jawaban ya atau nilai 2, maka
simpulannya baik, jika jawabannya lebih banyak pada jawaban tidak atau nilai 1
maka simpulannya kurang baik. Berikut ini disajikan akumulasi jawaban dari
masing-masing indikator studi tentang aplikasi model PAIKEM dalam
pembelajaran Penjasorkes oleh guru pasca sertifikasi yang telah bersertifikat
sebagai berikut:
1. Peran Guru dalam Membelajarkan Penjasorkes Pasca Sertifikasi
Identifikasi peran guru dalam membelajarkan Penjasorkes pasca sertifikasi
di SMA Negeri se Kabupaten Kebumen tahun pelajaran 2010/2011 terdiri 20 butir
soal. Hasil jawaban dari 20 indikator peran guru dalam membelajarkan
Penjasorkes pasca sertifikasi di DI SMA Negeri se Kabupaten Kebumen tahun
pelajaran 2010/2011 disajikan dalam bentuk tabel sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
lxxx
Tabel 36. Perhitungan secara Keseluruhan Prosentase pada Instrumen Peran Guru
dalam Membelajarkan Penjasorkes Pasca Sertifikasi di SMA Negeri se
Kabupaten Kebumen tahun pelajaran 2010/2011
No Indikator Jawaban
Jumlah Ya/2 Tidak/1
1 100% 0% 100%
2 0% 100% 100%
3 85.71% 14.29% 100%
4 19.05% 80.95% 100%
5 100% 0% 100%
6 100% 0% 100%
7 100% 0% 100%
8 0% 100% 100%
9 28.57% 71.43% 100%
10 76.19% 23.81% 100%
11 90.48% 9.52% 100%
12 85.71% 14.29% 100%
13 100% 0% 100%
14 9.52% 90.48% 100%
15 80.95% 19.05% 100%
16 100% 0% 100%
17 38.10% 61.90% 100%
18 100% 0% 100%
19 9.52% 90.48% 100%
20 9.52% 90.48% 100%
Jumlah 1233% 767% 100%
Rata-rata 62% 38% 100%
Berdasarkan hasil penghitungan prosentase identifikasi peran guru dalam
membelajarkan Penjasorkes pasca sertifikasi di SMA Negeri se Kabupaten
Kebumen tahun pelajaran 2010/2011 menunjukkan rata-rata total jawaban (ya/2)
62%, jawaban (tidak/1) sebanyak 38%. Hasil jawaban ini menunjukkan peran
guru dalam membelajarkan Penjasorkes pasca sertifikasi di SMA Negeri se
Kabupaten Kebumen tahun pelajaran 2010/2011 adalah baik.
2. Pembelajaran Penjasorkes Model PAIKEM oleh Guru Penjasorkes Pasca
Sertifikasi
Identifikasi pembelajaran Penjasorkes model PAIKEM oleh guru
Panjasorkes pasca sertifikasi di SMA Negeri se Kabupaten Kebumen tahun
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
lxxxi
pelajaran 2010/2011 terdiri 15 butir soal. Hasil jawaban dari kelima belas
indikator pembelajaran Penjasorkes model PAIKEM oleh guru Panjasorkes pasca
sertifikasi di SMA Negeri se Kabupaten Kebumen tahun pelajaran 2010/2011
disajikan dalam bentuk tabel sebagai berikut:
Tabel 37. Perhitungan secara Keseluruhan Prosentase pada Instrumen
Pembelajaran Penjasorkes Model PAIKEM oleh Guru Penjasorkes
Pasca Sertifikasi di SMA Negeri se Kabupaten Kebumen tahun
pelajaran 2010/2011
No Indikator Jawaban
Jumlah Ya/2 Tidak/1
1 90.24% 4.76% 100%
2 19.05% 80.95% 100%
3 33.33% 66.67% 100%
4 100% 0% 100%
5 100% 0% 100%
6 42.86% 57.14% 100%
7 100% 0% 100%
8 57.14% 42.86% 100%
9 57.14% 42.86% 100%
10 100% 0% 100%
11 100% 0% 100%
12 100% 0% 100%
13 90.48% 9.52% 100%
14 90.48% 9.52% 100%
15 85.71% 14.29% 100%
Jumlah 1166% 329% 100%
Rata-rata 77% 23% 100%
Berdasarkan hasil penghitungan prosentase identifikasi pembelajaran
Penjasorkes model PAIKEM oleh guru Panjasorkes pasca sertifikasi di SMA
Negeri se Kabupaten Kebumen tahun pelajaran 2010/2011 menunjukkan rata-rata
total jawaban (ya/2) 77%, jawaban (tidak/1) sebanyak 23%. Hasil jawaban ini
menunjukkan pembelajaran Penjasorkes model PAIKEM oleh guru Panjasorkes
pasca sertifikasi di SMA Negeri se Kabupaten Kebumen tahun pelajaran
2010/2011 adalah baik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
lxxxii
BAB V
SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian tentang Aplikasi model pembelajaran
PAIKEM dalam pembelajaran Penjasorkes oleh guru Pasca sertifikasi yang telah
bersertifikat di SMA Negeri se Kabupaten Kebumen tahun pelajaran 2010/2011
diperoleh simpulan sebagai berikut:
1. Peran guru Penjasorkes pasca sertifikasi yang telah bersertifikat dalam
membelajarkan Penjasorkes di SMA Negeri se Kabupaten Kebumen tahun
pelajaran 2010/2011 adalah baik. Dari hasil analisis angket peran guru
Penjasorkes pasca sertifikasi yang telah bersertifikat dalam membelajarkan
Penjasorkes di SMA Negeri se Kabupaten Kebumen tahun pelajaran
2010/2011 diperoleh jawaban ya atau nilai (2) sebanyak 62%, sedangkan
jawaban tidak atau nilai (1) sebanyak 38%.
2. Guru Panjasorkes pasca sertifikasi yang telah bersertifikat telah
mengaplikasikan model PAIKEM dalam membelajarkan Penjasorkes di SMA
Negeri se Kabupaten Kebumen tahun pelajaran 2010/2011 adalah baik. Dari
hasil analisis angket pembelajaran Penjasorkes model PAIKEM oleh guru
Panjasorkes pasca sertifikasi yang telah bersertifikat di SMA Negeri se
Kabupaten Kebumen tahun pelajaran 2010/2011 diperoleh jawaban ya atau
nilai (2) sebanyak 77%, sedangkan jawaban tidak atau nilai (1) sebanyak 23%.
B. Implikasi
Penelitian ini memberikan suatu gambaran yang jelas bahwa
keberhasilan proses pembelajaran tergantung pada beberapa faktor. Faktor-faktor
tersebut berasal dari pihak guru maupun siswa serta model pembelajaran yang
digunakan.
Kemampuan guru dalam mengembangkan materi, menyampaikan
materi, mengelola kelas, metode yang digunakan dalam proses pembelajaran,
serta teknik yang digunakan guru sebagai sarana untuk menyampaikan materi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
lxxxiii
Faktor dari siswa yaitu, minat dan motivasi dalam mengikuti proses pembelajaran,
ketersediaan alat/media pembelajaran yang menarik dapat membantu siswa dalam
mengikuti pembelajaran, sehingga akan diperoleh hasil belajar yang optimal.
Para guru Penjasorkes yang telah memiliki serifikat sertifikasi guru yang
menerapkan model-model pembeajaran (model PAIKEM) menjadi terpacu untuk
melakukannya dan memiliki kreativitas dan inovasi-inovasi baru agar diperoleh
hasil belajar yang optimal. Dari hasil penelitian ini semoga dapat digunakan
sebagai motivasi dalam upaya untuk membenahi kekurangan-kekurangan yang
ada, sehingga pelaksanaan pembelajaran Penjasorkes akan semakin berkualitas
dan dapat memberikan hasil yang maksimal.
C. Saran
Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat disarankan beberapa hal, khususnya
kepada para guru Pernjasorkes pasca sertifikasi yang telah bersertifikat SMA
Negeri se Kabupaten Kebumen sebagai berikut:
1. Guru hendaknya terus berusaha untuk meningkatkan kemampuannya dalam
mengembangkan materi, menyampaikan materi, serta dalam mengelola kelas,
sehingga kualitas pembelajaran yang dilakukannya dapat terus meningkat
seiring dengan peningkatan kemampuan yang dimilikinya. Selain itu, guru
hendaknya mau membuka diri untuk menerima berbagai bentuk masukan,
saran, dan kritikan agar dapat lebih memperbaiki kualitas mengajarnya.
2. Guru hendaknya lebih inovatif dalam menerapkan model pembelajaran
Penjasorkes untuk menyampaikan materi pembelajaran.
3. Sekolah hendaknya berusaha menyediakan fasilitas yang dapat mendukung
kelancaran kegiatan belajar mengajar Penjasorkes.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
lxxxiv
DAFTAR PUSTAKA
Adang Suherman.2000. Dasar-Dasar Penjaskes. Jakarta: Depdikbud. Direktorat
Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Bagian Proyek Penataran Guru
SLTP Setara D-III.
Agus Mahendra. 2004. Azas dan Falsafah Pendidikan Jasmani. Jakarta:
Depdiknas. Direktorat jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Tenaga Kependidikan. Bagian Proyek Pengendalian dan
Peningkatan Mutu Guru Penjas Dikdasmen.
Aip Syarifuddin dan Muhadi. 1992. Pendidikan Jasmani. Jakarta: Depdikbud.
Dirjendikti. Proyek Pembinaan Tenaga Kependidikan.
Benny A. Pribadi. 2009. Model Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta: PT. Dian
Rakyat.
Dasim Budimansyah, Suparlan dan Danny Meirawan. 2009. PAKEM
Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan. Bandung: PT.
Genesindo.
Depdiknas. 2004. Kurikulum 2004 Sekolah Menengah Pertama (SMP). Pedoman
Khusus Pengembangan Silabus Berbasis Kompetesnsi Sekolah Menengah
Pertama Mata Pelajaran Pendidikan Jasmani. Jakarta: Depdiknas.
Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Direktorat
Pendidikan Lanjutan Pertama.
2007. Pedoman Sertifikasi Guru Dalam Jabatan Jakarta: Depdiknas.
Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi.
Farida Sarimaya. 2009. Sertifikasi Guru. Bandung: CV. YRAMA WIDYA.
H.J. Gino, Suwarni, Suripto, Maryanto dan Sutijan. 1998. Belajar dan
Pembelajaran II. Surakarta: UNS Press.
http://arifkurniawan045.blogspot.com/2007/12/persiapan-profesi-guru-
penjas.html
htt://tarmizi.wordpress.com/2010/14/05
http://tarmizi.wordpress.com/2008/11/11pembelajaran-aktif-novatif-kreatif-
efektif-dan menyenangkan
Kemendiknas. 2010. Panduan Pendidikan Profesi Guru (PPG). Jakarta:
Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
lxxxv
Madyo Ekosusilo. 2007. PAKEM (Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif dan
Menyenangkan). Guru Besar Bidang Ilmu Manajemen Pendidikan.
M. Sobry Sutikno. 2009. Belajar dan Pembelajaran Upaya Kreatif dalam
Mewujudkan Pembelajaran yang Berhasil. Bandung: Prospect.
Muhammad Ali. 2005. Guru dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar
Baru Algensindo.
Mulyono B. 1997. Tes dan Pengukuran dalam Olahraga. Surakarta: UNS Press.
Nana Sudjana. 2005. Dasar- Dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar
Baru Algensindo.
Rusli Lutan. 2000. Perencanaan Pembelajaran Penjaskes. Depdiknas. Direktorat
Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Bagian Proyek Penataran Guru
SLTP Setara D-III.
Strand B.N. & Wilson R. 1993. Assesing Sport Skill Campaigns. Human Kinetics
Publiser.
Sugiyanto. 1993. Metodologi Penelitian. Surakarta: UNS Press.
Suharno, Sukardi, Chodijah dan Suwalni. 1998. Belajar dan Pembelajaran II.
UNS Press.
Suharsimi Arikunto. 2000. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.
Yogyakarta: PT. Rineka Cipta.
Suradji. 2009. Manajemen Kepegawaian Negara. Jakarta: Lembaga Administrasi
Negara.
Sutrisno Hadi.2004. Statistik Jilid 2. Yogyakarta: Andi Offset.
Syaiful Sagala. 2005. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.
2009. Kemampuan Profesional Guru dan Tenaga Kependidikan.
Bandung: Alfabeta.
Toho Cholik M. dan Rusli Lutan. 2001. Pendidikan Jasmani dan Kesehatan.
Bandung: CV. Maulana.
Trianto. 2007. Model-Model Pembelajaran Inovatif Berientasi Konstruktik
Konsep, Landasan teoritis dan Implementasinya. Jakarta: Prestasi Pustaka.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
lxxxvi
Wina Sanjaya. 2006. Pembelajaran dalam Implementasi Kurikulum Berbasis
Kompetensi. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
lxxxvii
LAMPIRAN
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
lxxxviii
Lampiran 1
Kisi-Kisi Uji Coba Instrumen Angket
Studi tentang Aplikasi Model Pembelajaran PAIKEM dalam Pembelajaran
Penjasorkes oleh Guru Pasca Sertifikasi di SMA Negeri se Kabupaten Kebumen
Tahun Pelajaran 2010/2011
Definisi Operasional
Variabel
Indikator Nomor Item Jumlah
Item A. Peran Guru dalam
membelajarkan
Penjasorkes Pasca
Sertifikasi
a) Panggilan sertifikasi guru
b) Kesiapan dalam mengikuti
sertifikasi guru
c) Lulus sertifikasi jalur
portofolio
d) Lulus sertifikasi jalur PLPG
e) Kelayakan mendapat
sertifikasi guru
f) Pemberkasan sertifikasi
guru
g) Pendapat guru tentang
sertifikasi
h) Kesulitan dalam melengkapi
berkas sertifikasi
i) Kesulitan PLPG
j) Profesionalisme sebagai
guru setelah mendapat
sertifikasi
k) Orientasi sertifikasi
bertambah gaji
l) Orientasi sertifikasi
mengajar lebih profesional
m) Kinerja guru setelah
mendapat sertifikasi
n) Tidak ada perbedaan
masalah kinerja guru
o) Penerapan ilmu pengetahuan
dari PLPG
p) Penguasaan materi PLPG
q) Kualitas kelulusan
sertifikasi antara portofolio
dan PLPG
r) Perbedaan kelulusan melalui
jalur portofolio dan PLPG
s) Perbedaan kelulusan
melalui jalur PLPG dan
portofolio
t) Peningkatan ilmu
pengetahuan setelah
sertifikasi
1,2,3,4,5,6,7,8,9,10,
11,12,13,14,15,16,
17,18,19,20
20
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
lxxxix
B. Pembelajaran Penjasorkes
Model PAIKEM oleh
Guru Penjasorkes Pasca
Sertifikasi
a) Pengetahuan tentang
PAIKEM
b) Perolehan pengetahuan
PAIKEM
c) Pengetahuan PAIKEM dari
ilmu pengetahuan
d) Pembelajaran Penjasorkes
dengan model PAIKEM
e) Inovasi-inovasi
pembelajaran Penjasorkes
f) Permasalahan dalam
membelajarkan Penjasorkes
g) Pengetahuan tentang PTK
h) Pembuatan PTK
i) Kesulitan dalam
pembelajaran membuat PTK
j) PTK relevan dengan model
PAIKEM
k) Pengembangan ilmu
pengetahuan melalui buku
l) Pembelajaran Penjasorkes
berpedoman LKS
m) Referensi model PAIKEM
dalam membelajarkan
Penjasorkes
n) Ketidak pedulian guru
dengan perkembangan ilmu
pengetahuan
o) Perubahan dalam
membelajarkan Penjasorkes
dengan PAIKEM
21,22,23,24,25,26,
27,28,29,30,31,32,
33,34,35
15
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xc
Lampiran 2
Daftar Pertanyaan Ujicoba Penelitian
Studi tentang Aplikasi Model Pembelajaran PAIKEM dalam Pembelajaran
Penjasorkes oleh Guru Pasca Sertifikasi di SMA Negeri se Surakarta Tahun
Pelajaran 2010/2011
Nama Guru :………………………………………
Usia & Pendidikan Terakhir :………………………………………
Tempat Mengajar : ……………………………………..
Petunjuk Pengisian
Pilih alternative jawaban yang sesuai menurut saudara/saudari dengan memberi
tanda (√ ) pada jawaban (ya, tidak) dan atau tuliskan jawaban yang membutuhkan
penjelasan.
A. Peran Guru dalam Membelajarkan Penjasorkes Pasca Sertifikasi
1. Apakah saudara senang jika guru Penjasorkes di sekolah saudara mendapat
panggilan sertifikasi guru?
{ } ya
{ } tidak
Beri penjelasan………………………………………………………………….
2. Apakah guru Penjasorkes saudara binggung atau belum siap mendapat
panggilan sertifikasi guru?
{ } ya
{ } tidak
Beri penjelasan………………………………………………………………….
3. Apakah guru Penjasorkes saudara lulus sertifikasi guru melalui jalur
portofolio?
{ } ya
{ } tidak
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xci
4. Apakah guru Penjasorkes saudara lulus sertifikasi guru melalui PLPG?
{ } ya
{ } tidak
5. Apakah guru Penjasorkes saudara merasa layak menerima sertifikat profesi
guru dan mendapat gaji sertifikasi guru?
{ } ya
{ } tidak
6. Apakah guru Penjasorkes saudara mendapat panggilan sertifikasi karena
memiliki dedikasi yang tinggi?
{ } ya
{ } tidak
7. Apakah guru Penjasorkes saudara dalam melengkapi berkas-berkas portofolio
sesuai/benar dan tidak ada berkas yang dipalsukan?
{ } ya
{ } tidak
8. Apakah saudara setuju dengan program pemerintah tentang sertifikasi guru?
{ } ya
{ } tidak
Beri penjelasan………………………………………………………………….
9. Apakah guru Penjasorkes saudara merasa berat atau sulit saat melengkapi
berkas portofolio untuk sertifikasi guru?
{ } ya
{ } tidak
Beri penjelasan…………………………………………………………………
10. Apakah guru Penjasorkes saudara merasa berat atau sulit saat mengikuti
PLPG?
{ } ya
{ } tidak
Beri penjelasan………………………………………………………………….
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xcii
11. Apakah guru Penjasorkes saudara tenang dan merasa siap untuk
mengikuti/melaksanakan PPG?
{ } ya
{ } tidak
12. Apakah guru Penjasorkes saudara sudah merasa cukup berprofesi sebagai guru
yang profesional melalui jalur PLPG yang waktunya relatif singkat?
{ } ya
{ } tidak
13. Apakah orientasi semua guru gajinya akan bertambah setelah mendapat
tunjangan sertifikasi guru?
{ } ya
{ } tidak
Beri penjelasan………………………………………………………………….
14. Apakah orientasi saudara akan menjadi guru yang profesional setelah
mendapat tunjangan sertifikasi guru?
{ } ya
{ } tidak
Beri penjelasan…………………………………………………………………
15. Apakah kinerja guru Penjasorkes saudara lebih profesional atau lebih baik
setelah mendapat sertifikat sertifikasi guru?
{ } ya
{ } tidak
Beri penjelasan…………………………………………………………………
16. Apakah kinerja guru Penjasorkes saudara masih sama seperti sebelumnya
setelah mendapat sertifikat sertifikasi guru?
{ } ya
{ } tidak
Beri
penjelasan………………………………………………………………….
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xciii
17. Apakah guru Penjasorkes saudara menerapkan ilmu pengetahuan yang saudara
terima dari kegiatan PLPG?
{ } ya
{ } tidak
Beri penjelasan…………………………………………………………………
18. Apakah guru Penjasorkes saudara menguasai semua materi yang diterima dari
program PLPG?
{ } ya
{ } tidak
Beri penjelasan…………………………………………………………………
19. Menurut saudara guru Penjasorkes yang lulus sertifikasi melalui jalur
portofolio lebih baik dari guru yang lulus melalui jalur PLPG?
{ } ya
{ } tidak
Beri penjelasan…………………………………………………………………
20. Menurut saudara apakah lebih enak lulus sertifikasi melalui jalur portofolio
daripada melalui jalur PLPG?
{ } ya
{ } tidak
Beri penjelasan…………………………………………………………………
21. Menurut saudara apakah proses sertifikasi guru sangat rumit dan bertele-tele?
{ } ya
{ } tidak
Beri penjelasan…………………………………………………………………
22. Menurut saudara apakah lebih enak lulus sertifikasi melalui jalur PLPG
daripada melalui jalur portofolio?
{ } ya
{ } tidak
Beri penjelasan…………………………………………………………………
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xciv
23. Apakah guru Penjasorkes saudara selalu meningkatkan ilmu pengetahuan
dalam kegiatan belajar mengajar setelah memperoleh sertifikat sertifikasi
guru?
{ } ya
{ } tidak
Beri penjelasan…………………………………………………………………
B. Pembelajaran Penjasorkes Model PAIKEM oleh Guru Penjasorkes Pasca
Sertifikasi
24. Apakah guru Penjasorkes saudara merasa asing dengan model pembelajaran
PAIKEM?
{ } ya
{ } tidak
25. Apakah guru Penjasorkes saudara mengenal atau mengetahui model
pembelajaran PAIKEM?
{ } ya
{ } tidak
26. Apakah guru Penjasorkes saudara mengetahui model pembelajaran PAIKEM
hanya dari guru lain?
{ } ya
{ } tidak
27. Apakah guru Penjasorkes saudara mengetahui model pembelajaran PAIKEM
dari pengembangan ilmu pengetahuan (literatur buku) atau hanya dari PLPG?
{ } ya
{ } tidak
28. Apakah guru Penjasorkes saudara dalam membelajarkan Penjasorkes dengan
model pembelajaran PAIKEM?
{ } ya
{ } tidak
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xcv
29. Apakah guru Penjasorkes saudara memiliki inovasi-inovasi baru dalam
membelajarkan Penjasorkes, jika sarana tidak tersedia?
{ } ya
{ } tidak
Beri contoh inovasi……………………………………………………………..
30. Apakah guru Penjasorkes saudara menemui masalah dalam membelajarkan
Penjasorkes?
{ } ya
{ } tidak
Beri contohnya………………………………………………………………….
31. Apakah guru Penjasorkes saudara tahu tentang PTK (Penelitian Tindakan
Kelas)?
{ } ya
{ } tidak
Beri penjelasan………………………………………………………………….
32. Apakah guru Penjasorkes saudara pernah membuat PTK?
{ } ya
{ } tidak
Tulis judul PTK…………………………………………………………………
33. Apakah setiap dalam pembelajaran Penjasorkes siswa mengalami kesulitan
guru Penjasorkes saudara membuat PTK?
{ } ya
{ } tidak
Beri penjelasan…………………………………………………………………
34. Apakah PTK yang dibuat guru Penjasorkes saudara relevan dengan model
pembelajaran PAIKEM?
{ } ya
{ } tidak
Beri penjelasan………………………………………………………………….
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xcvi
35. Apakah guru Penjasorkes saudara selalu mengembangkan ilmu pengetahuan
tentang masalah pembelajaran Penjasorkes melalui buku-buku yang relevan?
{ } ya
{ } tidak
36. Apakah guru Penjasorkes saudara dalam membelajarkan Penjasorkes selalu
monoton?
{ } ya
{ } tidak
37. Apakah guru Penjasorkes saudara dalam membelajarkan Penjasorkes hanya
berpedoman pada LKS?
{ } ya
{ } tidak
38. Apakah guru Penjasorkes saudara memiliki referensi-refensi model
pembelajaran PAIKEM sehingga dapat mendukung pembelajaran
Penjasorkes?
{ } ya
{ } tidak
39. Apakah guru Penjasorkes saudara termasuk guru yang tidak peduli dengan
perkembangan ilmu pembelajaran, sehingga dalam membelajarkan
Penjasorkes monoton?
{ } ya
{ } tidak
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xcvii
40. Adanya model pembelajaran PAIKEM yang dicanangkan pemerintah apakah
ada perubahan dalam membelajarkan Penjasorkes?
{ } ya
{ } tidak
Jika dalam pengisian penjelasan para guru kurang pada tempat yang tersedia,
mohon dengan hormat dapat ditulis di sebalik halaman/kertas sesuai dengan
nomor item yang dijelaskan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xcviii
Lampiran 3
Daftar Pertanyaan Angket Penelitian
Studi tentang Aplikasi Model Pembelajaran PAIKEM dalam Pembelajaran
Penjasorkes oleh Guru Pasca Sertifikasi di SMA Negeri se Kabupaten Kebumen
Tahun Pelajaran 2010/2011
Nama Guru :………………………………………
Usia & Pendidikan Terakhir :………………………………………
Tempat Mengajar : ……………………………………..
Petunjuk Pengisian
Pilih alternative jawaban yang sesuai menurut saudara/saudari dengan memberi
tanda (√ ) pada jawaban (ya, tidak) dan atau tuliskan jawaban yang membutuhkan
penjelasan.
A. Peran Guru dalam Membelajarkan Penjasorkes Pasca Sertifikasi
1. Apakah saudara senang jika guru Penjasorkes di sekolah saudara mendapat
panggilan sertifikasi guru?
{ } ya
{ } tidak
Beri penjelasan………………………………………………………………….
2. Apakah guru Penjasorkes saudara binggung atau belum siap mendapat
panggilan sertifikasi guru?
{ } ya
{ } tidak
Beri penjelasan………………………………………………………………….
3. Apakah guru Penjasorkes saudara lulus sertifikasi guru melalui jalur
portofolio?
{ } ya
{ } tidak
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xcix
4. Apakah guru Penjasorkes saudara lulus sertifikasi guru melalui PLPG?
{ } ya
{ } tidak
5. Apakah guru Penjasorkes saudara merasa layak menerima sertifikat profesi
guru dan mendapat gaji sertifikasi guru?
{ } ya
{ } tidak
6. Apakah guru Penjasorkes saudara dalam melengkapi berkas-berkas portofolio
sesuai/benar dan tidak ada berkas yang dipalsukan?
{ } ya
{ } tidak
7. Apakah saudara setuju dengan program pemerintah tentang sertifikasi guru?
{ } ya
{ } tidak
Beri penjelasan………………………………………………………………….
8. Apakah guru Penjasorkes saudara merasa berat atau sulit saat melengkapi
berkas portofolio untuk sertifikasi guru?
{ } ya
{ } tidak
Beri penjelasan…………………………………………………………………
9. Apakah guru Penjasorkes saudara merasa berat atau sulit saat mengikuti
PLPG?
{ } ya
{ } tidak
Beri penjelasan………………………………………………………………….
10. Apakah guru Penjasorkes saudara sudah merasa cukup berprofesi sebagai guru
yang profesional melalui jalur PLPG yang waktunya relatif singkat?
{ } ya
{ } tidak
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
c
11. Apakah orientasi semua guru gajinya akan bertambah setelah mendapat
tunjangan sertifikasi guru?
{ } ya
{ } tidak
Beri penjelasan………………………………………………………………….
12. Apakah orientasi saudara akan menjadi guru yang profesional setelah
mendapat tunjangan sertifikasi guru?
{ } ya
{ } tidak
Beri penjelasan…………………………………………………………………
13. Apakah kinerja guru Penjasorkes saudara lebih profesional atau lebih baik
setelah mendapat sertifikat sertifikasi guru?
{ } ya
{ } tidak
Beri penjelasan…………………………………………………………………
14. Apakah kinerja guru Penjasorkes saudara masih sama seperti sebelumnya
setelah mendapat sertifikat sertifikasi guru?
{ } ya
{ } tidak
Beri
penjelasan………………………………………………………………….
15. Apakah guru Penjasorkes saudara menerapkan ilmu pengetahuan yang saudara
terima dari kegiatan PLPG?
{ } ya
{ } tidak
Beri penjelasan…………………………………………………………………
16. Apakah guru Penjasorkes saudara menguasai semua materi yang diterima dari
program PLPG?
{ } ya
{ } tidak
Beri penjelasan…………………………………………………………………
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ci
17. Menurut saudara guru Penjasorkes yang lulus sertifikasi melalui jalur
portofolio lebih baik dari guru yang lulus melalui jalur PLPG?
{ } ya
{ } tidak
Beri penjelasan…………………………………………………………………
18. Menurut saudara apakah lebih enak lulus sertifikasi melalui jalur portofolio
daripada melalui jalur PLPG?
{ } ya
{ } tidak
Beri penjelasan…………………………………………………………………
19. Menurut saudara apakah proses sertifikasi guru sangat rumit dan bertele-tele?
{ } ya
{ } tidak
Beri penjelasan…………………………………………………………………
20. Apakah guru Penjasorkes saudara selalu meningkatkan ilmu pengetahuan
dalam kegiatan belajar mengajar setelah memperoleh sertifikat sertifikasi
guru?
{ } ya
{ } tidak
Beri penjelasan…………………………………………………………………
B. Pembelajaran Penjasorkes Model PAIKEM oleh Guru Penjasorkes Pasca
Sertifikasi
21. Apakah guru Penjasorkes saudara mengenal atau mengetahui model
pembelajaran PAIKEM?
{ } ya
{ } tidak
22. Apakah guru Penjasorkes saudara mengetahui model pembelajaran PAIKEM
hanya dari guru lain?
{ } ya
{ } tidak
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
cii
23. Apakah guru Penjasorkes saudara mengetahui model pembelajaran PAIKEM
dari pengembangan ilmu pengetahuan (literatur buku) atau hanya dari PLPG?
{ } ya
{ } tidak
24. Apakah guru Penjasorkes saudara dalam membelajarkan Penjasorkes dengan
model pembelajaran PAIKEM?
{ } ya
{ } tidak
25. Apakah guru Penjasorkes saudara memiliki inovasi-inovasi baru dalam
membelajarkan Penjasorkes, jika sarana tidak tersedia?
{ } ya
{ } tidak
Beri contoh inovasi……………………………………………………………..
26. Apakah guru Penjasorkes saudara menemui masalah dalam membelajarkan
Penjasorkes?
{ } ya
{ } tidak
Beri contohnya………………………………………………………………….
27. Apakah guru Penjasorkes saudara tahu tentang PTK (Penelitian Tindakan
Kelas)?
{ } ya
{ } tidak
Beri penjelasan………………………………………………………………….
28. Apakah guru Penjasorkes saudara pernah membuat PTK?
{ } ya
{ } tidak
Tulis judul PTK…………………………………………………………………
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ciii
29. Apakah setiap dalam pembelajaran Penjasorkes siswa mengalami kesulitan
guru Penjasorkes saudara membuat PTK?
{ } ya
{ } tidak
Beri penjelasan…………………………………………………………………
30. Apakah PTK yang dibuat guru Penjasorkes saudara relevan dengan model
pembelajaran PAIKEM?
{ } ya
{ } tidak
Beri penjelasan………………………………………………………………….
31. Apakah guru Penjasorkes saudara selalu mengembangkan ilmu pengetahuan
tentang masalah pembelajaran Penjasorkes melalui buku-buku yang relevan?
{ } ya
{ } tidak
32. Apakah guru Penjasorkes saudara dalam membelajarkan Penjasorkes hanya
berpedoman pada LKS?
{ } ya
{ } tidak
33. Apakah guru Penjasorkes saudara memiliki referensi-refensi model
pembelajaran PAIKEM sehingga dapat mendukung pembelajaran
Penjasorkes?
{ } ya
{ } tidak
34. Apakah guru Penjasorkes saudara termasuk guru yang tidak peduli dengan
perkembangan ilmu pembelajaran, sehingga dalam membelajarkan
Penjasorkes monoton?
{ } ya
{ } tidak
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
civ
35. Adanya model pembelajaran PAIKEM yang dicanangkan pemerintah apakah
ada perubahan dalam membelajarkan Penjasorkes?
{ } ya
{ } tidak
Jika dalam pengisian penjelasan para guru kurang pada tempat yang tersedia,
mohon dengan hormat dapat ditulis di sebalik halaman/kertas sesuai dengan
nomor item yang dijelaskan.
Mohon dengan hormat dan kesedianannya untuk melampirkan fotokopi
sertifikat sertifikasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
cv
Dokumentasi Try Out
.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
cvi
Dokumentasi Survey
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
cvii