22
1 Apendicitis Acute dan Penatalaksanaannya FadilahSorayaAlhamid 102013336 FakultasKedokteranUniversitas Kristen KridaWacana Jl. Arjuna Utara No.6, Jakarta Barat 11510, No. Telp (021) 5694- 2061 [email protected] Pendahuluan Penyakit inflamasi pada system pencernaan sangat banyak, diantaranya appendicitis. Apendisitis adalah peradangan dari apendiks vermiformis dan merupakan penyebab abdomen akut yang paling sering. 1 Apendiks disebut juga umbai cacing. Kita sering salah kaprah dengan mengartikan apendisitis dengan istilah usus buntu, karena usus buntu sebenarnya adalah sekum. Organ apendiks pada awalnya dianggap sebagai organ tambahan yang tidak mempunyai fungsi tetapi saat inidiketahui bahwa fungsi apendiks adalah sebagai organ imunologik dan secara aktif berperan dalam sekresi immunoglobulin (suatu kekebalan tubuh). Organ ini cukup sering menimbulkan masalah kesehatan dan peradangan akut apendiks yang memerlukan tindakan bedah segera untuk mencegah komplikasi yang umumya berbahaya.

Apendicitis Acute Dan Penatalaksanaannya

  • Upload
    so-ra

  • View
    20

  • Download
    3

Embed Size (px)

DESCRIPTION

makalah appendisitis

Citation preview

Apendicitis Acute dan Penatalaksanaannya

FadilahSorayaAlhamid102013336FakultasKedokteranUniversitas Kristen KridaWacanaJl. Arjuna Utara No.6, Jakarta Barat 11510, No. Telp (021) [email protected]

Pendahuluan Penyakit inflamasi pada system pencernaan sangat banyak, diantaranya appendicitis. Apendisitis adalahperadangan dari apendiks vermiformis dan merupakan penyebab abdomen akut yang paling sering.1 Apendiks disebut juga umbai cacing. Kita sering salahkaprah dengan mengartikan apendisitis dengan istilah usus buntu, karena usus buntu sebenarnya adalah sekum. Organ apendiks pada awalnya dianggap sebagai organ tambahan yang tidak mempunyai fungsi tetapi saat inidiketahui bahwa fungsi apendiks adalah sebagai organ imunologik dan secara aktif berperan dalam sekresi immunoglobulin (suatu kekebalan tubuh). Organ ini cukup sering menimbulkan masalah kesehatan dan peradangan akut apendiks yang memerlukan tindakan bedah segera untuk mencegah komplikasi yang umumya berbahaya.Untuk mengetahui diagnosis penyakit yang diderita pasien harus dilakukan anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang, riwayat penyakit dahulu dan riwayat penyakit keluarga, dan lain-lain.1. AnamnesisNama, umur, alamat, pekerjaan (bisa secara auto maupun alloanamnesis)1Pada scenario perempuan 35 tahun datang dengan keluhan nyeri hebat pada perut kanan bawahnya sejak 6 jam yang lalu. Pasien mengeluh sejak 3 hari yang lalu, ulu hati terasa sakit disertai mual, akan tetapi keluhan tersebut tidak berkurang setelah pasien mengkonsumsi obat maag.2. Keluhan utamaKeluhan nyeri hebat pada perut kanan bawahnya sejak 6 jam yang lalu.3. Riwayat Penyakit Sekarang1 nyeri yang dirasakan sejak kapan, karakter nyeri terus-menerus atau hilang timbul, kapan waktu puncak nyeri terjadi? (pagi, siang, malam) lokasi nyeri yang dirasakan (menyeluruh atau lokalisasi), nyeri tajam atau tumpul? factor nyeri tambah hebat ketika sedang melakukan aktivitas, dalam keadaan posisi tubuh, atau sedang makan apakah ada rasa mual, muntah, atau demam apakah sebelumnya sudah pernah tindakan bedah di perut? pada pasien perempuan tanyakan apakah ada riwayat menstruasi yang tidak teratur? Ada nyeri hebat setelah menstruasi?4. Riwayat Penyakit Dahulu Apakah sebelumnya pernah mengalami seperti ini atau tidak, apakah penyakitnya berulang? ada riwayat penyakit maag, diabetes, hipertensi?5. Riwayat Keluarga Apakah di keluarga ada yang menderita penyakit yang sama?6. Riwayat Pengobatan Sebelumnya apakah sudah pernah berobat ke dokter lain? Kalau sudah terapi apa yang telah di terima? Obatobatan apa yang telah di konsumsi ? apakah keadaan membaik?

7. Riwayat Lingkungan dan Sosial Sebelumnya apakah pasien memiliki kebiasaan makan tidak teratur, atau ada melakukan diet?Pemeriksaan Fisik1Inspeksi Kesadaran umum sakit sedang, kesadaran kompos mentis dan keadaan gizi baik TTV; suhu, nadi, takanan darah, pernapasan dalam batas normal Pembagian abdomen berdasarkan kuadran (LUQ, RUQ, RLQ, LLQ) pada orang kurus Pembagian 9 regio pada orang yang gemuk (hipokondria kanan & kiri, epigastrik, lumbal kanan & kiri, umbilical, iliaka/inguinal kanan dan kiri, hipogastrik. Bentuk abdomen (datar, membuncit/ cekung) & (simetris/asimetris) Warna kulit, lesi kulit (vesikel, pustule, papulo, cisatrik, benjolan, pelebaran pembuluh darah di abdomen) co: hepatoma, mioma, dll Adanya jenis bekas luka operasi atau tidak;Depan: kolesistektomi, laparotomy, reseksi kolon, appendiktomiBelakang: adrenalektomi, nefrektomi Adanya pulsasi dan peristaltik yang terlihat pada dinding abdomenPalpasi ( dilakukan dari bawah-atas abdomen) Memfleksikan kedua kaki pasien sebelum melakukan palpasi Melakukan palpasi acak dan terstruktur Menyentuh bagian perut abdomen (apakah ada nyeri (tajam atau tumpul) , rigiditas, massa/ benjolan, superficial dan dalam, konsistensi, permukaan) Melakuakan palpasi organ; hati, limpa, ginjal Pada apendisitis melakukan palpasi titik McBurney( nyeri tekan), Blumberg sign ( nyeri lepas), Rovsing sign ( kontra lateral), Psoas sign ( tungkai lurus, ditarik ke belakang), Obturator sign (diputar) Pada kolesistitis; Murphy sign (palpasi di bawah arcus costa kanan, minta pasien inspirasi) Pada asites; undulasi (pemeriksaan Shifting dullness bunyi pekak menjadi timpani saat berubah posisi dari tidur ke posisi ke samping: jari untuk perkusi jangan berubah agar mengetahui adanya cairan.Perkusi Perkusi sistematis sesuai kuadran dari atas ke bawah Mencari batas paru-hati (linea midclav kanan kea rah bawah) dan peranjakan hatiAuskultasi Auskultasi pada kuadran abdomen secara sistematis dari atas ke bawah Mendengar bising usus/ perstaltik usus pada masing-masing kuadran selama 1 menit

Working diagnosis: Apendisitis acuteDifferential diagnosis: Mesenteritis akut, adneksitis, kehamilan ektopik tergangu (KET), divertikulitisApendistits1Apendisitis adalah peradangan akibat infeksi pada usus buntu atau umbai cacing (apendiks). Infeksi ini bisa mengakibatkan pernanahan. Bila infeksi bertambah parah, usus buntu itu bisa pecah. Usus buntu merupakan saluran usus yang ujungnya buntu dan menonjol dari bagian awal usus besar atau sekum (cecum). Usus buntu besarnya sekitar kelingking tangan dan terletak di perut kanan bawah. Strukturnya seperti bagian usus lainnya. Namun, lendirnya banyak mengandung kelenjar yang senantiasa mengeluarkan lendir.Apendicitis terdiri atas apendisitis akut dan kronik: Akut Pada kondisi inigejala yang ditimbulkantubuh akan panas tinggi, mual-muntah, nyeri perut kanan bawah, buat berjalan jadi sakit sehingga agak terbongkok, namun tidaksemua orang akan menunjukkangejala seperti ini, bisa juga hanya bersifat meriang, atau mual-muntah saja. Kronik Pada stadium ini gejala yang timbul sedikit mirip dengansakit maag dimana terjadi nyeri samar (tumpul) di daerah sekitar pusar dan terkadang demam yang hilang timbul. Seringkali disertai dengan rasa mual, bahkan kadang muntah, kemudian nyeri itu akan berpindah ke perut kanan bawah dengan tanda-tanda yang khas pada apendisitis akut yaitu nyeri pd titik Mc Burney.Pemeriksaan Penunjang1 Pemeriksaan Laboratorium Pemeriksaan darah : akan didapatkan leukositosis pada kebanyakan kasus appendisitis akut terutama pada kasus dengan komplikasi. Pada appendicular infiltrat, LED akan meningkat Pemeriksaan urin : untuk melihat adanya eritrosit, leukosit dan bakteri di dalam urin. Pemeriksaan ini sangat membantu dalam menyingkirkan diagnosis banding seperti infeksi saluran kemih atau batu ginjal yang mempunyai gejala klinis yang hampir sama dengan appendicitis. Pemeriksaan Colok DuburAkan didapatkan nyeri kuadran kanan pada jam 9-12. Pada appendicitis pelvika akan didapatkan nyeri terbatas sewaktu dilakukan colok dubur. Abdominal X-RayDigunakan untuk melihat adanya fecalith sebagai penyebab appendicitis. Pemeriksaan ini dilakukan terutama pada anak-anak USGBila hasil pemeriksaan fisik meragukan, dapat dilakukan pemeriksaan USG, terutama pada wanita, juga bila dicurigai adanya abses. Dengan USG dapat dipakai untuk menyingkirkan diagnosis banding seperti kehamilan ektopik, adnecitis dan sebagainya Barium enemaYaitu suatu pemeriksaan X-Ray dengan memasukkan barium ke colon melalui anus. Pemeriksaan ini dapat menunjukkan komplikasi-komplikasi dari appendicitis pada jaringan sekitarnya dan juga untuk menyingkirkan diagnosis banding. CT-ScanDapat menunjukkan tanda-tanda dari appendicitis. Selain itu juga dapat menunjukkan komplikasi dari appendicitis seperti bila terjadi abses. LaparoscopiYaitu suatu tindakan dengan menggunakan kamera fiberoptic yang dimasukkan dalam abdomen, appendix dapat divisualisasikan secara langsung. Teknik ini dilakukan di bawah pengaruh anestesi umum. Bila pada saat melakukan tindakan ini didapatkan peradangan pada appendix maka pada saat itu juga dapat langsung dilakukan pengangkatan appendixDifferential diagnosis2 AdneksitisAdneksitis adalah berlaku peradangan pada adneksa. Adneksa mempunyai berbagai definisi. Sebagian sumber mengatakan adneksa adalah tuba falopii dan ovary. Ada sumber mengatakan adneksa adalah tuba falopii, ovary dan jaringan disekitarnya.2 Terdapat juga sumber mengatakan adneksa merupakan kawasan di tuba falopii, ovary dan ligamen di sekitarnya. Dalam arti kata yang lebih mudah, adneksitis adalah berlakunya peradangan dan inflamasi di tuba falopii, ovary dan biasa terkena uterus. Adneksitis juga dapat menjadi salah satu komplikasi akibat apendisitis. Pasien yang menderita adneksitis selalunya mempunyai keluhan demam, vagina mengalami keputihan yang banyak, gangguan menstruasi, mual, muntah dan malaise. Komplikasinya dapat menyebabkan sperma yang ingin membuahi ovary di tuba falopii tidak berlaku karena penyempitan tuba dan lebih parah bias menyebabkan kemandulan pada wanita.1,2 DiverkulitisDiverkulitis berasal dari diverkulosis. Diverkulosis adalah suatu penyakit yang menyerang usus dimana bagian dalam usus membentuk seperti kantong. Jika usus mengalami pembengkakan dan peradangan, dipanggil diverkulitis. Selalunya, diverkulitis terjadi di usus colon. Penyebabnya masih belum diketahui, namun sebagian pakar mengatakan diverkulitis terjadi akibat diet yang kurang serat.2 Apabila diet yang dikonsumsi kurang serat, kolon terpaksa bekerja lebih kuat untuk melakukan proses peristaltic dan tekanan yang tinggi ini dapat menyebabkan berlakunya diverkulosis seterunya menjadi diverkulitis. Peradangan dapat berlaku karena kantong tersebut dipenuhi feses yang mengandungi banyak bakteri sehingga menyebabkan berlakunya peradangan dan infeksi.Gejala diverkulitis dapat berlangsung selama beberapa jam hingga beberapa hari. Gejala yang sering ditemui adalah nyeri di bagian abdomen terutama di kuadran kiri bawah abdomen. Nyeri akan memburuk sewaktu bergerak. Gejala lainnya adalah demam, menggigil, perut kembung, diare, konstipasi, mual, muntah dan hilang nafsu makan. Mesenteritis Mesenteritis ataupun dikenali juga dengan sklerosing mesenteritis merupakan suatu penyakit di mana berlaku nekrosis, inflamasi dan fibrosis jaringan adiposa mesenterium. Gejala bagi mesenteritis dapat dibagi kepada 2 yaitu gejala gastrointestinal dan gejala non-gastrointestinal.2 Gejala gastrointestinal adalah seperti nyeri abdomen, mual, muntah, kembung, hilang nafsu makan, diare dan konstipasi. Gejala non-gastrointestinal pula adalah seperti lelah, penurunan berat badan, keringat pada malam hari dan demam. Kehamilan ektopik Dalam 50 kehamilan, 1 dari 50 kehamilan mengalami kelahiran ektopik dimana telur dibuahi tetap di tuba fallopi, tidak ke uterus. Dalam kasus yang jarang terjadi, telur yang dibuahi menempel pada salah satu ovarium atau organ lain dalam abdomen. Paling sering, kehamilan ektopik terjadi dalam beberapa minggu pertama kehamilan. Dokter biasanya menemukan kejadian kehamilan ektopik pada minggu ke-8 kehamilan. Pada kehamilan ektopik, bayi selalunya tidak dapat bertahan untuk hidup meskipun dalam kasus yang sangat jarang dijumpai bayi mungkin dapat meneruskan hidup. Gejala yang dijumpai pada penderita ektopik selalunya seperti kehamilan normal yaitu menstruasi mengalami keterlambatan, payudara mengendur, kelelahan, mual dan peningkatan pembuangan urin. Selain itu, pasien akan mulai mengalami gejala awal kehamilan ektopik seperti perdarahan vagina yang ringan dan nyeri abdomen serta nyeri pelvis terutama setelah 6-8 minggu keterlambatan menstruasi. Apabila kehamilan sudah berkembang, pasien akan mengalami nyeri abdomen yang memburuk apabila bergerak. Nyeri ini bermula di satu bagian abdomen dan kemudian akan merebak di bagian pelvis. Pasien juga akan mengalami perdarahan vagina yang parah, nyeri saat melakukan hubungan seksual atau pemeriksaan pelvis, mual, pengsan dan mempunyai tanda-tanda syok.Etiologi ApendisitisPenyebab apendisitis belum sepenuhnya dimengerti tapi pada kebanyakan kasus, peradangan dan infeksi usus buntu mungkin didahului oleh adanya penyumbatan di dalam ususbuntu. Bila peradangan berlanjut tanpa pengobatan, usus buntu bisa pecah. Apendisitis umumnya terjadi karena infeksi bakteri.3 Berbagai hal berperan sebagai faktor pencetusnya, diantaranya adalah obstruksi yang terjadi pada lumenapendiks. Obstruksi ini biasanya disebabkan karena adanya timbunan tinja yang keras (fekalit), hiperplasia jaringan limfoid, tumor apendiks, striktur,benda asing dalam tubuh, dan cacing askaris dapat pula menyebabkan terjadinya sumbatan.Namun, diantara penyebab obstruksi lumen yang telah disebutkan di atas, fekalit dan hiperplasiajaringan limfoid merupakan penyebab obstruksi yang paling sering terjadi. Penyebab lain yangdiduga menimbulkan apendisitis adalah ulserasi mukosa apendiks olehparasitE. histolyticaUsus buntu yang pecah bisa menyebabkan : masuknya kuman usus ke dalam perut, menyebabkan peritonitis, yang bisa berakibat fatal terbentuknya abses pada wanita, indung telur dan salurannya bisa terinfeksi dan menyebabkan penyumbatan padasaluran yang bisa menyebabkan kemandulan- masuknya kuman ke dalam pembuluh darah (septicemia ), yang bisa berakibat fatal. EpidemiologiApendisitis paling sering ditemukan pada usia 20 sampai 40 tahun. Penyakit ini jarang ditemukan pada usia yang sangat muda atau orang tua, dikarenakan bentuk anatomis apendiks yang berbeda pada usia tersebut.3 Penelitian epidemiologi menunjukkan peranan kebiasaan mengkonsumsi makanan rendah serat dan pengaruh konstipasi terhadap timbulnya penyakit apendisitis. Tinja yang keras dapat menyebabkan terjadinya konstipasi. Kemudian konstipasi akan menyebabkan meningkatnya tekanan intrasekal yang berakibat timbulnya sumbatan fungsional apendiks dan meningkatnya pertumbuhan kuman flora kolon biasa. Semua ini akan mempermudah timbulnya apendisitis.Manifestasi klinikApendisitis memiliki gejala kombinasi yang khas, yang terdiri dari mual, muntah dan nyeri yang hebat di perut kanan bagian bawah. Nyeri bisa secara mendadak dimulai di perut sebelah atas atau disekitar pusar, lalu timbul mual dan muntah. Setelah beberapa jam, rasa mual hilang dan nyeri berpindah ke perut kanan bagian bawah.4 Jika dokter menekan daerah ini,penderita merasakan nyeri tumpul dan jika penekanan ini dilepaskan, nyeri bisa bertambah tajam.Demam bisa dialamioleh pasien danboleh mencapai 37,8-38,8 Celsius. Pada bayi dan anak-anak, nyerinya bersifat menyeluruh, di semua bagian perut. Pada orang tua dan wanita hamil, nyerinya tidak terlalu berat dan di daerah ini nyeri tumpulnya tidak terlalu terasa. Bila usus buntu pecah, nyeri dan demam bisa menjadi berat. Kadang kalabisa menyebabkan syok. Gejala awal yang khas, yang merupakan gejala klasik apendisitis adalah nyeri samar(nyeri tumpul) di daerah epigastrium di sekitar umbilikus atau periumbilikus. Keluhan inibiasanya disertaidenganrasa mual,bahkan terkadang muntah,dan pada umumnya nafsumakan menurun.4 Kemudian dalam beberapa jam, nyeri akan beralih ke kuadran kanan bawah, ke titikMc Burney. Di titik ini nyeri terasa lebih tajam dan jelas letaknya, sehingga merupakan nyerisomatik setempat. Namun terkadang, tidak dirasakan adanya nyeri di daerah epigastrium, tetapiterdapat konstipasi sehingga penderita merasa memerlukan obat pencahar. Tindakan ini dianggapberbahayakarena bisamempermudah terjadinyaperforasi. Terkadangapendisitisjugadisertaidengan demam derajat rendah sekitar 37,5 -38,5 Celcius. Selain gejala klasik, ada beberapa gejala lain yang dapat timbul sebagai akibat dari apendisitis. Timbulnya gejala ini bergantung pada letak apendiks ketika meradang. Berikut gejala yang timbul tersebut.51. Bila letak apendiks retrosekal retroperitoneal, yaitu di belakang sekum (terlindung olehsekum), tanda nyeri perut kanan bawah tidak begitu jelas dan tidak ada tanda rangsanganperitoneal. Rasa nyeri lebih kearah perut kanan atau nyeri timbul pada saat melakukan gerakan seperti berjalan, bernapas dalam, batuk, dan mengedan. Nyeri ini timbul karena adanya kontraksi m.psoas mayor yang menegang dari dorsal.2. Bila apendiks terletak di ronggapelvis. Bila apendiks terletak di dekat atau menempel pada rektum, akan timbul gejala danrangsangan sigmoid atau rektum, sehingga peristalsis meningkat, pengosonganrektumakan menjadi lebih cepat dan berulang-ulang (diare).Bila apendiks terletak di dekat atau menempel pada kandung kemih, dapat terjadipeningkatan frekuensi kemih, karena rangsangannya dindingnya.5 Gejala apendisitis terkadang tidak jelas dan tidak khas, sehingga sulit dilakukan diagnosis, dan akibatnya apendisitis tidak ditangani tepat pada waktunya, sehingga biasanya baru diketahui setelah terjadi perforasi. Berikut beberapa keadaan dimana gejala apendisitis tidak jelas dan tidak khas.. Pada anak-anakGejala awalnya sering hanya menangis dan tidak mau makan. Sering kali anak tidak bisa menjelaskan rasa nyerinya.5 Dan beberapa jam kemudian akan terjadi muntah- muntah dan anakmenjadi lemah dan letargik. Karena ketidakjelasan gejala ini, sering apendisitis diketahui setelahperforasi. Begitupun pada bayi, 80-90 % apendisitis baru diketahui setelah terjadi perforasi.. Pada orang tua berusia lanjut Gejala sering samar-samar saja dan tidak khas, sehingga lebih dari separuh penderitabaru dapat didiagnosis setelah terjadiperforasi.. Pada wanitaGejala apendisitis sering dikacaukan dengan adanya gangguan yang gejalanya serupadengan apendisitis, yaitu mulai dari alat genital (proses ovulasi, menstruasi), radang panggul,atau penyakit kandungan lainnya.5 Pada wanita hamil dengan usia kehamilan trimester, gejala apendisitis berupa nyeri perut, mual, dan muntah, dikacaukan dengan gejala serupa yang biasa timbul pada kehamilan usia ini. Sedangkan pada kehamilan lanjut, sekum dan apendiks terdorong ke kraniolateral, sehingga keluhan tidak dirasakan di perut kanan bawah tetapi lebih keregio lumbal kanan.PatofisiologiPatologi apendisitis berawal di jaringan mukosa dan kemudian menyebar ke seluruh lapisan dinding apendiks. Jaringan mukosa pada apendiks menghasilkan mukus (lendir) setiapharinya. Terjadinya obstruksi menyebabkan pengaliran mukus dari lumen apendiks ke sekum menjadi terhambat.5 Makin lama mukus makin bertambah banyak dan kemudian terbentuklah bendunganmukusdidalamlumen. Namun,karenaketerbatasanelastisitas dindingapendiks, sehingga hal tersebut menyebabkan terjadinya peningkatan tekanan intralumen. Tekanan yang meningkat tersebut akan menyebabkan terhambatnya aliran limfe, sehingga mengakibatkan timbulnya edema, diapedesis bakteri, dan ulserasi mukosa. Pada saat inilah terjadi apendisitis akut fokal yang ditandai olehnyeri di daerah epigastrium di sekitar umbilikus. Jika sekresi mukus terus berlanjut, tekanan intralumen akan terus meningkat. Halini akan menyebabkan terjadinya obstruksi vena, edema bertambah, dan bakteri akan menembus dinding apendiks. Peradangan yang timbul pun semakin meluas dan mengenai peritoneum setempat, sehingga menimbulkan nyeri di daerah perut kanan bawah. Keadaan ini disebut dengan apendisitis supuratif akut. 5Bila kemudian aliran arteri terganggu, maka akan terjadi infarkdinding apendiks yang disusul dengan terjadinya gangren. Keadaan ini disebut dengan apendisitis ganggrenosa. Jika dinding apendiks yang telah mengalami ganggren ini pecah, ituberarti apendisitis berada dalam keadaan perforasi. Sebenarnya tubuh juga melakukan usaha pertahanan untuk membatasi proses peradangan ini. Caranya adalah dengan menutup apendiks dengan omentum, dan usus halus, sehingga terbentuk massa periapendikuler yang secara salah dikenal dengan istilah infiltrat apendiks.5 Didalamnya dapat terjadi nekrosis jaringan berupa abses yang dapat mengalami perforasi. Namun jikatidakterbentukabses apendisitisakansembuhdanmassa periapendikuler akanmenjadi tenang dan selanjutnya akan mengurai diri secara lambat.Pada anak-anak, dengan omentum yang lebih pendek, apendiks yang lebih panjang, dan dinding apendiks yang lebih tipis, serta daya tahan tubuh yang masih kurang, memudahkan terjadinya perforasi. Sedangkan pada orang tua, perforasi mudah terjadi karena adanya gangguan pembuluhdarah Apendiksyangpernah meradangtidakakansembuh dengansempurna, tetapi akan membentuk jaringan parut. Jaringan ini menyebabkan terjadinya perlengketan dengan jaringan sekitarnya.6 Perlengketan tersebut dapat kembali menimbulkan keluhan pada perut kananbawah.Padasuatusaatorganinidapatmengalamiperadangankembalidandinyatakan mengalami eksaserbasi.Tata laksana6Pre operatifObservasi ketat, tirah baring dan puasa. Pemeriksaan abdomen dan rektal serta pemeriksaan darah dapat diulang secara periodic. Foto abdomen dan toraks dapat dilakukan untuk mencari penyulit lain. Antibiotic intravena spectrum luas dan analgesic dapat diberikan. Pada perforasi apendiks perlu diberikan resusitasi cairan sebelum operasi.6Operatif Apendektomi terbuka: dilakukan dengan insisi transversal pada kuadran kanan bawah (davis-Rockey) atau insisi oblik (McArthur McBurney). Pada diagnosis belum jelas dapat dilakukan insisi subumblikal pada garis tengah.Laparoskopi apendektomi: teknik operasi dengan luka dan kemungkinan infeksi lebih kecil.Pasca operatifPerlu dilakukan observasi tanda vital untuk mengantisipasi adanya perdarahan dalam syok, hipertermia, atau gangguan pernapasan. Pasien dibaringkan dalam posisi Fowler dan selama 12 jam dipuasakan terlebih dahulu.6 Pada operasi dengan perforasi atau peritonitis umum puasa dilakukan hingga fungsi usus kembali normal. Secara bertahap pasien diberi minum, makanan saring, makanan lunak, dan makanan biasa.Komplikasi7Perforasi usus, peritonoitis umum, abses apendiks, sepsis, obstruktif usus.Komplikasi yang paling sering dari appendicitis adalah perforasi (pelubangan). Perforasi dari appendix dapat menjurus pada bisul nanah periappendiceal (koleksi dari nanah yang terinfeksi) atau diffuse peritonitis (infeksi dari seluruh lapisan perut dan pelvis). Alasan utama untuk perforasi appendiceal adalah penundaan dalam diagnosis dan perawatan.7 Pada umumnya, lebih lama penundaan antara diagnosis dan operasi, lebih mungkin perforasinya. Risiko perforasi 36 jam setelah timbulnya gejala adalah paling sedikit 15%. Oleh karenanya, sekali appendicitis di diagnosa, operasi harus dilakukan tanpa penundaan yang tidak perlu.Komplikasi yang kurang umum dari appendicitis adalah rintangan dari usus. Rintangan terjadi ketika peradangan yang mengelilingi appendix menyebabkan otot usus untuk berhenti bekerja, dan ini mencegah dikeluarkannya isi-isi usus.7 Jika usus diatas rintangan mulai terisi dengan cairan dan gas, perut menggelembung danmual dan muntah mungkin terjadi. Maka kemudian mungkin diperlukan untuk mengalirkan isi-isi dari usus melalui tabung yang dimasukan melaui hidung dan esophagus dan kedalam lambung dan usus.Komplikasi yang ditakutkan dari appendicitis adalahsepsis, kondisi dimana bakteri yang menginfeksi memasuki darah dan berjalan ke bagian-bagian lain tubuh. Ini adalah komplikasi yang serius bahkan mengancam nyawa.PrognosisPrognosis apendisitis umumnya baik jika dilakukan diagnosis dini dan terapi yang tepat.7PenutupDiagnosis apendisitis dapat ditegakkan melalui tiga hal yaitu anamnesis, pemeriksaan fisik, serta pemeriksaan penunjang jika diperlukan. Penegakan diagnosis yang tepat pada apendisitis dapat mengurangi komplikasi yang terjadi serta mengurangi tingkat morbiditas dan mortalitas.Daftar pustaka. Henry MM, Thompson JN. Acute appendicitis. Dalam: Clinical surgery. Edisi ke-3. Philadelphia: Elsevier Saunders: 2012.. Kumar. Et.al. Buku ajar patologi robbins. Volume 2 Edisi 7. Jakarta:EGC:2007. Tanto C, Liwang F, Hanifati S, Pradipta EA. Kapita selekta kedokteran. Edisi ke-4. Media Aesculapius: Jakarta: 2014. Schwartz, Seymour. Intisari prinsip-prinsip ilmu bedah: Penerbit Buku Kedokteran, Jakarta:EGC:2000. R. Sjamsuhidajat, Wim de Jong.Buku ajar ilmu bedah.Jakarta: EGC:2004. Ndraha S. Bahan ajar gastroenterohepatologi: Penerbit Buku Biro Publikasi Fakultas Kedokteran UKRIDA, Jakarta:2012. Setiati S, Alwi I, Sudoyo AW. Buku ajar ilmu penyakit dalam. Jilid II Edisi ke-4. Interna Publishing, Jakarta:2014

1