11

Click here to load reader

Anti Korosi

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Anti Korosi

Kolokium Puslitbang Jalan dan Jembatan TA. 2008

KERUSAKAN AKIBAT KOROSI PADA KOMPONEN BAJA JEMBATAN

Damaged of Bridge Steel Component Against Corrosion

Lien Suharlinah1,Hadi Gunawan Sonjaya2

Pusat Penelitian dan Pengembangan Jalan Dan JembatanBadan Penelitian dan Pengembangan, Departemen Pekerjaan Umum

ABSTRAK

Indonesia merupakan negara kepulauan yang beriklim tropis dengan tingkat curah hujan dan kelembaban yang tinggi serta intensitas sinar matahari yang tinggi pula, dan sebagai negara berkembang, di Indonesia juga banyak bermunculan industri-industri yang mempunyai pengaruh cukup besar terhadap tingkat pencemaran pada lingkungan. Tingkat curah hujan, kelembaban, intensitas sinar matahari serta polutan yang cukup tinggi mempunyai pengaruh yang cukup besar terhadap komponen baja jembatan, dimana faktor-faktor tersebut dapat menyebabkan terjadinya proses korosi pada komponen baja yang lebih cepat.

Komponen-komponen baja terutama pada jembatan rangka baja atau tiang pancang pipa baja apabila tidak dilindungi sangat rentan terkena serangan korosi, dimana baja yang terbuka terhadap pengaruh cuaca atau zat-zat pencemar dari udara akan mengalami korosi akibat reaksi besi yang merupakan komponen utama pada baja dengan adanya oksigen serta air, hal ini terjadi karena baja tidak stabil dalam keadaan alamiah, baja ingin kembali ke bentuk semula (besi). Karat/ korosi pada baja secara kimiawi serupa dengan bahan asalnya (bijih besi atau ertsa), kecepatan proses korosi ini bergantung pada kelembaban, demikian juga dengan adanya ion – ion klorida atau garam dapat mempercepat proses korosi. Akibat korosi pada komponen baja adalah sebagian penampang baja akan termakan oleh korosi sehingga penampang kerja baja menjadi lebih kecil sehingga mempengaruhi kekuatan dan kekakuan dari struktur baja tersebut.

Fungsi jembatan sangat vital sebagai prasarana pembangunan dan peningkatan perekonomian sehingga sangatlah perlu untuk menjaga dan melindungi fungsi dan kegunaan jembatan tersebut terutama dalam hal ini jembatan-jembatan rangka baja dan juga komponen-komponen tiang pancang pipa baja dari kerusakan akibat serangan korosi agar jembatan tersebut dapat berfungsi sesuai dengan umur yang direncanakan atau bahkan selama mungkin. beberapa cara pencegahan dan atau penanggulangan serangan korosi pada komponen baja diantaranya adalah dengan melindungi atau melapisi permukaan baja dengan proses galvanisasi atau pengecatan, penggunaan sistem proteksi anodik-katodik dan lain-lain sesuai dengan kondisi lingkungan dimana komponen baja tersebut berada.

Kata kunci : Lingkungan, komponen baja, korosi, penanggulangan

Page 2: Anti Korosi

Kolokium Puslitbang Jalan dan Jembatan TA. 2008

ABSTRACT

Indonesia is a maritim country which is have tropical climate with rainfall and high humidity level and also high sunshine intensity, and as a developing country, in Indonesia many industries pop out that influence to contamination level at environment. Rainfall level, humidity, sunshine intensity and also polutans have influence to bridge steel components, where these factors can accelerate the corrosion process.

Steel bridge components especially in steel truss bridge or steel pipe piling are very easy to be attacked by corrosion, exposure to weather or polutans from the air will experience corrosion effect of iron reaction of the main component of steel with existence of oxygen and water. This process occurs because is steel is unstable in nature and steel wishes to become initial iron. Rust / corrosion of steel is chemically similar to initial ertsa source of iron. Rate of this corrosion process depends on humidity, and also on the presence of chloride ions or salt. The effect of corrosion for steel components is some loss of steel dimension by corrosion so steel dimension becomes smaller and it could influence both the inertia and strength of the steel structure.

Bridge function is very vital for development and improvement of economics, so that it is important to protect the function of the bridge, especially steel truss bridges as well as steel pipe piling against damage effects of corrosion attack, so the bridge can function according to the designed life or even longer. There are some methods to prevent the steel components by protecting or surface layers with galvanisation process or painting, usage of anodic-cathodic protection system and others according to condition of the environment of the location of the bridge.

Keywords : Environment, Steel component, Corrosion, Prevention

1. PENDAHULUANSalah satu penyebab kerusakan pada jembatan yakni terjadinya korosi pada komponen baja. Korosi sendiri biasanya diartikan sebagai proses menurunnya mutu baja akibat bereaksi dengan lingkungannya secara elektrokimia. Dalam pembicaraan sehari-hari kita mengenal istilah karat atau pengkaratan, yang tidak lain merupakan produk dari proses korosi. Besi, logam seperti baja, seng, dan alumunium merupakan bahan dasar konstruksi dan bahan kebutuhan lainnya yang mempunyai peranan sangat besar dalam perekonomian nasional. Bahan-bahan ini secara alamiah adalah tidak stabil dan akan mengalami kerusakan akibat pengaruh lingkungan.

Indonesia yang beriklim tropis dengan curah hujan tinggi serta intensitas sinar matahari/ultra violet tinggi merupakan salah satu lingkungan yang korosif apalagi dengan adanya polusi industri, udara air laut, sungai dan keadaan pasang surut air laut dapat menambah semakin cepatnya proses korosi terhadap material-material logam sehingga diperlukan suatu perhatian dan penanganan serius untuk menanggulangi kerusakan yang diakibatkan oleh proses korosi tersebut.

Saat ini sudah banyak cara atau metoda yang dilakukan untuk mencegah atau menanggulangi kerusakan pada komponen baja serta material logam lainnya, diantaranya yaitu dengan cara pengecatan, galvanisasi, sistem proteksi katodik khususnya pada tiang pancang baja dan lain-lain.

Page 3: Anti Korosi

Kolokium Puslitbang Jalan dan Jembatan TA. 2008

Fungsi jembatan sangat vital sebagai prasarana pembangunan ekonomi maka dipandang perlu untuk menjaga agar daya tahan/ usia pakai jembatan yang telah dibangun maupun yang akan dibangun dapat bertahan selama mungkin. Tujuan ini dapat dicapai antara lain dengan menerapkan cara penanggulangan korosi yang tepat.

2. TEORI KOROSIBanyak teori korosi logam yang telah dikemukakan oleh para ahli, tetapi rupanya teori elektrokimia telah diterima. Karena teori ini telah dapat menerangkan peristiwa-peristiwa korosi dan dapat digunakan sebagai landasan teknik penanggulangan korosi.

Marilah kita lihat bahwa peristiwa korosi logam seng dalam larutan asam klorida yang reaksinya dapat ditulis sebagai berikut:

Zn + 2HCl ZnCl2 + H2 .................................................................................(1)

Asam klorida dan seng klorida larut dalam larutan, sehingga reaksinya adalah sebagai berikut:

Zn + 2H+ +2Cl- Zn ++ + 2Cl- + H2 ..................................................................(2)

Dalam reaksi (2): ion klorida tidak ambil bagian dalam proses korosi seng. Sehingga reaksinya adalah sebagai berikut:

Zn + 2H+ Zn ++ + H2 .....................................................................................(3)

Dari reaksi (3) kita dapat melihat bahwa dalam proses korosi terjadi dua jenis reaksi yang berlangsung bersamaan, yaitu reaksi (4) atau (5) sebagai berikut:

Zn Zn ++ + 2e , reaksi oksidasi ........................................................... (4)2H + + 2e H2 , reaksi reduksi ............................................................. (5)

Zn + 2H+ Zn ++ + H2 ..................................................................................... (3)

Reaksi (4) adalah oksidasi dari proses terkorosi logam seng yang terjadi di daerah yang bersifat anodik atau anoda oleh karena yang terjadi didaerah yang bersifat anodik. Reaksi (5) yang berlangsung serempak, adalah reaksi reduksi yang disebut juga reaksi katodik yang terjadi di daerah yang bersifat katodik atau katoda.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan proses korosi di lingkungan basah dapat terjadi bila tiga syarat dipenuhi yaitu:

1. ada anoda dimana reaksi anodik terjadi2. ada katoda dimana reaksi katodik terjadi3. ada lingkungan yang bersifat elektrolit

Kondisi lingkungan atmosfir di Indonesia pada umumnya basah, dimana kelembaban rata-rata sekitar 85%, pada nilai ini bila udara mengandung debu atau polusi akan terjadi pengembunan sehingga praktis kondisi lingkungan basah terdapat air hujan pada umumnya bersifat asam dengan pH 5. Didaerah - daerah industri keasaman semakin tinggi atau pH nya lebih rendah dari 5. Reaksi kimia pada lingkungan air sekitar elemen baja akan memberikan pengaruh kerusakan korosi bila terdapat beberapa faktor pendukungnya, yaitu keasaman air, resistivity, dan potensial, sebagaimana terlihat dalam gambar 1 berikut :

Page 4: Anti Korosi

Kolokium Puslitbang Jalan dan Jembatan TA. 2008

Gambar 1. Diagram potensial-pH teoritis untuk baja

Korosi baja adalah penurunan kualitas baja karena terjadinya reaksi kimia atau elektrokimia, antara baja dengan lingkungannya, sebagai contoh; apabila baja dicelupkan dalam air akan terlihat bagian baja yang terkorosi (berkarat).

Bagian baja yang terkorosi disebut anodik dan bagian baja yang tidak terkorosi disebut katodik.

Page 5: Anti Korosi

Kolokium Puslitbang Jalan dan Jembatan TA. 2008

Proses terbentuknya karat dapat dijelaskan dalam gambar 2 dan reaksi kimia dibawah ini:

Reaksi-reaksi elektrokimiawi terjadi dalam lingkungan netral

Pada anoda: Fe Fe2+ + 2e- (reaksi oksidasi)Pada katoda : H2O + 1/2O 2 + 2e - 2OH - (Reaksi reduksi)

Reaksi total : Fe + 1/2O2 + H2O Fe2+ + 2OH-

Fe2+ + 4OH- 2Fe(OH)2 2Fe(OH) + 1/2O2 2FeO (OH) H2O (2H2O+Fe3O4)

Karat

Korosi Akibat Polusi UdaraUdara terutama didaerah industri dan perkotaan banyak dikotori oleh gas-gas industri yang mengandung bahan kimia pembentuk garam, misalnya: sulfat, klorida, nitrat dan garam elektrolit lainnya. Didaerah industri pengaruh terbesar disebabkan oleh sulfat.

Korosi akibat polusi udara yang mengandung SO2 dan proses terbentuknya bisul karat dapat dijelaskan dengan gambar 3 dan reaksi kimia sebagai berikut:

Gambar 2. Korosi dari baja di bawah titik air

Tetesan air(Elektrolit)

Udara

Lingkaran Karat

Terbentuk alkali

Penyerangan anodis

Tidak terserangBaja

Garam Fe(II) Jalan masuk O2 yang

lebih mudah

Udara

Arah kationenArah anionArah anion

Arus elektron

Page 6: Anti Korosi

Kolokium Puslitbang Jalan dan Jembatan TA. 2008

Gambar 3. Penampang skematis suatu bisul karat

Reaksi elektrokimiawi yang terjadi adalah sebagai berikut:

1. reaksi permulaan:

4Fe+4SO2+4O2 4FeSO4 ………………………………………………..(1)

2. reaksi penerus:

4Fe SO4+O2 + 6H2O 4FeOOH+4H2SO4 ……………………………..(2) (karat)

4H2SO4+4Fe+2O2 4FeSO4 +4H2O …………………………………..(3)

Dari reaksi (2) terlihat bahwa pada permukaan baja selalu terbentuk asam sulfat, reaksi ini akan berjalan terus (bisul karat kian membesar) sampai sisa asam sulfat terpakai habis.

Pencemaran udara oleh gas-gas industri merupakan ancaman besar bagi konstruksi baja yang berada disekelilingnya.

Jenis-jenis pencemaran udara dapat dilihat dalam gambar 4 di bawah ini:

FeSO4xH

2O Fe++

SO4-

FeOOH2e- + 1/2O

2 + H

2O – 2OH-

Fe++ + 2OH- FeOH2

Baja

O2

H2O

Page 7: Anti Korosi

Kolokium Puslitbang Jalan dan Jembatan TA. 2008

Asal Jenis Pencemaran Bahan yang terkandung

Pembakaran batu bara, minyak bumi, bahan bakar, gas, hoeq

Gas pembuangan

Rupa

Abu

CO2SO2H20N

Persenyawaan hydro carbon yang tidak terbakarOxida yang tidak terlarut dalam air, silikali dan sulfat dari Al, Ca, Si, Fe dan Mg

Klorida dan sulfat dari Na, K dan Mg yang larut dalam air

Proses produksi di industri kimia

Gas pembuangan

uap

debu

Gas clor (clr)HCLH2SGas2, NO2, N2O3

Amonia (NH3)Salamak (NH4Cl)Pelarut organik

Persenyawaan kalium misalnya karbid semen al mineral

Pembusukan zat organik dalam tanah, sungai, kali dan kotoran ternak

Biogas dan uap Methan(CH4;CO2)N2, H2SAmoniak

Gambar 4. Jenis pencemaran udara

Pengaruh lingkungan yang terpenting menyebabkan korosi baja adalah :1. udara atmosfer dan kotoran2. air dan kelembaban udara3. gas industri4. tanah5. bahan kimia (basa, asam, dll)

3. PENGENDALIAN KOROSI Berdasarkan uraian-uraian di atas mengenai proses terjadinya korosi dan bahaya yang dapat ditimbulkannya terhadap komponen baja khususnya pada jembatan, maka perlu dilakukan cara-cara atau metode dalam rangka mengendalikan dan menangani proses korosi tersebut diantaranya dengan cara pengecatan, galvanisasi dan sistem proteksi katodik.

Page 8: Anti Korosi

Kolokium Puslitbang Jalan dan Jembatan TA. 2008

3.1 Pengecatan Permukaan LogamCara ini merupakan suatu cara pengendalian korosi yang sudah umum dilakukan. Lingkungan dimana struktur baja jembatan yang perlu diberi pengecatan berada dapat dibagi dalam 2 golongan besar lingkungan yaitu lingkungan atmosfir dan lingkungan air, lingkungan-lingkungan ini berbeda satu sama lain baik secara fisik maupun komposisi kimia dari faktor-faktor yang mempengaruhi kecepatan korosi.

1. Lingkungan Atmosfir

lingkungan atmosfir dilihat dari segi masalah korosi terbagi dalam 4 golongan utama yaitu:

a. Pantai Tanpa Polusi

Udara di daerah ini sangat korosif karena mengandung partikel-partikel halus dari garam laut yang terbawa oleh angin laut, daerah ini meliputi lokasi sampai jarak + 3 Km dari pantai.

b. Pantai Dengan Polusi

Udara di daerah ini sangat korosif sehingga mengandung partikel-partikel halus dari garam laut yang terbawa oleh angin laut juga mengandung kotoran hasil pabrik-pabrik misalnya sulfur dioksida, alkali, asam. Kecepatan korosi didaerah ini sangat tinggi.

c. Pedalaman Tanpa Polusi

Udara di daerah ini cukup korosif, pada umumnya sedikit mengandung kotoran bahan-bahan kimiamisalnya asam alkali, sulfur dioksida tetapi mengandung debu-debu organik dan anorganik. Umumnya daerah ini meliputi lokasi dengan jarak >3 Km dari pantai.

d. Pedalaman Dengan Polusi

Udara di daerah ini korosif karena banyak mengandung kotoran hasil pabrik misalnya sulfur dioksida, alkali, asam. Kecepatan korosi didaerah ini tinggi.

2. Lingkungan Air

Lingkungan air dilihat dari segi masalah korosi terbagi dalam 2 golongan utama yaitu:

a. Air Tawar

Air tawar menjadi lingkungan korosi karena mengandung mineral-mineral, kotoran-kotoran yang dibuat oleh manusia dan dari alam sendiri. Misalnya oksigen terlarut, garam-garam klorida dari laut, buangan industri berupa sulfide-sulfida, karbon dioksida dari hasil pembakaran.

b. Air Payau

Air payau sangat korosif karena merupakan suatu campuran dari air tawar dan air laut.

Umur Proteksi Cat Umur proteksi cat adalah jangka waktu antara selesainya pelaksanaan pengecatan dengan dimulainya pelaksanaan pemeliharaan pertama, misalnya: umur proteksi cat 5 tahun, maksudnya: jangka waktu antara selesainya pelaksanaan pengecatan dengan dimulainya pelaksanaan pemeliharaan pertama adalah 5 tahun. Kategori umur proteksi cat dapat dilihat dalam Tabel 1. berikut:

Page 9: Anti Korosi

Kolokium Puslitbang Jalan dan Jembatan TA. 2008

Tabel 1. Kategori Umur Proteksi Cat

No Kategori Cat Umur Proteksi, Tahun

1.2.3.4.

Proteksi jangka pendek (Short-term protection)Proteksi jangka sedang (medium-term protection)Proteksi jangka panjang (Long-term protection)Proteksi jangka sangat panjang (Very long-term protection)

<55

10>10

Berdasarkan efisiensi dan ekonomis, umur proteksi cat untuk struktur baja jembatan ditetapkan sebagai berikut:

- Untuk jembatan bentang < 30 meter, umur proteksi cat 5 tahun (medium-term protection)- Untuk jembatan bentang > 30 meter, umur proteksi cat 10 tahun (long-term protection)

Persiapan permukaan, mutu cat, pelaksanaan pengecatan, jumlah lapisan cat / tebal lapisan cat dan kondisi lingkungan / iklim menyebabkan umur proteksi cat bervariasi dari 1 sampai 10 tahun. Apabila struktur baja jembatan berada dalam lingkungan yang sangat korosif dan pengecatan dilaksanakan dengan menggunakan mutu cat yang kurang baik serta persiapan permukaan juga kurang baik/bersih maka cat akan rusak jauh sebelum umur proteksi cat yang diinginkan tercapai.

3.2 GalvanisasiGalvanisasi merupakan suatu proses pelapisan besi atau baja dengan logam lain atau platting tergantung dari bahan logam yang dipakai sebagai bahan pelapis, misalnya vernekel apabila nikel yang digunakan sebagai pelapis, verkrom apabila krom yang digunakan sebagai pelapis dan lain-lain. Proses galvanisasi dilakukan dengan cara mengalirkan arus listrik searah pada permukaan besi yang akan dilapisi kedalam larutan yang mengandung logam pelapis yang disebut proses elektrolitik, di Indonesia proses ini secara umum disebut elektro platting. Saat ini telah dikenal suatu metoda baru galvanisasi yaitu dengan cara Hot Dip Galvanize dimana bahan pelapis yang dipakai hanya seng yang dilelehkan pada suhu 445 °C – 462 °C. Prinsip dari metoda ini adalah memisahkan komponen baja dari lingkungannya dengan lapisan seng sehingga komponen baja menjadi katodik (tidak terkorosi) dan lapisan seng menjadi anodik (terkorosi). Standar bahan baku seng yang dipakai pada industri Hot Dip Galvanize paling tidak harus pada kemurnian 98,5 % . Standar ketebalan lapisan menurut ASTMA 123, AS 153, BS 729 maupun JIS H 0401, JIS H 8641 yang berlaku untuk Hot Dip Galvanize mempunyai spesifikasi sama.

3.3 Proteksi KatodikProteksi katodik adalah suatu teknik penanggulangan korosi komponen baja jembatan, khususnya pada bagian tiang pancang pipa baja yang berada dalam lingkungan air dan atau tanah karena pada bagian tersebut relatif sulit dilakukan teknik penanggulangan korosi dengan teknik yang lebih murah yaitu pengecatan. Pada prinsipnya, korosi terjadi karena adanya aliran elektron dari bagian tiang pancang pipa baja (anoda) yang diikuti dengan perubahan logam menjadi ion logam (karat) ke bagian tiang pancang pipa baja lain yang karena kualitas baja atau kondisi lingkungannya menjadi katoda. Pada proteksi katodik, terjadinya kerusakan baja akibat aliran elektron dari anoda ke katoda ditanggulangi dengan memberikan pasokan elektron secukupnya pada seluruh struktur baja yang dilindungi atau dengan kata lain menjadikan seluruh struktur baja tersebut menjadi katoda yang kaya akan elektron. Dilihat dari cara memasok elektron, proteksi katodik terbagi dalam dua cara, yaitu:

Page 10: Anti Korosi

Kolokium Puslitbang Jalan dan Jembatan TA. 2008

a) Metoda arus terpasang (impressed current) yaitu pasokan elektron dilakukan dengan cara menghubungkan tiang pancang pipa baja dengan katoda pada suatu sumber listrik. Metoda ini menggunakan sumber arus searah dari luar, misalnya Transformer Rectifier, DC Generator, dan lain-lain. Arus listrik pada sistem ini dialirkan ke permukaan logam yang diproteksi melalui anoda pembantu, misalnya Anoda Graphite, Baja, Platina, dan Besi Tuang. Keuntungan besar dari metoda arus terpasang adalah bahwa sistem ini dapat menggunakan anoda inert atau anoda yang tahan karat seperti platina dan karbon.

b) Metoda anoda korban (sucricifial anoda) yaitu pasokan elektron dilakukan dengan cara menghubungkan tiang pancang pipa baja dengan logam lain sebagai anoda korban yang memiliki potensial lebih rendah. Pada cara ini terjadi aliran elektron dari logam dengan potensial yang lebih rendah ke tiang pancang pipa baja yang potensialnya lebih tinggi. Dengan demikian maka tiang pancang pipa baja akan terlindung dari korosi namun sebagai konsekwensinya logam anoda dalam waktu tertentu akan rusak/habis dan selanjutnya dapat diganti atau diperbaharui. Mengganti anoda lebih ringan secara teknik maupun ekonomis dibanding mengganti tiang pancang pipa baja.

Hasil penyelidikan korosifitas Tiang Pancang Pipa Baja yang dilakukan pada tahun 1995 menunjukkan bahwa dari dari 28 jembatan yang dikaji hanya 2 (dua) jembatan (Jembatan Cisadane I dan Jembatan Kedunggede) yang memiliki Tiang Pancang Pipa Baja diproteksi dari korosi dengan metoda Proteksi Katodik Anoda Korban dan itupun umur proteksinya sudah habis. Pada saat pengkajian tersebut tingkat korosi Tiang Pancang Pipa Baja dari Jembatan Cisadane dan Jembatan Kedunggede masuk ke dalam tingkat korosi ringan sebagaimana yang ditunjukkan pada Tabel 2 berikut.

Tabel 2.Korosifitas Tiang Pancang Pipa Baja Jembatan Di Pulau Jawa (Data tahun 1995)

No. Nama Jembatan Umur (tahun)

Tingkat KorosiTPPB

Potensial TPPB(-Volt)

Keterangan

A.1.2.3.4.5.6.7.8.9.10.

Jawa Barat/Banten:Teluk Jambe KedunggedeCisadane ICisadane IICikokolCiujungkragilanCibinuangeunCilanglaCiwulanKalipucang

159

15776

10532

BeratSedangRinganBeratBeratBeratBeratBeratBerat

Ringan

0,440,520,540,550,480,550,450,450,480,55

Tanpa Proteksi KtdProteksi Ktd 5 thProteksi Ktd 5 thTanpa Proteksi Ktd Tanpa Proteksi Ktd Tanpa Proteksi Ktd Tanpa Proteksi Ktd Tanpa Proteksi Ktd Tanpa Proteksi Ktd Tanpa Proteksi Ktd

B.1.2.3.4.5.6.7.8.

Jawa Tengah:CirajayuKlawingSerayu BanyumasSerayu SlarangJudisComalKali SapiPoncol

543126

1510

BeratBerat

SedangRinganSedangRinganSedangBerat

0,500,450,440,570,400,550,520,57

Tanpa Proteksi Ktd Tanpa Proteksi Ktd Tanpa Proteksi Ktd Tanpa Proteksi Ktd Tanpa Proteksi Ktd Tanpa Proteksi Ktd Tanpa Proteksi Ktd Tanpa Proteksi Ktd

Page 11: Anti Korosi

Kolokium Puslitbang Jalan dan Jembatan TA. 2008

C.1.2.3.4.5.6.7.

Jawa Timur:PlosoSepanjangGajah Mada IGajah Mada IIBrantas BaruSembayatKaranggendeng

9933737

BeratBeratBeratBeratBerat

SedangBerat

0,440,400,400,410,400,440,46

Tanpa Proteksi Ktd Tanpa Proteksi Ktd Tanpa Proteksi Ktd Tanpa Proteksi Ktd Tanpa Proteksi Ktd Tanpa Proteksi Ktd Tanpa Proteksi Ktd

D.1.2.3.

D.I. Yogyakarta:CongotGelagahKretek

576

BeratBerat

Ringan

0,520,480,52

Tanpa Proteksi Ktd Tanpa Proteksi Ktd Tanpa Proteksi Ktd

Keterangan: Tingkat korosi ringan = luas permukaan terkorosi < 16%. Tingkat korosi sedang = luas permukaan terkorosi dari 16% sampai dengan 65%. Tingkat korosi berat = luas permukaan terkorosi >65%.

Dari data pada Tabel 2 di atas, umur jembatan yang dikaji bervariasi dari 1 tahun sampai 15 tahun. Tiang Pancang Pipa Baja jembatan Cisadane I (umur 5 tahu) dan Kedunggede (umur 9 tahun) telah diproteksi dari korosi dengan Metoda Proteksi Katodik Anoda Korban namun telah habis umur rencana selama 5 tahun. Tingkat korosi masing-masing Tiang Pancang Pipa Baja relatif lebih baik untuk umur jembatan yang sama di banding jembatan lainnya.

4. KESIMPULAN4.1 Komponen baja terutama pada jembatan merupakan salah satu elemen yang mudah

rusak akibat pengaruh korosi.

4.2 Kondisi Indonesia yang beriklim tropis dengan curah hujan dan intensitas sinar matahari yang tinggi serta polusi udara dari air laut, sungai dan industri mempercepat terjadinya proses korosi pada komponen baja.

4.3 Penanggulangan korosi komponen baja yang berada di lingkungan korosif dapat dilakukan dengan cara pengecatan, galvanisasi dan proteksi katodik.

4.4 Jembatan yang pernah diproteksi katodik anoda korban untuk umur rencana 5 tahun ternyata menunjukkan pada umur masing-masing 15 tahun dan 9 tahun memiliki tingkat korosi yang lebih baik dibanding jembatan lainnya untuk umur yang sama.

5. DAFTAR PUSTAKA

1. A.W. Peabody (1970), “Principles of Cathodic Protection”, Nace Basic Corrosion Course, Chapter 5, National Association of Corrosion Engineers;

2. ASSOSISASI GALVANIS INDONESIA (1998), “ Hot Dip Galvanizing Manual”, Jakarta.

3. Irman Nurdin ( 1986 ), “Penanggulangan Korosi Komponen Baja Jembatan“;

4. Lien Suharlinah, Madi Hermadi (2005), “ Konferensi Regional Teknik Jalan Ke-8, Penanggulangan Korosi Tiang Pancang Pipa Baja Jembatan Dengan Cara Proteksi Katodik Anoda Korban“, Batam.

5. Razali Ibrahim, “ Proteksi Katodik Untuk Mencegah Pengaruh Lingkungan Korosif Terhadap Struktur Tiang Pancang Baja Jembatan”, Bandung.

6. Robert H Herdersback ( 1992 ), “Cathodic Protection“ Corrosion ASM International USA, ASM Hand Book, Vol 13. Hal. 466 – 469.