Upload
indri-durika
View
555
Download
10
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Analisa sifat Korosi Baja Krbon Rendah dalam berbagai Larutan, Pengujian Retak Tegang (SCC), Simulasi Proteksi Katodik
Citation preview
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Korosi adalah terjadinya proses reaksi kimia atau elektrokimia antara
material terutama logam dengan lingkungannya yang menyebabkan material kan
mengalami degradasi dan turunnya sifat-sifat material. Dalam kehidupan sehari-
hari korosi disebut juga perkaratan, contoh korosi yang paling lazim adalah
perkaratan pada besi. Korosi dapat terjadi pada bangunan-bangunan maupun
peralatan yang memakai komponen logam seperti seng, tembaga, besi-baja dan
sebagainya. Misalnya seng untuk atap dapat bocor karena termakan korosi,
jembatan dari baja maupun badan mobil juga dapat menjadi rapuh karena korosi.
Praktikum Korosi ini dimaksudkan untuk menunjang teori yang telah
didapatkan atau sedang diberikan oleh Dosen pada saat kuliah serta dimaksudkan
sebagai salah satu ilmu pendukung dalam mendalami ilmu Metalurgi lebih jauh
sehingga mahasiswa mampu memberikan cara alternatif di samping cara yang
sudah ada, utamanya dalam mengaplikasikan di lingkungan kampus khusunya dan
lingkungan masyarakat pada umumnya. Praktikum Korosi ini meliputi analisa
sifat baja karbon rendah dalam berbagai larutan, pengujian korosi retak tegang
(SCC), simulasi proteksi katodik, korosi galvanic dan penggunaan indicator untuk
studi korosi logam.
Dengan adanya praktikum Korosi ini mahasiswa diharapkan mampu
berfikir dan bertindak secara ilmiah sehingga dapat mengaplikasikan ilmu yang
didapatkan pada saat nanti di masyarakat baik dalam kehidupan sehari-hari
maupun kebutuhan pada saat kerja kelak. Disamping itu Praktikum Korosi ini
dapat menemukan metode baru, mengembangkan alat baru ataupun penemuan
baru dalam bidang Korosi.
Praktikum Korosi dan Perlindungan Logam 1
1.2 Maksud dan Tujuan
Maksud dari Praktikum Korosi ini adalah menunjang teori yang telah
didapatkan atau sedang diberikan oleh Dosen pada saat kuliah.
Adapun tujuan dari praktikum ini yaitu:
1. Mengetahui cara untuk mengidentifikasi sifat korosi karbon rendah dalam
berbagai larutan.
2. Mengetahui cara pengujian korosi retak tegang (SCC).
3. Mengetahui cara simulasi proteksi katodik.
4. Mengetahui cara menentukan korosi galvanic.
5. Mengetahui cara penggunaan indicator untuk studi korosi logam.
1.3 Metode Penulisan
Metode penulisan yang digunakan dalam Laporan ini yaitu metode deskritif,
yaitu dengan cara study pustaka dan praktikum. Penulis membaca buku dan
mencari materi-materi melalui website (internet) yang berhubungan dengan materi
dan praktikum, dimana informasi dalam buku dan website tersebut dapat
membantu pembahasan masalah dalam laporan ini.
1.4 Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan yang digunakan dalam menyusun Laporan Korosi ini
adalah sebagai berikut.
1. BAB I PENDAHULUAN
Bab ini berisi latar belakang, maksud dan tujuan penulisan, metode
penulisan dan sistematika penulisan.
2. BAB II MODUL I ANALISA SIFAT KOROSI BAJA KARBON
RENDAH DALAM BERBAGAI LARUTAN
Bab ini berisi tujuan, teori dasar, metodelogi praktikum, data
pembahasan dan kesimpulan.
3. BAB III MODUL II PENGUJIAN KOROSI RETAK TEGANG (SCC)
Bab ini berisi tujuan, teori dasar, metodelogi praktikum, data
pembahasan dan kesimpulan.
Praktikum Korosi dan Perlindungan Logam 2
4. BAB IV MODUL III SIMULASI PROTEKSI KATODIK
Bab ini berisi tujuan, teori dasar, metodelogi praktikum, data
pembahasan dan kesimpulan.
5. BAB V MODUL IV KOROSI GALVANIK
Bab ini berisi tujuan, teori dasar, metodelogi praktikum, data
pembahasan dan kesimpulan.
6. BAB VI MODUL V PENGGUNAAN INDIKATOR UNTUK STUDI
KOROSI LOGAM
Bab ini berisi tujuan, teori dasar, metodelogi praktikum, data
pembahasan dan kesimpulan.
Praktikum Korosi dan Perlindungan Logam 3
BAB II
MODUL I
SIFAT KOROSI BAJA KARBON RENDAH DALAM BERBAGAI
LARUTAN
2.1 Maksud dan Tujuan
Untuk mempelajari cara pengukuran potensial korosi dalam
lingkungannya dan untuk mempelajari penggunaan diagram potential-pH dalam
menjelaskan mekanisme korosi dalam lingkungannya.
2.2 Teori Dasar
Korosi Aqueous adalah korosi pada logam melibatkan reaksi elektrokimia
yaitu reaksi pelepasan elektron (reaksi oksidasi) dan penerimaan elektron (reaksi
reduksi),dimana korosi dapat terjadi jika berada dalam suatu sel elektrolitik. Sel
elektrolitik terdiri dari 4 komponen yaitu anoda (logam yang mengalami reaksi
oksidasi), katoda(logam yang mengalami reaksi reduksi), konduktor logam yang
mengubungkan kedua elektroda (untuk menghantarkan elektron) serta elektrolit
(larutan yang dapat menghantarkan arus atau ion-ion)
Diagram Potensial-pH, atau diagram Pourbaix, sistem Fe-H2O pada umumnya
dikonstruksi dari hasil perhitungan berdasarkan data termodinamika.
Diagram potensial-pH atau diagram Pourbaix memetakan fasa-fasa
stabil logam dan senyawanya dalam larutan dengan pelarut air, yang berada
dalam kesetimbangan termodinamika, sebagai fungsi dari potensial
elektroda dan pH larutan. Dalam diagram potensial pH untuk besi
terdapat zona korosi, yaitu daerah reaksi pelarutan besi yang terletak dalam
daerah asam dan di daerah zona pasif, yaitu daerah terbentuknya selaput tak
larut di permukaan logam yang menghalangi proses korosi lebih lanjut; dan
zona kebal, yaitu daerah yang secara termodinamika
keadaan sebagai logam adalah fasa paling stabil. Gambar 1.1 memperlihatkan
diagram Pourbaix sederhana untuk besi pada keadaan standar pada suhu 25 oC.
Praktikum Korosi dan Perlindungan Logam 4
Kegunaan diagram Pourbaixterutama adalah untuk memperkirakan
arah reaksi spontan; komposisi produk korosi; dan perubahan lingkungan
yang akan mencegah atau menurunkan laju serangan korosi. Dengan
menggunakan data termodinamika terpilih yang sesuai dan pemodelan
yang tepat, diagram potensial pH untuk sistem Fe-H2O masih terus direvisi
dan sudah dibuat sampai suhu 300oC.
Walaupun sudah ada usaha membuat diagram potensial pH untuk sistem aliasi
logam Zn-larutan 3% NaCl (tidak pada keadaan standar) secara eksperimen
polarisasi terapan namun belum ada yang mengkonstruksi diagram potensial
pH untuk sistem Fe-H2O berdasarkan hasil eksperimen
potensiodinamik. Proses korosi dalam larutan dengan pelarut air adalah proses
elektrokimia, karenanya dapat diikuti dengan pengukuran polarisasi
potensiodinamik, yaitu salah satu teknik mengkarakterisasi kelakuan korosi
suatu sampel logam dari kaitan antara arus dengan potensial di bawah kondisi
terkontrol. Karakteristik polarisasi sampel logam diukur dengan mengalurkan
respons arus sebagai fungsi dari potensial terapan.
Praktikum Korosi dan Perlindungan Logam 5
Gambar 2.1 diagram diagram Pourbaix
2.3 Skema Proses
Praktikum Korosi dan Perlindungan Logam 6
Siapkan Alat dan Bahan
Bersihkan Spesimen ST-37 (amplas)
Bilas dengan Alkohol dan keringkan
Timbang berat masing-masing plat (7 buah)
Buat Larutan- HCl 3% - NaCl 3%- KCrO4 3% - NH4OH 3%- NaOH 3% -- H2O -- HNO3 3% -
Ukur pH dan potensial sel setiap larutan
Celupkan spesimen pada masing – masing larutan
Amati percobaan (3x pengamatan selama 2 hari)
Ukur pH dan potensial sel pada setiap pengamatan
Timbang berat logam pada akhir percobaan
Analisa dan Pembahasan
Kesimpulan
2.4 Alat dan Bahan
Alat
Gelas Ukur
Tissue
Pengaduk
Timbangan
pH meter
Amplas
Bahan
7 buah spesimen ST 37
HCL 3%
KCrO4 3%
NaOH 3%
H20
HNO 3%
NaCl 3%
NH4OH 3%
Kabel Tembaga
Praktikum Korosi dan Perlindungan Logam 7
Gambar 2.2 Skema Proses Modul 1
2.5 Data Pengamatan
Tabel 2.1 Data Pengamatan modul 1Hari 1
No. LarutanPotensial
KorosipH
1. HCl 3% 263 mv 0,51
2. H2O -140 mv 7.83
3. HNO3 3% 265 mv 0,48
4. NaOH 3% -335 mv 12,11
5. NH4OH 3% -268 mv 10,62
6. K2CrO4 3% -128 mv 8,10
7. NaCl 3% -70 mv 6,98
Tabel 2.2 Data Pengamatan modul 1Hari 2
No. LarutanPotensial
KorosipH
1. HCl 3% 264 mv 0,41
2. H2O -160 mv 8,69
3. HNO3 3% 221 mv 1,3
4. NaOH 3% -340 mv 12,17
5. NH4OH 3% -219 mv 9,83
6. K2CrO4 3% -135 mv 8,21
7. NaCl 3% 103 mv 7,58
Praktikum Korosi dan Perlindungan Logam 8
Tabel 2.3 Data Pengamatan modul 1Hari 3
No. LarutanPotensial
KorosipH
1. HCl 3% 267 mv 0,40
2. H2O -146 mv 8,42
3. HNO3 3% 199 mv 1,73
4. NaOH 3% -345 mv 12,28
5. NH4OH 3% -188 mv 9,24
6. K2CrO4 3% -136 mv 8,23
7. NaCl 3% -98 mv 7,49
Tabel 2.4 Data Pengamatan modul 1Hari 4
No. LarutanPotensial
KorosipH
1. HCl 3% 269 mv 0,62
2. H2O -162 mv 7,93
3. HNO3 3% 195 mv 0,52
4. NaOH 3% -352 mv 12,18
5. NH4OH 3% -201 mv 8,98
6. K2CrO4 3% -134 mv 8,10
7. NaCl 3% -85 mv 7,98
Praktikum Korosi dan Perlindungan Logam 9
Tabel 2.5 Data Pengamatan modul 1Hari 5
No. LarutanPotensial
KorosipH
1. HCl 3% 235 mv 0,41
2. H2O -145 mv 8,50
3. HNO3 3% 236 mv 1,83
4. NaOH 3% -360 mv 12,30
5. NH4OH 3% -270 mv 9,83
6. K2CrO4 3% -125 mv 8,34
7. NaCl 3% -101 mv 7,59
Tabel 2.6 Data Pengamatan modul 1Hari 6
No. LarutanPotensial
KorosipH
1. HCl 3% 236 mv 0,45
2. H2O -150 mv 8,98
3. HNO3 3% -189 mv 1,75
4. NaOH 3% -361 mv 12,38
5. NH4OH 3% -201 mv 9,78
Praktikum Korosi dan Perlindungan Logam 10
6. K2CrO4 3% -138 mv 8,32
7. NaCl 3% -102 mv 7,50
Tabel 2.7 Data Pengamatan modul 1Hari 7
No. LarutanPotensial
KorosipH
1. HCl 3% 238 mv 0,63
2. H2O -148 mv 7,98
3. HNO3 3% 270 mv 0,56
4. NaOH 3% -337 mv 12,80
5. NH4OH 3% -168 mv 10,67
6. K2CrO4 3% -137 mv 8,32
7. NaCl 3% -105 mv 7,72
Kehilangan berat spesimen setiap larutan
Tabel 2.8 Kehilangan berat
No. LarutanBerat
Awal
Berat
Akhir
Berat Akhir
setelah di amplas
1. HCL 3% 7,47 6,71 4,41
2. H2O 7,56 6,41 4,32
Praktikum Korosi dan Perlindungan Logam 11
3. HNO3 7,71 7,11 5,76
4. NaOH 3% 7,81 7,04 6,16
5. NH4OH 3% 7,51 7,87 5,17
6. K2CrO4 3% 7,69 7,17 6,01
7. NaCl 3% 7,91 7,01 5,81
Tabel 2.9 Dimensi Spesimen
DimensiHCl
3%
H
2O
HNO
3 3%
Na
OH 3%
NH
4OH
3%
K2C
rO4 3%
Na
Cl 3%
Panjang
(mm)
40,
1
4
0,240,7 41,2 40,9 41,1 41,9
Lebar
(mm)
30,
1
3
0,330,45 30,1 30,4 29,9 29,8
Tebal
(mm)0,7
0,
80,7 0,8 0,8 0,8 0,8
Luas
(mm2)
120
7,01
1
218,0
6
1239,
315
124
0,12
124
3,36
122
8,89
124
8,62
Luas
(inch2)
30,
658
3
0,938
31,47
8
31,4
99
31,5
81
31,2
1
31,7
14
Praktikum Korosi dan Perlindungan Logam 12
2.6 Perhitungan dan analisa pembahasan
2.6.1 Perhitungan
Mencari laju korosi didalam mils (1 mil = 0,001-in.) penetration per year
(MPY)
MPY = 534. ΔW
ρ. A . t
Keterangan ΔW = Pengurangan berat (milligram) atau (mg)
ρ = Masa jenis (g/cm3)
A = Luas permukaan (inches2)
t = Waktu (jam).
Masing-masing Plat laju korosinya adalah:
MPY1 = 534 x4,41
7,86 x1207,01 x 168
= 1,5133 x 10-4
MPY2 = 534 x 4,32
7,86 x1218,06 x168
= 1,469 x 10-3
MPY3 = 534 x5,76
7,86 x1239,315 x168
= 1,9253 x 10-3
MPY4 = 534 x6,16
7,86 x1240,12 x 168
= 2,057 x 10-3
MPY5 = 534 x5,17
7,86 x1240,12 x 168
= 1,7267 x 10-3
MPY6 = 534 x6,01
7,86 x1228,89 x168
Praktikum Korosi dan Perlindungan Logam 13
= 2,02568 x 10-3
MPY7 = 534 x5,81
7,86 x1248,62 x 168
= 1,92732 x 10-3
2.6.2 Analisa dan Pembahasan
Praktikum modul 1 yaitu tentang penentuan sifat korosi baja
karbon rendah dalam berbagai larutan. Material yang digunakan
adalah plat baja yang kemudian dimasukan kedalam masing-
masing larutan dengan konsentrasi sebesar 5% yaitu larutan HCl,
H2SO4, HNO3, NaCl, NaOH, K2CrO4, dan H20. Kemudian
dilarutkan proses pengamatan yang dilakukan selama 1 minggu
meliputi pengamatan terhadap perubahan warna pada larutan.
Perubahan yang terjadi pada plat, pengujian pH larutan dan
pengujian nilai potensial dari larutan dan perhitungan laju korosi
dengan menggunakan metode kehilangan berat.
Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan plat yang
dicelupkan kedalam larutan yang berbeda, semua plat dalam
keadaan terkorosi. Larutan HNO3 memberikan produk korosi yang
paling tinggi di banding larutan yang lainnya dan berdasarkan
perhitungan yang telah dilakukan dihasilkan bahwa larutan HNO3
Praktikum Korosi dan Perlindungan Logam 14
memiliki laju korosi yang aling tinggi yaitu 363,847 mpy. Hal itu
disebabkan karena larutan tersebut bersifat asam kuat yang
merupakan media yang baik untuk melangsungkan transfer
muatan, sehingga mengakibatkan electron lebih mudah untuk dapat
diikat oleh oksigen di udara.
Pada larutan NaOH 3% memiliki laju korosi sebesar 0 mpy. Hal ini
disebabkan karena lapisan logam membentuk lapisan pasivasi pada
permukaanya. Pada daerah yang terjadi kontak antara spesimen
dan kawat tembaga diberikan cat kuku agar tidak terjadi korosi
galvanik pada daerah tersebut.
2.7 Kesimpulan
1. Larutan HNO3 memberikan produk korosi, yang paling tinggi
dibanding laruta yang lainnya.
2. HNO3 memiliki laju korosi paling tinggi 363,847 mpy
3. Pada larutan NaOH 3% memiliki laju korosi sebesar 0 mpy,
karena lapisan logam membentuk pasivasi pada permukannya.
Praktikum Korosi dan Perlindungan Logam 15
MODUL II
PENGUJIAN KOROSI RETAK TEGANG (STRESS CORROSION
CRACKING)
3.1 TUJUAN
Untuk mengetahui kecepatan korosi dari material dan untuk
mengetahui waktu patah dari material dan panjang akhir dari material
yang diuji retak tegang
3.2 Dasar Teori
Stress corrosion cracking (SCC) adalah keretakan akibat adanya
tegangan tarik dan media korosif secara bersamaan. Satu hal yang
penting adalah harus dibedakan antara SCC dengan hydrogen
embrittlement dari perbedaaan kondisi lingkungannya. Faktor-faktor
yang mempengaruhi timbulnya korosi tegangan (SCC) adalah:
Adanya tegangan tarik (tensile stress)
Paduan yang rentan ( susceptible material)
Praktikum Korosi dan Perlindungan Logam 16
lingkungan yang korosif (corrosive environment)
Gambar 3.1 Hubungan SCC dengan lingkungan
Dampak SCC pada material biasanya jatuh antara kering retak
dan ambang batas kelelahan material itu. SCC ini banyak terjadi pada
tangki bertekanan yang menampung cairan kimia, konstruksi-
konstruksi baja yang berada di daerah korosif, system pipa reaktor
nuklir, sudu turbin, dll.
Adapun jenis dari SCC yaitu :
1. Intergranular, yang bergerak sepanjang grain boundaries dimana
crack akan dimulai dan berkembang di sepanjang batas butir
2. Transgranular, pergerakannya tidak nyata dimana crack akan terjadi
melintasi butir.
Praktikum Korosi dan Perlindungan Logam 17
Gambar 3.2 Interglanular (1) dan transglanular (2)
Pengujian korosi retak tegang dilakukan dengan pembebanan
yang konstan pada temperature 750C dalam larutan NaCl. Data yang di
ambil dalam pengujian ini adalah pertambahan panjang material
sebagai fungsi dari waktu.
dari pengujian ini dapat kita pelajari pengaruh beban, pengaruh
temperature dan pengaruh pH terhadap waktu patah.
3.3 SKEMA PROSES
Praktikum Korosi dan Perlindungan Logam 18
Siapkan Alat dan Bahan
Amplas specimen ST-37 (Dimensi Atandar ASTM)
Ukur Dimensi
Pasang pada sel Uji
Masukan NaCl 3%
Beri beban 10 kg / ½ dari yield strength
Beri gelembung udara
Penjelasan skema proses
1. Sampel diabrasi hiongga P 1200 grit.
2. Sampel disesuaikan ukurannya berdasarkan standar ASTM.
3. Daerah-daerah yang diperkirakan akan kontak dengan penjepit
pada saat pengujian diberi lapisan cat kuku untuk mencegah
korosi galvanic.
4. Sampel dipasang pada kedua penjepit di dalam sel uji.
5. Beban yang digunakan adalah setengah dari tegangan geser.
6. Larutan uji dituang ke dalam sel uji, kemudian diberi gelembung
udara.
Praktikum Korosi dan Perlindungan Logam 19
Gambar 3.3 Skema Proses Modul 2
7. Kemudian dial gauge diposisikan pada angka nol dan waktu
pengujian dihitung sejak saat tersebut.
8. Pertambahan panjang material dicatat sebagai fungsi dari waktu.
Gambar Proses
Gambar 3.4 Proses modul II
3.4 ALAT DAN BAHAN
Alat :
Sel Uji
Beban 10 kg
Dial gauge
Jangka Sorong
Mesing gelembung udara
Bahan:
Praktikum Korosi dan Perlindungan Logam 20
Spesimen baja ST-37 dengan dimensi standar ASTM
Amplas 1200 grit
Larutan NaCl 3%
3.5 DATA PENGAMATAN
Tabel 3.1 Data Awal Pengujian SCC
Beban SCC 10 kg
Spesimen Plat baja ST-37
Larutan NaCL 3%
Waktu pengamatan Setiap 3 jam
Waktu awal
pembebanan
Senin 5-12-2011 pukul 16:45
Tabel 3.2 Data Pengamatan Pengujian SCC
TanggalPerubahan Panjang Pada Jam (mm)
19.45 22.45 01.45 04.45 07.45 10.45 13.45 16.45
Senin-Selasa 5-6
Desember 20110 0 0 0
1/4 X
0,01
1/3X
0,01
1/3X
0,01
½ X
0,01
Selasa-Rabu 6-7
Desember 2011
½ X
0,01
½ X
0,01½ X 0,01
½ X
0,01
½ X
0,01
1/2X
0,012X 0,01
2 X
0,01
Rabu-Kamis 7-8 3 X 3 X 3 X 0,01 3,25 X 3,25 X 3,5X 3,5X 4 X
Praktikum Korosi dan Perlindungan Logam 21
Desember 2011 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01
Kamis-Jum'at 8-9
Desember 2011
4,75 X
0,01
4,75 X
0,015 X 0,01
5 X
0,01
5 X
0,017X 0,01 7X 0,01
8 X
0,01
Jum'at-Sabtu 9-10
Desember 2011
9 X
0,01
9 X
0,01
9,75 X
0,01
9,75 X
0,01
10 X
0,01
10X
0,01
10X
0,01
10,5 X
0,01
Sabtu-Minggu 10-
11 Desember
2011
12 X
0,01
12 X
0,01
12 X
0,01
14 X
0,01
14 X
0,01
14X
0,01
14,5X
0,01
14,5 X
0,01
Minggu-Senin 11-
12 Desember
2011
15 X
0,01
15 X
0,01
18 X
0,01
18 X
0,01
20 X
0,01
20X
0,01
20X
0,01
21,5 X
0,01
Gambar 3.5 Spesimen modul II
Foto Praktikum
Praktikum Korosi dan Perlindungan Logam 22
6,85mm
15,75mm
Hari ke-1 Hari ke-3
21,35
3.6 ANALISA DAN PEMBAHASAN
Material plat baja ST-37 yang dimensinya sudah sesuai dengan
standar ASTM diberikan beban sebesar 10 kg pada sel uji yang diisi
dengan larutan NaCl 3% dan diamati 3 jam sekali selama 7 hari.
Plat baja ST-37 yang memiliki kekuatan tarik sebesar 37 kg/mm2
ternyata mengalami penambahan panjang ketika diberi beban 10 kg,
pada kondisi normal seharusnya hal ini tidak terjadi karena kekuatan
material lebih besar dibandingkan dengan beban yang bekerja.
Penambahan panjang ini diakibatkan oleh adanya beban tarik dan
disertai dengan terjadinya korosi yang dialami specimen. Seperti yang
Praktikum Korosi dan Perlindungan Logam 23
Foto Dial Gauge
Hari ke-7
Gambar 3.6 Foto Praktikum Modul II
kita ketahui nilai potensial korosi dan PH pada larutan NaCl 3%
bersifat korosif dan jika kita menggunakan diagram poubaix maka
akan terlihat jelas bahwa PH dan Potensial korosi larutan NaCl 3%
berada pada daerah korosi.
Dari data yang diperoleh melalui pengamatan setiap 3 jam sekali
selama 7 hari kita bias melihat perubahan panjang specimen yang
terjadi selama 7 hari tersebut specimen mengalami penambahan
panjang sebesar 0,215 mm. Hal ini menegaskan bahwa specimen
mengalami Stress Corrosion Cracking (Korosi Retak Tegang) karena
specimen mengalami kondisi pembebanan sekaligus mengalami
korosi. Beban yang digunakan jauh dibawah kekuatan tarik
spesimennya namun karena mengalami Korosi maka specimen
mengalami degradasi material sehingga mempengaruhi sifat
mekaniknya.
3.7 KESIMPULAN
Spesimen mengalami Stress Corrosion Cracking (Korosi Retak
Tegang)
Spesimen mengalami penambahan panjang sebesar 0,215 mm
dengan kondisi pembebanan 10 kg dalam larutan NaCl 3% selama
7 hari
Spesimen mengalami penambahan panjang akibat kondisi
pembebanan yang disertai terjadinya korosi pada specimen
Larutan NaCl 3% bersifat korosif
Korosi dapat mempengaruhi sifat mekanik dari material
Praktikum Korosi dan Perlindungan Logam 24
BAB IV
MODUL III
SIMULASI PROTEKSI KATODIK
4.1 Maksud dan Tujuan
Untuk mengetahui proses proteksi katodik pada atmosfer laut.
Mampu merancang proteksi katodik pada baja dalam atmosfer air laut.
4.2 Dasar Teori
Proteksi Katodik ( Cathodic Protection) adalah teknik yang digunakan untuk
mengendalikan korosi pada permukaan logam dengan menjadikan permukaan
Praktikum Korosi dan Perlindungan Logam 25
logam tersebut sebagai katoda dari sel elektrokimia. Proteksi katodik ini
merupakan metode yang umum digunakan untuk melindungi struktur logam dari
korosi. Sistem proteksi katodik ini biasanya digunakan untuk melindungi baja,
jalur pipa, tangki, tiang pancang, kapal, anjungan lepas pantai dan casing
(selubung) sumur minyak di darat.
Proteksi katodik merupakan salah satu metoda yang banyak digunakan pada
proses pencegahan dan penurunan umur pakai material oleh korosi. Korosi dapat
dikurangi sampai nol dan bila system mampu dipertahankan akan memberikan
proteksi yang baik. Selain itu proteksi katodik merupakan cara yang efektif dalam
mencegah stress corrosion cracking (retak karena korosi). Proteksi katodik paling
banyak digunakan untuk baja karbon dengan kecepatan korosi yang sedang dan
biasanya dikombinasikan dengan proses pelapisan.
Proteksi katodik dihasilkan dari polarisasi katodik dari permukaan logam
yang terkorosi untuk menurunkan kecepatan korosi. Misalkan besi yang terkorosi
dalam larutan elektrolit, maka reaksi pada anoda dan katoda adalah:
Fe Fe2+ + 2e
O2 +2H2O + 4e 4OH-
Polarisasi katodik system di atas dari potensial korosi, Ecorr yang menurunkan
kecepatan reaksi setengah sel:
Dengan adanya penambahan electron, reaksi akan bergeser dari arah kanan ke
kiri.
Dengan adanya penambahan electron, akan meningkatkan kecepatan reduksi
O2 dan pembentukan OH-.
Proteksi katodik terbagi ke dalam 2 macam yaitu :
1. Impressed current (arus tanding)
Praktikum Korosi dan Perlindungan Logam 26
Untuk struktur (bangunan) yang lebih besar, anoda galvanik tidak dapat
secara ekonomis mengalirkan arus yang cukup untuk melakukan perlindungan
yang menyeluruh. Sistem Impressed Current Cathodic Protection (ICCP)
menggunakan anoda yang dihubungkan dengan sumber arus searah (DC) yang
dinamakan cathodic protection rectifier. Anoda untuk sistem ICCP dapat
berbentuk batangan tubular atau pita panjang dari berbagai material khusus.
Material ini dapat berupa high silikon cast iron(campuran besi dan silikon), grafit,
campuran logam oksida, platina dan niobium serta material lainnya.
Tipe sistem ICCP yang umum untuk jalur pipa terdiri dari rectifier
bertenaga arus bolak-balok (AC) dengan output arus DC maksimum antara 10 -
50 ampere dan 50 volt. Terminal positif dari output DC tersebut dihubungkan
melalui kabel ke anoda-anoda yang ditanam di dalam tanah. Banyak aplikasi
menanam anoda hingga kedalaman 60 m (200 kaki) dengan diameter lubang 25
cm (10 inchi) serta ditimbun dengan conductive coke (material yang dapat
meningkatkan performa dan umur dari anoda). Sebuah kabel berkapasitas sesuai
dengan arus yang timbul menghubungkan terminal negatif rectifier dengan jalur
pipa. Output operasi yang dihasilkan dari rectifier diatur pada tingkat optimal oleh
seorang ahli CP setelah sebelumnya melakukan berbagai pengujian termasuk
diantaranya pengukuran potensial elektrokimia.
2. Sacrifical anode (anoda korban)
Praktikum Korosi dan Perlindungan Logam 27
Gambar 4.1 Impressed current (arus tanding)
Anoda korban, menggunakan prinsip galvanik dimana struktur yang
dilindungi dihubungkan dengan logam lain yang bersifat anodik. Pada saat ini,
galvanik atau anoda korban dibuat dalam berbagai bentuk dengan
menggunakan alloy (campuran logam) dari seng, magnesium dan alumunium.
Potensial elektrokimia, kapasitas arus, dan laju konsumsi dari campuran
logam ini lebih besar sebagai CP daripada besi
Anoda galvanik dirancang agar memiliki voltase aktif (sebenarnya secara
teknik memiliki potensial elektrokimia lebih negatif) lebih tinggi daripada
logam yang terdapat pada struktur baja. Untuk mendapatkan CP yang efektif,
potensial dari permukaan baja dipolarisasi (didorong) agar menjadi lebih
negatif hingga permukaannya memiliki potensial yang seragam. Pada tahap
ini, daya dorong yang dapat menyebabkan reaksi korosi menjadi tertahan.
Anoda galvanik kemudian akan terus terkorosi memakan material anoda
hingga suatu saat perlu diganti. Polarisasi disebabkan oleh laju arus dari anoda
Praktikum Korosi dan Perlindungan Logam 28
Gambar 4.2 Sacrifical anode (anoda korban)
yang menuju ke katoda. Daya dorong bagi laju arus dari CP adalah perbedaan
potensial elektrokimia antara anoda dan katoda.
Proteksi Katodik yang menggunakan cara anoda korban pada prinsipnya
adalah menghilangkan area anoda yang ada pada logam dengan menempelkan
bahan lain yang lebih aktif pada struktur logam yang akan dilindungi.
Selanjutnya logam secara keseluruhan akan menjadi area katoda yang
terlindungi selama bahan anoda korban masih ada yang melekat pada logam
tersebut dan terdapat pada lingkungan (elektrolit) yang sama.
4.3 Skema Proses
Praktikum Korosi dan Perlindungan Logam 29
Pengukuran sampel Timbang berat
Panjang
Lebar
Tebal
Persiapan permukaan (Ampelas Lempeng Baja)
Persiapan alat dan Bahan :
Lempeng baja (ST-37)
kawat
Mg (anoda korban)
Cat kuku
Gambar 4.1 Skema proses modul III
Penjelasan Skema Proses
1. Tentukan jenis dan jumlah anoda yang digunakan.
2. Bersihkan baja dan anoda yang akan digunakan.
3. Tentukan berat awal Sampel dan anoda korban
4. tentukan luas permukaan yang akan diproteksi.
5. Lilitkan kawat ke Sampel dan anoda
6. Tutup sambungan kawat antara anoda dan sampel dengan cat
kuku untuk menghindari terjadinya korosi galvanic.
7. Ukur pH, potensial berat setiap kali pengamatan (selama 1
minggu).
8. Gambarkan grafik hubungan antara pertambahan berat terhadap
waktu, potensial terhadap waktu, dan ph terhadap waktu.
Gambar Proses
Praktikum Korosi dan Perlindungan Logam 30
Kesimpulan
Data dan Pembahasan
pengamatan
Lapisi dengan Cat kuku
Lilitkan kawat dengan lempeng baja dengan anoda korban
Masukan kedalam Larutan Nacl 1,5%(Ampelas Lempeng Baja)
Gambar 4.2 Proses Modul III
4.4 Alat dan Bahan
Alat :
Timbangan digital
Kaca arloji
pH meter
Botol aquadest
Bahan-bahan yang dibutuhkan:
Sampel
Kabel
Cat kuku
lar. NaCl 1,5%
Anode korban (mg)
Praktikum Korosi dan Perlindungan Logam 31
4.5 Data Pengamatan
1. Data awal
Spesimen : Plat Baja
Berat Spesimen : 470 gr
Panjang : 304 mm
Lebar : 39 mm
Tebal : 4 mm
Berat anoda : 32 gr (awal).
pH awal : 7,28
Potensial (mV) : -90
Larutan : lar. NaCl 1,5%
Praktikum Korosi dan Perlindungan Logam 32
2. Data Pengamatan Spesimen
Tabel 4.1 Pengamatan specimen selama 7 hari
Hari Ke-
pHPotensial
(mV)Keterangan
1 7,28 -90 Pada bagian bawah batang yang terkena
air terdapat bercak putih (jamur).
Pada bagian atas yang tidak terkena air
timbul bercak-bercak merah kecoklatan
(karat)
Pada anoda korban menempel jamur
berwarna putih
2 9,58 -194 Pada bagian bawah batang yang terkena
air terdapat bercak putih (jamur).
Pada bagian atas yang tidak terkena air
timbul bercak-bercak merah kecoklatan
yang semakin banyak(karat)
Pada larutan terdapat endapan putih
didasar dan terdapat juga di bagian atas
permukaan dan
Pada anoda korban masih menempel
jamur putih.
3 9,28 -190 Pada bagian bawah batang yang terkena
air terdapat bercak putih semakin banyak
(jamur).
Pada bagian atas yang tidak terkena air
timbul bercak-bercak merah kecoklatan
yang semakin banyak(karat)
Pada larutan terdapat endapan putih di
dasar dan terdapat juga busa di bagian
Praktikum Korosi dan Perlindungan Logam
32
atas permukaan serta warna larutan yang
semakin keruh.
Pada anoda korban masih menempel
jamur putih.
4 9,52 -192 Pada bagian bawah batang yang terkena
air terdapat bercak putih (jamur).
Pada bagian atas yang tidak terkena air
masih terdapat bercak-bercak merah
kecoklatan yang semakin banyak(karat)
Pada larutan terdapat endapan coklat dan
larutan berwarna bening kecoklatan
Pada anoda korban masih menempel
jamur putih.
5 9,15 -182 Pada bagian bawah batang yang terkena
air terdapat bercak putih (jamur).
Pada bagian atas yang tidak terkena air
masih terdapat bercak-bercak merah
kecoklatan yang semakin banyak(karat)
Pada larutan terdapat endapan kuning
kecoklatan dan larutan berwarna bening
kecoklatan
Pada anoda korban, jamur putih yang
menempel semakin sedikit.
6 8,95 -175 Pada bagian bawah batang yang terkena
air terdapat bercak putih (jamur).
Pada bagian atas yang tidak terkena air
masih terdapat bercak-bercak merah
kecoklatan yang semakin banyak(karat)
Pada larutan terdapat endapan kuning
kecoklatan dan larutan berwarna bening
kecoklatan
Praktikum Korosi dan Perlindungan Logam
33
Pada anoda korban, jamur putih yang
menempel semakin sedikit.
Terdapat gelembung yang menempel
pada dinding kaca pereaksi
7 9,25 -187 Pada bagian bawah batang yang terkena
air terdapat bercak putih (jamur).
Pada bagian atas yang tidak terkena air
masih terdapat bercak-bercak merah
kecoklatan (karat)
Pada larutan terdapat endapan kuning
kecoklatan dan larutan berwarna orange.
Pada anoda korban, jamur putih yang
menempel semakin sedikit.
Berat anoda akhir: 31 gr
Gambar-gambar hasil praktikum
Gambar 4.3 Sebelum dilakukan percobaan
Praktikum Korosi dan Perlindungan Logam
34
Hari ke-3 Hari ke-4 Hari ke-5
Hari ke-6 Hari ke-7
Gambar 4.4 Setelah dilakukan percobaan
4.6 Analisa dan Pembahasan
Pada praktikum modul III yaitu simulasi proteksi katodik dimana
percobaan ini bertujuan untuk merancang proses proteksi katodik pada
atmosfer air laut. Jenis dari proteksi katodik yang digunakan pada
percobaan kali ini adalah SACP (Sacrificial Anode Cathodic Protection)
atau anoda korban. SACP yaitu proses pencegahan korosi atau perlindungan
logam dengan menggunakan prinsip galvanik dimana struktur yang
dilindungi dihubungkan dengan logam lain yang bersifat anodik. Galvanik
atau anoda korban yang digunakan berupa paduan seng, logam yang akan
dilindungi adalah sebatang material yang terbuat dari baja.
Praktikum Korosi dan Perlindungan Logam
35
Anoda korban dirancang agar memiliki voltase aktif (sebenarnya
secara teknik memiliki potensial elektrokimia lebih negatif) lebih tinggi
daripada logam yang terdapat pada struktur baja. Untuk mendapatkan CP
yang efektif, potensial dari permukaan baja dipolarisasi (didorong) agar
menjadi lebih negatif hingga permukaannya memiliki potensial yang
seragam. Pada tahap ini, daya dorong yang dapat menyebabkan reaksi korosi
menjadi tertahan. Anoda korban kemudian akan terus terkorosi memakan
material anoda hingga suatu saat perlu diganti. Polarisasi disebabkan oleh
laju arus dari anoda yang menuju ke katoda, dimana daya dorong laju arus
dari CP adalah perbedaan potensial elektrokimia antara anoda dan katoda.
Larutan elektrolit yang digunakan adalah larutan garam sehingga
dapat digunakan sebagai media hantaran ion. Berat awal anoda adalah
sebesar 32 gr dan setelah dilakukan pengamatan selama seminggu berat
anoda akhir adalah 31 gr, sehingga anoda ini mengalami kehilangan berat
sebesar 1 gr. Dengan adanya kehilangan berat tersebut pada anoda maka
simulasi proteksi katodik tersebut dapat dikatakan berhasil karena baja
tersebut terlindungi dari korosi dengan mengorbankan Mg untuk terlebih
dahulu terkena korosi. Namun pada baja pun terdapat korosi karena baja
tidak tercelup semuanya ke dalam larutan garam, sehingga bagian atas baja
yang tidak tercelup terdapat bercak kemerahan (karat) yang disebabkan
perbedaan konsentrasi O2. Pada larutan terdapat endapan yang semakin
banyak untuk hari berikutnya.
Praktikum Korosi dan Perlindungan Logam
36
1 2 3 4 5 6 70
2
4
6
8
10
12
Grafik Ph terhadap Waktu
Gambar 4.5 Grafik Ph terhadap Waktu
1 2 3 4 5 6 7
-250
-200
-150
-100
-50
0
Grafik Potensial terhadap waktu
Gambar 4.5 Grafik Potensial terhadap Waktu
Praktikum Korosi dan Perlindungan Logam
Waktu (Hari)
Ph
Pot
ensi
al K
oros
i (m
V)
37
1 2 3 4 5 6 730
30.5
31
31.5
32
32.5
33
33.5
Grafik berat terhadap waktu
Gambar 4.5 Grafik Berat terhadap Waktu
4.7 Kesimpulan
1. Larutan elektrolit yang digunakan adalah larutan garam (lar.NaCl 3%)
sehingga dapat digunakan sebagai media hantaran ion.
2. Berat awal anoda adalah sebesar 32 gr dan berat anoda akhir adalah 31
gr, sehingga anoda ini mengalami kehilangan berat sebesar 1 gr
3. Pada baja terdapat korosi karena baja yang tercelup hanya sebagian,
sehingga bagian atas baja yang tidak tercelup terdapat bercak kemerahan
(karat) yang disebabkan perbedaan konsentrasi O2.
4. Pada larutan terdapat endapan yang semakin banyak untuk hari
berikutnya.
BAB V
MODUL IV
Praktikum Korosi dan Perlindungan Logam
Ber
at (
gr)
Waktu (Hari)
38
KOROSI GALVANIK
5.1 Tujuan
Untuk mengetahui korosi pada logam dengan perbedaan kemuliaannya
pada kondisi tertentu serta mengetahui korosi pada logam paduan yang
mempunyai perbedaan potensial.
5.2 Teori Dasar
Korosi logam tak sejenis adalah istilah yang dipakai untuk korosi
akibat dua logam tak sejenis yang tergandeng membentuk sebuah sel
korosi basah sederhana. Sebutan lain untuk korosi logam tak sejenis
adalah korosi dwilogam atau korosi galvanik. Untuk mengetahui tingkat
kecenderungan korosi galvanik di gunakan deret galvanik. Deret ini
mempunyai manfaat praktis besar sekali karena dapat memungkinkan
memperkirakan secara cepat hambatan korosi pada suatu gandengan
logam tak sejenis. Contoh dari sebuah deret adalah tabel 5.1 yang
merupakan deret elektrokimia.
Reaksi elektroda E0 (Volt)
Au+ + c = Au +1.68 Ni2+ + 2c = Ni - 0.25
Pt2+ + 2c = Pt +1.20 Cd2+ + 2c = Cd - 0.40
Hg2+ + 2c = Hg +0.85 Fe2+ + 2c = Fe - 0.44
Ag+ + c = Ag +0.80 Cr3+ + 3c = Cr - 0.71
Cu2+ + 2c = Cu +0.34 Zn2+ + 2c = Zn - 0.76
2h+ + 2c = H2 0.00 Al3+ + 3c = Al - 1.67
Pb2+ + 2c = Pb - 0.13 Mg2+ + 2c = Mg - 2.34
Sn2+ + 2c = Sn - 0.14 Na+ + c = Na - 2.71
Ca2+ + 2c = Ca - 2.87 K+ + c = K - 2.92
Tabel 5.1 Potensial-potensial Reduksi Baku (KR. Trethewey)
Praktikum Korosi dan Perlindungan Logam
39
Daftar ini membandingkan potensial-potensial reduksi (atau Oksidasi) logam-
logam, tetapi berbeda dari deret galvanik beberapa hal:
a. Deret elektrokimia memuat data elektrokimia yang bersifat mutlak dan
kuantitatif untuk penggunaan dalam perhitungan-perhitungan teliti. Deret
galvanik menyatakan hubungan antara logam yang satu dengan yang lain
dibuat dari hasil perbandingan kualitatif atas aktivitas logam-logam.
b. Deret elektrokimia harus dan hanya memuat data tentang unsur-unsur
logam, sedangkan deret galvanik memuat informasi baik mengenai logam
murni maupun paduan, dengan demikian mempunyai manfaat praktis lebih
besar.
Gambar 5.1 Deret Galvanik ( KR. Trethewey )
Sebuah deret galvanik dapat dilihat pada gambar 3. Gambar ini
memperlihatkan deret galvanik untuk sejumlah logam pada 25 oC dengan air
sebagai elektrolit. Potensial-potensial yang di urutkan adalah gambar
potensial-potensial korosi yang betul-betul bebas, dan pada umumnya dapat di
tafsirkan bahwa semakin jauh letak dua logam dalam deret, makin parah
korosi yang mungkin di alami oleh logam dengan aktivitas lebih besar.
Praktikum Korosi dan Perlindungan Logam
40
Pengampelasan spesimen
Pengukuran dimensi spesimen
Pembuatan larutan Hcl
Pelnglilitan plat dengan kawat
Memasukan spesimen ke dalam larutan
Data pengamatan
Analisa dan pembahasan
Kesimpulan
5.3 Skema Proses
Gambar 5.2 Skema Proses modul IV
Penjelasan Skema Proses
1. Plat dibersikan dengan cara diampelas dan kemudian di pickling
Praktikum Korosi dan Perlindungan Logam
41
2. Lilitkan kawat tembaga dengan plat alumunium
3. Masukan plat ke dalam larutan HCl 1 N
4. Amati spesimen setiap hari selama 1 minggu
5. Analisa dari hasil pengamatan
Gambar Proses
Gambar 5.3 Gambar Proses modul 4
5.4 Alat dan Bahan
Alat:
Gunting
Gelas beacker
Tang
Bahan:
Plat alumunium
Kawat tembaga P 21,5 cm, ∅ = 0,7 mm
HCl encer 1 N
Air
6.5 Data Pengamatan
Data Awal
Jenis spesimen : Aluminium
Praktikum Korosi dan Perlindungan Logam
Kawat tembaga
Plat Al
Larutan HCl 1N
42
Berat Awal : 3,16 gBerat Akhir : 3,02 gPH awal larutan : 2,4Potensial awal : 298 mV
Kawat tembaga, Cu panjang, P = 20,5 cm. Berat Cu W = 6,05 gram
Data pengamatan
Tabel 5.2 data pengamatan plat Al
Hari ke-1
Plat masih tidak ada perubahan
Terjadi gelembung udara disekitar plat
Warna larutan tetap bening
Hari ke-2
Plat mulai menjadi agak buram .
Terjadi gelembung udara disekitar plat Al.
Hari ke-3
Plat mulai semakin buram .
Gelembung udara disekitar lilitan Cu makin banyak.
Praktikum Korosi dan Perlindungan Logam
43
Hari ke Plat Al dalam HCl 1N
Eh (mV) pH Wo (berat awal) Wa ( berat akhir)
1. 205 3.09 3,16 gr 3.14 gr
2 195 3.67 3.14 gr 3.13 gr
3 186 3.54 3.13 gr 3.11 gr
4 177 3.34 3.11 gr 3.09 gr
5 173 3.46 3.09 gr 3.06 gr
6 168 3.56 3.06 gr 3.05 gr
7 186 3.67 3.05 gr 3,02 gr
Hari ke-4
Plat menjadi buram terdapat bercak hitam .
Gelembung udara disekitar lilitan Cu makin bertambah.
Hari ke-5
Plat menjadi sedikit hitam
Gelembung udara disekitar lilitan Cu makin bertambah.
Hari ke-5
Plat menjadi hitam
Gelembung udara disekitar lilitan Cu semakin bertambah.
Hari ke-6
Plat menjadi lebih hitam
Gelembung udara disekitar lilitan Cu semakin bertambah.
Gambar-gambar hasil praktikum
Gambar 5.4 Sebelum dilakukan percobaan
Praktikum Korosi dan Perlindungan Logam
44
6.6 Analisa dan Pembahasan
Korosi Galvanik terjadi ketika dua logam yang berbeda yang saling
kontak keduanya di dalam larutan elektrolit. Logam yang lebih aktif akan
terkorosi dari pada logam yang lebih mulia.pada praktikum ini di pakai
dua logam yang mempunyai potensial berbeda dan keaktifan yang yang
berbeda, cu lebih mulia dari pada aluminium atau plat Al lebih aktif di
bandingkan dengan plat Cu, sehingga plat Al yang terkorosi terlebih
dahulu kemudian kawat cu, sesuai dengan deret galvanis
Reaksi galvanic terjadi juga apabila berada dalam lingkungan elektrolit (HCl 1N)
Apabila ada dua logam yang berdekatan mempunyai potensial yang berbeda
kemudian ada dalam suatu elektrolit, maka akan terjadi sel galvanic. Serta
komposisi dari logam bila tidak homogen adalah yang menentukan bahwa pada
logam yang sama ada anoda dan katoda.
Praktikum Korosi dan Perlindungan Logam
Gambar 5.5 Setelah dilakukan percobaan
45
1. Reaksi yang terjadi pada larutan HCl 1N tersebut dalam sell galvanic
adalah:
Anoda Al → Al2+ + 2e-
Katoda Cu2+ + 2e- → Cu.
Pertambahan berat korosi sebanding dengan waktu,
5.7 Kesimpulan
1. Plat Al lebih aktif dari kawat Cu, sehingga Al lebih dahulu
terkorosi
2. Korosi galvanis terjadi karena adanya perbedaan potensial dalam
lingkungan elektrolit
3. Reaksi yang terjadi pada larutan HCl 1N tersebut dalam sell
galvanic adalah:
Anoda Al → Al2+ + 2e-
Katoda Cu2+ + 2e- → Cu
4. Pada korosi galvanic bahan yang berbeda berada dalam satu
lingkungan elektrolit yang aktif atau kurang mulia akan mengalami
korosi.
5. Bahann yang lebih mulia yaitu Cu akan terlindung dari korosi.
6. Gelembung udara yang terdapat pada llilitan kabel Cu menandakan
Cu kaya akan oksigen dan dalam sell galvanic menjadi katoda.
7. Plat baja berwarna hitam menandakan terjadinya reaksi kimia
dimana Fe dalam sell galvanic menjadi anoda.
8. Waktu, t berbanding lurus dengan pertambahan berat korosi.
Semakin waktunya lama maka berat korosi semakin bertambah.
BAB VI
MODUL V
PENGGUNAAN INDIKATOR UNTUK STUDI
KOROSI LOGAM
Praktikum Korosi dan Perlindungan Logam
46
6.1 Maksud dan Tujuan
Untuk mempelajari proses terjadinya reaksi anoda korban dalam
lingkungannya.
6.2 Teori Dasar
Penggunaan indicator juga dilakukan untuk menerangkan daerah-
daerah logam yang mana bersifat katodik serta untuk melihat keberhasilan
suatu logam untuk dikurangi laju korosinya.
Elektrolit agar-agar digunakan supaya laju difusi produk reaksi yang
terbentuk pada permukaan logam dapat dihambat. Percobaan ini dilakukan untuk
menekankan pengertian mekanisme korosi galvanic yang telah dipelajari.
6.3 Skema Proses
Praktikum Korosi dan Perlindungan Logam
Persiapan alat dan Bahan :
Seng (Plat)
Paku
47
Gambar 6.1 Skema proses modul V
Penjelasan Skema Proses
1. Bersihkan permukaan logam dengan menggunakan kertas
ampelas 1200 grit, bilaslah dengan alikohol dan kemudian
keringkan.
2. Kemudian plat dihubungkan dengan kabel dan tutup sambungan
kabelnya dengan cat kuku.
3. Setelah kering, letakkan setiap pasangan logam dalam gelas
kimia
4. Sementara:
Praktikum Korosi dan Perlindungan Logam
Pemasukan plat dan paku ke dalam larutan agar-agar
Pembuatan media agar-agar
Persiapan permukaan dan pemasangan plat :
Ampelas plat seng
Pasangkan plat dan paku dengan kabel
Data dan Pembahasan
Kesimpulan
48
a. Panaskan larutan agar-agar sampai mendidih, kemudian
dinginkan hingga temperature 600C dan tambahkan indicator
PP sebanyak 3 kali.
b. Aduk rata larutan tersebut sampai homogen.
5. Kemudian tuangkan ke dalam gelas kimia yang telah berisi
pasangan logam.
6. Mengamati setiap hari selama 7 hari.
7. Menggambarkan daerah yang terkena korosi.
Gambar Proses
Gambar 6.2 Proses modul V
6.4 Alat dan Bahan
Alat-alat :
Praktikum Korosi dan Perlindungan Logam
49
Gelas Kimia
Batang pengaduk
Pemanas
Cat kuku
Kabel
Labu Erlenmeyer
Bahan-bahan :
Sampel (plat seng)
Alkohol
Indikator PP
Agar-agar
Kalium ferricianida
Kalium ferrocianida
NaCl
Praktikum Korosi dan Perlindungan Logam
50
6.5 Data Pengamatan
1. Data Awal
Jenis specimen1 : Seng
Jenis spesimen2 : Paku
Berat awal : 1,13 g
Berat akhir : 1,16 g
2. Data Pengamatan
Tabel 6.1 Pengamatan sampel selama 7 hari
Hari
Ke-
Warna
pada paku
Warna
pada sengKeterangan
1 Putih hijau Pada bagian bawah paku
terdapat noda putih
Pada seng terdapat noda
hijau pada bagian
bawahnya
2 hijau hijau Pada bagian bawah paku
terdapat noda hijau yang
semakin banyak.
Pada seng terdapat noda
hijau pada bagian
bawahnya semakin
banyak
3 hijau hijau Pada bagian bawah paku
terdapat noda hijau yang
semakin banyak.
Pada seng terdapat noda
hijau pada bagian
bawahnya semakin
banyak
Praktikum Korosi dan Perlindungan Logam 51
Pada bagian permukaan
agar-agar muncul jamur
berwarna putih.
4 hijau hijau Pada bagian bawah paku
terdapat noda hijau yang
semakin banyak.
Pada seng terdapat noda
hijau pada bagian
bawahnya semakin
banyak
Pada bagian permukaan
agar-agar terdapat jamur
berwarna putih.
5 hijau hijau Pada paku terdapat noda
hijau yang menutupi
hampir diseluruh bagian.
Pada seng terdapat noda
hijau yang menutupi
hampir seluruh
permukaan.
Pada bagian permukaan
agar-agar masih terdapat
jamur berwarna putih.
6 Hijau pekat Hijau pekat Pada bagian tubuh paku
terdapat noda hijau pekat
yang menempel seperti
menyelubungi paku.
Pada seng terdapat hijau
pekat pada hampir di
seluruh permukaan.
Pada bagian permukaan
Praktikum Korosi dan Perlindungan Logam 52
agar-agar mulai muncul
larva.
7 Hijau pekat Hijau pekat Pada bagian bawah paku
masih diselimuti jamur
berwarna putih kebiruan.
Pada seng terdapat noda
hijau yang menutupi
permukaan seng.
Pada bagian permukaan
agar-agar terdapat larva
yang semakin banyak.
Gambar-gambar hasil pengamatan
Gambar 6.3 Sebelum dilakukan percobaan
Praktikum Korosi dan Perlindungan Logam 53
Hari ke lima
Hari ke enam
Hari ke tujuh
Gambar 6.4 Setelah dilakukan percobaan
6.6 Analisa dan Pembahasan
Praktikum Korosi dan Perlindungan Logam 54
Pada praktikum kali ini bertujuan untuk mengetahui proses
terjadinya reaksi pada anoda korban dengan menggunakan media agar-agar
dan indicator Phenolpthalien (PP). Sampel yang digunakan yaitu plat Zn
dan paku, dimana Zn akan dijadikan sebagai anoda korban untuk melindungi
paku supaya tidak terjadi korosi pada paku.
Penggunaan media agar-agar ini bertujuan untuk menghambat laju
difusi produk reaksi yang terbentuk pada permukaan logam. Selain itu,
untuk memudahkan pengamatan korosi yang terjadi pada anoda korban
tersebut (seng). Sedangkan penggunaan indicator PP bertujuan untuk
menunjukkan proses terjadinya korosi pada anoda korban.
Pada pengamatan hari pertama, sudah terlihat noda berwarna hijau,
baik pada seng maupun pada paku. Ini disebabkan karena indicator PP yang
diberikan terlalu banyak. Paku seharusnya tidak ikut terkorosi, tetapi pada
percobaan ini paku ikut terkorosi, karena seharusnya paku sebelum
dimasukan ke dalam agar-agar di bersihkan terlebih dahulu kotoran yang
menempel.
Pada hari keenam dan ketujuh mulai terdapat larva, larva ini muncul
karena telur-telurnya ini terbawa oleh udara dan menempel di permukaan
agar-agar. Karena suasana pada agar-agar yang lembab, telur-telur ini
kemudian berkembang dan munculah larva.
6.7 Kesimpulan
1. Indikator yang digunakan yaitu Phenolpthalien (PP) dan sebagai anoda
korban digunakan Zn.
2. Seng (Zn) dijadikan sebagai anoda korban untuk melindungi paku
supaya tidak terjadi korosi pada paku
3. Penggunaan indicator PP bertujuan untuk menunjukkan proses
terjadinya korosi pada anoda korban.
4. Pada pengamatan hari pertama,plat seng sudah terlihat adanya noda
hijau yang menandakan adanya korosi.
5. Korosi yang terjadi pada paku disebabkan
Praktikum Korosi dan Perlindungan Logam 55
Karena adanya kesalahan dalam proses pelilitan kawat sehingga
dapat menyebabkan kebocoran yang akhirnya terjadi korosi pada
paku.
Seharusnya paku dibersihkan terlebih dahulu dari pengotor yang
menempel.
Praktikum Korosi dan Perlindungan Logam 56