75
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Korosi adalah terjadinya proses reaksi kimia atau elektrokimia antara material terutama logam dengan lingkungannya yang menyebabkan material kan mengalami degradasi dan turunnya sifat-sifat material. Dalam kehidupan sehari-hari korosi disebut juga perkaratan, contoh korosi yang paling lazim adalah perkaratan pada besi. Korosi dapat terjadi pada bangunan-bangunan maupun peralatan yang memakai komponen logam seperti seng, tembaga, besi-baja dan sebagainya. Misalnya seng untuk atap dapat bocor karena termakan korosi, jembatan dari baja maupun badan mobil juga dapat menjadi rapuh karena korosi. Praktikum Korosi ini dimaksudkan untuk menunjang teori yang telah didapatkan atau sedang diberikan oleh Dosen pada saat kuliah serta dimaksudkan sebagai salah satu ilmu pendukung dalam mendalami ilmu Metalurgi lebih jauh sehingga mahasiswa mampu memberikan cara alternatif di samping cara yang sudah ada, utamanya dalam mengaplikasikan di lingkungan kampus khusunya dan lingkungan masyarakat pada umumnya. Praktikum Korosi ini meliputi analisa sifat baja karbon rendah dalam berbagai larutan, pengujian korosi retak tegang (SCC), Praktikum Korosi dan Perlindungan Logam 1

Laporan Korosi

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Analisa sifat Korosi Baja Krbon Rendah dalam berbagai Larutan, Pengujian Retak Tegang (SCC), Simulasi Proteksi Katodik

Citation preview

Page 1: Laporan Korosi

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Korosi adalah terjadinya proses reaksi kimia atau elektrokimia antara

material terutama logam dengan lingkungannya yang menyebabkan material kan

mengalami degradasi dan turunnya sifat-sifat material. Dalam kehidupan sehari-

hari korosi disebut juga perkaratan, contoh korosi yang paling lazim adalah

perkaratan pada besi. Korosi dapat terjadi pada bangunan-bangunan maupun

peralatan yang memakai komponen logam seperti seng, tembaga, besi-baja dan

sebagainya. Misalnya seng untuk atap dapat bocor karena termakan korosi,

jembatan dari baja maupun badan mobil juga dapat menjadi rapuh karena korosi.

Praktikum Korosi ini dimaksudkan untuk menunjang teori yang telah

didapatkan atau sedang diberikan oleh Dosen pada saat kuliah serta dimaksudkan

sebagai salah satu ilmu pendukung dalam mendalami ilmu Metalurgi lebih jauh

sehingga mahasiswa mampu memberikan cara alternatif di samping cara yang

sudah ada, utamanya dalam mengaplikasikan di lingkungan kampus khusunya dan

lingkungan masyarakat pada umumnya. Praktikum Korosi ini meliputi analisa

sifat baja karbon rendah dalam berbagai larutan, pengujian korosi retak tegang

(SCC), simulasi proteksi katodik, korosi galvanic dan penggunaan indicator untuk

studi korosi logam.

Dengan adanya praktikum Korosi ini mahasiswa diharapkan mampu

berfikir dan bertindak secara ilmiah sehingga dapat mengaplikasikan ilmu yang

didapatkan pada saat nanti di masyarakat baik dalam kehidupan sehari-hari

maupun kebutuhan pada saat kerja kelak. Disamping itu Praktikum Korosi ini

dapat menemukan metode baru, mengembangkan alat baru ataupun penemuan

baru dalam bidang Korosi.

Praktikum Korosi dan Perlindungan Logam 1

Page 2: Laporan Korosi

1.2 Maksud dan Tujuan

Maksud dari Praktikum Korosi ini adalah menunjang teori yang telah

didapatkan atau sedang diberikan oleh Dosen pada saat kuliah.

Adapun tujuan dari praktikum ini yaitu:

1. Mengetahui cara untuk mengidentifikasi sifat korosi karbon rendah dalam

berbagai larutan.

2. Mengetahui cara pengujian korosi retak tegang (SCC).

3. Mengetahui cara simulasi proteksi katodik.

4. Mengetahui cara menentukan korosi galvanic.

5. Mengetahui cara penggunaan indicator untuk studi korosi logam.

1.3 Metode Penulisan

Metode penulisan yang digunakan dalam Laporan ini yaitu metode deskritif,

yaitu dengan cara study pustaka dan praktikum. Penulis membaca buku dan

mencari materi-materi melalui website (internet) yang berhubungan dengan materi

dan praktikum, dimana informasi dalam buku dan website tersebut dapat

membantu pembahasan masalah dalam laporan ini.

1.4 Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan yang digunakan dalam menyusun Laporan Korosi ini

adalah sebagai berikut.

1. BAB I PENDAHULUAN

Bab ini berisi latar belakang, maksud dan tujuan penulisan, metode

penulisan dan sistematika penulisan.

2. BAB II MODUL I ANALISA SIFAT KOROSI BAJA KARBON

RENDAH DALAM BERBAGAI LARUTAN

Bab ini berisi tujuan, teori dasar, metodelogi praktikum, data

pembahasan dan kesimpulan.

3. BAB III MODUL II PENGUJIAN KOROSI RETAK TEGANG (SCC)

Bab ini berisi tujuan, teori dasar, metodelogi praktikum, data

pembahasan dan kesimpulan.

Praktikum Korosi dan Perlindungan Logam 2

Page 3: Laporan Korosi

4. BAB IV MODUL III SIMULASI PROTEKSI KATODIK

Bab ini berisi tujuan, teori dasar, metodelogi praktikum, data

pembahasan dan kesimpulan.

5. BAB V MODUL IV KOROSI GALVANIK

Bab ini berisi tujuan, teori dasar, metodelogi praktikum, data

pembahasan dan kesimpulan.

6. BAB VI MODUL V PENGGUNAAN INDIKATOR UNTUK STUDI

KOROSI LOGAM

Bab ini berisi tujuan, teori dasar, metodelogi praktikum, data

pembahasan dan kesimpulan.

Praktikum Korosi dan Perlindungan Logam 3

Page 4: Laporan Korosi

BAB II

MODUL I

SIFAT KOROSI BAJA KARBON RENDAH DALAM BERBAGAI

LARUTAN

2.1 Maksud dan Tujuan

Untuk mempelajari cara pengukuran potensial korosi dalam

lingkungannya dan untuk mempelajari penggunaan diagram potential-pH dalam

menjelaskan mekanisme korosi dalam lingkungannya.

2.2 Teori Dasar

Korosi Aqueous adalah korosi pada logam melibatkan reaksi elektrokimia

yaitu reaksi pelepasan elektron (reaksi oksidasi) dan penerimaan elektron (reaksi

reduksi),dimana korosi dapat terjadi jika berada dalam suatu sel elektrolitik. Sel

elektrolitik terdiri dari 4 komponen yaitu anoda (logam yang mengalami reaksi

oksidasi), katoda(logam yang mengalami reaksi reduksi), konduktor logam yang

mengubungkan kedua elektroda (untuk menghantarkan elektron) serta elektrolit

(larutan yang dapat menghantarkan arus atau ion-ion)

Diagram Potensial-pH, atau diagram Pourbaix, sistem Fe-H2O pada umumnya

dikonstruksi dari hasil perhitungan berdasarkan data termodinamika.

Diagram potensial-pH atau diagram Pourbaix memetakan fasa-fasa

stabil logam dan senyawanya dalam larutan dengan pelarut air, yang berada

dalam kesetimbangan termodinamika, sebagai fungsi dari potensial

elektroda dan pH larutan. Dalam diagram potensial pH untuk besi

terdapat zona korosi, yaitu daerah reaksi pelarutan besi yang terletak dalam

daerah asam dan di daerah zona pasif, yaitu daerah terbentuknya selaput tak

larut di permukaan logam yang menghalangi proses korosi lebih lanjut; dan

zona kebal, yaitu daerah yang secara termodinamika

keadaan sebagai logam adalah fasa paling stabil. Gambar 1.1 memperlihatkan

diagram Pourbaix sederhana untuk besi pada keadaan standar pada suhu 25 oC.

Praktikum Korosi dan Perlindungan Logam 4

Page 5: Laporan Korosi

Kegunaan diagram Pourbaixterutama adalah untuk memperkirakan

arah reaksi spontan; komposisi produk korosi; dan perubahan lingkungan

yang akan mencegah atau menurunkan laju serangan korosi. Dengan

menggunakan data termodinamika terpilih yang sesuai dan pemodelan

yang tepat, diagram potensial pH untuk sistem Fe-H2O masih terus direvisi

dan sudah dibuat sampai suhu 300oC.

Walaupun sudah ada usaha membuat diagram potensial pH untuk sistem aliasi

logam Zn-larutan 3% NaCl (tidak pada keadaan standar) secara eksperimen

polarisasi terapan namun belum ada yang mengkonstruksi diagram potensial

pH untuk sistem Fe-H2O berdasarkan hasil eksperimen

potensiodinamik. Proses korosi dalam larutan dengan pelarut air adalah proses

elektrokimia, karenanya dapat diikuti dengan pengukuran polarisasi

potensiodinamik, yaitu salah satu teknik mengkarakterisasi kelakuan korosi

suatu sampel logam dari kaitan antara arus dengan potensial di bawah kondisi

terkontrol. Karakteristik polarisasi sampel logam diukur dengan mengalurkan

respons arus sebagai fungsi dari potensial terapan.

Praktikum Korosi dan Perlindungan Logam 5

Page 6: Laporan Korosi

Gambar 2.1 diagram diagram Pourbaix

2.3 Skema Proses

Praktikum Korosi dan Perlindungan Logam 6

Siapkan Alat dan Bahan

Bersihkan Spesimen ST-37 (amplas)

Bilas dengan Alkohol dan keringkan

Timbang berat masing-masing plat (7 buah)

Buat Larutan- HCl 3% - NaCl 3%- KCrO4 3% - NH4OH 3%- NaOH 3% -- H2O -- HNO3 3% -

Ukur pH dan potensial sel setiap larutan

Celupkan spesimen pada masing – masing larutan

Amati percobaan (3x pengamatan selama 2 hari)

Ukur pH dan potensial sel pada setiap pengamatan

Timbang berat logam pada akhir percobaan

Analisa dan Pembahasan

Kesimpulan

Page 7: Laporan Korosi

2.4 Alat dan Bahan

Alat

Gelas Ukur

Tissue

Pengaduk

Timbangan

pH meter

Amplas

Bahan

7 buah spesimen ST 37

HCL 3%

KCrO4 3%

NaOH 3%

H20

HNO 3%

NaCl 3%

NH4OH 3%

Kabel Tembaga

Praktikum Korosi dan Perlindungan Logam 7

Gambar 2.2 Skema Proses Modul 1

Page 8: Laporan Korosi

2.5 Data Pengamatan

Tabel 2.1 Data Pengamatan modul 1Hari 1

No. LarutanPotensial

KorosipH

1. HCl 3% 263 mv 0,51

2. H2O -140 mv 7.83

3. HNO3 3% 265 mv 0,48

4. NaOH 3% -335 mv 12,11

5. NH4OH 3% -268 mv 10,62

6. K2CrO4 3% -128 mv 8,10

7. NaCl 3% -70 mv 6,98

Tabel 2.2 Data Pengamatan modul 1Hari 2

No. LarutanPotensial

KorosipH

1. HCl 3% 264 mv 0,41

2. H2O -160 mv 8,69

3. HNO3 3% 221 mv 1,3

4. NaOH 3% -340 mv 12,17

5. NH4OH 3% -219 mv 9,83

6. K2CrO4 3% -135 mv 8,21

7. NaCl 3% 103 mv 7,58

Praktikum Korosi dan Perlindungan Logam 8

Page 9: Laporan Korosi

Tabel 2.3 Data Pengamatan modul 1Hari 3

No. LarutanPotensial

KorosipH

1. HCl 3% 267 mv 0,40

2. H2O -146 mv 8,42

3. HNO3 3% 199 mv 1,73

4. NaOH 3% -345 mv 12,28

5. NH4OH 3% -188 mv 9,24

6. K2CrO4 3% -136 mv 8,23

7. NaCl 3% -98 mv 7,49

Tabel 2.4 Data Pengamatan modul 1Hari 4

No. LarutanPotensial

KorosipH

1. HCl 3% 269 mv 0,62

2. H2O -162 mv 7,93

3. HNO3 3% 195 mv 0,52

4. NaOH 3% -352 mv 12,18

5. NH4OH 3% -201 mv 8,98

6. K2CrO4 3% -134 mv 8,10

7. NaCl 3% -85 mv 7,98

Praktikum Korosi dan Perlindungan Logam 9

Page 10: Laporan Korosi

Tabel 2.5 Data Pengamatan modul 1Hari 5

No. LarutanPotensial

KorosipH

1. HCl 3% 235 mv 0,41

2. H2O -145 mv 8,50

3. HNO3 3% 236 mv 1,83

4. NaOH 3% -360 mv 12,30

5. NH4OH 3% -270 mv 9,83

6. K2CrO4 3% -125 mv 8,34

7. NaCl 3% -101 mv 7,59

Tabel 2.6 Data Pengamatan modul 1Hari 6

No. LarutanPotensial

KorosipH

1. HCl 3% 236 mv 0,45

2. H2O -150 mv 8,98

3. HNO3 3% -189 mv 1,75

4. NaOH 3% -361 mv 12,38

5. NH4OH 3% -201 mv 9,78

Praktikum Korosi dan Perlindungan Logam 10

Page 11: Laporan Korosi

6. K2CrO4 3% -138 mv 8,32

7. NaCl 3% -102 mv 7,50

Tabel 2.7 Data Pengamatan modul 1Hari 7

No. LarutanPotensial

KorosipH

1. HCl 3% 238 mv 0,63

2. H2O -148 mv 7,98

3. HNO3 3% 270 mv 0,56

4. NaOH 3% -337 mv 12,80

5. NH4OH 3% -168 mv 10,67

6. K2CrO4 3% -137 mv 8,32

7. NaCl 3% -105 mv 7,72

Kehilangan berat spesimen setiap larutan

Tabel 2.8 Kehilangan berat

No. LarutanBerat

Awal

Berat

Akhir

Berat Akhir

setelah di amplas

1. HCL 3% 7,47 6,71 4,41

2. H2O 7,56 6,41 4,32

Praktikum Korosi dan Perlindungan Logam 11

Page 12: Laporan Korosi

3. HNO3 7,71 7,11 5,76

4. NaOH 3% 7,81 7,04 6,16

5. NH4OH 3% 7,51 7,87 5,17

6. K2CrO4 3% 7,69 7,17 6,01

7. NaCl 3% 7,91 7,01 5,81

Tabel 2.9 Dimensi Spesimen

DimensiHCl

3%

H

2O

HNO

3 3%

Na

OH 3%

NH

4OH

3%

K2C

rO4 3%

Na

Cl 3%

Panjang

(mm)

40,

1

4

0,240,7 41,2 40,9 41,1 41,9

Lebar

(mm)

30,

1

3

0,330,45 30,1 30,4 29,9 29,8

Tebal

(mm)0,7

0,

80,7 0,8 0,8 0,8 0,8

Luas

(mm2)

120

7,01

1

218,0

6

1239,

315

124

0,12

124

3,36

122

8,89

124

8,62

Luas

(inch2)

30,

658

3

0,938

31,47

8

31,4

99

31,5

81

31,2

1

31,7

14

Praktikum Korosi dan Perlindungan Logam 12

Page 13: Laporan Korosi

2.6 Perhitungan dan analisa pembahasan

2.6.1 Perhitungan

Mencari laju korosi didalam mils (1 mil = 0,001-in.) penetration per year

(MPY)

MPY = 534. ΔW

ρ. A . t

Keterangan ΔW = Pengurangan berat (milligram) atau (mg)

ρ = Masa jenis (g/cm3)

A = Luas permukaan (inches2)

t = Waktu (jam).

Masing-masing Plat laju korosinya adalah:

MPY1 = 534 x4,41

7,86 x1207,01 x 168

= 1,5133 x 10-4

MPY2 = 534 x 4,32

7,86 x1218,06 x168

= 1,469 x 10-3

MPY3 = 534 x5,76

7,86 x1239,315 x168

= 1,9253 x 10-3

MPY4 = 534 x6,16

7,86 x1240,12 x 168

= 2,057 x 10-3

MPY5 = 534 x5,17

7,86 x1240,12 x 168

= 1,7267 x 10-3

MPY6 = 534 x6,01

7,86 x1228,89 x168

Praktikum Korosi dan Perlindungan Logam 13

Page 14: Laporan Korosi

= 2,02568 x 10-3

MPY7 = 534 x5,81

7,86 x1248,62 x 168

= 1,92732 x 10-3

2.6.2 Analisa dan Pembahasan

Praktikum modul 1 yaitu tentang penentuan sifat korosi baja

karbon rendah dalam berbagai larutan. Material yang digunakan

adalah plat baja yang kemudian dimasukan kedalam masing-

masing larutan dengan konsentrasi sebesar 5% yaitu larutan HCl,

H2SO4, HNO3, NaCl, NaOH, K2CrO4, dan H20. Kemudian

dilarutkan proses pengamatan yang dilakukan selama 1 minggu

meliputi pengamatan terhadap perubahan warna pada larutan.

Perubahan yang terjadi pada plat, pengujian pH larutan dan

pengujian nilai potensial dari larutan dan perhitungan laju korosi

dengan menggunakan metode kehilangan berat.

Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan plat yang

dicelupkan kedalam larutan yang berbeda, semua plat dalam

keadaan terkorosi. Larutan HNO3 memberikan produk korosi yang

paling tinggi di banding larutan yang lainnya dan berdasarkan

perhitungan yang telah dilakukan dihasilkan bahwa larutan HNO3

Praktikum Korosi dan Perlindungan Logam 14

Page 15: Laporan Korosi

memiliki laju korosi yang aling tinggi yaitu 363,847 mpy. Hal itu

disebabkan karena larutan tersebut bersifat asam kuat yang

merupakan media yang baik untuk melangsungkan transfer

muatan, sehingga mengakibatkan electron lebih mudah untuk dapat

diikat oleh oksigen di udara.

Pada larutan NaOH 3% memiliki laju korosi sebesar 0 mpy. Hal ini

disebabkan karena lapisan logam membentuk lapisan pasivasi pada

permukaanya. Pada daerah yang terjadi kontak antara spesimen

dan kawat tembaga diberikan cat kuku agar tidak terjadi korosi

galvanik pada daerah tersebut.

2.7 Kesimpulan

1. Larutan HNO3 memberikan produk korosi, yang paling tinggi

dibanding laruta yang lainnya.

2. HNO3 memiliki laju korosi paling tinggi 363,847 mpy

3. Pada larutan NaOH 3% memiliki laju korosi sebesar 0 mpy,

karena lapisan logam membentuk pasivasi pada permukannya.

Praktikum Korosi dan Perlindungan Logam 15

Page 16: Laporan Korosi

MODUL II

PENGUJIAN KOROSI RETAK TEGANG (STRESS CORROSION

CRACKING)

3.1 TUJUAN

Untuk mengetahui kecepatan korosi dari material dan untuk

mengetahui waktu patah dari material dan panjang akhir dari material

yang diuji retak tegang

3.2 Dasar Teori

Stress corrosion cracking (SCC) adalah keretakan akibat adanya

tegangan tarik dan media korosif secara bersamaan. Satu hal yang

penting adalah harus dibedakan antara SCC dengan hydrogen

embrittlement dari perbedaaan kondisi lingkungannya. Faktor-faktor

yang mempengaruhi timbulnya korosi tegangan (SCC) adalah:

Adanya tegangan tarik (tensile stress)

Paduan yang rentan ( susceptible material)

Praktikum Korosi dan Perlindungan Logam 16

Page 17: Laporan Korosi

lingkungan yang korosif (corrosive environment)

Gambar 3.1 Hubungan SCC dengan lingkungan

Dampak SCC pada material biasanya jatuh antara kering retak

dan ambang batas kelelahan material itu. SCC ini banyak terjadi pada

tangki bertekanan yang menampung cairan kimia, konstruksi-

konstruksi baja yang berada di daerah korosif, system pipa reaktor

nuklir, sudu turbin, dll.

Adapun jenis dari SCC yaitu :

1. Intergranular, yang bergerak sepanjang grain boundaries dimana

crack akan dimulai dan berkembang di sepanjang batas butir

2. Transgranular, pergerakannya tidak nyata dimana crack akan terjadi

melintasi butir.

Praktikum Korosi dan Perlindungan Logam 17

Page 18: Laporan Korosi

Gambar 3.2 Interglanular (1) dan transglanular (2)

Pengujian korosi retak tegang dilakukan dengan pembebanan

yang konstan pada temperature 750C dalam larutan NaCl. Data yang di

ambil dalam pengujian ini adalah pertambahan panjang material

sebagai fungsi dari waktu.

dari pengujian ini dapat kita pelajari pengaruh beban, pengaruh

temperature dan pengaruh pH terhadap waktu patah.

3.3 SKEMA PROSES

Praktikum Korosi dan Perlindungan Logam 18

Siapkan Alat dan Bahan

Amplas specimen ST-37 (Dimensi Atandar ASTM)

Ukur Dimensi

Pasang pada sel Uji

Masukan NaCl 3%

Beri beban 10 kg / ½ dari yield strength

Beri gelembung udara

Page 19: Laporan Korosi

Penjelasan skema proses

1. Sampel diabrasi hiongga P 1200 grit.

2. Sampel disesuaikan ukurannya berdasarkan standar ASTM.

3. Daerah-daerah yang diperkirakan akan kontak dengan penjepit

pada saat pengujian diberi lapisan cat kuku untuk mencegah

korosi galvanic.

4. Sampel dipasang pada kedua penjepit di dalam sel uji.

5. Beban yang digunakan adalah setengah dari tegangan geser.

6. Larutan uji dituang ke dalam sel uji, kemudian diberi gelembung

udara.

Praktikum Korosi dan Perlindungan Logam 19

Gambar 3.3 Skema Proses Modul 2

Page 20: Laporan Korosi

7. Kemudian dial gauge diposisikan pada angka nol dan waktu

pengujian dihitung sejak saat tersebut.

8. Pertambahan panjang material dicatat sebagai fungsi dari waktu.

Gambar Proses

Gambar 3.4 Proses modul II

3.4 ALAT DAN BAHAN

Alat :

Sel Uji

Beban 10 kg

Dial gauge

Jangka Sorong

Mesing gelembung udara

Bahan:

Praktikum Korosi dan Perlindungan Logam 20

Page 21: Laporan Korosi

Spesimen baja ST-37 dengan dimensi standar ASTM

Amplas 1200 grit

Larutan NaCl 3%

3.5 DATA PENGAMATAN

Tabel 3.1 Data Awal Pengujian SCC

Beban SCC 10 kg

Spesimen Plat baja ST-37

Larutan NaCL 3%

Waktu pengamatan Setiap 3 jam

Waktu awal

pembebanan

Senin 5-12-2011 pukul 16:45

Tabel 3.2 Data Pengamatan Pengujian SCC

TanggalPerubahan Panjang Pada Jam (mm)

19.45 22.45 01.45 04.45 07.45 10.45 13.45 16.45

Senin-Selasa 5-6

Desember 20110 0 0 0

1/4 X

0,01

1/3X

0,01

1/3X

0,01

½ X

0,01

Selasa-Rabu 6-7

Desember 2011

½ X

0,01

½ X

0,01½ X 0,01

½ X

0,01

½ X

0,01

1/2X

0,012X 0,01

2 X

0,01

Rabu-Kamis 7-8 3 X 3 X 3 X 0,01 3,25 X 3,25 X 3,5X 3,5X 4 X

Praktikum Korosi dan Perlindungan Logam 21

Page 22: Laporan Korosi

Desember 2011 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01

Kamis-Jum'at 8-9

Desember 2011

4,75 X

0,01

4,75 X

0,015 X 0,01

5 X

0,01

5 X

0,017X 0,01 7X 0,01

8 X

0,01

Jum'at-Sabtu 9-10

Desember 2011

9 X

0,01

9 X

0,01

9,75 X

0,01

9,75 X

0,01

10 X

0,01

10X

0,01

10X

0,01

10,5 X

0,01

Sabtu-Minggu 10-

11 Desember

2011

12 X

0,01

12 X

0,01

12 X

0,01

14 X

0,01

14 X

0,01

14X

0,01

14,5X

0,01

14,5 X

0,01

Minggu-Senin 11-

12 Desember

2011

15 X

0,01

15 X

0,01

18 X

0,01

18 X

0,01

20 X

0,01

20X

0,01

20X

0,01

21,5 X

0,01

Gambar 3.5 Spesimen modul II

Foto Praktikum

Praktikum Korosi dan Perlindungan Logam 22

6,85mm

15,75mm

Hari ke-1 Hari ke-3

21,35

Page 23: Laporan Korosi

3.6 ANALISA DAN PEMBAHASAN

Material plat baja ST-37 yang dimensinya sudah sesuai dengan

standar ASTM diberikan beban sebesar 10 kg pada sel uji yang diisi

dengan larutan NaCl 3% dan diamati 3 jam sekali selama 7 hari.

Plat baja ST-37 yang memiliki kekuatan tarik sebesar 37 kg/mm2

ternyata mengalami penambahan panjang ketika diberi beban 10 kg,

pada kondisi normal seharusnya hal ini tidak terjadi karena kekuatan

material lebih besar dibandingkan dengan beban yang bekerja.

Penambahan panjang ini diakibatkan oleh adanya beban tarik dan

disertai dengan terjadinya korosi yang dialami specimen. Seperti yang

Praktikum Korosi dan Perlindungan Logam 23

Foto Dial Gauge

Hari ke-7

Gambar 3.6 Foto Praktikum Modul II

Page 24: Laporan Korosi

kita ketahui nilai potensial korosi dan PH pada larutan NaCl 3%

bersifat korosif dan jika kita menggunakan diagram poubaix maka

akan terlihat jelas bahwa PH dan Potensial korosi larutan NaCl 3%

berada pada daerah korosi.

Dari data yang diperoleh melalui pengamatan setiap 3 jam sekali

selama 7 hari kita bias melihat perubahan panjang specimen yang

terjadi selama 7 hari tersebut specimen mengalami penambahan

panjang sebesar 0,215 mm. Hal ini menegaskan bahwa specimen

mengalami Stress Corrosion Cracking (Korosi Retak Tegang) karena

specimen mengalami kondisi pembebanan sekaligus mengalami

korosi. Beban yang digunakan jauh dibawah kekuatan tarik

spesimennya namun karena mengalami Korosi maka specimen

mengalami degradasi material sehingga mempengaruhi sifat

mekaniknya.

3.7 KESIMPULAN

Spesimen mengalami Stress Corrosion Cracking (Korosi Retak

Tegang)

Spesimen mengalami penambahan panjang sebesar 0,215 mm

dengan kondisi pembebanan 10 kg dalam larutan NaCl 3% selama

7 hari

Spesimen mengalami penambahan panjang akibat kondisi

pembebanan yang disertai terjadinya korosi pada specimen

Larutan NaCl 3% bersifat korosif

Korosi dapat mempengaruhi sifat mekanik dari material

Praktikum Korosi dan Perlindungan Logam 24

Page 25: Laporan Korosi

BAB IV

MODUL III

SIMULASI PROTEKSI KATODIK

4.1 Maksud dan Tujuan

Untuk mengetahui proses proteksi katodik pada atmosfer laut.

Mampu merancang proteksi katodik pada baja dalam atmosfer air laut.

4.2 Dasar Teori

Proteksi Katodik ( Cathodic Protection) adalah teknik yang digunakan untuk

mengendalikan korosi pada permukaan logam dengan menjadikan permukaan

Praktikum Korosi dan Perlindungan Logam 25

Page 26: Laporan Korosi

logam tersebut sebagai katoda dari sel elektrokimia. Proteksi katodik ini

merupakan metode yang umum digunakan untuk melindungi struktur logam dari

korosi. Sistem proteksi katodik ini biasanya digunakan untuk melindungi baja,

jalur pipa, tangki, tiang pancang, kapal, anjungan lepas pantai dan casing

(selubung) sumur minyak di darat.

Proteksi katodik merupakan salah satu metoda yang banyak digunakan pada

proses pencegahan dan penurunan umur pakai material oleh korosi. Korosi dapat

dikurangi sampai nol dan bila system mampu dipertahankan akan memberikan

proteksi yang baik. Selain itu proteksi katodik merupakan cara yang efektif dalam

mencegah stress corrosion cracking (retak karena korosi). Proteksi katodik paling

banyak digunakan untuk baja karbon dengan kecepatan korosi yang sedang dan

biasanya dikombinasikan dengan proses pelapisan.

Proteksi katodik dihasilkan dari polarisasi katodik dari permukaan logam

yang terkorosi untuk menurunkan kecepatan korosi. Misalkan besi yang terkorosi

dalam larutan elektrolit, maka reaksi pada anoda dan katoda adalah:

Fe Fe2+ + 2e

O2 +2H2O + 4e 4OH-

Polarisasi katodik system di atas dari potensial korosi, Ecorr yang menurunkan

kecepatan reaksi setengah sel:

Dengan adanya penambahan electron, reaksi akan bergeser dari arah kanan ke

kiri.

Dengan adanya penambahan electron, akan meningkatkan kecepatan reduksi

O2 dan pembentukan OH-.

Proteksi katodik terbagi ke dalam 2 macam yaitu :

1. Impressed current (arus tanding)

Praktikum Korosi dan Perlindungan Logam 26

Page 27: Laporan Korosi

Untuk struktur (bangunan) yang lebih besar, anoda galvanik tidak dapat

secara ekonomis mengalirkan arus yang cukup untuk melakukan perlindungan

yang menyeluruh. Sistem Impressed Current Cathodic Protection (ICCP)

menggunakan anoda yang dihubungkan dengan sumber arus searah (DC) yang

dinamakan cathodic protection rectifier. Anoda untuk sistem ICCP dapat

berbentuk batangan tubular atau pita panjang dari berbagai material khusus.

Material ini dapat berupa high silikon cast iron(campuran besi dan silikon), grafit,

campuran logam oksida, platina dan niobium serta material lainnya.

Tipe sistem ICCP yang umum untuk jalur pipa terdiri dari rectifier

bertenaga arus bolak-balok (AC) dengan output arus DC maksimum antara 10 -

50 ampere dan 50 volt. Terminal positif dari output DC tersebut dihubungkan

melalui kabel ke anoda-anoda yang ditanam di dalam tanah. Banyak aplikasi

menanam anoda hingga kedalaman 60 m (200 kaki) dengan diameter lubang 25

cm (10 inchi) serta ditimbun dengan conductive coke (material yang dapat

meningkatkan performa dan umur dari anoda). Sebuah kabel berkapasitas sesuai

dengan arus yang timbul menghubungkan terminal negatif rectifier dengan jalur

pipa. Output operasi yang dihasilkan dari rectifier diatur pada tingkat optimal oleh

seorang ahli CP setelah sebelumnya melakukan berbagai pengujian termasuk

diantaranya pengukuran potensial elektrokimia.

2. Sacrifical anode (anoda korban)

Praktikum Korosi dan Perlindungan Logam 27

Gambar 4.1 Impressed current (arus tanding)

Page 28: Laporan Korosi

Anoda korban, menggunakan prinsip galvanik dimana struktur yang

dilindungi dihubungkan dengan logam lain yang bersifat anodik. Pada saat ini,

galvanik atau anoda korban dibuat dalam berbagai bentuk dengan

menggunakan alloy (campuran logam) dari seng, magnesium dan alumunium.

Potensial elektrokimia, kapasitas arus, dan laju konsumsi dari campuran

logam ini lebih besar sebagai CP daripada besi

Anoda galvanik dirancang agar memiliki voltase aktif (sebenarnya secara

teknik memiliki potensial elektrokimia lebih negatif) lebih tinggi daripada

logam yang terdapat pada struktur baja. Untuk mendapatkan CP yang efektif,

potensial dari permukaan baja dipolarisasi (didorong) agar menjadi lebih

negatif hingga permukaannya memiliki potensial yang seragam. Pada tahap

ini, daya dorong yang dapat menyebabkan reaksi korosi menjadi tertahan.

Anoda galvanik kemudian akan terus terkorosi memakan material anoda

hingga suatu saat perlu diganti. Polarisasi disebabkan oleh laju arus dari anoda

Praktikum Korosi dan Perlindungan Logam 28

Gambar 4.2 Sacrifical anode (anoda korban)

Page 29: Laporan Korosi

yang menuju ke katoda. Daya dorong bagi laju arus dari CP adalah perbedaan

potensial elektrokimia antara anoda dan katoda.

Proteksi Katodik yang menggunakan cara anoda korban pada prinsipnya

adalah menghilangkan area anoda yang ada pada logam dengan menempelkan

bahan lain yang lebih aktif pada struktur logam yang akan dilindungi.

Selanjutnya logam secara keseluruhan akan menjadi area katoda yang

terlindungi selama bahan anoda korban masih ada yang melekat pada logam

tersebut dan terdapat pada lingkungan (elektrolit) yang sama.

4.3 Skema Proses

Praktikum Korosi dan Perlindungan Logam 29

Pengukuran sampel Timbang berat

Panjang

Lebar

Tebal

Persiapan permukaan (Ampelas Lempeng Baja)

Persiapan alat dan Bahan :

Lempeng baja (ST-37)

kawat

Mg (anoda korban)

Cat kuku

Page 30: Laporan Korosi

Gambar 4.1 Skema proses modul III

Penjelasan Skema Proses

1. Tentukan jenis dan jumlah anoda yang digunakan.

2. Bersihkan baja dan anoda yang akan digunakan.

3. Tentukan berat awal Sampel dan anoda korban

4. tentukan luas permukaan yang akan diproteksi.

5. Lilitkan kawat ke Sampel dan anoda

6. Tutup sambungan kawat antara anoda dan sampel dengan cat

kuku untuk menghindari terjadinya korosi galvanic.

7. Ukur pH, potensial berat setiap kali pengamatan (selama 1

minggu).

8. Gambarkan grafik hubungan antara pertambahan berat terhadap

waktu, potensial terhadap waktu, dan ph terhadap waktu.

Gambar Proses

Praktikum Korosi dan Perlindungan Logam 30

Kesimpulan

Data dan Pembahasan

pengamatan

Lapisi dengan Cat kuku

Lilitkan kawat dengan lempeng baja dengan anoda korban

Masukan kedalam Larutan Nacl 1,5%(Ampelas Lempeng Baja)

Page 31: Laporan Korosi

Gambar 4.2 Proses Modul III

4.4 Alat dan Bahan

Alat :

Timbangan digital

Kaca arloji

pH meter

Botol aquadest

Bahan-bahan yang dibutuhkan:

Sampel

Kabel

Cat kuku

lar. NaCl 1,5%

Anode korban (mg)

Praktikum Korosi dan Perlindungan Logam 31

Page 32: Laporan Korosi

4.5 Data Pengamatan

1. Data awal

Spesimen : Plat Baja

Berat Spesimen : 470 gr

Panjang : 304 mm

Lebar : 39 mm

Tebal : 4 mm

Berat anoda : 32 gr (awal).

pH awal : 7,28

Potensial (mV) : -90

Larutan : lar. NaCl 1,5%

Praktikum Korosi dan Perlindungan Logam 32

Page 33: Laporan Korosi

2. Data Pengamatan Spesimen

Tabel 4.1 Pengamatan specimen selama 7 hari

Hari Ke-

pHPotensial

(mV)Keterangan

1 7,28 -90 Pada bagian bawah batang yang terkena

air terdapat bercak putih (jamur).

Pada bagian atas yang tidak terkena air

timbul bercak-bercak merah kecoklatan

(karat)

Pada anoda korban menempel jamur

berwarna putih

2 9,58 -194 Pada bagian bawah batang yang terkena

air terdapat bercak putih (jamur).

Pada bagian atas yang tidak terkena air

timbul bercak-bercak merah kecoklatan

yang semakin banyak(karat)

Pada larutan terdapat endapan putih

didasar dan terdapat juga di bagian atas

permukaan dan

Pada anoda korban masih menempel

jamur putih.

3 9,28 -190 Pada bagian bawah batang yang terkena

air terdapat bercak putih semakin banyak

(jamur).

Pada bagian atas yang tidak terkena air

timbul bercak-bercak merah kecoklatan

yang semakin banyak(karat)

Pada larutan terdapat endapan putih di

dasar dan terdapat juga busa di bagian

Praktikum Korosi dan Perlindungan Logam

32

Page 34: Laporan Korosi

atas permukaan serta warna larutan yang

semakin keruh.

Pada anoda korban masih menempel

jamur putih.

4 9,52 -192 Pada bagian bawah batang yang terkena

air terdapat bercak putih (jamur).

Pada bagian atas yang tidak terkena air

masih terdapat bercak-bercak merah

kecoklatan yang semakin banyak(karat)

Pada larutan terdapat endapan coklat dan

larutan berwarna bening kecoklatan

Pada anoda korban masih menempel

jamur putih.

5 9,15 -182 Pada bagian bawah batang yang terkena

air terdapat bercak putih (jamur).

Pada bagian atas yang tidak terkena air

masih terdapat bercak-bercak merah

kecoklatan yang semakin banyak(karat)

Pada larutan terdapat endapan kuning

kecoklatan dan larutan berwarna bening

kecoklatan

Pada anoda korban, jamur putih yang

menempel semakin sedikit.

6 8,95 -175 Pada bagian bawah batang yang terkena

air terdapat bercak putih (jamur).

Pada bagian atas yang tidak terkena air

masih terdapat bercak-bercak merah

kecoklatan yang semakin banyak(karat)

Pada larutan terdapat endapan kuning

kecoklatan dan larutan berwarna bening

kecoklatan

Praktikum Korosi dan Perlindungan Logam

33

Page 35: Laporan Korosi

Pada anoda korban, jamur putih yang

menempel semakin sedikit.

Terdapat gelembung yang menempel

pada dinding kaca pereaksi

7 9,25 -187 Pada bagian bawah batang yang terkena

air terdapat bercak putih (jamur).

Pada bagian atas yang tidak terkena air

masih terdapat bercak-bercak merah

kecoklatan (karat)

Pada larutan terdapat endapan kuning

kecoklatan dan larutan berwarna orange.

Pada anoda korban, jamur putih yang

menempel semakin sedikit.

Berat anoda akhir: 31 gr

Gambar-gambar hasil praktikum

Gambar 4.3 Sebelum dilakukan percobaan

Praktikum Korosi dan Perlindungan Logam

34

Page 36: Laporan Korosi

Hari ke-3 Hari ke-4 Hari ke-5

Hari ke-6 Hari ke-7

Gambar 4.4 Setelah dilakukan percobaan

4.6 Analisa dan Pembahasan

Pada praktikum modul III yaitu simulasi proteksi katodik dimana

percobaan ini bertujuan untuk merancang proses proteksi katodik pada

atmosfer air laut. Jenis dari proteksi katodik yang digunakan pada

percobaan kali ini adalah SACP (Sacrificial Anode Cathodic Protection)

atau anoda korban. SACP yaitu proses pencegahan korosi atau perlindungan

logam dengan menggunakan prinsip galvanik dimana struktur yang

dilindungi dihubungkan dengan logam lain yang bersifat anodik. Galvanik

atau anoda korban yang digunakan berupa paduan seng, logam yang akan

dilindungi adalah sebatang material yang terbuat dari baja.

Praktikum Korosi dan Perlindungan Logam

35

Page 37: Laporan Korosi

Anoda korban dirancang agar memiliki voltase aktif (sebenarnya

secara teknik memiliki potensial elektrokimia lebih negatif) lebih tinggi

daripada logam yang terdapat pada struktur baja. Untuk mendapatkan CP

yang efektif, potensial dari permukaan baja dipolarisasi (didorong) agar

menjadi lebih negatif hingga permukaannya memiliki potensial yang

seragam. Pada tahap ini, daya dorong yang dapat menyebabkan reaksi korosi

menjadi tertahan. Anoda korban kemudian akan terus terkorosi memakan

material anoda hingga suatu saat perlu diganti. Polarisasi disebabkan oleh

laju arus dari anoda yang menuju ke katoda, dimana daya dorong laju arus

dari CP adalah perbedaan potensial elektrokimia antara anoda dan katoda.

Larutan elektrolit yang digunakan adalah larutan garam sehingga

dapat digunakan sebagai media hantaran ion. Berat awal anoda adalah

sebesar 32 gr dan setelah dilakukan pengamatan selama seminggu berat

anoda akhir adalah 31 gr, sehingga anoda ini mengalami kehilangan berat

sebesar 1 gr. Dengan adanya kehilangan berat tersebut pada anoda maka

simulasi proteksi katodik tersebut dapat dikatakan berhasil karena baja

tersebut terlindungi dari korosi dengan mengorbankan Mg untuk terlebih

dahulu terkena korosi. Namun pada baja pun terdapat korosi karena baja

tidak tercelup semuanya ke dalam larutan garam, sehingga bagian atas baja

yang tidak tercelup terdapat bercak kemerahan (karat) yang disebabkan

perbedaan konsentrasi O2. Pada larutan terdapat endapan yang semakin

banyak untuk hari berikutnya.

Praktikum Korosi dan Perlindungan Logam

36

Page 38: Laporan Korosi

1 2 3 4 5 6 70

2

4

6

8

10

12

Grafik Ph terhadap Waktu

Gambar 4.5 Grafik Ph terhadap Waktu

1 2 3 4 5 6 7

-250

-200

-150

-100

-50

0

Grafik Potensial terhadap waktu

Gambar 4.5 Grafik Potensial terhadap Waktu

Praktikum Korosi dan Perlindungan Logam

Waktu (Hari)

Ph

Pot

ensi

al K

oros

i (m

V)

37

Page 39: Laporan Korosi

1 2 3 4 5 6 730

30.5

31

31.5

32

32.5

33

33.5

Grafik berat terhadap waktu

Gambar 4.5 Grafik Berat terhadap Waktu

4.7 Kesimpulan

1. Larutan elektrolit yang digunakan adalah larutan garam (lar.NaCl 3%)

sehingga dapat digunakan sebagai media hantaran ion.

2. Berat awal anoda adalah sebesar 32 gr dan berat anoda akhir adalah 31

gr, sehingga anoda ini mengalami kehilangan berat sebesar 1 gr

3. Pada baja terdapat korosi karena baja yang tercelup hanya sebagian,

sehingga bagian atas baja yang tidak tercelup terdapat bercak kemerahan

(karat) yang disebabkan perbedaan konsentrasi O2.

4. Pada larutan terdapat endapan yang semakin banyak untuk hari

berikutnya.

BAB V

MODUL IV

Praktikum Korosi dan Perlindungan Logam

Ber

at (

gr)

Waktu (Hari)

38

Page 40: Laporan Korosi

KOROSI GALVANIK

5.1 Tujuan

Untuk mengetahui korosi pada logam dengan perbedaan kemuliaannya

pada kondisi tertentu serta mengetahui korosi pada logam paduan yang

mempunyai perbedaan potensial.

5.2 Teori Dasar

Korosi logam tak sejenis adalah istilah yang dipakai untuk korosi

akibat dua logam tak sejenis yang tergandeng membentuk sebuah sel

korosi basah sederhana. Sebutan lain untuk korosi logam tak sejenis

adalah korosi dwilogam atau korosi galvanik. Untuk mengetahui tingkat

kecenderungan korosi galvanik di gunakan deret galvanik. Deret ini

mempunyai manfaat praktis besar sekali karena dapat memungkinkan

memperkirakan secara cepat hambatan korosi pada suatu gandengan

logam tak sejenis. Contoh dari sebuah deret adalah tabel 5.1 yang

merupakan deret elektrokimia.

Reaksi elektroda E0 (Volt)

Au+ + c = Au +1.68 Ni2+ + 2c = Ni - 0.25

Pt2+ + 2c = Pt +1.20 Cd2+ + 2c = Cd - 0.40

Hg2+ + 2c = Hg +0.85 Fe2+ + 2c = Fe - 0.44

Ag+ + c = Ag +0.80 Cr3+ + 3c = Cr - 0.71

Cu2+ + 2c = Cu +0.34 Zn2+ + 2c = Zn - 0.76

2h+ + 2c = H2 0.00 Al3+ + 3c = Al - 1.67

Pb2+ + 2c = Pb - 0.13 Mg2+ + 2c = Mg - 2.34

Sn2+ + 2c = Sn - 0.14 Na+ + c = Na - 2.71

Ca2+ + 2c = Ca - 2.87 K+ + c = K - 2.92

Tabel 5.1 Potensial-potensial Reduksi Baku (KR. Trethewey)

Praktikum Korosi dan Perlindungan Logam

39

Page 41: Laporan Korosi

Daftar ini membandingkan potensial-potensial reduksi (atau Oksidasi) logam-

logam, tetapi berbeda dari deret galvanik beberapa hal:

a. Deret elektrokimia memuat data elektrokimia yang bersifat mutlak dan

kuantitatif untuk penggunaan dalam perhitungan-perhitungan teliti. Deret

galvanik menyatakan hubungan antara logam yang satu dengan yang lain

dibuat dari hasil perbandingan kualitatif atas aktivitas logam-logam.

b. Deret elektrokimia harus dan hanya memuat data tentang unsur-unsur

logam, sedangkan deret galvanik memuat informasi baik mengenai logam

murni maupun paduan, dengan demikian mempunyai manfaat praktis lebih

besar.

Gambar 5.1 Deret Galvanik ( KR. Trethewey )

Sebuah deret galvanik dapat dilihat pada gambar 3. Gambar ini

memperlihatkan deret galvanik untuk sejumlah logam pada 25 oC dengan air

sebagai elektrolit. Potensial-potensial yang di urutkan adalah gambar

potensial-potensial korosi yang betul-betul bebas, dan pada umumnya dapat di

tafsirkan bahwa semakin jauh letak dua logam dalam deret, makin parah

korosi yang mungkin di alami oleh logam dengan aktivitas lebih besar.

Praktikum Korosi dan Perlindungan Logam

40

Page 42: Laporan Korosi

Pengampelasan spesimen

Pengukuran dimensi spesimen

Pembuatan larutan Hcl

Pelnglilitan plat dengan kawat

Memasukan spesimen ke dalam larutan

Data pengamatan

Analisa dan pembahasan

Kesimpulan

5.3 Skema Proses

Gambar 5.2 Skema Proses modul IV

Penjelasan Skema Proses

1. Plat dibersikan dengan cara diampelas dan kemudian di pickling

Praktikum Korosi dan Perlindungan Logam

41

Page 43: Laporan Korosi

2. Lilitkan kawat tembaga dengan plat alumunium

3. Masukan plat ke dalam larutan HCl 1 N

4. Amati spesimen setiap hari selama 1 minggu

5. Analisa dari hasil pengamatan

Gambar Proses

Gambar 5.3 Gambar Proses modul 4

5.4 Alat dan Bahan

Alat:

Gunting

Gelas beacker

Tang

Bahan:

Plat alumunium

Kawat tembaga P 21,5 cm, ∅ = 0,7 mm

HCl encer 1 N

Air

6.5 Data Pengamatan

Data Awal

Jenis spesimen : Aluminium

Praktikum Korosi dan Perlindungan Logam

Kawat tembaga

Plat Al

Larutan HCl 1N

42

Page 44: Laporan Korosi

Berat Awal : 3,16 gBerat Akhir : 3,02 gPH awal larutan : 2,4Potensial awal : 298 mV

Kawat tembaga, Cu panjang, P = 20,5 cm. Berat Cu W = 6,05 gram

Data pengamatan

Tabel 5.2 data pengamatan plat Al

Hari ke-1

Plat masih tidak ada perubahan

Terjadi gelembung udara disekitar plat

Warna larutan tetap bening

Hari ke-2

Plat mulai menjadi agak buram .

Terjadi gelembung udara disekitar plat Al.

Hari ke-3

Plat mulai semakin buram .

Gelembung udara disekitar lilitan Cu makin banyak.

Praktikum Korosi dan Perlindungan Logam

43

Hari ke Plat Al dalam HCl 1N

Eh (mV) pH Wo (berat awal) Wa ( berat akhir)

1. 205 3.09 3,16 gr 3.14 gr

2 195 3.67 3.14 gr 3.13 gr

3 186 3.54 3.13 gr 3.11 gr

4 177 3.34 3.11 gr 3.09 gr

5 173 3.46 3.09 gr 3.06 gr

6 168 3.56 3.06 gr 3.05 gr

7 186 3.67 3.05 gr 3,02 gr

Page 45: Laporan Korosi

Hari ke-4

Plat menjadi buram terdapat bercak hitam .

Gelembung udara disekitar lilitan Cu makin bertambah.

Hari ke-5

Plat menjadi sedikit hitam

Gelembung udara disekitar lilitan Cu makin bertambah.

Hari ke-5

Plat menjadi hitam

Gelembung udara disekitar lilitan Cu semakin bertambah.

Hari ke-6

Plat menjadi lebih hitam

Gelembung udara disekitar lilitan Cu semakin bertambah.

Gambar-gambar hasil praktikum

Gambar 5.4 Sebelum dilakukan percobaan

Praktikum Korosi dan Perlindungan Logam

44

Page 46: Laporan Korosi

6.6 Analisa dan Pembahasan

Korosi Galvanik terjadi ketika dua logam yang berbeda yang saling

kontak keduanya di dalam larutan elektrolit. Logam yang lebih aktif akan

terkorosi dari pada logam yang lebih mulia.pada praktikum ini di pakai

dua logam yang mempunyai potensial berbeda dan keaktifan yang yang

berbeda, cu lebih mulia dari pada aluminium atau plat Al lebih aktif di

bandingkan dengan plat Cu, sehingga plat Al yang terkorosi terlebih

dahulu kemudian kawat cu, sesuai dengan deret galvanis

Reaksi galvanic terjadi juga apabila berada dalam lingkungan elektrolit (HCl 1N)

Apabila ada dua logam yang berdekatan mempunyai potensial yang berbeda

kemudian ada dalam suatu elektrolit, maka akan terjadi sel galvanic. Serta

komposisi dari logam bila tidak homogen adalah yang menentukan bahwa pada

logam yang sama ada anoda dan katoda.

Praktikum Korosi dan Perlindungan Logam

Gambar 5.5 Setelah dilakukan percobaan

45

Page 47: Laporan Korosi

1. Reaksi yang terjadi pada larutan HCl 1N tersebut dalam sell galvanic

adalah:

Anoda Al → Al2+ + 2e-

Katoda Cu2+ + 2e- → Cu.

Pertambahan berat korosi sebanding dengan waktu,

5.7 Kesimpulan

1. Plat Al lebih aktif dari kawat Cu, sehingga Al lebih dahulu

terkorosi

2. Korosi galvanis terjadi karena adanya perbedaan potensial dalam

lingkungan elektrolit

3. Reaksi yang terjadi pada larutan HCl 1N tersebut dalam sell

galvanic adalah:

Anoda Al → Al2+ + 2e-

Katoda Cu2+ + 2e- → Cu

4. Pada korosi galvanic bahan yang berbeda berada dalam satu

lingkungan elektrolit yang aktif atau kurang mulia akan mengalami

korosi.

5. Bahann yang lebih mulia yaitu Cu akan terlindung dari korosi.

6. Gelembung udara yang terdapat pada llilitan kabel Cu menandakan

Cu kaya akan oksigen dan dalam sell galvanic menjadi katoda.

7. Plat baja berwarna hitam menandakan terjadinya reaksi kimia

dimana Fe dalam sell galvanic menjadi anoda.

8. Waktu, t berbanding lurus dengan pertambahan berat korosi.

Semakin waktunya lama maka berat korosi semakin bertambah.

BAB VI

MODUL V

PENGGUNAAN INDIKATOR UNTUK STUDI

KOROSI LOGAM

Praktikum Korosi dan Perlindungan Logam

46

Page 48: Laporan Korosi

6.1 Maksud dan Tujuan

Untuk mempelajari proses terjadinya reaksi anoda korban dalam

lingkungannya.

6.2 Teori Dasar

Penggunaan indicator juga dilakukan untuk menerangkan daerah-

daerah logam yang mana bersifat katodik serta untuk melihat keberhasilan

suatu logam untuk dikurangi laju korosinya.

Elektrolit agar-agar digunakan supaya laju difusi produk reaksi yang

terbentuk pada permukaan logam dapat dihambat. Percobaan ini dilakukan untuk

menekankan pengertian mekanisme korosi galvanic yang telah dipelajari.

6.3 Skema Proses

Praktikum Korosi dan Perlindungan Logam

Persiapan alat dan Bahan :

Seng (Plat)

Paku

47

Page 49: Laporan Korosi

Gambar 6.1 Skema proses modul V

Penjelasan Skema Proses

1. Bersihkan permukaan logam dengan menggunakan kertas

ampelas 1200 grit, bilaslah dengan alikohol dan kemudian

keringkan.

2. Kemudian plat dihubungkan dengan kabel dan tutup sambungan

kabelnya dengan cat kuku.

3. Setelah kering, letakkan setiap pasangan logam dalam gelas

kimia

4. Sementara:

Praktikum Korosi dan Perlindungan Logam

Pemasukan plat dan paku ke dalam larutan agar-agar

Pembuatan media agar-agar

Persiapan permukaan dan pemasangan plat :

Ampelas plat seng

Pasangkan plat dan paku dengan kabel

Data dan Pembahasan

Kesimpulan

48

Page 50: Laporan Korosi

a. Panaskan larutan agar-agar sampai mendidih, kemudian

dinginkan hingga temperature 600C dan tambahkan indicator

PP sebanyak 3 kali.

b. Aduk rata larutan tersebut sampai homogen.

5. Kemudian tuangkan ke dalam gelas kimia yang telah berisi

pasangan logam.

6. Mengamati setiap hari selama 7 hari.

7. Menggambarkan daerah yang terkena korosi.

Gambar Proses

Gambar 6.2 Proses modul V

6.4 Alat dan Bahan

Alat-alat :

Praktikum Korosi dan Perlindungan Logam

49

Page 51: Laporan Korosi

Gelas Kimia

Batang pengaduk

Pemanas

Cat kuku

Kabel

Labu Erlenmeyer

Bahan-bahan :

Sampel (plat seng)

Alkohol

Indikator PP

Agar-agar

Kalium ferricianida

Kalium ferrocianida

NaCl

Praktikum Korosi dan Perlindungan Logam

50

Page 52: Laporan Korosi

6.5 Data Pengamatan

1. Data Awal

Jenis specimen1 : Seng

Jenis spesimen2 : Paku

Berat awal : 1,13 g

Berat akhir : 1,16 g

2. Data Pengamatan

Tabel 6.1 Pengamatan sampel selama 7 hari

Hari

Ke-

Warna

pada paku

Warna

pada sengKeterangan

1 Putih hijau Pada bagian bawah paku

terdapat noda putih

Pada seng terdapat noda

hijau pada bagian

bawahnya

2 hijau hijau Pada bagian bawah paku

terdapat noda hijau yang

semakin banyak.

Pada seng terdapat noda

hijau pada bagian

bawahnya semakin

banyak

3 hijau hijau Pada bagian bawah paku

terdapat noda hijau yang

semakin banyak.

Pada seng terdapat noda

hijau pada bagian

bawahnya semakin

banyak

Praktikum Korosi dan Perlindungan Logam 51

Page 53: Laporan Korosi

Pada bagian permukaan

agar-agar muncul jamur

berwarna putih.

4 hijau hijau Pada bagian bawah paku

terdapat noda hijau yang

semakin banyak.

Pada seng terdapat noda

hijau pada bagian

bawahnya semakin

banyak

Pada bagian permukaan

agar-agar terdapat jamur

berwarna putih.

5 hijau hijau Pada paku terdapat noda

hijau yang menutupi

hampir diseluruh bagian.

Pada seng terdapat noda

hijau yang menutupi

hampir seluruh

permukaan.

Pada bagian permukaan

agar-agar masih terdapat

jamur berwarna putih.

6 Hijau pekat Hijau pekat Pada bagian tubuh paku

terdapat noda hijau pekat

yang menempel seperti

menyelubungi paku.

Pada seng terdapat hijau

pekat pada hampir di

seluruh permukaan.

Pada bagian permukaan

Praktikum Korosi dan Perlindungan Logam 52

Page 54: Laporan Korosi

agar-agar mulai muncul

larva.

7 Hijau pekat Hijau pekat Pada bagian bawah paku

masih diselimuti jamur

berwarna putih kebiruan.

Pada seng terdapat noda

hijau yang menutupi

permukaan seng.

Pada bagian permukaan

agar-agar terdapat larva

yang semakin banyak.

Gambar-gambar hasil pengamatan

Gambar 6.3 Sebelum dilakukan percobaan

Praktikum Korosi dan Perlindungan Logam 53

Page 55: Laporan Korosi

Hari ke lima

Hari ke enam

Hari ke tujuh

Gambar 6.4 Setelah dilakukan percobaan

6.6 Analisa dan Pembahasan

Praktikum Korosi dan Perlindungan Logam 54

Page 56: Laporan Korosi

Pada praktikum kali ini bertujuan untuk mengetahui proses

terjadinya reaksi pada anoda korban dengan menggunakan media agar-agar

dan indicator Phenolpthalien (PP). Sampel yang digunakan yaitu plat Zn

dan paku, dimana Zn akan dijadikan sebagai anoda korban untuk melindungi

paku supaya tidak terjadi korosi pada paku.

Penggunaan media agar-agar ini bertujuan untuk menghambat laju

difusi produk reaksi yang terbentuk pada permukaan logam. Selain itu,

untuk memudahkan pengamatan korosi yang terjadi pada anoda korban

tersebut (seng). Sedangkan penggunaan indicator PP bertujuan untuk

menunjukkan proses terjadinya korosi pada anoda korban.

Pada pengamatan hari pertama, sudah terlihat noda berwarna hijau,

baik pada seng maupun pada paku. Ini disebabkan karena indicator PP yang

diberikan terlalu banyak. Paku seharusnya tidak ikut terkorosi, tetapi pada

percobaan ini paku ikut terkorosi, karena seharusnya paku sebelum

dimasukan ke dalam agar-agar di bersihkan terlebih dahulu kotoran yang

menempel.

Pada hari keenam dan ketujuh mulai terdapat larva, larva ini muncul

karena telur-telurnya ini terbawa oleh udara dan menempel di permukaan

agar-agar. Karena suasana pada agar-agar yang lembab, telur-telur ini

kemudian berkembang dan munculah larva.

6.7 Kesimpulan

1. Indikator yang digunakan yaitu Phenolpthalien (PP) dan sebagai anoda

korban digunakan Zn.

2. Seng (Zn) dijadikan sebagai anoda korban untuk melindungi paku

supaya tidak terjadi korosi pada paku

3. Penggunaan indicator PP bertujuan untuk menunjukkan proses

terjadinya korosi pada anoda korban.

4. Pada pengamatan hari pertama,plat seng sudah terlihat adanya noda

hijau yang menandakan adanya korosi.

5. Korosi yang terjadi pada paku disebabkan

Praktikum Korosi dan Perlindungan Logam 55

Page 57: Laporan Korosi

Karena adanya kesalahan dalam proses pelilitan kawat sehingga

dapat menyebabkan kebocoran yang akhirnya terjadi korosi pada

paku.

Seharusnya paku dibersihkan terlebih dahulu dari pengotor yang

menempel.

Praktikum Korosi dan Perlindungan Logam 56