58
DASAR-DASAR ANESTESI BY: MIMI SAFINAS BT MOHAMAD YUSOF

Anestesi

Embed Size (px)

DESCRIPTION

anestesi regional

Citation preview

Page 1: Anestesi

DASAR-DASAR

ANESTESI

BY: MIMI SAFINAS BT MOHAMAD

YUSOF

Page 2: Anestesi

PENDAHULUAN

Anestesi : (bahasa Yunani) artinya

keadaan tanpa rasa sakit.

Anestesiologi : Cabang ilmu kedokteran

yang mendasari pelbagai tindakan

meliputi ;

- Pemberian anestesi/ analgetik

- Pengawasan keselamatan pasien

selama operasi

- Bantuan hidup (resusitasi)

Page 3: Anestesi

- Perawatan intensif pasien gawat

- Pemberian terapi inhalasi

- Penanggulangan nyeri menahun

Page 4: Anestesi

ANESTESI UMUM

Page 5: Anestesi

DEFINISI:

Tindakan menghilangkan rasa nyeri secara sentral yg disertai hilangnya kesadaran dan dapat pulih kembali (reversible)

Tahapan anestesi umum : Persiapan pre anestesi

Induksi anestesi

Rumatan anestesi

Pemulihan pasca-anestesi

Komponen anestesi ideal (trias anestesi) :

Hipnotik

Analgesi

Relaksasi otot

Page 6: Anestesi

CARA PEMBERIAN ANESTESI UMUM :

Parenteral

Sec. im/iv

Digunakan utk tindakan singkat & induksi anestesi

Utk tindakan yang lama dikombinasi dgn cara lain.

Perektal

Biasa dipakai pada anak utk induksi anestesi / tindakan singkat

Anestasi Inhalasi

Anestesi menggunakan gas / cairan anestesi yang mudah menguap (volatie agent)

Page 7: Anestesi

OBAT PREMEDIKASI

Premedikasi : Pemberian obat 1-2 jam sebelum

induksi anestesi.

Tujuan:

Meredakan kecemasan dan ketakutan

Memperlancar induksi anestesi

Mengurangi jumlah obat-obat anestesi

Mengurangi timbulnya hipersalivasi,

bradikardi, mual, muntah pascaanestesi

Mengurangi keasaman lambung

Mengurangi refleks yang membahayakan

Page 8: Anestesi

OBAT PREMEDIKASI

ANALGETIK NARKOTIK

Morfin ;

5-10 mg, im (dewasa)

Fungsi : kurangkan kecemasan pasien ,

takipneu pd pemberian trikloroetilen

Kerugian : waktu pemulihan > pjg, konstipasi,

retensi urin, hipotensi, depresi nafas

Petidin;

50-75 mg, iv (dewasa)

Fungsi : mengurangkan nyeri,

menekan tek darah & pernafasan

Merangsang otot polos

Page 9: Anestesi

ANTIKOLINERGIK

Atropin;

0,4 – 0,6 mg, im , mula kerja 10-15 menit

Mencegah hipersekresi kelenjar ludah & bronkus selama 90 menit

TRANSQUILIZER (obat penenang)

Diazepam ;

10mg, iv @ 10-15mg, po , dosis max : 15mg

Menimbulkan sedatif (dosis rendah) & hipnotik (dosis tinggi)

Midazolam ; (preferrable)

Dosis 50% dari diazepam

Onset > cepat & lama kerja > pendek

Page 10: Anestesi

H2RA

mengurangkan keasaman lambung

Simetidin;

Dosis dewasa 600mg p.o

Ranitidin;

Dosis dewasa 150mg p.o

ANTIEMETIK

Mengurangi mual muntah pasca operasi

Droperidol;

2,5 -5,0 mg (im)

Ondansetron;

2-4 mg (im)

Page 11: Anestesi

STADIUM ANESTESI

Stadium I (St.Analgesia; St.Cisorientasi)

• Stadium II (St.Eksitasi; St. Dalirium)

• Stadium III (St. Operasi)

• Stadium IV (St. Paralisis)

Page 12: Anestesi

• Mulai dari induksi sampai hilangnya kesadaran.

• Pada stadium ini,pasien tidak merasa sakit

biasanya operasi-operasi kecil sudah bisa

dilakukan.

• Stadium ini berakhir dengan ditandai oleh

hilangnya refleks bulu mata.

STADIUM I (ST. ANALGESIA; ST. CISORIENTASI)

Page 13: Anestesi

STADIUM II (ST. EKSITASI;ST. DELIRIUM)

Mulai dari akhir stadium I dan ditandai dengan

Pernafasan yang irreguler, pupil melebar dengan

refleks cahaya (+), pergerakan bola mata

tidak teratur, lakrimasi (+), tonus otot meninggi

dan diakhiri dengan hilangnya refleks menelan

dan kelopak mata.

Page 14: Anestesi

STADIUM III

Mulai dari akhir stadium II,

dimana pernafasan mulai teratur.

Dibagi dalam 4 plana, yaitu :

1. Plana 1

Ditandai dengan pernafasan teratur, pernafasan torakal

sama kuat dgn pernafasan abdominal, pergerakan bola

mata terhenti, kadang-kadang letaknya eksentrik,

pupil mengecil lagi dan refleks cahaya (+),

lakrimasi akan meningkat, refleks farings

dan muntah menghilang, tonus otot menurun.

Page 15: Anestesi

2. Plana 2

Ditandai dengan pernafasan yang teratur,

volume tidal menurun dan

frekwensi pernafasan naik.

Mulai terjadi depresi pernafasan torakal,

bola mata terfiksir ditengah,

pupil mulai midriasis dengan refleks

cahaya menurun dan refleks kornea menghilang.

Page 16: Anestesi

3. Plana 3

Ditandai dgn pernafasan abdominal yang lebih

dominan daripada torakal karena paralisis

otot interkostal yang makin bertambah

sehingga pada akhir plana 3 terjadi paralisis

total otot interkostal, juga mulai terjadi

paralisis otot-otot diafragma, pupil melebar dan

refleks cahaya akan menghilang pada

akhir plana 3 ini, lakrimasi refleks farings &

peritoneal menghilang, tonus otot-otot

makin menurun.

Page 17: Anestesi

4. Plana 4

Pernafasan tidak adekuat, irreguler, ‘jerky’

karena paralisis otot, diafragma yg makin nyata,

pada akhir plana 4, paralisis total diafragma,

tonus otot makin menurun dan akhirnya

flaccid, pupil melebar dan refleks cahaya (-) ,

refleks sfingter ani menghilang.

Page 18: Anestesi

STADIUM IV

(ST. PARALISIS)

Mulai dari kegagalan pernapasan yang kemudian

akan segera diikuti kegagalan sirkulasi

Page 19: Anestesi

INDUKSI DAN RUMATAN

ANESTESI

Page 20: Anestesi

INDUKSI DAN RUMATAN ANESTESIA

Induksi anestesi :

Tindakan utk membuat pasien dari sadar menjadi tidak sadar sehingga memungkinkan dimulainya anestesi & pembedahan.

Cara induksi :

Intravena

Inhalasi

Intramuskular

Rektal

- Setelah pasien tidur akibat induksi, lgsg dilanjutkan dgn pemeliharaan anestesi sampai tindakan bedah selesai.

Page 21: Anestesi

INDUKSI INTRAVENA

Paling banyak dilakukan

Selama induksi anestesi, pernafasan pasien, nadi

dan tek darah perlu diawasi.

Obat-obat utk induksi intravena:

Tiopental : (tiopenton,pentotal)

dosis 3-7mg/kgBB, kepekatan 2,5%

(pd anak dan manula diberikan dosis rendah,

pd dewasa diberikan dosis tinggi)

Propofol : (recofol,diprivan)

dosis 2-3 mg/kgBB

Page 22: Anestesi

Ketamin : (ketalar)

- dosis 1-2mg/kgBB

- sering menyebabkan halusinasi, oleh sebab itu

sebelumnya dianjurkan menggunakan sedatif spt

midazolam

- tidak dianjurkan pd pasien dgn tek darah

>60mmHg

INDUKSI INTRAMUSKULAR

- Sampai sekarang hanya ketamin yang dapat

diberikan secara im dengan dosis 5-7mg/kgBB

setelah 3-5 menit pasien tidur.

Page 23: Anestesi

INDUKSI INHALASI

Dipakai halotan dan sevofluran.

Cara ini dilakukan pada bayi/ anak yang belum

terpasang alur vena atau dewasa yang takut

disuntik.

Induksi dgn sevofluran lebih disenangi krn jarang

sebabkn batuk

Induksi dgn enfluran, isofluran atau desfluran jrg

dilakukan krn pasien sering batuk dan waktu

induksi lebih lama.

Page 24: Anestesi

INDUKSI PEREKTAL

Hanya dilakukan untuk anak atau bayi

Obat yang dipakai : tiopental dan midazolam

Page 25: Anestesi

RUMATAN ANESTESI

Dapat dikerjakan sec IV atau dengan inhalasi

atau campuran intravena inhalasi

Biasanya mengacu pada TRIAS anestesi :

Tidur ringan (hipnosis)

Analgesia cukup

Relaksasi otot

Rumatan IV dengan dosis tinggi, fentanyl

10-50 µg/kgBB dpt menyebabkan pasien tidur

dengan analgetik cukup, sehingga tinggal

diberikan pelumpuh otot.

Page 26: Anestesi

RUMATAN INHALASI

Biasanya menggunakan campuran N2O dan O2

3:1 ditambah

• enfluran 2-4 vol% atau

• isofluran 2-4 vol% atau

• sevofluran 2-4 vol%

tergantung apakah pasien bernapas spontan

dibantu atau dikendalikan

Page 27: Anestesi

OBAT PELUMPUH OTOT

Fungsi :

Mengurangi cedera tindakan laringoskopi dan

intubasi trakea

Memberikan relaksasi otot sepanjang pembedahan

Contoh obat pelumpuh otot :

Pavulon (pankuronium bromida)

Mula kerja 2-3menit, lama kerja 30-40 menit

Dosis awal untuk relaksasi otot 0,08mg/kgBB IV

Dosis rumatan ½ dr dosis awal

Dosis intubasi 0,15mg/kgBB IV

Page 28: Anestesi

Vekuronium (norkuron)

Homolog pankuronium bromida yg berkekuatan >besar dan lama kerja singkat

Tidak menyebabkan perubahan fungsi kardiovaskular yang bermakna

Mula kerja 2-3 menit, lama kerja 30 menit

Dosis 0,04-0,06 mg/kgBB

Rokuronium

Analog vekuronium dgn onset lebih cepat

Keuntungan : tidak mengganggu fungsi ginjal

Kerugian : mengganggu fungsi hati dan efek kerja lebih lama

Dosis intubasi :0,3 – 0,6 mg/kgBB

Dosis rumatan 0,1- 2 mg/kgBB

Page 29: Anestesi

Suksametonium (suksinil kolin)

mula kerja 1-2 menit, lama kerja 3-5 menit

Dosis intubasi 1- 1,5 mg/kgBB IV

Prostigmin (neostigmin metilsulfat)

Punya efek nikotinik, muskarinik, stimulan otot

langsung

Efek muskarinik : bradikardi, hiperperistaltik,

spasme saluran cerna, bronkospasme,miosis,

kontraksi v.urinaria

Dosis 0,5mg bertahap sampai 5mg

Page 30: Anestesi

OBAT ANESTESI INHALASI

Dinitrogen oksida (N20)

Umumnya dipakai dalam kombinaso N20 : O2 yaitu

60% :40%, 70%: 30%, 50%:50%

N20 sangat berbahaya bila digunakan pada pasien pneumotoraks, pneumomediastinum, emboli udara dn timpnoplasti

Halotan

Kekuatannya 4-5 kali eter atau 2 kali kloroform

Keuntungan : induksi cepa dan lancar, tidak mengiritasi jalan napas, bronkodilatasi, jrg sebabkan mual muntah, tidak mudah meledak.

Page 31: Anestesi

Kerugian : mudah overdosis, analgesi dan relaksasi

berkurang, harga mahal, timbulkan hipotensi,

aritmia, hepatotoksik

Overdosis - dpt sebabkan gejala gagal napas dan

kematian

Dosis induksi : 2-4%, rumatan 0,5-2%

Eter

Obat anestetik yg sgt kuat krn dpt memasuki setiap

ingkat anestesi

Dosis induksi : 10-20% volume uap eter dlm O2 dan

N20

Keuntungan : murah, mudah di dapat, tidak perlu

digunakan bersama obat lain, cukup aman,

Page 32: Anestesi

Kerugian : mudah terbakar,bau tidak enak, menyebabkan mual muntah, hiperglikemia

Enfluran (ethran)

Induksi dgn enfluran cepat dan lancar

Keuntungan : jrg timbulkan mual muntah, pemulihannya cepat.

Dosis induksi: 2-4,5 % dikombinasi dgn O2 atau campuran N2-O2

Dosis rumatan : 0,5 -3 % volume

Sevofluran

Turunan eter berhalogen yang paling disukai utk induksi inhalasi krn enak, cepat t’utama anak.

Dosis induksi 6-8 vol%, rumatan 1-2 vol%

Page 33: Anestesi

OBAT ANESTESI INTRAVENA

Natrium Tiopental (tiopental,pentotal)

Dosis induksi 3-6mg/kgBB

Dosis sedasi 0,5- 1,5 mg/kgBB

Indikasi pemberian

Induksi anestesi umum

Tindakan yang singkat

Mengatasi kejang2 eklampsia/ epilepsi

Page 34: Anestesi

Kontraindikasi :

Status asmatikus

Anemia

Disfungsi hepar

Miastenia gravis

Porfiria

Dispnue berat

Kuntungan:

Induksi mudah & cepat

Tidak ada delirium

Masa pemulihan cepat

Tidak ada iritasi mukosa jalan napas

Page 35: Anestesi

Kerugian :

Menyebabkan depresi nafas & kardiovaskular

Cenderung mnyebabkn spasme laring

Relaksasi otot perut berkurang

Ketamin (ketalar)

Dosis induksi :1-2 mg/kgBB (iv), 3-10mg/kgBB im

Lama kerja 15-20menit

Sediaan 1%, 5%, 10%

Indikasi

Asma , tindakan ortopedi, pasien dgn risiko tinggi,

pengendalian jalan napas sulit

Page 36: Anestesi

Kontraindikasi

Tek sistolik > 160/100

Riwayat peny serebrovaskular dan peny jantung

Propofol (driprivan, recofol)

Dosis induksi :2- 2,5 mg /kgBB

Dosis rumatan 4-12mg/kgBB

Sering sebabkan nyri shingga seringkali

dberikan lidokain dulu, 1-2mg/kbBB

Page 37: Anestesi

Opiod (morfin, petidin, fentanyl)

Untuk induksi diberikan dosis tinggi krn tidak

mengganggu kardiovaskular

Dosis induksi :20-50mg/kgBB

Dosis rumatan : 0,3 – 1 mg/kg BB

Page 38: Anestesi

ANESTESI LOKAL

Page 39: Anestesi

ANESTESI LOKAL

Defiisi:

Tindakan menghilangkan rasa secara lokal

tanpa disertai hilangnya kesadaran.

Penggunaan:

Sering digunkan dalam kedokteran gigi,

tindakan pada mata, telinga hidung &

tenggorokan, tindakan pada kulit.

Page 40: Anestesi

TEKNIK PEMBERIAN ANESTESI LOKAL :

Anestesi permukaan

Pengolesan / penyemprotan analgetik lokal di

selaput mukosa (mata,hidung dan faring)

Anestesi infiltrasi

Penyuntikan larutan analgetik lokal langsung

diarahkan ke sekitar tmpt lesi,luka atau insisi

Dilakukan sec intradermal dan subkutan

Anestesi blok

Penyuktikan analgetik langsung ke saraf utama/

pleksus saraf

Page 41: Anestesi

Analgesi regional intravena

Penyuntikan larutan analgetik lokal intravena

Ekstremitas dieksanguinasi dan diisolasi bagian

proksimalnya dr sirkulasi sistemik dgn torniket

pneumatik

Page 42: Anestesi

OBAT ANESTETIK LOKAL

Kokain

dlm bentuk topikal semprot 4% utk mukosa jalan

napas atas. Lama kerja 2-30 menit

Prokain

untuk infiltrasi : larutan 0,25-0,5%

Dosis 15mg/kgBB, lama kerja 30-60 menit

Kloroprokain

Derivat prokain tp dg masa kerja >pendek

Lidokain

Konsentrasi efektif minimal 0,25%

Mula kerja 10 menit, relaksasi otot cukup baik

Lama kerja 60-90 menit

Page 43: Anestesi

Bupivakain

Konsentrasi efektif minimal 0,125%

Mula kerja > lambat dari lidokain tetapi lama

kerja sampai 8 jam

Ropivakain dan levbupivakain

Efek samping > ringan dari bupivakain

Konsentrasi efektif minimal 0,25%

Page 44: Anestesi

ANESTESI SPINAL

Page 45: Anestesi

ANESTESI SPINAL

Definisi : Anestesi regional dgn tindakan

penyuntikan obat anestetik ke dalam ruang

subaraknoid.

Juga disebut blok spinal intradural atau blok

intratekal.

Page 46: Anestesi

INDIKASI

Beda ekstremitas bawah

Bedah panggul

Tindakan sekitar rektum-perineUm

Bedah obstetri-ginekologi

Bedah urologi

Bedah abdomen bawah

Page 47: Anestesi

KONTRAINDIKASI ABSOLUT

Pasien menolak

Infeksi pd tempt suntikan

Hipovolemia berat/syok

Koagulopati

Tek intrakranial tinggi

Fasilitas resusitasi minimal

Kurang pengalaman/tanpa didampingi

konsultan anestesi

Page 48: Anestesi

KONTRA INDIKASI RELATIF

Infeksi sistemik

Infeksi sekitar tempat suntikan

Kelainan neurologis

Kelainan psikis

Bedah lama

Hipovolemia ringan

Page 49: Anestesi

PERALATAN ANESTESI SPINAL

1) Peralatan monitor

(nadi, tek darah,pulse oximeter,EKG)

2) Peralatan resusitasi/ anestesia umum

3) Jarum spinal

Ujung bambu runcing (Quinke-Babcock/

Greene/

Ujung pensil (Whitacre)- sering digunakan krn

jrg menimbulkan nyeri pasca suntikan

Page 50: Anestesi

TEKNIK ANESTESI SPINAL

Setelah dimonitor ditidurkan dlm posisi

dekubitus lateral beri bantal supaya enak &

tulang blkg stabil buat pasien membnungkuk

maksimal prosus spinosus mudah teraba

Posisi tusukan ditentukan garis yang

menghubungkan kedua krista iliaca dgn tlg

punggung adalah melalui L4 atau L4-L5. boleh

juga di lokasi L3-L4

Sterilkn tempat tusukan alkohol / betadine

Page 51: Anestesi

Lakukan penyuntikan jarum spinal dgn sudut

10-30 derajat terhadap bidang horizaontal ke

arah kranial.

Jarum akan menembus lig. Supraspinosum, lig

interspinosum, lig flavum, lap duramter, lap

subaraknoid.

Cabut stilet lalu cairan serebrospinal akan

keluarsuntikkan obat anestetik lokal ke dlm

ruang subaraknoid.

Page 52: Anestesi

POSISI ANESTESI SPINAL

Page 53: Anestesi
Page 54: Anestesi
Page 55: Anestesi
Page 56: Anestesi

OBAT ANESTETIK UTK ANESTESI

SPINAL

Anestetik lokal dgn berat jenis sama isobarik

Anestetik lokal dgn berat jenis >besar hiperbarik

Anestetik lokal dgn berat jenis >kecil hipobarik

Yang sering dipakai hiperbarik (hasil campuran

anest lokal + dekstrosa)

Hipobarik tetrakain + air injeksi

Page 57: Anestesi

BJ CSS PADA 37 ‘C 1.003-1.008

Anestetik lokal Berat jenis Sifat dosis

LIDOKAIN

(Xylobain,ligno

kain)

2% plain

1.006 Isobarik 20-100mg

(2-5ml)

5% / dextrose

7,5%

1.033 Hiperbarik 20-50 mg

(1-2ml)

BUPIVAKAIN

(MARKAIN)

0.5% dlm air 1.005 Isobarik 5-20 mg

(1-4ml)

0..5%/ dektrose

8,25%

1.027 Hiperbarik 5-15mg

(1-3ml)

Page 58: Anestesi

KOMPLIKASI TINDAKAN

Hipotensi berat

Bradikardi

Hipoventilasi

Trauma pemb darah

Trauma saraf

Mual muntah

Gg pendengarn

Blok spinal tinggi/ total