13
ANALISIS DUKUNGAN SOSIAL KELUARGA TERHADAP PENCEGAHAN KEKAMBUHAN GANGGUAN JIWA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SUKAJAYA ANALYSIS OF FAMILY SOCIAL SUPPORT ON THE PREVENTION OF RECURRENT MENTAL DISORDERS IN THE WORK AREA OF PUSKESMAS SUKAJAYA Rahmayani 1* , Fadhiah Hanum 2 1 Dosen Program Studi Kesehatan Masyarakat, Universitas Serambi Mekkah 2 Mahasiswa Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Ubudiyah Indonesia * email : [email protected] ABSTRAK Hasil survei pendahuluan yang dilakukan di Puskesmas Sukajaya terdapat 15 orang penderita gangguan jiwa. Dari jumlah penderita yang ada di puskesmas Sukajaya terdapat tingginya angka kekambuhan. Hal ini kembali menunjukkan bahwa masalah gangguan jiwa masih menjadi masalah kesehatan dan sosial yang perlu dilakukan upaya penanggulangan secara komprehensif. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh dukungan social keluarga terhadap pencegahan kekambuhan penderita gangguan jiwa di wilayah kerja Puskesmas Sukajaya. Desain penelitian merupakan studi potong lintang. Sampel penelitian adalah keluarga penderita gangguan jiwa di wilayah kerja Puskesmas Sukajaya yang berjumlah 32 keluarga. Dari hasil penelitian diketahui bahwa ada hubungan antara dukungan informasional dengan pencegahan kekambuhan pada penderita gangguan jiwa di wilayah kerja Puskesmas Sukajaya (p=0,002). ada hubungan antara dukungan penilaian dengan pencegahan kekambuhan pada penderita gangguan jiwa di wilayah kerja Puskesmas Sukajaya (p=0,021). tidak ada hubungan antara dukungan instrumental dengan pencegahan kekambuhan pada penderita gangguan jiwa di wilayah kerja Puskesmas Sukajaya (p= 0,062). ada hubungan antara Dukungan emosional dengan pencegahan kekambuhan pada penderita gangguan jiwa di wilayah kerja Puskesmas Sukajaya (p=0,010). Disarankan untuk dibentuk desa siaga sehat jiwa di seluruh desa dan mengajak kader kesehatan jiwa untuk peduli dan aktif dalam perannya sebagai kader, agar penderita gangguan jiwa mendapatkan pelayanan yang lebih baik dan dapat mendeteksi penderita gangguan jiwa sedini mungkin. Kata kunci : Dukungan sosial, kekambuhan gangguan jiwa, dukungan keluarga ABSTRACT Based on preliminary survey conducted in Puskesmas Sukajaya, there are 15 subjects with mental disorders. High rates of recurrent mental disorders still become health and social problems which needs comprehensive prevention. The purpose of this study is to determine the effect of social support for families in preventing mental disorders relapse in Puskesmas Sukajaya. This is a cross sectional study which included family with mental disorders in Puskesmas Sukajaya. There are 32 families included as sample. The results of the study showed there is association between informational support and recurrent prevention in metal disorders subject (p=0.002). There is a relationship between support ratings with relapse prevention (p=0.021) and between emotional support with prevention of recurrence in patients with mental disorders in Puskesmas Sukajaya (p=0.010). However, there is no relationship between the instrumental support with relapse prevention in patients with mental disorders in Puskesmas Sukajaya (p=0.062). Formation of mental health alert village throughout the villages and approach of peer volunter mental health system are suggested in providing better health services and detection of early mental disorders. Keywords: recurrent mental disorders, social support, famil suppor brought to you by CORE View metadata, citation and similar papers at core.ac.uk provided by Journals of Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan

ANALISIS DUKUNGAN SOSIAL KELUARGA TERHADAP …

  • Upload
    others

  • View
    14

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: ANALISIS DUKUNGAN SOSIAL KELUARGA TERHADAP …

ANALISIS DUKUNGAN SOSIAL KELUARGA TERHADAP

PENCEGAHAN KEKAMBUHAN GANGGUAN JIWA DI WILAYAH

KERJA PUSKESMAS SUKAJAYA

ANALYSIS OF FAMILY SOCIAL SUPPORT ON THE PREVENTION

OF RECURRENT MENTAL DISORDERS IN THE WORK AREA OF

PUSKESMAS SUKAJAYA

Rahmayani1*, Fadhiah Hanum2 1 Dosen Program Studi Kesehatan Masyarakat, Universitas Serambi Mekkah

2 Mahasiswa Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas Ilmu Kesehatan,

Universitas Ubudiyah Indonesia *email : [email protected]

ABSTRAK

Hasil survei pendahuluan yang dilakukan di Puskesmas Sukajaya terdapat 15 orang penderita

gangguan jiwa. Dari jumlah penderita yang ada di puskesmas Sukajaya terdapat tingginya angka

kekambuhan. Hal ini kembali menunjukkan bahwa masalah gangguan jiwa masih menjadi

masalah kesehatan dan sosial yang perlu dilakukan upaya penanggulangan secara komprehensif.

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh dukungan social keluarga terhadap pencegahan

kekambuhan penderita gangguan jiwa di wilayah kerja Puskesmas Sukajaya. Desain penelitian

merupakan studi potong lintang. Sampel penelitian adalah keluarga penderita gangguan jiwa di

wilayah kerja Puskesmas Sukajaya yang berjumlah 32 keluarga. Dari hasil penelitian diketahui

bahwa ada hubungan antara dukungan informasional dengan pencegahan kekambuhan pada

penderita gangguan jiwa di wilayah kerja Puskesmas Sukajaya (p=0,002). ada hubungan antara

dukungan penilaian dengan pencegahan kekambuhan pada penderita gangguan jiwa di wilayah

kerja Puskesmas Sukajaya (p=0,021). tidak ada hubungan antara dukungan instrumental dengan

pencegahan kekambuhan pada penderita gangguan jiwa di wilayah kerja Puskesmas Sukajaya (p=

0,062). ada hubungan antara Dukungan emosional dengan pencegahan kekambuhan pada

penderita gangguan jiwa di wilayah kerja Puskesmas Sukajaya (p=0,010). Disarankan untuk

dibentuk desa siaga sehat jiwa di seluruh desa dan mengajak kader kesehatan jiwa untuk peduli

dan aktif dalam perannya sebagai kader, agar penderita gangguan jiwa mendapatkan pelayanan

yang lebih baik dan dapat mendeteksi penderita gangguan jiwa sedini mungkin.

Kata kunci : Dukungan sosial, kekambuhan gangguan jiwa, dukungan keluarga

ABSTRACT

Based on preliminary survey conducted in Puskesmas Sukajaya, there are 15 subjects with mental

disorders. High rates of recurrent mental disorders still become health and social problems which

needs comprehensive prevention. The purpose of this study is to determine the effect of social

support for families in preventing mental disorders relapse in Puskesmas Sukajaya. This is a cross

sectional study which included family with mental disorders in Puskesmas Sukajaya. There are

32 families included as sample. The results of the study showed there is association between

informational support and recurrent prevention in metal disorders subject (p=0.002). There is a

relationship between support ratings with relapse prevention (p=0.021) and between emotional

support with prevention of recurrence in patients with mental disorders in Puskesmas Sukajaya

(p=0.010). However, there is no relationship between the instrumental support with relapse

prevention in patients with mental disorders in Puskesmas Sukajaya (p=0.062). Formation of

mental health alert village throughout the villages and approach of peer volunter mental health

system are suggested in providing better health services and detection of early mental disorders.

Keywords: recurrent mental disorders, social support, famil suppor

brought to you by COREView metadata, citation and similar papers at core.ac.uk

provided by Journals of Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan

Page 2: ANALISIS DUKUNGAN SOSIAL KELUARGA TERHADAP …

Analisis Dukungan Sosial Keluarga Terhadap Pencegahan …( Rahmayani & Fadhiah Hanum)

78

PENDAHULUAN

Berdasarkan Laporan World Health

Organization (WHO) tahun 2015, hampir 450

juta orang di seluruh dunia menderita gangguan

mental, dan sepertiganya tinggal di negara

berkembang. Dilaporkan juga bahwa 8 dari 10

penderita gangguan mental tidak mendapatkan

perawatan. Kebanyakan penderita gangguan

mental adalah korban yang selamat dari

penyakit menular, bencana alam, dan perang.1

Masalah kesehatan jiwa atau gangguan

jiwa masih menjadi masalah kesehatan di

Indonesia. Hasil Riset Kesehatan Dasar

(Riskesdas) tahun 2013, menunjukkan bahwa

prevalensi gangguan mental emosional yang

ditunjukkan dengan gejala-gejala depresi dan

kecemasan adalah sebesar 6% untuk usia 15

tahun ke atas atau sekitar 14 juta orang.

Sedangkan, prevalensi gangguan jiwa berat,

seperti schizophrenia adalah 1,7 per 1000

penduduk atau sekitar 400.000 orang.

Berdasarkan temuan tersebut 14,3% atau

57.000 orang pernah atau sedang dipasung.

Angka pemasungan di pedesaan adalah sebesar

18,2%. Angka ini lebih tinggi jika dibandingkan

dengan angka pemasungan di perkotaan, yaitu

sebesar 10,7%.1,2

Faktor utama penyebab gangguan jiwa

adalah faktor biologis, psikologis, dan sosial.

Faktor biologis berupa kelainan di otak, trauma,

kondisi fisik, atau kondisi medis umum hingga

timbulnya gangguan jiwa. Faktor psikologis,

penyebabnya bermacam-macam. Namun

penyebab utama umumnya adalah pola

pengasuhan dan pendidikan dalam kehidupan

seseorang.3

Berdasarkan laporan Profil Kesehatan

Provinsi Aceh tahun 2014, persentase penderita

penyakit gangguan jiwa di Provinsi Aceh

merupakan yang tertinggi di Indonesia.

Prevalensi gangguan jiwa di Aceh mencapai

2,7% dari jumlah penduduk, namun tidak semua

menderita gangguan jiwa berat karena termasuk

didalamnya gangguan neurosis, faktor bawaan,

faktor sosial, pengaruh faktor konflik dan faktor

bencana. Saat ini Aceh telah memiliki 13

psikiater yang bertugas di Banda Aceh,

Kabupaten Aceh Jaya, Aceh Barat, Pidie, Aceh

Tamiang, Aceh Utara dan Aceh Tengah.

Direktorat Kesehatan Jiwa Kementerian

Kesehatan RI bersama Dinas Kesehatan

Provinsi Aceh sejak konflik Aceh sampai

dengan pasca tsunami telah membangun sistem

pelayanan Kesehatan Jiwa (Keswa) yang

komprehensif mulai dari masyarakat seperti

kader, tokoh masyarakat, tokoh agama, sampai

pelayanan primer di Puskesmas dan pelayanan

sekunder di RSUD Kabupaten. Hingga kini ada

292 Puskesmas dan 11 RS Kabupaten / Kota

yang memiliki pelayanan keswa serta 1 RS

Jiwa. Saat ini di Puskesmas tercatat sebanyak

195 dokter plus keswa dan 466 Perawat

Kesehatan Jiwa Masyarakat (Keswamas)

terlatih. Enam psikiater di unit psikiatri di

RSUD kabupaten dan 7 psikiater di Rumah

Sakit Jiwa (RSJ).4

Berdasarkan Profil Kesehatan Kota

Sabang tahun 2014, ditemukan penderita

gangguan jiwa sekitar 14%. Penyebab

Page 3: ANALISIS DUKUNGAN SOSIAL KELUARGA TERHADAP …

SEL Jurnal Penelitian Kesehatan Vol. 5 No.2, November 2018, 80-92

79

gangguan jiwa tersebut yaitu biofisiko dan

sosial, tsunami dan konflik. Setiap penderita

gangguan jiwa yang tidak dapat ditangani di

puskesmas-puskesmas atau pun RSU Kota

Sabang, dirujuk ke RSJ Banda Aceh untuk

mendapatkan penanganan lebih lanjut. Hasil

survei pendahuluan yang dilakukan di wilayah

kerja Puskesmas Sukajaya ditemukan 32 orang

penderita gangguan jiwa. Dari jumlah penderita

yang ada di wilayah kerja puskesmas Sukajaya

tersebut, terlihat tingginya angka kekambuhan

gangguan jiwa. Hal ini menunjukkan bahwa

masalah gangguan jiwa masih menjadi masalah

kesehatan dan sosial yang perlu ditanggulangi

secara komprehensif. Berdasarkan observasi

yang dilakukan peneliti ditemukan bahwa

permasalahan yang sering muncul adalah pada

saat pasien dinyatakan sudah sembuh dan telah

diizinkan untuk pulang, tidak ada pihak

keluarga yang mau menjemputnya. Demikian

pula setelah penderita gangguan jiwa kembali

ke rumah mereka, tidak ada perhatian khusus

yang diberikan keluarga untuk penderita

tersebut, bahkan ada yang mendapat

diskriminasi dari keluarganya sendiri.

Berbagai kondisi tersebut dapat menyebabkan

kekambuhan gangguan jiwa pada penderita.

Salah satu upaya penting dalam

penyembuhan dan pencegahan kekambuhan

adalah adanya dukungan keluarga yang baik.

Keluarga merupakan sumber bantuan

terpenting bagi anggota keluarga yang sakit,

dan sebagai sebuah lingkungan dan sumber

dukungan sosial yang penting untuk penderita.

Menurut Friedman dukungan sosial dapat

melemahkan dampak stress dan secara langsung

memperkokoh kesehatan jiwa individual dan

keluarga, juga merupakan strategi koping

penting untuk dimiliki keluarga saat mengalami

stress. Dukungan sosial keluarga juga dapat

berfungsi sebagai strategi preventif untuk

mengurangi stress dan konsekuensi negatifnya.5

Dukungan keluarga adalah bagian

integral dari dukungan sosial. Dampak positif

dari dukungan keluarga adalah meningkatkan

penyesuaian diri seseorang terhadap kejadian-

kejadian dalam kehidupan. Dukungan keluarga

meliputi informasi verbal atau nonverbal, saran,

bantuan yang nyata atau tingkah laku yang

diberikan oleh anggota keluarga yang lain yang

dapat memberikan keuntungan emosional atau

berpengaruh pada tingkah laku penderita

gangguan jiwa. Keluarga merupakan unit paling

dekat dengan penderita, dan merupakan

“perawat utama” bagi penderita, serta berperan

dalam menentukan cara atau perawatan yang

diperlukan penderita di rumah. Keberhasilan

perawatan di rumah sakit akan sia-sia jika tidak

diteruskan di rumah yang kemudian

mengakibatkan penderita mengalami

kekambuhan dan harus dirawat kembali. Peran

serta keluarga sejak awal perawatan di rumah

sakit akan meningkatkan kemampuan keluarga

merawat penderita di rumah sehingga

kemungkinan kambuh dapat dicegah.3,6

Kekambuhan gangguan jiwa adalah

peristiwa timbulnya kembali gejala-gejala

gangguan psikis atau jiwa yang sebelumnya

sudah memperoleh kemajuan dari kasus

gangguan jiwa kronis, diperkirakan 50%

Page 4: ANALISIS DUKUNGAN SOSIAL KELUARGA TERHADAP …

Analisis Dukungan Sosial Keluarga Terhadap Pencegahan …( Rahmayani & Fadhiah Hanum)

80

penderita gangguan jiwa kronis akan

mengalami kekambuhan pada tahun pertama,

dan 70% pada tahun yang kedua. Kekambuhan

biasa terjadi karena ada hal-hal buruk yang

menimpa penderita gangguan jiwa, seperti

diasingkan oleh keluarganya sendiri.5

Dari uraian permasalahan diatas telah

dilakukan penelitian dengan tujuan untuk

mengetahui dukungan sosial keluarga terhadap

pencegahan kekambuhan gangguan jiwa di

wilayah kerja Puskesmas Sukajaya.

METODE

Disain penelitian adalah potong lintang.

Tujuan penelitian yaitu untuk menganalisis

pengaruh dukungan sosial keluarga terhadap

pencegahan kekambuhan gangguan jiwa di

wilayah kerja Puskesmas Sukajaya.

Populasi dalam penelitian ini adalah

keluarga penderita gangguan jiwa di wilayah

kerja Puskesmas Sukajaya yang berjumlah 32

keluarga. Sampel penelitian diambil

menggunakan tehnik total sampling yaitu

berjumlah 32 keluarga.

Penelitian menggunakan data primer

dan data sekunder. Data primer diperoleh dari

hasil wawancara pada keluarga penderita

gangguan jiwa dengan menggunakan kuesioner,

sedangkan data sekunder diperoleh dari

pencatatan dan pelaporan di Puskesmas

Sukajaya dan Dinas Kesehatan Kota Sabang

yang berhubungan dengan penelitian dan

melalui dokumentasi serta referensi

perpustakaan yang berhubungan dengan

penelitian serta literature yang terkait lainnya.

Analisis data menggunakan uji chi-square pada

CI 95% (α=0,05).

HASIL

Pada hasil penelitian ditemukan sebagai

berikut:

Dukungan keluarga meliputi dukungan

informasional, dukungan penilaian, dukungan

instrumental, dukungan emosional, pencegahan

kekambuhan terhadap pencegahan kekambuhan

gangguan jiwa.7

Dukungan keluarga adalah suatu bentuk

hubungan interpersonal yang melindungi

seseorang dari efek stres yang buruk, atau suatu

bentuk hubungan interpersonal yang meliputi

sikap, tindakan dan penerimaan terhadap

anggota keluarga, sehingga anggota keluarga

merasa ada yang memperhatikannya.7-8

Dukungan informasional merupakan

dukungan keluarga berfungsi sebagai sebuah

kolektor dan disseminator (penyebar) informasi

tentang dunia. Dukungan informasi terjadi dan

diberikan oleh keluarga dalam bentuk nasehat,

saran dan diskusi tentang bagaimana cara

mengatasi atau memecahkan masalah yang

ada.7-10

Dukungan penilaian merupakan

dukungan yang meliputi pertolongan pada

individu untuk memahami kejadian depresi

dengan baik dan juga sumber depresi dan

strategi koping yang dapat digunakan dalam

menghadapi stressor. Dukungan ini juga

merupakan dukungan yang terjadi bila ada

ekspresi penilaian yang positif terhadap

individu.7,11

Page 5: ANALISIS DUKUNGAN SOSIAL KELUARGA TERHADAP …

SEL Jurnal Penelitian Kesehatan Vol. 5 No.2, November 2018, 80-92

81

Dukungan instrumental adalah dukungan

keluarga berupa sebuah sumber pertolongan

praktis dan konkrit atau dukungan yang

diberikan oleh keluarga secara langsung yang

meliputi bantuan material seperti memberikan

tempat tinggal, meminjamkan atau memberikan

uang dan bantuan dalam mengerjakan tugas

rumah sehari-hari.8,11

Dukungan emosional adalah dukungan

keluarga yang berfungsi sebagai pelabuhan

istirahat dan pemulihan serta membantu

penguasaan emosional serta meningkatkan

moral keluarga. Dukungan emosianal

melibatkan ekspresi empati, perhatian,

pemberian semangat, kehangatan pribadi, cinta,

atau bantuan emosional.9-10

Dari tabel 1 diatas dapat dilihat bahwa

dari 32 responden yang diteliti, sekitar 22 orang

(68,8%) keluarga menyatakan tidak

memberikan dukungan informasional terhadap

penderita gangguan jiwa. Sekitar 18 orang

(56,2%) keluarga tidak memberikan dukungan

penilaian. Sebanyak 62,5% keluarga

menyatakan kurang dalam memberikan

dukungan instrumental kepada penderita

gangguan jiwa. Serta 53,1% keluarga juga

kurang baik dalam memberikan dukungan

emosional kepada penderita gangguan jiwa.

Tetapi walaupun keluarga kurang baik dalam

memberikan dukungan social, pencegahan

kekambuhan yang diberikan kepada penderita

gangguan jiwa termasuk dalam kategori baik

yaitu sebesar 59,4%.

Tabel 1. Distribusi Frekuensi Dukungan Keluarga terhadap Pencegahan Kekambuhan

Gangguan Jiwa

No Dukungan Keluarga Frekuensi %

1

Dukungan Informasional

Baik

10

31,2

Kurang baik 22 68,8

2 Dukungan Penilaian

Baik 14 43,8

Kurang baik 18 56,2

3 Dukungan Instrumental

Baik 12 37,5

Kurang baik 20 62,5

4 Dukungan Emosional

Baik 15 46,9

Kurang baik 17 53,1

5 Pencegahan Kekambuhan

Baik 19 59,4

Kurang baik 13 40,6

Page 6: ANALISIS DUKUNGAN SOSIAL KELUARGA TERHADAP …

Analisis Dukungan Sosial Keluarga Terhadap Pencegahan …( Rahmayani & Fadhiah Hanum)

82

B. Hubungan dukungan sosial keluarga dengan pencegahan kekambuhan gangguan jiwa.

Tabel 2. Hubungan Dukungan Sosial keluarga dengan Pencegahan Kekambuhan

Gangguan Jiwa

Berdasarkan tabel 2 diatas terlihat

bahwa dari 10 responden yang memiliki

dukungan informasional yang baik, semuanya

memiliki pencegahan kekambuhan yang baik.

Sedangkan dari 22 responden yang memiliki

dukungan informasional kurang baik, sebanyak

13 orang (59,1%) memiliki pencegahan

kekambuhan yang kurang baik. Dari hasil uji

Chi-Square ditemukan ada hubungan bermakna

antara dukungan informasional dengan

pencegahan kekambuhan pada penderita

gangguan jiwa (p=0,002) di wilayah kerja

Puskesmas Sukajaya.

Dilihat dari dukungan penilaian, terlihat

bahwa dari 14 responden yang memiliki

dukungan penilaian yang baik, 12 orang

(85,7%) memiliki pencegahan kekambuhan

yang baik. Sedangkan dari 18 responden yang

memiliki dukungan penilaian kurang baik,

sebanyak 11 orang (61,1%) memiliki

pencegahan kekambuhan yang kurang baik.

Dari hasil uji Chi-Square terdapat ada hubungan

bermakna antara dukungan penilaian dengan

pencegahan kekambuhan pada penderita

gangguan jiwa (p=0,21) di wilayah kerja

Puskesmas Sukajaya.

Dilihat dari dukungan instrumental,

diketahui bahwa dari 12 responden yang

memiliki dukungan instrumental yang baik, 10

orang (83,3%) memiliki pencegahan

No Variabel

Pencegahan kekambuhan

Total p-value Baik Kurang baik

n % n %

1 Dukungan Informasional

Baik 10 100 0 0 10 0,002

Kurang Baik 9 40,9 13 59,1 22

2 Dukungan Penilaian

Baik 12 85,7 2 14,3 14 0,021

Kurang Baik 7 38,9 11 61,1 18

3 Dukungan Instrumental

Baik 10 83,3 2 16,7 12 0,062

Kurang Baik 9 45 11 55 20

4 Dukungan Emosional

Baik 13 86,7 2 13,3 15 0,010

Kurang Baik 6 35,3 11 64,7 17

Page 7: ANALISIS DUKUNGAN SOSIAL KELUARGA TERHADAP …

SEL Jurnal Penelitian Kesehatan Vol. 5 No.2, November 2018, 80-92

83

kekambuhan yang baik. Sedangkan dari 20

responden yang memiliki dukungan

instrumental kurang baik, 1 orang (55%)

memiliki pencegahan kekambuhan yang kurang

baik. Pada hasil uji Chi-Square terlihat bahwa

tidak ada hubungan antara dukungan

instrumental dengan pencegahan kekambuhan

pada penderita gangguan jiwa (p=0,062) di

wilayah kerja Puskesmas Sukajaya.

Dan dilihat dari dukungan emosional,

diketahui bahwa dari 15 responden yang

memiliki dukungan emosional yang baik, 13

orang (86,7%) memiliki pencegahan

kekambuhan yang baik. Sedangkan dari 17

responden yang memiliki dukungan emosional

kurang baik, 11 orang (64,7%) memiliki

pencegahan kekambuhan yang kurang baik.

Berdasarkan uji Chi-Square didapatkan ada

hubungan antara dukungan emosional dengan

pencegahan kekambuhan pada penderita

gangguan jiwa (p=0,010) di wilayah kerja

Puskesmas Sukajaya.

PEMBAHASAN

Berdasarkan analisa statistik diketahui

bahwa terdapat hubungan antara dukungan

informasional dengan pencegahan kekambuhan

pada penderita gangguan jiwa di wilayah kerja

Puskesmas Sukajaya. Hasil Penelitian ini

sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh

Wulansih, dkk yang menyatakan bahwa

dukungan informatif berhubungan dengan

pencegahan kekambuhan.12

Dukungan informasional merupakan

dukungan dimana keluarga berfungsi sebagai

kolektor dan diseminator yaitu penyebar

informasi. Ketika ada anggota keluarga yang

sakit dan harus dirawat di rumah sakit serta

membutuhkan pertolongan, maka keluarga

mulai mencari informasi yang berhubungan

dengan masalah kesehatan yang sedang dialami

oleh anggota keluarga. Informasi tersebut dapat

diperoleh melalui konsultasi dengan tenaga

profesional, sumber bacaan, atau bertanya

kepada sumber lain yang mendukung guna

meningkatkan harapan dan keyakinan dalam

usaha untuk mencapai kesembuhan. Dukungan

informatif mencakup memberikan nasihat,

petunjuk, saran atau umpan balik. Jenis

informasi seperti ini dapat menolong individu

untuk mengenali dan mengatasi masalah

dengan lebih mudah.9,13

Penelitian yang dilakukan Marsaulina

menyatakan bahwa keluarga juga mempunyai

fungsi komunikasi dimana fungsi ini berperan

sangat penting karena secara otomatis akan

berdampak langsung pada ketegangan

hubungan antara anggota keluarga dengan

pasien. Adanya fungsi komunikasi yang

adekuat antara keluarga dengan pasien,

kemungkinan besar dapat mengurangi tingkat

kekambuhan pasien. Penelitian lain yang

dilakukan oleh Ambari menyatakan bahwa

peningkatan angka kekambuhan berhubungan

secara bermakna dengan emosi yang berlebihan

dilingkungan rumah, terutama di dalam rumah

yang tidak harmonis, ketidaktahuan keluarga

dalam menghadapi penderita dan juga

pengobatan yang tidak adekuat yang dilakukan

oleh keluarga terhadap penderita. Informasi

Page 8: ANALISIS DUKUNGAN SOSIAL KELUARGA TERHADAP …

Analisis Dukungan Sosial Keluarga Terhadap Pencegahan …( Rahmayani & Fadhiah Hanum)

84

yang akurat tentang gejala penyakit, perjalanan

penyakit, tatalaksana rehabilitasi, strategi

komunikasi dengan pasien serta berbagai

bantuan medis dan psikologis harus diketahui

oleh keluarga untuk mencegah

kekambuhan.13,14

Penelitian di lapangan dapat dilihat

bahwa sebagian besar keluarga tidak

mengetahui tentang aturan sebenarnya dalam

pemberian obat pada penderita. Seperti kita

ketahui bahwa pemberian obat pada penderita

gangguan jiwa tidak boleh berhenti, obat hanya

boleh di kurangi frekuensi pemberian apabila

keadaan penderita lebih membaik. Keluarga

hanya mampu memberikan penjelasan tentang

apa yang ditanyakan oleh penderita belum

memadai, dalam hal ini peran serta petugas

kesehatan sangat dibutuhkan agar keluarga bisa

memberi penjelasan pada penderita tentang

perubahan-perubahan dan informasi yang

dibutuhkan oleh penderita. Seharusnya keluarga

yang harus lebih memahami keadaan penderita,

karena keluarga yang bisa setiap saat memantau

keadaan penderita. Tetapi dari observasi di

lapangan peneliti melihat keluarga kurang

mendukung dalam memberikan informasi

kepada penderita karena adanya faktor

pengetahuan yang kurang tentang bagaimana

mencegah kekambuhan. Dukungan

informasional dari keluarga sangat berperan

dalam kesembuhan penderita.

Berdasarkan analisa statistik diketahui

bahwa terdapat hubungan antara dukungan

penilaian dengan pencegahan kekambuhan

pada penderita gangguan jiwa di wilayah kerja

Puskesmas Sukajaya. Hasil Penelitian ini

sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh

Dewi yang menyatakan bahwa dukungan

penilaian berhubungan dengan pencegahan

kekambuhan (p=0,012).15

Menurut Julianto, dukungan penilaian

terjadi lewat ungkapan hormat (penghargaan)

positif, dorongan maju atau persetujuan dengan

gagasan atau perasaan individu, dan

perbandingan positif orang tersebut dengan

orang lain, contohnya dengan

membandingkannya dengan orang lain yang

lebih buruk keadaannya. Keluarga bertindak

sebagai sebuah bimbingan umpan balik,

membimbing dan menengahi pemecahan

masalah, sebagai sumber dan validator

indentitas anggota keluarga diantaranya

memberikan dukungan, penghargaan, dan

perhatian.6

Penelitian yang dilakukan oleh Tri

menyatakan bahwa keluarga berfungsi

membimbing dan menengahi pemecahan

masalah dan bertindak sebagai sumber dan

validator identitas anggota keluarga. Setiap

pengambilan keputusan yang berhubungan

dengan anggota keluarga cenderung

dimusyawarahkan dalam kalangan keluarga.

Dalam fungsi ini keluarga juga harus

mengawasi, memperhatikan dan menjaga

anggota keluarga yang mengalami gangguan

jiwa untuk mendapatkan hal-hal yang terbaik

untuk mendukung penyembuhan pasien

contohnya dalam pengobatan ke rumah sakit

maupun dalam pemberian obat.16

Page 9: ANALISIS DUKUNGAN SOSIAL KELUARGA TERHADAP …

SEL Jurnal Penelitian Kesehatan Vol. 5 No.2, November 2018, 80-92

85

Fungsi ikatan keluarga sangat penting

dilakukan untuk meningkatkan semangat,

motivasi dan meningkatkan harga diri pasien

sehingga dapat mempengaruhi pembentukan

perilaku yang adaptif dari pasien dalam upaya

meningkatkan kesehatannya. Selain itu adanya

ikatan keluarga yang kuat dapat menjadikan

hidup pasien lebih berharga dan berarti bagi

keluarganya karena pasien merasakan masih

dibutuhkan oleh orang lain khususnya

keluarga.17

Sebuah penelitian yang dilakukan taufik

tentang penilaian keluarga dalam

memperlakukan pasien gangguan jiwa seperti

pasien selalu diawasi atau dilarang keluar,

umumnya beberapa hari, minggu atau bulan

saja pasien akan kembali dirawat. Hal ini yang

mengakibatkan tingginya angka kekambuhan

penderita gangguan jiwa. Untuk itu, keluarga

perlu memberikan perhatian kepada pasien,

selalu ada ketika pasien membutuhkan, selalu

mengontrol obat pasien dan hindari membatasi

ruang gerak pasien jika memang tidak

mengganggu orang disekitarnya.18

Dari penelitian di lapangan dapat dilihat

bahwa masih ada keluarga yang tidak dapat

memberikan kenyamanan dan keamanan pada

penderita, masih ada keluarga yang

mengasingkan penderita, seharusnya keluarga

tidak perlu mengasingkan penderita, dengan

pengasingan penderita dapat meningkatkan

kekambuhannya karena tidak dihargai dan tidak

dianggap anggota keluarga, sedangkan keluarga

sangat besar pengaruhnya dalam kesembuhan

penderita. Yang seharusnya dilakukan oleh

keluarga adalah memberikan pujian pada

penderita setiap ada kemajuan kesembuhan dari

penyakitnya.

Berdasarkan analisa statistik diketahui

bahwa terdapat hubungan antara dukungan

instrumental dengan pencegahan kekambuhan

pada penderita gangguan jiwa di wilayah kerja

Puskesmas Sukajaya. Hasil Penelitian ini tidak

sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh

Dewi yang menyatakan bahwa dukungan

instrumental berhubungan dengan pencegahan

kekambuhan (p=0,040).15

Dukungan instrumental mencakup

bantuan langsung, seperti kalau orang memberi

pinjaman uang kepada orang itu. Bentuk

dukungan ini dapat mengurangi beban individu

karena individu dapat langsung memecahkan

masalahnya yang berhubungan dengan materi.

Keluarga merupakan sebuah sumber

pertolongan praktis dan nyata, diantaranya

kesehatan penderita dalam hal kebutuhan

makan dan minum, istirahat, terhindarnya

penderita dari kelelahan. Dukungan

instrumental merupakan dukungan dimana

keluarga diharapkan mampu memfasilitasi

semua kebutuhan anggota keluarga yang yang

mengalami gangguan jiwa, baik itu kebutuhan

biopsikososial dan spiritual. Kebutuhan

biologis adalah kebutuhan dasar maupun

kebutuhan materi yang harus dipenuhi oleh

keluarga.19-20

Penelitian yang dilakukan oleh Pratama,

dkk menyatakan bahwa dukungan instrumental

bukan hanya kebutuhan biologis saja, tetapi

juga kebutuhan psikologis seperti memberikan

Page 10: ANALISIS DUKUNGAN SOSIAL KELUARGA TERHADAP …

Analisis Dukungan Sosial Keluarga Terhadap Pencegahan …( Rahmayani & Fadhiah Hanum)

86

tempat yang nyaman kepada anggota keluarga

sehingga penyakit yang dialami secara tidak

langsung dapat dirasakan sedikit lebih ringan.

Selain itu kebutuhan sossial yang berasal dari

luar lingkungan seperti lingkungan masyarakat

serta kebutuhan spiritual yang merupakan

kebutuhan untuk beribadah dan mendekatkan

diri kepada Allah SWT juga harus dipenuhi oleh

keluarga.21

Menurut penelitian yang dilakukan oleh

Saputra, pemberian fasilitas dan kesempatan

untuk bekerja atau melakukan aktivitas yang

sewajarnya oleh keluarga diharapkan dapat

memenuhi kebutuhan penderita gangguan jiwa

akan material, makanan dan pakaian sehingga

dapat mengurangi resiko kekambuhan.22

Dari observasi dan penelitian di

lapangan dapat dilihat bahwa sebagian besar

keluarga tidak memperhatikan penderita

dengan baik, masih menomorduakan penderita

dan menganggap penyakit tersebut tidak bisa

disembuhkan. Seharusnya keluarga bukan

hanya memperhatikan kebersihan diri penderita

saja, kebersihan pakaian penderita juga harus

diperhatikan, dan sangat diharapkan keluarga

bisa memberikan hal-hal yang positif agar

penderita dapat merasa lebih membaik. Masih

ada keluarga tidak atau belum maksimal

memperhatikan kebutuhan makan setiap waktu,

seperti diketahui kadang kala penderita tidak

akan meminta makan apa bila tidak di tawarkan

untuk makan. Diharapkan kepada keluarga agar

si penderita diberikan kesibukan untuk

memanfaatkan waktunya.

Berdasarkan analisa data didapatkan

hubungan antara dukungan emosional dengan

pencegahan kekambuhan pada penderita

gangguan jiwa di wilayah kerja Puskesmas

Sukajaya. Hasil Penelitian ini sejalan dengan

penelitian yang dilakukan oleh Tri di Ruang

Rawat Inap Rumah Sakit Jiwa Prof. HB Padang

tahun 2012 yang menyatakan bahwa dukungan

emosional berhubungan dengan pencegahan

kekambuhan (p=0,001).23

Dukungan emosional mencakup

ungkapan empati, kepedulian dan perhatian

terhadap orang yang bersangkutan. Bentuk

dukungan ini membuat individu memiliki

perasaan nyaman, merasa yakin diperlukan dan

dicintai oleh sumber dukungan sosial, sehingga

dapat menghadapi masalah dengan lebih baik.

Keluarga sebagai tempat yang aman dan damai

untuk istirahat dan pemulihan serta membantu

penguasaan terhadap emosi. Aspek-aspek dari

dukungan emosional meliputi dukungan yang

diwujudkan dalam bentuk afeksi, adanya

kepercayaan, perhatian, mendengarkan dan

didengarkan. Menurut Julianto, dukungan

emosional terdiri dari informasi atau nasehat

verbal dan non verbal, bantuan nyata atau

tindakan yang diberikan oleh keakraban sosial.

Misalnya anggota keluarga yang mengalami

gangguan jiwa dapat mencurahkan segala

perasaan kepada keluarga, dalam hal ini

keluarga wajib memberikan kenyamanan, rasa

damai dalam hati anggota keluarga yang

mengalami gangguan jiwa dan meningkatkan

rasa percaya diri dalam dirinya. Keluarga

merupakan tempat yang aman dan damai bagi

Page 11: ANALISIS DUKUNGAN SOSIAL KELUARGA TERHADAP …

SEL Jurnal Penelitian Kesehatan Vol. 5 No.2, November 2018, 80-92

87

anggota keluarga untuk istirahat dan pemulihan

serta membantu penguasaan terhadap emosi.8,24

Menurut Keliat keluarga seharusnya

mempunyai sikap positif seperti menerima

kenyataan kondisi pasien, menghargai pasien,

menumbuhkan sikap tanggung jawab dan tidak

memusuhi pasien. Sebuah penelitian yang

dilakukan oleh Fadli, dkk menyatakan bahwa

Expressed Emosi (EE) keluarga yang tinggi

seperti marah-marah, tidak mengerti dan

bermusuhan memiliki resiko kekambuhan yang

lebih besar pada pasien gangguan jiwa. Secara

psikologis pasien membutuhkan kasih sayang

dan perhatian keluarga akibat menurunnya

kemampuan aktivitas fisik dan mental. Jika

keluarga tidak mendukung dan lingkungan

sekitar sering menimbulkan suasana yang tidak

menyenangkan maka besar kemungkinan akan

mempercepat kekambuhan kembali si

penderita.24-25

Dari hasil penelitian dan observasi di

lapangan dilihat bahwa keluarga tidak pernah

meluangkan waktu untuk memperhatikan

penderita, keluarga masih beranggapan bahwa

penderita tidak memerlukan perhatian dan

kelembutan dalam berbicara karena penderita

tidak sadar. Keluarga tidak terlalu melihat

keadaan penderita, yang seharusnya dia dapat

juga melihat keadaan di luar rumah agar

penderita termotivasi untuk berinteraksi

kembali, dan hendaknya keluarga selalu

memberikan dan memperhatikan percakapan

dengan penderita agar penderita dapat

memahami apa yang kita sampaikan. Sikap

keluarga sangat mendukung kemajuan

kesembuhan pada penderita. Dalam hal

merawat penderita gangguan jiwa

membutuhkan waktu yang lama, dan juga

kadang kala keluarga merasa bosan dengan

sikap penderita yang selalu mengganggu

kenyamanan keluarga. Dukungan sosial

keluarga sangat diperlukan dalam proses

penyembuhan maupun proses pencegahan

kekambuhan penderita gangguan jiwa.

KESIMPULAN

Ada hubungan dukungan informasional,

dukungan penilaian dan dukungan emosional

dengan pencegahan kekambuhan penderita

gangguan jiwa di wilayah kerja Puskesmas

Sukajaya. Tidak ada hubungan dukungan

instrumental dengan pencegahan kekambuhan

penderita gangguan jiwa di wilayah kerja

Puskesmas Sukajaya.

SARAN

Berdasarkan temuan hasil penelitian

disarankan kepada Dinas Kesehatan Kota

Sabang dan Puskesmas Sukajaya agar dapat

memberikan penyuluhan bagi keluarga

penderita gangguan jiwa tentang pentingnya

dukungan sosial keluarga, khususnya dukungan

emosional dan dukungan instrumental untuk

proses kesembuhan pasien gangguan jiwa dan

pencegahan kekambuhan kembali.

Dibentuknya Desa Siaga Sehat Jiwa di seluruh

desa dan mengajak Kader kesehatan Jiwa untuk

peduli dan aktif dalam perannya sebagai kader,

agar penderita gangguan jiwa mendapatkan

pelayanan yang lebih baik dan dapat mendeteksi

Page 12: ANALISIS DUKUNGAN SOSIAL KELUARGA TERHADAP …

Analisis Dukungan Sosial Keluarga Terhadap Pencegahan …( Rahmayani & Fadhiah Hanum)

88

penderita gangguan jiwa sedini mungkin.

Diharapkan kepada keluarga penderita

gangguan jiwa agar memberikan perhatian

penuh terhadap kesehatan jiwa, fisik dan sosial

penderita gangguan jiwa agar cepat sembuh dan

tidak terjadi kekambuhan kembali.

UCAPAN TERIMA KASIH

Terima kasih kami ucapkan kepada

Kepala Puskesmas Sukajaya, Badan Litbangkes

Depkes RI yang memberikan bantuan

pendanaan untuk pelaksanan penelitian, Kepala

Dinas Kesehatan Kota Sabang yang telah

memberikan izin pelaksanaan penelitian di

wilayah kerja puskesmas Sukajaya, semua

peneliti dan bagian administrasi yang telah

berkontribusi dalam penelitian ini, tenaga

kesehatan di Puskesmas Sukajaya, serta semua

keluarga yang telah bersedia ikut dalam

penelitian ini.

DAFTAR PUSTAKA

1. Penelitian B. Laporan hasil Riset

Kesehatan Dasar (Riskesdas) Indonesia

tahun 2013. Jkt Badan Penelit Dan

Pengemb Kesehat Kementeri Kesehat

Repub Indones. 2013.

2. Yosep I, Sutini T. Buku Ajar Keperawatan

Jiwa. Refika Bdg Aditama. 2014.

3. Yosep I, Sutini T. Buku Ajar Keperawatan

Jiwa. Refika Bdg Aditama. 2014.

4. Kementerian Kesehatan R. Data dan

Informasi: Profil Kesehatan Indonesia. Jkt

Kemenkes RI. 2017.

5. Keliat BA, Akemat S. Keperawatan

kesehatan jiwa komunitas: CMHN (Basic

Course). Jkt EGC. 2011.

6. Simanjuntak J. Membangun Kesehatan

Mental Keluarga Dan Masa Depan Anak.

Gramedia Pustaka Utama; 2013.

7. Pangastiti NK, RAHARDJO M. Analisis

Pengaruh Dukungan Sosial Keluarga

Terhadap Burnout Pada Perawat Kesehatan

Di Rumah Sakit Jiwa (studi pada RSJ Prof.

Dr. Soerojo Magelang). 2011.

8. FAHANANI FG. Hubungan Pengetahuan

Tentang Gangguan Jiwa Dengan Dukungan

Keluarga Yang Mempunyai Anggota

Keluarga Skizofrenia di RSJD Surakarta.

2010.

9. Nuraenah N, Mustikasari M, Putri YSE.

Hubungan Dukungan Keluarga dan Beban

Keluarga dalam Merawat Anggota dengan

Riwayat Perilaku Kekerasan di Rs. Jiwa

Islam Klender Jakarta Timur 2012. J

Keperawatan Jiwa. 2014;2(1):41–50.

10. Astuti ViW. Hubungan Dukungan

Keluarga dengan Tingkat Depresi pada

Lansia di Posyandu Sejahtera GBI Setia

Bakti Kediri. J Penelit STIKES Kediri.

2012;3(2):85–93.

11. Parasari GAT, Lestari MD. Hubungan

Dukungan Sosial Keluarga dengan Tingkat

Depresi pada Lansia di Kelurahan Sading.

J Psikol Udayana. 2015;2(1):68–77.

12. Wulansih S, Widodo A. Hubungan antara

Tingkat Pengetahuan dan Sikap Keluarga

dengan Kekambuhan pada Pasien

Skizofrenia di RSJD Surakarta. Ber Ilmu

Keperawatan. 2017;1(4):181–186.

13. Dalami E, Kp S. Konsep dasar keperawatan

kesehatan jiwa. Trans Info Media Jkt

Timur. 2010.

14. Kusumaningtyas R, Widodo A. Pengaruh

Pendidikan Kesehatan Jiwa Keluarga

Terhadap Pengetahuan Dan Sikap

Pencegahan Kekambuhan Gangguan Jiwa

Di Desa Makamhaji Kecamatan Kartasura

Kabupaten Sukoharjo. 2017.

15. Kusumaningtyas R, Widodo A. Pengaruh

Pendidikan Kesehatan Jiwa Keluarga

Terhadap Pengetahuan Dan Sikap

Pencegahan Kekambuhan Gangguan Jiwa

Di Desa Makamhaji Kecamatan Kartasura

Kabupaten Sukoharjo. 2017.

16. Tri T. Hubungan Dukungan Keluarga

dengan Tingkat Kekambuhan Klien

Halusinasi di Ruang Rawat Inap Rumah

Sakit Jiwa Prof. HB Sa�anin Padang

Tahun 2012. Penelit Fak Keperawatan

Unand. 2012.

17. Friedman MM, Bowden VR, Jones EG.

Buku ajar keperawatan keluarga: Riset,

Teori dan Praktek. Jkt EGC. 2010:5–6.

Page 13: ANALISIS DUKUNGAN SOSIAL KELUARGA TERHADAP …

SEL Jurnal Penelitian Kesehatan Vol. 5 No.2, November 2018, 80-92

89

18. Taufik Y, Mamnu�ah M. Hubungan

Dukungan Keluarga dengan Tingkat

Kekambuhan pada Pasien Skizofrenia di

Poliklinik Rumah Sakit Jiwa Grhasia DIY.

2014.

19. Saputra N. Hubungan Dukungan Keluarga

dengan Kekambuhan Pasien Skizofrenia di

Poliklinik Rumah Sakit Jiwa Daerah

Propinsi Sumatera Utara-Medan. Hub

Dukungan Kel Dengan Kekambuhan

Pasien Ski Poliklin Rumah Sakit Jiwa Drh

Propinsi Sumat Utara-Medan. 2010.

20. Friedman MM, Bowden VR, Jones EG.

Buku ajar keperawatan keluarga: Riset,

Teori dan Praktek. Jkt EGC. 2010:5–6.

21. Pratama Y, Syahrial S, others. Hubungan

Keluarga Pasien Terhadap Kekambuhan

Skizofrenia di Badan Layanan Umum

Daerah (BLUD) Rumah Sakit Jiwa Aceh. J

Kedokt Syiah Kuala. 2015;15(2):77–86.

22. Saputra N. Hubungan Dukungan Keluarga

dengan Kekambuhan Pasien Skizofrenia di

Poliklinik Rumah Sakit Jiwa Daerah

Propinsi Sumatera Utara-Medan. Hub

Dukungan Kel Dengan Kekambuhan

Pasien Ski Poliklin Rumah Sakit Jiwa Drh

Propinsi Sumat Utara-Medan. 2010.

23. Tri T. Hubungan Dukungan Keluarga

dengan Tingkat Kekambuhan Klien

Halusinasi di Ruang Rawat Inap Rumah

Sakit Jiwa Prof. HB Sa�anin Padang

Tahun 2012. Penelit Fak Keperawatan

Unand. 2012.

24. Simanjuntak J. Membangun Kesehatan

Mental Keluarga Dan Masa Depan Anak.

Gramedia Pustaka Utama; 2013.

25. Fadli SM, Mitra M. Pengetahuan dan

ekspresi emosi keluarga serta frekuensi

kekambuhan penderita skizofrenia. Kesmas

Natl Public Health J. 2013;7(10):466–470.