30
0 DUKUNGAN-SOSIAL KELUARGA DAN SPIRITUALITAS TERHADAP KESEJAHTERAAN LANSIA Jurnal untuk memenuhi sebagian persyaratan untuk mencapai derajat Magister Sains Psikologi Oleh: Joseph Maukar NPM: 832013001 UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA PROGRAM PASCA SARJANA FAKULTAS PSIKOLOGI 2016

Dukungan-Sosial Keluarga dan Spiritualitas terhadap ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10222/2/T2_832013001_Full...DUKUNGAN-SOSIAL KELUARGA DAN SPIRITUALITAS TERHADAP KESEJAHTERAAN

  • Upload
    vanngoc

  • View
    225

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Dukungan-Sosial Keluarga dan Spiritualitas terhadap ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10222/2/T2_832013001_Full...DUKUNGAN-SOSIAL KELUARGA DAN SPIRITUALITAS TERHADAP KESEJAHTERAAN

0

DUKUNGAN-SOSIAL KELUARGA DAN SPIRITUALITAS

TERHADAP KESEJAHTERAAN LANSIA

Jurnal

untuk memenuhi sebagian persyaratan untuk

mencapai derajat Magister Sains Psikologi

Oleh:

Joseph Maukar

NPM: 832013001

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

PROGRAM PASCA SARJANA

FAKULTAS PSIKOLOGI

2016

Page 2: Dukungan-Sosial Keluarga dan Spiritualitas terhadap ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10222/2/T2_832013001_Full...DUKUNGAN-SOSIAL KELUARGA DAN SPIRITUALITAS TERHADAP KESEJAHTERAAN
Page 3: Dukungan-Sosial Keluarga dan Spiritualitas terhadap ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10222/2/T2_832013001_Full...DUKUNGAN-SOSIAL KELUARGA DAN SPIRITUALITAS TERHADAP KESEJAHTERAAN
Page 4: Dukungan-Sosial Keluarga dan Spiritualitas terhadap ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10222/2/T2_832013001_Full...DUKUNGAN-SOSIAL KELUARGA DAN SPIRITUALITAS TERHADAP KESEJAHTERAAN
Page 5: Dukungan-Sosial Keluarga dan Spiritualitas terhadap ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10222/2/T2_832013001_Full...DUKUNGAN-SOSIAL KELUARGA DAN SPIRITUALITAS TERHADAP KESEJAHTERAAN
Page 6: Dukungan-Sosial Keluarga dan Spiritualitas terhadap ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10222/2/T2_832013001_Full...DUKUNGAN-SOSIAL KELUARGA DAN SPIRITUALITAS TERHADAP KESEJAHTERAAN

DUKUNGAN-SOSIAL KELUARGA DAN SPIRITUALITAS

TERHADAP KESEJAHTERAAN LANSIA

The Effect of Social Support and Spirituality to Elderly’ Well Being

ABSTRACT

Joseph Maukar

Program Pascasarjana Magister Sains Psikologi

Universitas Kristen Satya Wacana

Against the backdrop of a dramatic increase in the number of

individuals living longer in Indonesia, it is vital to have studies relating to

the well-being of the elderly, as a matter of fact, study on this subject is

sparse. Additionally, most of available studies used Ryff’s psychological

well-being (1989), PWB scale as the measuring instrument; the author uses

CASP-12, Wiggins (2007) short form of CASP-19, Hyde (2003) that is

specially for scaling Elderly’ Well-Being. Kang Sun-kyung (2011) used

Social Support and Spirituality to determine the Elderly’ Well-Being,

introducing simultaneous positive and significant effect on Elderly’ Well-

Being. The author refers to the use of those two independent variables to

execute a study on Elderly’ Well-Being in village Canden, Salatiga. The

results show, Social Support and Spirituality simultaneously determine the

level of Elderly’ Well-Being. However, Social Suport is not dominant, even

just significant. Meanwhile, Spirituality is the significant variable to the

Elderly Well-Being of the Canden Elderly. This finding explains that the

Actitivy Theory, Havighurst (1963) really took important role of realizing the

Successful Elderly of Canden Village; since most of the eldery still have their

former activities, or replacement role. In which it was concluded that the

more involved seniors were in social activities, the more satisfied they were.

Furthermore, the social interaction introduced the broader area of activity

giving space for expanding their self-efficacy aspect, and life-scheme aspect.

Keywords: Social Support, Spirituality, Elderly’ Well-Being.

Page 7: Dukungan-Sosial Keluarga dan Spiritualitas terhadap ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10222/2/T2_832013001_Full...DUKUNGAN-SOSIAL KELUARGA DAN SPIRITUALITAS TERHADAP KESEJAHTERAAN

1

1. PENDAHULUAN

Seiring dengan meningkatnya derajat kesehatan dan kesejahteraan,

UHH (usia harapan hidup) di Indonesia pun meningkat. Berdasarkan

laporan World Health Organization (2013) dan data BPS (2013) pada

tahun 2000 UHH adalah 67 tahun, angka ini meningkat pada tahun 2010

menjadi 69,9 tahun, tahun 2015 diperkirakan menjadi 70,7 tahun, dan pada

tahun 2020 UHH menjadi 71,7 tahun. Data berdasarkan Katalog BPS

2101018, Edisi 2013 ini menunjukkan UHH yang semakin meningkat

(expanded longevity).

Selain UHH yang meningkat, di laporan BPS ditemukan bahwa

jumlah lansia (usia 60) di Indonesia diperkirakan akan menjadi sekitar

27 juta jiwa di tahun 2020. Jumlah ini akan meningkat seiring dengan

membaiknya kualitas pelayanan kesehatan fisik. Peingkatan UHH serta

peningkatan prosentasi jumlah lansia yang dahsyat ini membawa

konsekuensi penanggulangan kesejahteraan-lansia oleh pemerintah.

Kini republik ini telah berusia 70 tahun, telah sampai tingkat mana

kah kesejahteraan-lansia? Pertanyaan ini perlu dikemukakan, karena

jumlah lansia saat ini sudah mencapai sekitar 8,6% dari penduduk

Indonesia, atau lebih dari 22 juta jiwa. Jumlah lansia sebanyak ini

merupakan salah satu tantangan sangat mendasar bagi program

pemerintahan Presiden Joko Widodo saat ini, yaitu "Revolusi Mental".

Dasar revolusi mental adalah kembalinya kepada budaya ketimuran yang

luhur, yang mana salah satunya ialah menghargai pendahulu (lansia).

Berdasarkan jumlah lansia yang semakin meningkat serta program

Page 8: Dukungan-Sosial Keluarga dan Spiritualitas terhadap ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10222/2/T2_832013001_Full...DUKUNGAN-SOSIAL KELUARGA DAN SPIRITUALITAS TERHADAP KESEJAHTERAAN

2

revolusi mental, maka perlu dilakukan penelitian tentang Kesejahteraan

Lansia. Sampai saat ini, penelitian Kesejahteraan Lansia masih sangat

sedikit dilakukan di Indonesia.

Kesejahteraan dalam persepsi masyarakat umum sering disangkut-

pautkan erat dengan tingkat kesehatan; dalam hal ini, Kesejahteraan

Lansia dan kesehatan fisik lansia. Dalam penelitian ini, Kesejahteraan

Lansia diambil sebagai output psikologis yang dipisahkan dari kesehatan-

fisik lansia, sebagaimana dikemukakan oleh Prof Marian Barnes.

Barnes (2013) dalam laporan penelitiannya Older People Well-

being and Participation menyatakan, bahwa antara kesehatan lansia dan

Kesejahteraan Lansia tidak selalu terkait langsung, atau kait-mengait. Bagi

lansia yang kurang sehat fisik misalnya, kemudahan mendapatkan layanan

kesehatan bagi dirinya atau bagi sesamanya sudah membawa dampak

yang sangat positif bagi kesejahteraan yang dirasakannya. Pelayanan para-

medis yang penuh perhatian juga berperan. Bahkan lansia yang dalam

kondisi sakit pun bisa merasakan kesejahteraan, sebagaimana dicontohkan

kasus wanita lansia 84 tahun yang sudah tidak lagi boleh berenang, karena

pinggul dan lututnya dioperasi akibat arthritis. Ia masih bisa merasakan

kesejahteraan, karena tersedianya kegiatan di kebun.

Terkait dengan program revolusi mental yang diuraikan di alinea

sebelumnya, pertanyaannya ialah: “Apakah negara telah menyediakan

fasilitas kesehatan, menyediakan layanan yang penuh peduli, serta

menyediakan lain-lain dukungan bagi lansia?” Apabila memang

pemerintah sudah menyediakan semua itu, pertanyaan selanjutnya:

Page 9: Dukungan-Sosial Keluarga dan Spiritualitas terhadap ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10222/2/T2_832013001_Full...DUKUNGAN-SOSIAL KELUARGA DAN SPIRITUALITAS TERHADAP KESEJAHTERAAN

3

“Apakah penyediaannya sudah tepat sasaran?” Pertanyaan-pertanyaan itu

dapat terjawab dengan mengevaluasi Kesejahteraan Lansia. Keberhasilan

program Kesejahteraan Lansia bukan sekedar pada keberhasilan

penyerapan anggaran, namun juga pada penilaian (assessment) hasil

(output) yaitu pencapaian Kesejahteraan Lansia. Bidang studi penulis

adalah sains-psikologi, oleh karenanya penulis berpendirian perlu untuk

melakukan penelitian Kesejahteraan Lansia, dengan menggunakan alat-

ukur khusus untuk lansia sebagai perangkat penilaian (assessment).

Kondisi dan situasi lansia di Indonesia saat ini, serupa dengan

pernyataan peneliti-peneliti terdahulu di Inggris. Disadari bahwa banyak

lansia hidup lebih lama dan sehat (Laslett, 1996 ; Laslett, 1996 ; Higgs,

1999; Gilleard & Higgs, 2000), pengukuran Kesejahteraan Lansia yang

dikaitkan dengan tingkat kesehatan sudah tidak tepat lagi (Flecher et al.,

1992; Bowling, 1997; Murrell, 1999). Kesejahteraan Lansia merupakan

fenomena multifaset (multifaceted phenomenon) dan kompleks, perlu

pendalaman pengertian (Flecher et al., 1992; Testa & Nackerly, 1994;

Monsen, 1998). Bowling (1997) sudah menggunakan non-health proxies,

seperti social networks atau psychological well-being. Korelasi positif

antara Dukungan Sosial dengan Kesejahteraan Lansia telah dibuktikan

oleh penelitian-penelitian, antara lain oleh Antonucci & Jackson, 1987;

Krause, 1987; Felton & Berry, 1992; dan Lang & Carstensen,1994. Maka

sudah tepat bahwa dalam peraturan-peraturan, undang-undang, serta usaha

pemerintah tersirat bahwa dukungan masyarakat dilibatkan dalam

mengusahakan Kesejahteraan Lansia. Hal ini berarti, bahwa Dukungan

Sosial (Social-Support) merupakan prediktor bagi Kesejahteraan Lansia

(Well-Being).

Page 10: Dukungan-Sosial Keluarga dan Spiritualitas terhadap ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10222/2/T2_832013001_Full...DUKUNGAN-SOSIAL KELUARGA DAN SPIRITUALITAS TERHADAP KESEJAHTERAAN

4

Selain itu, Manning (2012), genotologiwan dari Duke University

dalam jurnal “Spirituality as Lived Experience: Exploring the Essence of

Spirituality for Women in Late Life” (2012) menyatakan bahwa bagi

lansia spiritualitas merupakan aspek penting bagi meaning-making dan

developmental process. Kedua pendapat ahli/peneliti tersebut menguatkan

bahwa Spiritualitas Lansia merupakan prediktor bagi Kesejahteraan

Lansia (well-being). Penelitian sebelumnya oleh Ardelt et al. (2008) juga

menemukan, bahwa spiritualitas merupakan sumber yang kuat bagi lansia

untuk sanggup mengadaptasi perubahan kebutuhan di masa usia lanjut.

Penelitian-penelitian tentang kesejahteraan yang ada, kebanyakan

mengaitkan kesejahteraan dengan kesehatan juga untuk Kesejahteraan

Lansia. Padahal, mengingat populasi lansia sehat yang meningkat, sudah

saatnya menggunakan variabel yang non-health proxies. Selain itu,

kebanyakan penelitian-penelitian juga mengaitkan kesejahteraan lansia

dengan “religiusitas/spiritualitas” (yang selalu diberi tanda “/“, tidak

dibahas di sini). Berdasarkan latar belakang yang dipaparkan di atas,

penelitian ini mengambil peubah tak gayut Dukungan Sosial dan Spiritualitas.

Penelitian terdahulu yang menggunakan dua peubah tak gayut ialah

oleh Kang Sung-kyung (2011). Penelitiannya didukung oleh “Sogang

University” dengan grant-number No. 20091106, yang berjudul “Effects of

Social Activities and Religion/Spirituality on Well-Being in Life among the

Korean Elderly”. Yang mana menghasilkan bahwa Dukungan Sosial dan

Spiritualitas secara simultan berpengaruh terhadap Kesejahteraan Lansia.

Page 11: Dukungan-Sosial Keluarga dan Spiritualitas terhadap ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10222/2/T2_832013001_Full...DUKUNGAN-SOSIAL KELUARGA DAN SPIRITUALITAS TERHADAP KESEJAHTERAAN

5

Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk mengkaji

dan meneliti “Hubungan Dukungan Sosial dan Spiritualitas dengan

Kesejahteraan Lansia di Dusun Canden, Salatiga. Rumusan permasalahan

yang akan diuji dan ditemukan jawabannya adalah: “Adakah hubungan

signifikan antara Dukungan Sosial dan Spiritualitas dengan Kesejahteraan

Lansia di dusun Canden, Salatiga?”

Untuk mencari jawaban dan pembuktian, diajukan hipotesis yang

mengatakan bahwa: “Ada hubungan yang signifikan antara Dukungan

Sosial dan Spiritualitas dengan Kesejahteraan Lansia di dusun Canden,

Salatiga”.

2. METODE PENELITIAN

a. Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah 80 orang lansia dari 400 orang

lansia usia di atas 60 tahun yang terdaftar di Posyandu RW03 Canden,

Salatiga.

b. Alat Ukur Penelitian

Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah berupa

angket yang diberikan kepada responden. Kesejahteraan Lansia diukur

dengan menggunakan CASP-12 yang dikembangkan oleh Hyde et al.

(2007), terdiri dari 12 buah aitem yang sudah mencakup keempat aspek

(control, autonomy, pleasure, dan self-realization), maka Kesejahteraan

Lansia bisa diukur. Semakin tinggi skor total yang didapat, maka semakin

sejahtera; berlaku juga sebaliknya, semakin rendah skor total, maka

semakin tidak sejahtera.

Page 12: Dukungan-Sosial Keluarga dan Spiritualitas terhadap ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10222/2/T2_832013001_Full...DUKUNGAN-SOSIAL KELUARGA DAN SPIRITUALITAS TERHADAP KESEJAHTERAAN

6

Dukungan Sosial diukur dengan mempergunakan alat ukur MSPSS

(Multidimensional Scale of Perceived Social Support) oleh Zimet et al.

(1988), dengan 12 aitem kuesioner mencakup 3 aspek: keluarga (family),

teman (friend) dan orang-spesial (significant other). Semakin tinggi skor

total, semakin tinggi ketersediaannya; berlaku juga sebaliknya.

Spiritualitas Lansia yang subjektif, diukur secara psikometrik

dengan alat ukur SIWB (Spiritual Index of Well-being) oleh Daaleman et

al. (2004). Konsep spiritualitas SIWB terdiri dari 12 aitem, 6 buah untuk

aspek self-efficacy dan 6 buah untuk aspek life-scheme. Semakin tinggi

skor total, semakin tinggi spiritualitasnya; berlaku juga sebaliknya.

c. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur

Validitas dan reliabilitas masing-masing alat ukur berdasarkan

cronbach alpha pada taraf signifikansi 5% adalah:

Pengujian daya diskriminasi item dilakukan dengan cara

menghitung koefisien korelasi antara distribusi skor item dengan distribusi

skor skala itu sendiri yang akan menghasilkan koefisien korelasi item-total

(rix). Yang batas koefisien-korelasi terhitung ditentukan oleh persyaratan:

hitung. criticalrr

untuk validitas,

di mana koefisien-korelasi kritis (rcri.) untuk 80 sampel dengan df =2,

ketelitian 5% (= 0,05); dicari dalam tabel Pearson’s Product-moment

Correlation-coefficient, diperoleh 0,223 criticalr . rhitung untuk 12 aitem

pendukung KL (Tabel 3.5) semuanya criticalrr hitung

.

Page 13: Dukungan-Sosial Keluarga dan Spiritualitas terhadap ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10222/2/T2_832013001_Full...DUKUNGAN-SOSIAL KELUARGA DAN SPIRITUALITAS TERHADAP KESEJAHTERAAN

7

Page 14: Dukungan-Sosial Keluarga dan Spiritualitas terhadap ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10222/2/T2_832013001_Full...DUKUNGAN-SOSIAL KELUARGA DAN SPIRITUALITAS TERHADAP KESEJAHTERAAN

8

Reliabilitas (reliability) dalam penelitian ini juga diuji dengan

menggunakan Excel untuk menghitung Cronbach Alpha ( ) dengan

tujuan untuk dapat menjelaskan perolehan standardized-Alpha ( R ).

Cronbach Alpha dapat dihitung dengan Excel speadsheet dengan rumus:

2

t

2

b

)(

)(1

1

k

k

diperoleh = 0,753.

adalah alpha yang tak terbakukan (unstandardized) berdasarkan

Covariance Matrix. Sedangkan R yang terbakukan (standardized) adalah

yang berdasarkan Correlation Matrix, dihitung dengan rumus:

1)(1 rk

rkR

Alpha yang terbakukan (R ) diperoleh R = 0,809 dengan analisis Excel

(Tabel 1, halaman 8). Dengan perhitungan SPSS pun diperoleh hasil yang

sama, sebagai berikut (Gambar 1).

Matriks korelasi untuk konsep KL, konsep DS, serta konsep SL disajikan

dalam tabel-tabel matriks hasil perhitungan dengan Excel. Konfirmasi

kebenaran hasilnya dikonfirmasi dengan SPSS. Hasil-hasil perhitungan

disajikan dalam lampiran.

Page 15: Dukungan-Sosial Keluarga dan Spiritualitas terhadap ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10222/2/T2_832013001_Full...DUKUNGAN-SOSIAL KELUARGA DAN SPIRITUALITAS TERHADAP KESEJAHTERAAN

9

Kategori reliabilitas (Cronb.) yang dikutip dari Sugiyono (2005) dan

akan menjadi pedoman penelitian ini sebagai berikut:

Tabel 2 Pedoman Penilaian Reliabilitas

Alpha Kriteria

0.00 – 0.199 Sangat Rendah

0.20 – 0.399 Rendah

0.40 – 0.599 Sedang

0.60 – 0.799 Kuat

0.80 – 1.000 Sangat Kuat

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Uji Hipotesis

3.1.1 Uji Signifikansi Simultan (Uji F)

Untuk memperoleh persamaan regresi ganda harus dilakukan

terlebih dahulu uji sidik ragam, luaran SPSS seperti tersaji pada Tabel 3

berikut ini:

Secara simultan (simultaneous) Dukungan Sosial dan Spiritulitas Lansia

berpengaruh terharap Kesejahteraan Lansia. Hal ini tampak dalam nilai

sig. p < ,yaitu = 0,05. Hal ini berarti pula, bahwa dapat memenuhi

Page 16: Dukungan-Sosial Keluarga dan Spiritualitas terhadap ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10222/2/T2_832013001_Full...DUKUNGAN-SOSIAL KELUARGA DAN SPIRITUALITAS TERHADAP KESEJAHTERAAN

10

persyaratan regresi berganda. Dengan persamaan regresi ganda yang

koefisien-koefiseinnya dicari dengan SPSS sebagai berikut.

3.1.2 Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji Statistik t)

= 0,05, signifikansi Dukungan Sosial (DS) p = 0,245, p > , jadi secara

parsial DS tidak berpengaruh terhadap Kesejahteraan Lansia. Spiritulitas

Lansia berpengaruh signifikan (p < ) terhadap Kesejahteraan Lansia.

Persamaan regresi-ganda:

Y = 3,047 + 0,174 X1 + 0,603 X2

3.1.3 Uji Signifikansi Lansia Berdasarkan Jenis Kelamin (Laki-Laki)

Uji Sidik Ragam untuk responden 31 jiwa pria-lansia saja nenunjukkan

bahwa tidak bisa memenuhi regresi-ganda, p = 0,071, artinya p >

Page 17: Dukungan-Sosial Keluarga dan Spiritualitas terhadap ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10222/2/T2_832013001_Full...DUKUNGAN-SOSIAL KELUARGA DAN SPIRITUALITAS TERHADAP KESEJAHTERAAN

11

Selanjutnya, hanya perlu mencari koefisien pembentuk persamaan regresi

sederhana, bagi variabel yang signifikansi p < , hanya ada regresi-

sederhana (Tabel 4.17) :

Y = 9,665 + 0,576 X2

yang koefisiennya diperoleh dari SPSS (Tabel 4.17) berikut ini.

3.1.4 Regresi Lansia Perempuan

Uji Sidik Ragam untuk responden 49 jiwa lansia-perempuan nenunjukkan

bahwa memenuhi regresi-ganda, p = 0,019, p < Selanjutnya, dicari

koefisien pembentuk persamaan regresi ganda (Tabel 8).

Page 18: Dukungan-Sosial Keluarga dan Spiritualitas terhadap ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10222/2/T2_832013001_Full...DUKUNGAN-SOSIAL KELUARGA DAN SPIRITUALITAS TERHADAP KESEJAHTERAAN

12

= 0,05, signifikansi Dukungan Sosial (DS) p = 0,427, p > , jadi secara

parsial DS tidak berpengaruh terhadap Kesejahteraan Lansia. Untuk kaum

lansia-perempuan saja Spiritulitas Lansia berpengaruh signifikan terhadap

Kesejahteraan Lansia. dengan signifikasi p = 0,012 (p < )

Persamaan regresi-ganda:

Y = 5,642 + 0,140 X1 + 0,580 X2

3.1.5 Perbedaan Kesejahteraan Laki-Laki dan Perempuan

SPSS Uji Contoh Bebas (independent sample test) menunjukkan bahwa

terdapat perbedaan kesejahteraan yang signifikan antara lansia laki-laki

Page 19: Dukungan-Sosial Keluarga dan Spiritualitas terhadap ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10222/2/T2_832013001_Full...DUKUNGAN-SOSIAL KELUARGA DAN SPIRITUALITAS TERHADAP KESEJAHTERAAN

13

dan perempuan, yang terlihat dari nilai signifikansi Uji Levene untuk

Ragam Sama (Levene's Test for Equality of Variances) sebesar 0,028 yang

artinya data Kesejahteraan Lansia memiliki varians yang berbeda antara

laki-laki dan perempuan.

Namun sebenarnya, bedanya hanya 1%, ditinjau dari selisih mean

perolehan tingkat Kesejahteraan Lansia (KL), dijelaskan secara illustratif

(Gambar 2).

3.1.6 Koefisien Determinasi (R2)

Analisis koefisien determinasi (R2) dilakukan untuk mengetahui

sampai sejauh mana signifikansi pengaruh Dukungan Sosial (DS) dan

Spiritual Lansia (SL) secara simultan terhadap Kesejahteraan Lansia (KL).

Berdasarkan hasil olah data diperoleh koefiesien determinasi sebagai

beriku (Tabel 9) :

Koefisien determinasi (R2) sebesar 0,177, menggambarkan bahwa

sumbangan pengaruh Dukungan Sosial dan Spiritulitas Lansia terhadap

Kesejahteraan Lansia sebesar 17,7% sedangkan sisanya 82,3%

dipengaruhi oleh peubah lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini.

Page 20: Dukungan-Sosial Keluarga dan Spiritualitas terhadap ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10222/2/T2_832013001_Full...DUKUNGAN-SOSIAL KELUARGA DAN SPIRITUALITAS TERHADAP KESEJAHTERAAN

14

3.1.7 Sumbangan Efektif

Untuk mengetahui sumbangan efektif (SE) dari tiap peubah tak

gayut terhadap peubah gayut digunakan rumus sebagai berikut:

SE X1 = βstd. koefisien korelasi X1Y 100%

SE X2 = βstd. koefisien korelasi X2Y 100%

βstd. adalah β yang terbakukan.

Illustrasi perhitungan SE dipaparkan dalam Gambar 3. Gamabar ini

memaparkan besarnya sumbangan efektif yang diberikan oleh masing-

masing peubah tak gayut terhadap peubah gayut, dimana dukungan sosial

(DS) memberikan pengaruh dengan signifikansi 2,725% (βstd.= 0,125,

koefisien korelasi 0,218) dan spiritualitas lansia (SE) memberikan

pengaruh dengan signifikansi 14.95% (βstd.= 0,371, koefisien korelasi

0,403).

Hasil ini menunjukkan bahwa Spiritulitas Lansia berpengaruh lebih besar

terhadap Kesejahteraan Lansia dibandingkan Dukungan Sosial.

Page 21: Dukungan-Sosial Keluarga dan Spiritualitas terhadap ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10222/2/T2_832013001_Full...DUKUNGAN-SOSIAL KELUARGA DAN SPIRITUALITAS TERHADAP KESEJAHTERAAN

15

3.2 Pembahasan

3.2.1 Telaah berdasarkan temuan statistik

Berdasarkan hasil pengukuran analisis data di atas, diketahui

bahwa Dukungan Sosial (DS) dan Spiritual Lansia (SL) secara simultan

mempunyai pengaruh yang positif dan signifikan terhadap Kesejahteraan

Lansia (KL). Besarnya pengaruh DS dan SL terhadap KL tecermin dalam

hasil penelitian dengan uji signifikansi simultan F (halaman 70) dengan

nilai Fhitung sebesar 8,263 pada taraf signifikansi sebesar 0,001 (p < 0,05).

Model pengaruh simultan dapat dilihat dari tabel koefisein regresi

(halaman 70), yang menggambarkan pengaruh yang signifikan antara

Dukungan Sosial (DS) dan Spiritualitas Lansia (SL) terhadap

Kesejahteraan Lansia (KL). Dengan Persamaan regresi-ganda:

Y = 3,047 + 0,174 X1 + 0,603 X2

Temuan ini juga didukung oleh nilai R Square, R2 (halaman 72) sebesar

0,177 yang berarti 17,7% dari total varians KL dapat dijelaskan secara

simultan oleh peubah DS dan SL, sisanya sebesar 82,3% dipengaruhi oleh

peubah tak gayut lain.

Page 22: Dukungan-Sosial Keluarga dan Spiritualitas terhadap ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10222/2/T2_832013001_Full...DUKUNGAN-SOSIAL KELUARGA DAN SPIRITUALITAS TERHADAP KESEJAHTERAAN

16

Model hipotesis (Gambar-4) melukiskan tingkat perolehan KL yang

dipengaruhi secara simultan oleh peubah DS dan SL. Gambar ini akan

lebih komprehensif, kalau bisa dilukiskan pengaruh peubah DS dan SL

dalam tiga dimensi, seperti yang dilukiskan dalam Gambar 5 berikut.

Pengaruh simultan oleh dua peubah tak gayut terhadap Kesejahteraan

Lasia (Y) menghasilkan bidang-datar-regresi, yang menampung sebagian

besar nominal-nominal dari Y, dengan residu-residu di luar bidang yang

masih dalam batas dapat diterima (acceptable), atau dalam batas

simpangan (deviation).

Persamaan regresi ini menjelaskan bahwa pengaruh DS tidak besar,

ditunjukkan dengan 1= 0,174, sudut kelandaian sekitar 9,8o, sedangkan

SL bersudut dengan kecuraman sekitar 31o, yang ditunjukkan oleh 2=

0,603. Artinya, pertambahan Dukungan Sosial tidak meningkatkan tingkat

Kesejahteraan Lansia, justru Kesejahteraan Lansia didukung oleh tingkat

Spiritual Lansia yang bersangkutan.

Perihal peubah Dukungan Sosial ini sesuai dengan teori-teori pakar

gerontologi, antara lain Havighurst (1963) dengan activity theory, bahwa

Page 23: Dukungan-Sosial Keluarga dan Spiritualitas terhadap ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10222/2/T2_832013001_Full...DUKUNGAN-SOSIAL KELUARGA DAN SPIRITUALITAS TERHADAP KESEJAHTERAAN

17

lansia yang tetap aktif dan bersosialisasi, merupakan lansia yang berhasil

(successful elderly). Kenyataan yang ada di Dusun Canden RW 03,

kebanyakan lansia masih aktif dengan kegiatan di ladang, di sawah, dan

banyak lansia yang masih berjualan di pasar.

Perihal peubah Spiritualitas yang berperan positif tinggi pada

Kesejahteraan Lansia Dusun Canden, hal ini sesuai dengan teori Frankl

(1984) dengan konsep search for meaning (pencarian makna). Dalam

kenyataannya dusun ini adalah dusun yang masih sangat tradisional

dengan budaya Jawa yang masih melekat pekat, terutama pada orang-

orang dewasa sampai lansia. Budaya itulah yang membentuk prilaku

spiritual yang kuat, dan faktor internal inilah yang berperan besar terhadap

pencapaian tingkat kesejahteraan tinggi.

Penelitian ini menemukan, bahwa DS dari 31 jiwa lansia-pria

(38,75%) tidak berkontribusi kepada tingkat KLpria. DS dan SL dari 49

jiwa lansia-perempuan (61,25%) berkontribusi kepada KLpremp. sebesar:

159,0 959,1115

436,177

Total

RegressionR 2

Artinya 15,9% dari 49 lansia perempuan, atau 8 dari 49 jiwa saja yang

tingkat kesejahteraannya (KLpremp.) didukung oleh DS dan SL.

Sedangkan untuk keseluruhan 17,7%, atau sekitar 14 dari 80 jiwa lansia,

DS dan SL berpengaruh secara simultan pada kesejahteraan lansia (KL).

Gambar 6 menjelaskan bahwa varians KL sebanyak 17,7% tertampung di

bidang datar regresi Y = 3,047 + 0,174 X1 + 0,603 X2 (bidang biru),

selebihnya 82,3% bertebaran di kedua ruang antara biru dan jingga, biru

dan hijau, yang merupakan toleransi regresi.

Model hipotesis ini menjelaskan bahwa 17,7% keragaman dari KL saja

yang bisa dijelaskan oleh keragaman DS dan SL secara simultan,

Page 24: Dukungan-Sosial Keluarga dan Spiritualitas terhadap ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10222/2/T2_832013001_Full...DUKUNGAN-SOSIAL KELUARGA DAN SPIRITUALITAS TERHADAP KESEJAHTERAAN

18

sedangkan 82,3% selebihnya bertebaran di ruang sela toleransi antar 3

bidang (Gambar 6).

Untuk lebih memahami rambu-rambu batas toleransi, maka regresi

sederhana (Gambar 7) berikut ini dapat menjelaskan secara illustratif.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa walaupun Dukungan Sosial (DS)

dan Spiritualitas Lansia (SL) secara simultan dapat berpengaruh terhadap

Kesejahteraan Lansia (KL), namun keduanya tidak merupakan prediktor

yang kuat.

Page 25: Dukungan-Sosial Keluarga dan Spiritualitas terhadap ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10222/2/T2_832013001_Full...DUKUNGAN-SOSIAL KELUARGA DAN SPIRITUALITAS TERHADAP KESEJAHTERAAN

19

3.2.2 Rangkuman Pembahasan

1) Dukungan Sosial (DS) dan Spiritualitas Lansia (SL) secara simultan

berpengaruh terhadap Kesejahteraan Lansia (KL), walaupun untuk

Dusun Canden hanya 17,7% dari total varians KL, 82,3% dari total

varians KL dipengaruhi oleh peubah di luar DS dan SL.

2) Lemahnya pengaruh DS dalam penelitian ini seolah-olah menunjukkan

tidak dibutuhkan dukungan sosial dalam pencapaian KL. Kenyataan ini

menunjukkan kesesuaian dengan Teori Aktivitas (activity theory),

Havighurst (1963). Sebagian besar lansia Dusun Canden masih

beraktivitas asal, atau beraktivitas pengganti, sehingga dengan

demikian individu-individu lansia di dusun ini merupakan lansia

berkesejahteraan tinggi (successful elderly).

3) Lansia dusun Canden yang masih beraktivitas berdampak positif pada

peningkatan kesejahteraan individu-individu lansia. Dukungan Sosial

diperoleh akibat aktivitas itu, yang mana para lansia masih selalu saling

berhubungan, berhubungan dengan masyarakat dengan aneka tingkat

usia. Hal ini mengakibatkan proses timbal balik Dukungan Sosial,

sesuai dengan hasil penelitian Kang Sun-kyung (2011).

4) Dukungan Sosial timbal-balik yang diperoleh lansia-lansia yang

beraktivitas, memberi peluang dan arena untuk effikasi-diri serta

untuk peningkatan makna-hidup, yang berarti meningkatkan

spiritualitas (Pomeroy & Clark, 2015).

Page 26: Dukungan-Sosial Keluarga dan Spiritualitas terhadap ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10222/2/T2_832013001_Full...DUKUNGAN-SOSIAL KELUARGA DAN SPIRITUALITAS TERHADAP KESEJAHTERAAN

20

4.1 Simpulan dan Saran

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan pada bab sebelumnya

maka dapat disimpulkan bahwa Dukungan Sosial (DS) dan Spiritualitas

Lansia (SL) secara simultan mempunyai pengaruh terhadap Kesejahteraan

Lansia (KL) bagi lansia di Dusun Canden RW 03.

Selain itu, berdasarkan hasil analisis kontribusi Dukungan Sosial tidak

berdampak besar pada lansia Canden, peran Spiritualitas atas

Kesejahteraan Lansia lebih besar. Hasil ini mengindikasikan kuatnya

kemandirian lansia Canden, sehingga tingkat Spiritualitas Lansia yang

tinggi lebih berpengaruh terhadap tingkat Kesejahteraan Lansia Canden.

4.2 Saran-saran

4.2.1 Saran kepada Para Lansia

1) Setiap lansia perlu mengambil peran aktif dalam komunitas lansia, agar

dapat saling memberi Dukungan Sosial antar individu dengan cara

menguatkan perkembangan Spiritualitas agar individu-individu dapat

lebih sejahtera. Hal ini dapat dilakukan melalui pertemuan-pertemuan

dalam kegiatan olah raga ringan (senam), jalan santai, ikut diskusi

dalam kegiatan keagamaan, dan sebagainya.

2) Tidak terbatas dalam komunitas lansia saja, lansia disarankan juga

untuk berinteraksi dengan kaum yang lebih muda, untuk membagikan

pengalaman hidup; hal ini merupakan kegiatan aktualisasi-diri yang

berakibat pada peningkatan kesejahteraan lansia yang bersangkutan.

Page 27: Dukungan-Sosial Keluarga dan Spiritualitas terhadap ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10222/2/T2_832013001_Full...DUKUNGAN-SOSIAL KELUARGA DAN SPIRITUALITAS TERHADAP KESEJAHTERAAN

21

3) Sangat disarankan bagi lansia untuk tetap beraktivitas sesuai

dengan kemampuan yang ada, karena aktivitas (maupun aktivitas

pengganti) akan berproses timbal-balik menjadi dukungan sosial.

Pada akhirnya, dukungan sosial yang terjadi akan meningkatkan

Spiritualitas lansia yang bersangkutan, yaitu peningkatan effikasi-diri

serta meningkatkan makna-hidup.

4.2.2 Saran bagi peneliti selanjutnya

Bagi penelitian yang akan datang, masih bisa saja diteliti kedua

prediktor tersebut untuk daerah yang berbeda dengan karakter demografi

yang berbeda. Bahkan ada kemungkina meneliti dengan menggunakan

prediktor yang lain, misalnya: finansial-keluarga, pemukiman-lansia,

pelayanan-medis, akses bagi lansia, dan ketersediaan aktivitas pengganti.

Dengan diawalinya penggunaan alat ukur kesejahteraan khusus

untuk lansia yaitu CASP-12, penulis berharap akan muncul banyak

penelitian- penelitian terhadap lansia

Penelitian ini masih terbatas, karena hanya meneliti pengaruh

Dukungan Sosial dan Spiritualitas Lansia terhadap kesejahteraan lansia.

Dengan demikian masih ada peubah yang turut berpengaruh terhadap

tingkatan Kesejahteraan Lansia yang belum dapat dijelaskan dan dapat

diteliti, sehingga direkomendasikan untuk penelitian selanjutnya yakni

faktor kesehatan fisik (meskipun non-health proxies), budaya setempat,

norma-norma, situasional, dan lain-lain.

Page 28: Dukungan-Sosial Keluarga dan Spiritualitas terhadap ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10222/2/T2_832013001_Full...DUKUNGAN-SOSIAL KELUARGA DAN SPIRITUALITAS TERHADAP KESEJAHTERAAN

22

DAFTAR PUSTAKA

BPS (2013), Proyeksi Penduduk Indonesia 2010-2035, Katalog - 2101018,

ISBN: 978-979-064-606-3.

Carol D. Ryff (2002), Optimizing Well-Being: The Empirical Encounter

of Two Traditions, Journal of Personality and Social Psychology

2002, Vol. 82, No. 6, 1007–1022.

Carol D. Ryff (2008), Know Thyself andbbecome what you are: A

Eudaimonic Approach to Psychological Well-Being.

Christine Z. Howe (1987), Selected Social Gerontology Theories and

Older Adult Leisure Involvement: A Review of the Literature,

Journal of Applied Gerontology 1987; 6; 448.

Daniel O. Clark (1996), Age, Socioeconomic Status, and Exercise Self-

Efficacy, The Gerontologist Vol. 36, No. 2, 157-164

David B. Blane (2004), Quality of life in the third age: key predictors of

the CASP-19 measure, Ageing & Society 24, 2004, 693–708.

DOI: 10.1017/S0144686X04002284

Eduardo Wills (2007), Spirituality and Subjective Well-Being: Evidences

for a New Domain in the Personal Well-Being Index, J Happiness

Stud (2009) 10:49–69, DOI 10.1007/s10902-007-9061-6

Elizabeth M. Rash (2007), Social Support in Elderly Nursing Home

Populations: Manifestations and Influences, The Qualitative

Report Volume 12 Number 3, September 2007 375-396.

Page 29: Dukungan-Sosial Keluarga dan Spiritualitas terhadap ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10222/2/T2_832013001_Full...DUKUNGAN-SOSIAL KELUARGA DAN SPIRITUALITAS TERHADAP KESEJAHTERAAN

23

Harriet Mowat & Maureen O’Neill (2013), Spirituality and Ageing:

Implications for the Care and Support of Older People, Institute

for the Research and Innovation in Social Services IRISS.

Heather Pomeroy & Arthur J. Clark (2015), Self-Efficacy and Early

Recollections in the Context of Adlerian and Wellness Theory,

The Journal of Individual Psychology, Vo I. 71, No. 1, Spring

2015

James S. House (1987), Notes and Insights - Social Support and Social

Structure, Sociological Forum Volume 2 Number 1

Janis Dugle (2009), Tolerance Intervals Time to Revisit, R&D Statistical

Services Abbott Nutrition Columbus OH

Julius Sim (2011), The CASP-19 as a measure of quality of life in old age:

evaluation of its use in a retirement community, Qual Life Res

(2011) 20:997–1004, DOI 10.1007/s11136-010-9835-x

Kang Sun-kyung (2011), Effects of Social Activities and Religion

/Spirituality on Well‐Being in Life among the Korean Elderly,

Research - supported by Sogang University, Grant (No.

20091106).

Lydia K.Manning (2012), Spirituality as a lived experience: Exploring the

Essence of Spirituality for Women in Late Life. International

Journal. Aging and Human Development, Vol. 75(2) 95-113,

2012.

Marian Barnes (2013), Older people,well-being andparticipation.

Page 30: Dukungan-Sosial Keluarga dan Spiritualitas terhadap ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10222/2/T2_832013001_Full...DUKUNGAN-SOSIAL KELUARGA DAN SPIRITUALITAS TERHADAP KESEJAHTERAAN

24

M. HYDE (2003), A measure of quality of life in early old age: the theory,

development and properties of a needs satisfaction model (CASP-

19), Aging & Mental Health 2003; 7(3): 186–194

Martin Beres (2011), Role Theory in the Social Work - in the context of

Gender Stereotypes.

Phyilis Moen (2000), Social Role Identities Among Older Adults in a

Continuing Care Retirement Community, Research on Aging,

Vol. 22 No. 5, September 2000 559-579

Pomeroy & Clark (2015), The Journal of Individual Psychology

R. D. Wiggins (2007), The Evaluation of a Self-enumerated Scale of

Quality of Life (CASP-19) in the Context of Research on Ageing:

A Combination of Exploratory and Confirmatory Approaches,

Soc Indic Res (2008) 89:61–77 DOI 10.1007/s11205-007-9220-5

Sugiyono. (2005). Statistika untuk penelitian. Bandung: Alfa Beta.

Timothy P. Daaleman (2004), The Spirituality Index of Well-Being: A New

Instrument for Health-Related Quality-of-Life Research, Annals

of Family Medicine VOL. 2, NO. 5 October 2004

Viktor Frankl (1963), The Human Quest for Meaning, edited by Paul T.P.

Wong (2011) 2nd ed. ISBN 978-0-415-87677-3

WHOQOL-BREF (1996), Introduction, Administration, Scoring and

Generic Version of the Assessment.