38
HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL KELUARGA DENGAN STRES KERJA PADA PERAWAT DI RSUD. WIROSABAN YOGYAKARTA OLEH CHRISTINA MARIANA OKTAVIANTI ADOE 802013706 TUGAS AKHIR Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Guna Memenuhi Sebagian Dari Persyaratan Untuk Mencapai Gelar Sarjana Psikologi Program Studi Psikologi FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA 2015

Hubungan Dukungan Sosial Keluarga dengan Stres Kerja pada ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10212/2/T1_802013706_Full... · HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL KELUARGA DENGAN STRES

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Hubungan Dukungan Sosial Keluarga dengan Stres Kerja pada ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10212/2/T1_802013706_Full... · HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL KELUARGA DENGAN STRES

HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL KELUARGA DENGAN STRES

KERJA PADA PERAWAT DI RSUD. WIROSABAN YOGYAKARTA

OLEH

CHRISTINA MARIANA OKTAVIANTI ADOE

802013706

TUGAS AKHIR

Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Guna Memenuhi Sebagian Dari Persyaratan

Untuk Mencapai Gelar Sarjana Psikologi

Program Studi Psikologi

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

SALATIGA

2015

Page 2: Hubungan Dukungan Sosial Keluarga dengan Stres Kerja pada ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10212/2/T1_802013706_Full... · HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL KELUARGA DENGAN STRES
Page 3: Hubungan Dukungan Sosial Keluarga dengan Stres Kerja pada ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10212/2/T1_802013706_Full... · HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL KELUARGA DENGAN STRES
Page 4: Hubungan Dukungan Sosial Keluarga dengan Stres Kerja pada ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10212/2/T1_802013706_Full... · HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL KELUARGA DENGAN STRES
Page 5: Hubungan Dukungan Sosial Keluarga dengan Stres Kerja pada ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10212/2/T1_802013706_Full... · HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL KELUARGA DENGAN STRES
Page 6: Hubungan Dukungan Sosial Keluarga dengan Stres Kerja pada ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10212/2/T1_802013706_Full... · HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL KELUARGA DENGAN STRES
Page 7: Hubungan Dukungan Sosial Keluarga dengan Stres Kerja pada ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10212/2/T1_802013706_Full... · HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL KELUARGA DENGAN STRES

HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL KELUARGA DENGAN STRES

KERJA PADA PERAWAT DI RSUD. WIROSABAN YOGYAKARTA

Christina Mariana Oktavianti Adoe

Jusuf Tj. Purnomo

Program Studi Psikologi

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

SALATIGA

2015

Page 8: Hubungan Dukungan Sosial Keluarga dengan Stres Kerja pada ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10212/2/T1_802013706_Full... · HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL KELUARGA DENGAN STRES

i

Abstrak

Tujuan penelitian untuk mengetahui hubungan antara dukungan sosial keluarga pada

perawat, serta munculnya stres pada perawat. Perawat bekerja untuk merawat dan menjaga

pasien selama 24 jam di rumah sakit sehingga hal tersebut dapat menyebabkan stres kerja.

Stres kerja merupakan interaksi yang muncul antara tuntutan psikologi dengan kontrol dan

dukungan sosial di tempat kerja, dimana tuntutan psikologi tinggi serta kontrol dan dukungan

sosial ditempat kerja rendah (Karasek, dalam Sulsky & Smith, 2005). Metode yang dipakai

dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif. Kriteria pengambilan sampel dengan teknik

purposive sampling. Penelitian ini dilakukan pada perawat di RSUD. Kota Yogyakarta

dengan jumlah perawat secara keseluruhan berjumlah 227 orang, yang terbagi atas 53 orang

perawat laki-laki dan 174 perawat wanita. Penelitian ini memerlukan sampel sejumlah 145

orang. Alat pengumpulan data berupa kuesioner dukungan sosial keluarga dan stres kerja

yang disusun dengan menggunakan skala Likert. Berdasarkan hasil uji perhitungan korelasi,

keduanya memiliki r sebesar -0.194 dengan sing=0,013 (p < 0,05) yang berarti kedua variabel

yaitu dukungan sosial keluarga dengan sters kerja memiliki hubungan yang negatif. Hal ini

berarti semakin tinggi dukungan sosial maka semakin rendah stres kerja yang dialami.

Kata kunci : Dukungan Sosial Keluarga, Stres Kerja

Page 9: Hubungan Dukungan Sosial Keluarga dengan Stres Kerja pada ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10212/2/T1_802013706_Full... · HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL KELUARGA DENGAN STRES

ii

Abstract

The aim of research to determine the relationship between family social support to

nurses, as well as the emergence of stress in nurses. Nurses work to care for and

maintain the patient for 24 hours in the hospital so that it can cause work stress. Job

stress is emerging interaction between the psychological demands of control and

social support in the workplace, where high psychological demands and control and

low social support at work (Karasek, in Sulsky & Smith, 2005). The method used in

this research is quantitative method. Criteria sampling with purposive sampling

technique. Research was conducted on nurses in hospitals. Yogyakarta the number of

nurses as a whole amounted to 227 people, consisting of 53 male nurses and 174

female nurses. This study requires a sample of 145 people. Data collection tool is

questionnaire of social support of family and work stress were prepared using a

Likert scale. Based on the test results of correlation calculations, both have at -0194

to sing r = 0.013 (p <0.05), which means the two variables: social support of families

with working sters have a negative relationship. This means that the higher the lower

the social support experienced job stress.

Keywords : Family Social Support, Job Stres

Page 10: Hubungan Dukungan Sosial Keluarga dengan Stres Kerja pada ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10212/2/T1_802013706_Full... · HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL KELUARGA DENGAN STRES

1

PENDAHULUAN

Teori stres bermula dari penelitian Cannon (1929) yang kemudian diadopsi

oleh Meyer (1951) yang melatih para dokter untuk menggunakan riwayat hidup

penderita sebagai sarana diagnostik karena banyak dijumpai kejadian traumatik pada

penderita yang menjadi penyebab penyakitnya. Stres kerja merupakan suatu fenomena

universal yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari dan tidak dapat dihindari, setiap

orang mengalaminya, stres memberi dampak secara total pada individu yaitu terhadap

fisik, psikologis, intelektual, sosial, dan spritual, stres dapat mengancam

keseimbangan fisiologis (Rasmun,2004). Dalam kondisi realitas data empiris stress

kerja dapat mempengaruhi terhadap kinerja karyawan, artinya karyawan perusahaan

pada kondisi lingkungan dan psikologis menentukan terciptanya produktifitas kerja.

Di RSUD Wirosaban perawat dituntut untuk menyelesaikan tugas sesuai dengan

standart operating procedure (SOP). Dengan adanya tugas yang terspesifikasi dan

target sesuai dengan SOP maka pemenuhan kinerja akan terukur. Kondisi SOP yang

memacu perawat untuk melaksanakan tugas dengan sebaik-baiknya merupakan

langkah pressure yang sangat efektif dalam menumbuhkan dan menyemangati

perawat guna menyelesaikan tugas-tugasnya sesuai dengan program yang

dicanangkan oleh RSUD Wirosaban.

Stres kerja pada akhir-akhir ini menjadi populer terkait dengan tuntutan

kinerja suatu organisasi, baik di suatu perusahan maupun instansi pemerintah. Perawat

yang terkena stres kerja dan tidak mampu menanggulanginya, cenderung menjadi

tidak produktif. Dengan demikian stres kerja sangat dibutuhkan untuk keperluan

pencapaian target sesuai dengan Prosedur Kerja Tetap (PROTAP) yang telah

ditetapkan. Atas imbasnya terhadap kinerja perawat di dalamnya, maka stres kerja

tampaknya menjadi hal penting untuk diteliti (Winarsunu T, 2008). Menurut Cox

Page 11: Hubungan Dukungan Sosial Keluarga dengan Stres Kerja pada ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10212/2/T1_802013706_Full... · HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL KELUARGA DENGAN STRES

2

(1996), ciri-ciri situasi kerja perawat yang penuh dengan stres, antara lain : 1) bekerja

dengan kebutuhan-kebutuhan yang menimbulkan ancaman : pengetahuan,

ketrampilan dan kemampuan yang tidak sesuai untuk mengatasi masalah

keperawatan, 2) pekerjaan tidak sesuai dengan kebutuhan, 3) situasi dimana perawat

memiliki sedikit kontrol terhadap pekerjaan berlebih, 4) situasi dimana perawat

menerima sedikit dukungan dalam pekerjaan dan diluar pekerjaan.

Menurut survei yang dilakukan oleh Jones, Huxtable, Hodgson, dan Price

(dalam Oberlechner & Nimgade, 2005) di Inggris, jumlah pekerja yang mengalami

stres meningkat drastis. Hal ini terlihat dari hasil survey mereka yang menunjukkan

bahwa jumlah orang yang menderita stres naik dua kali lipat dari jumlah yang ada

pada tahun 1990 an, yaitu menjadi sekitar 500.000 orang pekerja. Semakin banyaknya

orang yang mengalami stres kerja dapat diakibatkan oleh adanya kemajuan yang

terjadi dalam berbagai bidang, seperti bidang ekonomi dan teknologi. Hal ini

dikarenakan oleh adanya persaingan yang semakin ketat dalam dunia usaha, yang

secara tidak langsung memberikan beban kerja atau tuntutan yang lebih banyak

kepada para pekerja. Lebih khusus lagi, orang yang bekerja di bidang keuangan

dikabarkan lebih rentan terhadap stres (Webster & Bergman, 1999, dalam

Oberlechner & Nimgade, 2005). Hal ini juga didukung oleh hasil penelitian dari

Jones, dkk. (dalam Oberlechner & Nimgade, 2005) yang menunjukkan bahwa tingkat

stres yang dialami oleh pekerja di bidang keuangan dua kali lipat lebih tinggi dari

pekerja lainnya.

Dampak dari stres kerja dapat digolongkan menjadi dua bagian, yaitu dampak

positif dan dampak negatif. Menurut Gibson, Ivancevich, dan Donnelly (2002)

mengatakan bahwa dampak positif stres kerja adalah peningkatan harga diri,

peningkatan inspirasi untuk menikmati kehidupan yang lebih baik, dan menjadi

Page 12: Hubungan Dukungan Sosial Keluarga dengan Stres Kerja pada ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10212/2/T1_802013706_Full... · HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL KELUARGA DENGAN STRES

3

rangsangan untuk giat bekerja. Adapun menurut Terry Beehr dan John Newman

(1978) dampak negatif dari gejala stress kerja dapat di bagi dalam 3 (tiga) aspek, yaitu

gejala psikologis, gejala psikis dan perilaku yaitu: 1) Gejala psikologi meliputi :

kecemasan, ketegangan, bingung, marah, sensitif, memendam perasaan, komunikasi

tidak efektif, mengurung diri, depresi, dan kebosanan , 2) Gejala fisik meliputi :

Meningkatnya detak jantung dan tekanan darah, Meningkatnya detak jantung dan

tekanan darah, Gangguan gastrointestinal, misalnya gangguan lambung, Mudah

terluka, Mudah lelah secara fisik, Kematian, dan Gangguan pernafasan 3) Gejala

prilaku meliputi : Menunda ataupun menghindari pekerjaan/tugas, Penurunan prestasi

dan produktivitas, Meningkatnya penggunaan minuman keras dan mabuk, Perilaku

sabotase, Meningkatnya frekuensi absensi, Perilaku makan yang tidak normal

(kebanyakan atau kekurangan), dan Meningkatnya kecenderungan perilaku beresiko

tinggi, seperti ngebut, berjudi.

Banyak hasil penelitian membuktikan bahwa stress kerja pada perawat sangat

bervariasi, antara lain seperti tersebut di bawah ini : menurut Ilmi (2005), stresor kerja

pada perawat sesuai urutannya adalah beban kerja berlebih sebesar 82%, pemberian

upah yang tidak adil 58%, kondisi kerja 52%, tidak diikutkan dalam pengambilan

keputusan 45%. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Mark dan Smith (2011),

mengidentifikasi 6 (enam) sumber stres pada perawat yang bekerja di rumah sakit

yaitu : konflik dengan dokter, diskriminasi, beban kerja yang tinggi, menghadapi

pasien, kematian pasien, dan keluarga pasien. Sementara itu Moustaka dan

Constantinidis (2010), menyimpulkan 7 (tujuh) sumber stres perawat yaitu : Perawat

dihadapkan dengan tugas kerja yang berbeda, bekerja dengan shift, terutama shift

malam, kondisi kerja, situasi terkait stres, penderitaan, dan kematian pasien. Hasil

survei yang dilakukan oleh Dewe (Abraham dan Shanley, 2003) menyimpulkan 5

Page 13: Hubungan Dukungan Sosial Keluarga dengan Stres Kerja pada ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10212/2/T1_802013706_Full... · HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL KELUARGA DENGAN STRES

4

(lima) hal penyebab utama stres kerja pada perawat yaitu : Beban kerja berlebihan,

kesulitan menjalin hubungan dengan staf yang lain, Kesulitan dalam merawat pasien

yang kritis, Berurusan dengan pengobatan atau merawat pasien, dan merawat pasien

yang gagal membaik. Berdasarkan temuan tersebut menyebabkan rendahnya moral,

ketidakpuasan, kinerja yang menurun, dan pengunduran diri pada diri perawat.

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Andriani & Subekti

(2004), bahwa ada korelasi negatif antara persepsi mengenai kondisi lingkungan kerja

dengan dukungan sosial dengan tingkat stres kerja, yang artinya semakin buruk

persepsi mengenai kondisi lingkungan kerja dan semakin sedikit dukungan sosial

yang diperoleh individu maka semakin tingkat stres kerja yang dialaminya. Sementara

itu, penelitian yang dilakukan oleh Sukma Noor Akbar (2011), semakin positif

keceradan emosi maka akan semakin rendah stres kerja yang dialami oleh perawat

yang bekerja di rumah sakit. Berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Nadia

Selvia Revalicha (2013), faktor-faktor yang mempengaruhi kondisi stres perawat

yaitu : kondisi pasien, resiko tertular penyakit, tanggung jawab atas kondisi dan

kesehatan pasien, dan kondisi ruangan tempat perawat bekerja.

Adapun faktor-faktor yang dapat mempengaruhi stres kerja, salah satunya

adalah karakteristik individu. Karakteristik demografi individu memiliki kaitan

dengan stres yang dialami individu terkait dengan pekerjaannya (Gibson, dkk, 2002).

Dalam beberapa penelitian diungkapkan bahwa faktor karakteristik usia, jenis

kelamin, bidang pekerjaan, pengalaman kerja (Wijono, 2006), dan status perkawinan

(Rahmawati, 2008) berpengaruh terhadap tingkat stres kerja. Sementara itu, ada faktor

lain yang mempengaruhi stres kerja adalah faktor dukungan sosial (Smet, 1994).

Dukungan sosial memberikan kontribusi bagi pegawai dalam menghadapi stres.

Dukungan sosial dapat diperoleh dari orang-orang disekitar pegawi sendiri antara lain,

Page 14: Hubungan Dukungan Sosial Keluarga dengan Stres Kerja pada ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10212/2/T1_802013706_Full... · HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL KELUARGA DENGAN STRES

5

keluarga, orang tua, teman, rekan kerja dan lingkungan. Gottlieb (Smet, 1994)

menerangkan bahwa dukungan sosial dapat berupa informasi atau nasehat verbal atau

non verbal, bantuan nyata atau tindakan yang diberikan oleh keakraban sosial atau

didapat dari kehadiran mereka yang mempunyai manfaat emosional atau efek perilaku

bagi penerima.

Menurut Ross & Altmaier (1994), banyak sekali kerugian yang harus

ditanggung perusahaan akibat adanya stres kerja yang dialami para karyawan. Salah

satu contohnya adalah kinerja karyawan yang menurun. Lebih lanjut, stres kerja juga

dapat menyebabkan turunnya produktivitas perusahaan karena adanya perilaku

membolos (abstenteeism) dari pekerja yang mengalami stres (Rice, 1999). Jadi, stres

kerja dapat menyebabkan menurunnya kualitas hidup individu dan kerugian ekonomi

yang harus ditanggung oleh perusahaan. Oleh karen itu, fenomena stres kerja

merupakan suatu masalah yang penting untuk diteliti.

Beehr dan Newman (dalam Ross & Altmaier, 1994) mengatakan bahwa

terdapat tiga gejala yang muncul ketika seseorang mengalami stres kerja, yaitu, gejala

psikologis, gejala fisik, dan gejala tingkah laku (behavioral). Yang termasuk dalam

gejala psikologis adalah berbagai masalah kognitif dan emosi yang muncul pada

seseorang yang berada dibawah kondisi stres kerja. Salah satu yang gejala psikologis

yang dapat timbul akibat stres kerja adalah ketidakpuasan akan pekerjaan yang

dilakukan (job dissatisfaction). Yang termasuk dalam gejala fisik antara lain adalah

penyakit kardio-vaskular. Menurut Sutherland dan Cooper (1990, dalam Ross &

Altmaier, 1994) penyakit kardio-vaskular (jantung) sering dikaitkan dengan keadaan

kerja yang menyebabkan stres dan hal ini sudah mendapat perhatian dari banyak

peneliti. Selain itu, penyakit saluran pencernaan juga sering dikaitkan dengan stres

kerja. Sedangkan gejala tingkah laku timbul dalam dua kategori. Kategori pertama

Page 15: Hubungan Dukungan Sosial Keluarga dengan Stres Kerja pada ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10212/2/T1_802013706_Full... · HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL KELUARGA DENGAN STRES

6

adalah gejala yang berasal dari individu, seperti menghindari pekerjaan,

mengkonsumsi alkohol berlebihan, menurunnya kinerja dan bersikap agresif terhadap

rekan kerja. Kategori kedua adalah gejala yang muncul dalam organisasi, seperti

perilaku membolos (absenteeism), kecelakaan, dan penurunan produktifitas.

Menurut teori dari Lazarus & Folkman (1984) dan Lazarus (2006)

menjelaskan bahwa stres kerja adalah bentuk stres yang terjadi pada ruang lingkup

pekerjaan, sehingga individu dapat memiliki penilaian akan kondisi lingkungan dan

potensi diri. Potensi yang dimiliki oleh karyawan selalu berubah sesuai dengan

pengalaman kerjanya (Lazarus, 2006). Karyawan diharapkan mencoba untuk

menyesuaikan interaksi kerja diantara diri dan lingkungannya (Lazarus, 2006). Hal ini

disebabkan, tiap individu memiliki cara yang berbeda dalam menilai sesuatu (Lazarus,

2006). Penilaian masing-masing individu akan tuntutan kerja serta penilaian untuk

mengevaluasi kemampuan dalam menghadapi penyebab stres (stressor) di lingkungan

kerja adalah proses yang pasti dijalani dalam menilai stres kerja (Lazarus, 2006).

Berbagai penelitian tentang stres kerja dan dampaknya telah dilakukan oleh

banyak peneliti di berbagai lapangan pekerjaan, antara lain terhadap partisipan militer

(Dobreva-Martinova, Villeneuve, Strickland, & Matheson, 2002), partisipan guru

(Yahya & Nik Husain, 2007), partisipan perawat dan polisi (Bakker & Heuven, 2006)

dan partisipan bidang keuangan (Oberlechner & Nimgade, 2005). Ross dan Altmaier

(1994) mengungkapkan bahwa terdapat banyak variabel yang dapat mempengaruhi

stres kerja, yang dapat berasal baik dari individu, maupun organisasi. Variabel

individu yang mempengaruhi stres kerja terdiri dari karakteristik pribadi serta respon

dan sumber daya coping. Variabel organisasi yang mempengaruhi stres adalah

karakteristik peran, karakteristik pekerjaan, hubungan interpersonal dalam kerja,

Page 16: Hubungan Dukungan Sosial Keluarga dengan Stres Kerja pada ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10212/2/T1_802013706_Full... · HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL KELUARGA DENGAN STRES

7

struktur dan iklim organisasi, praktek manajemen sumber daya manusia, serta kualitas

fisik dan teknologi yang dimiliki oleh perusahaan.

Dari seluruh uraian yang telah dikemukakan di atas dapat disimpulkan bahwa

salah satu upaya untuk mengatasi munculnya stres kerja yaitu dukungan sosial

khususnya dukungan sosial dari keluarga karena dukungan tersebut sangat penting

bagi pasien dalam mengurangi kecemasan. Adapun dukungan tersebut diharapkan

berasal dari keluarga, alasannya bahwa keluarga merupakan lingkungan pertama dan

lingkungan terdekat dengan individu. Dalam hal ini upaya yang dilakukan oleh

keluarga untuk memberikan dukungan semangat dapat menjadi salah satu jalan keluar

yang positif bagi inidividu (Wahyuningsih, 2006). Pada penelitian ini subjek memilih

perawat dengan tujuan untuk mengetahui sejauh mana dukungan sosial keluarga yang

diberikan untuk mengurangi munculnya stres kerja pada perawat. Salah satu rumah

sakit pusat di RSUD Wirosaban, Yogyakarta dan mayoritas perawat di sana adalah

wanita. Berdasarkan hasil wawancara pada tanggal 10 November 2013 dengan 10

orang perawat di RSUD Wirosaban, Yogyakarta, diperoleh informasi bahwa perawat

seringkali dilibatkan dalam pekerjaan lembur dengan frekuensi yang cukup tinggi

dalam seminggu, sehingga akan menambah jumlah jam kerja, hal ini menyebabkan

waktu untuk berkumpul dengan keluarga menjadi berkurang. 3 orang perawat

mengaku suami dan anak-anak sangat mendukung pekerjaan yang mereka lakukan,

misalnya suami selalu menjemput mereka saat pulang kerja pada malam hari, dan tiba

di rumah mereka tidak lagi harus mengerjakan pekerjaan keluarga karena sudah

dibantu oleh anak-anak. Suami juga tidak pernah komplain, jika mereka pulang

terlambat. Sementara itu, 5 orang perawat mengaku suami dan anak-anak tidak mau

mengerti dengan pekerjaan mereka. Suami selalu mengeluh jika mereka pulang

terlambat, dan mereka juga harus mengerjakan pekerjaan rumah seperti menyiapkan

Page 17: Hubungan Dukungan Sosial Keluarga dengan Stres Kerja pada ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10212/2/T1_802013706_Full... · HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL KELUARGA DENGAN STRES

8

sarapan, mencuci pakaian, walaupun kondisi mereka sangat lelah dan memicu

terjadinya stres. Mereka jadi sulit tidur, gelisah, dan kurang fokus dalam bekerja.

Penelitian-penelitian yang juga membahas masalah faktor pekerjaan ini juga

telah dilakukan di Indonesia. Sebuah studi yang dilakukan oleh Situngkir (2004) pada

departemen operasi PT Badak NGL Bontang Kalimantan Timur memberikan hasil

yang menyatakan bahwa dari 131 responden yang diteliti, sebesar 25,2% (33 orang)

menganggap bahwa rutinitas kerja mereka membosankan, dan 66,7% dari mereka

mengalami stres tingkat sedang. Penelitian berkenaan dengan faktor intristik

perkejaan yang dilakukan Siswanto (2004) pada 54 orang karyawan bagian produksi

PT Pandu Dayatama, menyatakan bahwa pekerjaan monoton dan beban kerja berlebih

berhubungan dengan stres kerja karyawannya. Selain faktor intrinsik pekerjaan,

menurut Cooper & Davidson (1987 dalam miller, 2000) stres kerja dapat terjadi

karena faktor hubungan/dukungan sosial yang diterima seseorang baik dari rekan

kerja, atasan, maupun bawahan. Kaitan antara hubungan seseorang di tempat kerja

dengan stres kerja adalah dari segi dukungan sosial yang diperolehnya di tempat

kerja. Dukungan sosial ini mernuru “hipotesis penyangga sosial” strategi coping

terhadap stres, dianggap sebagai penunjang yang potensial terhadap pembebas stres

kerja. Meskipun hasil empiris mengenai hipotesis ini masih inkonsisten (Miller,

2000).

Berdasarkan hal-hal yang dipaparan di atas, maka rumusan penelitian ini

Sebagai antara lain: Apakah ada hubungan dukungan sosial keluarga dengan

munculnya stres kerja pada perawat kesehatan di RSUD. Wirosaban, Yogyakarta?

Adapun tujuan penelitian ini yaitu mengetahui hubungan dukungan sosial keluarga

dengan stres kerja pada perawat kesehatan di RSUD. Wirosaban, Yogyakarta.

Penelitian ini akan menguji hubungan dukungan sosial dengan stress kerja. Dukungan

Page 18: Hubungan Dukungan Sosial Keluarga dengan Stres Kerja pada ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10212/2/T1_802013706_Full... · HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL KELUARGA DENGAN STRES

9

sosial dapat mempengaruhi stress kerja perawat wanita rumah sakit RSUD.

Wirosaban, Yogyakarta secara signifikan. Penelitian terdahulu umumnya mengangkat

responden yang bergelut di dunia pendidikan, sedangkan penelitian ini akan

mengangkat responden di yang berbeda dengan karakteristik responden pada

penelitian sebelumnya, responden dalam penelitian ini adalah tenaga medis perawat

wanita yang telah berkeluarga.

STRES KERJA

Definisi stres kerja menurut teori Lazarus & Folkman (1984) dan Lazarus

(2006) mengenai stres. Stres kerja merupakan bentuk stres yang terjadi pada ruang

lingkup pekerjaan, sehingga individu dapat memiliki penilaian akan kondisi

lingkungan dan potensi diri. Potensi yang dimiliki oleh karyawan selalu berubah

sesuai dengan pengalaman kerjanya (Lazarus, 2006). Karyawan diharapkan mencoba

untuk menyesuaikan interaksi kerja diantara diri dan lingkungannya (Lazarus, 2006).

Hal ini disebabkan, tiap individu memiliki cara yang berbeda dalam menilai

sesuatu (Lazarus, 2006). Penilaian masing-masing individu akan tuntutan kerja serta

penilaian untuk mengevaluasi kemampuan dalam menghadapi penyebab stres

(stressor) dilingkungan kerja adalah proses yang pasti dijalani dalam menilai stres

kerja (Lazarus, 2006). Berdasarkan definisi tersebut, stres kerja dapat diartikan

sebagai hasil interaksi antara individu yang melakukan penilaian terhadap penyebab

stres (stressor) dilingkup pekerjaan. Penilaian dilakukan untuk menilai apakah

lingkungan tersebut membahayakan kesejahteraan dirinya dan mengetahui apakah

dirinya dapat mengatasi kondisi lingkungan .

Versi perluasan dari Skala Stres Keperawatan (ENSS : French, Lenton,

Walters, dan Eyles, 2000) yang didasarkan pada model relasional stres yang

Page 19: Hubungan Dukungan Sosial Keluarga dengan Stres Kerja pada ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10212/2/T1_802013706_Full... · HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL KELUARGA DENGAN STRES

10

dijabarkan oleh Lazarus and Folkman (1984), menjelaskan bahwa ada sembilan

karakteristik yang berkaitan dengan stres kerja khusunya untuk perawat, yaitu :

1. Paparan Kematian dan sekarat (Death and Dying )

Dimana perawat dihadapkan pada situasi mengenai pasien yang sedang sekarat

dan akan mengalami kematian. Hal ini dianggap juga dapat memicu munculnya

stres kerja pada perawat, karena perawat merasa gagal dalam memberikan

bantuan.

2. Konflik dengan dokter (Conflict With Physicians)

Dimana perawat dihadapkan pada situasi mengenai pengobatan pasien dan

membuat keputusan mengenai pasien ketika dokter sedang tidak berada di tempat.

3. Persiapan yang tidak memadai (Inadequate Preparation)

Dimana perawat dihadapkan pada persiapan mental dan fasilitas yang kurang

memadai dan lengkap di tempat kerja. Sehingga perawat merasa kurang maksimal

dalam memberikan pelayanan

4. Masalah dengan rekan kerja (Problems With Peers)

Hubungan sosial yang dimiliki perawat dengan rekan-rekan kerja juga dapat

menimbulkan stres. Dinilai dari kurangnya kesempatan untuk berbagi pengalaman

dengan perawat lainnya.

5. Masalah dengan supervisor / pimpinan (Problems With Supervisors)

Sejauh mana perawat mengalami konfllik, kritik, serta kurangnya dukungan dari

supervisor/pimpinan secara langsung.

Page 20: Hubungan Dukungan Sosial Keluarga dengan Stres Kerja pada ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10212/2/T1_802013706_Full... · HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL KELUARGA DENGAN STRES

11

6. Beban kerja (Workload)

Hal ini mencakup peristiwa stres yang ditimbulkan dari beban kerja perawat yang

berlebih. Termasuk kuantitas tugas, masalah penjadwalan yang kurang sesuai, dan

kurangnya waktu bagi perawat untuk beristirahat.

7. Ketidakpastian tentang pengobatan (Uncertainty Concerning Treatment)

Dalam hal ini perawat berada dalam kondisi merasa tidak cukup terlatih untuk apa

yang harus dilakukan, dan bertanggung jawab dengan pengalaman yang kurang

cukup.

8. Pasien dan keluarga pasien (Patients and Their Families)

Dalam hal ini berkaitan dengan interaksi antara perawat dengan pasien dan

keluarga mereka, dimana perawat memberikan informasi mengenai perkembangan

medis pasien.

9. Diskriminasi (Discrimination)

Dalam hal ini stres kerja pada perawat muncul karena adanya diskriminasi yang

didasarkan pada jenis kelamin, ras, atau etnis.

DUKUNGAN SOSIAL KELUARGA

Sarafino (2002), dukungan sosial keluarga adalah berbagai macam dukungan

yang diterima oleh seseorang dari orang lain, dapat berupa dukungan emosional,

dukungan penghargaan atau harga diri, dukungan instrumental, dukungan informasi

atau dukungan dari kelompok. Hal yang sama juga diungkapkan oleh Baron & Byrne

(2000), bahwa dukungan sosial adalah kenyamanan fisik dan psikologis yang

diberikan oleh teman dan keluarga individu tersebut. Cobb (dalam Sarafino, 1998)

mendefinisikan dukungan sosial keluarga sebagai adanya kenyamanan, perhatian

penghargaan atau menolong orang dengan sikap menerima kondisinya, dukungan

sosial tersebut diperoleh dari individu maupun kelompok. Berdasarkan beberapa

Page 21: Hubungan Dukungan Sosial Keluarga dengan Stres Kerja pada ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10212/2/T1_802013706_Full... · HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL KELUARGA DENGAN STRES

12

tersebut dapat disimpulkan bahwa dukungan sosial keluarga adalah bantuan atau

dukungan yang diberikan oleh orang-orang di sekitar individu yang mampu membuat

individu merasa nyaman, baik secara fisik maupun psikologis sebagai bukti bahwa

mereka diperhatikan dan dicintai.

Cohen and McKay (1984) berpendapat bahwa ada tiga aspek dalam dukungan

sosial keluarga, yaitu :

1. Appraisal Support (Dukungan Penilaian)

Kondisi dimana seseorang merasa dapat bergantung pada lingkungan untuk

mendapatkan petunjuk berupa pemberian arah, nasehat, saran, atau pun umpan

balik mengenai apa yang sebaiknya mereka lakukan.

2. Belonging Support (Dukungan Kepemilikan)

Kondisi dimana individu merasa ia mempunyai orang lain yang dapat memberi

rasa aman dan nyaman pada saat ia menghadapi masa-masa sulit. Atau dapat juga

dikatakan bahwa dukungan ini meliputi ekspresi dari empati, kepedulian, dan rasa

perhatian yang penuh pada seseorang agar ia merasa nyaman, aman, dicintai, dan

merasa menjadi bagian dari kelompok pada saat ia mengalami stres.

3. Tangible Support (Dukungan Nyata)

Merupakan bantuan yang diberikan secara langsung, bersifat fasilitas atau materi

misalnya menyediakan fasilitas yang diperlukan, meminjamkan uang,

memberikan makanan, permainan atau bantuan yang lain.

Page 22: Hubungan Dukungan Sosial Keluarga dengan Stres Kerja pada ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10212/2/T1_802013706_Full... · HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL KELUARGA DENGAN STRES

13

METODE

PARTISIPAN

Penelitian ini termasuk penelitian kuantitatif. Subjek penelitian ini adalah

perawat di RSUD Wirosaban Yogyakarta. Mengingat keterbatasan kemampuan,

waktu, dan biaya, maka penulis menggunakan metode purposive sampling dalam

penulisan tugas akhir ini. Kriteria dalam pengambilan sampel ini membutuhkan

tenaga perawat wanita yang sudah berkeluarga dan memiliki masa kerja di atas satu

tahun atau minimal satu tahun masa kerja. Populasi penelitian ini adalah perawat

kesehatan di RSUD. Wirosaban, Yogyakarta yang berjumlah 227 orang, yang terbagi

atas 53 orang perawat laki-laki dan 174 perawat wanita. Dalam hal ini peneliti

menggunakan sampel sebanyak 145 orang responden perawat kesehatan.

INSTRUMEN

Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode angket

(kuesioner) yang diberikan langsung pada partisipan. Kuesioner tersebut terdiri dari

dua skala, yaitu skala dukungan sosial keluarga dan skala stres kerja. Teknik ini

memberikan tanggung jawab kepada responden untuk membaca dan menjawab

pertanyaan yang diajukan oleh peneliti. Dalam pengukurannya, setiap responden

diminta pendapatnya mengenai suatu pernyataan, dengan skala penilaian dari 1

sampai dengan 4. Di skala I tanggapan positif (minimal) diberi nilai paling kecil (1)

dan tanggapan negatif (maksimal) diberi nilai paling tinggi (4). Sedangkan pada skala

II tanggapan positif (maksimal) diberi nilai paling tinggi (4) dan tanggapan negatif

(minimal) diberi nilai paling kecil (1).

Page 23: Hubungan Dukungan Sosial Keluarga dengan Stres Kerja pada ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10212/2/T1_802013706_Full... · HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL KELUARGA DENGAN STRES

14

Skala Dukungan Sosial Keluarga

Skala dukungan sosial keluarga dalam penelitian ini dikembangkan oleh

Cohen & McKay (1984). Skala ini terdiri dari 12 aitem yang dikelompokkan dalam

tiga aspek yaitu Appraisal Support dengan 4 aitem misalnya, “Saya rasa tidak ada

seorang pun yang bisa saya ajak berbagi kekuatiran dan ketakutan terbesar saya”.

Tangible Support dengan 4 aitem missalnya, “Jika saya memutuskan mengganti shift

kerja saya dengan seseorang, saya bisa dengan mudah menemukan seseorang untuk

mau bertukar shift kerja dengan saya”. Belonging Support dengan 4 aitem misalnya,

“Jika saya ingin pergi jalan-jalan, saya akan kesulitan menemukan seseorang untuk

pergi bersama saya”. Model skala ini adalah skala Likert dan memiliki empat

alternatif pilihan yang meliputi pilihan jawaban Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Tidak

Setuju (TS), dan Sangat Tidak Setuju (STS). Sistem penilaian jawaban Sangat Setuju

(SS) = 1, Setuju (S) = 2, Tidak Setuju (TS) = 3, dan Sangat Tidak Setuju (STS) = 4.

Skala Stres Kerja

Skala stres kerja yang digunakan dalam penelitian ini merupakan perluasan

dari skala stres keperawatan (ENSS: French, Lenton, Walters, dan Eyles, 2000). Hal

ini menjelaskan bahwa stres dapat terjadi ketika seorang individu merasakan stres

atau tekanan dari lingkungannya yang membawa dampak negatif kepada individu

tersebut. Skala ini terdiri dari 54 aitem, yang dikelompokkan ke dalam tujuh faktor

yaitu paparan kematian dan sekarat dengan 7 aitem misalnya, “Menunjukkan dan

melakukan prosedur bahwa para pasien mengalami rasa sakit”. Konflik dengan dokter

dengan 5 aitem misalnya, “Kritik dari dokter”. Persiapan yang tidak memadai dengan

3 aitem misalnya, “Merasa cukup siap untuk membantu kebutuhan emosional

keluarga pasien”. Masalah dengan rekan kerja dengan 6 aitem misalnya, “Kurangnya

kesempatan untuk berbicara secara terbuka dengan para rekan kerja lain tentang

Page 24: Hubungan Dukungan Sosial Keluarga dengan Stres Kerja pada ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10212/2/T1_802013706_Full... · HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL KELUARGA DENGAN STRES

15

masalah yang ada di dalam lingkungan atau ruang lingkup kerja”. Masalah dengan

supervisor dengan 7 aitem misalnya, “Perselisihan atau pertentangan dengan seorang

atasan atau pembimbing”. Beban kerja dengan 4 aitem misalnya, “Daftar pegawai

dan daftar penjadwalan yang tidak terduga”. Ketidakpastian tentang pengobatan

dengan 9 aitem misalnya, “Informasi yang tidak memadai dari dokter mengenai

kondisi medis pasien”. Pasien dan keluarga pasien dengan 8 aitem misalnya,

“Keharusan berurusan dengan pasien-pasien yang berperilaku kasar”. Diskriminasi

dengan 3 aitem misalnya, “Kesulitan dalam bekerja dengan para perawat yang

berlainan jenis”. Model skala ini masih menggunakan skala Likert dan memiliki

empat alternatif pilihan yang meliputi jawaban Sangat Stres (SS), Stres (S), Tidak

Stres (TS), dan Sangat Tidak Stres (STS). Sistem penilaian jawaban Sangat Stres (SS)

= 1, Stres (S) = 2, Tidak Stres (TS) = 3, dan Sangat Tidak Stres (STS) = 4.

Page 25: Hubungan Dukungan Sosial Keluarga dengan Stres Kerja pada ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10212/2/T1_802013706_Full... · HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL KELUARGA DENGAN STRES

16

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil Uji Seleksi Item dan Reliabilitas

1. Dukungan Sosial keluarga

Berdasarkan pada penghitungan uji seleksi item dan reliabilitas skala

dukungan sosial keluarga yang terdiri dari 12 item, diperoleh item yang gugur

sebanyak 1 item dengan koefisien korelasi item totalnya bergerak antara 0,339 –

0,597. Untuk menguji reliabilitas digunakan teknik koefisien Alpha Cronbach dengan

koefisien Alpha pada skala dukungan sosial keluarga sebesar 0,801. Hal ini berarti

skala dukungan sosial keluarga reliabel.

2. Stres Kerja

Berdasarkan pada penghitungan uji seleksi item dan reliabilitas skala stres

kerja yang terdiri dari 54 item, diperoleh item yang gugur sebanyak 14 item dengan

koefisien korelasi item totalnya bergerak antara 0,341 – 0,586. Untuk menguji

reliabilitas digunakan teknik koefisien Alpha Cronbach dengan koefisien Alpha pada

skala stres kerja sebesar 0,924. Hal ini berarti skala stres kerja reliabel.

Uji Asumsi

Uji asumsi yang dilakukan terdiri dari uji normalitas dan uji linearitas, yaitu:

Uji Normalitas

Pada skor dukungan sosial keluarga memiliki nilai K-S-Z sebesar 0,1163

dengan probabilitas (p) atau signifikansi sebesar 0,227. Sedangkan, pada skala stres

kerja diperoleh nilai K-S-Z sebesar 0,2483 dengan probabilitas (p) atau signifikansi

sebesar 0,258 (p>0,05). Dengan demikian kedua variabel memiliki distribusi yang

normal.

Page 26: Hubungan Dukungan Sosial Keluarga dengan Stres Kerja pada ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10212/2/T1_802013706_Full... · HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL KELUARGA DENGAN STRES

17

Uji Linearitas

Hasil uji linearitas diperoleh nilai Fbeda sebesar 0,1336 dengan sig.= 0,225

(p<0,05) yang menunjukkan dukungan sosial keluarga dengan stres kerja adalah

linear.

Uji Deskriptif

1. Variabel Dukungan Sosial Keluarga

Tabel Kategorisasi Pengukuran Skala Dukungan Sosial Keluarga

Interval Kategori Mean N Persentase

33,75 ≤ x ≤ 44

Sangat

Tinggi

37 27,8%

27,5 ≤ x < 35,75 Tinggi 21,95 96 72,2%

19,25 ≤ x < 27,5 Rendah 0 0%

11 ≤ x < 19,25

Sangat

Rendah

0 0%

Jumlah 133 100%

SD = 2,466 Min = 14 Max = 24

Keterangan: x = Dukungan sosial keluarga

Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa 37 subjek memiliki skor dukungan sosial

keluarga yang berada pada kategori sangat tinggi dengan persentase 27,8%, dan 96 subjek

memiliki skor dukungan sosial keluarga yang berada pada kategori tinggi dengan persentase

72,2%. Dan dapat dilihat bahwa tidak ada subjek yang memiliki dukungan sosial keluarga

pada kategori rendah dan sangat rendah, dengan persentase masing-masing 0%. Berdasarkan

rata-rata sebesar 21,95 dapat dikatakan bahwa rata-rata dukungan sosial keluarga berada pada

Page 27: Hubungan Dukungan Sosial Keluarga dengan Stres Kerja pada ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10212/2/T1_802013706_Full... · HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL KELUARGA DENGAN STRES

18

kategori tinggi. Skor yang diperoleh subjek bergerak dari skor minimum sebesar 14 sampai

dengan skor maksimum sebesar 24 dengan standard deviasi 2,466.

2. Variabel Stres Kerja

Tabel Kategorisasi Pengukuran Skala Stres Kerja

Interval Kategori Mean N Persentase

130 ≤ x ≤ 160

Sangat

Tinggi

3 2,26%

100 ≤ x < 130 Tinggi 10 7,52%

70 ≤ x < 100 Rendah 131,74 90 67,70%

40 ≤ x < 70

Sangat

Rendah

30 22,52%

Jumlah 133 100%

SD = 14,170 Min = 108 Max = 195

Keterangan: x = Stres Kerja

Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa 3 subjek memiliki skor stres kerja

yang berada pada kategori sangat tinggi dengan persentase 2,26%, 10 subjek yang

memiliki skor stres kerja yang berada pada kategori tinggi dengan persentase 7,52%, 90

subjek memiliki skor stres kerja yang berada pada kategori rendah dengan persentase

67,70%, dan 30 subjek memiliki skor stres kerja yang berada pada kategori sangat rendah

dengan persentase 22,52%,. Berdasarkan rata-rata sebesar 131,74, dapat dikatakan bahwa

rata-rata stres kerja subjek berada pada kategori rendah. Skor yang diperoleh subjek

bergerak dari skor minimum sebesar 108 sampai dengan skor maksimum sebesar 195

dengan standard deviasi 14,170.

Page 28: Hubungan Dukungan Sosial Keluarga dengan Stres Kerja pada ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10212/2/T1_802013706_Full... · HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL KELUARGA DENGAN STRES

19

Uji Korelasi

Dari perhitungan uji korelasi antara variabel bebas dan terikat, dapat dilihat pada tabel

berikut:

Tabel Hasil Uji Korelasi antara Stres Kerja Dengan Dukungan sosial

Correlations

DukunganSosial StresKerja

DukunganSosial Pearson Correlation 1 -.194*

Sig. (1-tailed) .013

N 133 133

StresKerja Pearson Correlation -.194* 1

Sig. (1-tailed) .013

N 133 133

*. Correlation is significant at the 0.05 level (1-tailed).

Berdasarkan hasil perhitungan uji korelasi diperoleh koefisien korelasi antara

dukungan sosial keluarga dengan stres kerja sebesar -0,194 dengan sig. = 0,013 (p < 0.05)

yang berarti ada hubungan yang negatif signifikan antara dukungan sosial keluarga dengan

stres kerja.

Page 29: Hubungan Dukungan Sosial Keluarga dengan Stres Kerja pada ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10212/2/T1_802013706_Full... · HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL KELUARGA DENGAN STRES

20

PEMBAHASAN

Berdasarkan penelitian mengenai hubungan antara dukungan sosial keluarga dengan

stres kerja pada perawat RSUD. Wirosaban Yogyakarta, didapatkan hasil bahwa terdapat

hubungan yang signifikan dan negatif antara dukungan sosial keluarga dengan stres kerja

pada perawat RSUD Wirosaban Yogyakarta. Berdasarkan hasil uji perhitungan korelasi,

keduanya memiliki r sebesar -0,194 dengan sig. = 0,013 (p < 0.05) yang berarti kedua

variabel yaitu dukungan sosial keluarga dengan stres kerja memiliki hubungan yang negatif.

Dengan kata lain, semakin tinggi dukungan sosial, maka semakin rendah stres kerja yang

dialami atau sebaliknya.

Banyak faktor yang menyebabkan tinggi rendahnya stres kerja, dukungan sosial

keluarga merupakan salah satu faktor pendukung dari semua faktor yang memengaruhi tinggi

rendahnya stres kerja. Jika dilihat sumbangan efektif yang diberikan dukungan sosial

keluarga terhadap stres kerja, dukungan sosial keluarga memberikan kontribusi sebesar

3,76% dan sebanyak 96,24% dipengaruhi oleh faktor lain di luar dukungan sosial keluarga

yang dapat berpengaruh terhadap stres kerja, seperti dukungan sosial, ambiguitas, konflik

peran, dan beban kerja. Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa dukungan

sosial keluarga memberikan kontribusi terhadap stres kerja, sehingga nampak jelas bahwa

dukungan sosial keluarga mempunyai hubungan negatif dengan stres kerja.

Berdasarkan analisi statistik yang diperoleh, diketahui bahwa terdapat hubungan yang

signifikan dan negatif antara dukungan sosial keluarga dengan stres kerja pada tenaga

perawat di RSUD. Wirosaban Yogyakarta. Berdasarkan hasil uji perhitungan korelasi,

keduanya memiliki r sebesar -0,194 dengan sig. = 0,013 (p < 0,05) yang berarti kedua

variabel dukungan sosial keluarga dengan stres kerja memiliki hubungan yang negatif.

Dengan kata lain, semakin tinggi dukungan sosial, maka semakin rendah stres kerja yang

dialami atau sebaliknya. \

Page 30: Hubungan Dukungan Sosial Keluarga dengan Stres Kerja pada ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10212/2/T1_802013706_Full... · HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL KELUARGA DENGAN STRES

21

Ada kemungkinan bahwa dukungan sosial dianggap sebagai atribut kepribadian yang

penting bagi perawat saat melakukan serangkaian aktifitas di rumah sakit sehingga

munculnya stres kerja menjadi lebih rendah. Pernyataan ini didukung oleh Cooperr &

Davidson (1987 dalam Miller, 2000) yang mengemukakan bahwa stres kerja dapat terjadi

karena rendahnya faktor hubungan / dukungan sosial yang diterima seseorang baik dari

keluarga, rekan kerja, atasan, atau bawahan. Karyawan yang memiliki dukungan sosial yang

baik akan lebih memiliki nilai kinerja tinggi dan minimnya stres kerja yang ditimbulkan.

Penelitian ini memberikan bukti bahwa dukungan sosial keluarga mempunyai peranan

yang cukup penting terhadap stres kerja pada tenaga perawat di RSUD. Wirosaban.

Berdasarkan hasil korelasi aspek-aspek dukungan sosial keluarga dan stres kerja, maka aspek

dukungan sosial memberikan kontribusi yang efektif sebesar 3,76% dan sebanyak 96,24%

dipengaruhi oleh faktor lain diluar dukungan sosial keluarga yang dapat berpengaruh

terhadap stres kerja, seperti dukungan sosial, ambiguitas, konflik peran, dan beban kerja.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian-penelitian sebelumnya. Jones, Huxtable,

Hodgson, dan Price (dalam Oberlechner & Nimgade, 2005), menyatakan bahwa stres kerja

meningkat drastis dikarenakan kurangnya dukungan sosial yang diperoleh oleh tenaga kerja,

baik itu dari keluarga, rekan kerja, atasan, dan bawahan sehingga hal ini menimbulkan

menurunya kinerja pada karyawan.

Penelitian-penelitian sebelumnya telah menjelaskan variabel dukungan sosial

keluarga berpengaruh terhadap munculnya stres kerja pada parawat. Namun dalam penelitian

ini ditemukan juga bahwa terdapat partisipan yang memiliki kategori skor dukungan sosial

keluarga rendah sampai sangat rendah dengan stres kerja dalam kategori yang juga rendah

dengan skor 67,70%. Peneliti kemudian melihat dari data demografi partisipan ditemukan

bahwa partisipan yang memiliki skor dukungan sosial keluarga rendah sampai sangat rendah

dengan skor stres kerja yang juga rendah adalah partisipan yang kebanyakan memiliki masa

Page 31: Hubungan Dukungan Sosial Keluarga dengan Stres Kerja pada ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10212/2/T1_802013706_Full... · HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL KELUARGA DENGAN STRES

22

kerja 1-3 tahun. Selain itu partisipan tersebut memiliki rata-rata gaji per bulan sebesar ≤ 2

juta, (2 orang), 2-3,5 juta (8 orang), dan ≥ 5 juta (1 orang dengan kategori dukungan sosial

dan stres kerja yang rendah). Hal ini menunjukkan bahwa kompensasi finansial (gaji)

mempengaruhi kesetiaan perawat pada instansi, kemauan bekerja keras, dan kebanggan

perawat pada instansi sehingga dapat mempengaruhi kinerja perawat

Page 32: Hubungan Dukungan Sosial Keluarga dengan Stres Kerja pada ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10212/2/T1_802013706_Full... · HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL KELUARGA DENGAN STRES

23

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa :

Terdapat hubungan negatif antara dukungan sosial keluarga dengan stres kerja pada

perawat kesehatan di RSUD. Wirosaban Yogyakarta. Ini artinya bahwa dukungan sosial

keluarga memberikan kontribusi terhadap stres kerja, dimana apabila adanya dukungan sosial

keluarga yang tinggi maka stres kerja pada perawat akan menurun begitu pula sebaliknya.

KETERBATASAN DAN KELEBIHAN PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan alat ukur berbahasa Inggris yang sebelumnya telah

diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia. Kekurangan peneliti dalam pengalihan bahasa

berakibat pada reliabilitas dan validitas alat ukur yang mengakibatkan banyaknya aitem yang

gugur terutama untuk alat ukur stres kerja. Penelitian ini juga hanya melibatkan 145

partisipan sehingga kekuatan generalisasi menjadi terbatas. Menurut peneliti hasil penelitian

dengan menggunakan variabel dukungan sosial keluarga dan stres kerja dirasa cukup baik

dan bermanfaat bagi instansi, sehingga melalui penelitian ini instansi dapat lebih

meningkatkan dukungan sosial keluarga yang ada di dalam diri perawat untuk mengurangi

stres kerja pada perawat sehingga tidak mempengaruhi kinerja perawat pada instansi.

.

Page 33: Hubungan Dukungan Sosial Keluarga dengan Stres Kerja pada ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10212/2/T1_802013706_Full... · HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL KELUARGA DENGAN STRES

24

DAFTAR PUSTAKA

Andriani,R dan Subekti,E.M.A. (2004). Pengaruh Persepsi Mengenai Kondisi

Lingkungan Kerja dan Dukungan Sosial terhadap Tingkat Burn Out pada

Perawat IRD RSUD dr. Soetomo Surabaya. Jurnal Insan.

Arnold, M., Almedia, J. D. Dan Miller, C. (2000). Administering Apache. McGraw-

Hill,. New York.

As‟ad, Mohammad. (1995), Psikologi Industri edisi ke-empat. Yogyakarta : Liberty.

Baron, Robert A. & Donn Byrne (2000). Social Psychology (9th edition). USA: Allyn

& Bacon.

Bart Smet. (1994). Psikologi Kesehatan. Penerbit PT Grasindo.

Bakker, A.B., & Heuven, E. (2006). Emotional dissonance, burnout, and in-role

performance among nurses and police officers. International Journal of Stress

Management, 13, 423-440.

Ballick, M.J. dan P.A. Cox. (1996). Plants, People and Culture: The Science of

Ethnobotany. Scientific American Library. New York.

Beehr, T. A. (1978). Psychologycal Stress In The Workplace. London: Rotledge.

Clark, C. O., J. E. Cole and P. J. Webster, (1999). Indian Ocean SST and Indian

summer rainfall: predictive relationships and their decadal variability.

Cooper, J.M. (ed.) 1990. Classroom Teaching Skill. Lexington. Massachusetts Toronto:

D.C. Heath and Company.

Cooper, C. L. & Davidson, M. (1987). Psychosocial Factors at Wark and Their

Relation to Health. Geneve: Word Health Organization.

Dahlan, M. Sopiyudin, (2013). Statitiska Untuk Kedokteran dan Kesehatan. Jakarta:

Salemba Medika.

Page 34: Hubungan Dukungan Sosial Keluarga dengan Stres Kerja pada ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10212/2/T1_802013706_Full... · HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL KELUARGA DENGAN STRES

25

Deeter, D.R., dan Ramsey, RP., (1997). Considering Source and Types of Social

Support : A Psychometric Evaluation of the House and Wells (1978)Instrument.

Journal of Personal Selling and Sales Management, Vol. XVII, No.1.1997.

Dessler, Gary. (1997), “Manajemen Personalia”. Jakarta : PT. Erlangga

Dobreva-Martinova, T., Villeneuve, M..,Strickland, L & Matheson, K. (2002).

Occupational stress in the Canadian forces: Its association with individual and

organizational well-being. Canadian Journal of Behavioral Science, 34, 111-121.

Dunseath, J., Beehr, T. A., & King, D. W. (1995). „Job stress– social support buffering

effects across gender, education and occupational groups in a municipal

workforce: implications for EAP‟s and further research‟. Review of Public

Personnel Administration & Society, 15: 60-83.

Eko, S. (2004). “Mengelola Stres Kerja”. Fokus Ekonomi. pp. 121-128. vol.3, no.2,

Agustus.

Edwin B. Fillipo. (1988), “Manajemen Personalia”. Jakarta : PT. Erlangga.

James L Gibson, Jolin M. Ivancevich, James H. Donnelly (1996), Organisasi Perilaku,

Struktur dan Proses, Binarupa Aksara, Jakarta.

Ghozali, Imam. (2006). “Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program.

SPSS”.Semarang : Badan Penerbit Undip

James L Gibson, Jolin M Ivanicevich, dan James H Donnely. (1995), Organisasi :

Perilaku, Struktur, dan Proses. Jakarta : PT. Erlangga.

Gibson, Roy (2002). Perilaku Organisasi (Konsep, Kontroversi, dan Aplikasi),

Prenhalindo, Jakarta

T Hani Handoko. (1998), Manajemen. Yogyakarta : BPFE.

T Hani Handoko. (2001), Manajemen Personalia dan Sumber Daya Manusia.

Yogyakarta : BPFE.

Page 35: Hubungan Dukungan Sosial Keluarga dengan Stres Kerja pada ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10212/2/T1_802013706_Full... · HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL KELUARGA DENGAN STRES

26

Nur Indriantoro dan Bambang Supomo. (1999). Metodologi Penelitian Bisnis untuk

Akuntansi dan. Manajemen. Edisi Pertama. BPFE Yogyakarta. Yogyakarta

Isnovijanti,T.(2002). pengaruh Dukungan Sosial Terhadap Stres Kerja dan Kepuasan

Kerja (Studi kasus: Polres Pati Polda Jateng). Tesis Magister Manajemen

Universitas Diponegoro, Tidak diterbitkan

Rita Johan. (2002), “Kepuasan Kerja Karyawan Dalam Lingkungan Institusi

Pendidikan”. http://www.1.bpkpenabur.or.id/jurnal/01/006-031.pdf.

King, A J C; Peart, M J.(1992). The Satisfaction and Stress of Being a Teacher.

Worklife Report, Journal 8, 6, 12-13

Kreitner dan Kinicki. (2005). Perilaku Organisasi, Buku 1 dan 2, Salemba Empat,

Jakarta

Leonard Lodish, Magid Abraham (1990). Sales Promotion as Strategic

Communacation: The Case of Singapore. The Journal of Product and Brand

Manajement. Singapura: Nanyang Technological University. 2002

Luthans, F. (2002). Organizational Behavior. McGraw-Hill International Book Comp.

Inc. New York

--------------, (2005). Perilaku Organisasi, Edisi Sepuluh, Diterjemahkan oleh : Vivin

Andhika Yuwono; Shekar Purwanti; Th.Arie Prabawati; dan Winong Rosari.

Penerbit Andi, Yogyakarta

-----------. (2006). Perilaku Organisasi 10th. Edisi Indonesia. Yogyakarta : Penerbit

ANDI.

Fuad Mas‟ud. (2002), “40 Mitos Manajemen Sumber Daya Manusia”. Semarang :

Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

Fuad Mas`ud. (2004). “Survai Diagnosis Organisasional, Konsep & Aplikasi”.

Semarang : Badan Penerbit Universitas Diponegoro

Page 36: Hubungan Dukungan Sosial Keluarga dengan Stres Kerja pada ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10212/2/T1_802013706_Full... · HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL KELUARGA DENGAN STRES

27

Mangkunegara, Anwar Prabu. Evaluasi Kinerja SDM, PT. Refika Cipta, Bandung,

(2005)

Manning, MR, Jackson, CN, Fusilier, MR. (1996). Occupational Stres, Sosial Support,

and The Cost of Health Care. Academy of Management Vol. 39, No. 3, pp. 738-

750.

Margianti Lulus, (1999). Stres kerja : Latar belakang Penyebab dan Alternatif

Pemecahanannya. Jurnal Masyarakat, Kebudayaan dan Politik, 3 : 71-80,

Surabaya ; Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga

Mark, G., & Smith, A.P., 2011. Occupational stress, job characteristics, coping, and the

mental health of nurses. Journal of Health Psychology, Vol 1, No 1, 1-17.

Moustaka, E,. & Constantinidis, T.C. 2010. Sources and effects of work-related stress

in nursing. Health science journal, Vol 4, No 4, 210-216.

Nimran Umar, (1999). Perilaku Organisasi., Citra Media, Surabaya.

Nadia Selvia Revalicha. 2013. Perbedaan Stres Kerja Ditinjau dari Shift Kerja pada

Perawat di RSUD Dr. Soetomo Surabaya. Jurna Psikologi Universitas Airlangga

Surabaya.

Oberlechner T, Nimgade A (2005). Work stress and performance among financial

traders. Stress and Health: J. Int. Soc. Invest. Stress, 21(5): 285-293

Parasuraman, Saroj, Jeffrey H. Greenhaus & Cherlyn. (1992). Role Stresors, Sosial

Support, And Well-Being Among Two-Career Couples. Journal of Organizational

Behavior (1986-1998). Juli 1992. 13, 4, ABI/INFORM Global. pp.339

Rasmun. (2004). Stress, koping dan adaptasi teori dan pohon masalah keperawatan.

Jakarta: CV Sagung Seto

Rice, P.L. (1999). Stress and Health. Scarborough : Brooks and Cole Publishing

Company

Page 37: Hubungan Dukungan Sosial Keluarga dengan Stres Kerja pada ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10212/2/T1_802013706_Full... · HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL KELUARGA DENGAN STRES

28

Ross, R. R., & Altmaier, E. (1994). Intervention in occupational stress. Thousand

Oaks, CA: Sage Publications.

Robbins, dan Timothy, J. (2007). Perilaku Organisasi,. Jakarta : Salemba Empat

Sarafino. (2002). Health psychology : biopsychosocial interaction. Fifth Edition

Siagian, Sondang. (2008). Manajemen Sumber Daya Manusia.Cet. 18. Jakarta : Bumi

Aksara

Sugiyono.( 2004). Statistika Untuk Penelitian. Bandung : CV. Alfabeta

Suhanto, Edi. (2009). “Pengaruh Stres Kerja dan Iklim Organisasi Terhadap Turnover

Intention dengan Kepuasan Kerja sebagai Variabel Intervening” (Studi pada

Bank Internasional Indonesia). Tesis Magister Manajemen Program Pasca

Sarjana Universitas Diponegoro, Semarang.

Sutingkir, P.J. (2004). Gambarn Kejadian Stres dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi

Terjadinya Stres pada Pekerja di Departemen Operasi PT Badak NGL Bontang

Kalimantan Timur Taun 2004. Skripsi. Fakultas Kesehatan Masyarakat

Indonesia: Depok

Sutojo, Siswanto. (2004). Membangun Citra Perusahaan. Damar Mulia Pustaka.

Jakarta.

Sukma, N.A. 2011. Hubungan Antara Kecerdasan Emosi Dengan Stres Kerja Pada

Perawat. Jurnal Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat

Transisca Erma Hendrayani. (2006). Analisis Pengaruh Locus of Control, Dukungan

Sosial, dan Pengalaman Kerja Terhadap Terjadinya Stres Kerja Serta

Pengaruhnya terhadap Kinerja Karyawan (Studi pada PT. Pupuk Kaltim, Tbk).

Tesis Magister Manajemen Program Pasca Sarjana Universitas Diponegoro,

Semarang.

Page 38: Hubungan Dukungan Sosial Keluarga dengan Stres Kerja pada ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10212/2/T1_802013706_Full... · HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL KELUARGA DENGAN STRES

29

Wahyuningsih, Heni Puji. (2006). Etika Profesi Kebidanan Sebuah Pengantar.

Yogyakarta : Fitrimaya

Wexley, dan Yukl, (1992), Perilaku Organisasi dan Psikologi Personil. Jakarta : PT.

Rineka Cipta.

Wijono, (2006). Pengaruh Kepribadian Type A dan Peran terhadap Stres Kerja

Perawat Jurnal Kesehatan Insan Vol 8 No. 3 Desember 2006. Surakarta.

Winarsunu, T. (2008). Psikologi Keselamatan Kerja. Malang: UMM Press.

Yahya & Nik Husain, (2007) stress level and its influencing factors among secondary

school teachers in johor, melaka, negeri sembilan and selangor. Faculty of

Education University Technology Malaysia Skudai Johor. Journal Vol 77, No 2,

139-145.

HYPERLINK "http://www.google.com" www.google.com (tentang sejarah stress)