107
AKULTURASI BUDAYA MASYARAKAT KOTA (STUDI FENOMENOLOGI PENDUDUK URBAN DI KELURUHAN ANTANG MAKASSAR) SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Jurusan Pendidikan Sosiologi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar NAMA : Rahmawati NIM : 10538324015 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SOSIOLOGI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR 2020

AKULTURASI BUDAYA MASYARAKAT KOTA (STUDI …

  • Upload
    others

  • View
    11

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: AKULTURASI BUDAYA MASYARAKAT KOTA (STUDI …

AKULTURASI BUDAYA MASYARAKAT KOTA (STUDI

FENOMENOLOGI PENDUDUK URBAN DI KELURUHAN

ANTANG MAKASSAR)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana

Pendidikan pada Jurusan Pendidikan Sosiologi

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Muhammadiyah Makassar

NAMA : Rahmawati

NIM : 10538324015

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SOSIOLOGI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

2020

Page 2: AKULTURASI BUDAYA MASYARAKAT KOTA (STUDI …

i

MOTTO

Keberhasilan adalah sebuah proses. Niatmu adalah awal keberhasilan. Peluh

keringatmu adalah penyedapnya. Tetesan air matamu adalah penawarnya. Doamu

dan doa orang-orang sekitarmu adalah bara api yang mematangkannya. Kegagalan

di setiap langkahmu adalah pengawetnya. Maka dari itu bersabarlah! Allah selalu

menyertai orang-orang yang penuh kesabaran dalam proses menuju keberhasilan.

Sesungguhnya kesabaran akan membuatmu mengerti bagaimana cara mensyukuri

arti sebuah keberhasilan.

Sungguh bersama kesukaran dan keringanan. Karna itu bila kau telah selesai

mengerjakan yang lain dan kepada Tuhan berharaplah (Q. S AI Insyirah : 6-8)

PERSEMBAHAN

Alhamdulillah, atas rahmat dan hidayah-Nya, saya dapat menyelesaikan skripsi ini

dengan baik. Karya kecil ini ku persembahkan untuk:

Bapak dan ibuku, yang memberiku motivasi dalam segala hal serta memberikan kasih sayang yang teramat besar yang tak mungkin bisa ku

balas dengan apapun

Suamiku, terima kasih telah sabar dengan sikapku dan selalu memberiku

semangat dalam situasi apapun

Kakak-kakak ku Anti, Hani yang selalu memberiku kasih sayang,dan menemaniku selama ini

Page 3: AKULTURASI BUDAYA MASYARAKAT KOTA (STUDI …

ii

ABSTRAK

Makassar 07 Maret,2020. Akulturasi Budaya Masyarakat Kota (Studi

Fenomenologi Penduduk Urban di Kelurahan Antang Makassar).Dibimbing oleh

Risfaisal dan Eliza Melyani.

Adapun latar belakang masalah penelitian; (1) Bagaimana wujud akulturasi

budaya penduduk urban yang ada di kelurahan antang Makassar. (2) Bagaimana

strategi akulturasi budaya penduduk urban yang ada di kelurahan antang

makassar. (3) Bagaimana dampak akulturasi budaya yang terjadi pada penduduk

urban yang ada di kelurahan antang makassar. (4) Bagaimna faktor pendukung

dan penghambat akulturasi budaya yang ada di kelurahan antang makassar

Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan bentuk, strategi, dampak, serta

factor pendukung dan penghambat terjadinya akulturasi budaya yang terjadi di

Kelurahan Antang Kota Makassar. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif

dengan menggunakan ragam fenomenologi. Penelitian dilaksanakan di Kelurahan

Antang, Kecamatan Manggala, Kota Makassar, Provinsi Sulawesi Selatan.

Peneliti merupakan instrument kunci dengan rancangan field research. Teknik

pengumpulan data dalam penelitian ini dibedakan menjadi empat yaitu; (1) teknik

studi pustaka, (2) teknik wawancara, (3) FGD, dan (4) teknik dokumentasi. Data

dianalis secara interaktif dengan prosedur reduksi data (data reduction), penyajian

data (data display), dan penarikan kesimpulan dan verifikasi (conclusiondrawing

and verifikasi).

Hasil penelitian ini yaitu; (1)Wujud akulturasi budaya yang terjadi antara

kebudayaan masyarakat urban dan masyarakat lokal di Kelurahan Antang Kota

Makassar sangat beragam. Bahasa, makanan, kesenian, merupakan aspek budaya

yang paling mudah diakulturasikan, sedangkan agama atau keyakinan serta

upacara adat tradisi adalah (2) Akulturasi budaya yang terjadi antara masyarakat

urban dan masyarakat lokal di Kelurahan Antang menggunakan dua macam

strategi yaitu integrasi dana similasi. Integrasi dinilai sebagai strategi yang tepat

lagi untuk melestarikan kebudayaan. Sedangkan asimilasi dinilai strategi yang

tidak tepat karena terindikasi upaya menghilangkan jati diri kebudayaan asli

sehingga mampu menimbulkan kepunahan budaya. (3) Akulturasi budaya

memiliki dampak positif maupun dampak negatif. Dampak positif akulturasi

seperti melestarikan budaya atau bahkan mengembangkan budaya. Selain itu,

menjadi alasan terbukanya wawasan masyarakat menuju pengetahuan yang lebih

luas. Adapun dampak buruknya adalah dapat mematikan kebudayaan asli. Selain

itu, mengubah tatacara pergaulan, mentalitas, rasa malu, dan kepiawaian

masyarakat. (4) Faktor pendukung akulturasi budaya di Kelurahan Antang, Kota

Makassar yaitu adanya polasikap dan polapikir terbuka, saling menghargai,dan

sikaptoleransi. Selain itu, agama atau keyakinan tertentu serta aturan perundang-

undangan yang mengatur tentang aspek social bermasyarakat dan berbudaya

menjadi pendukung utama kelancaran terjadinya akulturasi budaya. Adapun factor

penghambatnya adalah sikap apatis masyarakat khususnya generasi muda atau milenial terhadap keaslian budaya, atau sikap dominan atas budaya tertentu.

Kata kunci: Akulturasi, Budaya, Masyarakat Urban.

Page 4: AKULTURASI BUDAYA MASYARAKAT KOTA (STUDI …

iii

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim

Dengan mengucapkan Alhamdulillah segala puji dan syukur penulis panjatkan

atas kehadirat Allah SWT. Karena berkat rahmat dan hidayahn-Nya penyusunan

skripsi yang berjudul “AKULTURASI BUDAYA MASYARAKAT

KOTA(STUDI FENOMENOLOGI PENDUDUK URBAN DI KELURAHAN

ANTANG MAKASSAR) ”ini dapat diselesaikan guna memenuhi salah satu

persyaratan dalam menyelesaikan pendidikan (S1) pada jurusan Pendidikan

Sosiologi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah

Makassar

Penulis menyadari bahwa penulisan ini tidak dapat terselesaikan tanpa dukungan

dari berbagai pihak baik moril maupun materil.. Oleh karena itu,penulis ingin

menyampaikan ucapan terimah kasih kepada semua pihak yang telah membantu

dalam penyusunan skripsi ini:

1. Kedua orang tua. Yang telah memberikan dukungan serta doa yang tiada

henti-hentinya kepada penulis.

2. Kakak Hani dan Anti yang telah menyemangati dan membantu dalam

penyelesaian skripsi ini.

3. Suami yang memberikan semangat setiap harinya dalam penyelesaian

skripsi ini.

4. Bapak Erwin Akib, S.Pd., M.Pd., Ph. D, serta para Wakil Dekan Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar.

5. Ketua Program Studi Pendidikan Sosiologi Bapak Drs. H. Nurdin, M.Si

dan Sekertaris Program Studi Pendidikan Sosiologi Bapak

Kaharuddin,S.Pd., M.Pd., Ph.D, beserta seluruh staffnya

6. Ibu Dr. Eliza Melyani. M.Si, sebagai pembimbing 1(satu) dan Bapak

Risfaisal, SPd. M.Pd selaku pembimbing II (dua) yang telah meluangkan

waktunya untuk membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

7. Bapak dan ibu dosen program Studi Pendidikan Sosiologi Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan yang telah memberkan ilmunya kepada

penulis, Sehingga ilmu yang telah diajarkan dapat bermanfaat.

Makassar, Maret 2020

RAHMAWATI

Page 5: AKULTURASI BUDAYA MASYARAKAT KOTA (STUDI …

iv

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL………………………………………………….

HALAMAN PENGESAHAN………………………………………...

LEMBAR PENGESAHAN…………………………………………...

PERSETUJUAN PEMBIMBING……………………………………

SURAT PERNYATAAN……………………………………………..

SURAT PERJANJIAN………………………………………………

MOTTO DAN PERSEMBAHAN……………………………………... i

ABSTRAK…………………………………………………………….. ii

KATA PENGANTAR………………………………………………….. iii

DAFTAR ISI…………………………………………………………….. iv

BAB 1 PENDAHULUAN…………………………………………….. 1

A. LatarBelakang……………………………………………….... 1

B. RumusanMasalah……………………………………………… 9

C. TujuanPenelitian………………………………………………. 9

D. ManfaatPenelitian…………………………………………....... 10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA……………………………………... 12

A. Tinjauan Penelitian Terdahulu………………………………... 12

B. Tinjauan Teori…………………………………………………. 15

1. Pengertian Budaya……………………………………….. 15

2. Pengertian Akulturasi……………………………………. 16

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi Akulturasi…………... 18

4. Bentuk Kebudayaan Proses Akulturasi………………….. 20

5. Jenis-jenis Akulturasi …………………………………… 21

6. Kerangka Kerja Akulturasi………………………………. 21

7. Strategi Akulturasi……………………………………….. 23

8. Dampak Akulturasi………………………………………. 25

9. Unsur Budaya yang Diakulturasi………………………… 26

10. Hal-hal Penting Penelitian Akulturasi…………………… 31

11. Pengertian Urbanisasi……………………………………. 33

12. Sebab-sebab Urbanisasi…………………………………. 38

Page 6: AKULTURASI BUDAYA MASYARAKAT KOTA (STUDI …

v

13. Dampak Urbanisasi Berlebih……………………………… 40

14. Konsep Perkotaan…………………………………………. 41

15. Teori Perkembangan Kota………………………………… 42

16. Struktur Perkotaan………………………………………… 45

BAB III METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian………………………………………………….. 51

B. Pendekatan Penelitian…………………………………………… 51

C. Lokasi dan Waktu Penelitian……………………………………. 52

D. Fokus Penelitian…………………………………………………. 53

E. Data dan Sumber Data…………………………………………… 54

F. Instrumen Pengumpulan Data…………………………………… 55

G. Teknik Pengumpulan Data……………………………………… 56

H. Teknik Analisis Data……………………………………………. 57

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian…………………………………………………. 60

1. Wujud Akulturasi Budaya Masyarakat Urban di Kelurahan Antang

Kota Makassar……………………………………………… 60

a. Akulturasi budaya aspek bahasa…………………… 61

b. Akulturasi budaya aspek makanan tradisional…….. 65

c. Akulturasi budaya aspek busana(pakaian)………… 67

2. Strategi Akulturasi Budaya Masyarakat Urban di Kelurahan Antang

Makassar…………………………………………………… 71

3. Dampak Akulturasi Budaya Masyarakat Urban di Kelurahan Antang

Makassar…………………………………………………… 75

4. Faktor Pendukung dan Penghambat Akulturasi Budaya Masyarakat

Urban di Kelurahan Antang Makassar…………………….. 78

B. Pembahasan…………………………………………………… 80

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan……………………………………………………. 86

B. Saran…………………………………………………………… 87

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………… 89

LAMPIRAN-LAMPIRAN…………………………………………………… 92

RIWAYAT HIDUP…………………………………………………………… 93

Page 7: AKULTURASI BUDAYA MASYARAKAT KOTA (STUDI …

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kebudayaan IndonesiaberlandaskanPancasila yang merupakan ideologi

dasar bagi Negara Indonesia. Nama ini terdiri dari dua katadari bahasa Sansekerta:

Pancamemiliki arti lima dan sila berarti prinsip atau asas. Pancasila adalah

rumusan dan pedoman kehidupan berbangsa dan bernegara bagi seluruh rakyat

Indonesia. Lambang Negara Indonesiaadalah Garuda Pancasila dengan semboyan

Bhinneka Tunggal Ika yang artinya walau berbeda-beda tetapi tetap satu

jua.Semboyan tersebut bermakna untuk mempererat perbedaan budaya yang ada

di Indonesia, yang merupakan Negara kepulauan dengan berbagai macam adat

istiadat dan budaya dari Sabang sampai Marauke memiliki keragamansukubudaya

yang berbeda-beda.

Indonesia adalah Negara yang terdiri dari beberapa suku yang masing-

masing memiliki budaya yang berbeda satu sama lain. Keberagaman itulah yang

menjadikan Indonesiamemiliki ciri khas dan keunggulan. Indonesiamenjadi unik

dengan ciri khas dan keberagamannya,salah satu contohnyaadalah interaksi antar

budaya yang berbeda-beda. Interaksi juga menjadi aspek yang paling penting dan

sangat mendasar dalam kehidupan proses belajar manusia. Manusia dibesarkan

diasuh dan berkembang di suatu lingkungan dengan pola-pola budaya setempat

sehingga akhirnya manusia itu menjadi produk dari budaya tersebut.

Kebudayaan adalah keseluruhan gagasan dan karya manusia yang harus

dibiasakandengan belajar, beserta keseluruhan dari hasil budi dan

karyanya(Koentjaraningrat, 2016: 26). Dari definisi tersebut layak diamati bahwa

Page 8: AKULTURASI BUDAYA MASYARAKAT KOTA (STUDI …

2

dalam kebudayaanitu ada gagasan, budi, dan karya manusia.Gagasan dan karya

manusia itu akan menjadi kebudayaan setelah sebelumnya dibiasakan belajar.

Memandang kebudayaan hanya dari segi hasil karyanya adalah tidak tepat.

Demikian juga melihat sesuatu hanya dari gagasanmanusia juga terlalu sempit.

Dengan kata lain, kebudayaan menemukan bentuknya jika dipahami secara

keseluruhan (Nurudin, 2014:50).

Dalam kehidupan masyarakat, manusia tidak bisa melepaskan diri dari

aktifitas komunikasi. Apalagi masyarakat tersebut bertempat tinggal bersama dan

mendiami suatu daerah tempat tinggal. Dalam kaitan komunikasi antar budaya,

komunikasi antara masyarakat pen datang dengan masyarakat setempat sudah

tampak jelas memperlihatkan bahwa komunikasi yang terjadi melibatkan dua

unsur budaya yang berbeda. Masyarakat pendatang dengan latar belakang budaya

dari daerah tempat asalnya dan masyarakat setempat dengan latar belakang

budaya daerah setempat.

Hidup bermasyarakat memaksa manusia untuk berkomunikasi baik dengan

anggota kelompok maupun dengan manusia di luar kelompok yang

dinaunginya.Komunikasi kelompok merupakan komunikasi di antara sejumlah

orang. Dalam kenyataannya, komunikasi kelompok bukanlah sekedar bertukar

pesan melainkan terjadi pula proses interaksi antarbudaya dari para anggota

kelompok (baik in group maupun out group) yang berbeda latar belakang

kebudayaan. Termasuk dalam pengertian konteks komunikasi kelompok adalah

operasi komunikasi antarbudaya di kalangan in group maupun antara anggota

sebuah in group dengan out group, atau bahkan antara berbagai kelompok

(Smokowski dkk, 2011:56).

Page 9: AKULTURASI BUDAYA MASYARAKAT KOTA (STUDI …

3

Komunikasi yang terjadi dengan latar belakang budaya yang berbeda, tak

jarang hal ini menimbulkan kesalahpahaman dalam proses komunikasinya.

Berdasarkan pada pernyataan tersebut maka dapat dikatakan bahwa bangsa

Indonesia merupakan bangsa multietnik atau majemuk yang mengandung potensi

konflik tinggi, baik itu konflik kepentingan, konflik ideologis, konflik antar kelas

dan lain-lain.Dalam masyarakat majemuk ini akan ada kelompok minoritas yang

karena gangguan sosial dan kepentingannya akan menimbulkan suatu masalah

baru yang dapat berkembang ke permukaan.

Ketidakstabilan merupakan ciri khas yang melekat pada masyarakat

majemuk yang memiliki keanekaragaman budaya sehingga hal ini menjadi satu

bentuk adaptasi untuk melihat hubungan antar etnis.Dari perbedaan budaya, ada

banyak faktor yang dapat dilihat. Salah satunya adalah kebiasaan-kebiasaan

individu yang disebabkan oleh nilai-nilai dantradisi yang dibawanya. Hal tersebut

kemudian akan berakibat pada terbentuknya suatu pemikiran khusus mengenai

kultur tertentu. Untuk memahami latarbelakang budaya, ada beberapa faktor yang

perlu dipahami sehubungan dengan kebudayaan dalam konteks komunikasi. Hal

ini meliputi pola berpikir masing-masing individu, stereotipe, etnosentrisme,

tradisi, nilai , dan norma, serta sistem religi (Berry, 2010: 17-38).

Kenyataan di atas menunjukkan bahwa, dalam berkomunikasi setiap anggota

etnis akan berpedoman pada norma-norma, kaidah-kaidah dan budaya etnisnya

yang dibawanya. Dalam masyarakat multietnik di Kabupaten Malang terdapat

berbagai macam nilai-nilai, norma-norma, kaidah-kaidah, tradisi dan budaya

bawaan yang dijadikan pedoman berkomunikasi oleh masing-masing etnisyang

ada di dalamnya. Hal tersebut tidak menutup kemungkinan terjadinya benturan-

Page 10: AKULTURASI BUDAYA MASYARAKAT KOTA (STUDI …

4

benturan dan gesekan-gesekan nilai, norma, kaidah, tradisi dan budaya dalam

komunikasi antaretnik yang terjadi sehingga dapat memicu dan menyebabkan

konflik antaretnik.

Kekuatan pembaruan yang selama ini menjadi momok masyarakat tetapi

tidak mungkin dihindari ialah sentuhan budaya (cultural encounters). Pesatnya

perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta meningkatnya kebutuhan

ekonomi dan kemampuan mobilitas penduduk mendorong meningkatnya

intensitas kontak-kontak budaya. Apa lagi dengan adanya fenomena urbanisasi

atau perpindahan populasi masyarakat perdesaan menuju ke perkotaan. Kontak

budaya yang terjadi antara masyarakat perkotaan (lokal) dengan masyarakat urban

akan berdampak pada akulturasi.

Akulturasi merupakan perpaduan antara kebudayaan yang berbeda yang

berlangsung dengan damai dan serasi. Akulturasi atau Culture Contect, sebagai

proses sosial yang timbul bila suatu kelompok dengan kebudayaan tertentu

dihadapkan dengan unsur-unsur dari kebudayaan asing dengan sedemikian rupa

yang lambat laun kebudayaan asing itu diterima dan diolah sendiri tanpa

menyebabkan hilangnya keaslian budaya itu sendiri. Dalam artian yang lebih

lugas, bahwa akulturasi merupakan proses yang dilakukan oleh masyarakat

pendatang untuk menyesuaikan diri dengan memperoleh kebudayaan masyarakat

setempat.Masalah pembauran budaya merupakan masalah yang sangat kompleks,

sarat akan konflik, yang terkadang berakhir dengan tejadinya disintegrasi. Dimana

hambatan komunikasi antara dua budaya seringkali timbul dalam bentuk pebedaan

persepsi terhadap norma-norma budaya, pola-pola berpikir, struktur budaya,

system budaya serta masalah komunikasi.

Page 11: AKULTURASI BUDAYA MASYARAKAT KOTA (STUDI …

5

Dengan bertemunya berbagai kelompok sosial, suku-suku bangsa pada suatu

wilayah dapat terjadi dua kemungkinan proses sosial (hubungan sosial atau

interaksi sosial), yaitu hubungan sosial yang positif dan negatif. Dampak positif

dari interaksi sosial masyarakat pendatang dengan masyarakat setempat dapat

dilihat dalam hubungan mereka sesama petani, dimana mereka dapat meniru tata

cara ataupun nilai-nilai, bahkan inovasi baru dalam hal pengolahan lahan

pertanian dari masyarakat pendatang yang dapat meningkatkan produktifitas, dan

begitu pula sebaliknya. Dalam perkembangan selanjutnya, satu sama lain dapat

bertukar pengalaman dan pengetahuan diberbagai bidang kehidupan. Jika kontak-

kontak tersebut berlangsung secara terus menerus dalam waktu yang lama, tidak

menutup kemungkinan menciptakan akulturasi, bahkan membentuk budaya baru

yang mencerminkan sebuah budaya lokal dan budaya pendatang.

Makassar merupakan pusat kota Provinsi Sulawesi Selatan yang

menjanjikan peradaban atau kebudayaan yang lebih baik. Sehingga tidak heran

jika Kota Makassar menjadi prioritas masyarakat pedesaan sebagai sasaran

urbanisasi dengan berbagai tujuan seperti mencari pekerjaan, menempuh

pendidikan, kepentingan dinas, atau tujuan lainnya. Urbanisasi yang terjadi di

Kota Makassar tampak sangat jelas dengan meningkatknya populasi penduduk

kota yang semakin meningkat dari tahun ke tahun seperti data peta jumlah

penduduk empat tahun terakhir (2015-2018) yang disajikan oleh Dinas

Pendudukan dan Catatan Sipil (Disdukcapil 2019) yaitu pada tahun 2015 jumlah

penduduk Kota Makassar berada diangka 1.653.386 jiwa. Angka tersebut

mengalami penambahan sebesar 5.117 ditahun 2016 menjadi 1.658.503 jiwa.

Sedang tahun 2017 angka ini kembali mengalami meningkatan yang cukup

Page 12: AKULTURASI BUDAYA MASYARAKAT KOTA (STUDI …

6

signifikan sebesar 111.417. Sehingga, jumlah penduduk di Kota Makassar hingga

tahun 2017 mencapai 1.769.920. Selanjutnya, jumlah tersebut kembali meningkat

pada tahun 2018 menjadi 1.876.001 jiwa.

Masyarakat urban di Kota Makassar tersebar di beberapa wilayah kelurahan,

salah satunya adalah Kelurahan Antang. Di kelurahan ini tercatat 287 orang

penduduk urban yang bermukim dengan durasi waktu yang berbeda-beda. Ada

yang bermukim kurang dari setahun, bahkan ada yang lebih dari sepuluh tahun

(Data Kelurahan Antang, 2019). Peta budaya penduduk urban pun beragam, ada

yang berasal dari dalam Provinsi Sulawesi Selatan, dan ada juga dari luar

provinsi, seperti Jawa, Madura, Kalimantan, dan NTB, dan NTT. Meskipun

demikian majemuknya, kondisi sosial masyarakat di Kelurahan Antang

berlangsung secara harmonis dengan penuh toleransi dan saling menghargai

perbedaan.

Memasuki kondisi sosial yang baru, masyarakat urban sejatinya harus

mampu beradaptasi dengan kondisi sosial yang barunya. Kemampuan adaptasi

inilah yang mempertemukan kebudayaan masyarakat urban itu sendiri dengan

kebudayaan masyarakat asli dengan cara interaksi sosial. Dari interaksi tersebut,

sangat dimungkinkan terjadinya akulturasi budaya. Akulturasi budaya merupakan

suatu proses sosial yang timbul manakala suatu kelompok manusia dengan

kebudayaan tertentu dihadapkan dengan unsur dari suatu kebudayaan asing.

Kebudayaan asing itu lambat laun diterima dan diolah ke dalam kebudayaannya

sendiri dan menjadi suatu kebudayaan baru. Jadi, antara masyarakat urban dan

penduduk asli Kelurahan Antang dimungkinkan terjadi penerimaan dan

pengelolaan antarbudaya ke dalam budaya masing-masing.

Page 13: AKULTURASI BUDAYA MASYARAKAT KOTA (STUDI …

7

Akulturasi budaya bukanlah proses yang singkat. Dibutuhkan waktu yang

panjang untuk memahami dan mengolah kebudayaan baru menjadi bagian dari

kebudayaan sendiri. Demikian pula yang dialami oleh masyarakat urban di Kota

Makassar khususnya di Kelurahan Antang. Terkait akulturasi budaya, maka

semua komponen atau unsur kebudayaan dapat diakulturasi. Setidaknya, ada tujuh

komponen kebudayaan yang dapat dijadikan sebagai objek akulturasi seperti (1)

bahasa; (2) sistem pengetahuan; (3) organisasi sosial; (4) sistem peralatan hidup

dan teknologi; (5) sistem mata pencaharian hidup; (6) sistem religi; dan (7)

kesenian (Koentjaraningrat, 2016: 66). Sebagai proses yang panjang akulturasi

dapat berlangsung di suatu kelompok sosial majemuk dengan berbagai strategi.

Strategi akulturasi yang digunakan biasanya dikondisikan dengan kebudayaan

baru yang dijumpai. Berry (2001) menyebutkan empat strategi yang digunakan

suatu kelompok masyarakat dalam mengakulturasi kebudayaannyaseperti strategi

integrasi, asimilasi, separasi, dan marginalisasi. Pemilihan strategi akulturasi

sangat ditentukan dengan kondisi dari kebudayaan yang saling berinteraksi. Hal

ini sebagaimana yang ditemukan Istighara (2017) dalam penelitiannya bahwa

akulturasi dari kebudayaan yang berbeda sangat ditentukan pada proses

pengenalan, pemahaman dan penyesusuai budaya oleh masyarakat yang akan

menerima budaya baru. Istiqhara menemukan bahwa Masyarakat Suku Bali dan

Suku Bugis (penduduk lokal) di Desa Tamuku berakulturasi budaya dengan

memanfaatkan strategi integrasi. Namun, karena perbedaan agama dari kedua

suku tersebut, aspek dan beberapa kebudayaan lain seperti makanan dan kebiasaan

tertentu tidak dapat diakulturasi.

Page 14: AKULTURASI BUDAYA MASYARAKAT KOTA (STUDI …

8

Oleh karena itu akulturasi sebagai proses interaksi dan pencampuran budaya,

maka dampak yang ditimbulkan pun tidak dapat terelakkan, ada yang sifatnya

positif dan ada pula yang negatif. Dari dampak tersebutlah yang kemudian

menjadi faktor pendukung sekaligus dapat menjadi faktor penghambat akulturasi

suatu kebudayaan. Hal ini diyakini juga terjadi pada interaksi budaya yang

membentuk akulturasi antara masyarakat urban dengan masyarakat lokal di

Kelurahan Antang Makassar.

Berdasarkan fenomena interaksi budaya yang melahirkan akulturasi antara

masyarakat urban dan masyarakat lokal di Kelurahan Antang Makassar tersebut,

terdapat ketertarikan peneliti untuk mengetahui lebih mendalam mengenai wujud

akulturasi budaya yang terjadi, strategi akulturasi yang digunakan, dampak yang

ditimbulkan, serta faktor pendukung dan penghambat akulturasi yang terjadi.

Dengan demikian, penelitian ini dirumuskan dengan judul “Akulturasi Budaya

Masyarakat Kota (Studi Fenomenologi Penduduk Urban di Kelurahan Antang

Makassar)”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah penelitian tersebut, rumusan

masalah penelitian ini sebagai berikut;

1. Bagaimanakah wujud akultrasi budaya penduduk urban yang ada di Kelurahan

Antang Makassar?

2. Bagaimanakah strategi akulturasi budaya penduduk urban yang ada di

Kelurahan Antang Makassar?

3. Bagaimanakah dampak akulturasi budaya yang terjadi pada penduduk urban

yang ada di Kelurahan Antang Makassar?

Page 15: AKULTURASI BUDAYA MASYARAKAT KOTA (STUDI …

9

4. Bagaimanakah faktor pendukung dan penghambat akulturasi budaya yang

terjadi pada penduduk urban yang ada di Kelurahan Antang Makassar?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah tersebut, tujuan yang akan dicapai melalui

penelitian ini sebagai berikut;

1. Mendeskripsikan wujud akultrasi budaya penduduk urban yang ada di

Kelurahan Antang Makassar.

2. Mendeskripsikan strategi akulturasi budaya penduduk urban yang ada di

Kelurahan Antang Makassar.

3. Mendeskripsikan dampak akulturasi budaya yang terjadi pada penduduk urban

yang ada di Kelurahan Antang Makassar.

4. Mendeskripsikan faktor pendukung dan penghambat akulturasi budaya yang

terjadi pada penduduk urban yang ada di Kelurahan Antang Makassar.

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara

teoretis maupun praktis

1. Manfaat Teoretis

Penelitian ini nantinya diharapkan dapat memberikan khasanah ilmu

pengetahuan khususnya pada pengembangan ilmu yang terkait dengan

komunikasi dan interaksi lintas budaya khususnya berkaitan dengan pola

komunikasi lintas budaya dan akulturasi budayaIndonesia. Penelitian ini juga

dapat dijadikan referensi ilmiah bagi peneliti berikutnya.

Page 16: AKULTURASI BUDAYA MASYARAKAT KOTA (STUDI …

10

2. Manfaat Praktis

Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi

mahasiswa Universitas Muhammadiyah Makassar khususnya dan bagi seluruh

civitas akademika pada umumnya untuk bias memahami proses adaptasi jika

harus berinteraksi dengan budaya yang berbeda sehingga memunculkan

toleransi diantara partisipan komunikasi yang berbedabudaya.

Page 17: AKULTURASI BUDAYA MASYARAKAT KOTA (STUDI …

11

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Penelitian Terdahulu

Akulturasi budaya merupakan suatu wacana yang sangat menarik untuk

diteliti melihat kemajemukan dan perbedaan yang menyelimuti masyarakat

Indonesia khususnya di Sulawesi Selatan. Hal tersebut dibuktikan dengan

berbagai penelitian yang mengusung akulturasi budaya sebagai objek kajiannya

seperti yang dilakukan beberapa peneliti berikut ini;

Wekke (2013) mengkaji pertemuan antara agama Islam dan budaya lokal

Bugis di Sulawesi Selatan dengan tinjauan akulturasi budaya. Menurut Wekke,

antara agama dan tradisi lokal di masyarakat bugis terjadi proses interaksi yang

harmonis sehingga dimungkinkan adanya akulturasi budaya. Hasil penelitian

Wekke menunjukkan bahwa ada sinergi antara keteguhan dalam adat dengan

ketaatan beragama. Dengan menjadikan ade’ (adat) dan sara’ (syariat) semuanya

sebagai struktur dalam panggaderang (undang-undang sosial), maka ini

menyatukan fungsi keduanya dalam mengatur kehidupan. selanjutnya, dalam

benayak aktivitas adat telah diadaptasi dengan prinsip-prinsip ke-Islaman. Islam

diterjemahkan ke dalam perangkat kehidupan lokal dengan tetap pola yang ada

kemudian ditransformasi ke dalam esensi tauhid.Potensi lokal yang ada di

masyarakat Bugis digunakan sebagai strategi membangun spritualitas tanpa

karakter ke-Arab-an. Islam dalam dimensi masyarakat Bugis diinterpretasi sebagai

nilai dan tradisi sehingga membentuk identitas masyarakat Bugis.Akhirnya,

Page 18: AKULTURASI BUDAYA MASYARAKAT KOTA (STUDI …

12

perjumpaan adat dan agama dalam budaya masyarakat Bugis menunjukkan telah

terjadi dialog dan merekonstruksi sebuah budaya baru dalam nuansa lokal.

Junaid (2013) mengkaji secara kritis akulturasi Islam dan budaya lokal

dengan perspektif studi pustaka (literaturereview). Menurut Junaid, Islam

mengusung keuniversalan sehingga peruntukannya bukan hanya untuk etnis,

golongan, rasa, atau kebangsaan tertentu, melainkan diperuntukkan untuk semua

manusia tanpa memandang peta identitas tadi. Dengan demikian Islam memiliki

daya jangkau dan daya jelajah melampaui batas ruang dan waktu tertentu.Sebagai

konsekuensi dari karakteristiknya yang universal tersebut, Islam mempercayakan

sebuah kemampuan akulturatif terhadap lokalitas masyarakat dimanapun Islam

berada.Amat sulit dibayangkan ketika Islam hadir pada suatu komunitas lokal

tertentu, kemudian merombak semua tatanan nilai, kebiasan, budaya, dan tradisi

yang mereka anut.Harus ditegaskan bahwa arti akulturasi dalam kajian kritis

Junaid adalah bahwa tidaklah Islam dan budaya lokal dipandang sebagai dua

variabel yang benar-benar sejajar, tetapi harus dipandang sebagai hubungan yang

dinamis, dalam arti di dalamnya sangat memungkinkan terjadi pengoreksian.Hal

tersebut dapat terjadi jika bentuk-bentuk kearifan lokal tersebut benar-benar

bertolak belakang dengan nilai-nilai Islam yang paling asasi.Namun, asumsi

sebaliknya tidak dapat berlaku bahwa nilai-nilai lokal dapat mengoreksi nilai-nilai

Islam.

Sahabuddin dan Surur (2018) telah melakukan kajian terkait akulturasi

budaya khususnya pada pola permukiman tradisional di Kampung Gantarang

Lalang Bata, Kabupaten Kepulauan Selayar. Menurut Sahabuddin dan Surur,

Kampung Gantarang Lalang Bata yang ada di Kabupaten Kepulauan Selayar telah

Page 19: AKULTURASI BUDAYA MASYARAKAT KOTA (STUDI …

13

banyak melakukan komunukasi dan interaksi dengan masyarakat luar yang

berbeda kebudayaan, seperti Jawa, Melayu, dan orang-orang Eropa. Berdasarkan

fenomena tersebut, sangat dimungkinkan bahwa di Kampung Gantarang Lalang

Bata, Kabupaten Kepulauan Selayar telah terjadi sebuah akulturasi budaya.Salah

satu bentuk akulturasi budaya yang menjadi fokus kajian Sahabuddin dan Surur

adalah pola permukiman tradisionlanya.Hasil penelitian menunjukkan bahwa pola

permukiman Gantarang Lalang Bata membentuk asosiasi antar unsur manusia dan

unsur alam.Sistem keragaman budaya yang berbeda antara Hindu, Jawa, Eropa

dan Arab memiliki pengaruh terhadap pembentukan lanskap. Budaya corak Hindu

yang mengarah pada tradisi pakammik, unsur Jawa merujuk pada bangunan

masjid, keberadaan meriam sebagai atribut unsur Eropa dan tradisi serta tata ruang

berasosiasi dengan pengaruh Arab. Pengaruh budaya Jawa-Islam menjadi sisiyang

paling dominan mempengaruhi pola permukiman dan membentuk mekka keke

sebagai sense of place dari kawasan Kampungtua Gantarang Lalang Bata.

Istiqhara (2017) dalam penelitian etnografinya mengkaji tentang

pencampuran budaya antara penduduk asli (Suku Masyarakat Bugis) dengan

penduduk migrasi (Suku Bali) yang ada di Desa Tamuku, Kecamatan Bone-Bone,

Kabupaten luwu Utara, Provinsi Sulawesi Selatan.Penelitian Istiqhara didasarkan

pada pengetahuan awal tentang harmonisasi interaksi yang terjadi antara

penduduk asli dan penduduk migrasi yang ada di desa tersebut.Sebeneranya, Desa

Tamuku adalah desa yang majemuk.Di desa tersebut tedapat beragam macam

suku seperti Bugis, Bali, Jawa, Madura, Plores, dan Toraja. Namun, Istiqhara

lebih memokuskan kajiannnya terhadap pencampuran budaya Suku Bali dan Suku

Asli (Bugis) di Desa tersebut dengan alasan bahwa kedua suku tersebut yang

Page 20: AKULTURASI BUDAYA MASYARAKAT KOTA (STUDI …

14

paling dominan di Desa Tamuku. Hasil penelitian Istiqhara membuktikan bahwa

pencampuran Budaya yang terjadi antara kedua suku tersebut bersifat akulturasi.

Artinya, kedua suku menerima dengan proses adaptasi kebudayaan baru dari

masing-masing suku dan menjalankannya tanpa harus meninggalkan budaya asli.

Berdasarkan pemaparan empat hasil penelitian tersebut, belum dijumpai

adanya penelitian yang mengkaji akulturasi budaya di Sulawesi Selatan,

khususnya di Kota Makassar yang merambah pada lingkungan sosial yang lebih

kecil seperti kawasan kelurahan.Peneliti tertarik melakukan penelitian akulturasi

budaya di perkotaan dengan mengambil fokus studi di Kelurahan Antang

dikarenakan di kelurahan tersebut ditemukan kondisi interkasi masyarakat yang

majemuk namun tetap harmonis dan selaras. Kemajemukan terjadi akibat adanya

proses urbanisasi penduduk dari beberapa wilayah.

B. Tinjauan Teori

1. Pengertian Budaya

Budaya (culture) secara luas sebagai makna yang dimiliki bersama oleh

(sebagian besar) masyarakat dalam suatu kelompok sosial. Namun demikian,

karena budaya adalah nilai-nilai yang dirasakan bersama oleh suatu grup

masyarakat (berapa pun ukurannya), pemasar juga dapat menganalisis makna

budaya suatu sub budaya (geografis, usia, etnis, jenis kelamin, dan pendapatan)

atau kelas sosial (kelas atas, kelas menengah, kelas bawah).

Kotler dan Keller (2009: 294) mendefinisikan budaya sebagai berikut;

“culture is the fundamental determinant of a person’s wants and behaviors

acquired through socialization processes with family and other key institutions”

(Budaya adalah penentu fundamental dari keinginan seseorang dan perilaku yang

Page 21: AKULTURASI BUDAYA MASYARAKAT KOTA (STUDI …

15

diperoleh melalui proses sosialisasi dengan keluarga dan lembaga penting

lainnya). Dari pendapat Kotler tersebut dapat diartikan bahwa budaya (culture)

merupakan penentu keinginan dan perilaku yang paling dasar dari

seseorang.Sedangkan Prasetijo dan Ihalauw (dalam Kartini, dkk. 2019)

berpendapat bahwa budaya adalah keyakinan, nilai-nilai, perilaku dan objek-objek

materi yang dianut dan digunakan oleh komunitas atau masyarakat tertentu.

Budaya merupakan cara hidup dari masyarakat secara turuntemurun, dan

masyarakat adalah sekelompok orang yang berinteraksi di dalam daerah yang

terbatas dan yang diarahkan oleh budaya mereka.

Berdasarkan pemaparan di atas, dapat disimpulkan budaya adalah cara hidup

yang telah dikonvensi dan mencerminkan kebiasaan dan materi-materi yang

dianut dalam suatu masyarakat.

2. Pengertian Akulturasi

Menurut Suyono, dalam Rumondor (2015: 208) akulturasi merupakan

pengambilan atau penerimaan satu atau beberapa unsur kebudayaan yang berasal

dari pertemuan dua atau beberapa unsur kebudayaan yang saling berhubungan

atau saling bertemu. Berdasarkan defenisi ini tampak jelas dituntut adanya saling

pengertian antar kedua kebudayaan tersebut, sehingga akan terjadi proses

komunikasi antarbudaya. Selain itu Nardy (2012: 142) menjelaskan

“Akulturasi (acculturation atau culturecontact) adalah proses sosial yang

timbul bila suatu kelompok manusia dengan kebudayaan tertentu

dihadapkan dengan unsur-unsur dari suatu kebudayaan asing dengan

sedemikian rupa, sehingga unsur-unsur kebudayaan asing itu lambat laun

diterima dan diolah ke dalam kebudayaan sendiri tanpa menyebabkan

hilangnya kepribadian kebudayaan itu sendiri”.

Selanjutnya Hasyim (2011: 34) menjelaskan bahwa akulturasi merupakan

perpaduan antara kedua budaya yang terjadi dalam kehidupan yang serasi dan

Page 22: AKULTURASI BUDAYA MASYARAKAT KOTA (STUDI …

16

damai.Dapat disimpulkan bahwa akulturasi adalah bersatunya dua kebudayaan

atau lebih sehingga membentuk kebudayaan baru tanpa menghilangkan unsur

kebudayaan asli.Akulturasi menurut Organization for Migration (2004)

merupakan adaptasi progresif seseorang, kelompok, atau kelas dari suatu budaya

pada elemen-elemen budaya asing (ide, kata-kata, nilai, norma, perilaku).

Proses akulturasi akan segera berlangsung saat seorang transmigran

memasuki budaya lokal. Proses akulturasi akan terus berlangsung selama

transmigran mengadakan kontak langsung dengam sistem sosio-budaya lokal.

Semua kekuatan akulturatif-komunikasi persona dan sosial, lingkungan

komunikasi dan potensi akulturasi mungkin tidak akan berjalan lurus dan mulus,

tapi akan bergerak maju menuju asimilasi yang secara hipotesis merupakan

asimilasi yang sempurna.

Berdasarkan definisi akulturasi diatas kita dapat mengidentifikasi beberapa

elemen kunci seperti:

a. Dibutuhkan kontak atau interaksi antar budaya secara berkesinambungan.

b. Hasilnya merupakan sedikit perubahan pada fenomena budaya atau psikologis

antara orang-orang yang saling berinteraksi tersebut, biasanya berlanjut pada

generasi berikutnya.

c. Dengan adanya dua aspek sebelumnya, kita dapat membedakan antara proses

dan tahap; adanya aktivitas yang dinamis selama dan setelah kontak, dan

adanya hasil secara jangka panjang dari proses yang relatif stabil; hasil

akhirnya mungkin mencakup tidak hanya perubahan-perubahan pada

fenomena yang ada, tetapi juga pada fenomena baru yang dihasilkan oleh

proses interaksi budaya.

Page 23: AKULTURASI BUDAYA MASYARAKAT KOTA (STUDI …

17

Berdasarkan beberapa defenisi akulturasi diatas maka dapat disimpulkan

bahwa akulturasi merupakan suatu cara yang dilakukan sejak pertama kali

melakukan kontak agar dapat beradaptasi dengan kebudayaan baru.

3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Akulturasi

Menurut teori yang dikemukakan oleh Redfield (dalam Hasyim, 2011: 37),

terdapat tiga isu yang dapat diidentifikassi sebagai faktor yang mempengaruhi

akulturasi budaya, yaitu:

a. Kontak

Kontak merupakan hal yang penting dalam akulturasi dimana kontak

merupakan “pertemuan” antara setidaknya dua kelompok budaya atau

individu yang secara bersama-sama melakukan kontak secara

“berkesinambungan” dan “langsung”. Akulturasi dapat dikatakan nyata

apabila individu-individu atau kelompok melakukan “interaksi” pada tempat

dan waktu yang sama, bukan melalui pengalaman orang kedua (misalnya

pengalaman dari orang lain yang pernah mengalami kontak langsung dengan

budaya lain) atau kontak secara tidak langsung (misalnya melalui surat

menyurat dengan orang lain yang berbeda budaya).

b. Pengaruh timbal balik.

Berdasarkan teori Redfield pada kalimat “mengalami perubahan dalam

pola budaya asli salah satu atau kedua kelompok tersebut” memuat maksud

adanya pengaruh timbale balik dimana pada teorinya kedua kelompok saling

mempengaruhi.

c. Perubahan

Page 24: AKULTURASI BUDAYA MASYARAKAT KOTA (STUDI …

18

Perubahan merupakan salah satu aspek penting dalam kontak yang

meliputi proses yang dinamis, dan hasil yang mungkin relatif stabil. Hal ini

bermaksud bahwa mempelajari akulturasi kita dapat melihat prose situ sendiri,

seperti bagaimana perubahan dapat terjadi (pertanyaan mengenai proses), apa

yang berubah selama akukturasi (pertanyaan mengenai hasil).

Berkaitan dengan ilmu psikologi, faktor-faktor yang memperkuat potensi

akulturasi dalam taraf individu adalah faktor-faktor kepribadian seperti toleransi,

kesamaan nilai, mau mengambil resiko, keluesan kognitif, keterbukaan dan

sebagainya. Dua budaya yang mempunyai nilai-nilai yang sama akan lebih mudah

mengalami akulturasi dibandingkan dengan budaya yang berbeda nilai

4. BentukKontak Kebudayaan yang Menimbulkan Proses Akulturasi

Bentuk-bentuk kontak kebudayaan yang menimbulkan proses akulturasi

dijelaskan lebih rinci oleh Saebani (2012: 190-191) adalah sebagai berikut:

a. Kontak dapat terjadi antara seluruh masyarakat, antau antar bagian dari

masyarakat, dan terjadi semata-mata antara individu dari dua kelompok.

Namun, unsur-unsur kebudayaan asing yang saling dipresentasikan

bergantung pada jenis-jenis kelompok sosial dan status individu yang bertemu.

b. Kontak dapat diklasifikasikan antara golongan yang bersahabat dan golongan

yang bermusuhan. Dalam banyak kejadian, kontak antara bangsa dan suku

bangsa pada mulanya lebih bersifat pada permusuhan.

c. Kontak dapat timbul antara masyarakat yang dikuasai, baik secara politik

maupun ekonomi. Pada negara-negara jajahan bentuk kontak seperti ini terjadi

dalam suasana penindasan yang menimbulkan gerakan kontra akulturasi.

Yaitu masyarakat yang dijajah berusaha memberikan penilaian yang lebih

Page 25: AKULTURASI BUDAYA MASYARAKAT KOTA (STUDI …

19

tinggi kepada kebudayaan sendiri dan bergerak secara agresif.

mengembangkan kembali cara-cara hidup lama yang bersifat mengagungkan,

dan berusaha dengan jalan apaun untuk mengenyahkan penjajah.

d. Kontak kebudayaan dapat terjadi antara masyarakat yang sama besarnnya dan

berbeda besarnnya.

e. Kontak kebudayaan dapat terjadi antara aspek-aspek yang materil dan yang

non materil dari kebudayaan yang sederhana dengan kebudayaan yang

kompleks, dan antara kebudyaan yang kompleks dengan yang kompleks pula.

5. Jenis-Jenis Akulturasi

Menurut Bogardus (dalam Saebani, 2012: 145), terdapat 3 jenis dari

akulturasi, yaitu:

a. Blind acculturation. Akulturasi jenis ini terjadi ketika orang-orang dengan

budaya yang berbedaa tinggal secara berdekatan satu sama lain dan pola-pola

budaya dipelajari secara tidak sengaja.

b. Imposedacculturation. Akulturasi jenis ini terjadi ketika terdapat unsur

pemaksaan pada posisi suatu budaya oleh budaya lain.

c. Democraticacculturation. Akulturasi jenis ini terjadi ketika representasi tiap

budaya menghormati budaya lainnya

6. Kerangka Kerja Akulturasi

Menurut Berry (2017: 272) akulturasi bekerja dengan karakteristiknya

sendiri. Akulturasi memiliki kerangka kerja yang dapat menjelaskan proses

kejadian dan luarannya. Kerangka kerja terus digambarkan sebagai berikut;

Page 26: AKULTURASI BUDAYA MASYARAKAT KOTA (STUDI …

20

Gambar 2.1

Kerangka Kerja Akulturasi

Berdasarkan gambar tersebut, Berry (2017: 272) mengemukakan suatu

bentuk kerangka kerja yang mendasari serta menghubungkan akulturasi pada

tingkat kultural dan akulturasi pada tingkat psikologis.Akulturasi pada tingkat

kultural merupakan suatu bentuk akulturasi dimana perubahannya terjadi pada

tingkat kelompok.Perubahan-perubahan tersebut terlihat baik secara fisik,

biologis, politik, ekonomi, dan budaya.Pada tingkat kultural (sebelah kiri) kita

perlu memahami hal utama dari kedua kelompok budaya (A dan B) selama

periode mereka melakukan kontak, sifat hubungan antar keduanya, dan hasil dari

perubahan yang terjadi pada kedua kelompok tersebut.

Akulturasi pada tingkat psikologis merupakan suatu bentuk akulturasi

dimana perubahannya terjadi pada tingkat individu.Perubahan-perubahan tersebut

mencakup perubahan perasaan, perilaku, dan kognitif (Bery, 2001: 172).Pada

tingkat psikologis (sebelah kanan) kita harus mempertimbangkan perubahan

psikologis pada individu didalam suatu kelompok, dan akhirnya adaptasi mereka

Page 27: AKULTURASI BUDAYA MASYARAKAT KOTA (STUDI …

21

terhadap situasi baru. Perubahan tersebut dapat terlihat pada perubahan perilaku

misalnya seperti perubahan gaya bicara, cara berpakaian, cara makan, dan pada

identitas budayanya, atau jika terjadi suatu permasalahan maka akan

menghasilkan stress akulturasi misalnya seperti ketidakpastian, kecemasan,

depresi, bahkan psikopatologi (Al-Issa & Tousignant, 1997:56). Adaptasi

utamanya dapat bersifat internal, psikologis, ataupun sosialbudaya, yang

menghubungkan individu dengan yang lainnya pada kelompok yang

baru.Adaptasi dijalankan dengan upaya saling memahami antara satu budaya

dengan budaya yang lainnya.

7. Strategi Akulturasi

Berry (2017: 281) menyatakan sebuah teori yang berhubungan dengan

kerangka kerja akulturasi, yaitu strategi akulturasi. Strategi-strategi ini terdiri dari

komponen sikap dan perilaku yang ditunjukkan dalam pertemuan antar budaya

dari hari ke hari.Konsep utama dari strategi akulturasi dapat diilustrasikan dengan

melihat setiap komponen dalam kerangka pikir akulturasi (Gambar2.1).Pada

tingkat budaya, kedua kelompok yang melakukan kontak biasanya bertujuan

untuk menggabungkan kedua budaya yang ada. Tujuan darimenggabungkan

budaya tersebut juga mempengaruhi strategi yang akan digunakan.

Pada tingkat individu, perubahan perilaku dan fenomena stres akulturasi

dilihat sebagai suatu fungsi yang digunakan oleh anggota kelompok untuk

penetapan strategi yang akan digunakan. Untuk lebih jelasnya berikut ringkasan

empat bentuk identifikasi strategi akulturasi yang dinyatakan oleh Berry (2017:

271), yang ditandai dengan HC (Home Culture atau Kebudayaan asli) dan DC

(Dominan culture atau kebudayaan yang dominan):

Page 28: AKULTURASI BUDAYA MASYARAKAT KOTA (STUDI …

22

a. Integrasi

Integrasi terjadi ketika individu memiliki ketertarikan untuk

mempertahankan budaya aslinya (HC) dan pada saat yang sama

mengingkinkan adanya interaksi sehari-hari dengan kelompok lain (DC).

b. Asimilasi

Asimilasi terjadi ketika individu tidak ingin mempertahankan budaya

asli (HC) dan mencari interaksi sehari-hari dengan budaya lainnya

(DC).Kemudian budaya asli tersebut punah dan berganti dengan budaya baru

c. Separasi

Separasi terjadi ketika individu menetapkan nilai-nilai untuk

mempertahankan budaya asli (HC) dan pada saat yang sama berharap untuk

menghindari interaksi dengan orang lain (DC).

d. Marginalisasi

Marginalisai terjadi ketika individu hanya memiliki sedikit kemungkinan

atau keinginan untuk mempertahankan budaya aslinya (HC) dan disaatyang

bersamaan memiliki sedikit keinginan untuk membina hubungan dengan

orang lain (DC).

Untuk lebih mempermudah, berikut merupakan matriks strategi akulturasi

menurut Berry (2017: 285).

Tabel 2.1 Matriks Strategi Akulturasi

Conta

cct

&

Part

isip

ati

on Cultural Maintenance

Ya Tidak

Ya Integrasi (Akulturasi) Asimilasi

Tidak Separasi Marginalisasi

Sumber: Berry (2017: 285)

Page 29: AKULTURASI BUDAYA MASYARAKAT KOTA (STUDI …

23

Strategi-strategi tersebut terdiri dari dua komponen, yaitu sikap (pilihan

individu untuk berakulturasi) dan perilaku (aktifitas atau kegiatan nyata yang

dilakukan individu). Strategi mana yang akan digunakan individu bergantung

pada faktor-faktor tersebut dan terdapat beberapa konsekuensi dari strategi-

strategi tersebut.

8. Dampak Akulturasi

Saebani (2012:191) menguraikan akibat atau dampak yang ditimbulkan oleh

akulturasi yakni sebagai berikut:

a. Terjadinya perubahan cara pandang tentang kehidupan bermasyarakat dari

cara lama kepada cara yang baru, misalnya silaturahmi kepada orang tua dan

kerabat yang dulu harus dilakukan secara berhadap-hadapan, kini silaturahmi

dapat dilakukan dalam jarak jauh, melalui telepon, pesan singkat, dan lain-

lain.

b. Terjadinya perubahan cara pergaulan serta semakin terbukanya hal-hal yang

awalnya dianggap tabu, misalnya hubungan antarremaja yang semakin

terbuka.

c. Terbukanya wawasan masyarakat menuju pengetahuan yang lebih luas,

misalnya masyarakat menikmati hasil-hasil penemuan baru dan dapat

menerapkan teknologi yang canggih.

d. Perubahan mentalitas, rasa malu, dan kepiawaian masyarakat. Misalnya

perempuan lebih aktif bekerja di luar rumah, berpolitik, menjadi penguasa dan

pengusaha, dan mampu mengendalikan perusahaan besar yang awalnya hanya

dikuasai oleh kaum laki-laki.

Page 30: AKULTURASI BUDAYA MASYARAKAT KOTA (STUDI …

24

Saebani (2012:191) menambahkan bahwa dalam meneliti akulturasi, ada

lima golongan masalah mengenai akulturasi, yaitu:

a. Masalah mengenai metode-metode untuk mengobservasi, mencatat, dan

melukiskan suatu proses akulturasi dalam suatu masyarakat.

b. Masalah mengenai unsur-unsur kebudayaan asing apa yang mudah diterima,

dan unsur-unsur kebudayaan asing apa yang sukar diterima oleh masyarakat

penerima.

c. Masalah mengenai unsur-unsur kebudayaan apa yang mudah diganti atau

diubah, dan unsur-unsur apa yang tidak mudah diganti atau diubah oleh unsur-

unsur kebudayaan asing.

d. Masalah mengenai individu-individu apa yang suka dan cepat menerima, dan

individu-individu apa yang sukar dan lambat menerima unsur-unsur

kebudayaan asing.

e. Masalah mengenai ketegangan-ketegangan dan krisis-krisis sosial yang timbul

sebagai akibat akulturasi.

9. Unsur Budaya yang Diakulturasi

Kebudayaan sangat erat hubungannya dengan masyarakat.Menurut Melville

dan Malinowski (1997: 158), segala sesuatu yang terdapat dalam masyarakat

ditentukan oleh kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat itu sendiri.Herskovits

memandang kebudayaan sebagai sesuatu yang turun temurun dari satu generasi ke

generasi berikutnya. Oleh sebab itu, maka perlu adanya pengkajian unsur-unsur

kebudayaan untuk mengetahui kebudayaan apa yang ada dan terjadi dalam suatu

masyarakat. Hal ini karena setiap tempat memiliki kebudayaan yang berbeda-beda

antara satu dengan yang lainnya.

Page 31: AKULTURASI BUDAYA MASYARAKAT KOTA (STUDI …

25

Koentjaraningrat (2014: 66) menjelaskan bahwa kebudayaan mempunyai

tujuh unsur, yaitu: (1) bahasa; (2) sistem pengetahuan; (3) organisasi sosial; (4)

sistem peralatan hidup dan teknologi; (5) sistem mata pencaharian hidup; (6)

sistem religi; dan (7) kesenian. Komponen-komponen atau unsur-unsur utama dari

kebudayaan masyarakat antara lain:

a. Peralatan dan perlengkapan hidup (teknologi)

Teknologi merupakan salah satu komponen kebudayaan.Teknologi

menyangkut cara-cara atau teknik memproduksi, memakai,serta memelihara

segala peralatan dan perlengkapan.Teknologimuncul dalam cara-cara manusia

mengorganisasikan masyarakat,dalam cara-cara mengekspresikan rasa

keindahan, atau dalammemproduksi hasil-hasil kesenian. Masyarakat kecil

yang berpindahpindahatau masyarakat pedesaan yang hidup dari pertanian

palingsedikit mengenal delapan macam teknologi tradisional (disebut

jugasistem peralatan dan unsur kebudayaan fisik), yaitu: (1) alat-alatproduktif;

(2) senjata; (3) wadah; (4) alat-alat menyalakan api;(5) makanan; (6) pakaian;

(7) tempat berlindung dan perumahan; dan(8) alat-alat transportasi

(Koentjaraningrat, 2016: 67).

b. Sistem mata pencaharian hidup

Perhatian para ilmuwan pada sistem mata pencaharian ini terfokus pada

masalah-masalah mata pencaharian tradisional saja, di antaranya: (1) berburu

dan meramu; (2) beternak; (3) bercocok tanam di ladang ; (4) menangkap

ikan. Padahal pada saat ini sistem mata pencaharian hidup manusia sangat

beragam dan terspesialisasi.Begitu beragam dan terspesialisasinya mata

Page 32: AKULTURASI BUDAYA MASYARAKAT KOTA (STUDI …

26

pencaharian hidup manusia sehingga tidak mungkin untuk dituliskan atau

disebutkan di sini (Koentjaraningrat, 2016: 68).

c. Sistem kekerabatan dan organisasi sosial

Sistem kekerabatan merupakan bagian yang sangat pentingdalam

struktur sosial.Sistem kekerabatan suatu masyarakat dapatdipergunakan untuk

menggambarkan struktur sosial dari masyarakatyang

bersangkutan.Kekerabatan adalah unit-unit sosial yang terdiridari beberapa

keluarga yang memiliki hubungan darah atau hubunganperkawinan.Anggota

kekerabatan terdiri atas ayah, ibu, anak,menantu, cucu, kakak, adik, paman,

bibi, kakek, nenek danseterusnya. Dalam kajian sosiologi antropologi, ada

beberapa macamkelompok kekerabatan dari yang jumlahnya relatif kecil

hingga besarseperti keluarga ambilineal, klan, fatri, dan paroh masyarakat

(Koentjaraningrat, 2016: 69).

Di masyarakat umum kita juga mengenal kelompok kekerabatan lain

seperti keluarga inti, keluarga luas, keluarga bilateral, dan keluarga unilateral.

Sementara itu, organisasi sosial adalah perkumpulan sosial yang dibentuk oleh

masyarakat, baik yang berbadan hukum maupun yang tidak berbadan hukum,

yang berfungsi sebagai sarana partisipasi masyarakat dalam pembangunan

bangsa dan negara.Sebagai makhluk yang selalu hidup bersama-sama,

manusia membentuk organisasi sosial untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu

yang tidak dapat mereka capai sendiri (Koentjaraningrat, 2014: 72).

d. Bahasa

Bahasa adalah alat atau perwujudan budaya yang digunakan manusia

untuk saling berkomunikasi atau berhubungan, baik lewat tulisan, lisan,

Page 33: AKULTURASI BUDAYA MASYARAKAT KOTA (STUDI …

27

ataupun gerakan (bahasa isyarat), dengan tujuan menyampaikan maksud hati,

kehendak atau kemauan kepada lawan bicaranya atau orang lain. Melalui

bahasa, manusia dapat menyesuaikan diri dengan adat istiadat, tingkah laku,

tata karma masyarakat, dan sekaligus mudah membaurkan dirinya dengan

segala bentuk masyarakat.Bahasa memiliki beberapa fungsi yang dapat dibagi

menjadi fungsi umum dan fungsi khusus. Fungsi bahasa secara umum adalah

sebagai alat untuk berekspresi, berkomunikasi , dan alat untuk mengadakan

integrasi dan adaptasi sosial. Sedangkan fungsi bahasa secara khusus adalah

untuk mengadakan hubungan dalam pergaulan sehari-hari, mewujudkan seni

(sastra), mempelajari naskahnaskah kuna, dan untuk mengeksploitasi ilmu

pengetahuan dan teknologi (Koentjaraningrat, 2016: 71).

e. Kesenian

Kesenian mengacu pada nilai keindahan (estetika) yangberasal dari

ekspresi hasrat manusia akan keindahan yang dinikmatidengan mata ataupun

telinga. Sebagai makhluk yang mempunyai citarasa tinggi, manusia

menghasilkan berbagai corak kesenian mulai dariyang sederhana hingga

perwujudan kesenian yang kompleks (Koentjaraningrat, 2016: 71).

f. Sistem kepercayaan

Ada kalanya pengetahuan, pemahaman, dan daya tahan fisikmanusia

dalam menguasai dalam menguasai dan mengungkap rahasiarahasiaalam

sangat terbatas. Secara bersamaan, muncul keyakinanakan adanya penguasa

tertinggi dari sistem jagad raya ini, yang jugamengendalikan manusia sebagai

salah satu bermasyarakat, manusiatidak dapat dilepaskan dari religi atau

sistem kepercayaan kepadapenguasa alam semesta. Agama dan sistem

Page 34: AKULTURASI BUDAYA MASYARAKAT KOTA (STUDI …

28

kepercayaan lainnyaseringkali terintegrasi dengan kebudayaan.Agama

(religion), yangberasal dari bahasa Latin religare, yang berarti menambatkan),

adalahsebuah unsur kebudayaan yang penting dalam sejarah umat

manusia.Agama didefinisikan sebagai sebagaiajaran, sistem yang mengatur

tata keimanan, kepercayaan, danperibadatan kepada Tuhan Yang Mahakuasa

serta tata kaidah yangberhubungan dengan pergaulan manusia dan manusia

sertalingkungannya (KBBI, 2008).

Pengertian itu jugalah yang terdapat dalam kata religion (bahasa Inggris)

yang berasal dari kata religio (bahasa Latin), yang dibagi menjadi fungsi

umum dan fungsi khusus. Fungsi bahasa secara umum adalah sebagai alat

untuk berekspresi, berkomunikasi , dan alat untuk mengadakan integrasi dan

adaptasi sosial. Sedangkan fungsi bahasa secara khusus adalah untuk

mengadakan hubungan dalam pergaulan sehari-hari, mewujudkan seni

(sastra), mempelajari naskah-naskah kuna, dan untuk mengeksploitasi ilmu

pengetahuan dan teknologi.

g. Sistem ilmu dan pengetahuan

Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui manusia tentang

benda, sifat, keadaan, dan harapan-harapan.Pengetahuan dimiliki oleh semua

suku bangsa di dunia.Mereka memperoleh pengetahuan melalui pengalaman,

intuisi, wahyu, dan berpikir menurut logika, atau percobaan-percobaan yang

bersifat empiris (trial and error) (Koentjaraningrat, 2016: 73). Sistem

pengetahuan tersebut dikelompokkan menjadi: (1) pengetahuan tentang alam;

(2) pengetahuan tentang tumbuh-tumbuhan dan hewan di sekitarnya; (3)

Page 35: AKULTURASI BUDAYA MASYARAKAT KOTA (STUDI …

29

pengetahuan tentang tubuh manusia, pengetahuan tentang sifat dan tingkah

laku sesama manusia; dan (4) pengetahuan tentang ruang dan waktu.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa komponen atau unsur

kebudayaan yang dapat diakulturasi dari sebuah kontak budaya meliputi tujuh

unsur yaitu (1) bahasa; (2) sistem pengetahuan; (3) organisasi sosial; (4) sistem

peralatan hidup dan teknologi; (5) sistem mata pencaharian hidup; (6) sistem

religi; dan (7) kesenian

10. Hal-Hal Penting Mengenai Penelitian Akulturasi

Berry (2017: 291) menyebutkan beberapa bagian yang sangat penting untuk

diperhatikan oleh seorang peneliti jika hendak mengkaji tentang akulturasi

budaya. Hal tersebut dapat dijadikan sebagai panduan riset akulturasi. Adapun

bagian penting tersebut sebagai berikut:

a. Keadaan masyarakat penerima sebelum proses akulturasi mulai berjalan.

Bahan mengenai keadaan masyarakat penerima sebenarnya merupakan

bahan tentang sejarah dari masyarakat yang bersangkutan.Apabila ada

sumber-sumber tertulis, maka bahan itu dapat dikumpulkan dengan

menggunakan metode yang biasa dipakai oleh para ahli sejarah. Bila sumber

tertulis tidak ada, peneliti harus mengumpulkan bahan tentang keadaan

masyarakat penerima yang kembali sejauh mungkin dalam ruang waktu,

misalnya dengan proses wawancara. Dengan demikian, seorang peneliti dapat

mengetahui keadaan kebudayaan masyarakat penerima sebelum proses

akulturasi mulai berjalan. Saat inilah yang disebut “titik permulaan dari proses

akulturasi” atau base line of acculturation. Hal ini dapat memudahkan

peneliti dalam melihat dan menilai sejauh mana perubahan yang terjadi.

Page 36: AKULTURASI BUDAYA MASYARAKAT KOTA (STUDI …

30

b. Individu-individu dari kebudayaan asing yang membawa unsur-unsur

kebudayaan asing.

Individu-individu ini disebut juga agents of acculturation. Pekerjaan dan

latar belakang dari agents of acculturation inilah yang akan menentukan corak

kebudayaan dan unsur-unsur apa saja yang akan masuk ke dalam suatu daerah.

Hal ini terjadi karena dalam suatu masyarakat, apalagi jika masyarakat itu

adalah masyarakat yang luas dan kompleks, warga hanya mengetahui sebagian

kecil dari kebudayaannya saja, biasanya yang berkaitan dengan profesi dan

latar belakang warga tersebut.

c. Saluran-saluran yang dilalui oleh unsur-unsur kebudayaan asing untuk masuk

ke dalam kebudayaan penerima.

Hal ini penting untuk mengetahui gambaran yang jelas dari suatu proses

akulturasi. Contohnya adalah apabila kita ingin mengetahui proses yang harus

dilalui oleh kebudayaan pusat untuk masuk ke dalam kebudayaan daerah,

maka saluran-salurannya adalah melalui sistem propaganda dari partai-partai

politik, pendidikan sekolah, garis hirarki pegawai pemerintah, dan lain-lain.

d. Bagian-bagian dari masyarakat penerima yang terkena pengaruh unsur-unsur

kebudayaan asing tadi

Unsur-unsur kebudayaan asing yang diterima tiap golongan-golongan

dalam masyarakat berbeda-beda.Oleh karena itu, penting untuk mengetahui

bagian-bagian mana dari masyarakat penerima yang terkena pengaruh unsur-

unsur kebudayaan asing tersebut.

e. Reaksi para individu yang terkena unsur-unsur kebudayaan asing.

Terbagi menjadi dua reaksi umum, yaitu reaksi “kolot” dan reaksi

“progresif”. Reaksi “kolot” adalah reaksi menolak unsur-unsur kebudayaan

asing, yang pada akhirnya akan menyebabkan pengunduran diri pihaknya dari

Page 37: AKULTURASI BUDAYA MASYARAKAT KOTA (STUDI …

31

kenyataan kehidupan masyarakat, kembali ke kehidupan mereka yang sudah

kuno. Reaksi “progresif” adalah reaksi yang berlawanan dengan”kolot”, reaksi

yang menerima unsur-unsur kebudayaan asing.

11. Pengertian Urbanisasi

Ningsih (2002: 43) mengemukakan bahwa dalam rangka menemukan

sebuah definisi atau konsepsi urbanisasidiperlukan beberapa pertimbangan,

dimana pertimbangan ini didasarkanatas sifat yang dimiliki arti dan istilah

urbanisasi, yaitu multi-sektoral dan kompleks.

a. Dari segi demografi, urbanisasi dilihat sebagai suatu proses yang ditunjukkan

melalui perubahan penyebaran penduduk dalam suatu wilayah. Masalah-

masalah mengenai kepadatan penduduk berakibatlanjut terhadap masalah

perumahan dan masalah kelebihan tenaga kerja menjadi masalah yang sangat

merisaukan karena dapat menghambat pembangunan. Pemerintah secara

khusus menangani masalah perumahan dengan diadakannya Departemen

Perumahan.

b. Dari segi ekonomi, urbanisasi adalah perubahan struktural dalamsector mata

pencaharian. Ini dapat dilihat dari banyaknya pendudukdesa yang

meninggalkan pekerjaannya di bidang pertanian, beralihbekerja menjadi buruh

atau pekerja kasar yang sifatnya non agraris dikota. Masalah-masalah yang

menyangkut mata pencaharian sector informasi atau yang lebih dikenal

dengan istilah pedagang kaki lima.

c. Dalam pengertian sosiologi maka urbanisasi dikaitkan dengan sikap hidup

penduduk dalam lingkungan pedesaan yang mendapat pengaruh dari

kehidupan kota. Dalam hal ini apakah mereka dapat bertahan pada cara hidup

Page 38: AKULTURASI BUDAYA MASYARAKAT KOTA (STUDI …

32

desa ataukah mereka mengikuti arus cara hidup orang kota yang belum

mereka kenal secara mendalam, sehingga akan dapat menimbulkan masalah-

masalah sosiologis yang baru. Dari segi sosiologi, urbanisasi dapat

menimbulkan lapisan social yang baru dan menjadi beban kota, karena

kebanyakan dari mereka yang tidak berhasil hidup layak di kota akan menjadi

penggelandang membentuk daerah slum atau daerah hunian liar.

d. Dari segi geografi, urbanisasi ini dilihat dari segi distribusi, difusi perubahan

dan pola menurut waktu dan tempat, hal ini tercermin dari pernyataan:

“Geography deals first and foremost with spatial aspects of urbanization,

it’s purpose being to reveal it’s forms geography variants and types and

the specific features of the particular course taken by urbanization under

the impact of different social, economic and natural conditions” (Marbun,

2011: 24)

Pernyataan di atas menyatakan jika ditinjau dari konsep keruangan dan

ekologis, urbanisasi merupakan gejala geografis karena adanya gerakan atau

perpindahan penduduk dari satu wilayah atau perpidahan penduduk ke luar

wilayahnya. Hal ini terjadi karena pengaruh kondisi sosial, ekonomi dan alam

yang berbeda

Kata Urbanisasi atau urbanization didefinisikan oleh Munir (2000: 69)

sebagai bertambahnya proporsi penduduk yang berdiam di daerah kota yang

disebabkan oleh proses perpindahan penduduk ke kota atau akibat dari perluasan

daerah kota. Urbanisasi dapat terjadi melalui dua cara yaitu; perpindahan

penduduk dari desa ke kota (rural urban migration) dan kedua karena berubahnya

daerah pedesaan yang karena beberapa faktor lambat laun menjadi daerah

perkotaan (Sinulingga, 2013: 61). Pada umunya di negara-negara maju tingkat

Page 39: AKULTURASI BUDAYA MASYARAKAT KOTA (STUDI …

33

urbanisasi sangat tinggi dibanding di negara-negara berkembang. Urbanisasi

dipandang pula sebagai suatu proses dalam arti sebagai berikut:

a. Meningkatnya jumlah penduduk kota menjadi lebih banyak sebagai akibat dari

pertambahan penduduk, baik oleh hasil fertilitas penghuni kota maupun

karena adanya tambahan penduduk dari desa yang bermukim dan berkembang

di kota.

b. Bertambahnya jumlah kota dalam suatu negara atau wilayah sebagai akibat

dari perkembangan ekonomi, budaya dan teknologi yang baru.

c. Berubahnya kehidupan desa atau suasana desa menjadi kehidupan kota. Knox

(dalam Soetomo 2009: 38) menjelaskan pengertian urbanisasi sebagai suatu

proses perubahan: “Urbanization is a process of changes: size, densities and

composition of population, economic structure and human behavior”.

Knox (dalam Soetomo 2009: 41) menjelaskan urbanisasi sebagai proses

perubahan ukuran suatu kota, penambahan komposisi penduduk, dan perubahan

struktur ekonomi. Lebih lanjut, Knox merumuskan proses urbanisasi sebagai

proses yang dimotori oleh perubahan ekonomi yang mendorong dan di dorong

oleh faktor-faktor menusia, sumber daya alam dan teknologi (sumber daya buatan)

dan menghasilkan keluaran keadaan ekonomi, sosial dan fisik serta masalah-

masalah yang menjadi bahan yang harus di atasi dalam penentuan kebijakan

pembangunan kota. Model yang dikemukakan oleh Knox tersebut seperti yang

terlihat pada gambar 2.2 berikut ini;

Page 40: AKULTURASI BUDAYA MASYARAKAT KOTA (STUDI …

34

Gambar 2.2

Proses Urbanisasi Paul Knox (dalam Soetomo, 2009: 43)

Gambar di atas terlihat tiga kelompok kejadian, yang pertama adalahproses

perubahan atau urbanisasi itu sendiri dan faktor ekonomi memotori Dalam

diagram terlihat tiga kelompok kejadian, yang pertama adalah proses perubahan

atau urbanisasi itu sendiri dan faktor ekonomi memotori yang mendorong

perubahan pada segala aspek: kependudukan, politik, budaya, sosial, teknologi,

sumber daya lingkungan, dan hasil-hasil sejarah. Dan yang ke dua adalah hasil

perubahan tersebut, dalam proses urbanisasi kearah internal dalam kota

menghasilkan produk-produk fisik lingkungan atau morfologi kota, interaksi

sosial atau ekologi sosial, pemanfaatan lahan, menciptakan kehidupan perkotaan

dalam segala aspek (sosial, politik,ekonomi, budaya) atau yang disebut juga

urbanism. Sedangkan ke arah eksternal menciptakan urban system dalam lingkup

sistem regional baik fisik maupun non fisik (sosial, ekonomi, budaya, politik atau

penguasaan wilayah). Proses urbanisasi dengan produk-produknya merupakan

hasil bentuk pembangunan itu sendiri dari seluruh aspek kehidupan dan fisik

lingkungan serta pada berbagai skala: dari lingkungan pemukiman, kota, regional,

nasional dan internasional.

Page 41: AKULTURASI BUDAYA MASYARAKAT KOTA (STUDI …

35

12. Sebab- Sebab Urbanisasi

Lee (2014: 79) menyebutkan bahwa pada umumnya dapat dikemukakan tiga

sebab urbanisasi yaitu: (a) arus perpindahan penduduk dari desa ke kota, (b)

pertambahan penduduk secara alami, (c) tetariknya pemukiman pedesaan ke

dalam konteks kota.

a. Migrasi

Arus perpindahan dari desa ke kota biasanya dipandang sebagai salah

satu faktor penyebab utama yang menjadi dasar proses urbanisasi. Pada

umumnya perpindahan penduduk dari desa ke kota dipengaruhi oleh tiga

faktor yaitu; faktor pendorong, faktor penarik, dan faktor penghambat atau

penghalang.

1) Faktor pendorong utama adalah kondisi daerah asal

(pedesaan),diantaranya adalah tekanan ekonomi, jumlah keluarga yang

banyak,lapangan usaha, dan pekerjaan terbatas serta fasilitas hidup yang

terbataspula.

2) Faktor penarik merupakan faktor yang berasal dari kota yangmeliputi:

tersedianya bebagai fasilitas hidup yang lebih baik, terbukanyalapangan

usaha dan pekerjaan, tingkat upah dan gaji yang relatif lebihdaripada

penghasilan di desa. Semua faktor-faktor ini menyebabkantingkat sosial

ekonomi masyarakat perkotaan relatif lebih tinggidibandingkan

masyarakat pedesaan dan hal ini yang menjadi daya Tarik masyarakat desa

untuk pindah dari desa ke kota.

3) Faktor ketiga adalah faktor penghalang atau penghambat bagi para

pendatang yang antara lain meliputi: jarak antar kota dan desa cukup jauh

Page 42: AKULTURASI BUDAYA MASYARAKAT KOTA (STUDI …

36

serta kurang tersedianya alat transportasi dan komunikasi di desa sehingga

kota sulit terjangkau serta pertimbangan-pertimbangan lain seperti ketidak

pastian untuk meraih kehidupan yang lebih baik di kota menjadi

pertimbangan bagi penduduk desa untuk pindah ke kota. Faktorpendorong

dan faktor penarik secara bersama-sama akan menimbulkanarus migrasi

(perpindahan) penduduk dari desa ke kota yang menjaditinggi bahkan

melebihi pertumbuhan daya serap kota dalam menampungjumlah

pendatang baru. Kondisi seperti ini disebut “over urbanization” atau

urbanisasi berlebih, dimana kondisi seperti ini dapat menimbulkan

berbagai dampak.

b. Pertumbuhan alamiah

Pertumbuhan penduduk alamiah adalah pertumbuhan penduduk yang

dipengaruhi oleh kelahiran (fertilitas) dan kematian (mortalitas). Fertilitas

adalah proses lahirnya seorang bayi dari rahim perempuan dengan adanya

tanda-tanda kehidupan seperti bernafas, menangis dan bergerak, sedangkan

mortalitas adalah peristiwa hilangnya semua tandatanda kehidupan secara

permanen yang bisa terjadi tiap saat setelah kelahiran hidup (Junaidi, 2009).

Suatu wilayah dikatakan tengah mengalami pertumbuhan penduduk apabila

terdapat selisih positif antara kelahiran dan kematian. Pertambahan penduduk

melalui proses salami ini menjadi semakin besar karena adanya perbaikan-

perbaikan besar dalam pemeliharaan kesehatan.

c. Reklasifikasi wilayah

Pengertian reklasifikasi wilayah mencakup pengertian diubahnya status

suatu wilayah yang dahulunya desa menjadi bagian dari wilayah

Page 43: AKULTURASI BUDAYA MASYARAKAT KOTA (STUDI …

37

perkotaan.Hal itu berarti penduduk yang tinggal di daerah yang mengalami

reklasifikasi akan dihitung sebagai penduduk kota.

13. Dampak Urbanisasi Berlebih

Urbanisasi berlebih di Indonesia menimbulkan dampak baik dampak positif

maupun dampak negatif (Graeme dalam Junaidi, 2009: 35).Dampak positif adalah

dampak yang dialami oleh daerah yang ditinggalkan (daerah

pedesaan)diantaranya adalah meningkatnya pendapatan, kesehatan,

kesejahteraan,perubahan sosial serta meningkatnya peran secara tradisional

(khususnyawanita).Sedangkan dampak negatifnya untuk daerah perkotaan

diantaranyaadalah meningkatnya pengangguran dan setengah pengangguran.

Pertambahan kesempatan kerja yang terbuka di kota tidak dapat

mengimbangi tenaga kerja pendatang dari desa. Penduduk pendatang dari desa

dapat diklasifikasikan ke dalam dua kelompok yaitu: kelompok yang

berpendidikan serta memiliki ketrampilan atau keahlian dan kelompok yang tidak

berpendidikan serta tidak memiliki ketrampilan atau keahlian. Kelompok yang

berpendidikan berharap untuk mendapatkan pekerjaan yang sesuai dengan

pendidikan serta keahliannya di kota, sementara yang tidak berpendidikan

bersedia mendapatkan pekerjaan apa saja asalkan dapat memberikan penghasilan.

Kesenjangan antara jumlah pencari kerja dengan kesempatan kerja yang terbuka

di kota-kota menimbulkan masalah yang serius yaitu bertambahnya jumlah

pengangguran dan setengah pengangguran. Kondisi yang demikian ini

menciptakan dampak yaitu; (a) Tingkat kesejahteraan menurun (ditandai dengan

tidak sebandingnya pendapatan riil dengan pengeluaran riil); (b) Meningkatnya

persaingan untuk mendapatkan fasilitas pendidikan; (c) Munculnya daerah kumuh

Page 44: AKULTURASI BUDAYA MASYARAKAT KOTA (STUDI …

38

(tak layak huni); (d) Meningkatnya kriminalitas; (e) Banyaknya tuna wisma dan

tuna karya; (f) Meningkatnya tingkat kebisingan dan lain-lain yang menyebabkan

kota menjadi kurang nyaman.

14. Konsep Perkotaan

Istilah kota berasal dari sejarah perkotaan di Eropa kuno. Pada zaman

Yunani Kuno kota-kota yang padat pada saat itu dianggap sebagai republik kecil,

letaknya terpencar-pencar di wilayah pegunungan yang dinamakan “polis”. kota-

kota pada waktu itu berupa benteng pasukan pendudukan romawi di negeri-negeri

Eropa yang disebut “urbis” dan lahan di luar kota di atas parit-parit yang

mengelilingi benteng disebut “suburbis”. Dari istilah-istilah ini kemudian muncul

istilah “urban” dan “suburban”, sedangkan pedesaan di luar kota penduduknya

adalah petani disebut “Ru” dan dari sinilah timbul istilah “rural”. Sementara itu

suatu benteng dinamakan Kota apabila menjadi pusat perdagangan dan

pertukangan yang memungkinkan berfungsinya pasar dalam kota (Daldjoeni,

1986: 12).

Menurut Sullivan, A.O. (2003: 56) daerah urban (urban area) adalah suatu

daerah dengan tingkat kepadatan penduduk yang relatif lebih tinggi daripada

daerah lain. Daerah urban dicirikan dengan kegiatan pemukiman yang dominan di

sektor non-agraris dan menjadi pusat kegiatan perekonomian (yaitu produksi,

distribusi dan konsumsi) baik untuk daerah itu sendiri maupun untuk daerah di

sekitarnya (hinterland).

Di Indonesia, jumlah penduduk merupakan ukuran besar kecilnya kota. Kota

kecil adalah kota yang mempunyai jumlah penduduk antara 5.000 sampai dengan

50.000 orang, kota sedang yaitu kota yang berpenduduk antara 50.000 orang

Page 45: AKULTURASI BUDAYA MASYARAKAT KOTA (STUDI …

39

sampai dengan 500.000 orang, sedangkan kota besar adalah kota yang

berpenduduk 500.000 ke atas (Reksohadiprodjo, 2001: 24). Kota yang memiliki

penduduk lebih dari satu juta orang disebut kota Metropolitan, yaitu suatu wilayah

yang memiliki ciri sebagai suatu pusat perdagangan, industri, budaya dan

pemerintahan yang dikelilingi oleh daerah semi urban (suburban), kawasan

perumahan atau kota-kota kecil yang digunakan sebagai tempat tinggal.

15. Teori Perkembangan Kota

Urbanisasi bukanlah fenomena kependudukan semata, namun juga terkait

dengan berbagai dimensi sosio-ekonomi.Terlebih lagi urbanisasi terkait dengan

perkembangan kegiatan pertanian yang mengakibatkan dislokasi tenaga kerja

pertanian (Davis dalam Reksohadiprodjo,2001: 24).).Teori ini mengisyaratkan

terdapatnya kaitan antara industrialisasi dan perkembangan

perkotaan.Perkembangan industri perkotaan akan memicu migrasi desa-kota yang

akhirnya mendorong lebih jauh ke arah urbanisasi.

Teori klasik, seperti central-place-theory yang dikemukakan oleh Christaller

mengilhami model perkembangan kota. Dari sudut pandang geografi, teori ini

memiliki dua konsep yaitu: threshold (jarak jangkauan minimal untuk dapat

bertahan) dan range (jarak jangkauan sesungguhnya yang dapat dicapai). Jika

dalam sebuah pasar threshold lebih besar dibanding range, maka ia akan mati, dan

sebaliknya jika range lebih besar daripada threshold, maka pasar itu akan

berkembang dan bahkan tumbuhmenjadi daerah perkotaan.

Teori klasik yang cukup banyak dianut di kalangan geografi ini sebenarnya

belum dapat memberikan gambaran yang memadai mengenai urbanisasi

kontemporer.Teori klasik umumnya hanya melihat ke dalam ketika menjelaskan

Page 46: AKULTURASI BUDAYA MASYARAKAT KOTA (STUDI …

40

faktor-faktor penyebab perkembangan perkotaan. Peran proses (ekonomi) global

yang memunculkan fenomena kota-kota global (global cities) tidak mendapat

perhatian. Padahal, internasionalisasi produksi, jasa dan kapital yang dimotori

oleh perusahaan transnasional amat besar peranannya dalam mempengaruhi

perkembangan kota-kota yang terlibat dalam proses tersebut. Menurut McGee dan

Douglas (1995 dalam Firman 1996: 78), proses urbanisasi yang terjadi di Asia

dewasa ini pada dasarnya mencerminkan integrasi kota-kota ke dalam sistem

ekonomi global, yang digerakan oleh akumulasi kapital pada skala dunia. Proses

ini disebut pula sebagai megaurbanization, yang tampaknya akan menjadi

kecenderungan (trends) urbanisasi di Asia, termasuk Indonesia.

Lebih jauh, Amstrong dan McGee (1985 dalam Chotib 2002: 73)

mengajukan teori tentang pembentukan kota-kota berdasarkan penelitiannya di

Asia dan Amerika Latin.Mereka mengemukakan bahwa kota-kota pada dasarnya

“teater dari akumulasi kapital” yang mengalami penetrasi ke negara-negara

berkembang. Meskipun urbanisasi yang terjadi di negara berkembang merupakan

bagian integrasi dari akumulasi kapital di negara maju, namun dalam proses

perkembangannya terdapat banyak perbedaan. Perbedaan ini bertitik tolak dari

kenyataan demografi dan ekonomi yang terjadi di negara berkembang. Itu sebabya

urbanisasi yang terjadi di negara berkembang dikatakan sebagai “pseudeo

urbanization”, dari pada “true urbanization” di negara maju.

Teori yang menekankan adanya interaksi antara sistem produksi dan regulasi

pada tingkat nasional, perspektif globalisasi dan modernisasi dikembangkan

dalam sebuah model perkembangan perkotaan yang lebih komprehensif, yaitu

teori regulasi (Prabatmodjo, 2000: 51).Model tersebut mencakup faktor-faktor

Page 47: AKULTURASI BUDAYA MASYARAKAT KOTA (STUDI …

41

struktural pada tingkat internasional maupun nasional/regional serta faktor sosial-

demografi.Perkembangan perkotaan dan urbanisasi merupakan resultan

bekerjanya faktor-faktor tersebut.

Gambar 2.3

Model Perkembangan Kota(Prabatmojo, 2000: 45)

16. Struktur Perkotaan

Struktur perkotaan dalam suatu wilayah menentukan maju atautidaknya

pembangunan di wilayah bersangkutan.Struktur perkotaan adalahkondisi

perkotaan di suatu wilayah yang biasanya diidentifikasi berdasarkanjumlah

penduduk yang tinggal di perkotaan (tingkat urbanisasi) tersebut.Struktur

perkotaan di masing-masing wilayah juga berbeda, tergantung padafaktor-faktor

Page 48: AKULTURASI BUDAYA MASYARAKAT KOTA (STUDI …

42

yang menarik di wilayah kota yang bersangkutan, seperti lapangan kerja yang

tersedia beserta besarnya upah dan juga infrastrukturyang tersedia di kota tersebut.

Daerah perkotaan yang memiliki faktorpenarik yang lebih banyak cenderung

diikuti oleh jumlah penduduk diperkotaan tersebut semakin besar. Sebagaimana

dijelaskan oleh Ghalib(dalam Chotib 2006: 71) bahwa penduduk memerlukan

pekerjaan yangproduktif atau pekerjaan yang layak, sehingga banyak penduduk

yangmemilih tinggal di kota dari pada di desa.

Tumbuh berkembangnya sektor non-primer (proses industrialisasi) disuatu

daerah bisa merupakan akibat gagalnya sektor pertanian tetapi bisajuga akibat

berhasilnya sektor pertanian di suatu daerah.Sektor pertanianyang gagal

berkembang bisa disebabkan oleh beberapa hal seperti kurangmemadainya

teknologi yang diperlukan, rendahnya kualitas SDM atautenaga kerja dan

berpindahnya tenaga kerja di sektor tersebut ke sektor nonprimer.Akibatnya

produktivitas sektor pertanian tersebut menjadi rendahyang berakibat rendahnya

pendapatan.Rendahnya pendapatan inimenyebabkan penduduk yang bekerja di

sektor itu memiliki taraf hidupyang rendah. Didorong oleh keinginan untuk

memperbaiki taraf hidupnyamaka banyak pekerja di sektor primer tersebut pindah

ke sektor non primeryang dianggap mampu memberikan upah yang lebih besar,

dan ini sangatmenunjang berkembangnya proses industrialisasi di suatu daerah.

Berhasilnya pembangunan sektor pertanian juga menunjangtumbuhnya

industrialisasi di suatu daerah. Berkembangnya sektor pertaniandi suatu daerah

perlu ditunjang oleh ketersediaan peralatan maupun bahan bahan lain guna

meningkatkan produktivitas sektor pertanian tersebut. Hal ini mendorong

tumbuhnya industri untuk menghasilkan input bagi sector pertanian tersebut

Page 49: AKULTURASI BUDAYA MASYARAKAT KOTA (STUDI …

43

seperti pupuk, penyediaan bibit maupun penyediaan mesin-mesin guna produksi

sektor pertanian tersebut. Selain itu apabila produksi hasil pertanian itu dapat

optimal dan berkualitas, maka hal ini akan mendororng tumbuhnya industri

pengolahan hasil pertanian. Tumbuhnya industri-industri ini baik industri

penyedia input pertanian maupun pengolahan hasil pertanian ini, akan mendorong

tumbuhnya proses industrialisasi lebih lanjut yang pada akhirnya akan

mempengaruhi proses urbanisasi di daerah yang bersangkutan.

C. Kerangka Pikir

Makassar merupakan Ibukota Provinsi Sulawesi Selatan. Dengan status

tersebut, Makassar menjadi kota tujuan banyak orang dengan berbagai

kepentingan di dalamnya, seperti menempuh pendidikan, kunjungan wisata,

kepentingan dinas, bahkan mencari pekerjaan dan bermukim atau menetap

sebagai warga ibukota, yang demikian itu disebut sebagai urbanisasi.

Urbanisasi merupakan proses perpindahan penduduk dari daerah perdesaan

ke perkotaan dengan cara-cara dimana setiap populasi tersebut berusaha

beradaptasi dengan kondisi yang baru.Masyarakat urban di Kota Makassar dapat

dijumpai di beberapa wilayah kelurahan, salah satunya di Kelurahan

Antang.Memasuki kondisi sosial yang baru, masyarakat urban sejatinya harus

mampu beradaptasi dengan kondisi sosial yang barunya. Kemampuan adaptasi

inilah yang mempertemukan kebudayaan masyarakat urban itu sendiri dengan

kebudayaan masyarakat asli dengan cara interaksi sosial. Dari interaksi tersebut,

sangat dimungkinkan terjadinya akulturasi budaya. Akulturasi budaya merupakan

suatu proses sosial yang timbul manakala suatu kelompok manusia dengan

kebudayaan tertentu dihadapkan dengan unsur dari suatu kebudayaan asing.

Page 50: AKULTURASI BUDAYA MASYARAKAT KOTA (STUDI …

44

Kebudayaan asing itu lambat laun diterima dan diolah ke dalam kebudayaannya

sendiri dan menjadi suatu kebudayaan baru. Jadi, antara masyarakat urban dan

penduduk asli Kelurahan Antang dimungkinkan terjadi penerimaan dan

pengelolaan antarbudaya ke dalam budaya masing-masing.

Akulturasi budaya bukanlah proses yang singkat. Dibutuhkan waktu yang

panjang untuk memahami dan mengolah kebudayaan baru menjadi bagian dari

kebudayaan sendiri.Demikian pula yang dialami oleh masyarakat urban di Kota

Makassar khususnya di Kelurahan Antang.Terkait akulturasi budaya, maka semua

komponen atau unsur kebudayaan dapat diakulturasi. Setidaknya, ada tujuh

komponen kebudayaan yang dapat dijadikan sebagai objek akulturasi seperti (1)

bahasa; (2) sistem pengetahuan; (3) organisasi sosial; (4) sistem peralatan hidup

dan teknologi; (5) sistem mata pencaharian hidup; (6) sistem religi; dan (7)

kesenian. Sebagai proses yang panjang akulturasi dapat berlangsung di suatu

kelompok sosial majemuk dengan berbagai strategi seperti integrasi, asimilasi,

separasi, dan marginalisasi.

Oleh karena akulturasi sebagai proses interaksi dan pencampuran budaya,

maka dampak yang ditimbulkan pun tidak dapat terelakkan, ada yang sifatnya

positif dan ada pula yang negatif. Dari dampak tersebutlah yang kemudian

menjadi faktor pendukung sekaligus dapat menjadi faktor penghambat akulturasi

suatu kebudayaan.

Penelitian ini berusaha mengeksplorasi secara objektif fenomana akulturasi

budaya masyarakat urban di Kelurahan Antang Makassar.Fokus penelitian ini

pada penggambaran realitas wujud akulturasi budaya yang terjadi, strategi

Page 51: AKULTURASI BUDAYA MASYARAKAT KOTA (STUDI …

45

akulturasi yang digunakan, dampak akulturasi yang terjadi, serta faktor

pendukung dan penghambat akulturasi.

Penjelasan mengenai kerangka pikir penelitian di atas dapat disajikan dalam

gambar kerangka pikir berikut;

Gambar 2.4

Bagan Kerangka Pikir

Penduduk Asli

Masyarakat Kelurahan

Antang Makassar

Strategi

Akulturasi

Budaya

Proses Akulturasi

Budaya

Wujud

Akulturasi

Budaya

Penduduk Urban

Kontak Budaya

Faktor Pendukung &

Penghambat

Akulturasi

Dampak

Akulturasi

Budaya

Analisis

Temuan

Page 52: AKULTURASI BUDAYA MASYARAKAT KOTA (STUDI …

46

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Ditinjau dari ketelibatan peneliti selama penelitian berlangsung, jenis

penelitian yang digunakan dalam penelitian ini dalah penelitian lapangan atau

Field Research. Penelitian jenis ini menghendaki peneliti secaran langsung

kelokasi dan sekaligus peneliti terlibat langsung dengan objek yang diteliti.

Ditinjau dari tingkat eksplanasinya, jenis penelitian ini adalah deskriptif dengan

pendekatan kualitatif, yakni penelitian yang dimaksudkan untuk memahami

fenomena atau peristiwa mengenai akulturasi budaya yang terjadi di suatu

kelompok masyarakat yang selanjutnya menghasilkan data atau informasi yang

disajikan dalam bentuk deskripsi.

B. Pendekatan Penelitian

Pendekatan penelitian yang digunakan untuk memahami fenomena

akulturasi budaya yang terjadi di Kelurahan Antang Makassar dibedakan menjadi

tiga yaitu; (1) pendekatan sejarah; (2) pendekatan antropologi; dan (3) pendekatan

sosiologi. Kegunaan ketiga pendekatan tersebut diuraikan sebagai berikut;

1. Pendekatan sejarah digunakan sebagai acuan dasar dalam menandai dan

menginterpretasi budaya yang merupakan produk akulturasi. Sebab, untuk

mengetahui suatu kebudayaan masa kini sebagai sebuah kebudayaan asli atau

kebudayaan hasil akulturasi, maka sangat penting dilakukan penelusuran dan

telaah mendalam terkait asal-usul atau sejarah terbentuknya kebudayaan itu

sendiri.

Page 53: AKULTURASI BUDAYA MASYARAKAT KOTA (STUDI …

47

2. Pendekatan antropologi digunakan sebagai acuan dasar dalam menandai dan

menginterpretasi manusia dan kebudayaannya. Dengan pendekatan ini,

peneliti dapat memperoleh informasi terkait pemetaan variasi kebudayaan di

dalam dua kelompok budaya yang berbeda yaitu penduduk lokal dan

penduduk urban. Untuk memahami suatu akulturasi budaya, tentu seorang

peneliti terlebih dahulu memiliki informasi yang akurat tentang peta budaya

dari kelompok budaya yang berbeda. Dari pengetahuan tersebut, peneliti dapat

dengan jelas mengidentifikasi budaya hasil akulturasi dari kedua kelompok

sebagai peta budaya baru.

3. Pendekatan sosiologi digunakan sebagai acuan dalam menandai dan

menginterpretasi manusia dalam berbagai seluk beluk interaksinya dengan

manusia yang lain. Pendekatan ini digunakan oleh peneliti sebagai acuan dasar

dalam melihat interaksi budaya dalam satuan individu atau kelompok antar

budaya yang berbeda. Jadi, dengan pendekatan ini, peneliti dapat melihat

inyerkasi yang terjadi antarbudaya sehingga melahirkan budaya baru sebagai

hasil akulturasi.

C. Lokasi dan Waktu Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini mengambil lokasi di Kelurahan Antang, Kecamatan Manggala,

Kota Makassar, Provinsi Sulawesi Selatan. Penetapan lokasi ini didasarkan pada

pertimbangan bahwa Kelurahan Antang merupakan salah satu kelurahan yang

paling banyak mendapatkan tujuan urbanisasi dari masyarakat luar kota. Dari

intensitas tujuan urbanisasi tersebut, ditemukan adanya realitas interaksi budaya

yang harmonis.Dari temuan tersebut, sangat dimungkinkan bahwa antara

Page 54: AKULTURASI BUDAYA MASYARAKAT KOTA (STUDI …

48

masyarakat urban dan masyarakat lokal terjadi interaksi budaya yang melahirkan

kebudayaan baru yang selanjutnya disebut sebagai akulturasi

budaya.Pertimbangan lainnya, lokasi tersebut juga sangat strategi bagi peneliti

dalam hal jangkauan lokasi dan masyarakatnya yang sangat kooperatif.

2. Waktu Penelitian

Mempertimbangkan karakteristik penelitian, kondisi masyarakat, dan

kalender akademik, maka waktu penelitian ini ditetapkan pada bulan Juni 2019

sampai dengan Agustus 2019. Gambaran waktu penelitian beserta kegiatannya

disajikan dalam tabel berikut;

Tabel 3.1 Rencana Kegiatan Penelitian

No. Kegiatan Bulan

Juni Juli Agustus

1 Persuratan

2 Pengumpulan Data

3 Analisis Data

4 Penyusunan Laporan

5 Skripsi

D. Fokus Penelitian

Penelitian akulturasi budaya masyarakat perkotaan ini difokuskan pada

masyarakat urban yang ada di Kelurahan Antang, Kecamatan Manggala, Kota

Makassar. Adapun aspek akulturasi yang akan diteliti meliputi; (1) wujud atau

bentuk akulturasi budaya yang terjadi dari interaksi budaya penduduk asli

Kelurahan Antang dengan penduduk urban; (2) strategi akulturasi yang

digunakan; (3) dampak yang terjadi dari interaksi budaya yang melahirkan

Page 55: AKULTURASI BUDAYA MASYARAKAT KOTA (STUDI …

49

akulturasi antara penduduk asli Kelurahan Antang dengan penduduk urban; dan

(4) faktor pendukung dan penghambat akulturasi.

E. Data dan Sumber Data

1. Data

Data dalam penelitian ini adalah semua informasi terkait akulturasi budaya

yang terjadi di Keluarahan Antang Makassar.Data dibedakan menjadi dua yaitu

data primer dan data sekunder. Penjelasan terkait kedua jenis data tersebut sebagai

berikut;

a. Data primer merupakan data pokok yang diperoleh langsung oleh peneliti dari

narasumber atau informan. Data ini berupa; (1) informasi wujud asli

kebudayaan dari kedua kelompok masyarakat, (2) informasi wujud baru

kebudayaan hasil akulturasi budaya dari kedua kelompok masyarakat, (3)

informasi strategi akulturasi budaya, (4) informasi dampak yang terjadi dari

peristiwa akulturasi budaya, dan (5) faktor pendukung dan penghambat

akulturasi budaya antar kedua kelompok masyarakat.

b. Data sekunder merupakan data yang diperoleh tidak secara langsung oleh

peneliti melainkan telah tersedia dalam bentuk dokumen seperti gambar (foto),

rekaman video, atau dokumen tertulis seperti buku atau jurnal. Data sekunder

ini digunakan untuk melengkapi data primer.

2. Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini dibedakan menjadi tiga yaitu sumber data

kepustakaan, informan atau narasumber, dan dokumentasi. Ketiga jenis sumber

data tersebut dijelaskan sebagai berikut;

Page 56: AKULTURASI BUDAYA MASYARAKAT KOTA (STUDI …

50

a. Sumber data kepustakaan diperoleh melalui telaah atau kajian pustaka seperti

buku, jurnal, majalah, atau sumber kepustakaan lainnya yang menyajikan

informasi terkait teori akulturasi budaya, urbanisasi, atau laporan terkait

budaya yang akan diteliti. Sumber data kepustkaan ini sangat penting

digunakan pada tahap studi pendahuluan.

b. Sumber data informan atau narasumber merupakan orang yang dipilih untuk

dimintai keterangan atau informasi terkait fokus penelitian. Informan atau

narasumber dipilih dengan kriteria; (a) bersikap kooperatif dan bersedia

memberikan informasi secara objektif; (b) memahami dan memiliki

pengetahuan yang luas terkait akulturasi budaya; serta (c) penduduk atau

masyarakat asli maupun urban yang tinggal di Kelurahan Antang Makassar

kurang dari sepuluh tahun. Penetapan sumber data informan atau narasumber

bersifat purposive. Artinya, penetapan informan atau narasumber dikendalikan

langsung oleh peneliti sesuai dengan kebutuhannya kecukupan data.

F. Instrumen Pengumpulan Data

Instrumen pengumpulan data dalam peneliti ini adalah peneliti itu sendiri

yang menjadi instrumen kunci (human instrumental).Artinya, peneliti

memosisikan diri terlibat secara langsung mengumpulkan data di

lapangan.Sebagaimana yang dijelaskan pada bagian jenis penelitian bahwa

penelitian ini merupakan penelitian lapangan (fieldresearch), dengan demikian

peneliti harus terlibat secara langsung dalam mengamati lapangan dan

mengumpulkan data. Meskipun peneliti merupakan instrumen kunci, dalam

pelaksanaannya peneliti tetap menggunakan beberapa alat bantu seperti pedoman

wawancara, kamera, dan alat rekam audio.

Page 57: AKULTURASI BUDAYA MASYARAKAT KOTA (STUDI …

51

G. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dibedakan menjadi empat

yaitu; (1) teknik studi pustaka, (2) teknik wawancara, (3) FGD, dan (4) teknik

dokumentasi. Ketiga teknik tersebut diuraikan sebagai berikut;

1. Teknik studi pustaka digunakan untuk menelaah atau mengkaji berbagai

kepustakaan yang terkait dengan fokus penelitian ini, seperti buku atau

literatur, jurnal, majalah, atau kepustakaan lainnya. Teknik studi pustaka ini

sangat penting dilakukan pada tahapan studi pendahuluan. Selanjutnya, hasil

studi pustaka tersebut nantinya dimanfaatkan untuk membahas dan

menginterpretasi hasil penelitian.

2. Teknik wawancara digunakan untuk memperoleh informasi atau data secara

langsung dari informan atau narasumber yang dipilih secara purposif dengan

kriteria tertentu. Teknik ini dilakukan dengan kegiatan tanya jawab secara

langsung oleh peneliti kepada narasumber. Jenis wawancara yang digunakan

adalah bebas terpimpin. Artinya, peneliti menyediakan pedoman wawancara,

namun dalam pelaksanaannya peneliti dapat mengembangkan atau

mengeksplor pedoman tersebut sesuai dengan kondisi informan.

3. Focus Group Discussion (FGD) adalah teknik pengumpulan data yang

umumnya dilakukan pada penelitian kualitatif dengan tujuan menemukan

makna sebuah tema menurut pemahaman sebuah kelompok. Teknik ini

digunakan untuk mengungkap permaknaan dari suatu kelompok berdasarkan

hasil diskusi yang terpusat pada suatu permasalahan tertentu. FGD juga

dimaksudkan untuk menghindari permaknaan yang salah dari seorang peneliti

terhadap fokus masalah yang sedang diteliti. FGD dalam penelitian ini

Page 58: AKULTURASI BUDAYA MASYARAKAT KOTA (STUDI …

52

melibatkan peneliti sebagai moderator, kepala desa, kepala RT/RW, dan tokoh

masyarakat.

4. Teknik dokumentasi digunakan untuk mengumpulkan data informasi bukan

dari narasumber melainkan dari dokumen baik yang telah tersedia dalam

bentuk gambar, rekaman video, dan tulisan, ataupu yang diperoleh oleh

peneliti dari realitas yang terjadi di masyarakat yang direkam atau diabadikan

dalam bentuk gambar atau video.

H. Teknik Analisis Data

Menurut Sugiyono (2010: 156)analisis data dalam penelitian kualitatif

adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari

hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi, dengan cara

mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit,

melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan

yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah difahami oleh diri

sendiri maupun orang lain.

Menurut Miles dan Huberman (dalam Sugiyono, 2010: 152) aktivitas dalam

analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung terus menerus

sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh”.Aktivitas interaktif dalam

analisisdata yang dimaksud oleh Miles dan Huberman tersebut yaitu reduksi data

(data reduction), penyajian data(data display), dan penarikan kesimpulan dan

verifikasi(conclusiondrawingandverifikasi).Aktivitas interaktif dalam analisis data

tersebutlah yang diadaptasi oleh peneliti untuk digunakan sebagai pedoman

analisis data penelitian ini. Ketiga aktivitas interaktif analisis tersebut dijelaskan

sebagai berikut;

Page 59: AKULTURASI BUDAYA MASYARAKAT KOTA (STUDI …

53

1. Reduksi Data (DataReduction)

Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal pokok, menfokuskan

pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya. Dengan demikian data yang

telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas, dan mempermudah

peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya, dan mencarinya bila

diperlukan.

2. Penyajian Data (Data Display)

Penyajian data yang baik merupakan cara yang pokok bagi analisis

kualitatif yang valid. Setelah data direduksi, langkah selanjutnya adalah

mendisplaykan data.Dalam penelitian kualitatif penyajian data bisa dilakukan

dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, flowchart, dan

sejenisnya.

3. Penarikan Kesimpulan dan Verifikasi(Conclusion &Verification)

Kesimpulan juga diverifikasi selama penelitian berlangsung.Secara

sederhana, makna-makna yang muncul dari data yang muncul harus diuji

kebenaran, kekuatan, dan kecocokannya, yakni yang merupakan

validitasnya.Setelah data terkumpul, kemudian penulis menganalisa untuk

mendapatkan kesimpulan yang digunakan sebagai bukti terhadap kebenaran

hipotesis yang penulis ajukan.Adapun untuk menganalisa data tersebut penulis

menggunakan metode induktif atau Analisa sistensik yang bertitik tolak dari fakta

yang bersifat khusus untuk ditarik kesimpulan yang bersifat umum.

Page 60: AKULTURASI BUDAYA MASYARAKAT KOTA (STUDI …

54

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Hasil penelitian dan pembahasan dalam penulisan ini merupakan bagian dari

bab V yang didalamnya membahas secara terpisah antara hasil penelitian dan

pembahasan. Untuk lebih jelasnya akan di jelaskan dua pembahasan tersebut

beserta contoh dalam penulisan hasil penelitian dan pembahasan.

A. Hasil Penelitian

1. Wujud Akulturasi Budaya Masyarakat Urban di Kelurahan Antang Kota

Makassar

Antang merupakan salah satu kelurahan yang berada di Kecamatan

Manggala di Kota Makassar.Kelurahan ini berbatasan langsung dengan

Kabupaten Gowa. Sebagai salah satu kelurahan di Kota Makassar, Antang banyak

menjadi sasaran bermukim bagi penduduk urban dari berbagai daerah di

Indonesia, seperti Jawa, NTB, Papua, Sumatera, Kalimantan, Maluku, Sulawesi

Tengah, Sulawesi Utara, dan Sulawesi Selatan sendiri seperti Palopo, Luwu

Timur, Bone, Sengkang, Toraja, Bulukumba, Bantaeng, Sidrap, Pinrang, dan

Wajo (hasil wawancara dengan Kepala Kelurahan Antang, Kota Makassar, 11

Oktober 2019).

Beragamnya asal penduduk di Kelurahan Antang juga menandai kejadian

beragamnya kebudayaan.Masyarakat asli (Makassar) di Kelurahan Antang

menjalankan kebudayaannya, begitu pula masyarakat urban dengan budayanya

masing-masing.Hasil Focus Group Discussion (FGD) yang dilakukan bersama

tokoh masyarakat, kepala kelurahan, dan tentunya peneliti sendiri membenarkan

bahwa kondisi tersebut memaksa terjadinya kontak budaya, interaksi budaya,

Page 61: AKULTURASI BUDAYA MASYARAKAT KOTA (STUDI …

55

pencampuran budaya, hingga terjadinya keadaan yang disebut akulturasi budaya

(FGD, 15 Oktober 2019).Peserta FGD memaparkan beberapa bukti bahwa telah

terjadi akulturasi budaya antara masyarakat asli (Makassar) dengan masyarakat

urban.Beberapa aspek budaya yang menjadi fokus penelitian ini berupa bahasa,

makanan tradisional, pakaian, tarian, kebiasaan hidup, dan perlengkapan hidup.

a. Akulturasi budaya aspek bahasa

Akulturasi budaya aspek bahasa dicontohkan oleh peserta FGD sebagaimana

masyarakat asli (Makassar) yang telah mampu menuturkan bahasa Jawa,

Bugis, Madura, atau bahasa dari daerah lain. Begitu pula sebaliknya, para

penutur bahasa dari daerah lain telah mampu menuturkan bahasa Makassar

atau bahasa dari daerah lainnya. Hasil wawancara dengan beberapa

masyarakat asli (Makassar) dan masyarakat urban dari berbagai wilayah

membuktikan bahwa hal yang diungkapkan oleh peserta FGD benar adanya.

“Saya orang Makassar, karena disekit sini banya suku lain yang

bahasanya berbeda seperti Jawa, Bugis, dan lain-lain, maka sedikit

sedikit saya bisa berbahasa jawa, kalau bahasa Bugis bisa dibilang

cukup baik. Kalau bahasa lainnya seperti Madura, Toraja dan lain-

lainnya kurang mampu mengucapkan tapi bisa memahami artinya”

(Narasumber DGBS, Laki-Laki, 43 Tahun, 16 Oktober 2019)

Data hasil wawancara di atas diperoleh dari narasumber DGBS (Laki-

laki, 43 tahun).Narasumber merupakan masyarakat asli Makassar. Narasumber

mengakui bahwa dirinya telah mampu memakai bahasa dari bahasa daerah

lain seperti Bugis dan Jawa, sedangkan bahasa lainnya masih kurang mampu.

Hal ini disebabkan karena interaksi dengan masyarakat urban bahasa tersebut

tidak seintens dengan suku Jawa dan Bugis.Dengan demikian, dapat dikatakan

bahwa narasumber DGBS telah mengalami akulturasi budaya untuk aspek

Page 62: AKULTURASI BUDAYA MASYARAKAT KOTA (STUDI …

56

bahasa.Akuturasi yang dimaksud disini adalah berbaurnya antara bahasa

Makasar-Bugis-Jawa, dan bahasa lainnya.

“Saya asli Madura, saya di Makassar sudah lebih enam tahun, jelas

saya sudah bisa berbicara bahasa Makassar dengan lancar.Selain

bahasa Makassar, bahasa Bugis juga saya bisa. Intinya kalau kita

sering berbaur sama orang asli di sini atau dari daerah lain, akan kita

tahu itu bahasanya mereka. Perlahan-perlahan akan bisa kita gunakan ”

(Narasumber STY, Perempuan, 49 tahun, 16 Oktober 2019)

Data hasil wawancara di atas diperoleh dari narasumber STY

(Perempuan, 49 tahun).Narasumber merupakan urban asal Madura yang

memilih mencari penghidupan di Kota Makassar. Narasumber mengakui

bahwa dirinya telah mampu memakai bahasa dari bahasa daerah

lainkhususnya bahasa penduduk Asli yaitu Makassar. Selain itu, narasumber

juga mengaku mampu menggunakan bahasa Bugis.Dengan demikian, dapat

dikatakan bahwa narasumber STY telah mengalami akulturasi budaya untuk

aspek bahasa.

“Bah, kalau yang begitu jangan mi ditanya, ka sering ki berbaur sama

maka sering tongki dengar bahasanya, lambat laun bisa maki juga

berbahasa seperti mereka. Saya datang disini baru sekitar tiga tahun,

tapi cukup banyak mi bahasa Makassar saya tahu. Di sini bukan cuma

orang Makassar, banyak juga orang Jawa, Toraja, Madura, atau orang

Bima atau Flores, tapi karena yang paling sering saya temani bicara

orang Makassar, maka bahasanya mereka yang paling bisa saya pakai,

kalau yang lain masih sedikit-sedikit, tapi banyak saya pahami. Cuma

kurang bisa berbicara”

(Narasumber HRF, Laki-Laki, 51 tahun, 16 Oktober 2019)

Data hasil wawancara di atas diperoleh dari narasumber HRF (Laki-

laki, 51 tahun).Narasumber merupakan masyarakat urban dari daerah

Kalimantan dan menegaskan bahwa dirinya berbahasa Bugis.Narasumber

mengakui bahwa dirinya telah mampu memakai bahasa masyarakat asli yaitu

Makassar meskipun baru sekitar tiga tahun dirinya berbaur dengan masyarakat

Page 63: AKULTURASI BUDAYA MASYARAKAT KOTA (STUDI …

57

asli. Narasumber juga mengakui bahwa dirinya mampu memaknai bahasa dari

daerah lain namun masih kesulitan untuk menggunakannya secara langsung.

Hal ini disebabkan karena interaksi dengan masyarakat urban bahasa tersebut

tidak seintens dengan suku Makassar yang bermukim disekitarnya.Dengan

demikian, dapat dikatakan bahwa narasumber HRF telah mengalami akulturasi

budaya untuk aspek bahasa.Akuturasi yang dimaksud disini adalah berbaurnya

antara bahasa Makasar-Bugis-Jawa, dan bahasa lainnya.

Selain data atau keterangan dari narasumber yang berasal dari

Makassar, Madura, dan Kalimantan, peneliti juga telah mengkonfirmasi

bahwa masyarakat urban lainnya juga mengalami keadaan tersebut, seperti

yang berasal dari Jawa, NTB, Papua, Sumatera, Maluku, Sulawesi Tengah,

Sulawesi Utara, dan Sulawesi Selatan sendiri seperti Palopo, Luwu Timur,

Bone, Sengkang, Toraja, Bulukumba, Bantaeng, Sidrap, Pinrang, dan Wajo.

Namun, hasil wawancara juga menunjukkan bahwa intensitas akulturasi

budaya yang terjadi sangat ditentukan oleh lamanya masyarakat urban tersebut

berbaur dengan masyarakat lainnya.

Hasil Focus Group Discussion (FGD) menjelaskan bahwa akulturasi

antar masyarakat yang berbeda budaya tidak terjadi begitu saja atau dalam

waktu yang singkat.Di antara masyarakat itu harus melakukan interaksi dan

bauran budaya yang cukup lama untuk saling mengenal, mehamami, dan

menggunakan kebudaan dari masyarakat lainnya.Bahkan untuk mengenal

kebuyaaan satu dengan kebudayaan yang lainnya, peserta FGD menyakini

bahwa hal tersebut membutuhkan waktu yang cukup lama.Jika tahapan

mengenal telah dilalui, maka tahapan selanjutnya adalah tahapan saling

Page 64: AKULTURASI BUDAYA MASYARAKAT KOTA (STUDI …

58

memahami dan saling menggunakan kebudayaan.Orang Jawa menggunakan

budaya orang Makassar, begitu pun sebaliknya, orang Makassar menggunakan

kebudayaan orang Jawa.Hal tersebut juga berlaku dengan kebudayaan

masyarakat urban lainnya.Keberhasilan akuturasi budaya sangat ditentukan

pada tahapan mengenal dan memahami.

Berdasarkan data yang diperoleh melalui kegiatan wawancara dan

FGD, diketahui bahwa masyarakat asli (Makassar) memberikan dominasi

pengaruh budaya yang dominan terhadap kebudayaan masyarakat

Urban.Artinya, masyarakat urban yang banyak menerapkan kebudayaan

asli.Sedangkan kebudayaan asli hanya sekadar menerima dan memahami saja.

Sebagai pendatang, wajar bagi masyarakat urban untuk memahami dengan

baik kebudayaan masyarakat asli sebab akan menjadi syarat bagi mereka

untuk diterima di masyarakat asli untuk memahami budaya masyarakat asli.

Pakemnya, masyarakat asli memiliki kekuasaan budaya yang kuat akibat dari

statusnya sebagai penduduk asli.

b. Akulturasi budaya aspek makanan tradisional

Salah satu aspek yang menandai perbedaan budaya antara masyarakat

asli dengan masyarakat urban di Kota Makassar adalah makanan

tradisional.Setiap daerah memiliki ciri dan karakteristik makanan tradisional,

baik itu bentuk, warna, dan cita rasa. Sebagai contoh, cita rasa masakan

tradisional masyarakat asli (Makassar) yang umumnya gurih, berbeda dengan

makanan tradisional Jawa yang umumnya manis gurih, atau makanan yang

berasal dari Kalimantan yang banyak-banyak bercita rasa gurih dan pedis

(FGD, 15 Oktober 2019).

Page 65: AKULTURASI BUDAYA MASYARAKAT KOTA (STUDI …

59

Karena adanya kontak dan interaksi budaya khususnya pada aspek

makanan tradisional, masyarakat urban dan penduduk asli Makassar di

Kelurahan Antang telah membentuk suatu akulturasi budaya.Dokumentasi

penelitian ini membuktikan bahwa di kelurahan Antang, cukup banyak kita

jumpai masyarakat suku Jawa yang berjualan makanan di tepi jalan atau

dijajakan dari rumah ke rumah. Misalnya, penjual Bakso, Sari Laut, Sate

Madura, Warung Tegal (Warteg), Coto Maros, Sop Saudara, dan Mie

Titi.Bukti bahwa telah terjadi akulturasi kebudayaan untuk aspek makanan

tradisional ini adalah ketika yang menjajakan makanan atau berjualan

makanan berupa Coto adalah orang Jawa atau orang Bugis.Atau sebaliknya,

ada juga dijumpai masyarakat Bugis atau masyarakat Makassar yang berjualan

Sate ataupun Sari Laut. Untuk lebih jelasnya, perhatikan data hasil wawancara

berikut;

“Saya sudah berjulana coto hampir tiga tahun.Saya memang orang

Jawa tapi suami saya orang Makassar.Keluarganya hebat-hebat

membuat Coto, makanya saya belajar dan Alhamdulillah saya

bisa.Rasanya pun tidak kalah dengan orang asli Makassar. Dari situlah

saya mau membuka warung makan Coto Makassar ini, dan

Alhamdulillah, sampai sekarang warung ku ini masih buka dan lancar

pelanggannya”

(Narasumber FN, perempuan, 38 tahun, 17 Oktober 2019)

Berdasarkan data hasil wawancara di atas, dapat dijelaskan bahwa

narasumber FN merupakan perempuan Jawa berusia 38 tahun.Hampir tiga

tahun FN telah membuka usaha berupa warung Coto.Meskipun orang Jawa,

FN merasa bahwa dirinya telah memiliki kemampuan menguasai masakan

Coto sehingga masakannya tidak kalah enak dengan masakan masyarakat

Makassar.Ini berarti FN telah berakulturasi budaya pada aspek masakan

Page 66: AKULTURASI BUDAYA MASYARAKAT KOTA (STUDI …

60

tradisional atas dirinya yang berbudaya Jawa dengan kebudayaan masyarakat

Makassar.

“Jualan Sate Madura baru hampir satu tahun, belum lama.Saya datang

ke Makassar dan tinggal di daerah ini juga belum lama.Kenapa saya

jual Sate Madura?Karena awalnya saya penikmat makanan ini.Hampir

setiap malam saya pesan.Saya suka sekali aroma dagingnya serta saus

kacangnya.Suami dan anakku juga suka sekali.Suamiku orang Toraja

campuran Enrekang, saya sendiri adalah orang Bugis Bone.Karena itu

belajar ma dan akhirnya saya bisa. Buka ma warung”

(Narasumber AND, perempuan, 41 tahun, 17 Oktober 2019)

Berdasarkan data di atas, dapat dijelaskan bahwa narasumber

merupakan masyarakat urban yang berasal dari luar Kota

Makassar.Narasumber berasal dari Kabupaten Bone, sedangkan suaminya

berasal dari Toraja.Narasumber mengaku bahwa dirinya menjual makanan

tradisional Jawa tersebut dikarenakan ketertarikan dirinya dan keluarganya

terhadap kenikmatan Sate Madura.Hal itu mendorong dirinya belajar

mengolah makanan tersebut hingga merasa sanggup, lalu membuka warung

sendiri. Ini bertanda bahwa AND telah mempelajari kebudayaan masyarakat

lain, sehingga terjadi fenomena akulturasi budaya.

Bukti lain bahwa telah terjadi akulturasi budaya antara masyarakat

urban dengan masyarakat asli (Makassar) di Kelurahan Antang ketika

berbagai makanan tradisional tersebut (Bakso, Sari Laut, Sate Madura,

Warung Tegal (Warteg), Coto Maros, Sop Saudara, dan Mie Titi) sama-sama

memiliki tempat dan perhatian yang sama di hati masyarakat. Orang Jawa

menyukai dan menikmati Coto, orang Makassar sangat menyukai Sate dan cita

rasanya yang gurih dan manis. Begitu pula dengan jenis makanan lainnya dan

masyarakat dari daerah lainnya yang menyukainya.

Page 67: AKULTURASI BUDAYA MASYARAKAT KOTA (STUDI …

61

Hasil Focus Group Discussion (FGD) terkait akulturasi budaya untuk

aspek makanan tradisional ini ditemukan satu kesepahaman bahwa masyarakat

urban dan masyarakat Makassar yang ada di Kelurahan Antang telah

mengalami akuturasi budaya.Hal ini dicapai atas fenomena yang dijabarkan

pada saat FGD dimana antar kebudayaan telah saling mengenal, berinteraksi,

dan berujung pada keadaan akulturasi kebudayaan antara masyarakat urban

dan masyarakat asli (Makassar) di Kelurahan Antang.

c. Akulturasi budaya aspek busana (pakaian)

Busana (fashion) atau pakaian adalah salah satu unsur kebudayaan

yang cukup besar kemungkinannya mendapatkan perhatian dari kebudayaan

lain. Dengan demikian, busana atau pakaian cenderung lebih cepat dan lebih

mudah diadaptasi oleh kebudayaan lain atau mengalami proses akulturasi

budaya. Hal ini terbukti sebagaimana kondisi yang terjadi di Kelurahan

Antang, Kota Makassar yaitu antara masyarakat asli di kelurahan tersebut

yaitu suku Makassar dengan masyarakat urban Jawa, NTB, Papua, Sumatera,

Kalimantan, Maluku, Sulawesi Tengah, Sulawesi Utara, dan Sulawesi Selatan

sendiri seperti Palopo, Luwu Timur, Bone, Sengkang, Toraja, Bulukumba,

Bantaeng, Sidrap, Pinrang, dan Wajo.

Sebagai ilustrasi sederhana, ketika busana tradisional Batik

digandrungi hampir seluruh masyarakat Indonesia.Sesunghunya, hal tersebut

bagian dari akulturasi budaya. Batik Jawa dipadukan dengan kain Songket

Toraja, atau Baju Bodo dipadukan dengan Tenun Sumatera, atau Baju Bodo

yang dipadupadankan dengan renda dan motif Batik. Hasil FGD

menyimpulkan bahwa masalah busana atau fashion adalah aspek budaya yang

Page 68: AKULTURASI BUDAYA MASYARAKAT KOTA (STUDI …

62

paling mudah terakulturasi dengan kebudayaan lainnya. Sebab, perpaduan

gaya atau style dari satu fashion tertentu dengan fashion lainya sekarang ini

menjadi sangat popular. Bahkan menjadi trending fashion nasional, bahkan

dunia.Lihat saja bagaimana perancang busana kenamaan Anne Avantie

memadupadankan hampir kseluruhan kain tenun tradisional di Indonesia

menjadi sebuah busana perpaduan tradisoonal-modern yang anggun dan

eksotis.

Sebagai bukti, berikut ini beberapa contoh dokumen berupa foto yang

menampilkan akulturasi budaya berupa fhasion atau pakaian di beberapa acara

di Kelurahan Antang, Kota Makassar;

(wajah ditutup berdasarkan permintaan orang yang ada dalam foto)

Gambar 4.1 Dokumentasi Akulturasi Budaya di Kelurahan Antang

Gambar di atas memperlihatkan seorang ibu yang menggunakan Batik

berwarnah hijau dengan motif Ulop Doyo Kalimantan meskipun dirinya

sendiri merupakan orang Makassar asli yang bermukim di Kelurahan Antang.

Hasil wawancara dengan ibu tersebut adalah sebagai berikut;

Page 69: AKULTURASI BUDAYA MASYARAKAT KOTA (STUDI …

63

“Saya kerja di salah satu lembaga pemerintah di Kota Makassar.Saya

seorang pegawai non-PNS.Karena itu, kita mesti punya banyak

persediaan batik. Ada yang memang dirancang karena ketetapan

kantor, ada juga yang saya beli sendiri. Saya punya banyak motif batik,

ada yang motif Toraja, Jawa, dan Kalimantan seperti yang saya pake

sekarang.Batik sekarang ini sudah seperti pakaian nasional, meskipun

memang berasal dari daerah tertentu. Tapi karena motif atau coraknya

yang indah, makanya banyak orang yang suka pake, termasuk juga

saya”

(Narasumber NHYT, perempuan, 35 tahun, 17 Oktober 2019)

Berdasarkan gambar dan data wawancara di atas, terlihat dengan jelas

bagaimana akulturasi budaya dalam bidang fashion terjadi.

Beberapa dokumen foto berikut ini sebagai wujud atau bukti akulturasi

budaya yang terjadi di masyarakat di Kota Makassar, khususnya di Kelurahan

Antang.

Gambar 4.2 Dokuemntasi Akulturasi Budaya

(Baju Bodo-Batik Motif Kalimantan

Page 70: AKULTURASI BUDAYA MASYARAKAT KOTA (STUDI …

64

Gambar 4.4 Akulturasi Budaya

(Baju Bodo Modern-Batik Jawa)

Gambar di atas memperlihatkan perempuan yang memadupadankan

baju bodo dengan bawahan berupa rok yang bermotif Batik Kalimantan dan

digunakan pada saat acara pesta.Dua dokumen di atas merupakan bukti bahwa

telah terjadi akulturasi budaya dalam bidang fashion dimana masyarakat Kota

Makassar khususnya di Kelurahan Antang telah memadupadankan fashion-

nya dari berbagai ragam budaya.

2. Strategi Akulturasi Budaya Masyarakat Urban di Kelurahan Antang

Makassar

Peneliti menyadari bahwa akulturasi budaya hanya akan dapat terjadi

jika dua atau lebih kebudayaan berbeda saling bertemu dan berinteraksi antara

satu dengan lainnya. Bentuk interaksi yang peneliti maksudkan adalah segala

macam cara yang mempertemukan antara kebudayaan yang satu dengan

kebudayaan yang lain. Sebab, terjadi pergeseran konsep akulturasi yang

terdahulu dengan konsep akulturasi yang sekrang. Jika dahulu akulturasi

diartikan sebagai proses pencampuran dua budaya berbeda karena saling

Page 71: AKULTURASI BUDAYA MASYARAKAT KOTA (STUDI …

65

bertemu dan berinteraksi, maka akulturasi saat ini di definisikan lebih dinamis

yaitu segala bentuk penerimaan pengetanhuan pesan dan pertemuan dua atau

lebih kebudayaan melalui media apapun baik secara langsung atau melalui

teknologi modern seperti internet dan lain-lain sebagainya.

Berdasarkan pemahaman tersebut, peneliti berusaha memperoleh

informasi untuk mendapatkan gambaran strategi akulturasi yang terjadi antara

masyarakat urban dengan masyarakat lokal di Kelurahan Antang, Kota

Makassar, Sulawesi Selatan melalui tindakan wawancara dengan masyarakat

lokal dan juga masyarakat urban itu sendiri. Berdasarkan data yang terhimpun

diketahui bahwa proses akulturasi antara masyarakat urban dan masyarakat

lokal di Kelurahan Antang terjadi karena dua alasan; pertama masyarakat

menyadari bahwa hidup berdampingan dalam suatu wilayah tertentu dengan

membawa perbedaan budaya tentu akan mengantarkan pada proses untuk

saling mengenal dan berinteraksi yang pada akhirnya bermuara pada situasi

saling memahmi dan mencoba untuk merasakan dan membiasakan budaya

satu sama lainnya yang dianggap relevan atau bermanfaat bagi masyarakat

penerima budaya baru itu sendiri; kedua akulturasi terjadi karena alasan

tolerasni, saling menghargai dan menghormati antar pemiliki budaya berbeda.

Masyarakat urban yang dapat di Kelurahan Antang tentu membawa nilai-nilai

budaya mereka sendiri untuk tetap menghargai dan menghormati budaya

masyarakat lokal.Tentu hal ini menjadi suatu keharusan bagi mereka

sebagaimana kedudukannya sebagai pendatang.Sebaliknya, keluhuruan

budaya masyarakat lokal yang ada di Kelurahan Antang juga tetap berusaha

sebaik mungkin untuk menghargai, menghormati dan menjaga toleransi

Page 72: AKULTURASI BUDAYA MASYARAKAT KOTA (STUDI …

66

budaya antara kebudayaan masyarakat urban dengan kebudayaan mereka

sendiri. Kedua proses inilah yang menjadi penanda terjadinya akulturasi

budaya di Kelurahan Antang, Kota Makassar, Sulawesi Selatan.

Berdasarkan keadaan tersebut, peneliti melakukan telaah lebih jauh

terkait dengan startegi yang digunakan dalam berakulturasi antara kebudayaan

yang dibawah oleh masyarakat urban dengan kebudayaan asli milik

masyarakat lokal dengan mengacu pada data-data hasil wawancara.Memahami

strategi akulturasi pada hakikatnya memahami dua komponen utama yaitu

sikap dan perilaku yang ditunjukkan oleh masyarakat pemiliki dua

kebudayaan berbeda selama berinteraksi.Sasaran akuturasi dibedakan menjadi

dua yaitu individu dan kelompok.Akulturasi individu adalah kondisi

bercampurnya dua kebudayaan atau kebiasaan yang dimiliki oleh masing-

masing person dan diterima dan dimainkan oleh person itu sendiri dari

kebudayaan yang berbeda.Misalnya, narasumber Pak Nurdin (Makassar) yang

merupakan masyarakat lokal menerima dan menjalankan kebudayaan dari

tetangganya yang merupakan masyarakat urban (Jawa) seperti tradisi

Ngliwetyang pada kasus ini hanya pak nurdin dan keluarga saja yang

menyukai dan menjalankannya sedangkan masyarakat lokal lainnya tidak

karena alasan tertentu. Sasaran kedua yaitu kelompok, artinya proses

akulturasi budaya yang melibatkan kelompok yang terlibat dalam

pencampuran budaya. Misalnya, hampir seluruh masyarakat urban baik Jawa,

Madura, Bugis, Bali, dan lain-lain telah menerima kebudayaan masyarakat

lokal seperti mengkomsumsi Coto, Pallubasa, serta kuliner masyarakat lokal

Page 73: AKULTURASI BUDAYA MASYARAKAT KOTA (STUDI …

67

lainnya. Tidak hanya kuliner, bahasa juga merupakan contoh yang paling

mudah dijumpai untuk membuktikan terjadinya akulturasi kelompok.

Ditinjau dari data karakteristik akulturasi budaya yang terjadi di

Kelurahan Antang peneliti dapat menjelaskan dua kondisi yang sangat

menarik untuk dipahami.Pertama, pada sebagian besar masyarakat, baik

masyarakat urban ataupun masyarakat lokal menghendaki dengan penuh

keyakinan disertasi usaha untuk mempertahankan kebudayaan asli masing-

masing, namun tetap menghendaki adanya interaksi budaya yang positif antara

masyarakat lokal dengan masyarakat urban.Ini berarti bahwa antara

masyarakat urban dan masyarakat lokal memiliki kesadaran bahwa

kebudayaan asli dimaknai sebagai budaya yang sangat penting untuk

dilestarikan sebagaimana pemahaman bahwa budaya adalah penanda identitas

sosial.Jadi, jika ingin dikatakan sebagai masyarakat atau orang Makassar maka

budaya atau kebiasaan orang-orang Makassar harus diketahui dengan baik dan

dijalankan.Namun, kondisi tersebut ridak menghalangi pemilik budaya

tertentu untuk berinteraksi dengan budaya berbeda dan mehamai budaya

tersebut. Jadi, ada keterbukaan pola sikap dan pikir antara masyarakat urban

dengan masyarakat lokal untuk menjaga dan melestarikan keaslian budaya

masing-masing disamping tetap berinteraksi dengan budaya lain.

Jika sebagian besar masyarakat menghendaki adanya upaya

mempertahankan budaya asli namun tetap menjalin interaksi dengan budaya

berbeda, peneliti juga menemukan fakta baru bahwa ada pula sekelompok

masyarakat lokal maupun masyarakat urban yang acuh dengan kebudayaan

asli masing-masing namun tetap menghendaki interaksi dengan kebudayaan

Page 74: AKULTURASI BUDAYA MASYARAKAT KOTA (STUDI …

68

berbeda sebagai bentuk toleransi namun dengan tujuan bahwa kebudayaan asli

tersebut dihilangkan kemudian memunculkan kebudayaan baru yang relevan

dengan kehidupan. Kondisi ini lebih banyak dijumpai pada masyarakat

milenial yang menetang aturan atau tata nilai yang dianggap using atau tidak

relevan dengan zaman sekarang ini.Misalnya penetangan terhadap budaya

pamali, pertunangan yang tidak lagi relevan dengan zaman, barasanji, dan

kebudayaan-kebudayaan tradisi lainnya.Bagi masyarakat milenial di

Kelurahan Antang, hal tersebut tidak lagi relevan dengan keadaan masyarakat

sekarang ini sehingga kebudayaan “norak” (istilah yang disematkan kaum

milenial terhadap bentuk-bentuk kebudayaan yang ditentangnya) menjadi

wajar atau keharusan untuk dihapus atau dihilangkan.Mereka yang menganut

paham ini (kaum milenial) menganggap bahwa masih banyak kebudayaan

yang lebih masuk akal atau logis untuk diteraokan daripada kebudayaan

tersebut.

3. Dampak Akulturasi Budaya Masyarakat Urban di Kelurahan Antang

Makassar

Tidak dapat dipungkiri bahwa setiap terjadinya akuturasi budaya akan

membawa dampak bagi pemilik budaya itu sendiri. Dampak tersebut mulai

yang terindikasi positif hingga yang berakibat fatal bagi kelangsungan budaya

itu sendiri.Hal inilah yang menjadi temuan peneliti atas fenomena akulturasi

budaya yang terjadi antara masyarakat urban dengan masyarakat lokal yang

ada di Kelurahan Antang, Kota Makassar, Sulawesi Selatan.

Data menunjukkan bahwa dampak yang ditimbulkan oleh fenomena

akuturasi budayaantara masyarakat urban dengan masyarakat lokal yang ada

di Kelurahan Antangyaitu terjadinya perubahan cara pandang tentang

Page 75: AKULTURASI BUDAYA MASYARAKAT KOTA (STUDI …

69

kehidupan bermasyarakat dari cara lama kepada cara yang baru, misalnya

silaturahmi kepada orang tua dan kerabat yang dulu harus dilakukan secara

berhadap-hadapan, kini silaturahmi dapat dilakukan dalam jarak jauh, melalui

telepon, pesan singkat, dan lain-lain. Terjadinya perubahan tata cara pergaulan

serta semakin terbukanya hal-hal yang awalnya dianggap tabu, misalnya

hubungan antarremaja yang semakin terbuka. Terbukanya wawasan

masyarakat menuju pengetahuan yang lebih luas, misalnya masyarakat

menikmati hasil-hasil penemuan baru dan dapat menerapkan teknologi yang

canggih.Perubahan mentalitas, rasa malu, dan kepiawaian

masyarakat.Misalnya perempuan lebih aktif bekerja di luar rumah, berpolitik,

menjadi penguasa dan pengusaha, dan mampu mengendalikan perusahaan

besar yang awalnya hanya dikuasai oleh kaum laki-laki.Kesemuanya itu dapat

kita jumpai pada masyarakat di Kelurahan Antang, Kota Makassar.

Berbicara mengenai dampak akulturasi, ada lima poin yang peneliti

temukan selama dilapangan. Pertama, aspek bahasa, perlengkapan hidup,

makanan, dan pakaian pakaian merupakan unsur budaya yang paling mudah

diterima antar kebudayaan.Sedangkan aspek budaya yang sulit untuk diterima

seperti upacara tradisi dan kepercayaan.Kedua, jika dilihat dari segi

pemertahanan budaya, aspek yang paling mudah untuk berganti atau

terasimilasi dengan budaya lainnya adalah bahasa, makanan, dan pakaian.Hal

ini peneliti temukan khusus bagi generasi milenial sebab kebanyak dari

mereka acuh terhadap pemertahanan budaya asli, sehingga kemungkinan

untuk dihilangkan menjadi sangat besar.Terlebih lagi dengan budaya traidisi

yang memang bagi generasi milenial adalah sesuatu yang sangat tabuh dan

Page 76: AKULTURASI BUDAYA MASYARAKAT KOTA (STUDI …

70

ditentang dengan sangat keras maka aspek budaya tradisi menjadi sangat

rentang untuk dhilangkan atau terganti dengan kebudayaan baru.Selanjutnya,

keyakinan atau agama adalah aspek budaya yang paling sulit untuk

dihilangkan.

Interaksi dua atau lebih kebudayaan berbeda bukanlah suatu proses

yang mudah terjadi. Perbedaan adalah suatu kondisi yang dapat menjadi

pemantik ketegangan-ketegangan tertentu atau krisis sosial dari pemilik

budaya yang berbeda.Di Kelurahan Antang sendiri, peneliti menemukan data

dari beberapa informan bahwa terjadinya konflik antara dua kebudayaan

berbeda menjadi suatu kondisi yang mewarnai akuturasi budaya di tempat

tersebut.Para informan mengisahkan bahwa konflik atau ketersinggungan

sosial sudah sering terjadi, terutama bagi kalangan muda.Bahkan, dari

masyarakat urban minoritas menilai bahwa terjadi diskriminasi atas mereka

oleh masyarakat asli ataupun masyarakat urban yang menduduki posisi

mayoritas di lokasi penelitian. Sebagai contoh masyarakat urban Bima dan

Papua yang memberikan informasi bahwa kedatangan mereka di kelurahan

tersebut masih sering mendapatkan perlakuan yang tidak menyenangkan,

perlakuan ini tidak dalam bentuk fisik melainkan psikologi seperti cercaan,

hinaan, makian atas dasar kondisi fisik seperti warna kulit, gaya rambut, gaya

berpakaian, hingga masalaha bau badan yang sering kali mereka peroleh

dalam bentuk perlakuan tidak menyenangkan.

4. Faktor Pendukung dan Penghambat Akulturasi Budaya Masyarakat

Urban di Kelurahan Antang Makassar

Peneliti meyakini bahwa setiap perkara yang berlaku tentunya

mendapatkan dua keadaan yaitu dukungan dan hambatan.Begitu pula dengan

Page 77: AKULTURASI BUDAYA MASYARAKAT KOTA (STUDI …

71

kondisi akulturasi budaya yang terjadi di Kelurahan Antang, Kota

Makassar.Adapun contoh factor pendukung dan penghambat; Contoh factor

pendukung,kontak dengan kebudayaan lain sehingga dapat mengalami

perubahan yang cepat dan menghargai kebudayaan-kebudayaan

lainnya.Contoh factor penghambat,kurang berhubungan dengan masyarakat

lain,masyarakat yang kurang memiliki hubungan dengan masyarakat

lain,dengan ini mereka tidak mengetahui perkembangan-perkembangan yang

terjadi di masyarakat lain.Informasi yang diperoleh bahwa masyarakat lokal di

Kelurahan Antang pada hakikatnya memiliki sikap terbuka, toleransi, dan

menghargai.Namun, seringkali kondisi menciptakan sensitivitas tertentu

sehingga sikap yang disebutkan tadi menjadi kabur atau tidak

terpakai.Demikian halnya ketika terjadi interaksi dua kebudayaan yang

berbeda dengan membawa identitas masing-masing juga terkadang

minimbulkan krisis tertentu.Perbedaan adalah kondisi yang unik, jika kondisi

ini tidak dibina dengan baik maka perbedaan adalah penghambat dari

akuturasi itu sendiri.Namun, dibalik perbedaan itu, sikap dan perilaku menjadi

penentu keberhasilan akuturasi.Lalu, sikap yang dimaksud menjadi

pendukung terjadinya akulturasi budaya di Kelurahan Antang oleh para

informan dibedakan menjadi empat yaitu terbuka, logis, toleransi, hormat-

menghormati, serta saling menghargai.Oleh masyarakat di lokasi penelitian,

sikap-sikap tersebut menjadi daya dukung terjadinya kelanggengan akuturasi

budaya.

Kesesuaian Teori dengan hasil penelitian:

a) Teori klasik yang di kemukakan oleh Christaller mengilhami model perkembangan

kota dari sudut pandang geografi,teori ini memiliki 2 konsep yaitu jarak jangkauan

Page 78: AKULTURASI BUDAYA MASYARAKAT KOTA (STUDI …

72

minimal untuk bertahan dan jarak jangkauan sesungguhnya yang ingin dicapai.

Kelurahan Antang merupakan salah satu kelurahan yang paling banyak mendapatkan

tujuan urbanisasi dari Masyarakat luar kota dari insentitas tujuan urbanisasi tersebut

,di temukan adanya realitas interaksi budaya yang harmonis.

b) Teori Regulasi mencakup 2 faktor structural pada tingkat Internasional maupun

Nasional/ Regional serta faktor

Selain itu, studi yang peneliti lakukan terhadap beberapa dokumen perundang-

undangan di Indonesia juga menjadi daya dukung terjadinya proses akulturasi budaya

yang baik. Selain produk perundang-undangan, tata nilai budaya luhur yang dipahami

oleh masing-masing kebudayaan juga menjadi faktor pendukung terjadinya akulturasi

budaya.Terakhir, poin utama yang menjadi pendukung akulturasi budaya di Kelurahan

Antang adalah nilai atau ajaran dari keyakinan yang dianut oleh masyarakat. Misalnya,

masyarakat penganut Agama Islam menyakini bahwa setiap manusia sama kedudukannya

di sisi Tuhan Yang Maha Esa, hanya amalan ibadah yang membedakan

B. Pembahasan

Bagi bangsa Indonesia persatuan dan kesatuan adalah harga mati yang

harus senantiasa dipertahankan dan diperjuangkan.Sebab, ujian terberat bangsa ini

adalah kebinekaan yang kuat meliputi seluruh sendi kehidupan berbangsa seperti

bahasa, suku, agama, ras, budaya, dan adat istidata. Namun, ujian terberat itu

sendiri menjadi berkah yang luar biasa bagi kelangsungan kejayaan bangsa

Indonesia itu sendiri di mata dunia jika mampu menjaga keutuhan, kesatuan, dan

persatuan di atas rona perbedaan berbangsa sebagaimana yang menjadi semboyan

bangsa ini “Bhineka Tunggal Ika” yang artinya berbeda namun tetap satu.

Dibalik kebhinekaan tersebut, hal yang tidak dapat dipungkiri untuk terjadi

adalah interaksi dari aspek yang berbeda tersebut.Interaksi tersebutlah yang

kemudian menciptakan sebuah fenomena pencampuran budaya yang kemudian

Page 79: AKULTURASI BUDAYA MASYARAKAT KOTA (STUDI …

73

dikenal dengan akulturasi budaya.Suyono dalam Rumondor (2015) menjelaskan

bahwa akulturasi merupakan pertemuan dua atau lebih budaya yang saling

bertinteraksi kemudian menciptakan suatu kondisi menerima atau menolak

budaya yang berbeda.Nardy (2012) menjelaskan bahwa akulturasi merupakan

gejala sosial yang menarik untuk dipahami (diteliti) sebab memberikan pengajaran

sosial mengenai arti penting eksistensi setiap individu dan kelompok

sosialnya.Hal inilah yang menjadi dasar bagi peneliti untuk melakukan studi atau

penelitian terkait akuturasi budaya khusunya yang terjadi di Kelurahan Antang,

Kota Makassar. Menariknya, Kelurahan Antang dipilih oleh peneliti sebagai

lokasi penelitian disebabkan kondisi masyarakat yang majemuk sebab menjadi

sasaran bermukim bagi penduduk urban dari berbagai daerah di Indonesia, seperti

Jawa, NTB, Papua, Sumatera, Kalimantan, Maluku, Sulawesi Tengah, Sulawesi

Utara, dan Sulawesi Selatan sendiri seperti Palopo, Luwu Timur, Bone, Sengkang,

Toraja, Bulukumba, Bantaeng, Sidrap, Pinrang, dan Wajo. Berbagai realitas atas

kemajemukan tersebut juga menjadi daya dukung tersendiri bagi peneliti untuk

melakukan penelitian di sana. Tujuan dari penelitian ini adalah menemukan

bentuk, strategi, dampak, faktor pendukung dan penghambat akultrasi budaya

penduduk urban yang ada di Kelurahan Antang Makassar.

Berdasarkan data yang tersaji, bahasa, makanan, dan pakaian merupakan

tiga aspek budaya yang terakulturasi dengan baik.Artinya, ketiga aspek budaya

tersebut dapat diterima dengan baik oleh masing-masing pemilik budaya.Hal ini

menandakan bahwa bahasa, makanan, dan pakaian merupakan aspek budaya yang

paling mudah untuk terakulturasi di Kelurahan Antang. Hal ini perlu untuk

dipahami, sebab menurut Saebani (2012) ketika hendak melakukan penelitian

Page 80: AKULTURASI BUDAYA MASYARAKAT KOTA (STUDI …

74

tentang akulturasi budaya, maka satu dari lima aspek yang harus dijawab adalah

unsur budaya apa yang paling mudah dan paling sulit untuk diakulturasi? Dari

data yang diperoleh, hal yang dipertanyakan oleh Saebani telah

terjawab.Selanjutnya, unsur budaya yang paling sulit untuk diakuturasi adalah

budaya tradisi dan keyakinan. Hal ini memang benar adanya sebagaimana yang

diungkapkan oleh Malinowski (1997) bahwa upacara atau ritual tradisi serta

keyakinan tertentu akan Tuhan atau hal lainnya adalah dua hal yang paling sulit

untuk dimasukkan atau diakuturasikan dalam sistem sosial budaya dari

masyarakat tertentu. Hal ini disebabkan karena kedua aspek tersebut terbentuk

atas dasar keyakinan yang dibawah secara turun temurun.

Berdasarkan data yang diperoleh, akulturasi budaya yang terjadi di

Kelurahan Antang dibedakan menjadi dua keadaan, pertama terjadi ketika orang-

orang dengan budaya yang berbedaa tinggal secara berdekatan satu sama lain dan

pola-pola budaya dipelajari secara tidak sengaja, kedua terjadi ketika representasi

tiap budaya menghormati budaya lainnya. Dua kondisi akulturasi budaya yang

menandai interaksi antara masyarakat urban dan masyarakat lokal di Kelurahan

antang ini sebagaimana yang dijelaskan oleh Bogardus (dalam Saebani, 2012)

bahwa sedikitnya ada tiga jenis kondisi akulturasi yaitu blind

acculturation,democraticacculturation, dan imposed acculturation.Dan ternyata,

dari tiga konsep yang dikemukakan oleh Bogardus, dua diantaranya menjadi

penanda terjadinya akulturasi budaya di Kelurahan Antang, Kota Makassar yaitu

blind acculturation,democraticacculturation.

Jika merujuk pada data strategi akulturasi yang digunakan di Kelurahan

Antang, peneliti mengulasnya dengan menggunakan teori yang dikemukakan oleh

Page 81: AKULTURASI BUDAYA MASYARAKAT KOTA (STUDI …

75

Berry (2017: 271), yang ditandai dengan HC (Home Culture atau Kebudayaan

asli) dan DC (Dominan culture atau kebudayaan yang dominan).Antara

masyarakat lokal dan masyarakat urban di Kelurahan Antang menggunakan

strategi akulturasi berupa integrasi dan asimilasi. Integrasi oleh Berry (2017)

dijelaskan sebagai strategi akulturasi dengan berupaya mempertahankan

kebudayaan asli namun tetap menjalin interkasi dengan kebudayaan lain tanpa

menutup diri untuk kemungkinan menerima dan menolak kebudayaan baru

tersebut. Hal inilah yang oleh sebagian besar masyarakat di Kelurahan Antang

gunakan selama menjalin interaksi budaya hingga terbentuk keadaan

akulturasi.Selanjutnya, Berry (2017) menjelaskan bahwa asimilasi merupakan

kondisi pemilik budaya yang tidak memiliki ketertarikan atau upaya untuk

mempertahankan kebudayaan asli disamping menolak kebudayaan asing dan

berupaya menciptakan budaya baru.Strategi akulturasi budaya ini juga diterapkan

di Kelurahan Antang.Hanya saja yang menerapkannya lebih kepada kaum

milenial atau kaum generasi muda. Jika ini dibiarkan terus terjadi, peneliti

meyakini bahwa lima atau sepuluh tahun yang akan datang kebudayaan asli baik

milik masyarakat lokal atau masyarakat urban akan punah atau hilang. Dengan

demikian, menjadi sangat urgen untuk menanggulangi permasalahan strategi

akulturasi budaya yang digunakan oleh kaum milenial di Kelurahan

Antang.Mereka perlu untuk diedukasi mengenai pentingnya melestarikan budaya

asli.

Menyikapi perbedaan budaya bukanlah perkara muda, banyak hambatan

yang perlu untuk dilalui.Namun, tidak sedikit pula daya dukung ketika terjadi

perbedaan budaya.Berdasarkan data yang dihimpun, yang menjadi daya dukung

Page 82: AKULTURASI BUDAYA MASYARAKAT KOTA (STUDI …

76

terjadinya akulturasi budaya di Kelurahan Antang adalah sikap terbuka, toleransi,

dan menghargai.Terbuka dalam hal ini adalah sikap untuk mampu berpikir secara

logis dan menelaah baik buruk yang dapat diterima dari suatu interaksi atas

budaya yang berbeda.Terbuka bukan berarti menerima segala hal yang masuk

pada suatu entitas tertentu tetapi lebih kepada pola pikir lebih maju untuk melihat

segala kondisi secara logis sebelum mengambil suatu keputusan.Toleransi dan

meghargai sejatinya karakter bangsa Indonesia yang telah mendarah daging di

dalam hati dan sanubari setiap masyarakat Indonesia.Segala bentuk perbedaan

harus mampu dihargai dan ditoleris berdasarkan batas-batas nilai dan moral yang

berlaku.

Secara umum, produk perundang-undangan dan nilai-nilai keagaamaan

yang dianut oleh masyarakat Indonesia merupakan faktor pendukung untuk untuk

melancarkan proses akulturasi budaya. Hal tersebut sebagaimana yang

diungkapkan oleh Al-Issa, Ihsan & Michel Tousignant(1997) bahwa UU dan

ajaran agama adalah aturan mengikat yang memaksa masyarakat secara sukarela

untuk menjalankan akulturasi menurut standar yang diberlakukan. Adapun yang

dapat menjadi penghambat akulturasi budaya di Kelurahan Antang berdasarkan

data yang diperoleh adalah sikap negatif dari pada generasi milenial yang

cenderung apatis terhadap eksistensi budaya asli itu sendiri. Jika kondisi terus

terjadi, maka akulturasi bisa saja terjadi namun keaslian atau keberadaan budaya

asli masyarakat akan terancam punah.

Jika dilihat dari hasil penelitian ini, peneliti menemukan adanya kesamaan

antara hasil penelitian yang dilakukan oleh Wekke (2013), Junaid (2013),

Sahabuddin dan Surur (2018), dan Istiqhara (2017) meskipun objek kajiannya

Page 83: AKULTURASI BUDAYA MASYARAKAT KOTA (STUDI …

77

berbeda dimana proses akulturasi berjalan dengan harmonis meskipun terjadi

beberapa krisis sosial yang menandai akulturasi budaya tersebut.Dari kesamaan

ini, peneliti dapat menarik sebuah benang merah bahwa pencampuran budaya

pada satu wilayah tertentu sulit untuk menghindari terjadinya akulturasi.Apa lagi

jika interaksi antar budaya telah berlangsung sudah cukup lama maka akulturasi

menjadi sulit untuk dihindari. Namun, akulturasi bukanlah perkara buruk, hanya

strateginya saja yang harus diperhatikan.Integrasi menjadi sesuatu yang baik,

sedangkan asimilasi bisa saja menjadi strategi yang dapat mematikan dua atau

lebih kebudayaan yang saling bertintegrasi.

Page 84: AKULTURASI BUDAYA MASYARAKAT KOTA (STUDI …

78

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Mengacu pada data temuan, hasil analisis, serta pembahasanya,

kesimpulan dari penelitian ini sebagai berikut;

1. Wujud akulturasi budaya yang terjadi antara kebudayaan masyarakat urban

dan masyarakat lokal di Kelurahan Antang Kota Makassar sangat beragam.

Bahasa, makanan, kesenian, hingga pakaian merupakan aspek budaya yang

paling mudah diakulturasikan, sedangkan agama atau keyakinan serta upacara

adat tradisi adalah yang paling sulit atau bahkan tidak bisa diakulturasi.

2. Akulturasi budaya yang terjadi antara masyarakat urban dan masyarakat lokal

di Kelurahan Antang menggunakan dua macam strategi yaitu integrasi dan

asimilasi. Integrasi dinilai sebagai strategi yang tepat lagi baik untuk

melestarikan dan mengembangkan kebudayaan. Sedangkan asimilasi dinilai

strategi yang tidak tepat karena terindikasi upaya menghilangkan jati diri

kebudayaan asli sehingga mampu menimbulkan kepunahan budaya.

3. Akulturasi budaya memiliki dampak positif maupun dampak negatif. Dampak

positif akulturasi seperti melestarikan budaya atau bahkan mengembangkan

budaya. Selain itu, menjadi alasan terbukanya wawasan masyarakat menuju

pengetahuan yang lebih luas. Adapun dampak buruknya adalah dapat

mematikan kebudayaan asli jika salah dalam memilih strategi akulturasi.

Selain itu, mengubah tata cara pergaulan, mentalitas, rasa malu, dan

kepiawaian masyarakat.

Page 85: AKULTURASI BUDAYA MASYARAKAT KOTA (STUDI …

79

4. Faktor pendukung akulturasi budaya di Kelurahan Antang, Kota Makassar

yaitu adanya pola sikap dan pola pikir terbuka, saling menghargai,

menghormati, dan sikap toleransi. Selain itu, agama atau keyakinan tertentu

serta aturan perundang-undangan yang mengatur tentang aspek sosial

bermasyarakat dan berbudaya menjadi pendukung utama kelancaran

terjadinya akulturasi budaya. Adapun faktor penghambatnya adalah sikap

apatis masyarakat khususnya generasi muda atau milenial terhadap keaslian

budaya, atau sikap dominan atas budaya tertentu yang mendeskriminasi

kebudayaan lain.

B. Saran

Setelah melihat hasil penelitian ini, beberapa hal menjadi sangat penting

untuk peneliti sarankan bagi beberapa pihak berikut ini;

1. Masyarakat urban ataupun masyarakat lokal di Kelurahan Antang harus

senantiasa mencintai, menghargai, menjaga, dan berusaha melestarikan

kebudayaan asli masing-masing, namun tetap bersikap terbuka untuk

berkembang.

2. Generasi muda (milenial) diharapkan memiliki kesadaran akan pentingnya

kebudayaan asli sebagai penanda identitas sosial. Strategi akulturasi yang

digunakan oleh generasi muda sebaiknya dikaji ulang dan diganti dengan

strategi yang positif membangun peradaban yang lebih baik dengan tetap

mempertahankan keaslian budaya.

Page 86: AKULTURASI BUDAYA MASYARAKAT KOTA (STUDI …

80

DAFTAR PUSTAKA

SSAl-Issa, Ihsan& Michel Tousignant, 1997.Ethnicity, Immigration,

and Psychopathology. New York: Plenum Press.

Berry, John W. 2017. Lead Article: Immigration, Aculturation, and Adaptation.

Canada: Queeens University.

Berry, John W. 2001. Cross-Cultural Psychology. 2ndEd. New York: Cambridge

University Press.

Berry, Jhon W. 2010. Conceptual Approaches to Acculturation (Chapter Book)

Acculturation, Advanches in Theory, Measurement, and Applied

Research.Wasingto, DC: Decade of Behavior

Chotib. 2002. “KrisisEkonomi Dan MobilitasPenduduk Indonesia”. Jurnal Media

Ekonomi.Volume 6 Nomor 2.

Daldjoeni, N. 2012. Geografi Kota danDesa (EdisiRevisiCetakan 4). Bandung:

Penerbit Alumni.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 2008. Kamus Besar Bahasa

Indonesia.Jakarta: Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Republik

Indonesia.

Firman. Tommy. 1996. “Urban Development in Bandung Metropolitan Region: A

Transformation to ADesa-Kota Region. Journal of Third World Planning

Review.Volume 18 Nomor 1.

Hasyim, Umar. 2011. Sosok Akulturasi Kebudayaan Asli Hindu-Budhadan

Islam.Bandung: RemajaRosdakarya.

International Organization for Migration.2004. Migrasi Tenaga Kerja dari

Indonesia. Jakarta: IOM.

Istiqhara, Andi. 2017. “Pencampuran Budaya Masyarakat Suku Bugis dan Suku

Bali di Desa Tamuku Kecamatan Bone-Bone Kabupaten LuwuUatara.”.

Skripsi. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas

Negeri Makassar.

Junaid, Hamzah. 2013. “KajianKritisAkulturasi Islam denganBudayaLokal”.

Sulesana.Volume 8 Nomor 1, Halaman 1-14.

Junaidi, Edy.2009. “Kajian Berbagai Alternatif Perencanaan Penelolaan DASC

isadane Menggunakan Model SWAT”. Tesis. Institut Pertanian Bogor.

Page 87: AKULTURASI BUDAYA MASYARAKAT KOTA (STUDI …

81

Kartini, AchmadTolla, Jasruddin, dan Juanda. 2019. “The Design of Local

Culture-based Indonesian Language Teaching Materials”. Journal of

Language Teaching and Research.Volume 10 Nomor 2.Halaman 363-371.

Koentjaraningrat.2014. Kebudayaan Mentalitas dan Pembangunan. Jakarta:

Gramedia Pustaka Utama.

Koentjaraningrat. 2014. Sejarah Teori Antropologi (Edisi Revisi Cetakan ke 20).

Universitas Indraprasta Jakarta

Koentjaraningrat. 2016. Manusia dan Kebudayaan Indonesia (Edisi Revisi

Cetakan ke 22). Jakarta: Penerbit Djambatan.

Kotler, Philip & Kevin Lane Keller. 2008. Manajemen Pemasaran. Jakarta:

Indeks.

Lee. E. S. 2014. Suatu Teori Migrasi, (Terjemahan). Yogyakarta: Pusat Penelitian

dan Studi Kependudukan UGM.

Marbun, B.N. 2011.Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT Raja Grafindo

Persada.

Melville J. Herskovits &Bronislaw Malinowski, 1997.The Symbolic Construction

of Community. Routledge: New York.

Munir, Rozy.2000. MigrasiDalamDasar-Dasar Demografi Disunting Oleh

Lembaga Demografi Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Jakarta:

Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.

Nardy, Hasyim. 2012. Persatuan Dua Budaya. Jakarta: Permana Ofsett.

Ningsih, S. 2002. “Urbanisasi dan Kaitannya dengan Hukum dan Pendidikan”.

Artikel [dalam jaringan] diakses pada www.repository.usu.ac.id.

Nurudin, B. 2014.Antropologi Kebudayaan Manusia, Suatu Pengantar. Bandung:

Alfabeta.

Prabatmodjo, Hastu. 2000. “Perkotaan Indonesia Pada Abad Ke-21: Menuju

Urbanisasi Menyebar”. Jurnal Perencanaan Wilayah Kota, Volume 11.

Nomor 1.

Reksohadiprojo, Sukanto. 2000. Dasar-DasarManajemen. Yogyakarta: BPFE.

Rumondor, Alex H. 2015. Komunikasi Antar Budaya. Jakarta: Pusat Penerbitan

Universitas Terbuka.

Saebani, Beni Ahmad. 2012. Pengantar Antropologi. Bandung: CV Pustaka Setia.

Page 88: AKULTURASI BUDAYA MASYARAKAT KOTA (STUDI …

82

Sahabuddin, Washilah dan Fadhil Surur. 2018. “Akulturasi Budaya pada Pola

Permukiman Tradisional di Kampung Gantarang Lalang Bata Kabupaten

Kepulauan Selayar”. Tata Loka.Volume 20 Nomor 4.Halaman 373-383.

Sinulingga, Budi D. 2013. Pembangunan Kota Tinjauan Regional dan Lokal.

Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.

Smokowski, dkk. 2011. The Releationship Between Acculturation and Violence in

Minority Adolecence (Chapter Book) Acculturation, Implications for

Individuals, Families, and Society. New York: Nova Science Publishers,

Inc.

Soetomo, Sugiono. 2009. Urbanisasi & Morfologi Proses Perkembangan

Peradaban Dan Wadah Ruangnya Menuju Ruang Yang Manusiawi (Edisi

1). Yogyakarta: GrahaIlmu.

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan, Pendekatan Kualitatif,

Kuantitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Sullivan, A.O. 2003.Urban Economics.5st edition.New York: McGraw Hill.

Wekke, Ismail Suwardi. 2013. “Islam danAdat: Tinjauan Akulturasi Budaya dan

Agama dalam Masyarakat Bugis”. Analisis: Jurnal Studi KeIslaman.

Volume 13 Nomor 1.Halaman 27-56.

Page 89: AKULTURASI BUDAYA MASYARAKAT KOTA (STUDI …

83

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Page 90: AKULTURASI BUDAYA MASYARAKAT KOTA (STUDI …

84

Page 91: AKULTURASI BUDAYA MASYARAKAT KOTA (STUDI …

85

.

Page 92: AKULTURASI BUDAYA MASYARAKAT KOTA (STUDI …

86

Lampiran 1

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI INFORMAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan bersedia

menjadi informan dalam penelitian yang dilakukan oleh saudari

Rahmawati yang berjudul Akulturasi Budaya Masyarakat Kota

(Studi Fenomenologi Penduduk Urban Di Kelurahan Antang

Makassar).

Saya memahami bahwa penelitian ini tidak akan berakibat

negatifterhadap diri saya dan akan di jaga kerahasiaannya oleh peneliti

serta hanya digunakan untuk kepentingan penelitian. Oleh karena itu

saya bersedia menjadi informan dalam penelitian ini.

Demikian surat pernyataan ini saya buat untuk digunakan

sebagaimana mestinya.

Makassar,………..2019

Tertanda

(……………)

Page 93: AKULTURASI BUDAYA MASYARAKAT KOTA (STUDI …

87

Lampiran 2

PERMOHONAN MENJADI INFORMAN

Kepada Yth:

Bapak/Ibu Calon Informan Penelitian

Di Kelurahan Antang Makassar

Dengan Hormat,

Saya yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama : Rahmawati

NIM : 10538324015

Adalah mahasiswa Program Studi Pendidikan Sosiologi

Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan yang sedang melakukan

penelitian dengan judul Akulturasi Budaya Masysrakat Kota (Studi

Fenomenologi Penduduk Urban Di Kelurahan Antang Makassar).

Penelitian ini tidak menimbulkan akibat yang merugikan

Bpak/Ibu sebagai informan dan kerahasiaan informasi yang diberikan

akan dijaga serta hanya digunakan untuk kepentingan penelitian.

Apabila Bapak/Ibu menyetujui, maka saya mohon kesediaannya untuk

menendatangani persetujuan dan menjawab pertanyaan-pertanyaan

yang diajukan peneliti. Atas perhatian dan kesediaan Bapak/Ibu

informan, saya ucapkan terima kasih.

Makassar, 2019

Peneliti

(Rahmawati)

Page 94: AKULTURASI BUDAYA MASYARAKAT KOTA (STUDI …

88

Lampiran 3

PEDOMAN WAWANCARA MENDALAM

AKULTURASI BUDAYA MASYARAKAT KOTA (STUDI

FENOMENOLOGI PENDUDUK URBAN DI KELURAHAN

ANTANG MAKASSAR)

A. Identitas Informan

1. Nama Inisial :

2. Usia :

3. Pendidikan :

4. Pekerjaan :

5. Agama :

6. Alamat :

B. Orientasi

1. Memperkenalkan diri.

2. Menjelaskan maksud dan tujuan wawancara disertai dengan

manfaat penelitian dan menjelaskan kerahasiaan informan

terjamin

3. Meminta calon informan menandatangani surat pernyataan

kesediaan menjadi informan

4. Melakukan kontrak wawancara, menawarkan waktu

wawancara 10-15 menit

C. Inti

Setelah calon informan menandatangani surat pernyataan

kesediaan menjadi informan, selanjutnya peneliti mewawancarai

informan dengan merekam isi pembicaraan dengan alat perekam.

Page 95: AKULTURASI BUDAYA MASYARAKAT KOTA (STUDI …

89

Lampiran 4

TRIANGULASI

AKULTURASI BUDAYA MASYARAKAT KOTA(STUDI

FENOMENOLOGI PENDUDUK URBAN DI KELURAHAN

ANTANG MAKASSAR)

A. Identitas Informan

1. Nama Inisial :

B. Orientasi

1. Memperkenalkan diri

2. Menjelaskan maksud dan tujuan wawancara di sertai dengan

manfaat penelitian dan menjelaskan kerahasiaan informan

terjamin

3. Meminta calon informan menandatangani surat pernyataan

kesediaan menjadi informan

4. Menjelaskan kontrak wawancara,menawarkan waktu

wawancara 10-15 menit

C. Inti

Setelah calon informan menandatangani surat bpernyataan

kesediaan menjadi informan , selanjutnya peneliti

mewawancarai informan dengan menulis apa yang di

sampaikan oleh informan sesuai dengan pertanyaan yang

diajukan oleh peneliti

Pertanyaan yang akan disampaikan adalah sebagai berikut:

1. Dari mana asal anda?

2. Sudah berapa lama anda menetap di Kelurahan Antang

Makassar

3. Pengaruh apa yang bisa anda rasakan selama berada di

Kelurahan Antang Makassar

4. Bahasa apa saja yang bisa anda gunakan selama berada di

Kelurahan Antang Makassar

5. Mengapa anda memilih melakukan urbanisasi?

Dibandingkan tetap tinggal di kota asal anda?

Page 96: AKULTURASI BUDAYA MASYARAKAT KOTA (STUDI …

90

6. Apa yang membuat anda lebih memilih melakukan

urbanisasi? Sedangkan di perkampungan kaya akan

sayuran,buah,dll?

7. Apakah anda sudah bisa dengan lancer mengucapkan bahasa

Massar itu sendiri maupun bahasa lainnya yang ada di sekitar

anda?

D. Terminasi

1. Menyimpulkan hasil wawancara

2. Menyampaikan terima kasih

3. Mengakhiri wawancara

Page 97: AKULTURASI BUDAYA MASYARAKAT KOTA (STUDI …

91

Lampiran 5

Informan 1

A. Identitas Informan

1. Nama : Dian

2. Umur : 28

3. Jenis Kelamin : Perempuan

4. Pekerjaan : Wiraswasta

B. Hasil wawancara dengan Informan

1. Dari mana asal anda?

Toraja

2. Sudah berapa lama anda menetap di Kelurahan Antang?

Iye,lama sekalimi kah waktukuji mau masuk sekolah SMP,

disini memang meka sekolah SMP sama SMA sudah itu

kerja meka.

3. Apa pengaruh yang bisa anda rasakan selama berada di

Kelurahan Antang Makassar?

Banyak pengaruhnya karena kalau di kampungka susah ka

kalau mau kesekolah karena jauh rumahku dari sekolah-

sekolah. Baru disini juga kerja ka

4. Bahasa apa saja yang bisa anda gunakan selama berada di

Kelurahan Antang Makassar?

Bahasa Makassar tonji,karena nda terlalu bergabungka

sama tetangga-tetanggaku karena pagi pergima

kerja,malampi seng baru pulangka

Page 98: AKULTURASI BUDAYA MASYARAKAT KOTA (STUDI …

92

5. Mengapa anda memilih untuk melakukan urban ? sedangkan

di perkampungan kaya akan sayuran,buah,dll?

Iye memang kalau di Makassar serba di bellipi sayur apa

semua di bellipi tapi maumi di apa kalau di sini jeki bisa

cari uang

6. Mengapa anda lebih memilih melakukan urbanisasi di

bandingkan dengan tinggal di kota asal anda?

Karena kalau di kampungku jeka nda bisaka kerja,mungkin

di kebunnya ka saja bapakku petik-petik sayur

7. Apakah anda sudah bisa berbahasa Makassar dengan baik?

Belum terlalupi iya,kalau yang bahasa mangkasara itu.

Page 99: AKULTURASI BUDAYA MASYARAKAT KOTA (STUDI …

93

Informan 2

A. Identitas Informan

1 Nama : Cullang

2 Umur : 31

3 Jenis Kelamin : Laki-laki

4 Pekerjaan : Wiraswasta

B. Hasil wawancara dengan Informan

1. Dari mana asal anda?

Enrekang

2. Sudah berapa lama anda menetap di Kelurahan Antang?

Maumi kayaknya 7 tahun

3. Apa pengaruh yang bisa anda rasakan selama berada di

Kelurahan Antang Makassar?

Pengarunya itu bisakah sampai sekolah tinggi,setidaknya

samapi S1 ji

4. Bahasa apa saja yang bisa anda gunakan selama berada di

Kelurahan Antang Makassar?

Bisaka bahasa mangkasara,bisaka juga bahasa bugis

karena ada tetanggaku orang bugis seringka sama-sama

jadi otomatis bisa ka juga bahasa bugis

5. Mengapa anda memilih untuk melakukan urban ? sedangkan

di perkampungan kaya akan sayuran,buah,dll?

Karena kalau di enrekang teruska tidak bisa ka kuliah

karena tidak ada dulu universitas disana,iya kalau sayuran

Page 100: AKULTURASI BUDAYA MASYARAKAT KOTA (STUDI …

94

sama buah buahan memang di kampungku banyak tapi

begitumi kalau di Makassar ji bisa kuliah orang

6. Mengapa anda lebih memilih melakukan urbanisasi di

bandingkan dengan tinggal di kota asal anda?

Karena kalau di enrekang teruska tidak kuliah ka

7. Apakah anda sudah bisa berbahasa Makassar dengan baik?

Nassami iya

Page 101: AKULTURASI BUDAYA MASYARAKAT KOTA (STUDI …

95

Informan 3

A. Identitas Informan

1. Nama : Hasby

2. Umur : 41

3. Jenis Kelamin : Laki-laki

4. Pekerjaan : Wiraswasta

B. Hasil wawancara dengan Informan

1. Dari mana asal anda?

Jawa

2. Sudah berapa lama anda menetap di Kelurahan Antang?

Sudah lamami sebelum menikah,sudah 20 tahun kalau tidak

salah

3. Apa pengaruh yang bisa anda rasakan selama berada di

Kelurahan Antang Makassar?

Saya bisa berjualan agak laris disini di banding disana di

jawa karena lebih banyak warganya disana dan yang

menjual juga banyak sekali jadi terlalu banyak saingan

4. Bahasa apa saja yang bisa anda gunakan selama berada di

Kelurahan Antang Makassar?

Bisaka bahasa mangkasara,bisaka juga bahasa bugis

karena ada tetanggaku orang bugis seringka sama-sama

jadi otomatis bisa ka juga bahasa bugis

5. Mengapa anda memilih untuk melakukan urban ? sedangkan

di perkampungan kaya akan sayuran,buah,dll?

Page 102: AKULTURASI BUDAYA MASYARAKAT KOTA (STUDI …

96

Karena kalau di enrekang teruska tidak bisa ka kuliah

karena tidak ada dulu universitas disana,iya kalau sayuran

sama buah buahan memang di kampungku banyak tapi

begitumi kalau di Makassar ji bisa kuliah orang

6. Mengapa anda lebih memilih melakukan urbanisasi di

bandingkan dengan tinggal di kota asal anda?

Karena kalau di enrekang teruska tidak kuliah ka

7. Apakah anda sudah bisa berbahasa Makassar dengan baik?

Nassami iya

Page 103: AKULTURASI BUDAYA MASYARAKAT KOTA (STUDI …

97

Informan 4

A. Identitas Informan

1. Nama : Hariani

2. Umur : 54

3. Jenis Kelamin : Perempuan

4. Pekerjaan : IRT

B. Hasil wawancara dengan Informan

1. Dari mana asal anda?

Bone

2. Sudah berapa lama anda menetap di Kelurahan Antang?

Adami 29 tahu n

3. Apa pengaruh yang bisa anda rasakan selama berada di

Kelurahan Antang Makassar?

Bisaka kodong kasih sekolah anakku,karena kalau di

kampung tidak ada penghasilannya suamiku,kalau disini

banyakji bisa di kerja supaya menghasilkan uang

4. Bahasa apa saja yang bisa anda gunakan selama berada di

Kelurahan Antang Makassar?

Biasa sekali kali bahasa Makassar seperti kalau belanja di

penjual sayur

5. Mengapa anda memilih untuk melakukan urban ? sedangkan

di perkampungan kaya akan sayuran,buah,dll?

Page 104: AKULTURASI BUDAYA MASYARAKAT KOTA (STUDI …

98

Ituji kalau banyak kebunnya orang,saya kodong kah nda ada

kebunku,kebunnyaji saudara tapi tidak enak kalau pergiki

terus ambil di kebunnya

6. Mengapa anda lebih memilih melakukan urbanisasi di

bandingkan dengan tinggal di kota asal anda?

Sudah terbiasa memang tinggal di kota

7. Apakah anda sudah bisa berbahasa Makassar dengan baik?

Iya bisama

Page 105: AKULTURASI BUDAYA MASYARAKAT KOTA (STUDI …

99

SURAT IZIN PENELITIAN

Page 106: AKULTURASI BUDAYA MASYARAKAT KOTA (STUDI …

100

Page 107: AKULTURASI BUDAYA MASYARAKAT KOTA (STUDI …

101

RIWAYAT HIDUP

Rahmawati. Lahir pada tanggal 09 September 1997, di Makassar

Provinsi Sulawesi Selatan. Penulis merupakan Putri ke Tiga dari

tiga bersaudara oleh pasangan Ayahanda Halang dan Ibunda

Nurhaeda. Penulis pertama kali masuk pendidikan Formal di

SDN 296 Bana padatahun 2003 dan tamat padatahun 2009.

Pada tahun yang sama penulis melanjutkan pendidikan ke SMPN

5 Bontocani dan tamat pada tahun 2009. Setelah tamat di SMP, Penulis

melanjutkan ke SMK Negeri 7 Makassar dan tamat pada tahun 2015. Dan pada

tahun yang sama penulis terdaftar sebagai Mahasiswi di Universitas

Muhammadiyah Makassar , Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Jurusan

Pendidikan Sosiologi melalui SeleksiPenerimaan Mahasiswa Baru (SPMB).