28
PERAN ORGANISASI SOSIAL BERBASIS LOKAL GENIUS: STRATEGI OPTIMALISASI AKULTURASI KEBUDAYAAN TIONGHOA TERHADAP KEBUDAYAAN LOKAL DI ERA GLOBAL KARYA TULIS ILMIAH REMAJA BIDANG PENGEMBANGAN KEBUDAYAAN TIONGHOA DISUSUN OLEH: FATIH AZZAHRA NIS: 00205 SITI SHOFIYAH AISYAH NIS: 00238 SMA AR-RISALAH LIRBOYO KOTA KEDIRI

Akulturasi Budaya

Embed Size (px)

DESCRIPTION

akulturasi budaya

Citation preview

PERAN ORGANISASI SOSIAL BERBASIS LOKAL GENIUS: STRATEGI OPTIMALISASI AKULTURASI KEBUDAYAAN TIONGHOA TERHADAP KEBUDAYAAN LOKAL DI ERA GLOBAL

KARYA TULIS ILMIAH REMAJA

BIDANG PENGEMBANGAN KEBUDAYAAN TIONGHOADISUSUN OLEH:

FATIH AZZAHRANIS: 00205

SITI SHOFIYAH AISYAHNIS: 00238

SMA AR-RISALAH LIRBOYO

KOTA KEDIRI

JAWA TIMUR

2010

HALAMAN PENGESAHAN

1. Judul: Peran Organisasi Sosial Berbasis

Lokal Genius: Strategi Optimalisasi

Akulturasi Kebudayaan Tionghoa

Terhadap Kebudayaan Lokal Di Era Global

2. Pelaksana Kegiatan

Nama Lengkap: Fatih Azzahra

NIS: 00205Sekolah: SMA Ar-Risalah KediriAlamat: Jl. Aula Muktamar 2, KediriNo. Telepon: 0354-770077

Email: [email protected] Lengkap: Siti Shofiyah Aisyah

NIS: 00238Sekolah: SMA Ar-Risalah Kediri

Alamat: Jl. Aula Muktamar 2, KediriNo. Telepon: 0354-770077

Email: 3. Guru Pembimbing

Nama lengkap: Agus Muji Santoso

NIP: -Instansi: SMA Ar-Risalah Kediri

Nomor Telepon/email: 085 856 259 188/

[email protected]:

Guru Pembimbing,AGUS MUJI SANTOSO,S.Pd.

Kediri, 10 Januari 2010 Pelaksana Kegiatan,FATIH AZZAHRA

Mengetahui:

Kepala SMA Ar-Risalah Kediri,

MUHAMMAD IKHSAN, S.Pd.I.

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, ungkapan rasa tauhid dan tasyakur kepada Allah Swt atas nikmat-nikmat-Nya karena kami masih diberi kekuatan dan kesempatan untuk menyusun sekaligus menyelesaikan karya tulis yang berjudul Peran Organisasi Sosial Berbasis Lokal Genius : Strategi Optimalisasi Akulturasi Kebudayaan Tionghoa Terhadap Kebudayaan Lokal di Era Global sesuai dengan yang ditargetkan.

Selanjutnya, di dalam karya tulis ini akan mendeskripsikan hasil temuan dilapangan terkait perkembangan dan akulturasi buday aTionghoa pad amasyarakat dan budaya setempat. Di samping itu juga, memaparkan strataegi optimalisasi akulturasi kebudayaan Tionghoa terhadap kebudayaan lokal di era global. Disadari sepenuhnya bahwa hasil yang diperoleh hingga terwujudnya karya tulis ini tidak lepas dari pihak-pihak yang berkompeten di bidangnya. Dalam kesempatan strategis ini kami sampaikan terima kasih kepada:

1. Muhammad Ikhsan, S.Pd.I, selaku Kepala Sekolah SMA Ar-Risalah Kediri.2. Agus Muji Santoso, S.Pd., selaku Guru Pembimbing Penelitian, terima kasih atas arahan, bimbingan, dan motivasinya untuk terus berkarya,

3. Serta pihak-pihak yang telah membantu baik secara langsung maupun tidak langsung sedemikian rupa sehingga studi ini dapat terlaksana.

Masukan berupa saran dan kritik yang proporsional dan kontruktif dari pembaca pada umunya dan dari kalangan civitas akademika yang berkompeten dibidangnya sangat diharapkan guna memenuhi pencapaian tujuan penyusunan karya tulis ini. Semoga karya tulis ini dapat memberikan referensi teoritis dan praktis terkait pengembangan budaya asing dalam budaya lokal di Jawa khususnya dan di Indonesia pada umumnya.

Kediri, 10 Januari 2010Penyusun

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama: Fatih AzzahraNIS: 00205Tempat, tanggal lahir: Temanggung, 05 Juni 1994beserta,Nama: Siti Shofiyah AisyahNIS: 00238Tempat, tanggal lahir: Lumajang, 19 Desember 1994Sekolah : SMAAr-Risalah -Kediri

menyatakan dengan sebenarnya bahwa karya tulis yang kami susun ini benar-benar merupakan hasil karya kami sendiri dan bukan merupakan pengambilalihan tulisan atau pikiran orang lain, kecuali yang secara sengaja dan tertulis diacu dalam naskah ini serta yang disebutkan dalam daftar pustaka.

Pembuat pernyataan I ,

FATIH AZZAHRA

NIS: 00205

Kediri, 10 Januari 2010

Pembuat pernyataan II ,

SITI SHOFIYAH AISYAH

NIS: 00238

DAFTAR ISI

Halaman Sampul

Halaman Pengesahan

Kata Pengantar

Pernyataan Keaslian Tulisan

Daftar Isi Ringkasan PENDAHULUANBAB IV HASIL DAN PEMBAHASANBAB V PENUTUPDaftar Pustaka

Lampiran 1: Kerangka Berpikir

Lampiran 2: Format Angket

Lampiran 3: Hasil Pengisian Angket

Lampiran 4: Daftar Responden

Lampiran 5: Gambar Bentuk Akulturasi BudayaI. PENDAHULUAN

II. METODE PENELITIAN

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. SIMPULAN

RINGKASAN

Fatih Azzahra, Siti Shofiyah Aisyah. 2010. Peran Organisasi Sosial Berbasis Lokal Genius: Strategi Optimalisasi Akulturasi Kebudayaan Tionghoa Terhadap Kebudayaan Lokal Di Era Global. Karya Tulis Ilmiah Remaja, SMA Ar-Risalah Kediri. Pembimbing: Agus Muji Santoso.Kata kunci : lokal genius, akulturasi, budaya Tionghoa, budaya lokalBAB IPEDAHULUAN Kebudayaan Indonesia pada hakikatnya dilandasi oleh nilai-nilai yang bersumber pada ajaran Hindu-Budha yang dalam era kini telah berkembang menjadi ajaran keislaman bersifat kejawen dengan pola dasar klasik (kuno). Meskipun begitu, masih terdapat beberapa ajaran religius lain yang mendominasi terhadap aktivitas masyarakat sehar-hari. Khususnya terhadap masyarakat Jawa yang mempercayai tentang hal-hal bersifat mistis dan masih adanya kepercayaan kuno terhadap nenek moyang masing-masing (mantifact). Sehingga tak heran, jika masih dapat ditemukannya budaya-budaya klasik seperti Grebeg Mulud, Kenduri, Sekaten dan lain sebagainya yang dijadikan sebagai aktivitas adat masyarakat setempat. Dengan adanya kebudayaan Jawa yang seperti ini, menyebabkan kebudayaan Indonesia bersifat fleksibel dan selektif dalam menerima dan mengadopsi pengaruh kebudayaan luar.

Perjalanan sejarah menunjukkan bahwa komunikasi dan interaksi antara kebudayaan Indonesia dan budaya-budaya luar seperti Cina dan Eropa, telah menciptakan suatu kreativitas dan inovatif baru dalam mengembangkan budaya-budaya Jawa, khususnya dalam bidang kesenian dan tata moral. Terlebih adanya budaya Cina yang memberikan corak khas terhadap pernak-pernik budaya Jawa, baik dalam seni rupa, pertunjukkan, maupun adat-istiadat. Adanya proses akulturasi tersebut menunjukkan bahwa kebudayaan di Indonesia bersifat fleksibel dan selektif sehingga tetap mampu bertahan dalam menjaga kemurnian kebudayaan Indonesia itu sendiri. Jika kita lihat saksama, kebudayaan tersebut ternyata juga teraplikasi dalam susunan sistem sosial yang berada di Pulau Jawa. Terbukti dengan gambaran, banyaknya adat tradisi Cina yang masuk di tengah-tengah kebudayaan Jawa tanpa menghilangkan adat-tradisi asli dari budaya-budaya Jawa itu sendiri, yakni berupa kebudayaan tradisional yang mash tetap eksis bertahan sampai modern kini, khususnya di bidang kesenian.

Disamping itu, kebudayaan Jawa juga menyimpan nilai-nilai dasar yang dominan seperti nilai religius, nilai estetika dan nilai solidaritas. Nilai-nilai tersebut diperkirakan mampu bertahan menghadapi berbagai pengaruh globalisasi yang beranekaragam. Namun demikian, perlu kiranya dipahami bahwa ketahanan kebudayaan Jawa memiliki kelemahan ditinjau dari segi melemahnya fungsi bahasa, aksara dan sastra Jawa sebagai unsur dan media kebudayaan dalam berinteraksi dengan masyarakat lokal.

METODE PENELITIAN

Oleh karena keterbatasan yang dimiliki, penelitian ini berjenis penelitian deskriptif eksploratif (Arikunto, 2007). Maksudnya, memaparkan data yang diperoleh (Suriatmaja, 2008) kemudian mengeksporasi data untuk dipetakan sesuai dengan kerangka berpikir penelitian. Adapun pendekatan penelitian yang digunakan adalah kualitattif, data berupa non angka dan lebih pada deskripsi data (Sugiono, 2008).

Penelitian ini dilaksanakan sesuai dengan matrik berikut,

No.KegiatanHari keTempat*)

1.Perumusan masalah 1, 2, 3A

2.Studi Pendahuluan2, 3, 4, 5A,B

3.Pengumpulan data2, 3, 4, 5, 6A,B

4.Penyusunan karya tulis4, 5, 6, 7, 8A

5.Pemuktahiran sistesis dan analisis data deskripstif6, 7, 8A

6.Penarikan simpulan 7, 8A

Keterangan*):

A: SMA Ar-Risalah Kediri

B: Komunitas dan tempat ibadah Tri Darma Kediri

Adapun teknik pengumpulan data, baik data primer maupun sekunder dengan menggunakan 3P dari Arikunto, 2008. Meliputi: paper (dengan mengumpulkan informasi berupa media cetak, kajian sebelumnya, jurnal, enklopedia, dan sejenisnya), person (dengan menggunakan angket tertutup) pada 20 responden dengan metode cluster sample, dan place (dengan melaksanakan observasi ke lapangan sesuai dengan kebutuhan). Mengingat studi yang dilakukan berjenis deskriptif eksploratif dengan pendekatan kualitatif, maka model strategi optimalisasi akulturasi dan simpulan diperoleh dengan cara berpikir deduktif dan induktif (Sugiono, 2008), dan kombinasi keduanya (Wiriatmaja, 2008) sesuai dengan kerangka berpikir penelitian (Nazir, 2006), sehingga diperoleh sintesis model strategi optimalisasi akulturasi kebudayaan Tionghoa dengan kebudayaan lokal sesuai yang diharapkan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

DAFTAR PUSTAKALampiran 1: Kerangka Berpikir

Lampiran 2: Format Angket

Lampiran 3: Hasil Pengisian Angket

Lampiran 4: Daftar Responden

Lampiran 5: Gambar Bentuk Akulturasi Budaya

BAB I

PENDAHULUANA. Latar Belakang PenelitianKebudayaan Indonesia pada hakikatnya dilandasi oleh nilai-nilai yang bersumber pada ajaran Hindu-Budha yang dalam era kini telah berkembang menjadi ajaran keislaman bersifat kejawen dengan pola dasar klasik (kuno). Meskipun begitu, masih terdapat beberapa ajaran religius lain yang mendominasi terhadap aktivitas masyarakat sehar-hari. Khususnya terhadap masyarakat Jawa yang mempercayai tentang hal-hal bersifat mistis dan masih adanya kepercayaan kuno terhadap nenek moyang masing-masing (mantifact). Sehingga tak heran, jika masih dapat ditemukannya budaya-budaya klasik seperti Grebeg Mulud, Kenduri, Sekaten dan lain sebagainya yang dijadikan sebagai aktivitas adat masyarakat setempat. Dengan adanya kebudayaan Jawa yang seperti ini, menyebabkan kebudayaan Indonesia bersifat fleksibel dan selektif dalam menerima dan mengadopsi pengaruh kebudayaan luar.

Perjalanan sejarah menunjukkan bahwa komunikasi dan interaksi antara kebudayaan Indonesia dan budaya-budaya luar seperti Cina dan Eropa, telah menciptakan suatu kreativitas dan inovatif baru dalam mengembangkan budaya-budaya Jawa, khususnya dalam bidang kesenian dan tata moral. Terlebih adanya budaya Cina yang memberikan corak khas terhadap pernak-pernik budaya Jawa, baik dalam seni rupa, pertunjukkan, maupun adat-istiadat. Adanya proses akulturasi tersebut menunjukkan bahwa kebudayaan di Indonesia bersifat fleksibel dan selektif sehingga tetap mampu bertahan dalam menjaga kemurnian kebudayaan Indonesia itu sendiri. Jika kita lihat saksama, kebudayaan tersebut ternyata juga teraplikasi dalam susunan sistem sosial yang berada di Pulau Jawa. Terbukti dengan gambaran, banyaknya adat tradisi Cina yang masuk di tengah-tengah kebudayaan Jawa tanpa menghilangkan adat-tradisi asli dari budaya-budaya Jawa itu sendiri, yakni berupa kebudayaan tradisional yang mash tetap eksis bertahan sampai modern kini, khususnya di bidang kesenian.

Disamping itu, kebudayaan Jawa juga menyimpan nilai-nilai dasar yang dominan seperti nilai religius, nilai estetika dan nilai solidaritas. Nilai-nilai tersebut diperkirakan mampu bertahan menghadapi berbagai pengaruh globalisasi yang beranekaragam. Namun demikian, perlu kiranya dipahami bahwa ketahanan kebudayaan Jawa memiliki kelemahan ditinjau dari segi melemahnya fungsi bahasa, aksara dan sastra Jawa sebagai unsur dan media kebudayaan dalam berinteraksi dengan masyarakat lokal.

Realitas tersebut membentuk sebuah pola pemikiran bagi kami. Bagaimana kita sebagai warga Negara Indonesia khususnya suku Jawa, mampu mengolah dan mengembangkan pengaruh kebudayaan Tionghoa yang kini telah mendominasi terhadap aktivitas masyarakat lokal. Etnis Tionghoa yang kita ketahui telah bermukim di Indonesia lebih dari 500 tahun dan merupakan etnis asing dengan penduduk terbanyak di Indonesia, patut kita kaji secara mendalam. Maksudnya, kita harus telah mampu memilah dampak positif dan negatif dari unsur-unsur budaya tersebut atau bahkan mampu mengolah dan menciptakan budaya positif baru dari adanya pengaruh-pengaruh tadi. Kami pun ingin mengubah pola pemikiran masyarakat yang cenderung bertanggapan negatif terhadap masuknya budaya-budaya asing di tengah-tengah kebudayaan dan adat-tradisi masyarakat Jawa khususnya budaya Cina yang dianggap membawa pengaruh besar terhadap perkembangan kualitas mutu di Jawa.

B. Rumusan Masalah

Dari latar belakang yang telah dipaparkan, masalah-masalah yang muncul antara lain :

Apa yang dimaksud dengan 5K strategi akuturasi ?

Bagaimanakah membentuk budaya politik positif baru dari akulturasi tersebut ?

Bagaimanakah merubah pola pemikiran negatif masyarakat terhadap kebudayaan Tionghoa dengan cara tersebut ?

Bagaimanakah implementasi / penerapan metode tersebut ?

C. Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui definisi / konsep dari metode tersebut.

Untuk membentuk budaya positif baru dari akulturasi tersebut.

Untuk merubah pola pikir negatif masyarakat terhadap budaya budaya Tionghoa.

Untuk mengetahui implementasi / penerapan dari metode tersebut.

D. Manfaat PenelitianMetode ini bermanfaat sebagai pengembangan dan peningkatan kualitas mutu kebudayaan di Indonesia. Selain itu juga sebagai jalan yang tepat untuk memperbaiki dan mempertahankan hubungan dan kearifan lokal antar etnis (Cina dan Jawa) serta membentuk pola pikir positif masyarakat terhadap akulturasi budaya-budaya tersebut. Dengan adanya metode ini, diharapkan dapat memberikan manfaat yang besar bagi masyarakat Tionghoa dan non-Tionghoa yang nantinya dapat memperkuat rasa saling pengertian dan mengurangi kesalahpahaman antar etnis tadi. Sehingga antar etnis dapat mengenal dan belajar tentang kebudayaan satu sama lain.

BAB II

TELAAH PUSTAKA

A. Pertelaan Budaya, Akulturasi dan Strategi Budaya

Kebudayaan berarti buah budi manusia adalah hasil perjuangan manusia terhadap dua pengaruh kuat, yakni zaman dan alam yang merupakan bukti kejayaan hidup manusia unutk mengatasi berbagai rintangai dan kesukaran dalam hidup dan penghidupannya, guna mencapai keselamatan dan kebahagia an yang pada lahirnya bersifat tertib dan damai. (Ki Hajar Dewantara)

Akulturasi

Akulturasi adalah bersatunya dua kebudayaan atau lebih sehingga membentuk kebudayaan baru tanpa menghilangkan unsure-unsur kebudayaan asli.

Strategi

Langkah-langkah yang digunakan dalam memecahkan suatu masalah berdasarkan pola pikir yang tepat.

Jadi tujuan telaah diatas adalah memudahkan pembaca untuk memahami langkah-langkah dalam memecahkan masalah akulturasi budaya yang masuk di Indonesia sebagai langkah untuk meningkatkan mutu kualitas di Indonesia, khususnya di Pulau Jawa..

B. Fungsi Akulturasi BudayaC. Potensi Masyarakat Jawa D. Kerangka BerpikirBAB III

METODE PENELITIAN

Jenis Pendekatan Penelitian

Penelitian ini menggunakan :

Pendekatan Observasi Pendekatan Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dimulai pada 6 Januari 2010 di sekitar daerah Kota Kediri

Teknik Pengumpulan Data

Penelitian ini menggunakan data angket dan wawancara terhadap beberapa penduduk Jawa dan Tionghoa, khususnya mereka-mereka yang bermukim di Kediri.

Teknik Analisis Data

Penganalisisan penelitian ini kami coba terapkan ke beberapa orang Tionghoa dan Jawa di Kediri.

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Kebudayaan Jawa

B. Proses Masuknya Budaya Tionghoa ke Jawa

Masuknya budaya Cina ke Jawa, belum dapat ditemukan awal mulanya secara jelas.

Awal mula sebelum terbentuknya Indonesia, kerajaan-kerajaan yang bernafaskan agama Hindu dan Buddha sempat mendominasi Nusantara pada abad ke-5 Masehi yang ditandai dengan berdirinya kerajaan tertua sampai pada penghujung abad ke-15 Masehi. Pada saat itu, tepatnya pada abad ke-8 masyarakat Tionghoa mulai masuk ke Indonesia dengan tujuan berdagang. Selain itu, banyak juga para perantaui Tionghoa datang ke Indonesia dan menetap di Nusantara. Masyarakat Tionghoa menetap dan menikahi penduduk local sehingga menghasilkan perpaduan kebudayaan Tionghoa dan kebudayaan lokal. C. Pembauran dan Integrasi Komunitas Tionghoa di Jawa

Masyarakat dan kebudayaan Jawa tidak luput dari perubahan di kancah globalisasi ini yang jika kita amati, kini tengah mengalami suatu paradoks yakni cenderung mengadopsi kebudayaan modern yang mendunia. Perubahan tersebut terutama dipengaruhi oleh adanya budaya serta adat-tradisi Cina yang terus berkembang seiring dengan perkembangan zaman. Keberadaan masyarakat Cina pun semakin membawa pengaruh besar terhadap kegiatan keseharian masyarakat Jawa. Komunitas dan interaksi sosial yang dilakukan oleh komunitas mereka terhadap masyarakat Jawa pun lazimnya orang yang sudah mengenal satu sama lain, sehingga terbentuk pembauran yang mengandung unsur-unsur budaya dan tradisi yang nantinya cenderung membentuk budaya baru di tengah-tengah kebudayaan Jawa. Terlebih setelah adanya konsep pribumi dan non-pribumi dalam UU no. 12 tentang kewarganegaraan itu dihapuskan. Masyarakat Cina lebih leluasa untuk mengenalkan dan mengembangkan budaya-budaya mereka, bahkan mereka mampu membaur dengan masyarakat baik lokal maupun non lokal.

Pembauran ini semakin jelas dengan adanya berbagai komponen budaya Cina yang telah menyatu dalam kebudayaan Jawa antara lain pemberian angpao dalam hari-hari besar dan beberapa jenis kesenian (seni ukir dan tari Cina). Serta adanya persebaran mereka memasuki area lain, dengan profesi yang bermacam-macam..

Persebaran mereka-pun tak bisa dikatakan sebagai persebaran dengan ruang lingkup yang sempit. Selain di perkotaan, komunitas ini juga tersebar di daerah pedesaan. Mereka umumnya bermatapencaharian sebagai pedagang atau petani. Mayoritas komunitas mereka bermukim di daerah dekat pasar dan pusat perdagangan. Bahkan, mereka yang tinggal di pedesaan lebih menyatu dan membaur dengan masyarakat Jawa dan sudah mampu memahami terhadap kesatuan dan keanggotaan sebagai masyarakat Indonesia. Meskipun dalam usaha pembauran mereka, masih terhadang oleh beberapa pandangan negatif terhadap kelompok etnis mereka. Pembauran mereka terlihat semakin nyata dan jelas, diiringi perkembangan masyarakat yang lebih menghargai diversitas (keanekaragaman) terhadap budaya asing.

Studi kasus terhadap komunitas Cina di Kediri menunjukkan pada tingkat integritas tinggi komunitas mereka.

Hal ini yang nantiya akan membuat masyarakat lokal lebih cenderung menerima dan mengadopsi budaya-budaya mereka serta akan membawa pengaruh besar terhadap peningkatan kualitas mutu di Jawa maupun daerah lainnya di Indonesia.

D. Pengaruh Kebudayaan Tionghoa di Jawa

Pembauran dan integritas merupakan jalan bagi budaya Tionghoa untuk mengenalkan budayanya terhadap budaya Jawa. Hal semacam ini membawa beberapa pengaruh dalam berbagai aspek budaya, baik dari segi fungsional maupun struktural masyarakat Jawa. Melemahnya fungsi bahasa Jawa merupakan salah satu bentuk pengaruh budaya mereka. Kini banyak orang tidak lagi menggunakan bahasa Jawa sebagai bahasa interaksi dalam kemasyarakatan tetapi mereka menggunakan bahasa Tionghoa terutama dalam bidang perdagangan. Menurut Visanty (1975 : 346) orang Cina di Indonesia umumnya berasal dari dua provinsi yakni Fukien dan Kwangtung. Lebih lanjut dikatakan bahwa ada empat bahasa Cina di Indonesia yaitu Hokkien, Teo-Chiu, Hakka, dan Kanton.

Selain dalam bidang bahasa, pengaruh budaya Tionghoa juga masuk dalam aspek kesenian dan struktur bangunan di Jawa. Wayang potehi, barongsai, keraton kasepuhan Cirebon diantaranya. Dalam keraton kasepuhan Cirebon, pengaruh arsitektur Tionghoa yang jelas menonjol adalah bangunan Siti Hinggil yang terletak di bagian paling depan kompleks keraton. Seluruh bangunannya terbuat dari konstruksi batu bata. Kesan terkuat terletak terutama pada pintu masuk menuju kompleks tersebut, yakni berupa gapura yang pada bagian tengah dindingnya diberi tempelan piring porselen Cina biru. Lukisan pada piring tersebut melukiskan seni lukis Cina dengan teknik perspektif yang bertingkat. Begitu pula halnya dengan wayang potehi dan barongsai yang awalnya berasal dari Kebudayaan Tionghoa, kini telah berakulturasi dengan kesenian lokal.

Tak hanya dalam bidang seni dan bahasa saja yang sudah berasimilasi, aspek lain yang juga ikut berasimilasi adalah makanan seperti lumpia isi mihun, cap go meh dan sebagainya. Begitu pun aspek tata moral masyarakat yang kini lebih mengedepankan kedamaian dan kebersamaan. Sesuai dengan filosofi yin-yang yang dibawa oleh komunitas mereka. Namun ditengah-tengah proses akulturai tersebut, masih terdapat tanggapan masyarakat lokal bahwa adanya budaya komunitas mereka, hanya akan membawa pengaruh negatif terhadap moral dan adat tradisi masyarakat lokal. Seperti halnya perjudian yang sangat populer di kalangan masyarakat mampu maupun tak mampu.

E. Smart Methoddalam Mengembangkan Kebudayaan Tionghoa di Jawa

Pengaruh globalisasi dan perubahan kebudayaan merupakan fenomena yang normal dan wajar. Pengalaman sejarah menunjukkan bahwa suatu kebudayaan yang bersifat adptif dan selektif mampu mengadopsi budaya asing secara tepat tanpa kehilangan kemurnian kebudayaannya sendiri yang nantinya, akan terus mengalami perubahan dan perkembangan (change and development). Unsur-unsur yang merupakan suatu literatur usang yang dianggap tidak sesuai dengan kebutuhan zaman, kini telah ditinggalkan. Berbagai aspek yang memiliki kesamaan nilai-nilai yang dikandung oleh budaya Tionghoa memberikan jalan pintas bagi budaya lokal Jawa untuk terus mengembangkan kebudayaannya. Persamaan nilai-nilai ini pula yang dapat dijadikan suatu alat untuk menjalin proses sosialisasi antar etnis. Kekuatan budaya..........REFERENCE

Prinsip-prinsip yang dimiliki oleh budaya Jawa seperti.......perlu dipahami sebagai landasan dalam membentuk kearifan lokal (local wisdoms) dengan etnik lain, khususnya etnik Cina. Melalui kearifan lokal inilah, budaya tersebut mampu mengsosialisasikan antara makhluk hidup serta mengembangkan berbagai akulturasi budaya tadi. Kita pun perlu menyadari akan munculnya berbagai alienasi dalam masyarakat lain (penyakit keterasingan) dalam masyarakat kini. Diantaranya adalah alienasi kesadaran yang ditandai oleh hilangnya keseimbangan kemanusiaan karena meletakkan rasio atau akal pikiran sebagai satu-satunya penentu kehidupan yang merapikan rasa dan akal budi (Nashir,1996).Secara terencana perlu dikembangkannya konsep lokal genius dalam mengoptimalisasikan kebudayaan tadi. Namun sebelumnya apakah pengertian lokal genius itu sendiri ?

REFERENCE

Diantara beberapa local genius method adalah penerapan konsep 5 K yakni

REFERENCE

Konsep ini perlu kiranya ditanamkan dan dikembangkan dalam diri masyarakat termasuk revitalisasi karifan lokal tersebut. Pemberdayaan lembaga-lembaga pendidikan perlu ditingkatkan agar para masyarakat lokal mampu memahami secara mendalam akan konsep-konsep tersebut dan masih memiliki sifat selektif terhadap kebudayaan asing yang masuk. Dengan upaya-upaya ini ditengarai mutu kualitas dalam budaya khususnya budaya Jawa dapat meningkat dan berkembang sesuai dengan perubahan zaman.BAB V

PENUTUPA. Simpulan

B. Saran

Nasional Demokrat Bukan Partai Politik

Senin, 1 Februari 2010 - 06:03 wib

TEXT SIZE :

HYPERLINK "javascript:increaseFontSize();"

Ajat M Fajar - Okezone

JAKARTA - Nasional Demokrat yang akan dideklarasikan oleh Surya Paloh dan beberapa tokoh lintas budaya dan politik, tidak hanya sekadar gerakan moral. Gerakan ini juga bukan sebagai langkah menuju partai politik baru.Hal ini disampaikan salah satu deklarator organisasi sosial masyarakata (ormas) Nasional Demokrat, Poempida Hidayatulloh saat berbincang-bincang dengan okezone, Minggu (31/1/2010) malam.

Ini merupakan gerakan moral dan sosial, menyuarakan suara-suara rakyat yang tidak terdengar oleh partai politik atau pemerintah, katanya.

Selain itu Poempida menegaskan, Nasional Demokrat ini juga murni sebagai gerakan sosial masyarakat dan tidak mengarak menjadi partai politik. Kalau ini nantinya menjadi partai politik itu akan keluar dari harfiahnya. Dan kalau saya ditawari, saya pun akan perpikir seribu kali dan tidak akan lanjut, tandas Poempida.

Menurutnya, gerakan ini juga bukan sebagai gerakan oposisi atau pun koalisi kepada pemerintahan atas kekisruhan skandal Bank century, melainkan hanya menampung semua aspirasi lapisan masyarakat. Ini bukan oposisi. Ini hanya menyuarakan suara yang tidak disuarakan, tuturnya.

Seperti diketahui Surya Paloh dengan beberapa tokoh lintas partai politik dan budaya akan mendeklarasikan suatu gerakan yang diberi nama gerakan Nasional Demokrat di Gelora Bung Karno, hari ini.(lsi)