27
ACARA II KULTUR BIJI (TOMAT DAN KEDELAI) A. Pendahuluan 1. Latar Belakang Teknik kultur jaringan telah dikembangkan secara komersial untuk reproduksi tanaman baik melalui kultur biji, kultur embrio maupun kurtur jaringan. Dalam perkembangannya teknik kultur jaringan telah banyak dimanfaatkan untuk kultur sel dan kultur protoplas. Kultur jaringan merupakan salah satu cara perbanyakan tanaman secara vegetative. Melalui perbanyakan tanaman dengan cara mengisolasi bagian vegetatif tanaman seperti daun, mata tunas dan menumbuhkannya dalam media buatan yang aseptic, kaya nutrisi dan zat pengatur tumbuh serta steril merupakan prinsip utama dari kultur jaringan. Metode kultur jaringan dikembangkan untuk membantu memperbanyak tanaman, khususnya untuk tanaman sulit dikembangkan secara generatif. Bibit yang dihasilkan dari kultur jaringan mempunyai beberapa unggulan antara lain: mempunyai sifat yang identik dengan induknya, dapat diperbanyak dalam jumlah yang besar sehingga tidak terlalu membutuhkan tempat yang

Acara II Kuljar

Embed Size (px)

Citation preview

ACARA II

KULTUR BIJI (TOMAT DAN KEDELAI)

A. Pendahuluan

1. Latar Belakang

Teknik kultur jaringan telah dikembangkan secara komersial untuk

reproduksi tanaman baik melalui kultur biji, kultur embrio maupun kurtur

jaringan. Dalam perkembangannya teknik kultur jaringan telah banyak

dimanfaatkan untuk kultur sel dan kultur protoplas. Kultur jaringan

merupakan salah satu cara perbanyakan tanaman secara vegetative.

Melalui perbanyakan tanaman dengan cara mengisolasi bagian vegetatif

tanaman seperti daun, mata tunas dan menumbuhkannya dalam media

buatan yang aseptic, kaya nutrisi dan zat pengatur tumbuh serta steril

merupakan prinsip utama dari kultur jaringan.

Metode kultur jaringan dikembangkan untuk membantu

memperbanyak tanaman, khususnya untuk tanaman sulit dikembangkan

secara generatif. Bibit yang dihasilkan dari kultur jaringan mempunyai

beberapa unggulan antara lain: mempunyai sifat yang identik dengan

induknya, dapat diperbanyak dalam jumlah yang besar sehingga tidak

terlalu membutuhkan tempat yang luas, mampu menghasilkan bibit

dengan jumlah besar dalam waktu singkat, dan kesehatan mutu bibit lebih

terjamin. Keunggulan inilah yang menarik bagi produsen bibit untuk

mulai mengembangkan usaha kultur jaringan ini.

Seiring berjalannya perkembangan teknologi kultur jaringan, maka

perbanyakan secara generatif dapat dikembangkan dengan kultur biji.

Kultur biji ini dilakukan untuk mengatasi biji yang sulit berkecambah

karena mungkin kondisi lingkungan yang kurang sesuai, ukuran embrio

atau tidak adanya endosperma. Melalui kultur jaringan diharapkan teknik

perbanyakan in vitro pada biji akan mampu menghasilkan anakan yang

banyak dan mampu mengatasi biji yang sulit berkecambah.

2. Tujuan

Praktikum kultur jaringan mengenai kultur biji pada tomat dan

kedelai dilaksanakan dengan tujuan sebagai berikut :

a. Mengetahui cara sterilisasi dari kultur biji

b. Mempelajari cara penanaman kultur biji

c. Mengetahui pengaruh media terhadap kultur biji

d. Mengetahui pengaruh pemberian mutagen terhadap kultur biji

(kedelai)

3. Waktu dan Tempat Praktikum

Praktikum mengenai kultur biji tomat dan kedelai dilaksanakan pada

hari Rabu, 23 Maret 2016 pukul 09.30 WIB. Praktikum dilaksanakan di

Laboratorium Fisiologi Tumbuhan dan Bioteknologi Fakultas Pertanian

Universitas Sebelas Maret Surakarta.

B. Tinjauan Pustaka

Teknik perbanyakan dengan kultur jaringan mempunyai beberapa

keunggulan dibandingkan cara tradisional, antara lain budidayanya dimulai

dengan sedikit bahan tanaman (eksplan), kemudian dimultiplikasi menjadi

sejumlah tunas. Ini berarti hanya diperlukan sedikit bahan untuk penggandaan

sejumlah besar tanaman. Perbanyakan ini menggunakan pendekatan

lingkungan yang aseptik, bebas dari patogen sehingga merupakan awal

seleksi bahan tanaman yang bebas dari penyakit. Meningkatkan efektivitas

perbanyakan klonal pada tanaman yang hampir punah dan sulit perbanyakan

vegetatifnya. Produktivitas perbanyakan klonal dengan kultur jaringan dapat

dilakukan sepanjang tahun tanpa tergantung pada kondisi perubahan iklim.

Hanya memerlukan areal yang tidak begitu luas untuk keperluan propagasi

dan pengelolaan stok tanaman. Adapun kelemahan teknik perbanyakan

dengan kultur jaringan antara lain adalah relatif lebih mahal dan

membutuhkan sumberdaya manusia terdidik. Keberhasilan kegiatan kultur

jaringan akan lebih baik jika materi tanaman yang digunakan adalah materi

unggul yang diperoleh dari hasil pemuliaan (Nursyamsi 2010).

Salah satu teknik kultur in vitro yang cukup luas penggunaannya adalah

kultur embrio, karena kultur embrio merupakan studi awal untuk

mendapatkan atau menentukan media yang paling cocok bagi suatu jenis

tanaman, memiliki tingkat keberhasilan yang tinggi dan dapat tumbuh

langsung membentuk tunas. Selanjutnya tunas tersebut dapat dijadikan

eksplan yng bebas dari microorganisme sehingga tidak perlu disterilisasi lagi.

Melalui kultur embrio dapat dipelajari perkembangan embrio lebih dini.

Bidang pemuliaan tanaman, kultur embrio dapat mempercepat siklus

hibridisasi. Dipilihnya embrio sebagai eksplan karena tersedianya buah,

memiliki keseragaman fisiologis yang tinggi dan dapat dibawa dalam waktu

dan jarak yang cukup panjang (Bustamam et al 2004).

Perakitan varietas unggul kedelai dengan pendekatan teknik rekayasa

genetik masih terhambat oleh pertama, penguasaan teknik regenerasi yang

kurang efektif dan kurang efisien karena sulit diulang, keberhasilan

transformasi sangat rendah, berkisar antara 3-5%, dan kedua, kegagalan

dalam aklimatisasi tanaman merupakan masalah yang banyak dijumpai di

laboratorium di Indonesia saat ini. Permasalahan tersebut sering merupakan

pangkal dari kegagalan dalam perakitan tanaman kedelai transgenik.Tiga

faktor penting yang mempengaruhi regenerasi tanaman adalah genotipe,

sumber eksplan, dan kondisi kultur termasuk lingkungan dan media kultur

yang digunakan. Keberhasilan regenerasi tanaman kedelai melalui

embriogenesis somatik diperlukan varietas yang responnya tinggi, namun

varietas kedelai Indonesia yang dilaporkan responsif lebih bersifat sporadik,

sehingga sulit untuk diulang. Sulitnya meregenerasikan tanaman kedelai

tersebut karena kedelai tergolong dalam kelompok tanaman dikotil rekalsitran

(Slamet et al 2011).

Penguunaan metode kultur biji mempunyai kekurangan dan kelebihan

seperti metode yang lainnya. Kultur biji mempunyai keunggulan dapat

menghasilkan biji yang lebih banyak. Media yang digunakan untuk kultur biji

ini juga memiliki banyak nutrisi dan zat yang dibutuhkan untuk pertumbuhan

tanaman. Zat-zat yang disediakan ini membantu lebih mudahnya budidaya

dengan kultur biji. Metode kultur biji ini biasanya menggunakan penambahan

N yang sangat dibutuhkan tanaman sehingga lebih tersedia. Kekurangannya

yaitu untuk melakukan kultur biji ini harus benar-benar steril baik tempat,

alat, bahan, dan peneliti yang akan melakukan kultur. Kelebihan kultur

embrio yaitu mematahkan dormansi, memperpendek siklus pemuliaan

tanaman, produksi tanaman haploid lewat penyelamatan embrio hasil

persilangan antar jenis tertentu, mencegah gugurnya buah (embrio) pada

buah, mencegah kehilangan biji setelah persilangan (interspesific), dan

perbanyakan vegetatif (Mukaromah 2013).

Perkembangbiakan tanaman secara in vitro sendiri dipengaruhi oleh

berbagai faktor, diantaranya adalah jenis media kultur beserta komponen

yang ada di dalamnya. Salah satu komponen media yang mempengaruhi

pertumbuhan dan perkembangan kultur adalah sukrosa. Sukrosa merupakan

sumber karbon penting yang digunakan sebagai penyusun sel. Dengan adanya

sukrosa yang cukup, maka pembelahan, pembesaran dan diferensiasi sel

selanjutnya dapat berlangsung dengan baik (Hardiana 2013).

Pengecambahan biji dapat dilakukan secara in vitro atau secara

asimbiotik. Hal ini terjadi secara alami, jika biji sulit berkecambah akibat

morfologi biji dan faktor lingkungan perkecambahan yang tidak sesuai.

Sulitnya biji berkecambah secara alami disebabkan oleh ukuran embrio yang

sangat kecil (dengan diameter ±0,1 mm), tanpa disertai endosperm, sebagai

cadangan makanan, jika terdapat cadangan makanan jumlahnya sangat

sedikit. Tingkat keberhasilan perkecambahan biji secara alami sangat rendah,

untuk dapat berkecambah dengan keberhasilan tinggi, biji dapat dilakukan

dengan perlakuan kondisi aseptik in vitro dengan suplai energi dan hara

mineral yang lengkap pada media kulturnya (Yusnita dan Handayani 2011).

C. Alat, Bahan dan Cara Kerja

1. Alat

a. LAFC (Laminar Air Flow Chamber)

b. Botol-botol kultur

c. Petridish

d. Pipet tetes

e. Gelas ukur

f. Becker glass

g. Pinset

h. Kertas buram

i. Karet gelang

j. Lampu spirtus

k. Hot plate

l. Magnetic stirrer

m. Timbangan analitik

n. Autoclave

o. Sprayer

2. Bahan

a. Eksplan : Biji tonam (Solanum lycopersicum) dan kedelai (Glycine

max)

b. Media kultur MS

c. Alkohol 95%dest steril

d. Aquadest steril

e. Spirtus

f. Chlorox (sunclin)

g. Sunlight

h. Agar

i. Sukrosa

j. Kolkhisin 0,02%

3. Cara Kerja

a. Sterilisasi dan penanaman bahan tanam

1) Biji kedelai

a) Mempersiapkan bahan tanam (eksplan) yang sudah direndam

dalam kolkhisin selama 24 jam.

b) Mempersiapkan aquades steril, alkohol, dan media (Media

MS)

c) Mempersiapkan peralatan tanam dan mensterilkan alat-alat

tersebut dengan menggunakan alkohol (dengan cara

disemprot).

d) Merendam biji kedelai kedalam larutan khlorox selama 2 menit

lalu lewatkan api hingga memuai.

e) Mengambil embrio kedelai dengan membelah bijinya.

f) Kemudian dilakukan penanaman dalam media kultur MS.

Setiap botol ditanam dengan dua embrio.

g) Menutup botol kultur dengan menggunakan tutup botol kultur

dan diberi lastik wrap secara rapat supaya botol kultur tetap

steril.

h) Menyimpan hasil kultur yang sudah ditanam pada rak di ruang

pertumbuhan.

2) Biji tomat

a) Mencuci biji tomat menggunakan sunlight lalu bilas dengan

aquade hngga bersih.

b) Menyimpan biji tomat yang telah bersih di dalam botol kultur

lalu ditutup rapat dan letakkan di dalam LAF.

c) Mensterilisasi biji tomat di dalam LAF dengan mencelupkan

sebentar di dalam larutan khlorox selama 1 menit lalu lewatkan

api hingga memuai.

d) Melakukan penanaman dalam media kulur MS. Setiap botol

ditanam dengan dua biji.

e) Menutup botol kultur dengan menggunakan tutup botol kultur

dan diberi plastik wrap secara rapat supaya botol kultur tetap

steril.

f) Menyimpan hasil kultur yang sudah ditanam pada rak di ruang

pertumbuhan.

b. Pengamatan

1) Saat munculnya akar, tunas dan daun diamati setiap hari.

2) Panjang akar, tunas dan daun diamati seminggu sekali.

3) Jumlah akar, tunas dan daun diamati seminggu sekali.

D. Hasil Pengamatan dan Pembahasan

1. Hasil Pengamatan

Tabel 2.1 Hasil Pengamatan Pengaruh BAP Terhadap Pertumbuhan dan Perkembangan Eksplan Embrio KedelaiEksplan Tanggal Saat Muncul (MST) Jumlah Keterangan

Akar Daun

Tunas Akar Daun Tunas

Kedelai 30-03-16 - - - - - - Sehat, tapi tidak tumbuh06-04-16 - - - - - - Sehat, tapi tidak tumbuh13-04-16 - - - - - - Sehat, tapi tidak tumbuh20-04-16 - - - - - - Sehat, tapi tidak tumbuh

Sumber : Hasil Pengamatan

(a) (b)

(a) Gambar 2.1 Hasil Awal Penanaman Eksplan Kedelai, (b) Gambar 2.2 Hasil Akhir Penanaman Eksplan Kedelai

Tabel 2.2 Hasil Pengamatan Pengaruh BAP Terhadap Pertumbuhan dan Perkembangan Eksplan Embrio Tomat

Eksplan Tanggal UlanganSaat Muncul (MST) Jumlah KeteranganAkar Daun Tuna

sAkar Daun Tunas

Tomat 30-03-16 A - 0 1 1 SehatB - - 0 0 1 Sehat

06-04-16 A - 0 3 1 SehatB 1 2 1 Sehat

13-04-16 A 2 3 2 SehatB 2 2 2 Sehat

20-04-16 A 3 4 2 SehatB 3 3 2 Sehat

Sumber : Hasil Pengamatan

(a) (b)

(a) Gambar 2.1 Hasil Awal Penanaman Eksplan Tomat Minggu ke-1, (b) Gambar 2.2 Hasil Akhir Penanaman Eksplan

Tomat

2. Pembahasan

Kultur biji merupakan kultur yang bahan tanamnya menggunakan

biji. Pelaksanaan kultur jaringan memerlukan berbagai prasyarat untuk

mendukung kehidupan jaringan yang dibiakkan. Nutrisi untuk

pertumbuhan eksplan harus tersedia dalam jumlah cukup dan seimbang,

antara satu dengan yang lain. Selain itu media tumbuh yang digunakan

juga harus steril. Media adalah tempat bagi jaringan untuk tumbuh dan

mengambil nutrisi yang mendukung kehidupan jaringan. Media tumbuh

menyediakan berbagai bahan yang diperlukan jaringan untuk hidup dan

memperbanyak dirinya. Pekerjaan kultur jaringan meliputi persiapan

media, isolasi bahan tanam (eksplan), sterilisasi eksplan, inokulasi

eksplan, aklimatisasi dan usaha pemindahan tanaman hasil kultur

jaringan ke lapang. Pelaksanaan kultur biji tomat dan kedelai dilakukan

di dalam Laminar Air Flow (LAF), untuk kultur biji tomat dilakukan

dengan menanam biji tomat dalam media sedangkan untuk kedelai

dilakukan pembelahan untuk mendapatkan embrio yang akan ditanam

dalam media.

Eksplan adalah bagian dari tumbuhan berupa sel, jaringan atau organ

yang bisa digunakan untuk ditumbuhkan secara in vitro. Menurut

Indrianto (2012), dalam mengembangkan eksplan, eksplan harus berada

dalam keadaan steril dan terkontrol, terutama nutriennya. Salah satu cara

yang sering digunakan untuk membuat suatu eksplan yang baik adalah

melalui perkecambahan biji secara in vitro. Prosesnya dibagi menjadi 4

tahap yaitu, imbibisi, pengaktifan enzim, keluarnya radikula dan

pertumbuhan biji (Indrianto 2012). Syarat eksplan yang baik: Berasal

dari induk yang sehat dan subur, berasal dari induk yang diketahui

jenisnya, tempat tumbuh pada lingkungan yang baik, dan biji maupun

embrio yang ada harus langsung diproses sesegera mungkin.

Perkecambahan biji secara in vitro merupakan suatu proses

mengecambahkan biji pada medium yang steril. Biji dari suatu tanaman-

tanaman yang dikulturkan secara in vitro dapat mengalami diferensiasi

dan pertumbuhan sempurna tanaman. Akan tetapi, kondisi yang

dibutuhkan untuk setiap spesies tanaman beragam dan harus dipastikan

dengan percobaan (trial and error). Umumnya kondisi yang diperlukan,

yaitu steril dan kandungan nutrien tercukupi. Sehingga perlu dipelajari

suatu teknik kultur perkecambahan biji secara in vitro.

Menurut Syammiah (2006), kelebihan perbanyakan secara in vitro

adalah kemampuan memperoleh eksplan yang tepat sesuai keinginan.

Selain itu, keseragaman tanaman dapat dipertahankan serta mampu

dengan cepat diperoleh bibit secara besar bila diiringi dengan penerapan

teknologi budidaya yang tepat. Kelebihan kultur jaringan adalah hasil

perbanyakan pertama, baik berupa biji dan mata tunas dapat langsung

digunakan untuk perbanyakan selanjutnya. Kultur in vitro telah sering

digunakan sebagai teknologi pilihan yang sangat menjanjikan untuk

pemenuhan kebutuhan bibit tanaman yang akan dieksploitasi dan

dimanfaatkan secara luas. Akan tetapi Muliawati (2016) mengungkapkan

teknologi ini memiliki keterbatasan yaitu anakan tidak bisa langsung

ditanam pada media non aseptik karena perbedaan lingkungan yang

ekstrim di dalam dan di luar botol kultur seperti keadaan steril yang

bebas virus dan ketersediaan air dan nutrisi yang terjamin.

Penguunaan metode kultur biji mempunyai kekurangan dan

kelebihan seperti metode yang lainnya. Kultur biji mempunyai

keunggulan dapat menghasilkan biji yang lebih banyak. Media yang

digunakan untuk kultur biji ini juga memiliki banyak nutrisi dan zat yang

dibutuhkan untuk pertumbuhan tanaman. Zat-zat yang disediakan ini

membantu lebih mudahnya budidaya dengan kultur biji. Metode kultur

biji ini biasanya menggunakan penambahan N yang sangat dibutuhkan

tanaman sehingga lebih tersedia. Kekurangannya yaitu untuk melakukan

kultur biji ini harus benar-benar steril baik tempat, alat, bahan, dan

peneliti yang akan melakukan kultur. Kelebihan kultur embrio yaitu

mematahkan dormansi, memperpendek siklus pemuliaan tanaman,

produksi tanaman haploid lewat penyelamatan embrio hasil persilangan

antar jenis tertentu, mencegah gugurnya buah (embrio) pada buah,

mencegah kehilangan biji setelah persilangan (interspesific), dan

perbanyakan vegetatif (Mukaromah 2013).

Zat pengatur tumbuh adalah persenyawaan organik selain dari

nutrien yang dalam jumlah yang sedikit dapat merangsang, menghambat,

atau mengubah pola pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Zat

pengatur tumbuh (ZPT) dalam kultur jaringan diperlukan untuk

mengendalikan dan mengatur pertumbuhan kultur tanaman. Zat ini

mempengaruhi pertumbuhan dan morfogenesis dalam kultur sel,

jaringan, dan organ. Jenis dan konsentrasi ZPT tergantung pada tujuan

dan tahap pengkulturan. ZPT yang biasa digunakan pada kultur jaringan

adalah sitokinin dengan jenis BAP. Sitokinin mempunyai dua peran yang

penting untuk propagasi secara in vitro yaitu merupakan perangsang

pembelahan sel dalam jaringan yang dibuat eksplan dan merangsang

pertumbuhan tunas daun. Kadar sitokinin yang optimal untuk

pertumbuhan tunas dapat menghambat pertumbuhan dan pembentukan

akar, sehingga konsentrasi dari sitokinin yang dipakai harus sesuai agar

tidak menghambat pertumbuhan dari eksplan.

Kolkisin merupakan alkaloid yang mempengaruhi penyusunan

mikrotubula sehingga salah satu efeknya adalah menyebabkan

penggandaan jumlah kromosom tanaman (Haryanti 2009). Kolkisin

sering dipakai untuk pemuliaan tanaman untuk menghasilkan varietas

baru. Kolkisin dapat menyebabkan beberapa tanaman menghasilkan

bunga atau umbi yang lebih besar, walaupun efeknya tidak dapat

diperkirakan, namun hasil poliploidisasi sering menunjukkan efek

peningkatan terhadap sifat fenotip suatu tanaman. Berbagai macam

tanaman yang telah diinduksi menjadi poliploidi dengan cara pemberian

kolkisin biasanya memiliki sifat ukuran lebih besar dan cepat tumbuh.

Kolkisin dapat diaplikasikan dengan berbagai cara. Di setiap perlakuan,

pembelahan sel pada meristem titik tumbuh harus terkena pengaruh

perlakuan tersebut. Apabila perlakuan yang diberikan tidak tepat, maka

hanya sebagian jaringan yang terpengaruh dan poliploidi tidak terjadi di

seluruh bagian tanaman. Benih atau bibit dapat direndam dengan larutan

kolkisin atau kolkisin dapat diaplikasikan hanya pada titik tumbuh

tanaman.

Kultur biji tomat dan kedelai yang diamati selama 4 minggu

diperoleh data bahwa pada tomat tumbuh akar pada minggu kedua,

muncul tunas pada minggu ke-1 dan muncul daun pertama sebanyak 1

daun pada minggu ke-1. Tanaman tumbuh normal dengan batang lurus

dan masih kecil. Sedangkan pada eksplan kedelai tidak terlihat adanya

pertumbuhan. Kemungkinan eksplan ini mengalami stagnasi, karena dari

awal penanaman sampai minggu ke-4 tidak mengalami perubahan, tetapi

juga tidak terdapat jamur ataupun bakteri di dalam botol kultur. Stagnasi

kemungkinan dapat disebabkan oleh oleh eksplan itu sendiri, keadaan

lingkungan kerja ataupun keterampilan praktikan yang melakukan kultur

jaringan. Faktor berikutnya yang menyebabkan embrio kedelai sulit

tumbuh karena penanaman embrio kedelai yang terlalu dalam di media

agar.

Faktor yang menyebabkan terjadinya eksplan tidak tumbuh ataupun

kontaminasi, yakni ada beberapa salah satunya karena kontaminasi.

Kontaminasi sendiri merupakan permasalahan mendasar yang sering

terjadi pada kultur in vitro. Kondisi media yang mengandung sukrosa dan

hara, serta kelembaban dan suhu yang relatif tinggi, memungkinkan

mikroorganisme serta spora jamur tumbuh dan berkembang dengan

pesat. Menurut Sujatmiko (2011), kontaminasi pada kultur in vitro dapat

berasal dari udara, dari eksplan, media, botol kultur dan alat-alat yang

dipakai kurang steril dan juga faktor dari lingkungan kerja saat

penanaman kultur biji.

Kultur yang kurang berhasil, kadang-kadang disebabkan oleh

pemakaian air yang kurang murni. Tidak sembarang air dapat digunakan

untuk membuat media kultur. Contohnya air sumur atau air ledeng,

dalam air tersebut mengandung banyak kontaminan, bahan inorganik,

organik, atau mikroorganisme. Air yang digunakan untuk membuat

media harus benar-benar berkualitas tinggi, karena air maliputi lebih

adari 95% komponen media. Terhambatnya pertumbuhan tanaman yang

dikulturkan dapat disebabkan oleh rendahnya kualitas air yang

digunakan. Untuk menghindari hal tersebut, maka sebaiknya digunakan

air yang telah dimurnikan atau yang sering kita sebut air destilata

(akuades) atau air destilata ganda (akuabides).

E. Kesimpulan dan Saran

1. Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat disampaikan dalam praktikum acara kedua

tentang Kultur Biji Tomat dan Kedelai berdasarkan hasil pengamatan dan

pembahasan adalah sebagai berikut :

a. Kultur biji merupakan kultur yang bahan tanamnya menggunakan biji,

pada kondisi yang steril dan tercukupi nutrien di dalam medianya.

b. Kultur biji mempunyai keunggulan dapat menghasilkan biji yang lebih

banyak karena media yang digunakan memiliki banyak nutrisi dan zat

yang dibutuhkan untuk pertumbuhan tanaman.

c. Kekurangan kultur biji yaitu harus benar-benar steril baik tempat, alat,

bahan, dan peneliti yang akan melakukan kultur karena resiko

kontaminasi sangat tinggi.

d. Konsentrasi dari sitokinin yang dipakai di kultur biji harus sesuai agar

tidak menghambat pertumbuhan dari eksplan.

e. Kolkisin merupakan alkaloid yang mempengaruhi penyusunan

mikrotubula sehingga menyebabkan penggandaan jumlah kromosom

tanaman.

f. Kultur biji kedelai tidak kontaminasi, tetapi mengalami stagnasi

ditandai dengan tidak tumbuhnya tunas maupun akar selama 4

minggu.

g. Kultur biji tomat tumbuh dengan baik dan sehat.

h. Faktor yang menyebabkan terjadinya eksplan tidak tumbuh salah

satunya adalah kontaminasi.

i. Kultur yang kurang berhasil, kadang-kadang disebabkan oleh

pemakaian air yang kurang murni.

2. Saran

Saran yang tepat dalam praktikum kali ini adalah sebaiknya

praktikan dalam menanam biji kedelai tidak terlalu dalam di media,

sehingga pertumbuhan benih kedelai tidak terhambat. Penggunaan

konsentrasi sitokinin perlu diperhatikan agar tidak menghambat

pertumbuhan akar pada kultur biji yang ditanam.

DAFTAR PUSTAKA

Haryanti S, Hastuti RB, Setiari N dan Banowo A 2009. Pengaruh Kolkisin terhadap Pertumbuhan, Ukuran Sel Metafase dan Kandungan Protein

Biji Tanaman Kacang Hijau (Vigna radiata L). J. Penelitian Sains dan Teknologi 10(2) : 112-120

Indrianto Y. 2012. Pembiakan tanaman melalui kultur jaringan. Jakarta : Gramedia

Mukaromah. 2013. Pengaruh Sumber dan Konsentrasi Nitrogen Terhadap Pertumbuhan dan Perkembangan Biji Dendrobium Laxiflorum J.J Smith secara In Vitro. Jurnal Sauns dan Seni Pomits 4(5): 99-104 Bogor

Muliawati E, Anggarwulan E dan Pitoyo A 2016. Pengaruh Asam Absisat terhadap Viabilitas Biji Sintetis Grammatophyllum scriptum (Orchidaceae) selama Masa Penyimpanan Kering. J. Bioteknologi 13(1) : 1-8

Sujatmiko 2011. Skrining melon (Cucumis melo L.) Terhadap Layu Fusarium Menggunakan Asam Fusarat Secara In Vitro. Jakarta : Agromedia Pustaka

Syammiah 2006. Jenis Senyawa Organik Suplemen pada Medium Knudson C untuk Pertumbuhan Protocorm Like Bodies Dendrobium Bertacong Blue X Dendrobium undulatum. J. Floratek 2 : 86-92

DAFTAR PUSTAKA

Bustamam T, Rozen N, Kurniawan W. 2004. Pengaruh Konsentrasi Naa Dan Bap Terhadap Kultur Embrio Pinang Sirih (Areca catechu L.) Secara In Vitro. Jurnal Stigma 12(2): 209-231

Hardiana L, Ermavitalini D, Nurfadilah S. 2013. Pertumbuhan dan Perkembangan Biji Anggrek Dendrobium taurulinum J. J. Smith Pada Beberapa Jenis Media dan Konsentrasi Sukrosa secara In Vitro. Jurnal FMIPA ITS 3 (1) : 19-20

Haryanti S, Hastuti RB, Setiari N dan Banowo A 2009. Pengaruh Kolkisin terhadap Pertumbuhan, Ukuran Sel Metafase dan Kandungan Protein Biji Tanaman Kacang Hijau (Vigna radiata L). J. Penelitian Sains dan Teknologi 10(2) : 112-120

Muliawati E, Anggarwulan E dan Pitoyo A 2016. Pengaruh Asam Absisat terhadap Viabilitas Biji Sintetis Grammatophyllum scriptum (Orchidaceae) selama Masa Penyimpanan Kering. J. Bioteknologi 13(1) : 1-8

Mukaromah. 2013. Pengaruh Sumber dan Konsentrasi Nitrogen Terhadap Pertumbuhan dan Perkembangan Biji Dendrobium Laxiflorum J.J Smith secara In Vitro. Jurnal Sauns dan Seni Pomits 4(5): 99-104 Bogor

Nursyamsi. 2010. Teknik Kultur Jaringan Sebagai Alternatif Perbanyakan Tanaman Untuk Mendukung Rehabilitasi Lahan. Prosiding Ekspose :Balai Penelitian Kehutanan Makassar

Slamet. 2011. Perkembangan Teknik Aklimatisasi Tanaman Kedelai Hasil Regenerasi Kultur In Vitro. Jurnal Litbang Pertanian 30(2): 48-54

Syammiah 2006. Jenis Senyawa Organik Suplemen pada Medium Knudson C untuk Pertumbuhan Protocorm Like Bodies Dendrobium Bertacong Blue X Dendrobium undulatum. J. Floratek 2 : 86-92

Sujatmiko 2011. Skrining melon (Cucumis melo L.) Terhadap Layu Fusarium Menggunakan Asam Fusarat Secara In Vitro. Jakarta : Agromedia Pustaka

Yusnita, Handayani Y. 2011. Pengecambahan Biji dan Pertumbuhan Seeding Phalaenopsis Hibrida In Vitro pada Dua Media Dasar dengan atau Tanpa Arang Aktif. Jurnal Agrotropika 16 (2) : 70-75