23
ACARA II DIVERSIFIKASI PENGOLAHAN IKAN MENJADI FURIKAKE A. Tujuan praktikum Tujuan dari percobaan “diversivikasi pengolahan ikan menjadi furikake“ adalah untuk memformulasikan furikake berbasis abon ikan yang disukai anak-anak. B. Tinjauan pustaka Dasar pengawetan atau pengolahan ikan adalah mempertahankan kesegaran dan mutu ikan selama atau sebaik mungkin. Hampir semua cara pengawetan atau pengolahan ikan meninggalkan sifat-sifat khusus pada tiap hasil awetan atau olahan, karena berubahnya sifat-sifat bau (odour), citarasa (flavor), wujud atau rupa (appearance) dan tekstur (texture) daging ikan. Pengawetan atau pengolahan ikan juga bertujuan untuk menghambat atau menghentikan kegiatan zat-zat dan mikroorganisme yang dapat menimbulkan pembusukan (kemunduran mutu) dan kerusakan. Jadi, pada dasarnya pengawetan atau pengolahan ikan bertujuan melindungi ikan dari pembusukan atau kerusakan, karena perubahan yang disebabkan oleh kegiatan mikroorganisme (jasad renik) perubahan-perubahan lain yang merugikan. Perubahan ini disebabkan oleh kegiatan enzim

ACARA II. furikake--jadiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiii

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: ACARA II. furikake--jadiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiii

ACARA II

DIVERSIFIKASI PENGOLAHAN IKAN MENJADI FURIKAKE

A. Tujuan praktikum

Tujuan dari percobaan “diversivikasi pengolahan ikan menjadi

furikake“ adalah untuk memformulasikan furikake berbasis abon ikan

yang disukai anak-anak.

B. Tinjauan pustaka

Dasar pengawetan atau pengolahan ikan adalah mempertahankan

kesegaran dan mutu ikan selama atau sebaik mungkin. Hampir semua cara

pengawetan atau pengolahan ikan meninggalkan sifat-sifat khusus pada

tiap hasil awetan atau olahan, karena berubahnya sifat-sifat bau (odour),

citarasa (flavor), wujud atau rupa (appearance) dan tekstur (texture) daging

ikan. Pengawetan atau pengolahan ikan juga bertujuan untuk menghambat

atau menghentikan kegiatan zat-zat dan mikroorganisme yang dapat

menimbulkan pembusukan (kemunduran mutu) dan kerusakan. Jadi, pada

dasarnya pengawetan atau pengolahan ikan bertujuan melindungi ikan dari

pembusukan atau kerusakan, karena perubahan yang disebabkan oleh

kegiatan mikroorganisme (jasad renik) perubahan-perubahan lain yang

merugikan. Perubahan ini disebabkan oleh kegiatan enzim (antolisa) dan

bakteri-bakteri pembusuk yang terdapat dalam badan ikan. Perubahan

serupa inilah yang harus dihentikan atau setidak-tidaknya dihambat, agar

ikan dan hasil perikanan lainnya tidak rusak atau busuk sebelum mencapai

konsumen ( R. Moeljanto, 1982).

Furikake adalah bumbu makanan asal Jepang yang berbentuk

butiran, tepung, atau berserat seperti abon. Furikake tidak dibuat sewaktu

ingin dimakan, melainkan dibuat sekaligus dalam jumlah besar dan

dimakan sedikit-sedikit di kemudian hari. Produsen makanan sekarang ini

membuat furikake dalam berbagai macam rasa dan kemasan menarik.

Page 2: ACARA II. furikake--jadiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiii

Semua bahan yang ingin dibuat furikake dihancurkan hingga agak halus

dan diberi bumbu. Setelah dikeringkan, isi lain (seperti nori, biji wijen,

atau sayur yang dikeringkan) ditambahkan ke dalam furikake sebagai

penyedap. Furikake segar (nama furikake) adalah variasi dari furikake

yang tidak dikeringkan. Semua bahan-bahan hanya dicampur dan diaduk

menjadi satu. Bahan-bahan untuk furikake segar adalah ikan teri, serutan

katsuobushi, potongan kecil rumput laut, kombu, abon ikan atau makanan

laut lain (Anonim, 2010)

Untuk menggambarkan produk furikake secara mudah adalah

dengan membandingkannya dengan produk serupa di Indonesia yaitu

abon. Produk ini bias ditaburkan diatas nasi, bubur, atau dicampurkan

untuk mempercantik dan memperlezat onigiri. Berbeda dengan abon yang

didominasi oleh daging (hewan darat ataupun ikan), dengan "satu macam"

rasa, maka furikake merupakan campuran yang komposisinya bisa sangat

beragam. Yang hampir selalu ada adalah daging ikan kering, wijen, dan

nori. Jenis ikan yang digunakan dan bahan campurannya bisa apa saja.

Karena dalam formulasinya "tidak ada" yang dominan maka dalam hal

penampilan, furikake sungguh dapat berperan dalam mempercantik

makanan. Disamping itu, kemasan produk ini mayoritas dibuat dengan

sangat "mengundang". Tambahan keunggulan produk ini adalah

penyajiannya sangat mudah, maka tak pelak lagi tingkat konsumsi

furikake sangat tinggi. Dari aspek kesehatan, furikake boleh diandalkan

sebagai "makanan yang kaya". Bagaimana tidak, disamping ikan dan nori

yang keunggulannya sudah diketahui, biji wijen yang hampir selalu

bergabung, bisa dikategorikan sebagai pangan fungsional (Y. Sakagami,

1983).

Abon biasanya terbuat dari daging sapi atau kerbau. Meskipun

demikian, semua jenis daging termasuk daging ikan dapet digunakan

untuk pembuatan abon. Abon tergolong produk olahan daging yang awet.

Untuk mempertahankan mutunya selama penyimpanan, abon dikemas

dalam kantong plastik dan ditutup dengan rapat. Dengan cara demikian

Page 3: ACARA II. furikake--jadiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiii

abon dapat disimpan pada suhu kamar selama beberapa bulan ( Herni

Kusantati dkk, 2006).

Abon ikan merupakan salah satu bentuk diversifikasi pengolahan

hasil laut atau perikanan. Pembuatan abon ikan mudah dikerjakan dan

hanya memerlukan peralatan sederhana. Oleh karena itu, dapat dikerjakan

dalam skala industri rumah tangga yang disesuaikan dengan kemampuan

modal, tenaga, dan pemasarannya (Siti Rahayu dan Titiek F. Djaafar,

2010).

Abon ikan yang baik mempunyai rasa yang khas, tidak berbau

amis atau anyir. Dengan rasa yang khas inilah, abon ikan mudah diterima

oleh konsumen. Apalagi dibandingkan dengan ikan segar, abon ikan

mempunyai kandungan protein lebih tinggi dan dapat disimpan lebih lama

tanpa mengalami perubahan kualitas (Ir. Eddy Afrianto dan Ir. Evi

Lifiyawati, 2010).

Komposisi ikan yang sangat bervariasi merupakan refleksi dari

perbedaan kandungan lemaknya. Ikan yang mengandung lemak lebih dari

5% biasanya dagingnya lebih banyak mengandung pigmen (zat warna)

kuning, merah muda atau abu-abu. Ikan dengan kadar lemak rendah

biasanya dagingnya berwarna putih. Tingginya kadar protein sering

mencerminkan tingginya kualitas produk pangan tersebut. Sebaliknya,

semakin tinggi kadar lemaknya menjadikan produk pangan tersebut lebih

cepat mengalami ketengikan dan ditolak oleh konsumen. Perbedaan nilai

organoleptik abon ikan tersebut disebabkan oleh perbedaan komposisi

kimia ikan maupun sifat daging ikan yang digunakan untuk pembuatan

abon. Ikan tongkol lebih banyak menyerap dan mengandung lemak yang

tinggi, sehingga kurang disukai panelis. Sebaliknya, ikan gabus,

sebagaimana halnya dengan ikan nila, yang berkadar lemak rendah,

ratanya 7,1 dan 7,2 (Tjipto Leksono dan Syahrul, 2001).

Ikan Pari yang akan dijadikan abon dipilih yang segar lalu dicuci

dan dibersihkan dari kotoran-kotoran. Setelah bersih, daging disiangi lalu

difilet kemudian direndam dengan garam 5% selama 30 menit. Setelah itu,

Page 4: ACARA II. furikake--jadiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiii

Ikan Pari dipotong-potong menjadi bagian yang lebih kecil dan dikukus

bersama daun salam, sereh, dan jahe yang telah dimemarkan selama 30

menit. Sesudah dikukus, Ikan Pari didinginkan lalu dijadikan serat-serat.

Serat daging Ikan Pari dicampur dengan bumbu-bumbu, ketumbar halus,

lengkuas parut, bawang merah, dan bawang putih yang telah dihaluskan.

Selain itu, juga ditambahkan santan kental, garam, dan gula lalu diaduk

rata. Daging selanjutnya digoreng hingga kering dengan api yang kecil.

Daging yang sudah digoreng kemudian dipres dan diurai perlahan-lahan

(Millah Fithrotul dan Sukesi, 2009).

Di Indonesia, terdapat berbagai jenis kacang-kacangan dengan

berbagai warna, bentuk, ukuran dan varietas, yang sebenarnya potensial

untuk menambah zat gizi dalam diet atau menu sehari-hari. Jenis yang

mendominasi pasar adalah kacang kedelai, yang sebagian besar masih

diimpor. Sebenarnya telah banyak usaha yang dilakukan untuk

mengangkat kacang-kacangan lokal Indonesia, seperti kacang kecipir,

kacang tunggak (kacang tolo) kacang jogo dan koro-koroan. Tetapi

hasilnya ternyata masih belum memuaskan. Artinya masih belum

merakyat, apalagi untuk dapat disejajarkan dengan kedelai. Kacang-

kacangan dikonsumsi dalam jumlah besar di seluruh dunia. Masyarakat

Afrika, India, Amerika Tengah dan Selatan mengkonsumsi 50 sampai 150

gram kacang-kacangan per hari. Meskipun belum ada angka pasti,

konsumsi kacangan di Indonesia, kecuali kacang kedelai, masih kecil.

Kacang-kacangan memberikan sekitar 135 kkal per 100 gram bagian yang

dapat dimakan. Jika kita mengkonsumsi kacang-kacangan sebanyak 100

gram (1 ons), maka jumlah itu akan mencukupi sekitar 20 % kebutuhan

protein dan 20 persen kebutuhan serat per hari. Menurut ketentuan

pelabelan internasional, jika suatu bahan/produk pangan dapat

menyumbangkan lebih dari 20 % dari kebutuhan suatu zat gizi per hari,

maka dapat dinyatakan sebagai bahan atau produk pangan yang tinggi

(high) akan zat gizi tersebut. Disamping menghasilkan tepung sebagai

bahan makanan, industri pengolah kacang-kacangan ternyata dapat pula

Page 5: ACARA II. furikake--jadiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiii

menghasilkan dan menjual serat makanan, vitamin B, mineral dan

mungkin bahan-bahan yang lebih eksotis, misalnya enzim (Sutrisno

Kusworo, 2010).

C. Metodologi

1. Bahan

a. Daging ikan tuna

b. Serai

c. Daun salam

d. Bawang merah

e. Bawang putih

f. Gula merah

g. Ketumbar

h. Lengkuas

i. Garam

j. Santan

k. Minyak goreng

l. Formulasi Furikake

teri

bubuk kacang koro

kedelai bubuk

kacang polong utuh

bubuk kacang polong

2. Alat

a. Wajan

b. Kompor gas

c. Solet

d. Piring plastik kecil

e. Timbangan

f. Pisau

g. Sendok

Page 6: ACARA II. furikake--jadiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiii

h. Baskom plastik

3. Cara Kerja

Ikan direbus bersama serai dan daun salam selama 30 menit sampai empuk

Ikan disuir-suir

Ditambahkan campuran bumbu halus yang terdiri dari bawang merah, bawang putih, gula merah, ketumbar,

lengkuas dan garam

Semua bumbu dilarutkan ke dalam santan untuk 200 gr daging ikan suir

Dipanaskan campuran sampai santan agak mengering

Ditambahkan minyak goreng dan dilanjutkan pemanasan sampai abon kering dan berwarna kecoklatan

Furikake diformulasi dengan kombinasi kacang koro dan kacang polong

Dilakukan uji organoleptis (uji kesukaan) terhadap panelis maksimal kelas 5 SD

Page 7: ACARA II. furikake--jadiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiii

D. Hasil dan Pembahasan

Tabel 2.1 Hasil Uji Organoleptik Furikake

No Nama Sampel 6 Sampel 7 Sampel 8 Sampel 9 Sampel 101 Ima suka        2 Ika suka        3 Goeraf   suka      4 Udin   suka      5 Lukman     tidak suka    6 Beni     tidak suka    7 Lukas       tidak suka  8 Agung       suka  9 Joni suka        

10 Farah tidak suka        11 Lala   suka      12 Ika   tidak suka      13 Uki     suka    14 Fauzi     tidak suka    15 Achmad       tidak suka  16 Zainudin       tidak suka  17 Anto         suka18 Putra         suka19 Ganang tidak suka        20 Susan suka        21 Farah W   suka      22 Amanda   suka      23 Navasila     suka    24 Ajeng     suka    25 Zahra       suka  26 Rian       suka  27 Geby       suka  28 Rafa       suka  29 Unggul         suka30 Fira         tidak suka31 Feni tidak suka        32 Firman tidak suka        33 Febri   tidak suka      34 Maria   tidak suka      35 Edi     suka    36 Vita     tidak suka    37 Dani       tidak suka  

Page 8: ACARA II. furikake--jadiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiii

38 Daniel       tidak suka  39 Gilang         suka40 Ayu         tidak suka41 Ari suka        42 Andri suka        43 Ira   suka      44 Roma   suka      45 Khesia     suka    46 Vina     suka    47 Eisha       suka  48 Naswa       suka  49 Zahira         suka50 Viona         suka

Sumber: Laporan Sementara

Keterangan:

6 = Formulasi abon ikan dengan kacang polong utuh

7 = Formulasi abon ikan dengan kedelai bubuk dan koro bubuk

8 = Formulasi abon ikan dengan koro bubuk dan polong bubuk

9 = Formulasi abon ikan dengan teri dan polong bubuk

10 = Formulasi abon ikan dengan polong bubuk

Formulasi Suka Tidak suka

Sampel 6 6 4

Sampel 7 7 3

Sampel 8 7 3

Sampel 9 4 6

Sampel 10 7 3

Page 9: ACARA II. furikake--jadiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiii

Rendahnya konsumsi ikan di Indonesia karena kurangnya variasi

dalam pengolahan ikan. Salah satu produk pengolahan ikan disebut furikake,

yaitu abon yang saat ini telah mulai diolah dari bahan ikan bukan hanya

daging sapi. Furikake adalah produk Jepang yang dikenal produk olahan ikan

kering yang diformulasikan dengan bahan lain terutama wijen, rumput laut

dan sayuran kering. Furikake adalah olahan yang bersifat tahan lama dan

dikonsumsi sebagai lauk praktis dan dapat dimakan tanpa perlakuan terlebih

dahulu. Formulasi ikan dengan bahan lain disamping meningkatkan daya tarik

juga nilai gizi keseluruhan produk. furikake merupakan campuran yang

komposisinya bisa sangat beragam. Jenis ikan yang digunakan dan bahan

campurannya bisa apa saja. Karena dalam formulasinya tidak ada yang

dominan, maka dalam hal penampilan furikake sungguh dapat berperan dalam

mempercantik makanan. Tambahan keunggulan produk ini adalah

penyajiannya sangat mudah, maka tingkat konsumsi furikake sangat tinggi.

Dari aspek kesehatan, furikake boleh diandalkan sebagai makanan yang kaya,

bisa dikategorikan sebagai bahan fungsional.

Menurut Ir. Eddy Afrianto dan Ir. Evi Lifiyawati (2010), abon ikan

(furikake) yang baik mempunyai rasa yang khas, tidak berbau amis atau anyir.

Page 10: ACARA II. furikake--jadiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiii

Dengan rasa yang khas inilah, abon ikan (furikake) mudah diterima oleh

konsumen. Apalagi dibandingkan dengan ikan segar, furikake mempunyai

kandungan protein lebih tinggi dan dapat disimpan lebih lama tanpa

mengalami perubahan kualitas.

Pada percobaan diversifikasi pengolahan ikan menjadi furikake ini

diawali dengan pembuatan abon ikan, kemudian diformulasikan dengan

bahan-bahan seperti ikan teri, kacang polong utuh, bubuk kacang polong,

bubuk kacang kedelai, bubuk kacang koro. Untuk kelompok 6, abon ikan

difomulasikan dengan kacang polong utuh. Kelompok 7 abon ikan ditambah

formulasi kedelai bubuk dan koro bubuk. Pada kelompok 8, abon ikan

diformulasikan dengan polong bubuk dan koro bubuk. Kemudian untuk

kelompok 9, abon ikan ditambah formulasi teri dan polong bubuk. Terakhir,

kelompok 10, abon ikan diformulasikan dengan polong bubuk. Setelah

terbentuk furikake semua kelompok, lalu diujikan secara organoleptik kepada

50 panelis. Panelis ini harus anak-anak dan maksimal berumur kelas 5 SD

( maksimal usia ± 11 tahun). Para panelis menentukan penilaian furikake yang

mereka sukai dengan parameter suka atu tidak suka.

Dari tabel 2.1 dapat diketahui hasil uji organoleptis dari kelompok 6-

10. Furikake yang paling disukai oleh panelis adalah pada kelompok 7,

kelompok 8 dan kelompok 10 yaitu jumlah panelis yang suka : tidak suka, 7 :

3. Diikuti furikake kelompok 6, suka : tidak suka adalah 6 : 4. Kemudian

furikake yang paling tidak disukai panelis yaitu furikake kelompok 9, suka :

tidak suka, 4 : 6. Hasil tersebut menyatakan bahwa furikake yang paling

disukai adalah formulasi antara abon ikan dengan kedelai bubuk, koro bubuk,

dan polong bubuk. Hal itu karena kedelai bubuk, koro bubuk, polong bubuk

mempunyai kandungan protein yang tinggi sehingga memberikan rasa gurih,

dan renyah pada abon ikan. Berdasarkan teori (Sutrisno Koswara, 2010)

mengatakan, jika kita mengkonsumsi kacang-kacangan sebanyak 100 gram (1

ons), maka jumlah itu akan mencukupi sekitar 20 % kebutuhan protein.

Apalagi tingginya kadar protein sering mencerminkan tingginya kualitas

produk pangan tersebut. Sebaliknya, semakin tinggi kadar lemaknya

Page 11: ACARA II. furikake--jadiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiii

menjadikan produk pangan tersebut lebih cepat mengalami ketengikan dan

ditolak oleh konsumen. Perbedaan nilai organoleptik abon ikan tersebut

disebabkan oleh perbedaan komposisi kimia ikan maupun sifat daging ikan

yang digunakan untuk pembuatan abon (Tjipto Leksono dan Syahrul, 2001).

Akan tetapi, furikake pada kelompok 9 tidak terlalu disukai panelis karena

abon ikan diformulasikan dengan teri dan polong bubuk. Biasanya anak-anak

tidak suka teri, karena rasanya yang kurang enak, dan apabila dimakan agak

gatal di tenggorokan.

Tabel 2.2 Daftar Komposisi Zat Gizi Bahan Makanan (DKBM)

Kelompok Energi Protein Lemak Karbohidrat

6 106,446 16,27 2,52 4,695

7 198,109 26,778 16,417 9,105

8 179,67178 20,3702 2,7143 19,2487

9 119,833 22,605 2,034 2,183

10 110,538 18,723 2,585 3,023

Sumber : Laporan Sementara

Perhitungan kelompok 8

DKBM (Daftar Komposisi Zat Gizi Bahan Makanan)

Jumlah zat gizi =

a. Ikan tuna

Energi = 117

Protein = 23,3

Lemak = 2,7

Karbohidrat = 0

b. Kacang koro

Energi = 332

Protein = 24

Lemak = 3

Karbohidrat = 55

c. Kacang polong

Energi = 89

Protein = 3,8

Lemak = 2,2

Karbohidrat = 13,1

Berat furikake = abon 100 gr + koro 59 gr + polong 30 gr = 189 gr

1. Energi

Page 12: ACARA II. furikake--jadiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiii

Abon = 100/189 x 117 = 61,9048

Koro = 59/189 x 332 = 103,64

Polong = 30/189 x 89 = 14,12698

Energi total = 61,9048+103,64+14,12698 = 179,67178

2. Protein

Abon = 100/189 x 23,2 = 12,275

Koro = 59/189 x 24 = 7,492

Polong = 30/189 x 3,8 = 0,6032

Energi total = 12,275+7,492+0,6032 = 20,3702

3. Lemak

Abon = 100/189 x 2,7 = 1,4286

Koro = 59/189 x 3 = 0,9365

Polong = 30/189 x 2,2 = 0,3492

Energi total = 1,4286+0,9365+0,3492 = 2,7143

4. Karbohidrat

Abon = 100/189 x 0 = 0

Koro = 59/189 x 55= 17,1693

Polong = 30/189 x 13,1 = 2,0794

Energi total = 0+17,1693+2,0794 = 19,2487

Furikake merupakan campuran yang komposisinya bisa sangat

beragam. Yang hampir selalu ada adalah daging ikan kering, wijen, dan nori.

Jenis ikan yang digunakan dan bahan campurannya bisa apa saja. Karena

dalam formulasinya "tidak ada" yang dominan maka dalam hal penampilan,

furikake sungguh dapat berperan dalam mempercantik makanan. Disamping

itu, kemasan produk ini mayoritas dibuat dengan sangat "mengundang".

Tambahan keunggulan produk ini adalah penyajiannya sangat mudah, maka

tak pelak lagi tingkat konsumsi furikake sangat tinggi. Dari aspek kesehatan,

furikake boleh diandalkan sebagai "makanan yang kaya". Bagaimana tidak,

disamping ikan dan nori yang keunggulannya sudah diketahui, biji wijen yang

hampir selalu bergabung, bisa dikategorikan sebagai pangan fungsional (Y.

Sakagami, 1983).

Page 13: ACARA II. furikake--jadiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiii

Pada tabel 2.2 dapat diketahui Daftar Komposisi Zat Gizi Bahan

Makanan (DKBM). Nilai energi yang tertinggi ke yang terrendah adalah

kelompok 7 (198,109) yaitu formulasi abon ikan dengan kedelai bubuk dan

koro bubuk, kelompok 8 (179,67178) formulasi abon ikan dengan koro bubuk

dan polong bubuk, kelompok 9 (119,833) formulasi abon ikan dengan teri dan

polong bubuk, kelompok 10 (110,538) formulasi abon ikan dengan polong

bubuk, dan yang terrendah kelompok 6 (106,446) formulasi abon ikan dengan

kacang polong utuh. Untuk nilai protein dari yang tertinggi ke terrendah yaitu

kelompok 7 (26,778), kelompok 9 (22,605), kelompok 8 (20,3702), kelompok

10 (18,723), nilai terrendah kelompok 6 (16,27). Nilai lemak dari terbesar ke

terkecil adalah kelompok 7 (16,417), kelompok 8 (2,7143), kelompok 10

(2,585), kelompok 6 (2,52), dan kelompok 9 (2,034). Terakhir nilai

karbohidrat dari yang terbesar ke yang terkecil adalah kelompok 8 (19,2487),

kelompok 7 (9,105), kelompok 6 (4,695), kelompok 10 (3,023), dan nilai

karbohidrat terkecil kelompok 9 (2,183).

Dari percobaan tersebut dapat dilihat bahwa abon ikan yang

diformulasikan dengan kedelai bubuk dan koro bubuk (kelompok 7) rata-rata

memiliki komposisi zat gizi yang tertinggi dibandingkan abon ikan yang

diformulasikan dengan yang lain. Hal ini sesuai dengan teori (Sutrisno

Koswara, 2010) bahwa jenis kacang-kacangan sebagai campuran memiliki

kandungan gizi yang tertinggi yaitu kacang-kacangan memberikan sekitar 135

kkal per 100 gram bagian yang dapat dimakan. Jika kita mengkonsumsi

kacang-kacangan sebanyak 100 gram (1 ons), maka jumlah itu akan

mencukupi sekitar 20 % kebutuhan protein dan 20 persen kebutuhan serat per

hari. Menurut ketentuan pelabelan internasional, jika suatu bahan/produk

pangan dapat menyumbangkan lebih dari 20 % dari kebutuhan suatu zat gizi

per hari, maka dapat dinyatakan sebagai bahan atau produk pangan yang

tinggi (high) akan zat gizi tersebut. Disamping menghasilkan tepung sebagai

bahan makanan, industri pengolah kacang-kacangan ternyata dapat pula

menghasilkan dan menjual serat makanan, vitamin B, mineral dan mungkin

bahan-bahan yang lebih eksotis, misalnya enzim. Sedangkan, formulasi abon

Page 14: ACARA II. furikake--jadiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiii

ikan dengan polong utuh memiliki kandungan gizi yang rata-rata rendah

(kelompok 6) karena formulasi yang digunakan hanya polong utuh maka

kurang mencukupi dari komposisi energi, protein, lemak, karbohidrat.

E. Kesimpulan

Acara II tentang divrsifikasi pengolahan ikan menjadi furikake dapat

ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Furikake adalah produk Jepang yang dikenal produk olahan ikan

kering yang diformulasikan dengan bahan lain terutama wijen, rumput

laut dan sayuran kering.

2. Furikake bersifat tahan lama dan dikonsumsi sebagai lauk praktis dan

dapat dimakan tanpa perlakuan terlebih dahulu, formulasi ikan dengan

bahan lain disamping meningkatkan daya tarik juga nilai gizi

keseluruhan produk.

3. Dengan rasa yang khas inilah, furikake mudah diterima oleh

konsumen.

4. Diversifikasi pengolahan ikan menjadi furikake ini diawali dengan

pembuatan abon ikan, kemudian diformulasikan dengan bahan-bahan

seperti ikan teri, kacang polong utuh, bubuk kacang polong, bubuk

kacang kedelai, bubuk kacang koro.

5. Untuk kelompok 6, abon ikan difomulasikan dengan kacang polong

utuh; kelompok 7 abon ikan ditambah formulasi kedelai bubuk dan

koro bubuk; kelompok 8, abon ikan diformulasikan dengan polong

bubuk dan koro bubuk; kelompok 9, abon ikan ditambah formulasi teri

dan polong bubuk; kelompok 10, abon ikan diformulasikan dengan

polong bubuk.

6. Furikake diujikan secara organoleptik kepada 50 panelis, panelis ini

harus anak-anak dan maksimal berumur kelas 5 SD ( maksimal usia ±

11 tahun) kemudian menentukan penilaian furikake yang mereka sukai

dengan parameter suka atu tidak suka.

Page 15: ACARA II. furikake--jadiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiii

7. Furikake yang paling disukai oleh panelis adalah pada kelompok 7,

kelompok 8 dan kelompok 10 yaitu jumlah panelis yang suka : tidak

suka, 7 : 3.

8. Furikake yang paling tidak disukai panelis yaitu furikake kelompok 9,

suka : tidak suka, 4 : 6.

9. Furikake yang paling disukai adalah formulasi antara abon ikan

dengan kedelai bubuk, koro bubuk, dan polong bubuk, karena kedelai

bubuk, koro bubuk, polong bubuk mempunyai kandungan protein yang

tinggi sehingga memberikan rasa gurih, dan renyah pada abon ikan.

10. Furikake pada kelompok 9 tidak terlalu disukai panelis karena abon

ikan diformulasikan dengan teri dan polong bubuk. Biasanya anak-

anak tidak suka teri, karena rasanya yang kurang enak, dan apabila

dimakan agak gatal di tenggorokan.

11. Nilai energi yang tertinggi ke yang terrendah adalah kelompok 7

(198,109, kelompok 8 (179,67178), kelompok 9 (119,833, kelompok

10 (110,538, dan yang terrendah kelompok 6 (106,446).

12. Nilai protein dari yang tertinggi ke terrendah yaitu kelompok 7

(26,778), kelompok 9 (22,605), kelompok 8 (20,3702), kelompok 10

(18,723), nilai terrendah kelompok 6 (16,27).

13. Nilai lemak dari terbesar ke terkecil adalah kelompok 7 (16,417),

kelompok 8 (2,7143), kelompok 10 (2,585), kelompok 6 (2,52), dan

kelompok 9 (2,034).

14. Nilai karbohidrat dari yang terbesar ke yang terkecil adalah kelompok

8 (19,2487), kelompok 7 (9,105), kelompok 6 (4,695), kelompok 10

(3,023), dan nilai karbohidrat terkecil kelompok 9 (2,183).

Page 16: ACARA II. furikake--jadiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiii

DAFTAR PUSTAKA

Afrianto, Eddy Ir dan Ir. Evi Lifiyawati. 2010. Pengawetan dan Pengolahan Ikan. Kanisius. Jakarta.

Anonim. 2010. Furikake. http://id.wikipedia.org/wiki/Furikake. Diakses pada tanggal 14 Desember 2010. Pada pukul 13.00 WIB.

Leksono, Tjipto dan Syahrul. 2001. Studi Mutu dan Penerimaan Konsumen Terhadap Abon Ikan. Jurnal Natur Indonesia III (2): 178– 184, 181. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Riau.

Millah, Fithrotul dan Sukesii. 2009. Produksi Abon Ikan Pari (Rayfish): Penentuan Kualitas Gizi Abon. Prosiding Skripsi Semester Gasal 2009/2010, hal 2. Jurusan Kimia Institut Teknologi Sepuluh Nopember.

Kusworo, Sutrisno. 2010. Kacang-Kacangan Sumber Serat Yang Kaya Gizi. E-book pangan. Indonesia.

Kusantati, Herni. 2006. Pendidikan Keterampilan. PT Gravindo media Pratama.Jakarta.

Moeljanto, R, DRS. 1982. Penanganan Ikan Segar. Penebar swadaya. Jakarta.

Rahayu, Siti dan Titiek F.Djaafar. 2010. Teknologi Pengolahan Daging Ikan Cucut. Kanisius. Jakarta.

Sakagami, Y., 1983, Biochemistry Of Marine Algae And Their Application. Kosheisha-Koseikaku, Tokyo: 90-100. Jepang.

Page 17: ACARA II. furikake--jadiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiii

Lampiran