28
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini, beberapa obat antikanker ataupun imunosupresan yang tersedia masih banyak menimbulkan efek samping dibandingkan manfaat obat karena dibutuhkan dosis tinggi untuk jangka pemberian yang cukup lama. Salah satu cara menurunkan efek samping tersebut adalah dengan menginkorporasikan obat antikanker ataupun imunosupresan ke dalam pembawa obat (drug carrier) yang telah banyak diteliti yaitu liposom 2-4. Liposom yang mempunyai gambaran mirip dengan sel yang bermembran dua lapis fosfolipid, .merupakan suatu pembawa obat. Liposom umumnya dibuat dari lesitin atau fosfatidilkolin dari kedelai (Soya bean Phosphatidylcholine/SPC) atau dari kuning telur (Eggyolk Phosphatidylcholine/EPC) 5. Selain fosfatidilkolin sebagai lipid utama, liposom dapat juga dibuat kombinasi dengan lipid lain untuk meningkatkan stabilitas liposom, misalnya kolesterol atau tetra eter lipid (TEL) 6-8. Tetra eter lipid merupakan lipid membran bakteri Archaea yang akhir-akhir ini banyak diteliti sebagai lipid utama pada formulasi liposom per oral, karena stabil pada pH 2. Bakteri Archaea yang sudah banyak diekstrak untuk mendapatkan TEL adalah Thermoplasma acidophilum7 dan Sulfolobus acidocaldarius8. Pada penelitian ini digunakan TEL dari Thermoplasma acidophilum. Liposom kombinasi EPC-TEL 2,5 1

83589926-Farmakologi-Imunosupresin-Sip-Oke-1.doc

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: 83589926-Farmakologi-Imunosupresin-Sip-Oke-1.doc

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dewasa ini, beberapa obat antikanker ataupun imunosupresan yang tersedia masih

banyak menimbulkan efek samping dibandingkan manfaat obat karena dibutuhkan dosis

tinggi untuk jangka pemberian yang cukup lama. Salah satu cara menurunkan efek samping

tersebut adalah dengan menginkorporasikan obat antikanker ataupun imunosupresan ke

dalam pembawa obat (drug carrier) yang telah banyak diteliti yaitu liposom 2-4. Liposom

yang mempunyai gambaran mirip dengan sel yang bermembran dua lapis

fosfolipid, .merupakan suatu pembawa obat. Liposom umumnya dibuat dari lesitin atau

fosfatidilkolin dari kedelai (Soya bean Phosphatidylcholine/SPC) atau dari kuning telur

(Eggyolk Phosphatidylcholine/EPC) 5. Selain fosfatidilkolin sebagai lipid utama, liposom

dapat juga dibuat kombinasi dengan lipid lain untuk meningkatkan stabilitas liposom,

misalnya kolesterol atau tetra eter lipid (TEL) 6-8. Tetra eter lipid merupakan lipid membran

bakteri Archaea yang akhir-akhir ini banyak diteliti sebagai lipid utama pada formulasi

liposom per oral, karena stabil pada pH 2. Bakteri Archaea yang sudah banyak diekstrak

untuk mendapatkan TEL adalah Thermoplasma acidophilum7 dan Sulfolobus

acidocaldarius8. Pada penelitian ini digunakan TEL dari Thermoplasma acidophilum.

Liposom kombinasi EPC-TEL 2,5 terbukti dapat mengikat obat lebih baik dibandingkan

liposom EPC atau liposom jenis lain9-10, namun belum pernah dilakukan uji stabilitas

liposom EPC-TEL 2,5 terhadap pengaruh fisik (perbedaan suhu), pengaruh bahan kimia yaitu

NaCl, MgCl2 dan CaCl2 pada berbagai pH dan pengaruh metabolisme di hepar pada uji

stabilitas biologik. Apabila liposom EPC-TEL 2,5 cukup stabil pada uji stabilitas fisik dan

kimia, tidak stabil pada uji stabilitas biologik, maka formulasi terbaru liposom tersebut dapat

dimanfaatkan untuk menginkorporasikan obat-obat, terutama obat yang hanya efektif pada

dosis tinggi ataupun obat-obat untuk jangka panjang, sehingga efek toksik obat dapat ditekan

serendah mungkin.

1

Page 2: 83589926-Farmakologi-Imunosupresin-Sip-Oke-1.doc

BAB II

ISI

2.1 Definisi

Imunosupresan adalah kelompok obat yang digunakan untuk menekan respon imun

seperti pencegah penolakan transpalansi, mengatasi penyakit autoimun dan mencegah

hemolisis rhesus dan neonatus. Sebagain dari kelompok ini bersifat sitotokis dan digunakan

sebagai antikanker. Immunosupresan merupakan zat-zat yang justru menekan aktivitas

sistem imun dengan jalan interaksi di berbagai titik dari sistem tersebut. Titik kerjanya

dalam proses-imun dapat berupa penghambatan transkripsi dari cytokin, sehingga mata

rantai penting dalam respon-imun diperlemah. Khususnya IL-2 adalah esensial bagi

perbanyakan dan diferensial limfosit, yang dapat dihambat pula oleh efek sitostatis

langsung. Lagi pula T-cells bisa diinaktifkan atau dimusnahkan dengan pembentukan

antibodies terhadap limfosit.

2.2 Deskripsi

Imunosupresan adalah kelompok obat yang digunakan untuk menekan respon

imun seperti pencegah penolakan transpalansi, mengatasi penyakit autoimun dan mencegah

hemolisis rhesus dan neonatus. Sebagain dari kelompok ini bersifat sitotokis dan digunakan

sebagai antikanker.

Respon imun

Pada mahkluk tingkat tinggi seperti hewan vertebrata dan manusia, terdapat dua sistem

pertahanan (imunitas), yaitu imunitas nonsepesifik (innate immunity) dan imunitas

spesifik ( adaptive imunity).

1. Imunitas nonspesifik

Merupakan mekanisme pertahanan terdepan yang meliputi komponen fisik berupa

keutuhan kulit dan mukosa; komponen biokimiawi seperti asam lambung, lisozim,

komploment ; dan komponen seluler nonspesifik seperti netrofil dan makrofag.

Netrofil dan makrofag melakukan fagositosis terhadap benda asing dan memproduksi

berbagai mediator untuk menarik sel-sel inflamasi lain di daerah infeksi. Selanjutnya

benda asing akan dihancurkan dengan mekanisme inflamasi.

2

Page 3: 83589926-Farmakologi-Imunosupresin-Sip-Oke-1.doc

2. Imunitas spesifik

Memiliki karakterisasi khusus antara lain kemampuannya untuk bereaksi secara

spesifik dengan antigen tertentu; kemampuan membedakan antigen asing dengan

antigen sendiri (nonself terhadap self) ; dan kemampuan untuk bereaksi lebih cepat

dan lebih efesien terhadap antigen yang sudah dikenal sebelumnya. Respon imun

spesifik ini terdiri dari dua sistem imun , yaitu imunitas seluler dan imunitas humoral.

Imunitas seluer melibatkan sel limposit T, sedangkan imunitas humoral melibatkan

limposit B dan sel plasma yang berfungsi memproduksi antibodi.

Aktivitas respon imun spesifik

Aktivitas sistem imun spesifik memerlukan partisipasi kelompok sel yang disebut sebagai

antigen presenting sel

Indikasi imunosupresan

Imunosupresan digunakan untuk tiga indikasi utama yaitu, transplanatasi organ, penyakit

autoimun, dan pencegahan hemolisis Rhesus pada neonatus.

1. transplantasi organ

2. penyakit autoimun

3. pencegahan hemolisis Rhesus pada neonates

Prinsip umum terapi imunosupresan

Prinsip umum penggunaan imunosupresan untuk mencapai hasil terapi yang optimal

adalah sebagai berikut:

1. Respon imun primer lebih mudah dikendalikan dan ditekan dibandingkan dengan

respon imun sekunder. Tahap awal respon primer mencakup: pengolahan antigen oleh

APC, sintesis limfokin, proliferasi dan diferensiasi sel-sel imun. Tahap ini merupakan

yang paling sensitif terhadap obat imunosupresan. Sebaliknya, begitu terbentuk sel

memori, maka efektifitas obat imunosupresan akan jauh berkurang.

2. Obat imunosupresan memberikan efek yang berbeda terhadap antigen yang berbeda.

Dosis yang dibutuhkan untuk menekan respon imun terhadap suatu antigen berbeda

dengan dosis untuk antigen lain.

3

Page 4: 83589926-Farmakologi-Imunosupresin-Sip-Oke-1.doc

3. Penghambatan respon imun lebih berhasil bila obat imunosupresan diberikan sebelum

paparan terhadap antigen. Sayangnya, hampir semua penyakit autoimun baru bisa

dikenal setelah autoimuitas berkembang, sehingga relatif sulit di atasi.

Pilahan Obat Imunosupresan

Secara praktis, di klinik penggunaan obat imunosupresan berdasarkan waktu

pemberiannya. Untuk itu, respon imun dibagi dalam dua fase:

1. Fase pertama adalah fase induksi, yang meliput

Fase pengolahan antigen oleh makrofag, dan pengenalan antigen oleh limfosit

imunokompeten

Fase proliferasi dan diferensiasi sel B dan sel T

2. Fase kedua adalah fase produksi, yaitu fase sintesis aktif antibodi dan limfokin.

Berdasarkan respon imun, imunosupresan dibagi menjadi tiga kelas:

Kelas I: harus diberikan sebelum fase induksi yatu sebelum terjadi perangsangan

oleh antigen. Kerjanya merusak limfosit imunokompeten. Jika diberikan setelah

terjadi perangsangan oleh antigen, biasanya tidak diperoleh efek imunosupresif

sehingga respon imun dapat berlanjut terus.

Kelas II: harus diberikan dalam fase induksi, biasanya satu atau dua hari setelah

perangsangan oleh antigen berlangsung. Obat golongan ini bekerja mengambat

proses diferensiasi dan proliferasi sel imunokompeten, misalnya antimetabolit.

Kelas III: memiliki sifat dari kelas I dan II. Jadi golongan ini dapat menghasilkan

imunosupresi bila diberikan sebelum maupun sesudah adanya perangsangan oleh

Antigen.

2.3 Obat Imunosupresan

1. Azatioprin

Azatioprin sudah digunakan selama 20 tahun untuk menekan penolakan cangkok

organ ginjal dan sudah merupakan prosedur yang diterima. Juga digunakan untuk

pengobatan artritis reumatoid berat yang refrakter.

Toksisitas terhadap darah seperti leukopenia dan trombositopenia harus dimonitor

dengan baik sebagai petunjuk penentuan dosis azatioprin.

4

Page 5: 83589926-Farmakologi-Imunosupresin-Sip-Oke-1.doc

Mekanisme kerja.

 Azotioprin adalah antimetabolit golongan purin yangMerupakan prekursor 6-

merkaptopurin. Azotioprin dalam tubuh diubah menjadi 6-merkaptopurin(6-MP)

yang merupakan metabolit aktif dan bekerjaMenghambat sintesis de novo purin.

Interaksi

Penggunaan bersama allopurinol menyebabkan hambatanXantin oksidase yang juga

merupakan enzim pentingDalam metabolisme 6-merkaptopurin,sehingga

kombinasiIni meningkatkan toksisitas azotioprin dan merkaptopurin.

Penggunaan klinis 

Azotioprin digunakan antara lain untuk mencegahPenolakan transplantasi,lupus

nefritis.GNA, AR,Penyakit Crohn,dan sklerosis multipel.Obat ini kadang2 digunakan

untuk ITP dan AIHA yangRefrakter terhadap steroid.Untuk profilaksis digunakan dosis

3-10 mg/KgBB per hari1 atau 2 hari sebelum transplantasi.Dosis pemeliharaan 1-3

mg/KgBB per hari.Obat ini tersedia dalam bentuk tablet 50 mg dan iv100mg/vial

Efek Samping

Menghambat proliferasi sel-sel yang cepat tumbuh sepertiMukosa usus,dan sumsum

tulang dengan akibatleukopeni dan trombositopeni.Ruam kulit,mual.mutah dan

diare.Dapat terjadi peningkatan enzim transaminase,kolestasis. Efek samping lain

dapat terjadi peningkatan risikoInfeksi dan efek mutagenisitas dan karsinogenisitas

2. Metotreksat (MTX)

Digunakan sebagai obat tunggal atau kombinasi dengan siklosporin dalam mencegah

penolakan cangkok sumsum tulang. MTX juga berguna untuk penyakit autoimun dan

peradangan tertentu. Saat ini disetujui untuk digunakan dalam pengobatan artritis

reumatoid yang aktif dan berat pada orang dewasa dan pada psoriasis yang sudah

refrakter terhadap obat lain.

Nama : 4-amino-4-deoxy–10-methylpteoryl-L-glutamic acid.

Struktur kimia : C20H22N8O5

Sifat Fisikokimia : Serbuk kristal berwarna kuning atau oranye, higroskopis. Praktis

tidak larut dalam air, alkohol, diklorometan, terurai dalam larutan asam mineral, basa

hidroksida dan karbonat.

5

Page 6: 83589926-Farmakologi-Imunosupresin-Sip-Oke-1.doc

Golongan/Kelas Terapi

Antineoplastik, Imunosupresan dan obat utnuk terapi.

Nama dagang

Emthexate-Combiphar/Pharmachemie,Methotrexat-Ebewe, Methotrexate-Kalbe.

Indikasi :

Pengobatan untuk neoplasma trofoblatik, leukemia, psoriasis, reumatoid

artritis, termasuk terapi poliartikular juvenile reumatoid artritis (JDR); karsinoma

payudara, karsinoma leher dan karsinoma kepala,karsinoma paru, osteosarkoma,

sarcoma jaringan lunak, karsinoma saluran gastrointestinal, karsinoma esofagus,

karsinoma testes, karsinoma limfoma.

Dosis, cara pemberian dan lama pemberian :

Dosis 100 – 500 mg/m² membutuhkan leucovorin rescue, > 500 mg/m² harus

menggunakan leucovorin rescue baik secara iv, im, maupun oral. Leucovorin 10

mg/m² setiap 6 jam untuk 6-8 dosis dimulai 24 jam setelah pemberian metotreksat.

Pemberian leucovorin dilanjutkan sampai kadar metotreksat dalam darah sebesar <

0.1 micromolar. Jika kadar metotreksat setelah 48 jam > 1 mikromolar atau setelah

72 jam > 0.2 micromolar,berikan leucovorin 100 mg/m² setiap 6 jam sampai kadar

metotreksat sebesar < 0.1 micromolar.

Farmakologi :

Onset kerja : Antirematik: 3-6 minggu; tambahan perbaikan bisa dilanjutkan lebih

lama dari 12 minggu.

Absorpsi : Oral: cepat : diserap baik pada dosis rendah (<30 mg/m2); tidak

lengkap setelah dosis tinggi ; I.M.: Lengkap

Distribusi : Penetrasi lambat sampai cairan fase 3 (misal pleural efusi,

ascites), eksis lambat dari kompartemen ini (lebih lambat dari plasma), melewati

plasenta, jumlah sedikit masuk kelenjar susu, konsentrasi berangsur-angsur

dikeluarkan di ginjal dan hati.

Ikatan protein: 50%

Metabolisme: <10%: Degradasi dengan flora intestinal pada DAMPA dengan

karboksipeptida, oksidasi aldehid konversi metotreksat menjadi 7-OH metotreksat di

6

Page 7: 83589926-Farmakologi-Imunosupresin-Sip-Oke-1.doc

hati; poliglutamat diproduksi secara mempunyai kekuatan samadengan metotreksat,

produksinya tergantung dosis, durasi dan lambat dieliminasi oleh sel.

T ½ eliminasi: Dosis rendah: 3-10 jam; I.M.: 30-60 menit.

Ekskresi : Urin (44%-100%); feses (jumlah kecil)

Stabilitas penyimpanan :

Tablet dan vial disimpan pada suhu kamar (15-25°C), hindari cahaya matahari

langsung.

Kontra Indikasi :

Hipersensitifitas dari metotreksat dan komponan lain dari sediaan; kerusakan

hebat ginjal dan hati,pasien yang mengalami supresi sum-sum tulang dengan

psoriasis atau reumatoid artritits,penyakit alkoholik hati,AIDS,darah

diskariasis,kehamilan,menyusui.

Efek samping :

Efek samping beragam sesuai rute pemberian dan dosis.

1. Hematologi dan/atau toksisitas gastrointestinal : sering terjadi pada penggunaan

umum dari dosis umum metotreksat; reaksi ini lebih sedikit terjadi ketika

digunakan pada dosis topikal untuk reumatoid artritis.

2. SSP : (dengan pemberian intratekal atau terapi dosis tinggi): Arachnoides:

Manifestasi reaksi akut sebagai sakit kepala hebat, rigidity nuchal, muntah dan

demam, dapat alleviated dengan pengurangan dosis.

3. Subakut toksisitas: 10% pasien diobat dengan 12-15 mg/m2 dari intratekal

metotreksat bisa membuat ini dalam minggu kedua atau ketiga dari terapi; konsis

dari paralisis motor dari ekstremites,palsy nerve kranial, seizure, atau koma.Hal

ini juga terlihat pada pediatrik yang menerima dosis tinggi IV metotreksat.

4. Demyelinating enselopati: telihat dalam bulan atau tahun setelah menerima

metotreksat; biasanya diasosiasikan dengan iradiasi kranial atau kemoterapi

sistemik yang lain.

5. Dermatologi: Kulit menjadi kemerahan.Endokrin dan metabolik:

Hipoerurikemia,detektif oogenesis, atau spermatogenesis.

7

Page 8: 83589926-Farmakologi-Imunosupresin-Sip-Oke-1.doc

6. GI: Ulserativ stomatitis, glossitis, gingivitis, mual, muntah, diare, anoreksia,

perforasi intestinal, mukositis (tergantung dosis; terlihat pada 3-7 hari setelah

terapi, terhenti setelah 2 minggu)

7. Hematologi: Leukopenia, trombositopenia.Ginjal: Gagal ginjal,

azotemia,nefropati.Pernafasan: Faringitis. 1%-10%

8. Kardiovaskular: Vaskulitis.SSP, pusing, malaise, enselopati, seizure, demam,

chills.

9. Myelosupresif : Terutama faktor batas-dosis (bersama dengan mukositis) dari

metotreksat, terjadi sekitar 5-7 hari setelah terapi, dan harus dihentikan selama 2

minggu.

10. WBC : Ringan, Platelet: Sedang, Onset: 7 hari, Nadir: 10 hari, Recovery: 21 hari

11. Hepatik : Sirosis dan fibrosis portal pernah diasosiasikan dengan terapi kronik

metotreksat, evaliasi akut dari enzym liver adalah biasa terjadi setelah dosis tinggi

dan biasanya resolved dalam 1 hari.Neuromuskular dan skeletal:

Arthalgia.Okular: Pandanga

12. Renal : Disfungsi ginjal. Manifestasi karena abrupt rise pada serum kreatinin dan

BUN dan penurunan output urin, biasa terjadi pada dosis tinggi dan berhubungan

dengan presipitasi dari obat.

13. Respirator (Penumositis) : Berhubungan dengan demam, batuk, dan interstitial

pulmonari infitrates; pengobatan dengan metotreksat selama reaksi akut;

interstitial pneumisitis pernah dilaporkan terjadi dengan insiden dari 1% pasien

dengan RA (dosis 7.5-15 mg/minggu) <1% (terbatas sampai penting untuk

penyelamatan hidup): Neurologi akut sindrom (pada dosis tinggi- simptom

termasuk kebingungan, hemiparesis, kebutaan transisi,dan koma); anafilaksis

alveolitis; disfungsi kognitif (pernah dilaporkan pada dosis rendah),penurunan

resistensi infeksi,eritema multiforma, kegagalan hepatik, leukoenselopati

(terutama mengikuti irasiasi spinal atau pengulangan terapi dosis tinggi),disorder

limpoproliferatif, osteonekrosis dan nekrosis jaringan lunak (dengan radioterapi),

perikarditis, erosions plaque (Psoriasis), seizure (lebih sering pada pasien dengan

ALL),sindrom Stevens – Johnson, tromboembolisme.

8

Page 9: 83589926-Farmakologi-Imunosupresin-Sip-Oke-1.doc

Interaksi :

1. Dengan Obat lain

Efek meningkatkan/toksisitas: Pengobatan bersama dengan NSAID telah

menghasilkan supresi sum-sum tulang berat, anemia aplastik dan toksisitas pada

saluran gastrointestinal. NSAID tidak boleh digunakan selama menggunakan

metotreksat dosis sedang atau tinggi karena dapat meningkatkan level

metotreksat dalam darah (dapat menaikkan toksisitas):

NSAID digunakan selama pengobatan dari reumatoid artritis tidak

pernah amati, tapi kelanjutan dari regimen terdahulu pernah diikuti pada

beberapa keadaan, dengan peringatan monitoring. Salisilat bisa meningkatkan

level metotreksat, bagaimanapun penggunaan salisilat untuk profilaksis dari

kejadian kardiovaskular tidak mendapat perhatian.

2. Dengan Makanan

level metotreksat bisa menurun jika bersama dengan makanan. Makanan

dengan banyak susu dapat menurunkan absorpsi metotreksat. Folat dapat

menurunkan respons obat. Hindari echinacea (mempunyai sifat sebagai

imunostimulan).

Pengaruh :

1. Kehamilan

Faktor resiko X

2. Ibu menyusui

Metotreksat didistribusikan ke dalam air susu, dikontraindikasikan untuk ibu

menyusui.

Bentuk Sediaan : Tablet 2.5 ml, Vial 5 mg/2ml, Vial 50 mg/2 ml, Ampul 5 mg/ml,

Vial 50mg/5ml

3. Siklofosfamid

Secara umum siklofosfamid mengurangi respon imun humoral dan meningkatkan

respon imun selular. Selain pada bedah cangkok, obat ini juga digunakan pada artritis

reumatoid, sindrom nefrotik dan granulomatosis Wegener.

9

Page 10: 83589926-Farmakologi-Imunosupresin-Sip-Oke-1.doc

4. Kortikosteroid

Yang digunakan sebagai imunosupresan adalah golongan glukokortikoid yaitu

prednison dan prednisolon. Kortikosteroid (glukokortikoid) digunakan sebagai

obatTunggal atau dalam kombinasi dengan imunosupresanLain untuk mencegah reaksi

penolakan transplantasi danUntuk mengatasi penyakit aoutoimun.

Mekanisme Kerja

Glukokortikoid dapat menurunkan jumlah limfosit secaraCepat, terutama bila diberikan

dalam dosis besar.Studi terbaru menunjukkan bahwa kortikosteroid

menghambatProliferasi sel limfosit T,imunitas seluler.

Penggunaan Klinik

Kortikosteroid biasanya digunakan bersama imunosupresanLain dalam mencegah

penolakan transplantasi.Untuk ini diperlukan dosis besar untuk beberapa

hari.Kortikosteroid juga digunakan untuk mengurangi reaksi Alergi yang bisa timbul

pada pemberian antibodi monoklonal Atau antibodi antilimfosit.juga digunakan

untuk berbagai Penyakit autoimun

Toksisitas

Penggunaan steroid dalam jangka panjang seringMenimbulkan berbagai efek

samping,seperti meningkatnyaRisiko infeksi

5. Siklosporin (Cyclosporin A)

Berasal dari jamur Tolypocladium inflatum gams. Siklosporin punya efek

imunosupresan karena mempunyai kemampuan yang selektif dalam menghambat sel T.

Siklosporin digunakan terutama dalam kombinasi denga prednison untuk

mempertahankan ginjal, hati dan cangkok jantung pada transplantasi.

Siklospurin (sandimun).Sediaan iv terdapat dalam bentuk larutan dalamEthanol-

polyxyethylated castor oil dengan kadar 50 mg/ml.Dan sediaan oral berupa kapsul lunak

25-100 mg dan larutan100 mg/mlPemberian peroral kadar puncak tercapai setelah 1,3-4

jam. Adanya makanan berlemak sangat mengurangi absorbsiSiklospurin kapsul

lunak.Waktu paruh kurang lebih 6 jam.Ekskresi terutama melalui empedu dan

feces,hanya 6%Yang melalui urin

10

Page 11: 83589926-Farmakologi-Imunosupresin-Sip-Oke-1.doc

6. Rho (D) imunoglobulin

Antibodi ini merupakan bentuk spesifik dalam pengobatan imunologi untuk ibu

denga Rho (D) negatif yang terpapar darah Rho (D) positif pada perdarahan

karenaabortus, amniosintesis, trauma abdomen atau kelahiran biasa dari janin.

7. Tacrolimus (prograf)

Senyawa makrolida ini diekstraksi dari jamur streptomyces tsukubaensis (1993).

Khasiat dan mekanisme immunosupressivenya sama dengan sikolosporin, tetapi ca lebih

kuat 50x dalam hal pencegahan sintesa IL-2 yang mutlak perlu untuk proliferasi sel –T.

Juga bersifat sangat lipofil dan sama efektifnya dengan siklosporin pada transplantasi

hati, jantung, paru-paru, dan ginjal. Terutama digunakan bersama kortikosteroida. Lebih

sering menimbulkan efek samping berupa toksisitas bagi ginjal dan saraf.

Dosis : infuse i.v. 0,05-0,1 mg /kg/hari, 6 jam setelah transplantasi selama 2-3 hari, lalu

dilanjutkan oral 0,15-0,3 mg/kg/hari dalam 2 dosis.

8. Mycofenolat-mofetil (CellCept)

Obat terbaru ini (1996) adalah prodrug dengan khasiat menekan perbenyakan dari

khusus limfosit melalui inhibisi enzim dehidrogenasi yang diperlukan untuk sintese purin

(DNA/RNA). Ternyata sangat efektif untuk melawan penolakan akut setelah transplantasi

ginjal. Dibandingkan dengan obat-obat lainya , yaitu azatioprin dan siklosporin ( dan

prednisone), persentase penolakan dikurangi sampai 50%. Lagi pula efek sampingnya

lebih sedikit. Mungkin berdaya pula untuk menghambat penolakan menahun (jangka

panjang) yang smpai kini merupakan maslah besar.

Resorpsinya dari usus baik, dengan BA 90%. Dalam hati segera diubah menjadi

asam mycofenolat aktif . Ekskresinya berlangsung melaluiurin sebagai glukuronidanya

(inaktif), sesudah mengalami resirkulasi enterohepatis. Plasma – t1/2 mycofenolat adalah

ca 16 jam.

Dosis : dalam waktu 72 jam setelah transplantasi 2 dd 1ga.c dengan minyak air.

9. Talidomida (synovir)

Derivat-piperidin ini (1957) adalah obat tidur dengan efek teratogen sangat kuat

(peristiwa softenon, 1962, lihat edisi empat), yang berdasarkan khasiat anti-

angiogenesisnya. Juga berdaya imunosupresif (anti-TNF). Dan antiradang. Setelah

11

Page 12: 83589926-Farmakologi-Imunosupresin-Sip-Oke-1.doc

dilarang peredaranya selama lebih dari 25 tahun, sejak awal tahun 1990-an talidomida

mulai digunakan lagi antara lain untuk menekan reaksi lepra dan meringankan gejala

AIDS seperti (aphtae) dimulut , kerongkongan, dan kemaluan, serta diare dan kehilangan

bobot serius. Di AS penggunaanya pada lepra disahkan kembali sejak akhir tahun 1997

dengan syarat- syarat ketat. Dewasa ini efektivitasnya sedang diselidiki secara klinis

untuk berbagai penyakit auto-imun.

10. Sulfalazin (sulcolon)

Sulfalazin adalah persenyawaan sulfapiridin dengan 5- ASA yang bersifat

antiradang dengan jalan blokade siklo-oksigenase serta lipoksigenase dan dengan

demikian mencegah sintesis prostaglandin dan leukotrien . Sulfalazin mempengaruhi

fungsi limfosit, mungkin lewat cytokine, juga berdaya antioksidans ( ‘ Menangkap’

radikal bebas O2). Zat ini digunakan khusus pada penyakit usus beradang kronis (crohn,

colitis) dan pada rema.

2.4 Contoh Penyakit

Salah satu penyakit yang dapat diobati dengan imunosupresan adalah Penyakit Lupus.

a.Pengertian

Penyakit lupus adalah penyakit sistem daya tahan, atau penyakit auto imun, artinya

tubuh pasien lupus membentuk antibodi yang salah arah, merusak organ tubuh sendiri,

seperti ginjal, hati, sendi, sel darah merah, leukosit, atau trombosit. Antibodi seharusnya

ditujukan untuk melawan bakteri ataupun virus yang masuk ke dalam tubuh.

Lupus adalah penyakit yang disebabkan sistem imun menyerang sel-sel jaringan organ

tubuh yang sehat. sistem imun yang terbentuk berlebihan. Kelainan ini dikenal dengan

autoimunitas. pada kasus satu penyakit ini bisa membuat kulit seperti ruam merah yang

rasanya terbakar (lupus DLE). pada kasus lain ketika sistem imun yang berlebihan itu

menyerang persendian dapat menyebabkan kelumpuhan (lupus SLE).

SLE (Sistemics lupus erythematosus) adalah penyakti radang multisistem yang

sebabnya belum diketahui, dengan perjalanan penyakit yang mungkin akut dan fulminan

atau kronik remisi dan eksaserbasi disertai oleh terdapatnya berbagai macam autoimun

dalam tubuh.Pada penderita lupus, sistem imunitasnya tidak mampu membedakan antara

12

Page 13: 83589926-Farmakologi-Imunosupresin-Sip-Oke-1.doc

substansi asing dan sel-sel dan jaringan tubuh. Antibodi yang dihasilkan justru melawan

sel-sel yang seharusnya dibutuhkan oleh tubuh.

b. Etiologi

Sehingga kini faktor yang merangsangkan sistem pertahanan diri untuk menjadi

tidak normal belum diketahui. Ada kemungkinan faktor genetik, kuman virus, sinaran

ultraviolet, dan obat-obatan tertentu memainkan peranan.Penyakit Sistemik Lupus

Erythematosus (SLE) ini lebih kerap ditemui di kalangan kaum wanita. Ini menunjukkan

bahwa hormon yang terdapat pada wanita mempunyai peranan besar, walau

bagaimanapun perkaitan antara Sistemik Lupus Erythematosus (SLE) dan hormon wanita

saat ini masih dalam kajian.

Penyakit Sistemik Lupus Erythematosus (SLE) bukanlah suatu penyakit keturunan.

Walau bagaimanapun, mewarisi gabungan gen tertentu meningkatkan lagi risiko

seseorang itu mengidap penyakit Sistemik Lupus Erythematosus (SLE).

c. Klasifikasi

Ada 3 jenis penyakit Lupus yang dikenal yaitu:

1) Discoid Lupus, yang juga dikenal sebagai Cutaneus Lupus, yaitu penyakit Lupus

yang menyerang kulit.

2) Systemics Lupus, penyakit Lupus yang menyerang kebanyakan system di dalam

tubuh, seperti kulit, sendi, darah, paru-paru, ginjal, hati, otak, dan system saraf.

Selanjutnya kita singkat dengan SLE (Systemics Lupus Erythematosus).

3) Drug-Induced, penyakit Lupus yang timbul setelah penggunaan obat tertentu. Gejala-

gejalanya biasanya menghilang setelah pemakaian obat dihentikan.Pengaruh

kehamilan terhadap SLE, Eksaserbasi terjadi karena hormone estrogen meningkat

selama kehamilan.

d. Patofisiologi

Penyakit SLE terjadi akibat terganggunya regulasi kekebalan yang menyebabkan

peningkatan autoimun yang berlebihan. Gangguan imunoregulasi ini ditimbulkan oleh

kombinasi antara faktor-faktor genetik, hormonal (sebagaimana terbukti oleh awitan

penyakit yang biasanya terjadi selama usia reproduktif) dan lingkungan (cahaya matahari,

luka bakar termal). Obat-obat tertentu seperti hidralazin, prokainamid, isoniazid,

13

Page 14: 83589926-Farmakologi-Imunosupresin-Sip-Oke-1.doc

klorpromazin dan beberapa preparat antikonvulsan di samping makanan seperti

kecambah alfalfa turut terlibat dalam penyakit SLE- akibat senyawa kimia atau obat-

obatan.

Pada SLE, peningkatan produksi autoimun diperkirakan terjadi akibat fungsi sel T-

supresor yang abnormal sehingga timbul penumpukan kompleks imun dan kerusakan

jaringan. Inflamasi akan menstimulasi antigen yang selanjutnya serangsang antibodi

tambahan dan siklus tersebut berulang kembali.

e. Manifestasi Klinis

1. Sistem Muskuloskeletal

Artralgia, artritis (sinovitis), pembengkakan sendi, nyeri tekan dan rasa nyeri ketika

bergerak, rasa kaku pada pagi hari.

2. Sistem integument

Lesi akut pada kulit yang terdiri atas ruam berbentuk kupu-kupu yang melintang

pangkal hidung serta pipi.Ulkus oral dapat mengenai mukosa pipi atau palatum

durum.

3. Sistem kardiak

Perikarditis merupakan manifestasi kardiak.

4. Sistem pernafasan

Pleuritis atau efusi pleura.

5. Sistem vaskuler

Inflamasi pada arteriole terminalis yang menimbulkan lesi papuler, eritematous dan

purpura di ujung jari kaki, tangan, siku serta permukaan ekstensor lengan bawah atau

sisi lateral tangan dan berlanjut nekrosis.

6. Sistem perkemihan

Glomerulus renal yang biasanya terkena.

7. Sistem saraf

Spektrum gangguan sistem saraf pusat sangat luas dan mencakup seluruh bentuk

penyakit neurologik, sering terjadi depresi dan psikosis.

14

Page 15: 83589926-Farmakologi-Imunosupresin-Sip-Oke-1.doc

f. Pemeriksaan lupus :

Untuk menguji apakah seseorang menderita lupus, maka dilakukan sebuah

pengujian dengan menggunakan tes darah bernama Anti Nuclear Antibody (ANA). Tes

ini akan mengidentifikasi autoantibodi (antibodi perusak) yang memakan sel-sel berguna

di dalam tubuh. Hasil positip tes ini belum bisa dikatakan seseorang menderita lupus.

Dibutuhkan data-data lain seperti gejala-gejala, catatan fisik pasien, dan tes lengkap

laboratorium hingga dipastikan si pasien apakah menderita lupus.

g. Gejala-gejala awal lupus :

1. Rasa ngilu yang luar biasa di bagian persendian

2. Penderita mengalami kelelahan yang ekstrim

3. Muncul semacam bekas luka di sekujur tubuh

4. Pipi dan hidung penderita tampak menyerupai kupu-kupu (butterfly effects)

5. Mengalami anemia yang amat parah

6. Saat bernapas, penderita mengalami tekanan yang berat

7. Timbul permasalahan di sekitar hidung dan mulut

8. Sensitif terhadap cahaya, sinar matahari maupun kilatan foto

h. Perawatan bagi penderita lupus :

Salah satu perawatan yang dilakukan untuk penderita lupus adalah pengobatan

medis. Ada beberapa jenis obat yang bisa mengurangi gejala lupus, akan tetapi,

penggunaannya akan menimbulkan efek samping. Gejala dan efek samping yang dialami

oleh masing-masing pasien sangan variatif dan tak bisa diprediksi. Jadi dibutuhkan

pendampingan oleh petugas kesehatan dalam kasus ini.

i. Obat-obatan yang diberikan bagi penderita lupus:

1. Steroid

2. Immunosuppressant

3. Antimalarial (Plaquenil/Hydroxychloroquine)

4. Non-Steroidal anti-inflammatories

j. Lupus bisa dicegah dengan:

1. Mengurangi kontak dengan sinar matahari

2. Menerapkan hidup sehat dan menghindarkan diri dari stres

15

Page 16: 83589926-Farmakologi-Imunosupresin-Sip-Oke-1.doc

3. Tidak merokok

4. Berolahraga secara teratur

5. Melakukan diet nutrisi

k. Fakta-fakta tentang penyakit lupus

1. Lupus adalah penyakit autoimunitas, penyakit rheumatic.

2. Pada penderita lupus, sistem imunitas tubuh menyerang sel dan jaringan miliknya

sendiri.

3. Ada lima jenis penyakit lupus dan masing-masing memiliki karakteristik yang khas

dan membutuhkan penanganan yang berbeda pula

4. Sembilan puluh persen penderita lupus adalah perempuan

5. Di Amerika Serikat terdapat 11 kampus yang mengkhususkan penanganan terhadap

penyakit lupus

6. Sampai dengan sekarang, sangatlah sulit untuk mendiagnosis penyakit lupus

7. Penanganan lupus sangat tergantung dari gejala yang timbul

8. Sebanyak 1,5 juta penduduk dunia menderita lupus

9. Ras tertentu memiliki risiko terkena lupus lebih besar dibandingkan ras lain; Afro-

Amerika, Hispanik, Asia, dan Penduduk asli Amerika.

10. Mayoritas penderita lupus, setelah diobati, akan tumbuh secara normal

11. Penanganan lupus dilakukan oleh rheumatologist.

16

Page 17: 83589926-Farmakologi-Imunosupresin-Sip-Oke-1.doc

KESIMPULAN

Imunosupresan adalah kelompok obat yang digunakan untuk menekan respon imun seperti

pencegah penolakan transpalansi, mengatasi penyakit autoimun dan mencegah hemolisis rhesus

dan neonatus. Imunosupresan digunakan untuk tiga indikasi utama yaitu, transplanatasi organ,

penyakit autoimun, dan pencegahan hemolisis Rhesus pada neonatus.

Prinsip umum penggunaan imunosupresan untukmencapai hasil terapi yang optimal adalah

sebagai berikut:

1. Respon imun primer lebih mudah dikendalikan dan ditekan dibandingkan dengan respon

imun sekunder.

2. Obat imunosupresan memberikan efek yang berbeda terhadap antigen yang berbeda.

3. Penghambatan respon imun lebih berhasil bila obat imunosupresan diberikan sebelum

paparan terhadap antigen.

Beberapa contoh obat imunosupresan antara lain Azatioprin , Metotreksat (MTX) ,

Siklofosfamid , Kortikosteroid , Siklosporin (Cyclosporin A) , Rho (D) imunoglobulin,

Tacrolimus (prograf) , Mycofenolat-mofetil (CellCept) , Talidomida (synovir), Sulfalazin

(sulcolon) .

17

Page 18: 83589926-Farmakologi-Imunosupresin-Sip-Oke-1.doc

DAFTAR PUSTAKA

http://bertousman.blogspot.com/2010/05/immunomodulator-imunosupresan.html

http://gwanakbstikes.blogspot.com/2010/04/obat-imunosupresan.html

http://bebekbetina.wordpress.com/2010/01/28/imunosupresan/

http://www.scribd.com/doc/42049925/Obat-Imunosupresan

18