21
BAB I PENDAHULUAN Dalam bahasa Indonesia kita mengenal adanya ragam bahasa. Ragam bahasa adalah variasi pemakaian suatu bahasa yang setiap unsur variasi itu memiliki pola umum bahasa induknya. Variasi tersebut terjadi pada bunyi bahas intonasi, morfologi, diksi, istilah dan sintaksis. Adapun ragam bahasa dapat ditinjau dari beberapa segi, di antaranya; ragam bahasa ditinjau dari sudut pandang penutur, ragam bahasa menurut jenis pemakaiannya. Di dalam ragam bahasa dijelaskan pula mengenai bahasa baku, fungsi bahasa baku, bahasa yang baik dan benar, dan hubungan bahasa Indonesia dengan bahasa daerah. Ini merupakan sebagian dari macam-macam ragam bahasa yang telah kita ketahui dalam bahas Indonesia. Di samping berbagai ragam bahasa seperti tadi, para pakar membagi ragam bahasa atas bahasa baku dan non- baku. Jadi, ragam bahasa ini sebagai penjelasan bagaimana bahasa yang baku, apa fungsi dari bahasa yang baku tersebut, dan seperti apa bahasa yang baik dan benar itu? sehingga kita bisa membedakan bahasa yang bagaimana yang harus kita gunakan saat kita dalam acara 1

66351298 B Indonedia Ragam Bahasa

Embed Size (px)

DESCRIPTION

jjo;k;lk

Citation preview

Page 1: 66351298 B Indonedia Ragam Bahasa

BAB I

PENDAHULUAN

Dalam bahasa Indonesia kita mengenal adanya ragam

bahasa. Ragam bahasa adalah variasi pemakaian suatu bahasa

yang setiap unsur variasi itu memiliki pola umum bahasa

induknya. Variasi tersebut terjadi pada bunyi bahas intonasi,

morfologi, diksi, istilah dan sintaksis. Adapun ragam bahasa

dapat ditinjau dari beberapa segi, di antaranya; ragam bahasa

ditinjau dari sudut pandang penutur, ragam bahasa menurut

jenis pemakaiannya.

Di dalam ragam bahasa dijelaskan pula mengenai bahasa

baku, fungsi bahasa baku, bahasa yang baik dan benar, dan

hubungan bahasa Indonesia dengan bahasa daerah. Ini

merupakan sebagian dari macam-macam ragam bahasa yang

telah kita ketahui dalam bahas Indonesia. Di samping berbagai

ragam bahasa seperti tadi, para pakar membagi ragam bahasa

atas bahasa baku dan non-baku.

Jadi, ragam bahasa ini sebagai penjelasan bagaimana

bahasa yang baku, apa fungsi dari bahasa yang baku tersebut,

dan seperti apa bahasa yang baik dan benar itu? sehingga kita

bisa membedakan bahasa yang bagaimana yang harus kita

gunakan saat kita dalam acara resmi atau santai dan

menempatkannya sesuai dengan waktu dan situasi yang sedang

dialami.

1

Page 2: 66351298 B Indonedia Ragam Bahasa

BAB II

RAGAM BAHASA

2.1 Macam-macam Ragam Bahasa

Bahasa Indonesia yang sangat luas wilayah

pemakaiannya dan bermacam-macam ragam penuturannya,

mau tidak mau, takluk pada hukum perubahan. Faktor

sejarah dan perkembangan masyarakat turut pula

berpengaruh pada timbulnya sejumlah ragam bahasa

Indonesia. Ragam bahasa yang beraneka macam itu tetap

disebut “bahasa Indonesia”, karena masing-masing berbagai

teras atau inti sari bersama yang umum. Ciri dan kaidah tata

bunyi, pembentukan kata, tata makna, umumnya sama.

Itulah sebabnya kita masih dapat memahami orang lain

yang berbahasa Indonesia walaupun di samping itu kita

dapat mengenali beberapa perbedaan dalam perwujudan

bahasa Indonesianya.

2.1.1Ragam Ditinjau dari Sudut Pandang Penutur

Dapat diperinci menurut patokan (1) daerah, (2)

pendidikan, (3) sikap penutur.

1) Ragam daerah sejak lama dikenal dengan nama logat

atau dialek. Bahasa yang menyebar luas selali

mengenal logat. Logat daerah paling kentara karena

tata bunyinya. Logat Indonesia yang dilafalkan oleh

Putera Tapanuli dapat dikenali, misalnya karena

tekanan kata yang amat jelas, logat Indonesia orang

Bali dan Jawa.

2) Ragam bahasa menurut pendidikan formal, yang

menyilangi ragam dialek, menunjukkan perbedaan yang

2

Page 3: 66351298 B Indonedia Ragam Bahasa

jelas antara kaum yang berpendidikan formal dengan

yang tidak.

3) Ragama bahasa menurut sikap penutur mencakup

sejumlah corak bahasa Indonesia yang masing-masing

pada asasnya tersedia bagi tiap-tiap pemakai bahasa.

Ragam ini dapat disebut langgam atau gaya,

pemilihannya bergantung pada sikap penutur terhadap

orang yang diajak berbicara atau terhadap

pembacanya.

Kemampuan menggunakan berbagai gaya pada

hakikatnya terjangkau oleh orang dewasa. Namun,

kemahiran itu tidak datang dengan sendirinya, tetapi harus

diraih lewat pelatihan dan pengalaman.

2.1.2Ragam Bahasa Menurut Jenis Pemakaiannya

1) Ragam Bahasa dari Sudut Pandang Bidang Persoalan

Jumlah ragam yang dimiliki agak terbatas kerna

bergantung pada luasnya pergaulan, pendidikan, profesinya,

kegemarannya, dan pengalamannya. Bidang yang

dimaksudkan itu seperti agama, politik, ilmu, teknologi,

perdagangan dan lain-lain.

Kerap kali peralihan ragam itu berkisar pada pemilihan

sejumlah kata yang khusus digunakan dalam bidang

bersangkutan. Misalnya akidah, akad nikah (agama);

quorum, pemilu, partai (politik); ataom, inflasi, fonem, posil

(ilmu).

2) Ragam Bahasa Menurut Sarananya

Ragam ini dibagi atas ragam lisan dan tulisan. Bahasa

Melayu dianggap orang sejak dahulu berperan sebagai

Liguna Franca. Bahasa bersama, itu sebagian besar

3

Page 4: 66351298 B Indonedia Ragam Bahasa

penduduk kita berupa ragam bahasa lisan untuk keperluan

yang agak terbatas.

Ragam tulisan memiliki dua hal penting, yang pertam

berhubungan dengan suasana peristiwanya, sehingga kita

perlu lebiuh terang dan jelas karena ujaran kita tidak dapat

disertai oleh gerak isyarat, pandangan atau anggukan,

tanda penegasan di pihak kita atau pemahaman di pihak

pendengar kita. Itulah sebabnya, kalimat dalam ragam

tulisan harus lebih cermat.

Kedua berkaitan dengan beberapa upaya yang kita

gunakan dalam ujaran, misalnya, tinggi rendahnya dan

panjang pendeknya suara, serta irama kalimat yang

dilambangkan dengan ejaan dan tata tulis yang kita miliki.

Tiap penutur bahasa pada dasarnya dapat

memanfaatkan kedua ragam lisan dan tulisan itu, sesuai

dengan keperluannya, apapun latar belakangnya.

2.2 Ciri Situasi Diglosia

Situasi diglosia dapat disaksikan di dalam masyarakat

bahasa jika dua ragam pokok bahasa yang masing-masing

mungkin memiliki jenis sub ragam lagi dipakai secara

berdampingan untuk fungsi kemasyarakatan yang berbeda-

beda.

Di dalam situasi diglosia terdapat tradisi yang

mengutamakan studi gramatikal tentang ragam yang tinggi.

Hal itu dapat dipahami jika diingat bahwa ragam itulah yang

diajarkan di dalam sistem pembelajaran. Tradisi penulisan

tata bahasa Melayu, Malaysia, dan Indonesia membuktikan

kecenderungan itu. Tradisi itulah yang meletakkan dasar

bagi usaha pembakuan bahasa. Situasi diglosia itu pulalah

4

Page 5: 66351298 B Indonedia Ragam Bahasa

yang menjelaskan mengapa setakat ini ada perbedaan yang

cukup besar di antara pemakaian bahasa Indonesia ragam

tulisan di pihak yang satu dan ragama lisan di pihak yang

lain.

Pengacuan ke ragam bahasa yang pada hakikatnya

berbeda rupa-rupanya menjelaskan adanya paradoks di

dalam masyarakat bahwa bahasa Indonesia itu mudah dan

sekaligus sukar dipelajari dan dipakai.

2.3 Pembakuan Bahasa

Di dalam situasi diglosia ada tradisi keilmuan yang

memilih ragam bahasa pokok yang tinggi sebagai dasar

usaha pembakuan. Ada kecenderungan untuk mendasarkan

penyusunan tata bahasa itu pada ragam tinggi bahasa

tulisan. Jika dulu ada anggapan bahwa norma bahasa baku

didasarkan pada ragam tinggi Melayu – Riau, perkembangan

bahasa Indonesia dewasa ini menunjukkan bahwa pemilihan

norma itu tidak mononsentris lagi.

Patokan yang bersifat tunggal (salah satu dialek) dan

patokan yang majemuk (gabungan beberapa dialek) tidak

perlu bertentangan. Namun, pada saat norma itu

dikodifikasikan dan dimekarkan oleh penuturnya, dasarnya

itu boleh dikatakan tidak dapat dikenali lagi oleh asalnya.

Ada dua perangkat norma bahasa yang bertumpang tindih,

yang satu berupa norma yang dikodifikasi dalam bentuk

baku tata bahasa sekolah dan yang diajarkan kepada

siswanya, yang lain ialah norma berdasarkan adat

pemakaian (usage) yang belum, dikodifikasi seara resmi dan

yang antara lain dianut oleh kalangan media massa dan

sastrawan muda. Keduanya bertumpang tindih, karena di

5

Page 6: 66351298 B Indonedia Ragam Bahasa

samping berbagai inti bersama ada norma yang berlaku di

sekolah, tetapi yang tidak diikuti oleh media dan sebaliknya.

Tarikan yang terdapat di antara kedua pasang norma

itu dapat dicontohkan dengan bentuk pengrusak.

Keberterimaan bentuk itu antara murid dan gurunya yang

menuntut pemakaian bentuk perusak, murid itu

berpendirian bahwa pengrusaklah yang betul itu dapat

dibaca di dalam surat kabar.

2.4 Bahasa Baku

Ragam bahasa orang yang berpendidikan paling

lengkap kaidah-kaidahnya jika dibandingkan dengan ragam

bahasa yang lain.sejarah umum perkembangan bahasa

menunjukkan bahwa ragam bahasa itu juga yang dipakai

oleh kaum yang berpendidikan dan yang kemudian dapat

menjadi pemuka di berbagai bidang kehidupan yang

penting. Pejabat pemerintah, hakim, pengacara, perwira,

wartawan, guru, generasi demi generasi terlatih dalam

ragam bahas itu. ragam itulah yang dijadikan tolak

bandingan bagi pemakaian bahasa yang benar. Fugsinya

sebagai tolak untuk menghasilkan nama bahas baku atau

bahasa standar baginya.

Ragam bahasa yang diajarkan dan dikembangkan di

dalam lingkungan iutlah yang akan menjadi ragam bahasa

pemimpin kita yang mendatang sehingga pada suatu saat

bahas Indonesia yang baku dapat disamakan dengna ragam

bahasa golongan pemuka yang memancarkan wibawa

kemasyarakatan. Oleh sebab itu, di Indonesia semua proses

pembakuan hendaknya bermula pada ragam bahasa

perguruan dengan berbagai coraknya dari sudut pandangan

sikap, bidang, dan sarananya.

6

Page 7: 66351298 B Indonedia Ragam Bahasa

Ragam bahasa standar memiliki sifat kemantapan

dinamis yang berupa kaidah dan aturan yang tetap. Baku

atau standar tidak dapat berubah setiap saat. Kaidah

pembentukan kata yang menerbitkan bentuk perasa dan

perumus dengan taat asa harus dapat menghasilkan bentuk

perajin dan perusak dan bukan pengrajin dan pengrusak.

Kehomoniman yang timbul akibat penerapan kaidah itu

bukan alasan yang cukup berat yang dapat menghalakan

penyimpangan itu. Ciri kedua yang menandai bahasa baku

ialah sifat kecendekiaannya. Perwujudannya dalam kalimat,

paragraf, dan satuan bahasa lain yang lebih besar

mengungkapkan penalaran atau pemikiran yang teratur,

logis, dan masuk akal. Proses pembakuan sampai taraf

tertentu berarti proses penyeragaman kaidah, bukan

penyamaan ragam bahasa, atau penyeragaman variasi

bahasa. Itulah ciri ketiga bahasa yang baku. Setelah

mengenali ketiga ciri umum yang melekat pada ragam

standar bahasa kita.

2.5 Fungsi Ragama Bahasa Baku

Bahasa baku mendukung empat fungsi, tiga di

antaranya bersifat palembang atau simbolis, sedangkan

yang satu bersifat objektif.

1) Fungsi pemersatu;

2) Fungsi pemberi kekhasan;

3) Fungsi pembawa kewibawaan;

4) Fungsi sebagai kerangka acuan;

Bahasa baku menggabungkan semua penutur berbagai

dialek bahasa itu. Dengan demikian, bahasa baku

7

Page 8: 66351298 B Indonedia Ragam Bahasa

mempersatukan mereka menjadi satu masyarakat

bahasa dan meningkatkan proses identifikasi penutur

seorang dengan seluruh masyarakat. Banyak orang

tidak sadar akan adanya dialek (geografis) bahas

Indonesia, melainkan ingin keadaan Utopia yang hanya

mengenal satu ragam bahasa Indonesia.

Fungsi pemberi kekhasan pada bahasa baku

membedakan bahasa itu dari bahasa yang lain. Karena

fungsi itu, bahasa baku memperkuat perasaan

kepribadian nasional masyarakat bahasa yang

bersangkutan. Yang merangukan orang ialah apakah

perasaan itu bertalian lebih erat dengan bahasa

Indonesia sebagai bahasa nasional atau dengan bahasa

baku.

Pemilikan bahasa baku membawa wibawa atau

prestise. Fungsi pembawa wibawa bersangkutan

dengan usaha orang mencapai kesederajatan dengan

peradaban lain yang dikagumi lewat pemerolehan

bahasa baku sendiri. Ahli bahasa dan khalayak ramai di

Indonesia dapat dijadikan teladan bagi bangsa lain di

Asia Tenggara yang juga memerlukan bahasa modern.

Dapat pula dikatakanm bahwa fungsi pembawa wibawa

itu ebralih dari pemilikan bahasa baku yang nyata

kepemilikan bahasa yang berpotensi menjadi bahasa

baku.

Bahasa baku selanjutnya berfungsi sebagai kerangka

acuan. Bahasa ini berfungsi sebagai acuan bagi

pemakaian bahasa dengan adanya norma dan kaidah

yang jelas. Norma dan kaidah itu menjadi tolok ukur

8

Page 9: 66351298 B Indonedia Ragam Bahasa

bagi benar tidaknya pemakaian bahasa seseorang atau

golongan.

Fungsi ini di alam bahasa Indonesia baku belum

berjalan dengan baik. Namun, perlunya fungsi ini

diungkapkan dalam ketiga kongres bahasa Indonesia,

seminar dan simposium serta berbagai penataran guru.

Setelah kita mengungkapkan sifat objektif dalam

bahasa baku, kita juga perlu menjelaskan perubahan ejaan

dalam bahasa Indonesia. Ejaan atau tata cara menulis

bahasa Indonesia dengan huruf latin dibakukan secara resmi

pada tahun 1972, setelah berlakunya Ejaan Van Opnuij Sen

(1901) dan Ejaan Soewandi (1947). Pada tahun 1975

dikeluarkan Pedoman Umum Ejaan Yang Disempurnakan

yang menguraikan kaidah ejaan yang baru terperinci dan

lengkap. Maka dapat dikemukakan bahwa kaidah ejaan kita

sudah seragama, dasar penyusunannya memenuhi syarat

kecendekiaan, tetapi pelaksanaannya belum mantap.

Contoh

Bahasa Baku Tidak Baku

− Mengerti − Ngerti

− Katakan − Bilang

− Perempuan, dll. − Cewek, dll.

Rintisan pemba kuan kosa kata sebenarnya sudah

agak lama berjalan di bidang peristilahan yang merupakan

bagiannya yang sangat penting. Pekerjaan pembakuan

istilah itu sudah dimulai sejak 1942 dengan adanya komisi

umum pembentukan istilah yang ingin memberikan patokan

yang menyeluruhi permasalahan, sehingga kita dapat

memiliki tata istilah yang memenuhi syarat kemanfaatan,

kecendekiaan, dan keseragaman.

9

Page 10: 66351298 B Indonedia Ragam Bahasa

Kekurangan yang lain berkisar pada kekaburan

tentang apa yang disebut kaidah tata bahasa dan apa yang

bukan kaidah tata bahasa mengandung kemampuan

penerapan secara umum. Bentuk bahasa yang kaidahnya

tidak dapat dirumuskan secara umum masuk bidang idion

atau leksiologi. Misalnya, jika bentuk tertulang dan terbuku

memperoleh tafsiran “sampai ke tulang” dan “asmpai ke

buku”, kita tidak dapat menjabarkan kaidah yang

menyatakan bahwa awalan ter – dapat bermakna awalan

ter – dengan itu tidak dapat bermakna “sampai ke”.

Sebabnya telah penerapan awalan ter- dengan itu tidak

dapat digeneralisasikan.

2.6 Bahasa yang Baik dan Benar

Pemkaian bahasa yang mengikuti kaidah yang

dibakukan atau yang dianggap baku itulah yang merupakan

bahasa yang baik dan benar. Jika orang masih berbeda

pendapat tentang benar tidaknya suatu bentuk bahasa,

maka silsilah paham itu menandakan ketiadaan standar,

atau adanya baku yang belum mantap.

Orang yang mahir dalam menggunakan bahasanya

sehingga maksud hatinya mencapai sasarannya, apapun

jenisnya itu, dianggap berbahasa dengan efektif. Bahasanya

membuahkan efek karena serasi dengan peristiwa atau

keadaan yang dihadapinya. Pemanfaatan ragam yang tepat

dan serasi menurut golongan penutur dan jenis pemakaian

bahasa itulah yang disebut bahasa yang baik atau tepat.

Bahasa yang harus mengenai sasarannya tidak selalu perlu

beragam baku. Dalam tawar menawar di pasar, misalnya,

pemakaian ragam baku akan menimbulkan kegelian,

10

Page 11: 66351298 B Indonedia Ragam Bahasa

keheranan, atau kecurigaan. Jadi, pada asasnya, kita

mungkin menggunakan bahasa yang benar. Sebaliknya, kita

mungkin berbahasa yang benar yang tidak baik

penerapannya karena suasananya mensyaratkan ragam

bahasa yang lain. Maka anjuran agar kita “berbahasa

Indonesia dengan baik dan benar” dapat diartikan

pemakaian ragam bahasa yang serasi dengan sasarannya.

Dan di samping itu, mengikuti kaidah bahasa yang betul.

Ungkapan “bahasa Indonesia yang baik dan benar”,

sebaliknya, mengacu ke ragam bahasa yang sekaligus

memenuhi persyaratan kebaikan dan kebenaran.

2.7 Hubungan Bahasa Indonesia dengan Bahasa Daerah

Nusantara

Di Indonesia terdapat sejumlah bahasa daerah yang

masing-masing dituturkan sebagai alat perhubungan dengan

bahasa Indonesia, terjadilah proses pemengaruhan. Hal itu

nampak sekali dalam bentuk kata dan perluasan kosa kata.

Dalam bahasa daerah masa kini dapat juga disaksikan

masuknya unsur bahasa Indonesia, atau unsur bahasa asing

yang diserap lewat bahasa Indonesia. Kejadian asimilasi

bahasa itu, di satu pihak dapat membantu asimilasi bangsa,

dan di pihak lain dapat menjamin kelangsungan hidup

bahasa daerah Nusantara yang bersangkutan yang harus

menyesuaikan dirinya dengan arus perkembangan

masyarakatnya. Karena itu, hubungan kedua macam bahasa

itu sebaliknya dikembangkan ke arah tugas yang

melengkapi.

11

Page 12: 66351298 B Indonedia Ragam Bahasa

BAB III

KESIMPULAN

Ragam bahasa artinya variasi pemakaian suatu bahasa

yang setiap unsur variasi itu memiliki pola umum bahasa

induknya. Di dalam ragam bahasa dibahas tentang macam-

macam ragam bahasa yang ditinjau dari berbagai sudut pandang

yang berbeda, yang menghasilkan beberapa penuturan dari para

pakar bahasa.

Bahasa baku yang dijadikan sebagai tolok ukur untuk

menghasilkan nama bahasa baku dan bahasa standar, karena

bahasa baku adalah bahasa yang digunakan oleh golongan

pemuka yang memancarkan wibawa kemasyarakatan. Oleh

sebab itu, pembakuannya dimulai pada ragam bahasa perguruan

dengan berbagai coraknya.

Selain dari bahasa baku, hubungan bahasa Indonesia

dengan bahasa daerah sangat berkaitan satu sama lain karena

bahasa Indonesia berawal dari bahasa daerah yang telah

mengalami berbagai proses.

12

Page 13: 66351298 B Indonedia Ragam Bahasa

DAFTAR PUSTAKA

Depdikbud. 1998. Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Sudarsono. 2000. Bahasa dan Sastra Indonesia. Bogor: PT.

Pustaka Gemilang.

Suryandaru, Anindito. 1999. Bahasa Indonesia I. Semarang:

Aneka Ilmu.

13

Page 14: 66351298 B Indonedia Ragam Bahasa

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penyusun panjatkan kepada Allah Swt.,

shalawat dan salam semoga selalu tercurah atas Nabi akhir

zaman, Muhammad rahmat bagi seluruh alam, yang risalahnya

tak akan sirna sampai hari qiyamah.

Dalam pembutan Makalah ini selain mencoba mengajak

pembaca ke arah pemahaman bahasa Indonesia yang

komprehensif, aktual, segar dan integral, juga telaah

memberikan petunjuk tentang bagaimana penggunaan bahasa

Indonesia secara baik dan benar.

Akhirnya, penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih

yang sehangat-hangatnya kepada semua pihak yang telah

membantu terselesaikannya Makalah ini, semoga Allah Swt.

memberkahi kita sekalian. Besar harapan penulis kepada

pembaca, sudikah kiranya untuk memeriksa Makalah ini supaya

tercapai kesempurnaan di dalam penyusunan Makalah-Makalah

di masa yang akan datang.

Cipasung, Januari 2009

Penyusun

14

i

Page 15: 66351298 B Indonedia Ragam Bahasa

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................ i

DAFTAR ISI................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN............................................................. 1

BAB II RAGAM BAHASA............................................................ 2

2.1 Macam-macam Ragam Bahasa............................. 2

2.2 Ciri-ciri Diglosia..................................................... 4

2.3 Pembakuan Bahasa............................................... 5

2.4 Bahasa Baku.......................................................... 6

2.5 Fungsi Bahasa Baku.............................................. 7

2.6 Bahasa yang Baik dan Benar.................................

..............................................................................10

2.7 Hubungan Bahasa Indonesia dengan Bahasa

Daerah Nusantara.................................................

..............................................................................11

BAB III KESIMPULAN.................................................................

12

DAFTAR PUSTAKA........................................................................

....................................................................................................13

15

ii

Page 16: 66351298 B Indonedia Ragam Bahasa

RAGAM BAHASA INDONESIA

MAKALAH

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas

Mata Kuliah Bahasa Indonesia

Oleh:

Nama : Lathif Anwar Saleh

NPM : 08.0741.1

TK. / SMT. : I / I

Fak. / Jur. : Tarbiyah/PAI

INSTITUT AGAMA ISLAM CIPASUNGSINGAPARNA – TASIKMALAYA

2009

16