Upload
wisnu-wardana
View
48
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
Instalasi Hemodialisa (Cuci Darah) Semakin Melengkapi Layanan RSD Mardi Waluyo
Kota Blitar
Tim Instalasi Hemodialisa RSD Mardi Waluyo Kota Blitar pose bersama tim RS dr. Soetomo
Surabaya. Tampak dr. Aditya (tengah baju biru), dr. Yudi Agung (tengah baju putih) dan drg
Christine Herawaty Wakil Direktur Pelayanan Medik (kanan batik coklat). Foto diambil saat soft
opening tanggal 29 Agustus 2009.
Blitar : Manajemen RSD Mardi Waluyo Kota Blitar terus
menerus berusaha melengkapi fasilitas pelayanan, sebagaimana layaknya rumah sakit klas B non pendidikan.
Layanan terbaru yang dibuka mulai tanggal 29 Agustus 2009 lalu adalah Instalasi Hemodialisa atau Cuci
Darah.
“Alhamdulillah, setelah melalui masa persiapan sekitar satu tahun, akhirnya Instalasi Cuci Darah sudah
beroperasi,” papar Direktur RSD Mardi Waluyo dr. Husein Abdul Rachman.
Selama masa persiapan berada dalam bimbingan dan asistensi langsung oleh tim ahli Hemodialisa RS dr.
Soetomo Surabaya. Tim tersebut adalah dr. Aditya Wardana, Sp.PD, dr. Prawanaw, Sp.PD, KGH, dan dr.
Yogi Antono, Sp.PD. KGH. Bimbingan dan pengawasan meliputi gedung dan instalasi kelengkapan di
dalamnya, maupun pelatihan SDM pengelola Instalasi Hemodialisa. Misalnya, untuk gedung dan instalasi
kelengkapan di dalamnya seperti instalasi siklus dan sirkulasi air.
Sedangkan untuk pelatihan SDM, tim yang dikirim telah lulus dan memenuhi syarat mahir Hemodialisa. Tim
tersebut terdiri atas 5 (lima) orang, masing-masing adalah dr. Yudi Agung Wibisono, Sp.PD, dr. Novita Widya
dan tiga perawat yaitu Imam Thobroni, AMK, Wahyu Widyawati, S.Kep, Nurse, dan Dyah Setyowati, AMK.
Selain personil yang sudah mahir hemodialisa, juga didukung 6 (enam) tenaga lain meliputi dua perawat, dua
tenaga rumah tangga, satu tenaga administrasi dan satu orang bagian elektro medik.
Saat soft opening tanggal 29 Agustus 2009 lalu, juga ditangani langsung oleh dokter ahli Hemodialisa dari RS
dr. Soetomo, yaitu dr. Aditya Wardana, Sp.PD bersama satu perawat mahir hemodialisa. Ada dua pasien yang
pertama ditangani saat soft opening, kedua-duanya pasien Jamkesmas Quota yaitu Bambang Pronggo (39 th)
warga Desa Kebonduren RT 2/11 Ponggok Blitar dan Jatirin (55 th) warga Kelurahan Pakunden RT 3/4
Sukorejo Kota Blitar.
Kehadiran Instalasi Hemodialisa di RSD Mardi Waluyo Kota Blitar ini tentu saja sangat membantu para pasien
gagal ginjal, karena mereka tidak perlu jauh-jauh ke Malang untuk cuci darah atau ke rumah sakit swasta yang
tentunya tarifnya lebih mahal. Seperti kedua pasien tersebut di atas, semula setiap dua kali seminggu harus
ke RSSA Malang karena hanya rumah sakit tersebut yang dekat dengan Blitar dan melayani pasien
Jamkesmas. Namun setelah Instalasi Hemodialisa RSD Mardi Waluyo Kota Blitar beroperasi, mereka tidak
perlu jauh-jauh ke Malang sehingga dapat meringankan beban keluarga.
Pelayanan Menerapkan Pendekatan CC
Sebagai instalasi paling baru diantara layanan lain yang sudah ada, Instalasi Hemodialisa RSD Mardi Waluyo
juga menerapkan pelayanan menggunakan pendekatan Citizens’ Charter (CC). Pelayanan yang
menggunakan pendekatan CC adalah berusaha semaksimal mungkin mengedepankan kepentingan
pengguna layanan. Selain ditangani oleh tim dokter dan perawat yang telah mahir hemodialisa, juga didukung
oleh dokter spesialis bedah dan spesialis anestesi yang bekerja secara terintegrasi.
Adapun fasilitas pendukung pelayanan di ruang hemodialisa adalah sebagai berikut :
Ruang AC
TV
Tersedia Ruang Hemodialisa VIP
Dilengkapi sarana patient monitor
Cairan dialysis menggunakan bicarbonate
Melayani pemaianan re-use
Pengolahan air untuk dialysis dengan system reverse osmosis
Penyuluhan gizi dari ahli gizi rumah sakit
Dengan fasilitas memadai tersebut, namun tarif yang ditetapkan relatif terjangkau, yaitu untuk klas III, II dan I
tarif yang dikenakan Rp 600.000, VIP Rp 690.000 dan VVIP Rp 750.000,- untuk sekali cuci darah. Ongkos
tersebut belum termasuk sarana penunjang Hemodialisa yang akan diberikan dalam bentuk resep dan bukti
pembayaran tersendiri. Sedangkan untuk jam pelayanan, setiap hari kerja pukul 07.30 – 11.00 WIB atau pada
jam-jam lain sesuai perjanjian.
Sementara itu, setelah hampir dua bulan beroperasi pasca soft opening, Instalasi Hemodialisa RSD Mardi
Waluyo Kota Blitar telah menangani 9 pasien yang rutin menjalani tindakan cuci darah dua kali seminggu.
Namun dalam perkembangan terakhir tinggal 7 pasien, sedangkan dua pasien terpaksa menjalani perawatan
di RSSA Syaiful Anwar karena pasien Askes. Sementara ini, pelayanan masih terbatas pada pasien umum
dan Jamkesmas Quota. Sedangkan pasien Askes diperlakukan sebagai pasien umum atau harus membayar
biaya sendiri karena kesepakatan RSD Mardi Waluyo Kota Blitar dengan PT Askes Cabang Kota Blitar belum
tuntas. Hingga saat ini Askes belum memutuskan layanan cuci darah masuk dalam klaim jaminan, sehingga
peserta dilayani sebagai pasien umum.*
Hemodialisa
1. Pengertian Haemodialisis
Hemodialisa berasal dari kata hemo=darah,dan
dialisa=pemisahan atau filtrasi. Pada prinsipnya
hemodialisa menempatkan darah berdampingan dengan
cairan dialisat atau pencuci yang dipisahkan oleh suatu
membran atau selaput semi permeabel. Membran ini dapat
dilalui oleh air dan zat tertentu atau zat sampah. Proses ini
disebut dialysis yaitu proses berpindahnya air atau zat,
bahan melalui membran semi permeabel ( Pardede, 1996 ).
Terapi hemodialisa adalah suatu teknologi tinggi sebagai
terapi pengganti untuk mengeluarkan sisa-sisa metabolisme
atau racun tertentu dari peredaran darah manusia seperti air, natrium, kalium, hidrogen, urea,
kreatinin, asam urat, dan zat-zat lain melalui membran semi permeabel sebagai pemisah darah dan
cairan dialisat pada ginjal buatan dimana terjadi proses difusi, osmosis dan ultra filtrasi (Setyawan,
2001).
2. Tujuan Hemodialisa
Sebagai terapi pengganti, kegiatan hemodialisa mempunyai tujuan :
a. Membuang produk metabolisme protein seperti urea, kreatinin dan asam urat
b. Membuang kelebihan air.
c. Mempertahankan atau mengembalikan system buffer tubuh.
d. Mempertahankan atau mengembalikan kadar elektrolit tubuh.
e. Memperbaiki status kesehatan penderita.
3. Proses Hemodialisa
Dalam kegiatan hemodialisa terjadi 3 proses utama seperti berikut :
a) Proses Difusi yaitu berpindahnya bahan terlarut karena perbedaan kadar di dalam darah dan di
dalam dialisat. Semakian tinggi perbedaan kadar dalam darah maka semakin banyak bahan yang
dipindahkan ke dalam dialisat.
b) Proses Ultrafiltrasi yaitu proses berpindahnya air dan bahan terlarut karena perbedaan tekanan
hidrostatis dalam darah dan dialisat.
c) Proses Osmosis yaitu proses berpindahnya air karena tenaga kimia, yaitu perbedaan osmolaritas
darah dan dialisat ( Lumenta, 1996 ).
4. Alasan dilakukannya Hemodialisa
Hemodialisa dilakukan jika gagal ginjal menyebabkan :
a) Kelainan fungsi otak ( ensefalopati uremik )
b) Perikarditis ( peradangan kantong jantung )
c) Asidosis ( peningkatan keasaman darah ) yang tidak memberikan respon
terhadap pengobatan lainnya.
d) Gagal jantung
e) Hiperkalemia ( kadar kalium yang sangat tinggi dalam darah ).
5. Frekuensi Hemodialisa.
Frekuensi, tergantung kepada banyaknya fungsi ginjal yang tersisa, tetapi sebagian besar penderita
menjalani dialisa sebanyak 3 kali/minggu. Program dialisa dikatakan berhasil jika :
1 ) Penderita kembali menjalani hidup normal.
2 ) Penderita kembali menjalani diet yang normal.
3 ) Jumlah sel darah merah dapat ditoleransi.
4 ) Tekanan darah normal.
5 ) Tidak terdapat kerusakan saraf yang progresif ( Medicastore.com, 2006 )
Dialisa bisa digunakan sebagai pengobatan jangka panjang untuk gagal ginjal kronis atau sebagai
pengobatan sementara sebelum penderita menjalani pencangkokan ginjal. Pada gagal ginjal akut,
dialisa dilakukan hanya selama beberapa hari atau beberapa minggu, sampai fungsi ginjal kembali
normal.
6. Komplikasi pada Hemodialisa
Komplikasi dalam pelaksanaan hemodialisa yang sering terjadi pada saat dilakukan terapi adalah :
a. Hipotensi
b. Kram otot
c. Mual atau muntah
d. Sakit kepala
e. Sakit dada
f. Gatal-gatal
g. Demam dan menggigil
h. Kejang