23
BAB 2 TINJAUAN TEORI 2.1 Konsep Dasar Hemodialisis 2.1.1 Pengertian Hemodialisis Hemodialisis berasal dari kata hemo yaitu darah, dan dialysis yaitu pemisahan atau filtrasi. Hemodialisis adalah suatu metode terapi dialysis yang digunakan untuk mengeluarkan cairan dan produk limbah dari dalam tubuh ketika secara akut ataupun secara progresif ginjal tidak mampu melaksanakan proses tersebut (Arif Muttaqin, 2011). Hemodialisis adalah metode pencucian darah dengan membuang cairan berlebih dan zat-zat yang berbahaya bagi tubuh melalui alat dialysis untuk menggantikan fungsi ginjal yang rusak. Terapi hemodialisa adalah suatu teknologi tinggi sebagai terapi pengganti untuk mengeluarkan sisa-sisa metabolisme atau racun tertentu dari peredaran darah manusia seperti air, natrium, kalium, hidrogen, urea, kreatinin, asam urat, dan zat-zat lain melalui membran semi permeabel sebagai pemisah darah dan cairan dialisat pada ginjal buatan dimana terjadi proses difusi, osmosis dan ultra filtrasi (Setyawan, 2001). 2.1.2 Tujuan Hemodialisis 3

Hemodialisa dan Transplantasi Ginjal

Embed Size (px)

DESCRIPTION

salah satu tugas KMB perkemihan

Citation preview

Page 1: Hemodialisa dan Transplantasi Ginjal

BAB 2

TINJAUAN TEORI

2.1 Konsep Dasar Hemodialisis

2.1.1 Pengertian Hemodialisis

Hemodialisis berasal dari kata hemo yaitu darah, dan dialysis yaitu pemisahan

atau filtrasi. Hemodialisis adalah suatu metode terapi dialysis yang digunakan untuk

mengeluarkan cairan dan produk limbah dari dalam tubuh ketika secara akut ataupun

secara progresif ginjal tidak mampu melaksanakan proses tersebut (Arif Muttaqin,

2011). Hemodialisis adalah metode pencucian darah dengan membuang cairan

berlebih dan zat-zat yang berbahaya bagi tubuh melalui alat dialysis untuk

menggantikan fungsi ginjal yang rusak. Terapi hemodialisa adalah suatu teknologi

tinggi sebagai terapi pengganti untuk mengeluarkan sisa-sisa metabolisme atau racun

tertentu dari peredaran darah manusia seperti air, natrium, kalium, hidrogen, urea,

kreatinin, asam urat, dan zat-zat lain melalui membran semi permeabel sebagai

pemisah darah dan cairan dialisat pada ginjal buatan dimana terjadi proses difusi,

osmosis dan ultra filtrasi (Setyawan, 2001).

2.1.2 Tujuan Hemodialisis

Tujuan dari dilakukan Hemodialisis adalah untuk memindahkan produk-

produk limbah yang terakumulasi dalam sirkulasi klien dan dikeluarkan ke dalam

mesin dialysis. Pada klien GGK (Gagal Ginjal Kronis), tindakan Hemodialisis dapat

menurunkan resiko kerusakan organ-organ vital lainnya akibat akumulasi zat toksik

dalam sirkulasi, tetapi tindakan Hemodialisis tidak menyembuhkan atau

mengembalikan fungsi ginjal secara permanen.

Sebagai terapi pengganti, kegiatan hemodialisa mempunyai tujuan :

a. Membuang produk metabolisme protein seperti urea, kreatinin dan asam urat

b. Membuang kelebihan air.

c. Mempertahankan atau mengembalikan system buffer tubuh.

3

Page 2: Hemodialisa dan Transplantasi Ginjal

d. Mempertahankan atau mengembalikan kadar elektrolit tubuh.

e. Memperbaiki status kesehatan penderita.

2.1.3 Prinsip Hemodialisis

Seperti pada ginjal, ada tiga prinsip yang mendasari kerja Hemodialisis,

yaitu : difusi, osmosis, dan ultrafiltrasi.

Proses difusi adalah proses berpindahnya zat karena adanya perbedaan kadar

di dalam darah, makin banyak yang berpindah ke dialisat.

Proses osmosis adalah proses berpindahnya air karena tenaga kimiawi yaitu

perbedaan osmolalitas dan dialisat.

Proses ultrafiltrasi adalah proses berpindahnyazat dan air karena perbedaan

hidrostatik di dalam darah dan dialisat.

2.1.4 Indikasi Hemodialisis

Hemodialisis dilakukan bila ginjal sudah tidak mampu melaksanakan

fungsinya atau biasa disebut dengan gagal ginjal. Gagal ginjal dapat dibagi dua yaitu

gagal ginjal akut dimana fungsi ginjal terganggu untuk sementara waktu sehingga

Hemodialisis dilakukan hanya hingga fungsi ginjal membaik dan gagal ginjal kronis

dimana fungsi ginjal rusak secara permanen akibatnya Hemodialisis harus dilakukan

seumur hidupnya. Dokter akan menentukan tingkatan fungsi ginjal seseorang

berdasarkan perhitungan GFR atau Glomerular Filtration Rate, dimana pada tingkatan

GFR dibawah 15, ginjal seseorang dinyatakan masuk dalam kategori gagal ginjal

terminal (End Stage Renal Disease).

Cuci darah dilakukan jika gagal ginjal menyebabkan:

Kelainan fungsi otak (ensefalopati uremik)

Perikarditis (Peradangan kantong jantung)

Asidosis (peningkatan keasaman darah) yang tidak memberikan respon

terhadap pengobata lainnya.

Gagal Jantung

Hiperkalemia (kadar kalium yang sangat tinggi dalam darah).

4

Page 3: Hemodialisa dan Transplantasi Ginjal

2.1.5 Frekuensi Hemodialisis

Rata-rata tiap orang memerlukan waktu 9 – 12 jam dalam seminggu untuk

mencuci seluruh darah yang ada, tetapi karena ini waktu yang cukup panjang, maka

biasanya akan dibagi menjadi tiga kali pertemuan dalam seminggu selama 3-5 jam

setiap kali hemodialisa.

Lamanya waktu yang dibutuhkan dan berapa kali dalam seminggu dilakukan

hemodialisa tergantung pada derajat kerusakan ginjal, diet sehari-hari, penyakit lain

yang menyertai, ukuran tubuh, dan lain-lain. Tetapi sebagian besar penderita

menjalani dialisa sebanyak 3 kali/minggu. Program dialisa dikatakan berhasil jika :

1) Penderita kembali menjalani hidup normal.

2) Penderita kembali menjalani diet yang normal.

3) Jumlah sel darah merah dapat ditoleransi.

4) Tekanan darah normal.

5) Tidak terdapat kerusakan saraf yang progresif ( Medicastore.com, 2006 ).

Dialisa bisa digunakan sebagai pengobatan jangka panjang untuk gagal ginjal

kronis atau sebagai pengobatan sementara sebelum penderita menjalani

pencangkokan ginjal. Pada gagal ginjal akut, dialisa dilakukan hanya selama

beberapa hari atau beberapa minggu, sampai fungsi ginjal kembali normal.

2.1.6 Dialyzer (Ginjal Buatan)

Dialyzer merupakan kunci utama dalam proses hemodialisa. Disebut sebagai

ginjal buatan (artificial kidney) karena yang dilakukan oleh dialyzer sebagian besar

dikerjakan oleh ginjal kita yang normal yaitu mengeluarkan sisa metabolisme tubuh,

mengatur keseimbangan cairan dan elektrolit, mengeluarkan racun-racun atau toksin.

Sedangkan fungsi hormonal/ endokrin tidak dapat diambil alih oleh ginjal buatan.

Dengan demikian ginjal buatan hanya berfungsi sekitar 70-80 % saja dari ginjal alami

yang normal. Ada tiga macam dialyzer, yaitu :

1) Parallel-palate dialyzer

2) Coil dialyzer

5

Page 4: Hemodialisa dan Transplantasi Ginjal

3) Hollow dialyzer

Dialyzer yang sangat banyak digunakan saat ini. Dialyzer berbentuk silinder

dengan panjang rata – rata 30 cm dan diameter 7 cm dan didalamnya terdapat ribuan

filter yang sangat kecil. Dialyzer terdiri dari 2 kompartemen masing – masing untuk

cairan dialysate dan darah.

Kedua kompartemen tersebut dipisahkan oleh membran semipermiabel yang

mencegah cairan dialysate dan darah bercampur jadi satu. Membran semipermiabel

mempunyai lubang – lubang sangat kecil yang hanya dapat dilihat melalui mikroskop

sehingga hanya substansi tertentu seperti racun dan kelebihan cairan dalam yang

dapat lewat. Sedangkan sel – sel darah tetap berada dalam darah.

2.1.7 Dialisat

Adalah cairan yang terdiri dari air, elektrolit dan zat-zat lain supaya

mempunyai tekanan osmotik yang sama dengan darah.

Fungsi Dialisat, antara lain:

a. Untuk mengeluarkan dan menampung cairan dan sisa metabolisme

b. Untuk mencegah kehilangan zat-zat vital (kadar elektrolit dan mineral) dari

tubuh selama dialisa

2.1.8 Cara Kerja Hemodialisis

Pada proses hemodialisis, darah dialirkan ke luar tubuh dan disaring di dalam

ginjal buatan (dialyzer). Rata – rata manusia mempunyai sekitar 5,6 s/d 6,8 liter

darah, dan selama proses hemodialisa hanya sekitar 0,5 liter yang berada di luar

tubuh. Untuk proses hemodialisa dibutuhkan pintu masuk atau akses agar darah dari

tubuh dapat keluar dan disaring oleh dialyzer kemudian kembali ke dalam tubuh.

Terdapat 3 jenis akses vaskular (pintu masuk) yaitu :

1) Arteriovenous (AV) fistula,

Fistula yang lebih permanen dibuat melalui pembedahan (yang biasanya

dilakukan pada lengan bawah) dengan cara menghubungkan pembuluh darah arteri

dan vena secara side to side atau end to side. Segmen arteri fistula digunakan untuk

6

Page 5: Hemodialisa dan Transplantasi Ginjal

aliran darah arteri dan segmen vena fistula digunakan untuk memasukkan kembali

(reinfus) darah yang sudah didialisis.

2) AV graft (shunt atau tandur)

Dalam menyediakan lumen sebagai tempat penusukan jarum dialisis, sebuah

tandur dapat dibuat dengan cara menjahit sepotong pembuluh arteri atau vena dari

sapi, material Gore-Tex (heterograft)atau tandur vena safena.

3) Central venous catheter.

Akses segera ke dalam sirkulasi darah pasien pada hemodialisis darurat

dicapai melalui kateterisasi. Kateterisasi dapat dilakukan di subklavia dan femoralis.

Kateter ini digunakan untuk pemakaian sementara. Kateter double-lumen atau multi-

lumen dimasukkan ke dalam vena subklavia. Kateter femoralis dimasukkan ke dalam

pembuluh darah femoralis.

Langkah berikutnya adalah menghubungkan pasien ke mesin cuci darah

dengan memasang blod line (selang darah) dan jarum ke akses vaskular pasien, yaitu

akses untuk jalan keluar darah ke dialyzer dan akses untuk jalan masuk darah ke

dalam tubuh. Setelah semua terpasang, darah dialirkan dan dipompa ke dalam

dialyzer. Untuk mencegah pembekuan darah selama proses pencucian, maka

diberikan obat antibeku yaitu Heparin. Teknik pemberian heparin disebut

heparinisasi.

Aliran darah masuk ke salah satu kompartemen dialiser. Pada kompartemen

lainnya dialirkan dialisat, yaitu suatu carian yang memiliki

komposisi kimia menyerupai cairan tubuh normal. Kedua kompartemen dipisahkan

oleh selaput semipermeabel yang mencegah dialisat mengalir secara berlawanan arah.

Zat-zat sampah, zat racun, dan air yang ada dalam darah dapat berpindah melalui

selaput semipermeabel menuju dialisat. Itu karena, selama penyaringan darah, terjadi

peristiwa difusi dan ultrafiltrasi. Ukuran molekul sel-sel dan protein darah lebih besar

dari zat sampah dan racun, sehingga tidak ikut menembus selaput semipermeabel.

Darah yang telah tersaring menjadi bersih dan dikembalikan ke dalam tubuh

7

Page 6: Hemodialisa dan Transplantasi Ginjal

penderita. Dialisat yang menjadi kotor karena mengandung zat racun dan sampah,

lalu dialirkan keluar ke penampungan dialisat.

2.1.9 Komplikasi Hemodialisis

Menurut Tisher dan Wilcox (1997) serta Havens dan Terra (2005) selama

tindakan hemodialisa sering sekali ditemukan komplikasi yang terjadi, antara lain :

1) Kram otot

Kram otot pada umumnya terjadi pada separuh waktu berjalannya hemodialisa

sampai mendekati waktu berakhirnya hemodialisa. Kram otot seringkali terjadi pada

ultrafiltrasi (penarikan cairan) yang cepat dengan volume yang tinggi.

2) Hipotensi

Terjadinya hipotensi dimungkinkan karena pemakaian dialisat asetat,

rendahnya dialisat natrium, penyakit jantung aterosklerotik, neuropati otonomik, dan

kelebihan tambahan berat cairan.

3) Aritmia

Hipoksia, hipotensi, penghentian obat antiaritmia selama dialisa, penurunan

kalsium, magnesium, kalium, dan bikarbonat serum yang cepat berpengaruh terhadap

aritmia pada pasien hemodialisa.

8

Page 7: Hemodialisa dan Transplantasi Ginjal

4) Sindrom ketidakseimbangan dialisa

Sindrom ketidakseimbangan dialisa dipercaya secara primer dapat diakibatkan

dari osmol-osmol lain dari otak dan bersihan urea yang kurang cepat dibandingkan

dari darah, yang mengakibatkan suatu gradien osmotik diantara kompartemen-

kompartemen ini. Gradien osmotik ini menyebabkan perpindahan air ke dalam otak

yang menyebabkan oedem serebri. Sindrom ini tidak lazim dan biasanya terjadi pada

pasien yang menjalani hemodialisa pertama dengan azotemia berat.

5) Hipoksemia

Hipoksemia selama hemodialisa merupakan hal penting yang perlu dimonitor

pada pasien yang mengalami gangguan fungsi kardiopulmonar.

6) Perdarahan

Uremia menyebabkan ganguan fungsi trombosit. Fungsi trombosit dapat

dinilai dengan mengukur waktu perdarahan. Penggunaan heparin selama hemodialisa

juga merupakan factor risiko terjadinya perdarahan.

7) Ganguan pencernaan

Gangguan pencernaan yang sering terjadi adalah mual dan muntah yang

disebabkan karena hipoglikemia. Gangguan pencernaan sering disertai dengan sakit

kepala. Infeksi atau peradangan bisa terjadi pada akses vaskuler.

8) Pembekuan darah

Pembekuan darah bisa disebabkan karena dosis pemberian heparin yang tidak

sesuai ataupun kecepatan putaran darah yang lambat.

2.2 Konsep Dasar Transplantasi Ginjal

2.2.1 Definisi transplantasi Ginjal

Transplantasi ginjal melibatkan menanamkan ginjal dari donor hidup atau

kadaver menusia resipein yang mengalami penyakit ginjal tahap akhir. (Brunner and

Suddart). Transplantasi ginjal adalah suatu pengobatan alternatif penyakit ginjal tahap

akhir untuk pasien yang memenuhi kriteria (Barbara Engram, 1998). Transplantasi

9

Page 8: Hemodialisa dan Transplantasi Ginjal

ginjal dapat dilakukan secara “cadaveric” (dari seseorang yang telah meninggal) atau

dari donor yang masih hidup (biasanya anggota keluarga). Ada beberapa keuntungan

untuk transplantasi dari donor yang masih hidup, termasuk kecocokan lebih bagus,

donor dapat dites secara menyeluruh sebelum transplantasi dan ginjal tersebut

cenderung memiliki jangka hidup yang lebih panjang. (google.com).

2.2.2 Etiologi

Penyakit gagal ginjal terminal (stadium terakhir).

2.2.3 Beberapa terminologi dalam transplantasi, yaitu :

1) Autograft adalah transplantasi dimana jaringan yang dicangkokkan berasal

dari individu yang sama.

2) Isograft adalah transplantasi dimana jaringan yang dicangkokkan berasal dari

saudara kembar.

3) Allograft adalah transplantasi dimana jaringan yang dicangkokkan berasal

dari individu dain dalam spesies yang sama.

4) Xenograft adalah transplantasi dimana jaringan yang dicangkokkan berasal

dari spesies yang berbeda. Misalnya ginjal baboon yang ditransplantasikan

kepada manusia.

2.2.4 Proses transplantasi ginjal

Ginjal yang rusak diangkat. Kelenjar adrenal dibiarkan ditempatnya arteri dan

vena renal diikat. Ginjal transplan diletakkan di fosa iliaka. Arteri renal dari ginjal

donor dijahit ke arteri iliaka dan vena renal dijahit kevena iliaka. Ureter ginjal donor

dijahit kekandung kemih atau ke ureter pasien.

2.2.5 Komplikasi

1) Penolakan pencangkokan.

Yaitu sebuah serangan dari sistem kekebalan terhadap organ donor asing yang

dikenal oleh tubuh sebagai jaringan asing. Reaksi tersebut dirangsang oleh antigen

10

Page 9: Hemodialisa dan Transplantasi Ginjal

dari kesesuaian organ asing. Ada tiga jenis utama penolakan secara klinik berupa

rekasi imun, yaitu reaksi imun hiperakut, reaksi imun akut, dan reaksi imun kronis.

2) Infeksi

Infeksi meninggalkan masalah yang potensial dan mewakili komplikasi yang

paling serius memberikan ancaman kehidupan pada periode pencangkokan jaman

dulu. Infeksi sistem urine, pneumonia, dan sepsis adalah yang sering dijumpai.

3) Komplikasi sistem urinaria.

Salah satunya adalah terputusnya ginjal secara spontan. Komplikasi yang lain

adalah bocornya urine dari ureteral bladder anastomosis yang menyebabkan

terjadinya urinoma yang dapat memberi tekanan pada ginjal dan ureter yang

mengurangi fungsi ginjal.

4) Komplikasi kardiovaskular.

Komplikasinya bisa berupa komplikasi lokal atau sistem. Hipertensi dapat

terjadi pada 50%-60% penderita dewasa yang mungkin disebabkan oleh beberapa

faktor, diantaranya stenosis arteri ginjal, nekrosis tubular akut, penolakan

pencangkokkan jenis kronik dan akut, hidronefrosis.

5) Komplikasi pernafasan.

Pneumonia yang disebabkan oleh jamur dan bakteri adalah komplikasi

pernafasan yang sering terjadi.

6) Komplikasi gastrointestinal.

Hepatitis B dan serosis terjadi dan mungkin dihubungkan dengan penggunaan

obat-obatan hepatotoksik.

7) Komplikasi kulit.

Karsinoma kulit adalah yang paling umum. Penyembuhan luka dapat menjadi

lama karena status nutrisi yang kurang, albu,in serum yang sedikit dan terapi steroid.

8) Komplikasi-komplikasi yang lain.

Sistem lain juga diakibatkan oleh komplikasi sesudah pencangkokan diabetes

militus yang disebabkan oleh steroid, mungkin bisa berkembang. Akibat terhadap

muskuluskeletal yang termasuk adalah osteoporosis dan miopaty. Nekrosis tulang

11

Page 10: Hemodialisa dan Transplantasi Ginjal

aseptik adalah utamanya disebabkan oleh terapi kortikosteroid. Masalah reproduksi

yang digambarkan dalam frekuensi CRF muncul setelah transplantasi.

9) Kematian

Rata-rata kematian setelah 2 tahun pelaksanaan transplantasi tersebut hanya

10%. Hal ini menggambarkan adanya penurunan tingkat kematian yang berarti dalam

dua dekade yang lalu, sebelumnya tingkat ketahanan hidup hanya 40-50%.

Khususnya rata-rata kematian yang menurun yang diakibatkan oleh infeksi pada dua

tahun pertama setelah dua tahun pencangkokkan telah terjadi.

2.2.6 Keberhasilan transplantasi ginjal menurut harapan klinis

1) Lama hidup ginjal cangkok (Graft Survival).

Lama hidup ginjal cangkok sangat dipengaruhi oleh kecocokan antigen antara

donor dan resipien. Waktu paruh ginjal cangkok pada HLA identik 20-25 tahun, HLA

yang sebagian cocok (one-haplotype match) 11 tahun dan pada donor jenazah 7

tahun. Lama hidup ginjal cangkok pada pasien diabetes militus lebih buruk daripada

non diabetes.

2) Lama hidup pasien (Patient Survival).

Sumber organ donor sangat mempengaruhi lama hidup pasien dalam jangka

panjang. Lama hidup pasien yang mendapat donor ginjal hidup lebih baik dibanding

donor jenasah, mungkin karena pada donor jenasah memerlukan lebih banyak obat

imonosupresi. Misalnya pada pasien yang ginjal cangkoknya berfungsi lebih dari satu

tahun, didapatkan lama hidup pasien 5 tahun (five live survival) pada donor hidup 93

% dan pada donor jenasah 85 % penyakit eksternal seperti diabetes militus akan

menurunkan lama hidup pasien.

2.2.7 Faktor-faktor yang berperan dalam keberhasilan transplantasi ginjal

Transplantasi ginjal merupakan transplantasi yang paling banyak dilakukan

dibanding transplantasi organ lain dan mencapai lama hidup paling panjang. Faktor-

faktor yang mempengaruhi keberhasilan transplantasi ginjal terdiri faktor yang

12

Page 11: Hemodialisa dan Transplantasi Ginjal

bersangkut paut dengan donor, resipien, faktor imunologis, faktor pembedahan antara

lain penanganan pra-operatif dan paska operasi.

2.2.7.1 Donor ginjal.

Kekurangan ginjal donor merupakan masalah yang umum dihadapai di

seluruh dunia. Kebanyakan negara maju telah menggunakan donor jenasah (cadaveric

donor). Sedangkan negara-negara di Asia masih banyak mempergunakan donor hidup

(living donor). Donor hidup dapat berasal dari individu yang mempunyai hubungan

keluarga (living related donor) atau tidak ada hubungan keluarga (living non related

donor). Kemungkinan mempergunakan donor hidup bukan keluarga berkembang

menjadi suatu masalah yang peka, yaitu komersialisasi organ tubuh.

1) Donor hidup.

Donor hidup, khususnya donor hidup yang mempunyai hubungan keluarga

harus memenuhi beberapa syarat :

a) Usia lebih dari 18 tahun s/d kurang dari 65 tahun.

b) Motivasi yang tinggi untuk menjadi donor tanpa paksaan.

c) Kedua ginjal normal.

d) Tidak mempunyai penyakit yang dapat mengakibatkan penurunan fungsi

ginjal dalam waktu jangka yang lama.

e) Kecocokan golongan darah ABO, HLA dan tes silang darah (cross match).

f) Tidak mempunyai penyakit yang dapat menular kepada resepien.

g) Sehat mental.

h) Toleransi operasi baik.Pemeriksaan calon donor meliputi anamnesis,

pemeriksaan fisis lengkap; termasuk tes fungsi ginjal, pemeriksaan golongan

darah dan sistem HLA, petanda infeksi virus (hepatitis B, hepatitis C, CMV,

HIV), foto dada, ekokardiografi, dan arteriografi ginjal.

2) Donor jenazah.

Donor jenazah berasal dari pasien yang mengalami mati batang otak akibat

kerusakan otak yang fatal, usia 10-60 tahun, tidak mempunyai penyakit yang dapat

ditularkan seperti hepatitis, HIV, atau penyakit keganasan (kecuali tumor otak

13

Page 12: Hemodialisa dan Transplantasi Ginjal

primer). Fungsi ginjal harus baik sampai pada saat akhir menjelang kematian.

Panjang hidup ginjal transplantasi dari donor jenasah yang meninggal karena strok,

iskemia, tidak sebaik meninggal karena perdarahan subaracnoid.

2.2.7.2 Resipien Ginjal.

Pasien gagal ginjal terminal yang potensial menjalani transplantasi ginjal

harus dinilai oleh tim transplantasi. Setelah itu dilakukan evaluasi dan persiapan

untuk transplantasi. Frekuensi dialisis menjadi lebih sering menjelang opersi untuk

mencapai keadaan seoptimal mungkin pada saat menjalani operasi. 

Dilakukan pemeriksaan jasmani yang teliti untuk menetapkan adanya

hipertensi, penyakit pembuluh darah perifer dan penyakit jantung koroner, ulkus

peptikum dan keadaan saluran kemih. Disamping itu pemeriksaan laboratorium

lengkap termasuk pertanda infeksi virus (hepatitis, CMV, HIV) foto dada, USG,

EKG, ekokardiografi, pemeriksaan gigi geligi dan THT. 

Resipien yang potensial untuk transplantasi ginjal :

1) Dewasa

2) Pasien yang kesulitan menjalani hemodialisis dan CAPD.

3) Saluran kemih bawah harus normal bila ada kelainan dikoreksi terlebih

dahulu.

4) Dapat menjalani terapi imunosupresi dalam jangka waktu lama dan kepatuhan

berobat tinggi.

Kontra indikasi :

a) Infeksi akut : tuberkolosis, infeksi saluran kemih, hepatitis akut.

b) Infeksi kronik, bronkietaksis.

c) Aterotema yang berat.

d) Ulkus peptikum yang aktif.

e) Penyakit keganasan.

f) Mal nutrisi

2.2.6.3 Imunologi transplantasi

Ginjal donor harus mempunyai kecocokan secara imunologi dengan ginjal

resepien agar transplantasi berhasil baik. Golongan darah (ABO) yang sama

14

Page 13: Hemodialisa dan Transplantasi Ginjal

merupakan syarat yang utama. Kesesuaian imunologis pada transplantasi ginjal

dinilai dengan memeriksa pola HLA.

Bila ginjal yang dicontohkan tidak cocok secara imunologis akan timbul

reaksi rejeksi. Reaksi ini sebenarnya merupakan usaha tubuh resepien untuk menolak

benda asing yang masuk ketubuhnya. Ada tiga jenis reaksi rejeksi yang dikenal pada

transplantasi ginjal, yaitu :

1) Reaksi imun hiperakut

Terjadi segera dengan beberapa menit atau beberapa jam setelah operasi.

Disebabkan adanya antibodi terhadap sistem ABO atau sistem HLA yang tidak

cocok. Reaksi imun hiperakut tidak bisa diatasi, harus dilaksanakan nefrektomi ginjal

cangkok. Reaksi imun hiperakut saat ini jarang terjadi oleh karena dapat dihindarkan

dengan pemeriksaan reaksi silang.

2) Reaksi imun akut

Biasanya terjadi dalam waktu beberapa minggu pertama pasca transplantasi,

dapat dicetuskan oleh penghentian atau pengurangan dosis obat imunoisupresi.

Manifestasi klinis : demam, mialgia malaise, nyeri pada ginjal baru, produksi urine

menurun, berat badan meningkat, tekanan darah naik, kreatinin serum meningkat,

histopatologi.

Terapi reaksi imun akut :

a) Metil prednisolon: 250 mg-1 gr IV/hari selama 3 hari.

b) ALG (anti limphocyte globulin), ATG (anti thympocyte globulin) atau

antibodi monoklonsl (OKT-3) sebagai terapi alternatif bila tidak teratasi.

3) Reaksi imun kronik

Terjadi setelah berbulan-bulan atau bertahun-tahun pasca transplantasi. Pada

reaksi kronik terjadi penurunan fungsi ginjal cangkok. Belum ada pengobatan yang

spesifik untuk mengobati reaksi imun kronik.

2.2.6.4 Persiapan pembedahan (Pra-Operatif dan perioperatif)

Persiapan pra-operatif untuk calon resipien bertujuan untuk :

• Menilai kemampuan menjalani operasi besar.

15

Page 14: Hemodialisa dan Transplantasi Ginjal

• Menilai kemampuan menerima obat imunosupresi untuk jangka waktu yang

lama.

• Menilai status vaskular tempat anastomosis.

• Menilai traktus urinarius bagian bawah.

• Menghilangkan semua sumber infeksi.

• Menilai dan mempersiapkan unsur psikis

Persiapan pra-operatif untuk calon donor bertujuan untuk ;

• Menilai kerelaan (tak ada unsur paksaan atau jual beli)

• Menilai kemampuan untuk nefrektomi

• Menilai akibat jangka panjang ginjal tunggal

• Menilai kemungkinan anastomosis

• Menilai kecocokan golongan darah ABO, HLA dan crossmatch.

2.2.6.5 Obat-obat imunosupresif.

Untuk mencegah terjadinya rejeksi (penolakan), kepada pasien yang

mengalami transplantasi ginjal diberikan obat-obat imunosupresif. Pilihan obat,

kombinasi obat serta dosis obat tergantung kepada respons dan kecocokan antara

antigen donor dengan resepien disamping faktor lain. Ada berbagai macam obat

imunosupresif yang tersedia, pada umumnya dikelompokkan menjadi :

1) Obat imunosupresif Konvensional :

Siklosporin- A

Kortikosteroid

Azatioprin

Prednison

Metilprednisolon

Antibodi monoklonal: OKT-3

Antibodi poliklonal : ALG (antilymphocyte globulin), ATG

(antithympocyte globulin)

2) Obat imunosupresif baru

16

Page 15: Hemodialisa dan Transplantasi Ginjal

Ada lebih dari 12 obat imunosupresif baru yang diteliti, namun sampai saat ini

yang dianggap memenuhi syarat dari hasil percobaan klinis dan sudah dipakai luas

hanyalah tacrolimus dan mycophenolate mofetil (MMF).

17